38-Article Text-75-1-10-20170529
38-Article Text-75-1-10-20170529
Email: yayukkimia@gmail.com
TUJUAN PENELITIAN
PENDAHULUAN Penelitian ini bertujuan untuk
Tanaman buncis (Phaseolus mengetahui kandungan senyawa metabolit
vulgaris L) atau yang lebih dikenal sebagai sekunder yang terkandung dalam serbuk
kacang buncis merupakan tanaman yang ekstrak buah buncis yang sudah
sangat mudah di temukan di seluruh mengalami proses pemanasan dan
wilayah Indonesia. Tanaman buncis penyimpanan.
berasal dari wilayah selatan Meksiko dan
wilayah panas Guatemala. LANDASAN TEORI
Kandungan kimia tanaman buncis Tanaman buncis merupak tanaman
antara lain antosianin, flavonoid, alkaloid, polong jenis semak atau perdu yang kaya
saponin, triterpenoid, steroid, stigmasterin, akan manfaat. Terdapat dua tipe yaitu
trigonelin, arginin, asam amino, asparagin, merambat dan tegak. Tanaman ini biasa
kholina, tanin dan fasin (Sihombing dkk, dikonsumsi dalam keadaan muda atau
2010; Jannah dkk, 2013; Dzomba et al., dikonsumsi bijinya. Buncis dapat tumbuh
2013 dan Lima et al., 2014). Tanaman liar, ditemukan pada daerah dataran rendah
buncis dapat dimanfaatkan sebagai obat dan dataran tinggi pada lingkungan kering
antara lain dapat menurunkan kadar gula hingga lembab. Klasifikasi ilmiah tanaman
darah (Jannah dkk, 2013) mencegah buncis adalah sebagai berikut:
kanker usus besar dan kanker payudara Kerajaan : Plantae
(Waluyo dan Djuriah, 2013) serta dapat Divisi : Magnoliophyta
melancarkan pencernaan karena Kelas : Magnoliopsida
kandungan serat yang dimiliki (Batalla et Ordo : Fabales
al., 2006). Famili : Fabaceae
Kemampuan tanaman buncis Upafamili : Faboideae
menjadi tanaman obat tidak terlepas dari Genus : Phaseolus
kemampuan meproduksi metabolit Spesies : P. Vulgaris Linn
sekunder. Metabolit sekunder merupakan Tanaman buncis khususnya pada
senyawa kimia yang umumnya memiliki bagian buah memiliki manfaat besar
kemampuan bioaktivitas dan berfungsi karena kandungan gizi yang berlimpah.
sebagai pertahanan terhadap gangguan Hal tersebut merupakan gambaran dari
hama dan penyakit untuk tumbuhan itu kandungan kimia yang dimiliki oleh
sendiri (Chunaifi dan Tukiran, 2014). tanaman buncis. Kandungan kimia yang
Berdasarkan hasil penelitian terdapat merupakan jenis senyawa
sebelumnya terhadap tanaman buncis polifenol yang umum terdapat pada
dengan menggunakan ekstrak kental tumbuhan seperti hasil penelitian yang
diketahui tanaman buncis mengandung dilakukan pada ekstrak kental tanaman
komponen senyawa kimia seperti yang buncis oleh Kurnia (2013) yaitu flavonoid
telah diuraikan diatas. Melengkapi yang dapat berfungsi sebagai antioksidan.
informasi manaafat tanaman buncis di Senyawa polifenol merupakan
bidang fitofarmaka maka perlu dilakukan metabolid sekunder terbesar pada tanaman
penelitian mengenai kandungan senyawa (Ciptaningsih, 2012). Senyawa fenol
kimia tanaman buncis menggunakan terdiri dari sebuah cincin aromatik dengan
ekstrak buah buncis yang sudah satu atau lebih gugus hidroksil (Harbone,
dikeringkan menggunakan proses 2006). Senyawa fenol ada dalam bentuk
pemanasan pada suhu tinggi dan stuktur sederhana hinga struktur kompleks
penyimpanaan pada waktu yang sudah yang rumit seperti tanin dan lignin.
ditentukan. flavonoid (C6-C3-C6) tersusun atas 2 buah
cincin fenil yang terikat melalui 3 atom
karbon yang membentuk oksigenasi
97
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA), Januari 2016
heterosiklik dari 3 cincin dengan label A, kertas saring, dan alumunium foil.
B, C. srtuktur sederhana flavonoid Penelitan dilakukan di Laboratorium
disajikan pada Gambar 1 berikut: Analitik Universitas Mataram.
Prosedur penelitian terdiri dari
beberapa tahapan yaitu tahap penyiapan
sampel dimana sampel diambil dari
C industri obat tradisional yang terdapat di
kota mataram dalam bentuk serbuk
A B ekstrak.
Tahap selanjutnya adalah tahap
skrining fitokimia. Skrining fitokimia yang
dilakukan meliputi uji flavonoid, alkaloid,
Gambar 1. Stuktur Dasar Flavonoid fenol, saponin, tanin, steroid dan
triterpenoid, metode analisis berdasarkan
Beberapa ribu senyawa fenol alam (Harborne, 1987 dalam Nugrahani, 2015)
telah diketahui strukturnya. Flavonoid a. flavonoid.
merupakan golongan terbesar, tetapi fenol Sebanyak 0,1 ekstrak dimasukan
monosiklik sederhana, fenilpropanoid dan kedalam gelas piala kemudian kemudin
kuinon fenolik juga terdapat dalam julam ditambahkan 10 ml aquades
besar. Golongan polimer penting seperti dipanaskan sampai mendidih selama 5
lignin, melamin dan tanin adalah senyawa menit. Setelah itu, disaring dan
polifenol dan terkadang satuan fenolik filtratnya digunakan sebagai larutan
dijumpai pada protein , alkaloid dan uji. Filtrat dimasukkan ke dalam
diantara terpenoid (Harbone, 1987). tabung reaksi lalu ditambahkan pita
Turunan senyawa fenol umumnya dapat Mg, 1 ml HCl pekat dan 1 ml
digunakan dalam pengembangan obat amilalkohol kemudian dikocok dengan
tradisonal karena dapat berfungsi sebagai kuat. Uji positif flavonoid ditandai
anti tumor, antiviral, antibiotik dan dengan terbentuknya warna merah,
antioksidan (Apak et all., 2007). kuning atau jingga pada lapisan
amilalkohol.
METODELOGI PENELITIAN b. Alkaloid.
Metode yang digunakan dalam Sebanyak 0,1 gr sampel
penelitian ini adalah dengan mereaksikan dilarutkan dalam 10 ml CHCl3
serbuk sampel dengan reagen kimia yang (kloroform) dan 4 tetes NH4OH
sesuai dengan senyawa yang akan kemudian disaring dan filtratnya
diidentifikasi. Bahan yang dibutuhkan dimasukkan kedalam tabung reaksi
dalam penelitian ini adalah serbuk ekstrak tertutup. Ekstrak CHCl3 dalam tabung
P Vulgaris L yang diperoleh dari industri reaksi kemudian dikocok dengan
obat tradisional di kota mataram, aquades, ditambah 10 tetes H2SO4 2 M, sampai
metanol 96 % v/v, methanol 50 % v/v, terbentuk 2 lapisan. Lapisan asam yang
Serbuk magnesium, asam klorida pekat 37 berada di atas dipisahkan ke dalam
% v/v, H2SO4 pekat 97% v/v, FeCl3 1% tabung reaksi yang lain dan
w/v, FeCl3 5% w/v, amoniak, klorofom, ditambahkan preaksi meyer yang
pereaksi dragendorff, pereaksi meyer, menghasilkan endapan warna putih
anhidra asetat, amil-alkohol. Alat yang sedangkan penambahan pereaksi
akan dibutuhkan dalam penelitian ini dragendorff yang akan menimbulkan
adalah neraca analitik, pipet volumetri, endapan warna merah jingga.
cawan porselen, penangas air, waterbath, c. Fenol
peralatan gelas, palate silika gel GF-254, Sejumlah sampel (0,1 gr)
fortex, chamber KLT, alat penyemprot, diekstrak dengan 20 ml metanol 70%.
98
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA), Januari 2016
Larutan yang dihasilkan diambil suhu tinggi setelah menjadi serbuk sampel
sebanyak 1 ml kemudian ditambahkan diletakkan dalam botol plastik tertutup
2 tetes larutan FeCl3 5%. Reaksi positif kemudian disimpan dalam variasi waktu
ditunjukkan dengan terbentuknya yang sudah ditentukan yaitu kurang dari 1
warna hijau atau hijau kebiruan. bulan s/d ± 3 bulan pada suhu ruang.
Analisis fitokimia serbuk ekstrak
d. Saponin buncis yang dilakukan antara lain
Sebanyak 0,1 gr sampel identifikasi tanin, saponin, alkaloid, fenol,
dimasukkan kedalam gelas piala flavonoid dan Streroid/Triterpenoid. Hasil
kemudian ditambahkan 10 ml air panas analisis fitokimia menggunakan pereaksi-
dan dididihkan selama 5 menit. Setelah pereaksi kimia, diuraikan sebgai berikut:
itu, disaring dan filtratnya digunakan
sebagai larutan uji. Filtrat dimasukkan a. Flavonoid
kedalam tabung reaksi tertutup Hasil uji flavonoid untuk
kemudian dikicok selama ± 10 detik masing-masing sampel dinyatakan
dan dibiarkan selama 10 menit, positif, karena pengujian serbuk
ditambahkan 1 ml HCL 2M. Adanya ekstrak menggunakan HCl pekat dan
saponin ditunjukkan dengan potongan pita magnesium
terbentuknya buih yang stabil. menghasilkan warna oranga/ jingga
e. Tanin pada lapisan amil alkohol. Hasil uji
Sebanyak 0,1 gr serbuk ekstrak ditunjukkan pada Gambar 2.
ditambahkan dengan 10 ml air panas,
dididihkan selama 5 menit dan
disaring. Sebagian filtrat yang
diperoleh ditambahakan dengan larutan
FeCl3 1%. Hasil positif ditunjukkan
oleh terbentuknya warna hijau
kehitaman.
f. Triterpenoid dan Steroid.
Sebanyak 0,1 gr sampel
dilarutkan dengan metanol kemudian Gambar 2. Hasil uji Flavonoid (Nugrahani, 2015)
di uapkan diatas waterbath. Filtrat
digerus kemudian dilarutkan dengan 2 Reaksi yang terjadi pada saat uji
ml kloroform dalam tabung reaksi, lalu flavonoid dapat di jelaskan pada Gambar
ditambah dengan anhidra asetat 3.
sebanyak 10 tetes, selanjutnya larutan
ditetesi dengan H2SO4 pekat ± 3 tetes
melalui dinding tabung reaksi. Jika
hasil yang diperoleh berupa cicin
kecoklatan atau violet pada perbatasan
dua pelarut menunjukkan adanya
triterpen, sedangkan munculnya warna
hijau menunjukkan adanya steroid.
99
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA), Januari 2016
d. Saponin
Pengujian senyawa saponin
Gambar 5. Reaksi dengan pereaksi Meyer dilakukan dengan memanaskan
sampel yang ditambahkan dengan air
Hasil positif alkaloid pada uji hingga mendidih selama 5 menit,
Dragendorff juga ditandai dengan setelah dingin sampel di kocok dengan
terbentuknya endapan coklat muda sampai kuat sehingga terbentuk busa
kuning jingga. Endapan tersebut adalah kemudian ditambahkan HCl 2M. Hasil
kaliumalkaloid. Nitrogen pada uji alkaloid yang diperoleh menunjukkan bahwa
100
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA), Januari 2016
101
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA), Januari 2016
O
Ac2O H +
HO
-HOAc
O
Berdasarkan hasil uji fitikomia
H+
-HOAc menunjukkan bahwa sampel serbuk
+ ekstrak buncis dengan variasi lama
A 15 +
- H+
penyimpanan yang berbeda yaitu sampel
Adisi Electrof ilik
H
segar (kurang dari 1 bulan), sampel yang
di simpan ±1 bulan, sampel yang disimpan
± 2 bulan dan sampel yang disimpan ± 3
+ H
- H+ bulan mengandung senyawa kimia
+
golongan saponin, fenol, flavonoid dan
- H+
alkaloid, sedangkan senyawa tanin tidak
H
i terdapat pada semua sampel. Ringkasan
hasil uji fitokimia disajikan pada Tabel
Gambar 12. Reaksi triterpenoid dengan 4.4.
pereaksi Liembermann-Burchard
102
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA), Januari 2016
103