Anda di halaman 1dari 3

BAB 1 PENGERTIAN UMUM TENTANG HUKUM DAN HUKUM PIDANA

Pada bab ini menjelaskan definisi hukum dan hukum pidana, tapi banyak ahli yang mencoba
mendefiniskan “hukum” tetapi hasilnya kurang memuaskan. Pada artian secara luas “hukum” adalah
suatu tata tertib yang dibutuhkan oleh umat manusia untuk dijadikan aturan yang menajdi patokan,
pedoman, pegangan untuk dituruti, dipatuhi dan dilaksanakan agar terwujud keteraturan dalam
kehidupan umat manusia. Dalam bab ini dilengkapi dengan banyak definisi para ahli tentang hukum itu
sendiri. Sedangkan hukum pidana bisa dibilang adalah hukum publik yang mengatur hubungan antara
kepentingan masyarakat, kepentingan negara dan kepentingan individu yang memiliki sifat yang paling
keras. Hukum pidana memiliki tujuan sebagai pengendali masyarakat karena bersifat memberi efek jera
dan memiliki sifat menakuti orang yang ingin berbuat kejahatan karena mengandung sanksi yang tegas.
Dalam bab ini terdapat beberapa subbab yang dilengkapi dengan bagan guna mempermudah
pemahaman pembaca dalam memahami hukum pidana

Bab 2 RUANG LINGKUP BERLAKUNYA HUKUM PIDANA


Dalam bab ini menjelaskan ada 2 ruang lingkup hukum pidana, yaitu menurut waktu dan tempat.
Berlaku menurut waktu artinya hukum yang ada harus ada terlebih dahulu sebelum suatu tindak pidana
terjadi sejalan dengan penerapan asas legalitas. Sedangkan berlaku menurut tempat secara doktrinal
ada 4 asas yaitu asas teritorial, asas nasionalitas pasif, asas nasionalitas aktif dan asas universal. Bab ini
dilengkapi dengan bagan yang sangat lengkap dan mempermudah pemahaman tentang bab ini.

Bab 3 NORMA DAN SANKSI HUKUM PIDANA


Dalam bab ini mempelajari norma dan sansksi hukum pidana, secara umum norma hukum pidana
adalah suatu kaidah peraturan peraturan memiliki unsur larangan dan keharusan yang memiliki sanksi
sebagai akibat hukum jika keluar dari kaidah2 yang telah ada. Sanksi hukum pidana berfungsi sebagai
penegakan hukum dan memberi perlindungan hukum. Selanjutnya ada yang disebut kepentingan
hukum, yakni kepentingan yang ditentukan oleh hukum. Menurut doktrin hukum pidana ada 3 jenis
kepentingan hukum, yaitu kepentingan hukum perseorangan/individu, kepentingan hukum masyarakat
dan kepentingan hukum negara.

Bab 4 STRAFBAARFEIT (TINDAK PIDANA) DAN PIDANA


Ada beberapa Definisi Strafbaarfeit menurut para ahli indonesia antara lain peristiwa pidana, perbuatan
pidana, tindak pidana dan perbuatan yang boleh dihukum. Strafbaarfeit harus mengandung unsur-unsur
antara lain, yakni kesalahan, pelaku (manusia), sifat melawan hukum, merupakan tindakan yang dilarang
atau diharuskan oleh undang-undang dan ada waktu,tempat dan keaadan. Pidana atau hukuman dapat
diartikan sebagai akibat dari suatu strafbaarfeit, pidana dijatuhkan pada pelaku strafbaarfeit yang telah
tebukti. Menurut pasal 10 KUHP ada 2 jenis hukuman antara lain: hukuman pokok dan hukuman
tambahan. Contoh hukuman pokok yaitu hukuman mati, hukuman penjara, hukuman kurangan dan
hukuman denda, ada juga yang disebut hukuman tutupan (UU no 20 tahun 1946). Sedangkan hukuman
tambahan dapat berupa pencabutan hak tertentu, perampasan barang tertentu dan pengumuman
keptusan hakim. Terdapat beberapa subbab dalam bab ini guna melengkapi pemahaman tentang
strafbaarfeit dan pidana.

Bab 5 PENAFSIRAN (INTERPRETATIE)


Penafsiran dalam hukum pidana dapat diartikan mencari arti yang terkandung dalam setiap undang-
undang yang ada. Menurut Satjipto raharjo, “hukum pidana tidak akan berjalan tanpa penfasiran”. Ada
beberapa doktrin yang menjelaskan alasan mengapa penafsiran penting antara lain: hukum itu dinamis,
aturan hukum tidak pernah lengkap dalam artian sesunggguhnya dan pemahaman tentang “hukum
adalah produk politik” yang menjadi bersifat ambigu. Ada beberapa asas-asas umum penafsiran yaitu:
asas regulasi, asas relevansi, asas kepatutan, dst. Dan ada banyak bentuk penafsiran yaitu: penafsiran
otentik, penafsiran gramatikal, penafsiran sistematis, penafsiran historis, dst. Ada yang disebut dengan
ajaran kausalitas yang memiliki pemahaman dasar untuk mempelajari yang menjadi “sebab” daripada
timbulnya “akibat” dan “akibat” yang timbul itu diawali adanya “sebab”. Tujuan dari ajaran ini yaitu
untuk menentukan hubungan antara “sebab” dengan “akibat” dari perbuatan atau peristiwa yang
terjadi.
Bab 6 SIFAT MELAWAN HUKUM DAN PETANGGUNGJAWABAN PIDANA
Sifat melawan hukum dalam konteks hukum pidana adalah perbuatan manusia yang dilakukan dengan
kondisi sadar dan perbuatan itu bertentang dengan hukum serta dapat dipertanggungjawabkan
kesalahannya. Ada 2 bentuk sifat melawan hukum, yakin: sifat melawan hukum formil dan sifat
melawan hukum materil. Selanjutnya Pertanggungjawaban pidana menjurus kepada pemidanaan pelaku
dengan maksud untuk menentukan apakah seseorang terdakwa atau tersangka dipertang gung
jawabkan atas suatu tindakan pidana yang terjadi atau tidak. Ada beberapa kriteria orang dianggap
mampu bertanggungjawab, salah satu nya adalah tidak terganggu jiwanya.

Bab 7 AJARAN TENTANG KESALAHAN


Kesalahan adalah dasar untuk pertanggungjawaban pidana, ada 3 unsur daripada kesalahan dalam
hukum pidana yakni: kelakukan yang bersifat melawan hukum, perbuatan merupakan dolus(sengaja)
atau culpa(lalai), kemampuan bertanggungjawab. Dalam bab ini dilengkapi bagan yang sangat lengkap
dalam memahami tentang kesalahan.
Bab 8 ALASAN-ALASAN PENGHAPUSAN PIDANA
Ada 2 bentuk alasan penghapusan pidana yaitu: alasan pembenar(jutification) dan alasan
pemaaf(excuses). dasar-dasar Alasan pembenar menurut KUHP adalah ada kondisi terpaksa, membela
diri, menjalankan perintah UU, menjalan perintah jabatan. Sedangkan dasar-dasar alasan pemaaf adalah
karena tidak mampu bertanggungjawab, daya paksa(noodtoestan), pembelaan tepaksa(noodweer
Exces) dan mejalankan perintah jabatan yang sah.

Bab 9 KETENTUAN-KETENTUAN KHUSUS YANG MENYANGKUT PIDANA


Dalam hukum pidana ada diatur mengenai Pengurangan Pidana dan Penambahan Pidana. Yang menjadi
alasan atau dasar pengurangan pidana, salah satunya ada karena suatu tindak dianggap belum tuntas
sehingga dapat diberikan pengurangan pidana. Sedangkan penambahan pidana salah satu alasannya
adaalah adanya pengulangan tindak pidana.

Bab 10 Poging=Attempt=Percobaan
Pada umumnya kata percobaan atau poging berarti suatu usaha mencapai suatu tujuan, yang pada
akhirnya tidak atau belum tercapai. Menurut Pasal 53 KUHP, supaya percobaan pada kejahatan
(pelanggaran tidak) dapat dihukum, maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Niat sudah ada untuk berbuat kejahatan itu;
Orang sudah memulai berbuat kejahatan itu; dan
Perbuatan kejahatan itu tidak jadi sampai selesai, oleh karena terhalang oleh sebab-sebab yang timbul
kemudian, tidak terletak dalam kemauan penjahat itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai