Jjurnal Terjemahan Pengukuran Risiko Keamanan Pangan Pada Sistem
Jjurnal Terjemahan Pengukuran Risiko Keamanan Pangan Pada Sistem
com
1
Jurnal volume Logistik dan Rantai Pasokan1 (terbitan 2) (2021)
distribusi, penjualan dan konsumsi pangan. Tantangan tersebut merupakan peluang distribusi
____________________
Kata kunci:
pangan Indonesia untuk dapat memenuhi kebutuhan berbagai komoditas pangan. Kajian ini
Distribusi,
bertujuan untuk mencari solusi dan strategi dalam upaya mewujudkan Swasembada Pangan Kecukupan Pangan,
Pemantauan Langsung
Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode Literature Review, yaitu menggunakan sumber
artikel ilmiah dari berbagai sumber jurnal nasional dan internasional. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa sistem Distribusi Pemantauan Langsung dapat digunakan sebagai alat
alternatif yang digunakan untuk mengetahui ketersediaan dan distribusi kebutuhan pangan ke
seluruh wilayah di Indonesia secara real time menggunakan indikasi tiga warna. Sistem ini dapat
memenuhi kebutuhan pangan dalam jumlah yang tepat, kualitas yang tepat, tepat waktu, dan
biaya logistik distribusi pangan yang paling efisien berdasarkan informasi yang tersedia secara
real time. Dengan demikian ketersediaan pangan di Indonesia akan merata di seluruh wilayah
dan Indonesia akan mampu mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui Swasembada Pangan.
dan biaya logistik distribusi makanan yang paling efisien berdasarkan informasi yang tersedia
secara real time. Dengan demikian ketersediaan pangan di Indonesia akan merata di seluruh
wilayah dan Indonesia akan mampu mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui Swasembada
Pangan. dan biaya logistik distribusi makanan yang paling efisien berdasarkan informasi yang
tersedia secara real time. Dengan demikian ketersediaan pangan di Indonesia akan merata di
seluruh wilayah dan Indonesia akan mampu mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui
Swasembada Pangan.
Kunci utama bagi bangsa Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pangan yang merupakan kebutuhan pokok setiap manusia adalah potensi
kekayaan alam yang meliputi pertanian, perkebunan, peternakan, hingga perikanan. Indonesia sebagai negara agraris secara logis dapat memenuhi
kebutuhan pangannya dengan baik dan berkelanjutan (Absori, Nugroho, Sigit Sapto dan Rahardjo, Mudji, 2021). Namun pada kenyataannya
pemenuhan kebutuhan pangan di Indonesia menghadapi berbagai permasalahan seperti kelangkaan komoditas pangan, harga yang tinggi, dan
kesulitan akses. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan pangan terus meningkat, dan ketimpangan ekonomi menjadi
tantangan untuk mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia (Elizabeth, Roosganda, 2017). Menurut UU Ketahanan Pangan No. 18 Tahun 2012,
ketahanan pangan adalah “kondisi terpenuhinya pangan bagi negara untuk perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, kepercayaan, dan budaya
masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif dan hidup produktif secara berkelanjutan” (Indonesia, 2012). Ketahanan pangan meliputi 3 komponen
yaitu ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatan pangan. Namun, komoditas dan potensi distribusi pangan di Indonesia belum merata.
Kecukupan ketersediaan pangan di beberapa daerah masih cukup minim. aktif dan produktif secara berkelanjutan” (Indonesia, 2012). Ketahanan
pangan meliputi 3 komponen yaitu ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatan pangan. Namun, komoditas dan potensi distribusi
pangan di Indonesia belum merata. Kecukupan ketersediaan pangan di beberapa daerah masih cukup minim. aktif dan produktif secara
berkelanjutan” (Indonesia, 2012). Ketahanan pangan meliputi 3 komponen yaitu ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatan pangan.
Namun, komoditas dan potensi distribusi pangan di Indonesia belum merata. Kecukupan ketersediaan pangan di beberapa daerah masih cukup
minim.
Dalam Rapat Terbatas tindak lanjut antisipasi kebutuhan bahan pokok pada 28 April 2020,
Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa terjadi defisit beberapa komoditas pangan di
provinsi, antara lain defisit beras di 7 provinsi, defisit jagung di 113 provinsi. provinsi, cabai rawit
defisit di 19 provinsi, dan telur ayam defisit di 22 provinsi. Sehingga Presiden meminta quick
count untuk mengetahui secara detail daerah mana saja yang surplus dan defisit stok bahan
pokok (Kementan, 2020). Akibat adanya barang kebutuhan pokok yang mengalami surplus dan
defisit di beberapa daerah, sehingga di beberapa daerah di Indonesia harga naik dan turun
secara bersamaan (Fitrian, Alvian Noor, 2020). Selain itu, faktor lokasi memiliki peran penting.
Akses dan fasilitas di suatu lokasi dapat memudahkan mobilitas makanan, barang, dan
kebutuhan manusia secara efektif dan efisien. Sedangkan jika lokasi sulit dijangkau, baik
terkendala faktor geografis, jarak, infrastruktur atau lainnya, maka akan mengakibatkan
mobilitas terhambat yang akan berakibat pada kualitas dan kuantitas yang dapat merugikan
berbagai pihak terkait (Prakoso, Fajar Adi, 2021).
Di sisi lain, perkembangan teknologi telah mengubah cara manusia melakukan berbagai
pekerjaan mulai dari berkomunikasi, berinteraksi, memproduksi, berinovasi, dan melakukan
perjalanan (7). Perkembangan industri 4.0 juga mendorong berbagai penyesuaian seperti
penerapan digitalitas di berbagai sektor seperti sektor logistik. Sehingga era logistik 4.0 saat ini
telah melibatkan berbagai perusahaan untuk dapat memberikan kecepatan proses yang lebih
signifikan, peningkatan akurasi, produktivitas, dan efisiensi (Bantacut, Tajuddin dan Fadhil,
Rahmat, 2018).
Karena di Indonesia berlaku pasar bebas, barang dan jasa dari negara lain, maka produk
dari negara lain akan banyak ditemukan di banyak tempat (Fauzin, 2021). Selain itu,
distribusi pangan yang tidak merata akan mengakibatkan ketergantungan Indonesia pada
impor. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2018 juga menunjukkan Indonesia masih
mengimpor komoditas pangan seperti biji gandum, komoditas gula, bawang putih, kedelai,
dan komoditas pangan lainnya. Sebagai contoh, Indonesia menargetkan swasembada
pangan kedelai dan bawang putih pada tahun 2020. Namun pada kenyataannya terjadi
kenaikan harga kedelai dan hilangnya produksi di pasar mengakibatkan Indonesia harus
DOI:http://dx.doi.org/10. 17509/xxxxx.v6ix
p- ISSN 2776-4397 e- ISSN 2776-4400
59 |Jurnal Logistik dan Rantai Pasokan,Volume 01 Edisi 2, Oktober 2021 hlm. 57-61
2. METODE
Penelitian ini menggunakan metode Literature Review, yaitu penelitian yang digunakan untuk
mengumpulkan dan mengevaluasi penelitian yang berkaitan dengan topik tertentu (Triandini, E, et al.,
2019). Penelitian ini dilakukan dengan mencari data dan mengumpulkan informasi aktual dengan
menggunakan kata kunci distribusi dan kondisi swasembada pangan di Indonesia.
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menyusun latar belakang dan tujuan,
mengidentifikasi masalah, mencari data literatur, menyaring literatur, menilai kualitas,
mengekstraksi data, dan mensintesis data akhir. Data literatur yang digunakan adalah sumber
artikel ilmiah dari berbagai sumber jurnal nasional dan internasional.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kajian berjudul “Strategi Menghadapi Ancaman Kelangkaan Pangan Nasional di Masa Pandemi
(Prakoso, Fajar Adi., 2021)” menyebutkan bahwa pemerintah dapat mengaktifkan kembali lumbung-
lumbung penyimpanan pangan di seluruh wilayah di Indonesia. Di era digital seperti saat ini, segala
aktivitas akan semakin mudah dengan adanya perangkat yang dilengkapi dengan sistem informasi yang
dibutuhkan. Namun dengan adanya pergantian waktu tanam dan atlas kalender, terdapat perbedaan
sistem informasi yang kurang terintegrasi dan lumbung pangan pada aplikasi hanya memuat informasi
terkait gabah.
Kajian yang berjudul “Analisis Pengaruh Lokasi dan Distribusi terhadap Manajemen Rantai Pasokan Pangan pada Masa Pandemi Covid (Bantacut,
Tajuddin dan Fadhil, Rahmat, 2018)” menyatakan bahwa rantai pasok pangan perlu memperhatikan faktor-faktor distribusi yang dapat mempengaruhi kualitas
pangan kepada konsumen, terutama kebutuhan pokok yang tidak dapat bertahan lama dan harus segera. distribusi dan konsumsi. Selain itu, faktor lokasi juga
perlu diperhatikan untuk memperkuat supply chain yang lebih efektif, seperti penghematan biaya transportasi dan percepatan distribusi pangan. Pusat Data
dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2019 telah mengembangkan metode pendataan pembelian, penjualan, dan harga pangan, khususnya beras pada
pedagang melalui perbaikan metode pendataan dengan memanfaatkan hasil listing pedagang beras pada Sensus Ekonomi 2016, BPS, yang digunakan sebagai
kerangka sampling dalam pemilihan. Sampel/responden, serta menyempurnakan “Sistem Pengawasan Ketahanan Pangan” yang telah disusun dan digunakan
untuk pemantauan pelaporan data pembelian, penjualan dan harga beras dari daerah ke pusat setiap minggu (Pertanian, Pusat Data dan Sistem Informasi,
2019). Namun, sistem ini akan memakan waktu lama karena membutuhkan waktu seminggu untuk memperbarui daftar makanan yang tersedia di daerah
tertentu. serta menyempurnakan “Sistem Pengawasan Ketahanan Pangan” yang telah disusun dan digunakan untuk memantau pelaporan data pembelian,
penjualan dan harga beras dari daerah ke pusat setiap minggu (Pertanian, Pusat Data dan Sistem Informasi, 2019) . Namun, sistem ini akan memakan waktu
lama karena membutuhkan waktu seminggu untuk memperbarui daftar makanan yang tersedia di daerah tertentu. serta menyempurnakan “Sistem
Pengawasan Ketahanan Pangan” yang telah disusun dan digunakan untuk memantau pelaporan data pembelian, penjualan dan harga beras dari daerah ke
pusat setiap minggu (Pertanian, Pusat Data dan Sistem Informasi, 2019) . Namun, sistem ini akan memakan waktu lama karena membutuhkan waktu seminggu
Oleh karena itu, peneliti menawarkan suatu sistem sebagai solusi dalam mengatasi permasalahan pangan
di Indonesia yaitu Distribusi Pemantauan Langsung. Distribusi Pemantauan Langsung adalah sistem yang
mampu memberikan informasi ketersediaan pangan di seluruh wilayah di Indonesia secara real time
DOI:http://dx.doi.org/10. 17509/xxxxx.v6ix
p- ISSN 2776-4397 e- ISSN 2776-4400
SN Azizah,dkk.,DISTRIBUSI MONITORING LANGSUNG SEBAGAI UPAYA MENCAPAI MANDIRI PANGAN
KECUKUPAN|60
memenuhi kebutuhan pangan dalam jumlah yang tepat, kualitas yang tepat, tepat waktu, dan biaya logistik distribusi
pangan yang paling efisien.
Sistem ini akan menampilkan peta Negara Indonesia berbasis digital dengan tiga indikasi warna
yang berbeda, sesuai dengan ketersediaan pangan di masing-masing daerah. Indikasi warna merah
untuk daerah dengan ketersediaan pangan rendah, kuning untuk daerah dengan ketersediaan
pangan cukup, dan hijau untuk daerah dengan ketersediaan pangan melimpah. Informasi indikasi
warna mengenai pemetaan distribusi pangan akan disesuaikan dengan data ketersediaan stok
pangan yang surplus dan defisit di setiap daerah secara real time.
Solusi bagi Indonesia sebagai negara kepulauan, ketika sistem Distribusi
Pemantauan Langsung digunakan, pangan di Indonesia akan lebih merata melalui
pemerataan ketersediaan pangan untuk semua jenis komoditas pangan secara
keseluruhan. Namun dibutuhkan peran pemerintah yang merupakan penanggung
jawab formal dan utama dalam melaksanakan dan menerapkan sistem ini dalam
mewujudkan Kemandirian Pangan. Selain itu, universitas memiliki peran untuk
berkontribusi dalam berbagai analisis dan masukan ilmiah serta pengambilan
keputusan untuk kebijakan publik. Perlu juga peran Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), untuk meningkatkan pengakuan masyarakat adat dan upaya menjangkau
dan menerapkan prinsip no one left behind,
Selain itu, sistem ini dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara
berkelanjutan dan pembangunan yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Sistem
ini juga memastikan tidak ada disparitas ekonomi dan pangan, terutama di daerah yang
infrastruktur dan sumber dayanya terbatas, serta disparitas harga yang tinggi antar daerah.
Harapan ini sejalan dengan road map lumbung pangan dunia, Kementerian Pertanian telah
menetapkan target untuk mencapai swasembada pangan.
Jika masalah pemerataan ketersediaan pangan belum terselesaikan dalam 10 sampai
20 tahun mendatang, sangat berbahaya jika sistem ini tidak ada. Melalui inovasi dan
teknologi, ketersediaan pangan Indonesia ke depan akan terjaga, Indonesia tidak lagi
bergantung pada impor, dan Indonesia dapat mencapai swasembada pangan.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, gagasan tentang desain Live
Sistem Pemantauan Distribusi diharapkan dapat memudahkan masyarakat dan pihak terkait untuk
mengetahui dengan mudah informasi distribusi ketersediaan dan ketahanan pangan di seluruh wilayah di
Indonesia. Seluruh daerah di Indonesia dapat memenuhi kebutuhan pangan secara merata. Sehingga
kondisi pangan di Indonesia benar-benar merata dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia
terpenuhi dan tidak ada lagi kerugian bagi petani, tingginya harga pangan, sulitnya akses dan masalah
kelaparan. Dengan demikian, Indonesia dapat mencapai swasembada pangan.
7. REFERENSI
Absori, Nugroho, Sigit Sapto dan Rahardjo, Mudji. (2018). Kebijakan Pangan Di Indonesia
Sebuah Keniscayaan: Swasembada Pangan VS Ketahanan Pangan. 1, Madiun :
YUSTISIA MERDEKA: Jurnal Ilmiah Hukum, Vol. 4. ISSN.
Bantacut, Tajuddin dan Fadhil, Rahmat. (2018). Menerapkan LOGISTIK 4.0 dalam Manajemen
Rantai Pasok. 2, sl : Pangan, Vol. 27.
DOI:http://dx.doi.org/10. 17509/xxxxx.v6ix
p- ISSN 2776-4397 e- ISSN 2776-4400
61 |Jurnal Logistik dan Rantai Pasokan,Volume 01 Edisi 2, Oktober 2021 hlm. 57-61
Fauzin. (2021). Pengaturan Impor Pangan Negara Indonesia.. 1, Kamal Bangkalan : Pamator,
Vol. 14. ISSN.
Fitrian, Alvian Noor. (2020). Strategi Menghadapi Ancaman Kelangkaan Pangan Nasional di
Masa Pandemi. Sleman : Prosiding Industrial Engineering Conference.
Hadyan, Reza. (2020). Indeks Ketahanan Pangan Global 2020: Posisi Indonesia Turun ke-65.
Ekonomi. [Online] 13 Maret 2021. [Dikutip: 8 Agustus 2021.] https://
ekonomi.bisnis.com/read/20210313/12/1367047/indeks-ketahanan-
panganglobal-2020-posisi-indonesia-turun-ke-65#:~:text=Trade-
, Indeks%20Ketahanan%20Pangan%20Global%202020%3A%20Posisi%20Indonesia%2
0Turun%20ke%2D65,pada%20kategori%20kualitas%20dan%20ke .
Machfiroh, Ines Sarawasti.(2019). Strategi dan Dampak Kenaikan Harga Kedelai terhadap
Laba. 2, sl : Jurnal Humaniora Teknologi, Vol. 5. ISSN.
Pertanian, Pusat Data dan Sistem Informasi. (2019). Buku Hasil Analisis Sistem Monitoring
Ketahanan Pangan.
Prakoso, Fajar Adi. (2021). Analisis Pengaruh Lokasi Dan Distribusi Terhadap Manajemen
Rantai Pasok Pangan Di Masa Pandemi Covid. 1, Jakarta : Jurnal Manajemen,
Ekonomi, Keuangan dan Akuntansi (MEKA), Vol. 2. ISSN.
Triandini, E, dkk. (2019). Metode Systematic Literature Review untuk Identifikasi Platform
dan Metode Pengembangan Sistem Informasi di Indonesia. 2, Denpasar : Jurnal
Sistem Informasi Indonesia (IJIS), Vol. 1.
DOI:http://dx.doi.org/10. 17509/xxxxx.v6ix
p- ISSN 2776-4397 e- ISSN 2776-4400