Materi
13. Contoh media pembelajaran
14. Lembar kerja kelompok (pertemuan ke-1)
15. Rubrik dan penilaian kerja kelompok (pertemuan ke-1)
16. Lembar tes tertulis (pertemuan ke-1)
17. Lembar pengamatan sikap (pertemuan ke-1)
18. Lembar kerja kelompok (pertemuan ke-2)
19. Rubrik dan penilaian kerja kelompok (pertemuan ke-2)
20. Lembar tes tertulis (pertemuan ke-2)
21. Lembar pengamatan sikap (pertemuan ke-2)
22. Materi pengayaan
............................. .............................
I. Referensi
Direktorat KSKK Madrasah. 2022. Contoh TP, ATP, dan Modul Ajar Kurikulum
Merdeka Pada Madrasah – Alqur’an Hadis. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI.
Direktorat KSKK Madrasah. 2022. Panduan Pembelajaran dan Asesmen RA, MI, MTs,
MA dan MAK. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian
Agama RI.
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 347 Tahun 2022 Tentang
Pedoman Implementasi Kurikulum Merdeka Pada Madrasah.
Naidoo, Jayaluxmi. 2021. Teaching and Learning In the 21st Century: Embracing the
fourth Industrial Revolution. Boston: Brill Sense.
255
tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan (Panduan Pengembangan Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila, 2022).
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dan Profil Pelajar Rahmatan
LilAlamin (P2RA), menjadi salah satu sarana dalam mewujudkan pencapaian profil
pelajar Pancasila yang rahmatan lil alamin, memberi kesempatan kepada peserta didik
dalam penguatan dan pengembangan karakter serta memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk belajar hidup bersama di lingkungannya. Peserta didik memiliki
kesempatan yang seluas luasnya untuk mengkaji tema dan isu penting yang ditemuinya
dalam kehidupan sehari hari, seperti perubahan iklim, radikalisme, kesehatan mental,
budaya dan seni, kewirausahaan, penerapan teknologi, dan cara hidup berdemokrasi.
Dengan demikian, peserta didik diharapkan dapat melakukan aksi nyata dalam bentuk
projek dalam menjawab tema dan isu tersebut sesuai dengan jenjang satuan pendidikan
dan kebutuhan peserta didik.
B. Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran ini adalah mahasiswa mampu menganalisis dimensi dan tema
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan nilai-nilai Profil Pelajar Rahmatan Lil
Alamin di Madrasah, Menyusun Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan nilai-nilai
Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin di Madrasah yang terdiri dari tujuan, aktivitas dan
kegiatan serta asesmenya.
C. Tujuan Pembelajaran
Kegiatan Belajar ini bertujuan agar mahasiswa Pendidikan Profesi Guru dapat:
1. Menganalisis dimensi dan tema Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan nilai-
nilai Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin di Madrasah.
2. Menyusun Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan nilai-nilai Profil Pelajar
Rahmatan Lil Alamin di Madrasah.
3. Menyusun tujuan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan nilai-nilai Profil
Pelajar Rahmatan Lil Alamin di Madrasah.
4. Merancang aktivitas dan kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan
nilai-nilai Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin di Madrasah.
5. Menyusun asesmen Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan nilai-nilai Profil
Pelajar Rahmatan Lil Alamin di Madrasah.
D. Aktivitas Pembelajaran
256
Untuk mencapai tujuan modul Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan nilai-nilai
Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin, kegiatan yang akan dilaksanakan selama perkuliahan
ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa Menganalisis dimensi dan tema Project Penguatan Profil
Pelajar Pancasila dan nilai-nilai Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin di
Hari I Madrasah.
2. Mahasiswa Menyusun Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan
nilai-nilai Profil Pelajar Rahmatan LilAlamin di Madrasah.
1. Mahasiswa Menyusun tujuan Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila
dan nilai-nilai Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin di Madrasah.
Hari II 2. Mahasiswa Merancang aktivitas dan kegiatan Project Penguatan Profil
Pelajar Pancasila dan nilai-nilai Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin di
Madrasah.
3. Mahasiswa Menyusun asessmen Projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila dan nilai-nilai Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin di Madrasah.
Hari III Diskusi dan Review Tugas
257
12.00-15.00 1. Mengerjakan 1. Memantau
Tugas LK-9 mahasiswa dalam
2. Berkonsultasi mengerjakan tugas
kepada dosen 2. Merespon konsultasi
dan diskusi
15.00-17.00 Mengunggah tugas LK-10 Memantau unggahan tugas -
mahasiswa
20.00-22.00 Belajar Mandiri 1. Menilai tugas
1. Memperdalam mahasiswa
pemahaman dalam 2. Memberikan
belajar catatan yang akan
2. menyiapkan diperbaiki
pembelajaran mahasiswa di hari
materi berikutnya ke-16 (Review)
E. Uraian Materi
1. Dimensi Profil Pelajar Pancasila dan nilai-nilai Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin di
Madrasah.
Profil Pelajar Pancasila sesuai Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi)
sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Tahun 2020-2024, bahwa Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar
Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai pancasila (Rusnaini dkk dalam Sunarti dkk,
2023).
Profil pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin dirancang untuk
menjawab profil atau kompetensi pelajar yang ingin dihasilkan oleh sistem
pendidikan Indonesia, sebagaimana yang tercantum dalam Tujuan Pendidikan
Nasional bahwa fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Kompetensi profil pelajar Pancasila yang diharapakan dapat terwujud dalam
setiap diri peserta didik, memperhatikan faktor internal bangsa yang berkaitan
dengan jati diri, ideologi, dan cita-cita bangsa Indonesia, serta faktor eksternal yang
berkaitan dengan konteks kehidupan dan tantangan bangsa Indonesia di Abad ke-
258
21 yang sedang menghadapi masa revolusi industri 4.0. dan 5.0. Pelajar Indonesia
diharapkan memiliki kompetensi untuk menjadi masyarakat yang demokratis serta
menjadi manusia unggul dan produktif di Abad ke-21. Oleh karena itu, Pelajar
Indonesia diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan global yang
berkesinambungan serta tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan zaman.
Pelajar Indonesia juga diharapkan mampu menjadi warga negara yang demokratis,
unggul dan produktif di Abad ke-21. Oleh karenanya, Pelajar Indonesia diharapkan
dapat berpartisipasi dalam pembangunan global yang berkelanjutan serta tangguh
dalam menghadapi berbagai tantangan (Satria, 2022).
Kompetensi Pelajar Pancasila diuraikan dalam 6 (enam) dimensi sebagai
gambaran Profil Pelajar Pancasila, yaitu:
a. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia.
b. Berkebinekaan global.
c. Bergotong-royong.
d. Mandiri.
e. Bernalar kritis.
f. Kreatif.
Sumber: Panduan Pengembangan Projek Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar
Rahmatan Lil Alamin
260
menguatkan perwujudan enam karakter profil pelajar Pancasila pada fase fondasi
atau awal.
Dalam pelaksanaan kegiatan penguatan profil pelajar Pancasila di jenjang
Raudhatul Athfal (RA), pemerintah menetapkan tema-tema utama yang dapat
dikerucutkan menjadi topik oleh satuan pendidikan sesuai dengan konteks wilayah
serta karakteristik peserta didik. Tema-tema utama proyek penguatan profil pelajar
Pancasila yang dapat dipilih oleh satuan Raudhatul Athfal (RA) adalah:
a. Aku Sayang Bumi
Tema ini bertujuan untuk mengenalkan peserta didik pada isu lingkungan,
eksplorasi dalam mencari solusi kreatif yang dapat dilakukan oleh peserta didik,
serta memupuk kepedulian terhadap alam sebagai perwujudan rasa sayang dan
syukur terhadap ciptaan Allah swt., yang harus mereka jaga dan rawat
kelestariannya.
b. Aku Cinta Indonesia
Tema ini bertujuan agar peserta didik mengenal identitas dan karakteristik
negara, keberagaman budaya dan ciri khas lainnya tentang Indonesia sehingga
mereka memahami identitas dirinya sebagai anak Indonesia, serta bangga
menjadi anak Indonesia, memiliki sifat hubbul wathon minal iman.
c. Bermain dan Bekerja Sama
Tema ini bertujuan untuk mengajak peserta didik untuk mampu berinteraksi
dengan teman sebaya, menghargai perbedaan, mau berbagi, dan mampu bekerja
sama.
d. Imajinasiku/Imajinasi dan Kreativitasku
Tema ini bertujuan untuk mengajak peserta didik belajar mengenali dunianya
melalui imajinasi, eksplorasi, dan eksperimen. Pada tema Imajinasiku ini peserta
didik distimulasi dengan serangkaian kegiatan yang dapat membangkitkan rasa
ingin tahu, memperkaya pengalamannya dan menguatkan kreativitasnya.
Sedangkan tema untuk Proyek penguatan profil pelajar Pancasila pada jenajnag
Madrasah Ibtidaiyyah (MI), Madrasah Tsanawiyyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), dan
Madrasah Aliyah Keagmaan (MAK) dirumuskan menjadi topik oleh satuan pendidikan
sesuai dengan konteks wilayah serta karakteristik peserta didik. Tema-tema utama
proyek penguatan profil pelajar Pancasila yang dapat dipilih oleh satuan pendidikan
adalah:
a. Hidup Berkelanjutan
Peserta didik menyadari adanya generasi masa lalu dan masa yang akan datang,
dampak aktivitas manusia baik jangka pendek maupun panjang terhadap
kelangsungan kehidupan. Peserta didik membangun kesadaran untuk bersikap
dan berperilaku ramah lingkungan, mempelajari potensi krisis keberlanjutan yang
terjadi di sekitarnya, serta mengembangkan kesiapan untuk menghadapi dan
memitigasinya. Mereka memerankan diri sebagai khalifah di bumi yang
berkewajikan menjaga kelestarian bumi untuk kehidupan umat manusia dan
generasi penerus.
b. Kearifian Lokal
261
Peserta didik memahami keragaman tradisi, budaya dan kearifan lokal yang
beragam yang menjadi kekayaan budaya bangsa. Peserta didik membangun rasa
ingin tahu melaui pendekatan inkuiri dan eksplorasi budaya dan kearifan lokal serta
beperan untuk menjaga kelestariaannya. Peserta didik mempelajari bagaimana
dan mengapa masyarakat lokal/daerah berkembang seperti yang ada, mempelajrai
konsep dan nilai di balik kesenian dan tradisi lokal kemudian merefleksikan nilai-
nilai yang dapat diterapkan dalam kehidupannya.
c. Bhinneka Tunggal Ika
Peserta didik memahami perbedaan suku, ras, agama dan budaya di Indonesia
sebagai sebuah keniscayaan. Setiap peserta didik menerima keragaman sebagai
kekayaan bangsa. Peserta didik dapat mempromosikan kekayaan budaya bangsa,
menumbuhkan rasa saling menghargai dan menghindarkan terjadinya konflik dan
kekerasan
d. Bangunlah Jiwa dan Raganya
Bangunlah jiwanya dan bangunlah badannya merupakan amanat para pendiri
bangsa sejak Indonesia merdeka. Peserta didik memahami bahwa pembangunan
itu menyangkut aspek jiwa dan raga, jiwa yang sehat ada di tubuh yang sehat.
Peserta didik membangun kesadaran dan keterampilan memelihara kesehatan
fisik dan mental, baik untuk dirinya maupun orang sekitarnya. Peserta didik
melakukan penelitian dan mendiskusikan masalah- masalah terkait kesejahteraan
diri (wellbeing), perundungan (bullying), serta berupaya mencari jalan keluarnya.
Mereka juga menelaah masalah-masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan
kesejahteraan fisik dan mental, termasuk isu narkoba, pornografi, dan kesehatan
reproduksi. Memahami akan adanya kehidupan akhirat atau yaumul hisab yang
terefleksi menjadi manusia yang taat beragama dan taat pada negara.
e. Demokrasi Pancasila
Peserta didik memahami demokrasi secara umum dan demokrasi Pacasila yang
bersumber dari nilai-nilai luhur sila ke-4. Mengedepankan musyawarah untuk
mufakat untuk mengambil keputusan, keputusan dengan sura terbanyak sebagai
pilihan berikutnya. Menerima keputusan yang diambil dari proses yang demokratis
dan ikut bertanggung jawab atas keputusan yang telah dibuat. Peserta didik juga
memahami makna dan peran individu terhadap kelangsungan demokrasi
Pancasila. Melalui pembelajaran demokrasi, peserta didik merefleksikan dan
memahami tantangannya dalam konteks yang berbeda, termasuk dalam
organisasi madrasah, dalam kehidupan bermasyarakat dan dunia kerja.
f. Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI
Peserta didik melatih untuk memiliki kecakapan bernalar kritis, kreatif dan inovatif
untuk mencipta produk berbasis teknologi guna memudahkan aktivitas diri dan
berempati untuk masyarakat sekitar berdasarkan karyanya. Peserta didik terus-
menerus mengembangkan inovasi untuk menyelesaikan persoalan-persoalan
masyarakat. Peserta didik menerapkan teknologi dan mensinergikan aspek sosial
untuk membangun budaya smart society dalam membangun NKRI dan rasa cinta
tanah air.
262
g. Kewirausahaan
Peserta didik mengidentifikasikan potensi ekonomi lokal dan upaya-upanya untuk
mengembangkannya yang berkaitan dengan aspek lingkungan, sosial dan
kesejahteraan masyarakat. Melalui Kegiatan kewirausahaan dapat menumbuhkan
kreativitas dan jiwa kewirausahaan peserta didik. Peserta didik juga membuka
wawasan tentang peluang masa depan, peka akan kebutuhan masyarakat, menjadi
problem solver yang terampil, serta siap untuk menjadi tenaga kerja profesional
penuh integritas. Tema ini ditujukan untuk jenjang MI, MTs, MA. Karena jenjang
MAK sudah memiliki mata pelajaran Proyek Kreatif dan Kewirausahaan menuju
pelajar yang berbagi dan bermanfaat bagi orang lain, maka tema ini tidak menjadi
pilihan untuk jenjang MAK.
h. Keberkerjaan
Peserta didik menghubungkan berbagai pengetahuan yang telah dipahami dengan
pengalaman nyata di keseharian dan dunia kerja. Peserta didik membangun
pemahaman terhadap ketenagakerjaan, peluang kerja, serta kesiapan kerja untuk
meningkatkan kapabilitas yang sesuai dengan keahliannya, mengacu pada
kebutuhan dunia kerja terkini. Dalam proyeknya, peserta didik juga akan
mengasah kesadaran sikap dan perilaku sesuai dengan standar yang dibutuhkan di
dunia kerja. Tema ini ditujukan sebagai tema wajib khusus jenjang MAK.
Selanjutnya madrasah dapat mengembangkan tema-tema utama itu menjadi
tema yang sesuai konteks dan kebutuhan belajar peserta didik.
Jumlah Projek Penguatan Profil Pelajar Pacasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil
Alamin yang diikuti oleh peserta didik dalam satu tahun ajaran adalah mengikut
ketentuan berikut.
3. Desain Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan nilai-nilai Profil Pelajar Rahmatan
Lil Alamin di Madrasah.
263
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam menganalisis dan memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari hari. Djamarah, Zaini, dan Hambayana (Sunarti,
2023) menjelaskana bahwa metode proyek merupakan cara penyajian materi yang
bertolak dari suatu masalah lalu dibahas dari berbagai aspek dan dimensi yang saling
berkaitan sehingga menghasilkan solusi yang bermakna dan komprehensif. Metode
proyek juga menjadi salah satu cara mengajar yang memberikan kesempatan dan
keleluasaan kepada peserta didik untuk menjadikan pengalaman sehari harinya
sebagai materi pelajarannya.
Untuk melaksanakan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar
Rahmatan Lil Alamin, terdapat 3 strategi yang dapat digunakan:
a. Berbentuk Ko-Kurikuler. Projek dilaksanakan secara terpisah dengan kegiatan
intrakurikuler.
b. Terpadu/Terintegrasi. Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar
Rahmatan Lil Alamin dilaksanakan secara terintegrasi dalam kegiatan intrakurikuler.
Dalam melaksanakan projek secara terpadu/terintegrasi, pendidik melakukan
kolaborasi dengan pendidik lain pada mata pelajaran yang berbeda. Kegiatan projek
juga dapat diarahkan dengan melibatkan masyrakat di sekitar lingkungan madrasah
dengan menerapkan pembelajaran berbasis lapangan atau masalah agar peserta
diidk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan secara dapat mengembangkan
karakter secara holistic.
c. Ekstrakurikuler. Kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar
Rahmatan Lil Alamin dapat diintegrasikan dengan kegiatan ekstrakukrikuler di
madrasaha, seperti kegiatan Pramuka, Palang Merah Remaja, OSIS, dan kegiatan
ekstrakurikuler lainnya.
Dalam mendesain dan merancang Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan
Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin, maka beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh
satuan pendidikan atau madrasah adalah:
a. Membentuk Tim Fasilitator Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil
Pelajar Rahmatan Lil Alamin di Madrasah.
Tim fasilitator projek profil terdiri dari sejumlah pendidik yang berperan
merencanakan, menjalankan, dan mengevaluasi projek profil. Tim fasilitator
dibentuk dan dikelola oleh kepala satuan pendidikan atau madrasah dan
menentukan koordinator projek profil. Jumlah tim fasilitator projek profil dapat
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan satuan pendidikan. Langkah yang
dilakukan untuk membentuk Tim Fasilitator Projek di Madrasah adalah:
1) Kepala satuan pendidikan atau madrasah menentukan satu Koordinator Prjok
yang dipilh dari Wakil satuan pendidikan atau madrasah serta dari pendidik yang
memiliki pengalamana dalam melaksanakan Projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin di Madrasah.
2) Koordinator Projek dapat membentuk Koordinator Projek di setiap level kelas
dengan mempertimbangkan ketersediaan sumber daya manusia di madrasah.
264
3) Kepala satuan pendidikan atau madrasah bersama Koordinator Projek
melakukan pemetaan terhadap pendidik di setiap kelas untuk menjadi
Fasilitator Projek.
4) Koordinator Projek mengarahkan Fasilitator Projek setiap kelas untuk
merancang projek dan Menyusun modul projek.
Catatan: Bagilah mahasiswa menjadi 4 kelompok. Setiap kelompok diasumsikan
berasal dari madrasah/sekolah yang sama.
b. Mengidentifikasi Kesiapan satuan pendidikan atau madrasah.
Identifikasi awal merupakan cara satuan pendidikan atau madrasah untuk
mengetahui kemampuan dan potensi yang dimiliki dalam melaksanakan Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin di
Madrasah. Identfikasi awal dapat dilakukan dengan menggunakan gambar di
bawah ini.
Gambaran dari identifikasi satuan pendidikan atau madrasah dapat di lihat pada
table berikut.
265
c. Menentukan Dimensi dan Tema Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan
Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin. Adapun langkah penentuan dimensi dan tema
adalah:
1) Tim fasilitator dan kepala satuan pendidikan atau madrasah menentukan
dimensi profil pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin yang
akan menjadi fokus untuk dikembangkan pada tahun ajaran berjalan.
2) Pemilihan dimensi dapat merujuk pada visi misi satuan pendidikan atau
madrasah serta program yang akan dijalankan di tahun ajaran tersebut.
3) Memilih 2-3 dimensi yang paling relevan untuk menjadi fokus yang sasaran
projek profil pada satu tahun ajaran.
4) Jumlah dimensi profil pelajar Pancasila yang dikembangkan dalam suatu projek
profil tidak tbanyak agar tujuan pencapaian projek profil jelas dan terarah.
Catatan: Mahasiswa berdiskusi dalam kelompok untuk menentukan dimensi
Projek Profil. Dalam menentukan dimensi Profil, mahasiswa merujuk pada
dimensi dan tema yang diuraikan pada Sub Bab 2
d. Merancang Alokasi Waktu Proyek Penguatan Profil Pelacar Pancasila dan Profil
Pelajar Rahmatan Lil Alamin di Madrasah.
Langkah yang dilakukan tim fasilitator dalam merancang alokasi waktu adalah:
266
1) Pemetaan Alokasi Waktu
Dalam merancang alokasi waktu Projek Profil, tim fasilitator mengidentifikasi
jumlah total jam projek profil yang dimiliki setiap kelas. Adapun alokasi waktu
Projek Profil adalah:
a) Raudhatul Athfal (RA)
Projek penguatan profil pelajar di jenjang RA dilaksanakan
1-2 projek profil dalam satu tahun ajaran. Pemerintah tidak menentukan
jumlah alokasi waktu namun fasilitator dapat mengalokasikan waktu yang
memdai.
b) Madrsah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madtasaha Aliyah (MA)
Alokasi waktu untuk jenjang MI, MTs, dan MA dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
267
Durasi setiap tema projek profil dapat dirancang berbeda-beda tergantung tujuan
dan kedalaman eksplorasi tema tersebut. Untuk mengihtung alokasi waktu Proyek
Profil dapat dilakuan dengan cara membagi jumlah JP Proyek Profil pada setiap
jenjang dengan jumlah projek profil pada setiap tahun ajaran.
Contoh:
Untuk jenjang MTs kelas IX: Jumlah JP Proyek Profil (320 Jam) dibagi jumlah tema
(3).
320 JP ini tidak perlu dibagi rata ke masing-masing projek, namun bisa disesuaikan
dengan tujuan dan kebutuhan masing-masing projek
3) Pilihan Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan
Lil Alamin dapat diplih sesuai dengan kesiapan satuan pendidikan atau madrasah.
Satuan pendidikan atau madrasah dapat menjalankan Projek Profil dengan
memilih waktu berikut ini:
a) Menentukan satu hari dalam sepekan untuk melaksanakan Projek Profil
(Misalnya hari Sabtu). Seluruh jam belajar pada hari itu digunakan untuk
kegiatan Projek Profil.
b) Mengalokasikan waktu 1-2 jam di akhir hari untuk mengerjakan projek profil.
c) Mengalokasikan waktu dalam satu periode tertentu. Misalnya 6 hari dalam
pekan kedua. Setiap pendidik berkolaorasi dalam melaksanakan Projek Profil
setiap selama dirasi waktu yang telah ditentukan.
e. Pemetaan Dimensi, Tema, dan Alokasi Waktu
Kepala satuan pendidikan atau madrasah, koordinator projek, dan fasilitator projek
profil memutuskan secara bersama dimensi dan tema yang aka dijalankan pada satu
tahun ajaran. Misalnya Projek Profil pada jenjang MI.
4. Modul Projek
Modul Proyek Penguatan Profil Pelacar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil
Alamin merupakan dokumen yang berisi tujuan, langkah, media pembelajaran, dan
asesmen yang dibutuhkan untuk melaksanakan projek penguatan profil pelajar. Pendidik
memiliki keleluasaan untuk membuat sendiri, memilih, dan memodifikasi modul projek
profil yang tersedia sesuai dengan konteks, karakteristik, serta kebutuhan peserta didik.
Komponen Modul Proyek Penguatan Profil Pelacar Pancasila dan Profil Pelajar
Rahmatan Lil Alamin diuraikan di bawah ini:
Komponen Uraian
Tema dan topik atau judul modul
Profil Modul Fase atau jenjang sasaran
Durasi kegiatan
Pemetaan dimensi, elemen, sub elemen dan nilai
Tujuan
Rahmatan Lil Alamin
268
Rubrik pencapaian berisi rumusan kompetensi yang sesuai
dengan fase peserta didik
Alur aktivitas projek profil secara umum
Aktivitas
Penjelasan detail tahapan kegiatan dan asesmennya
Instrumen pengolahan hasil asesmen untuk menyimpulkan
Asesmen
pencapaian projek profil
269
Fase :D
Tema : Kewirausahaan
Sub Tema : Membuat Mie Berbahan Alam Lokal
270
3. Mengembangkan topik, alur aktivitas dan asesmen
Pendidik atau tim fasilitator projek profil memiliki keleluasaan untuk
mengembangkan topik projek profil yang sesuai dengan tema dan tujuan projek
profil serta kondisi dan kebutuhan peserta didik, satuan pendidikan atau madrasah
dan lingkungan/daerah satuan pendidikan berada. Contoh pengembangan topik
dapat dilihat pada tabel berikut.
Jenjang RA/PAUD
271
Jenjang MI, Mts, MA
272
Alur 1
Alur 2
273
Alur 3
Uraian tentang asesmen Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar
Rahmatan Lil Alamin akan dijelaskan pada sub bab berikut.
5. Asesmen Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan nilai-nilai Profil Pelajar
Rahmatan LilAlamin di Madrasah
Asesmen merupakan bagian penting dari pembelajaran dalam projek profil
pelajar dan Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin. Oleh karena itu dalam pengembangan
asessmen perlu memperhatikan jenis asesmen, waktu penggunaan, pihak yang
memberikan asesmen dan bentuk asesmennya.
Jenis asesmen dalam menyusun modul projek dapat menggunakan asesmen
formatif dan asesmen sumatif. Asesmen formatif bermanfaat untuk memahami
performa di awal dan sepanjang projek profil, membantu peserta didik memperbaiki
dan mengembangkan diri untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik serta
mengoptimalkan dampak projek profil. Sementara asesmen sumatif bermanfaat
untuk memahami performa di akhir projek profil dan apakah peserta didik sudah
memenuhi capaian serta sejauh mana sudah mencapai fase perkembangan sub-
elemen dari dimensi profil yang disasar.
Waktu penggunaan asesmen formatif dapat awal perencanaan (jika
membuat sendiri modul projek profil) atau pada penentuan dimensi, elemen, dan sub-
elemen (jika menggunakan modul projek profil yang sudah ada) dan dilakukan secara
berkala, berkelanjutan selama projek profil. Sementara asesmen sumatif dilakukan
pada akhir projek profil dan dilakukan di akhir tahap kegiatan jika diperlukan
(terutama di projek profil dengan jangka waktu yang panjang).
Bentuk asesmen formatif menggunakan rubrik, umpan balik (dari pendidik
dan sesama peserta didik) baik secara lisan maupun tertulis, observasi, diskusi,
presentasi. Untuk asesmen sumatif juga dapat menggunakan bentuk rubrik,
presentasi, poster, diorama, produk teknologi atau seni, esai, kolase, drama.
274
G. Materi Pendukung
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin
bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik sesuai dengan nilai nilai Pancasila dan
mampu mengamalkana ajaran agama secara moderat. Projek profil pelajar Pancasila dan
Rahmatan Lil Alamin dapat dinalankan oleh pendidik di madrasah secara berkolaborasi
melalui kegiatan kokurikuler, intrakokurikuler dan ekstrakurikuler. Tahapan yang
dilaksanakan dalam menjalankan projek ini adalah menganalisis teme, elemen, sub elemen
sesuai dengan kelas atau fase peserta didik. Selanjutnya, pendidik menentukan tujuan projek
dan aktivitas kegiatan yang akan dilaksanakan selama projek berlangsung serta menyusun
asesemen sebagai alat untuk menilai keberhasilan dan pencapai tujuan projek.
Petunjuk LK-10a:
1. Bacalah dimensi dan tema Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan nilai-nilai Profil
Pelajar Rahmatan Lil Alamin.
2. Analisis jumlah Projek Penguatan Profil Pelajar Pacasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil
Alamin dalam satu tahun ajaran.
3. Tentukan Tema, Topik, dan NamaProjek Profil
4. Tentukan 2 dimensi, elemen, sub elemen dan akhir fase Projek Penguatan Profil Pelajar
Pacasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin (minimal 2 dimensi dan tema).
275
Tema :
Topik :
Projek Profil :
Dimensi Elemen Sub Elemen Akhir Fase
Capaian Perkembangan
Nilai Profil Pelajar Rahmatan Lil Sub Nilai Profil Pelajar
Profil Pelajar Rahmatan
Alamin Rahmatan Lil Alamin
Lil Alamin
Catatan:
1. Untuk mengisi Dimensi, Elemen dan Sub Elemen merujuk Merujuk pada Panduan
Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil
Alamin oleh Kementerian Agama
2. Untuk mengisi Akhir Fase. Merujuka pada Buku Dimensi, Elemen dan Sub Elemen Profil
Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka Kemendikbud.
Petunjuk LK-10b:
1. Tentukan satu cara alur dalam mengembankan aktivitas Projek (silahkan menganalisis
alur aktivitas pada Modul di halaman 21-22).
2. Uraikan aktivitas yang akan dilakukan dalam melaksanakan Projek dengan
menggunakan tabel berikut.
Alur Aktivitas
276
Melakukan evaluasi terhadap keberhasilan dan hal yang perlu
Refleksi
diperbaiki
Tindak Lanjut Menyusun langkah strategis untuk perbaikan
Petunjuk LK-10c:
Rubrik Penilaian
Kategori
Subelemen Mulai Sedang Berkembang Sangat
Berkembang Berkembang Sesuai Harapan Berkembang
I. Referensi
Direktorat KSKK Madrasah Direktorak Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI,
2022. Panduan Pengembangan Projek Pengauatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil
Pelajar Rahmatan Lil Alamin.
Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset dan Teknologi Repulik Indonesia, 2022. Panduan Pengembangan Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset dan Teknologi Repulik Indonesia, 2022. Dimensi, Elemen, Subelemen Profil
Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka.
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 347 Tahun 2022 Tentang Pedoman
Implementasi Kurikulum Merdeka Pada Madrasah.
Sunarti, Afiif, A., Rahman, U. 2023. Pengaruh Penerapan Metode Proyek Profil Pelajar
Pancasila Dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Tanrara
Kec. Bontonompo Selatan Kab. Gowa. Laporan Penelitian
277
Kegiatan Belajar (KB): 11
Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas
A. Pengantar
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang sering disebut classroom action research
merupakan kegiatan sistemik berupa tindakan dan refleksi untuk memperbaiki praksis
pembelajaran. PTK memberi ruang guru untuk secara mandiri memperbaiki proses
pembelajaran secara terus menerus dan mencapai tujuan pembelajaran lebih baik.
Melalui penelitian tindakan kelas, guru/pendidik langsung memperoleh “teori” yang
dibangunnya sendiri, bukan diberikan oleh pihak lain, maka guru dapat menjadi “the
theorizing practitioner”.
PTK ini dilakukan sebagai implementasi dari Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 tahun 2003 yakni pada pasal 39 yang menjelaskan bahwa pendidik
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,
serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Pada bagian penelitian
ini terkait dengan PTK. Pada pasal 40 juga dijelaskan kewajiban guru/pendidik salah
satunya harus memiliki komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan inilah yang menjadi tujuan PTK.
B. Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran yang diharapkan pada KB ini adalah memahami konsep dan
teknis pelaksanaan PTK dimulai dari membuat proposal, melaksanakan PTK hingga
membuat laporannya.
C. Tujuan Pembelajaran
D. Aktivitas Pembelajaran
278
Pada kegiatan ini mahasiswa dibimbing oleh dosen untuk mendesain proposal
PTK beserta instrumenya.
279
E. Uraian Materi
b. Langkah-langkah PTK
Tahapan Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut:
1) Identifikasi dan perumusan masalah penelitian tindakan kelas
2) Menganalisa masalah, menyusun hipotesis, dan rencana tindakan
3) Implementasi tindakan intervensi, mengamati, mengolah dan menganalisis
(refleksi) dampak intervensi
4) Menyusun laporan hasil penelitian.
PTK pada PPG Dalam Jabatan ini menggunakan minimal dua siklus. Secara
garis besar PTK memiliki empat tahapan yang lazim yaitu: (1) perencanaan
(planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi
(reflecting), seperti diagram di bawah ini.
280
Perencanaan selalu mengacu kepada tindakan apa yang dilakukan,
dengan mempertimbangkan keadaan dan suasana obyektif dan subyektif. Dalam
perencanaan tersebut, perlu dipertimbangkan tindakan khusus apa yang
dilakukan, apa tujuannya. Mengenai apa, siapa melakukan, bagaimana
melakukan, dan apa hasil yang diharapkan. Setelah pertimbangan itu dilakukan,
maka selanjutnya disusun gagasan-gagasan dalam bentuk rencana yang dirinci.
Kemudian gagasan-gagasan itu diperhalus, hal-hal yang tidak penting
dihilangkan, pusatkan perhatian pada hal yang paling penting dan bermanfaat
bagi upaya perbaikan yang dipikirkan. Sebaliknya perencanaan tersebut
didiskusikan dengan guru yang lain untuk memperoleh masukan.
Alternatif perencanaan untuk melaksanakan PTK adalah menyiapkan
rancangan pembelajaran dan lembaran kerja siswa dengan model Problem-Based
Learning, mengalokasikan waktu sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran
model Problem-Based Learning, menyiapkan pedoman observasi, pedoman
penilaian kinerja, menyiapkan tes kompetensi kognitif, menyiapkan tes sikap,
menyiapkan format observasi, menyiapkan angket respon siswa sesuai dengan
kebutuhan PTK yang direncanakan.
Penyusunan proposal merupakan langkah awal dalam kegiatan penelitian.
Proposal mempunyai kedudukan yang sangat penting karena merupakan
gambaran umum tentang tahapan dan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh
seorang peneliti. Dengan adanya proposal, seorang peneliti tidak akan ragu-ragu
melakukan tindakannya karena sudah memiliki pedoman. Proposal Penelitian
Tindakan Kelas tidak jauh berbeda dengan rancangan proposal penelitian secara
umum. Suatu proposal penelitian tindakan kelas, memberikan rancangan yang
cukup jelas dan akurat tentang judul, masalah, kajian teori, hipotesis.
Pengembangan instrumen, analisis data, teknik peloporan.
Substansi secara umum, sistematika proposal penelitian tindakan kelas
terdiri dari komponen-komponen berikut: (1) judul, (2) latar belakang masalah, (3)
identifikasi masalah, (4) pembatasan dan perumusan masalah, (5) cara
pemecahan masalah, (6) tujuan tindakan, (7) manfaat tindakan, (8) kerangka
konseptual dan hipotesis tindakan, (9) metode penelitian. Metode penelitian
mencakup unsur-unsur: (a) subjek dan objek penelitian, (b) rancangan penelitian,
yang mencakup: perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi, perencanaan
ulang, dst, (c) instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data, (d) analisis data
dan kriteria keberhasilan.
d. Pengumpulan Data
Jika perencanan yang telah dirumuskan sebelumnya merupakan
perencanaan yang cukup matang, maka proses tindakan semata-mata
merupakan pelaksanaan perencanaan itu. Namun, kenyataan dalam praktik tidak
sesederhana yang dipikirkan. Oleh sebab itu, pelaksanaan tindakan boleh jadi
berubah atau dimodifikasi sesuai dengan keperluan di lapangan. Tetapi jangan
281
sampai modifikasi yang dilakukan terlalu jauh menyimpang. Jika perencanaan
yang telah dirumuskan tidak dilaksanakan, maka guru hendaknya merumuskan
perencanaan kembali sesuai dengan fakta baru yang diperoleh.
Tindakan dapat dilakukan sesuai dengan langkah-langkah sebagai berikut.
Pertama-tama guru menyajikan permasalahan kepada siswa. Selanjutnya, guru
bisa memulai pembelajaran dengan langkah- langkah sesuai rencana dan desain
penelitian. Jika perencanaan telah menetapkan pelaksanaan asesmen kinerja
diadakan setiap kali pertemuan, lakukanlah asesmen kinerja tersebut dengan
seksama. Hasil asesmen dianalisis sekaligus diberi komentar pada masing-
masing konsep yang menjadi materi kinerja para siswa. Komentar hendaknya
menyatakan penilaian kuantitatif pada setiap tahap yang dikehendaki secara
logis. Komentar berikut nilai dikembalikan kepada siswa untuk dibahas pada
pertemuan berikutnya. Agar waktunya efisien, maka diadakan identifikasi
kesalahpahaman siswa sekaligus dapat dikelompokkan jenis-jenis
kesalahpahaman tersebut. Setelah pembahasan tentang hasil asesmen tersebut
selesai, mulailah pembelajaran topik baru, dan demikian seterusnya.
Langkah tersebut dilaksanakan sesuai dengan rencana yang sudah disusun
dalam rancangan penelitian dengan tujuan untuk memperbaiki proses
pembelajaran dan menyelesaikan masalah. Langkah-langkah praktis tindakan
diuraikan berdasarkan pertanyaan-pertanyan sebagai berikut. Apa yang pertama
kali dilakukan? Kapan dilakukan? Bagaimana melakukannya? Siapa yang
mengambil data? Data apa yang diperlukan? dst. Pada saat pelaksanaan ini, guru
benar-benar harus memahami siswanya jangan sampai ada yang menjadi obyek
tindakan. Kelas diciptakan sebagai komunitas belajar bukan laboratorium
tindakan. Membagi kelas menjadi kelompok kontrol dan perlakuan harus
dihindarkan karena model penelitian ini bukan penelitian eksperimen.
Hal yang tidak bisa dilupakan, bahwa sambil melakukan tindakan
hendaknya juga dilakukan pemantauan secara cermat tentang apa yang terjadi.
Dalam pemantauan itu, lakukan pencatatan-pencatatan sesuai dengan form yang
telah disiapkan. Catat pula gagasan-gagasan dan kesan-kesan yang muncul, dan
segala sesuatu yang benar-benar terjadi dalam proses pembelajaran. Secara
teknis operasional, kegiatan pemantauan dapat dilakukan oleh guru lain. Di
sinilah letak kerja kolaborasi antar guru. Namun, jika petugas pemantau itu bukan
rekanan peneliti, sebaiknya diadakan sosialisasi materi pemantauan untuk
menjaga agar data yang dikumpulkan tidak terpengaruh minat pribadinya.
Untuk memperoleh data yang lebih obyektif, guru dapat menggunakan
alat- alat optik atau elektronik, seperti kamera, perekam video, atau perekam
suara. Pada setiap kali akan mengakhiri penggalan kegiatan, lakukanlah evaluasi
terhadap hal-hal yang telah direncanakan. Jika observasi berfungsi untuk
mengenali kualitas proses tindakan, maka evaluasi berperanan untuk
mendeskripsikan hasil tindakan yang secara optimis telah dirumuskan melalui
tujuan tindakan. Seacara ilustratif, berkaitan dengan contoh permasalahan yang
telah diungkapkan sebelumnya, maka pemantauan dilakukan untuk mengamati
282
selama pembelajaran, mengamati interaksi selama proses penyelidikan
berlangsung, mengamati respon siswa terhadap proses pembelajaran.
Sedangkan evaluasi ditujukan kepada hasil belajar siswa melalui asesmen kinerja,
portofolio, tes, dan respon siswa melalui penyebaran angket.
Observasi kelas akan memberi manfaat apabila pelaksanaannya diikuti
diskusi balikan (review discussion). Diskusi balikan akan bermanfaat jika: (1)
Diberikan oleh observer tidak lebih dari 24 jam setelah observasi; (2) Dilakukan
dalam suasana yang mutually supportive dan non-threatening; (3) Berdasarkan
rekaman data yang ada; (4) Diinterpretasikan secara bersama-sama dengan
kolaborator. (5) Pembahasannya mengacu pada penetapan sasaran serta
pengembangan strategi perbaikan untuk menentukan rencana berikutnya.
Banyak teknik yang dapat digunakan untuk melakukan pemantauan
dalam penelitian tindakan kelas. Penggunaan setiap teknik tentu saja ditentukan
oleh sifat dasar data yang akan dikumpulkannya.
283
Interval Kualifikasi
40 – 54,9 Kurang
55 – 69,9 Cukup
70 – 84,5 Baik
284
Manfaat hasil penelitian untuk perbaikan kualitas pendidikan dan/atau
pembelajaran diuraikan secara jelas. Manfaat hasil penelitian terdiri dari
dua bagian, yaitu manfaat teoritis dan praksis. Manfaat dapat dirinci bagi
pihak-pihak yang terkait, yaitu siswa, guru, komponen pendidikan terkait
di sekolah, serta bagi pengembangan konsep/pendekatan pembelajaran.
2. Instrumen Penelitian
a. Pengertian Instrumen Penumpulan Data
Setiap penelitian melibatkan pengumpulan data untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan atau untuk mengetahui hasil hipotesis dalam penelitian
tersebut. Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 193), instrumen pengumpulan data
merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam melakukan
kegiatan penelitian agar kegiatan tersebut menjadi sitematis dan dipermudah
olehnya. Sedangkan menurut Hajar (1996), instrumen pengumpulan data
merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif
tentang variable yang berkarakter dan objektif. Instrumen pengumpulan data
menurut Suryabrata (2008) adalah alat yang digunakan untuk merekam pada
umumnya secara kuantitatif keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis.
Atribut-atribut itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut
kognitif dan atribut non-kognitif. Suryabrata (2008) mengemukakan bahwa
untuk atribut kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan, sedangkan atribut non-
kognitif perangsangnya adalah pernyataan.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
instrumen pengumpulan data merupakan alat bantu yang digunakan dalam
sebuah penelitian untuk mengumpulkan berbagai informasi yang diolah dan
disusun secara sistematis.
Adapun jenis data yang dimaksud menurut Sugiyono (2013) antara lain:
a. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Dengan kata lain sumber yang di dapat langsung dari
lapangan atau tempat penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, misal lewat dokumen. Data sekunder juga dapat
berupa majalah, bulletin, buku-buku kajian teori, jurnal penelitian, dan skripsi,
tesis mahasiswa. Penelitian menggunakan data sekunder untuk memperkuat
penemuan di lapangan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan
melalui dokumen-dokumen yang dimiliki sekolah.
287
daftar cocok, skala, pedoman wawancara, lembar atau pedoman pengamatan,
soal ujian dan sebagainya. Berikut beberapa instrument pengumpulan data yang
akan dibahas sesuai dengan teknik pengumpulan data.
1) Test
Tes adalah serentetan pernyataan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Ditinjau dari sasaran atau objek yang akan dievaluasi, maka dibedakan
adanya beberapa macam tes dan alat ukur, yaitu: tes kepribadian, tes
bakat, tes intelegensi,tes sikap, tes minat, dan tes prestasi (Arikunto,
2010).
Dalam menggunakan tes, peneliti menggunakan instrumen berupa
tes atau soal-soal tes. Soal tes terdiri dari banyak butir tes yang masing-
masing mengukur satu jenis variabel. Tes yang dapat digunakan dapat
berupa tes yang telah baku atau tes yang dibuat oleh peneliti. Tes yang
telah baku memang baik, karena tes itu telah mempunyai validitas dan
reliabilitas yang tinggi. Namun apabila peneliti akan menggunakan tes
tersebut perlu kehati-hatian, karena belum tentu tes tersebut sesuai
dengan tujuan, variabel, dan aspek-aspek yang ingin diukur. Begitu pula
jika peneliti akan menggunakan tes yang dibuat sendiri, maka yang
bersangkutan harus mempersiapkan diri dengan baik. Peneliti harus
menghayati benar-benar bagaimana cara menyusun tes yag baik,
memahami dan menguasai aspek-aspek yang diteliti, dan mampu
menyusun tes yang baik. Ini berarti peneliti harus mampu merumuskan
dengan baik: (1) kisi- kisi tes; (2) mampu membuat soal; (3) mampu
melakukan uji coba dan mengolah hasilnya; serta (4) mampu
mengadministrasikan dengan baik tes yang telah disusun.
2) Angket atau Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Kuesioner dapat dibedakan atas
beberapa jenis, tergantung pada sudut pandang (Arikunto, 2010)
Instrumen angket atau kuesioner ini walaupun banyak sekali
digunakan pada saat penelitian, namun memiliki beberapa kelemahan,
diantaranya responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada
pertanyaan yang tidak dijawab, kadang sukar dicari validitasnya, sering
tidak kembali terutama jika angket ini dikirim melalui pos, kadang jawaban
yang diberikan responden tidak jujur dan sengaja dibuat salah.
3) Interview (Wawancara)
Arikunto (2004) mengatakan interview adalah sebuah dialog yang
dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi.
Interviu/wawancara digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan
288
seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang
murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu.
Pelaksanaan wawancara bisa secara individu atau kelompok. Wawancara
atau percakapan dilakukan oleh dua belah pihak yaitu peneliti sebagai
pewawancara dan subjek peneltian sebagai informan (Ulfatin, 2014).
4) Observasi
Observasi adalah mengadakan pengamatan secara langsung.
Observasi dapat dilakukan secara langsung, dengan tes, kuesioner, ragam
gambar, dan rekaman suara. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis
kegiatan yang mungkin timbul dan diamati. Pedoman observasi atau
pengamatan diperlukan terutama jika peneliti menerapkan pengamatan
terfokus pada pengumpulan data. Alat yang dapat gunakan dalam
observasi antara lain daftar riwayat kelakuan, catatan berkala, dan daftar
catatan (check list) (Husaini dan Purnomo,2017).
5) Skala Bertingkat (Rating Scale)
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subjektif yang
dibuat berskala atau sebuah pernyataan yang diikuti oleh kolom-kolom
yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju
sampai ke sangat tidak setuju. Walaupun bertingkat ini menghasilkan data
yang kasar, tetapi cukup memberikan informasi tertentu.
Rating scale harus diinterpretasikan secara hati-hati karena
disamping menghasilkan gambaran yang kasar juga jawaban responden
tidak begitu saja dipercaya. Didalam menyusun skala yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana menentukan variabel skala dan apa yang
ditanyakan harus yang dapat diamati oleh responden. Misalnya seorang
guru ditanya tentang jam kehadiran dan kepulangan kepala sekolah, dia
tidak akan menjawab jika ia sendiri selalu datang siang dan pulang awal
(Arikunto, 2010).
6) Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-
barang tertulis. Dokumen adalah catatan tertulis tentang berbagai
kegiatan atau peristiwa pada waktu yang lalu (Syahrum dan Salim, 2012).
Dokumen merupakan catatan atau karya seseorang tentang sesuatu yang
sudah berlalu. Dokumen tentang orang atau sekelompok orang, peristiwa,
atau kejadian dalam situasi sosial yang sesuai dan terkait dengan fokus
penelitian adalah sumber informasi yang sangat berguna dalam penelitian
kuantitatif. Dokumen itu dapat berbentuk teks tertulis, artefak, gambar,
maupun foto. (Yusuf, 2014).
F. Rangkuman
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang sering disebut classroom action research
merupakan kegiatan sistemik berupa tindakan dan refleksi untuk memperbaiki
praksis pembelajaran. Secara garis besar terdapat PTK ini memiliki empat tahapan
yang lazim yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3)
pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Instrumen yang dapat
digunakan dalam PTK terdiri dari lembar observasi, wawancara, angket dan
dokumentasi.
G. Materi Pendukung
291
1. Craig A. Metler, (Daryatno alih bahasa), Action Research (Mengembangkan Sekolah
dan Memberdayakan Guru), Pustaka pelajar, Jogjakarta, 2011.
2. CH.D.W. Sahertian, Teknik Merancang Penelitian Tindakan Kelas, Literasi Nusantara
Abadi, Malang. 2021
3. CH.D.W. Sahertian, Strategi Peningkatan Ketrampilan Belajar PTK Melalui Penerapan
Model ASSURE, Literasi Nusantara Abadi, Malang. 2021
4. Sunarto Sukidin, Basrowi, Manajemen Penelitian Tindakan Kelas, Insan cendika,
Bandung, 2007
5. H. E. Mulyasa, Praktek Penelitian Tinakan Kelas, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
2009
Formulir
Berikut adalah format/sistimatika Proposal PTK
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II Kerangka Teori A. Landasan Teori
B. Penelitian Terdahulu
C. Hipotesis Penelitian (Jika ada)
BAB III Metode Penelitian A. Jenis Penelitian
A. Variabel Penelitian
B. Populasi dan Sampel
C. Jenis, Sumber dan Teknik
Pengumpulan Data
292
D. Teknik Analisis dan Pengujian
Hipotesis (Jika ada)
Daftar Pustaka
293
Rubrik Penilaian
Nilai akhir didasarkan pada komponen tugas dengaan bobot masing-masing komponen
sebagai berikut:
No. Komponen Kriteria Penilaian Bobot Skala
Tugas Proposal
1 Judul Maksimal 15 kata, menggambarkan
5 1 2 3 4
Penelitian masalah yang dibahas
2 Pendahuluan Masalah nyata dalam pembelajaran:
25 1 2 3 4
penyebab masalah jelas
3 Rumusan dan Rumusan masalah jelas, tindakan
Pemecahan untuk pemecahan masalah sesuai 15 1 2 3 4
Masalah dengan masalah
4 Tujuan Sesuai dengan rumusan masalah 10 1 2 3 4
5 Manfaat Jelasa manfaatnya/inovasi 10 1 2 3 4
6 Kajian Pustaka Jelas, tepat dan relevan 15 1 2 3 4
7 Metodologi Subyek, tempat, waktu,
dan Prosedur perencanaan, prosedur dan siklusnya 20 1 2 3 4
Penelitian jelas, rinci, tepat dan terukur
Total bobot 100
Tugas Instrumen
1 Instrumen 100
I. Referensi
294
Ulfatin, Nurul. 2014. Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan. Malang:
Bayumedia
Yusuf, M. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan.
Jakarta: Prenamedia Group
295