KELAS A DOSEN DR. SUNARDI, SH. MHum. KERJAKAN/JAWAB SOAL-SOAL BERIKUT KERJAKAN DI RUMAH PAKAI KERTAS FOLIO BERGARIS TULIS TANGAN SENDIRI/TULIS TANGAN MASING-MASING TULIS MENGGUNAKAN TINTA BERWARNA BIRU BERI IDENTITAS DAN TANDA TANGAN PADA HALAMAN DEPAN/ HALAMAN SAMPUL. LEMBAR JAWABAN DIJILID/DISTEPLES YANG RAPI DAN KUAT PILIH/JAWAB/KERJAKAN 60 (ENAM PULUH) SOAL DARI SOAL YANG ADA. KUMPULKAN SAAT UAS DI STAF PRODI YANG MENGAWASI UAS. KUMPULKAN HANYA PADA JAM AWAL UAS SESUAI JADUAL (TIGA PULUH MENIT AWAL), TIDAK BOLEH MENYUSUL/TIDAK BOLEH TERLAMBAT. BAGI YANG BERHALANGAN OVER MACH, DITITIPKAN TEMANNYA UNTUK DIKUMPULKAN. BAGI YANG MENGUMPULKAN, TANDA TANGAN DAFTAR HADIR/NILAI.
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ekstradisi dalam hukum pidana.
2. Sebutkan, jelaskan 10 (sepuluh) asas-asas ekstradisi. 3. Sebutkan dan jelaskan bagaimana pandangan paham monistis tentang pengertian dan unsur tindak pidana dan pertanggungjawaban pidana. 4. Sebutkan dan jelaskan bagaimana pandangan paham dualistis tentang pengertian dan unsur tindak pidana dan pertanggungjawaban pidana. 5. Sebutkan perbandingan pandangan paham monistis dengan paham dualistis tentang pengertian dan unsur tindak pidana dan pertanggungjawaban pidana. 6. Sebutkan nama 3 (tiga) ahli yang menganut paham monistis, dengan menyebutkan juga pendapatnya tentang pengertian tindak pidana. 7. Sebutkan nama 3 (tiga) ahli yang menganut paham dualistis, dengan menyebutkan juga pendapatnya tentang pengertian tindak pidana. 8. Jelaskan apakah hukum pidana Indonesia menganut paham monistis atau paham dualistis. 9. Dalam hal ada tindak pidana tetapi pelakunya tidak dapat dipidana (tidak dapat dipertanggungjawabkan), jelaskan bagaimana pandangan paham monistis, dan bagaimana pandangan paham dualistis terhadap kasus tersebut (diputus dengan putusan yang bagaimana)? 10. Sebutkan sedikitnya 3 (tiga) istilah dalam bahasa asing untuk “tindak pidana”. 11. Jelaskan sedikitnya 3 (tiga) pendapat ahli tentang pengertian “tindak pidana”. 12. Sebutkan pendapat Edmund Mezger tentang pengertian tindak pidana. 13. Sebutkan, jelaskan 5 (lima) unsur/elemen tindak pidana, pada umumnya. 14. Sebutkan apa yang menjadi unsur subjektif tindak pidana, dan apa unsur obyektif tindak pidana. 15. Jelaskan apa yang dimaksud dengan unsur sifat melawan hukum dalam hukum pidana (untuk adanya tindak pidana). 16. Jelaskan apa yang dimaksud melawan hukum formil. 17. Jelaskan apa yang dimaksud melawan hukum materil. 18. Jelaskan apa yang dimaksud bahwa ajaran sifat melawan hukum materil tidak dapat berfungsi secara positif tetapi dapat berfungsi secara negatif sebagai alasan pembenar. 19. Jelaskan apa yang dimaksud dengan alasan pembenar dalam hukum pidana. 20. Sebutkan, jelaskan apa saja yang menjadi alasan pembenar dalam hukum pidana. 21. Sebutkan 5 (lima) cara merumuskan tindak pidana. 22. Sebutkan dan jelaskan masing-masing; 6 (enam) macam hukum pidana; 6 (enam) macam tindak pidana; dan 7 (tujuh) macam pidana, menurut ilmu pengetahuan hukum pidana/KUHP. 23. Jelaskan apa pengertian percobaan (poging) dalam hukum pidana. 24. Jelaskan latar belakang alasan (subyektif, obyektif, pragmatis) perlunya diatur percobaan (poging) dalam hukum pidana. 25. Sebutkan bunyi dasar hukum yang mangatur percobaan (poging) dalam KUHP. 26. Sebutkan dan jelaskan makna masing-masing 3 (tiga) unsur atau elemen untuk dapat dipidananya percobaan (poging) menurut KUHP. 27. Jelaskan bagaimana pemidanaannya dalam hal terjadi percobaan (poging) melakukan tindak pidana. 28. Apakah mencoba melakukan pelanggaran dapat dipidana, jelaskan. 29. Jelaskan sedikitnya 5 (lima) macam percobaan (poging) dalam hukum pidana. 30. Buatkan satu contoh kasus percobaan (poging) melakukan tindak pidana. 31. Jelaskan apa yang dimaksud dengan concursus atau perbarengan dalam hukum pidana. 32. Jelaskan latar belakang alasan perlunya diatur concursus atau perbarengan dalam hukum pidana. 33. Sebutkan dasar hukum yang mengatur concursus (perbarengan) dalam hukum pidana. 34. Sebutkan dan jelaskan macam concursus (perbarengan) dalam hukum pidana. 35. Buatkan contoh kasus dimana terjadi concursus idealis dan dimana terjadi concursus realis. 36. Sebutkan dasar hukumnya dan bunyi dasar hukumnya yang mengatur perbuatan berlanjut dalam hukum pidana (KUHP). 37. Sebutkan syarat untuk adanya perbuatan berlanjut dalam hukum pidana. 38. Sebutkan dasar hukum dan bunyi dasar hukum yang mengatur tentang residive (pengulangan) dalam hukum pidana. 39. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sistem tussen stelsel dalam menetapkan adanya residive dalam hukum pidana Indonesia. 40. Sebutkan dan jelaskan bagaimana sistem penjatuhan pidana menurut hukum pidana Indonesia, dalam hal terjadi; concursus idealis, concursus realis, perbuatan berlanjut, dan residive. 41. Jelaskan apa yang dimaksud dengan subjek hukum. 42. Jelaskan apa yang dimaksud dengan subjek hukum pidana. 43. Jelaskan apa yang dimaksud dengan subjek tindak pidana. 44. Sebutkan sedikitnya 4 (empat) bukti yang membuktikan bahwa subjek hukum pidana, subjek tindak pidana menurut KUHP adalah orang. 45. Sebutkan sedikitnya 4 (empat) bukti yang membuktikan bahwa subjek hukum pidana, subjek tindak pidana menurut hukum pidana yang berlaku di Indonesia juga termasuk korporasi. 46. Jelaskan apa yang dimaksud dengan korporasi. 47. Jelaskan latar belakang alasan korporasi menjadi subjek hukum pidana. 48. Korporasi menjadi subjek hukum pidana, jelaskan bagaimana pengaruhnya terhadap konsep tindak pidana khususnya terhadap konsep “perbuatan” oleh korporasi. 49. Korporasi menjadi subjek hukum pidana, jelaskan bagaimana pengaruhnya terhadap konsep pertanggungjawaban pidana khususnya terhadap asas pertanggungjawaban pidana. 50. Korporasi menjadi subjek hukum pidana, jelaskan bagaimana pengaruhnya terhadap konsep pidana dan pemidanaan khususnya pidana yang bagaimana yang dapat dikenalan terhadap korporasi (pidana custodial atau non custodial). 51. Jelaskan arti pertanggungjawaban pidana. 52. Jelaskan apa yang dimaksud dengan: culpabilitas (geen straf zonder schuld), strict liability, dan vicarious liability, sebagai asas pertanggungjawaban pidana. 53. Jelaskan apa yang dimaksud kesalahan (schuld) sebagai unsur atau syarat pemidanaan. 54. Jelaskan makna kesalahan (schuld) dalam arti luas. 55. Jelaskan makna kesalahan (schuld) dalam arti bentuk. 56. Jelaskan makna kesalahan (schuld) dalam arti sempit. 57. Sebut dan jelaskan 3 (tiga) unsur yang harus terpenuhi untuk adanya kesalahan (schuld) pada seseorang pelaku tindak pidana. 58. Jelaskan arti atau makna kemampuan bertanggungjawab. 59. Sebutkan dasar hukum dan bunyi dasar hukum yang mengatur kemampuan bertanggungjawab dalam KUHP. 60. Apa yang dimaksud bahwa kemampuan bertanggungjawab dalam KUHP dipurbasangka kan. 61. Dalam konteks atau keadaan yang bagaimana penegak hukum (orang) akan mempersoalkan kemampuan bertanggungjawab seorang terdakwa. 62. Bagaimana cara menentukan menetapkan atau memastikan kemampuan bertanggungjawab tersangka atau terdakwa. 63. Orang yang bagaimana yang kurang mampu bertanggungjawab. 64. Orang yang bagaimana yang tidak mampu bertanggungjawab. 65. Orang yang bagaimana yang tidak mampu bertanggungjawab untuk sebagian. 66. Orang yang mabuk yang bagaimana yang tetap dianggap mampu bertanggungjawab, jelaskan mengapa demikian. 67. Dalam hal ada keraguan hakim terhadap atau tentang kemampuan bertanggungjawab seorang terdakwa, jelaskan bagaimana hakim menetapkan keputusan. 68. Bentuk hubungan batin pelaku dengan perbuatan ada 2 (dua) yaitu sengaja atau alpa. Jelaskan apa yang dimaksud sengaja (kesengajaan), dan jelaskan apa yang dimaksud dengan alpa (kealpaan). 69. Sebutkan sedikitnya 5 (lima) istilah yang digunakan dalam KUHP yang berarti atau bermakna “sengaja”. 70. Jelaskan arti/makna sengaja atau kesengajaan menurut wils teory (teori kehendak) dan voorstilling teory (teori pengetahuan). 71. Sebutkan nama ahli yang menganut wisl teori dan yang menganut voorstilling teori. 72. Jelaskan apa yang dimaksud kesengajaan sebagai maksud. 73. Jelaskan apa yang dimaksud kesengajaan dengan sadar akan kepastian. 74. Jelaskan apa yang dimaksud kesengajaan dengan sadar akan kemungkinan (dolus eventualis). 75. Jelaskan macam kesengajaan, dan kesengajaan macam yang bagaimana yang berlaku di Indonesia. 76. Sebutkan sedikitnya 5 (lima) istilah atau kata yang digunakan dalam KUHP yang bermakna sengaja atau kesengajaan. 77. Jelaskan apa arti atau pengertian alpa atau kealpaan dalam hukum pidana, menurut doktrine dan yurisprudensi. 78. Jelaskan apa yang dimaksud culpa lata. 79. Jelaskan apa yang dimaksud culpa levis. 80. Jelaskan apa yang dimaksud alasan pemaaf. 81. Jelaskan apa saja alasan pemaaf dalam hukum pidana. 82. Sebutkan dan jelaskan apa saja yang menjadi alasan pemaaf dalam hukum pidana, sebutkan dengan dasar hukumnya. 83. Jelaskan apa yang dimaksud dengan unsur sifat melawan hukum sebagai unsur yang wajib ada pada setiap tindak pidana. 84. Ada 2 (dua) pendapat tentang makna atau arti unsur “sifat melawan hukum” sebagai unsur tindak pidana, yaitu sifat melawan hukum formil (formele wederrchtlijkheid) dan sifat melawan hukum materil (materiele wederrchtlijkheid). Jelaskan 85. Apabila kita menyimak yurisprudensi dan doktrine dalam hukum pidana Indonesia, menganut ajaran sifat melawan hukum yang mana atau yang bagaimana, jelaskan. 86. Jelaskan apa yang dimaksud dengan perubahan hukum (peraturan perundang-undangan) menurut ajaran sifat melawan hukum formil dan menurut ajaran sifat melawan hukum materil. 87. Jelaskan apa konsekwensinya dalam hal unsur sifat melawan hukum dicantumkan dalam rumusan tindak pidana. 88. Jelaskan apa konsekwensinya dalam hal unsur sifat melawan hukum tidak dicantumkan dalam rumusan tindak pidana. 89. Jelaskan apa yang dimaksud alasan pembenar dalam hukum pidana. 90. Sebutkan dan jelaskan apa saja yang menjadi alasan pembenar dalam hukum pidana, sebutkan dengan dasar hukumnya. 91. Jelaskan apa yang dimaksud dengan: over macht, noodweer, dan noodweer exes.
Manajemen konflik dalam 4 langkah: Metode, strategi, teknik-teknik penting, dan pendekatan operasional untuk mengelola dan menyelesaikan situasi konflik