Anda di halaman 1dari 11

Lex Privatum Vol. VI/No.

4/Jun/2018

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN YANG meminjam uang kepada si B. Si A berjanji untuk


DAPAT DI PIDANA MENURUT PASAL 378 KITAB mengembalikan uang si B dalam jangka waktu 1
UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA1 bulan, tetapi hingga tenggat waktu 1 bulan
Oleh : Medika Andarika Adati2 tersebut si A belum mengembalikan uang
Dosen Pembimbing: pinjaman tersebut. Kemudian si A meminta
Marnan A. T. Mokorimban, SH, Msi. perpanjangan waktu kepada si B untuk
Laurens L. S. Hermanus, SH, MH melunasi hutangnya, akan tetapi hingga waktu
yang sudah ditentukan si A tidak mampu
ABSTRAK menepati janjinya atau wanprestasi. Karena
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk lemahnya pemahaman si B tentang hukum
mengetahui bagaimanakah wanprestasi perdata maka si B langsung melaporkan kepada
menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pihak kepolisian bahwa si A telah melakukan
dan apa sajakah unsur-unsur yang harus penipuan terhadap si B. Hal-hal semacam ini
dipenuhi sehingga wanprestasi dapat menjadi banyak terjadi di masyarakat sehingga penulis
tindak pidana penipuan, di mana dengan ingin memberikan pemahaman kepada
metode penelitian hukum normative masyarakat melalui penulisan skripsi ini.
disimpulkan bahwa: 1. Dalam pasal 1238 kitab Pihak kepolisian pun mengalami kesulitan
undang-undang hukum dikatakan bahwa untuk menentukan apakah kasus tersebut
seseorang dinyatakan wanprestasi apabila merupakan penipuan atau wanprestasi. Banyak
sudah ada surat perintah atau akta sejenis itu. pendapat yang mengatakan bahwa kasus yang
2. Unsur-unsur yang harus dipenuhi sehingga didahului atau diawali dengan perjanjian
wanprestasi menjadi tindak pidana penipuan merupakan wanprestasi. Ada juga yang
adalah apabila sebelum membuat perjanjian berpendapat bahwa tidak selalu berakibat
salah satu pihak sudah tidak beritikad baik wanprestasi dapat pula merupakan penipuan.
dengan memakai nama palsu, memakai
martabat atau keadaan palsu, menggunakan B. Rumusan Masalah
rangkaian kata-kata bohong, dan menggunakan 1. Bagaimanakah wanprestasi menurut Kitab
tipu muslihat. Undang-Undang Hukum Perdata?
Kata kunci: wanprestasi, 378 KUHP 2. Apa sajakah unsur-unsur yang harus
dipenuhi sehingga wanprestasi dapat
PENDAHULUAN menjadi tindak pidana penipuan?
A. Latar Belakang Masalah
Wanprestasi disebabkan karena tidak C. Metode Penelitian
terlaksananya kewajiban dalam perjanjian Penelitian ini adalah penelitian hukum
karena kesalahan debitur baik karena normatif.
kesengajaan atau kelalaian. Hak dan kewajiban
timbul karena adanya perikatan dalam PEMBAHASAN
perjanjian yang sah menurut pasal 1320 A. Wanprestasi menurut Kitab Undang-
KUHPerdata. Pada kenyataannya penyelesaian Undang Hukum Perdata
perkara ini diselesaikan melalui jalur hukum Dapat diketahui hubungan antara dua
pidana, yakni Tindak Pidana Penipuan (Pasal orang yang saling mengikatkan diri dimana
378 KUHP). Wanprestasi dapat berubah salah satu mempunyai hak dan salah satu
menjadi Tindak Pidana Penipuan apabila mempunyai kewajiban disebut perikatan,
memenuhi unsur menggunakan tipu muslihat, pemenuhan hak suatu perikatan disebut
rangkaian kebohongan, nama palsu, dan prestasi. Dari perikatan-perikatan tersebut
keadaan palsu dengan maksud menguntungkan dapat terbentuk suatu perjanjian atau dapat
diri sendiri. dikatakan bahwa perjanjian merupakan salah
Banyak kejadian di masyarakat seperti satu sumber perikatan, yang telah diatur di
pada contoh kasus yang ada misalkan si A dalam Buku III KUHPerdata. Arti dari perjanjian
disebutkan dalam Pasal 1313 KUHPerdata yang
1
Artikel Skripsi selengkapnya berbunyi : “Suatu perjanjian
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau
14071101731

5
Lex Privatum Vol. VI/No. 4/Jun/2018

lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain dilahirkan dari suatu perjanjian ataupun
atau lebih.” perikatan yang timbul karena undang-undang.6
Menurut Subekti, suatu perjanjian adalah Menurut H. Mariam Daruz Badrulzaman,
suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada bahwa yang dimaksud dengan wanprestasi
seorang lain atau dimana dua orang itu saling apabila debitur “karena kesalahannya” tidak
berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari melaksanakan apa yang diperjanjikan maka
peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara debitur itu wanprestasi atau cidera janji.7
dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Menurut M. Yahya Harahap, wanprestasi
Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan dapat dimaksudkan juga sebagai pelaksanaan
antara dua orang yang membuatnya. Dalam kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau
bentuknya, perjanjian itu berupa suatu dilaksanakan tidak selayaknya. 8
rangkaian perkataan yang mengandung janji- Sedangkan menurut Subekti,
janji atau kesanggupan yang diucapkan atau mengemukakan bahwa wanprestasi itu adalah
ditulis.3 Dengan demikian, hubungan antara kelalaian atau kealpaan yang dapat berupa 4
perikatan dan perjanjian adalah bahwa macam9 yaitu:
perjanjian itu menerbitkan perikatan. Perjanjian 1. Tidak melakukan apa yang telah
adalah sumber perikatan, disampingnya disanggupi atau dilakukannya.
sumber-sumber lain. Suatu perjanjian juga 2. Melaksanakan apa yang telah
dinamakan persetujuan, karena dua pihak itu diperjanjikannya, tetapi tidak
setuju untuk melaksanakan sesuatu. Dapat sebagaimana yang diperjanjikan.
dikatakan bahwa dua perkataan (perjanjian dan 3. Melakukan apa yang diperjanjikan tetapi
persetujuan) itu adalah sama artinya. Perkataan terlambat.
kontrak, lebih sempit karena ditujukan kepada 4. Melakukan suatu perbuatan yang
perjanjian atau persetujuan yang tertulis.4 menurut perjanjian tidak dapat
Bila merumuskan pengertian perjanjian dilakukan.
menurut pasal 1313 Buku III KUHPerdata, suatu Berdasarkan pemaparan di atas, maka
persetujuan adalah suatu perbuatan dimana pengertian wanprestasi itu sendiri bisa
satu orang atau lebih mengikatkan diri didefinisikan sebagai tidak melakukan prestasi,
terhadap satu orang lain atau lebih. Lebih lanjut melakukan prestasi tapi tidak sesuai,
dijelaskan dalam pasal 1314 Buku III KUH melakukan prestasi tapi terlambat, dan
Perdata, suatu persetujuan diadakan dengan melakukan sesuatu perbuatan yang tidak dapat
cuma-cuma atau dengan memberatkan. Suatu dilakukan menurut perjanjian yang telah
persetujuan cuma-cuma adalah suatu ditetapkan oleh pihak-pihak tertentu dalam
persetujuan, bahwa pihak yang satu akan suatu perikatan, baik perikatan yang lahir dari
memberikan suatu keuntungan kepada pihak perjanjian maupun perikatan yang timbul
yang lain tanpa menerima imbalan. Suatu karena undang-undang.
persetujuan memberatkan adalah suatu Di dalam KUHPerdata diatur mengenai
persetujuan yang mewajibkan tiap pihak untuk wanprestasi pada Pasal 1238, 1243, 1244,
memberikan sesuatu, melakukan sesuatu atau 1245, 1246, 1247, 1248, 1249, 1250, dan 1251
tidak melakukan sesuatu.5 KUHPerdata.
Jika suatu perjanjian tidak dapat terpenuhi Dalam Pasal 1238 KUHPerdata yang berisi
atau tidak dipenuhinya suatu prestasi, maka “Debitur dinyatakan lalai dengan surat
akan berakibat terjadinya wanprestasi. Adapun perintah, atau dengan akta sejenis itu, atau
yang dimaksud wanprestasi adalah tidak berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri,
dipenuhinya prestasi atau kewajiban yang telah yaitu bila perikatan ini mengakibatkan debitur
ditetapkan terhadap pihak-pihak tertentu di harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu
dalam suatu perikatan, baik perikatan yang
6
Abdulkadir Muhammad, Op Cit, hlm 20.
7
R. Subekti, Hukum Perjanjian, Pembimbing Masa,
Jakarta, 1979, Cet ke-IV, hlm 59.
3 8
Subekti, Op Cit, hlm 1. M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni,
4
Ibid, hlm 1. Bandung, 1982, hlm 60.
5 9
Pasal 1313-1314 Buku III KUH Perdata. R. Subekti, Op Cit, Cet ke-II, hlm 50.

6
Lex Privatum Vol. VI/No. 4/Jun/2018

yang ditentukan”. Dari ketentuan pasal ini sesuatu atau melakukan sesuatu tetapi sudah
dapat dikatakan bahwa debitur dinyatakan melampaui waktu yang telah ditentukan di
wanprestasi apabila sudah ada surat perintah dalam perjanjian maka debitur harus
atau akta sejenis itu. Surat perintah atau akta membayar ganti rugi.
sejenis surat perintah tersebut biasanya disebut Dalam Pasal 1244KUH Perdata, debitur
dengan somasi (in gebreke stelling). Adapun harus membayar ganti rugi yang terdiri dari
yang dimaksud dengan somasi adalah biaya, rugi, dan bunga. Pasal 1244 yang
pemberitahuan pernyataan dari kreditur selengkapnya berbunyi: “Debitur harus
kepada debitur yang berisi ketentuan bahwa dihukum untuk mengganti biaya, kerugian, dan
kreditur menghendaki pemenuhan prestasi bunga, bila ia tak dapat membuktikan bahwa
seketika atau dalam jangkwa waktu seperti tidak dilaksanakannya perikatan itu atau tidak
yang ditentukan dalam pemberitahuan itu. tepatnya waktu melaksanakan perikatan itu
Somasi dilakukan melalui Pengadilan Negeri disebabkan oleh sesuatu hal yang tak terduga,
yang berwenang. Kemudian Pengadilan Negeri yang tak dapat dipertanggungkan kepadanya,
dengan perantara Juru Sita menyampaikan walaupun tidak ada itikad buruk kepadanya”.
surat peringatan tersebut kepada debitur, yang Penggantian biaya, kerugian, dan bunga
disertai berita acara penyampaiannya.10 ini wajib dibayarkan debitur kepada kreditur
Adapun bentuk-bentuk somasi menurut apabila debitur tidak dapat membuktikan
Pasal 1238 KUHPerdata adalah sebagai bahwa tidak terlaksananya kewajiban atau
berikut:11 prestasi tersebut akibat dari suatu hal yang
1) Surat perintah tidak terduga (overmacht) atau keadaan
Surat perintah tersebut berasal dari memaksa.
hakim yang biasanya berbentuk Pasal 1245 KUHPerdata menyatakan
penetapan. Dengan surat penetapan ini bahwa “Tidak ada penggantian biaya, kerugian,
juru sita memberitahukan secara lisan dan bunga bila karena keadaan memaksa atau
kepada debitur kapan selambat- karena hal yang terjadi secara kebetulan,
lambatnya dia harus berprestasi. Hal ini debitur terhalang untuk memberikan atau
biasa disebut “exploit juru sita”. berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau
2) Akta sejenis melakukan suatu perbuatan yang terlarang
Akta ini dapat berupa akta di bawah baginya.” Tidak ada penggantian biaya,
tangan maupun akta notaris. kerugian, dan bunga apabila debitur dapat
3) Tersimpul dalam perikatan itu sendiri membuktikan bahwa tidak terlaksananya
Maksudnya sejak pembuatan perjanjian, kewajiban atau prestasi tersebut akibat dari
kreditur sudah menentukan saat adanya suatu hal yang tidak terduga (overmacht) atau
wanprestasi. keadaan memaksa.
Menurut Subekti, untuk dapat dikatakan
Pasal 1243 KUHPerdata menyatakan suatu “keadaan memaksa” (overmacht), selain
bahwa “Penggantian biaya, kerugian dan bunga keadaan itu “diluar kekuasaannya” si debitur
karena tak dipenuhinya suatu perikatan mulai dan “memaksa”, keadaan yang telah timbul itu
diwajibkan, bila debitur, walaupun telah juga harus berupa keadaan yang tidak dapat
dinyatakan lalai, tetap lalai untuk memenuhi diketahui pada waktu perjanjian itu dibuat,
perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus setidak-tidaknya tidak dipikul risikonya oleh si
diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang debitur.12
melampaui waktu yang telah ditentukan”. Apabila debitur dapat membuktikan
Didalam pasal ini dijelaskan bahwa debitur bahwa tidak terlaksananya kewajiban atau
diwajibkan membayar ganti rugi, setelah prestasi tersebut akibat dari suatu hal yang
dinyatakan lalai ia tetap tidak memenuhi tidak terduga (overmacht) atau keadaan
prestasi itu. Apabila debitur memberikan memaksa, maka overmacht atau keadaan
memaksa tersebut dapat menghentikan
10
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia,
12
Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm 204. Rahmat S.S Soemadipradja, Penjelasan Hukum tentang
11
Nindyo Pramono, Hukum Komersil, Pusat Penerbitan Keadaan Memkasa, Nasional Legal Reform Program,
UT, Jakarta, 2003, Cet ke-1, hlm 222. Jakarta, 2010, hlm 7.

7
Lex Privatum Vol. VI/No. 4/Jun/2018

bekerjanya perikatan dan menimbulkan hanya diwajibkan membayar ganti kerugian


berbagai akibat yaitu:13 yang nyata telah atau sedianya harus dapat
1) Kreditur tidak dapat lagi memintai diduganya sewaktu perjanjian dibuat, kecuali
pemenuhan prestasi. jika hal tidak dipenuhinya perjanjian itu
2) Debitur tidak lagi dapat dinyatakan disebabkan oleh tipu daya yang dilakukan
wanprestasi dan karenanya tidak wajib olehnya. Dapat dikatakan bahwa kerugian yang
membayar ganti rugi. dibayarkan debitur hanyalah sebatas kerugian
3) Risiko tidak beralih kepada debitur. yang dapat diduga ketika membuat perikatan
4) Kreditur tidak dapat menuntut tersebut.
pembatalan pada persetujuan timbal- Dalam Pasal 1248 KUHPerdata, ganti rugi
balik. yang harus dibayarkan debitur kepada kreditur
Dalam Pasal 1246 KUHPerdata yang berisi harus mempunyai akibat langsung dengan tidak
“Biaya, ganti rugi, dan bunga yang boleh dilaksanakannya perikatan tersebut.
dituntut kreditur terdiri atas kerugian yang Sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1248
telah dideritanya dan keuntungan yang KUHPerdata sebagai berikut “Bahkan jika tidak
sedianya dapat diperolehnya, tanpa dipenuhinya perikatan itu disebabkan oleh tipu
mengurangi pengecualian dan perubahan yang daya debitur, maka penggantian biaya,
disebut dibawah ini”. Berdasarkan Pasal 1246 kerugian, dan bunga, yang menyebabkan
tersebut penghitungan ganti rugi harus dapat kreditur menderita kerugian dan kehilangan
diatur berdasarkan jenis dan jumlahnya secara keuntungan, hanya mencakup hal-hal yang
rinci seperti kerugian kreditur, keuntungan menjadi akibat langsung dari tidak
yang akan diperoleh sekiranya perjanjian dilaksanaknnya perikatan itu”. Ganti rugi harus
tersebut dipenuhi dan ganti rugi bunga mempunyai hubungan langsung (hubungan
(interst), maka ganti kerugian yang diterima kausal) dengan ingkar janji atau wanprestasi
oleh kreditur terdiri atas: dan kerugian dapat diduga atau sepatutnya
1) Biaya, yaitu biaya-biaya pengeluaran atau diduga pada saat waktu perikatan dibuat.
ongkos-ongkos yang nyata atau tegas Pasal ini sebenarnya memberikan juga
telah dikeluarkan oleh pihak kreditur. perlindungan kepada debitur yang walaupun
2) Rugi, yaitu kerugian karena kerusakan melakukan tipu daya terhadap kreditur, ganti
atau kehilangan barang dan/atau harta kerugian yang harus dibayarnya hanya meliputi
kepunyaan kreditur yang diakibatkan kerugian langsung sebagai akibat
oleh kelalaian debitur. wanprestasinya debitur.15
3) Bunga, yaitu keuntungan yang Dari ketentuan dua pasal ini (Pasal 1247
seharusnya diperoleh atau diharapkan dan 1248 KUHPerdata) dapat diketahui bahwa
oleh kreditur apabila debitur tidak lalai ada dua pembatasan kerugian16 :
dalam melaksanaknnya.  Kerugian yang dapat diduga ketika
Pasal 1247 menyatakan bahwa “Debitur membuat perikatan
hanya diwajibkan mengganti biaya, kerugian,  Kerugian sebagai akibat langsung dari
dan bunga yang diharap atau sedianya dapat wanprestasi (lalai).
diduga pada waktu perikatan diadakan, kecuali Sesuai dengan asas kebebasan berkontrak,
jika tidak dipenuhinya perikatan itu disebabkan Pasal 1249 KUHPerdata secara umum memberi
oleh tipu daya yang dilakukannya.” kemungkinan kepada para pihak untuk
Pasal ini sebagai penegasan tentang menentukan sendiri mengenai ganti kerugian
pembatasan ganti kerugian yang dapat dituntut ini dalam perjanjian. Pasal 1249 menyatakan
dari debitur, yaitu kerugian yang nyata-nyata bahwa “Jika dalam suatu perikatan ditentukan
dapat diperhitungkan pada saat perjanjian bahwa pihak yang lalai memenuhinya harus
tersebut dibuat oleh para pihak.14 Disini debitur membayar suatu uang jumlah tertentu sebagai
ganti kerugian, maka kepada pihak lain-lain tak
13 boleh diberikan suatu jumlah yang lebih
R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian, Putra
Abadin, Jakarta, 1999, Cet ke-6, hlm 27-28.
14 15
Ahmadi Miru dan Sakka Pati, Hukum Perikatan Ibid, hlm 16.
16
Penjelasan Makna Pasal 1233 sampai 1456 BW, Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Op Cit, hlm
Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2008, hlm 16. 41.

8
Lex Privatum Vol. VI/No. 4/Jun/2018

ataupun kurang dari jumlah itu.” Menurut Dr. Dari bunyi Pasal 1250 KUHPerdata diatas,
Herlien Budiono SH Pasal 1249 KUHPerdata dapat disimpulkan bahwa debitur yang lalai
berisi tentang beding denda, yakni setiap janji membayar sejumlah uang kepada kreditur
yang telah ditentukan bahwa dalam hal debitur diwajibkan membayar penggantian kerugian
kurang sempurna di dalam memenuhi berupa bunga yaitu bunga moratoir. Bunga
perikatannya berjanji untuk memberikan moratoir ini hanya terdiri atas bunga yang
sejumlah uang atau memberikan prestasi ditentukan undang-undang, terhitung mulai
lainnya tanpa memperhitungkan apakah hal gugatan diajukan di muka pengadilan.
tersebut bertujuan sebagai penggantian atas Sedangkan bunga yang ditentukan menurut
kerugian yang di derita (kreditur) atau semata- undang-undang ini yakni sebesar 6% (enam)
mata sebagai pendorong agar (debitur) persen berdasarkan Lembaran Negara No.22
memenuhi kewajibannya. Dengan lain kata, Tahun 1848.
beding tersebut harus diarahkan pada Pasal 1251 KUHPerdata menyatakan
kelalaian dan kewajiban untuk memenuhi bahwa “Bunga uang pokok yang dapat ditagih
prestasi segera kelalaian tersebut menjadi dapat pula menghasilkan bunga, baik karena
fakta. suatu permohonan di muka pengadilan,
Dalam Pasal 1250 KUHPerdata yang berisi maupun karena suatu persetujuan yang khusus,
“Dalam perikatan yang hanya berhubungan asal saja permintaan atau persetujuan tersebut
dengan pembayaran sejumlah uang, adalah mengenai bunga yang harus dibayar
penggantian biaya, kerugian, dan bunga yang untuk satu tahun.”
timbul karena keterlambatan pelaksanaannya, Ketentuan Pasal 1251 KUHPerdata
hanya tediri atas bunga yang ditentukan oleh tersebut, mengatur tentang bunga berbunga.
undang-undang tanpa mengurangi berlakunya Tujuan dari diaturnya ketentuan bunga
peraturan undang-undang khusus. Penggantian berbunga dalam perundang-undangan adalah
biaya, kerugian dan bunga itu wajib dibayar untuk mencegah dibuatnya suatu janji yang
tanpa perlu dibuktikan adanya suatu kerugian merugikan debitur, yaitu suatu janji yang
oleh kreditur. Penggantian kerugian, biaya, dan menggabungkan bunga yang belum dibayar
bunga itu baru wajib dibayar sejak diminta di oleh debitur ke dalam utang pokok yang
muka pengadilan, kecuali bila undang-undang selanjutnya dikenakan pula bunga. Ketentuan
menetapkan bahwa hal itu berlaku demi ini bersifat memaksa dan hanya dalam dua hal
hukum.” diadakan pengecualian, yaitu:
Pasal 1250 KUHPerdata ini mengatur 1) Bahwa bunga atas utang pokok dapat
khusus tentang bunga moratoir yakni ganti rugi pula dikenakan bunga karena
dalam wujud sejumlah uang, sebagai akibat dari permintann di muka hakim/pengadilan.
tidak atau terlambat dipenuhinya perikatan 2) Karena persetujuan khusus, asal saja
yang berisi kewajiban pembayaran sejumlah menyangkut bunga yang harus dibayar
uang oleh debitur. Pada prinsipnya, bunga untuk satu tahun.
moratoir ini tidak perlu dibuktikan adanya
suatu kerugian oleh kreditur, untuk pengenaan B. Unsur-unsur yang harus dipenuhi sehingga
bunga moratoir hanya harus dibayar terhitung Wanprestasi dapat menjadi Tindak Pidana
mulai dari diminta di muka pengadilan, kecuali Penipuan
dalam hal mana undang-undang menetapkan Dalam perjanjian sering dijumpai pihak-
bahwa ia berlaku demi hukum. pihak yang ingkar janji. Para pihak tersebut
Bunga yang ditentukan berdasarkan tidak melaksanakan hak dan kewajiban yang
undang-undang adalah bunga sebesar 6% telah disepakati dalam perjanjian tersebut.
(enam) persen setahun berdasarkan Lembaran Sehingga menimbulkan tidak terlaksananya
Negara Tahun 1848 No. 22, jadi bunga yang prestasi dari salah satu pihak. Karena tidak
dituntut oleh kreditur tersebut tidak boleh terlaksananya prestasi tersebut maka akan
melebihi batas maksimal bunga sebesar 6%.17 muncul permasalahan hukum. Permasalahan
hukum seperti ini bisa diselesaikan secara
kekeluargaan, tetapi kebanyakan
penyelesaiannya tidak mudah malah semakin
17
Subekti, Op Cit, Cetakan ke-VI, 1979, hlm 49.

9
Lex Privatum Vol. VI/No. 4/Jun/2018

berlarut-larut. Sehingga akhirnya akan berujung kesalahan dalam arti sempit yang
pada pengadilan dan putusan hakim. menyangkut kelalaian saja.20
Dalam praktik penegakkan hukum 2. Kelalaian
berkaitan dengan perjanjian, seseorang yang Kelalaian merupakan sebuah
merasa dirugikan langsung melaporkan kepada perbuatan dimana seorang pelaku
pihak kepolisian, jika dilaporkan kepada mengetahui akan kemungkinan
kepolisian maka hal ini menjadi perkara pidana terjadinya akibat yang merugikan
bukan perkara perdata. Hal ini disebabkan orang lain. Untuk menentukan unsur
karena lemahnya pemahaman masyarakat kelalaian tidaklah mudah, perlu
mengenai hukum ditambah dengan tingkat dilakukan pembuktian karena
kesadaran dan kepatuhan hukum masyarakat seringkali tidak dijanjikan dengan
Indonesia yang masih rendah. tepat kapan suatu pihak diwajibkan
Ingkar janji atau wanprestasi berasal dari melakukan prestasi yang dijanjikan.
istilah aslinya dalam Bahasa Belanda 3. Kesengajaan
“wanprestatie” yang artinya tidak dipenuhinya Kesengajaan merupakan perbuatan
prestasi atau kewajiban yang telah ditetapkan yang dilakukan dengan diketahui dan
terhadap pihak-pihak tertentu di dalam suatu dikehendaki. Oleh karena itu, saat
perikatan, baik perikatan yang dilahirkan dari terjadinya kesengajaan tidak
suatu perjanjian ataupun perikatan yang timbul diperlukan adanya maksud untuk
karena undang-undang.18 Hak dan kewajiban menimbulkan kerugian kepada orang
timbul karena adanya perikatan dalam lain, cukup diketahui dan si pelaku
perjanjian yang sah menurut pasal 1320 tetap melakukan perbuatan tersebut.
KUHPerdata. Pada kenyataannya penyelesaian Yang paling mudah menetapkan
perkara ini diselesaikan melalui jalur hukum seseorang melakukan wanprestasi ialah
pidana, yakni Tindak Pidana Penipuan (Pasal dalam perjanjian yang bertujuan untuk
378). tidak melakukan suatu perbuatan.
1. Unsur-unsur Wanprestasi Apabila orang itu melakukannya berarti
Unsur-unsur wanprestasi adalah : ia melanggar perjanjian, ia dapat
1. Kesalahan dikatakan melakukan wanprestasi.21
Yang dimaksud adanya “kesalahan”, Menurut Prof. R. Subekti SH,
harus dipenuhi syarat-syarat19, yaitu mengemukakan bahwa wanprestasi itu
sebagai berikut : adalah kelalaian atau kealpaan yang
a. Perbuatan yang di lakuakan harus dapat berupa 4 macam22 yaitu:
dapat dihindarkan. 1. Tidak melakukan apa yang telah
b. Perbuatan tersebut dapat disanggupi atau dilakukannya.
dipersalahkan kepada si pembuat, 2. Melaksanakan apa yang telah
yaitu bahwa ia dapat menduga diperjanjikannya, tetapi tidak
tentang akibatnya. sebagaimana yang diperjanjikan.
Suatu akibat itu dapat diduga atau 3. Melakukan apa yang diperjanjikan
tidak, untuk mengukur atau tetapi terlambat.
mengetahui dugaan akibat itu dilihat 4. Melakukan suatu perbuatan yang
dari unsur “objektif dan subjektif”. menurut perjanjian tidak dapat
Objektif yaitu apabila kondisi normal dilakukan.
akibat tersebut sudah dapat diduga,
sedangkan unsur subjektif yaitu 2. Unsur-unsur Tindak Pidana Penipuan
akibat yang diduga menurut penilaian Menurut Van Hamel (dalam bukunya
seorang ahli. Kesalahan mempunyai Wirjono Prodjodikoro), strafbaarfeit adalah
dua pengertian, yaitu kesalahan kelakuan orang yang dirumuskan dalam
dalam arti luas yang meliputi unsur undang-undang, bersifat melawan hukum yang
kesengajaan dan kelalaiaan dan
20
Ibid, hlm 60.
18 21
Abdulkadir Muhammad, Op Cit, hlm 20. Subekti, Op Cit, 2005, hlm 46.
19 22
M. Yahya Harahap, Op Cit, 1986, hlm 60. R. Subekti, Op Cit, Cet ke-II, hlm 50.

10
Lex Privatum Vol. VI/No. 4/Jun/2018

patut dipidana dan dilakukan dengan 2) Perampasan barang-barang


kesalahan.23 Wirjono Prodjodikoro mengatakan tertentu;
bahwa tindak pidana adalah suatu perbuatan 3) Pengumuman putusan hakim.27
yang pelakunya dapat dikenakan pidana. Penipuan berasal dari kata tipu atau
Moeljatno mendefiniskan tindak pidana sebagai perbuatan atau perkataan yang tidak jujur
perbuatan pidana yang pelakunya dapat (bohong atau palsu) dengan maksud untuk
dikenakan pidana, bagi yang melanggar menyesatkan, mengakali atau mencari untung
perbuatan tersebut.24 Simons merumuskan bagi diri si pelaku atau bagi pihak lain.28
tindak pidana adalah suatu tindakan yang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
melanggar hukum yang dilakukan dengan penipuan adalah proses, cara, perbuatan
sengaja atau tidak dengan sengaja oleh menipu; perkara menipu (mengecoh).
seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan Pengertian tindak pidana penipuan dengan
atas tindakannya dan yang oleh undang-undang melihat dari segi hukum sampai sekarang
telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang belum ada, kecuali apa yang dirumuskan dalam
dapat dihukum.25 Menurut Djoko Prakoso, KUHP. Rumusan penipuan dalam KUHP
bahwa secara yuridis pengertian kejahatan atau bukanlah suatu definisi melainkan hanyalah
tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang untuk menetapkan unsur-unsur suatu
oleh undang-undang dan pelanggarannya perbuatan sehingga dapat dikatakan sebagai
dikenakan sanksi. Secara kriminologis kejahatan penipuan dan pelakunya dapat dipidana.29
atau tindak pidana adalah perbuatan yang Tindak pidana penipuan atau bedrog itu
melanggar norma-norma yang berlaku dalam diatur didalam Pasal 378-395 KUHP, Buku II Bab
masyarakat dan mendapatkan reaksi negatif Ke XXV. Di dalam Bab ke XXV tersebut
dari masyarakat. Selanjutnya secara psikologis dipergunakan perkataan “penipuan” atau
Djoko Prakoso memberikan pengertian bahwa “bedrog”, “karena sesungguhnya di dalam bab
kejahatan atau tindak pidana merupakan tersebut diatur sejumlah perbuatan-perbuatan
perbuatan manusia yang abnormal yang yang ditujukan terhadap harta benda, dalam
bersifat melanggar hukum, yang disebabkan mana oleh si pelaku telah dipergunakan
oleh faktor-faktor kejiwaan dari si pelaku perbuatan-perbuatan yang bersifat menipu
perbuatan tersebut.26 atau dipergunakan tipu muslihat.”30 Tindak
Andi Hamzah mengemukakan bahwa pidana penipuan “oplicthing” yang berarti
menurut hukum positif di Indonesia, rumusan penipuan dalam arti sempit terdapat pada pasal
ketentuan pidana tercantum dalam Bab II Kitab 378, sedangkan pasal-pasal lain dari bab
Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 10 Kitab tersebut memuat tindak pidana lain yang
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), bersifat penipuan dalam arti luas.31
dinyatakan bahwa pidana terdiri atas: Bab XXV Buku II KUHP memuat berbagai
a. Pidana pokok: bentuk penipuan yang dirumuskan dalam 18
1) Pidana mati; pasal. Diantara bentuk-bentuk penipuan itu
2) Pidana penjara; memiliki nama sendiri yang khusus, yang
3) Pidana kurungan;
4) Pidana denda;
5) Pidana tutupan. 27
Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, Rineka Cipta, Jakarta,
b. Pidana tambahan: 2006, hlm 6.
28
1) Pencabutan hak-hak tertentu; Widjajono Moestadjab, Trik Menghindari Penipuan,
2009, https://books.google.co.id/books?id=-
o5SDwAAQBAJ&pg=PA1&lpg=PA1&dq=penipuan+berasal
+dari+kata&source=bl&ots=YDDyoUFbcj&sig=mWi8GXmx
23
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di 2Z4xs2BFcFbwlUn8z64&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjD_6P
Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2003, hlm 1. Kg_HaAhVMu48KHUd4BOUQ6AEIczAI#v=onepage&q=pen
24
Sudarto, Hukum Pidana I, Yayasan Sudarto, Semarang, ipuan%20berasal%20dari%20kata&f=false diakses pada
1990, hlm 38. tanggal 6 Mei 2018 Jam 20.23 wita.
25 29
T. N. Syamsah, Tindak Pidana Perpajakan, Alumni, Moeljatno, KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum
Bandung, 2011, hlm 1. Pidana), Bumi Aksara, Jakarta, 2007.
26 30
Djoko Prakoso dan Agus Imunarso, Hak Asasi Tersangka P.A.F. Lamintang, Op Cit, 1984, hlm 262.
31
dan Peranan Psikologi dalam Konteks KUHAP, Bina Aksara, Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di
Jakarta, 1987, hlm 137. Indonesia, Op Cit, hlm 36.

11
Lex Privatum Vol. VI/No. 4/Jun/2018

dikenal sebagai penipuan adalah yang sehingga palaku harus mengetahui


dirumuskan didalam Pasal 378 KUHP:32 bahwa keuntungan yang menjadi
“Barangsiapa dengan maksud untuk tujuaannya itu harus bersifat melawan
menguntungkan diri sendiri atau hukum.
orang lain secara melawan hukum 2. Dengan menggunakan salah satu atau
dengan memakai nama palsu atau lebih alat penggerak penipuan (nama
martabat (hoedanigheid) palsu, palsu, martabat palsu/keadaan palsu,
dengan tipu muslihat, ataupun tipu muslihat, dan rangkaian
rangkaian kebohongan, menggerakan kebohongan). Maksudnya adalah sifat
orang lain untuk menyerahkan barang penipuan sebagai tindak pidana
sesuatu kepadanya, atau supaya ditentukan oleh cara-cara dengan mana
memberi hutang maupun menghapus pelaku menggerakan orang lain untuk
piutang, diancam karena penipuan, menyerahkan barang.
dengan pidana penjara paling lama 4 Adapun alat-alat penggerak yang
(empat) tahun.” dipergunakan untuk menggerakan orang
Tindak pidana penipuan dalam bentuk lain adalah sebagai berikut :
pokok atau yang disebutkan diatas dalam arti a. Nama palsu, dalam hal ini adalah
sempit yang diatur dalam Pasal 378 KUHP nama yang berlainan dengan nama
terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut33: yang sebenarnya meskipun
1. Unsur subjektif: dengan maksud perbedaan itu nampaknya kecil. Lain
a. Menguntungkan diri sendiri atau halnya jika si penipu menggunkan
orang lain. nama orang lain yang sama dengan
b. Dengan melawan hukum. namanya dengan namanya sendiri,
2. Unsur objektif: membujuk atau maka ia dapat dipersalahkan
menggerakan orang lain dengan alat melakukan tipu muslihat atau
pembujuk atau penggerak susunan perbuatan dusta.
a. Memakai nama palsu. b. Tipu muslihat, yang dimaksud dengan
b. Memakai keadaan palsu. tipu muslihat adalah perbuatan-
c. Rangkaian kata-kata bohong. perbuatan yang dilakukan sedemikian
d. Tipu muslihat agar : rupa, sehingga perbuatan itu
1) Menyerahkan sesuatu barang. menimbulkan kepercayaan atau
2) Membuat hutang. keyakinan atas kebenaran dari
3) Menghapus piutang. sesuatu kepada orang lain.
Menurut Soerodibroto34 tindak pidana c. Martabat/keadaan palsu, pemakaiaan
penipuan memiliki unsur pokok yaitu: martabat atau keadaan palsu adalah
1. Dengan maksud untuk menguntungkan bilamana seseorang memberikan
diri sendiri atau orang lain secara pernyataan bahwa ia berada dalam
melawan hukum. Secara sederhana dari suatu keadaan tertentu, yang mana
unsur ini yaitu tujuan terdekat dari keadaan itu memberikan hak-hak
pelaku artinya pelaku hendak kepada orang yang ada dalam
mendapatkan keuntungan itu adalah keadaan itu.
tujuan utama pelaku dengan jalan d. Rangkaian kebohongan, beberapa
melawan hukum, jika pelaku masih kata bohong saja dianggap tidak
membutuhkan tindakan lain, maka cukup sebagai alat penggerak. Jadi
maksud belum dapat terpenuhi. Dengan rangkaiaan kebohongan itu harus
demikian maksud ditujukan untuk diucapkan secara tersusun, sehingga
menguntungkan dan melawan hukum, merupakan suatu cerita yang dapat
diterima secara logis dan benar.
32
Dengan demikian kata yang satu
Moch. Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus KUHP Buku
II, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1989, hlm 62.
memperkuat atau membenarkan kata
33
Ibid, hlm 40-41. yang lain.
34
Soerodibroto, KUHP dan KUHAP, Rajawali Pers, Jakarta,
1992, hlm 241.

12
Lex Privatum Vol. VI/No. 4/Jun/2018

3. Menggerakkan orang lain untuk Jadi unsur-unsur yang harus dipenuhi


menyerahkan suatu barang, memberi sehingga wanprestasi dapat menjadi tindak
utang, atau menghapus utang. Dalam pidana penipuan, apabila sebelum membuat
perbuatan menggerakan orang lain untuk perjanjian salah satu pihak sudah tidak
menyerakan barang diisyaratkan adanya beritikad baik dengan:
hubungan kausal antara alat penggerak 1. Memakai nama palsu
dan penyerahan barang.` Apabila dalam membuat perjanjian salah
Pengertian melawan hukum menurut satu pihak menggunakan nama yang
sifatnya dibedakan menjadi dua, yaitu: berbeda dengan nama aslinya meskipun
1. Melawan hukum yang bersifat formil perbedaan itu nampak kecil. Tetapi jika ia
yaitu suatu perbuatan itu bersifat menggunakan nama orang lain yang
melawan hukum apabila perbuatan sama dengan namanya sendiri maka ia
diancam pidana dan dirumuskan sebagai dapat dipersalahkan melakukan tipu
suatu delik dalam undang-undang, muslihat atau susunan perbuatan dusta.
sedang sifat hukumnya perbuatan itu 2. Memakai martabat/keadaan palsu
dapat hapus hanya berdasarkan suatu Apabila dalam membuat perjanjian salah
ketentuan undang-undang. Jadi menurut satu pihak memberikan pernyataan
ajaran ini melawan hukum sama dengan bahwa ia berada dalam suatu keadaan
melawan hukum atau bertentangan tertentu, dimana keadaan itu
dengan undang-undang (hukum tertulis). memberikan hak-hak kepada orang yang
2. Melawan hukum yang bersifat materiil berada dalam keadaan itu. Contohnya, si
yaitu suatu perbuatan itu melawan A berada dalam suatu keadaan tertentu
hukum atau tidak, tidak hanya yang yaitu si A menggunakan kedudukan
terdapat dalam undang-undang (yang sebagai seorang karyawan dari
tertulis) saja, akan tetapi harus dilihat perusahaan P padahal ia sudah
berlakunya asas-asas hukum yang tidak diberhentikan. Kemudian si A
tertulis. Sifat melawan hukumnya mendatangi sebuah toko dan memesan
perbuatan yang nyata-nyata masuk kepada toko tersebut dengan
dalam rumusan delik itu dapat hapus mengatakan bahwa si A disuruh oleh
berdasarkan ketentuan undang-undang majikannya untuk mengambil barang-
dan juga berdasarkan aturan-aturan yang barang dari toko. Jika toko itu
tidak tertulis.35 menyerahkan barang-barang kepada A
Sedangkan menurut Moch. Anwar, karena mengetahui A adalah karyawan
melawan hukum berarti bertentangan dengan dari perusahaan P, maka A dapat
kepatutan yang berlaku di dalam kehidupan dipersalahkan menipu toko itu dengan
masyarakat. Suatu keuntungan bersifat tidak menggunakan kedudukan palsu.
wajar atau tidak patut menurut pergaulan 3. Rangkaian kata-kata bohong
masyarakat dapat terjadi, apabila keuntungan Apabila dalam membuat suatu perjanjian
ini diperoleh karena penggunaan alat-alat salah satu pihak menggunakan rangkain
penggerak atau pembujuk, sebab pada kebohongan yang tersusun secara rapi
keuntungan ini masih melekat kekurangpatutan sehingga dapat menjadi suatu cerita yang
dari alat-alat penggerak atau pembujuk yang dapat diterima secara logis. Dengan
dipergunakan untuk memperoleh keuntungan demikian kata yang satu memperkuat
itu. Jadi ada hubungan kausal antara atau membenarkan kata yang lain.
penggunaan alat-alat penggerak atau pembujuk 4. Menggunakan tipu muslihat
dari keuntungan yang diperoleh. Meskipun Apabila dalam suatu perjanjian salah satu
keuntungan itu bersifat wajar, apabila pihak melakukan perbuatan-perbuatan
diperoleh dengan alat-alat penggerak atau yang sedemikian rupa sehingga
pembujuk tersebut di atas, tetap keuntungan perbuatan itu menimbulkan kepercayaan
itu akan bersifat melawan hukum.36 atau keyakinan atas kebenaran dari
sesuatu kepada orang lain.
35
Sudarto, Hukum Pidana I A – I, Op Cit, hlm 47-48.
36
Moch. Anwar, Op Cit, hlm 56.

13
Lex Privatum Vol. VI/No. 4/Jun/2018

Selain unsur-unsur yang tersebut diatas, Hamzah, Andi, Bunga Rampai Hukum Pidana
wanprestasi dapat berubah menjadi tindak dan Acara Pidana, Ghalia Indonesia,
pidana penipuan apabila niat awal salah satu Jakarta, 2001
pihak dalam melakukan perjanjian yaitu untuk ------------------, KUHP dan KUHAP, Rineka Cipta,
mendapatkan keuntungan untuk dirinya sendiri Jakarta, 2006
maupun untuk orang lain dengan cara melawan Harahap, M. Yahya, Segi-Segi Hukum
hukum. Perjanjian, Alumni, Bandung, 1982
Kansil, C.S.T., Pokok-Pokok Hukum Pidana,
PENUTUP Pradnya Paramitha, Jakarta, 2004
A. Kesimpulan Khairandy, Ridwan, Itikad Baik dalam
1. Dalam pasal 1238 kitab undang-undang Kebebasan Berkontrak, Pascasarjana UI,
hukum dikatakan bahwa seseorang Jakarta, 2004
dinyatakan wanprestasi apabila sudah ada Komariah, Hukum Perdata, Universitas
surat perintah atau akta sejenis itu. Muhammadiyah Malang, Malang, 2002
2. Unsur-unsur yang harus dipenuhi sehingga Kusumohamidjojo, Budiono, Filsafat Hukum,
wanprestasi menjadi tindak pidana Mandar Maju, Bandung, 2011
penipuan adalah apabila sebelum ----------------------------------, Teori Hukum Dilema
membuat perjanjian salah satu pihak antara Hukum dan Kekuasaan, Yrama
sudah tidak beritikad baik dengan Widya, Bandung, 2016
memakai nama palsu, memakai martabat Lamintang, P.A.F., Dasar-Dasar Hukum Pidana
atau keadaan palsu, menggunakan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung,
rangkaian kata-kata bohong, dan 1997
menggunakan tipu muslihat. ------------------------, Dasar-Dasar Hukum Pidana
Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 1990
B. Saran Makarau, Taufik, Pokok-Pokok Hukum Acara
1. Sebaiknya dalam isi perjanjian dibuat Perdata, Rineka Cipta, Jakarta, 2013
poin tambahan mengenai wanprestasi Miru, Ahmadi, Hukum Kontrak dan
sehingga kedua belah pihak dapat Perancangan Kontrak, RajaGrafindo
merasa tenang dan aman dalam Persada, Jakarta, 2007
membuat perjanjian. Miru, Ahmadi dan Sakka Pati, Hukum Perikatan
2. Wanprestasi dan tindak pidana penipuan dan Penjelasan Makna Pasal 1233 sampai
ini harus lebih secara intensif dilakukan 1456 BW, RajaGrafindo Persada, Jakarta,
sosialisasi kepada masyarakat sehingga 2008
masyarakat dapat membedakan dengan Moeljatno, Azas-Azas Hukum Pidana, Rineka
jelas mengenai kasus perdata dan pidana Cipta, Jakarta, 1993
ini. Muhammad, Abdulkadir, Hukum Perdata
Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung,
DAFTAR PUSTAKA 2000
Anwar, Moch., Hukum Pidana Bagian Khusus ---------------------------------, Hukum Perikatan,
(KUHP Buku II), Citra Aditya Bakti, Sumur, Bandung, 2006
Bandung, 1989 Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, Alumni,
Badrulzaman, Mariam Darus, Asas-Asas Hukum Bandung, 1985
Perikatan, Fakultas Hukum Universitas Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori
Sumatera Utara, Medan, 1970 dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung,
---------------------------------------, Kompilasi Hukum 2005
Perikatan, Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2001 Patrik, Purwahid, Dasar-Dasar Hukum
Budiono, Herlien, Ajaran Umum Hukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung, 1994
Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Prakoso, Djoko dan Agus Imunarso, Hak Asasi
Kenotariatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, Tersangka dan Peranan Psikologi dalam
2010 Konteks KUHAP, Bina Aksara, Jakarta, 1987
Pramono, Nindyo, Hukum Komersil, Pusat
Penerbitan UT, Jakarta, 2003

14
Lex Privatum Vol. VI/No. 4/Jun/2018

Prawirohamidjojo, R. Soetojo dan Marthalena Peraturan Perundang-Undangan:


Pohan, Hukum Orang dan Keluarga Undang-Undang Dasar Negara Republik
(Personen en Familie-Recht), Airlangga Indonesia Tahun 1945
University, Surabaya, 1991 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Prodjodikoro, Wirjono, Asas-Asas Hukum Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Perjanjian, Sumur, Bandung, 2006 Website:
---------------------------, Asas-Asas Hukum Pidana Widjajono Moestadjab, Trik Menghindari
Indonesia, Eresco, Bandung, 1989 Penipuan, 2009,
--------------------------, Tindak-Tindak Pidana https://books.google.co.id/books?id=-
Tertentu di Indonesia, Refika Aditama, o5SDwAAQBAJ&pg=PA1&lpg=PA1&dq=pe
Bandung, 2003 nipuan+berasal+dari+kata&source=bl&ots
Rahman, Taufik El dan kawan-kawan, Asas =YDDyoUFbcj&sig=mWi8GXmx2Z4xs2BFcF
Kebebasan Berkontrak dan Asas bwlUn8z64&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjD
Kepribadian dalam Kontrak-Kontrak _6PKg_HaAhVMu48KHUd4BOUQ6AEIczAI#
Outsorcing, Mimbar Hukum, 2011 v=onepage&q=penipuan%20berasal%20da
Rumokoy, Donald Albert dan Frans Maramis, ri%20kata&f=false diakses pada tanggal 6
Pengantar Ilmu Hukum, RajaGrafindo Mei 2018 Jam 20.23 wita.
Persada, Jakarta, 2014
Setiawan, R., Pokok-Pokok Hukum Perjanjian,
Putra Abadin, Jakarta, 1999
Simanjuntak, P.N.H., Pokok-Pokok Hukum
Perdata Indonesia, Djambatan, Jakarta,
2009
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian
Hukum Normatif Suatu Tnjauan Singkat,
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004
Soemadipradja, Rahmat S.S., Penjelasan Hukum
tentang Keadaan Memaksa, National Legal
Reform Program, Jakarta, 2010
Soerodibroto, KUHP dan KUHAP, Rajawali Pers,
Jakarta, 1992
Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta,
Cetakan ke-14, 1992
---------, Hukum Perjanjian, Pembimbing Masa,
Jakarta, Cetakan Ke-5, 1979
Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian
Hukum, RajaGrafindo Persada, Jakarta,
2003
Sudarto, Hukum Pidana I, Yayasan Sudarto,
Semarang, 1990
Syamsah T.N., Tindak Pidana Perpajakan,
Alumni, Bandung, 2011
Tutik, Titik Triwulan, Hukum Perdata dalam
Sistem Hukum Nasional, Kencana, Jakarta,
Cetakan Ke-2, 2010
Yahman, Karakteristik Wanprestasi dan Tindak
Pidana Penipuan yang Lahir dari Hubungan
Kontraktual, Prenadamedia Group, Jakarta,
2014

15

Anda mungkin juga menyukai