Anda di halaman 1dari 13

KETAHANAN PANGAN

‘’Survei ketahanan pangan rumah tangga petani desa kenebibi’’

NAMA : METRIANA KOLO


NIM :420210103019

PRODI BUDIDAYA TERNAK


FAKULTAS LOGISTIK MILITER UNIVERSITAS PERTAHANAN REPUBLIK
INDONESIA
2022

1
Daftar isi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................3


1.2 Tujuan dan manfaat …………………………………………………4

BAB II MATERI DAN METODA PRAKTIKUM

2.1 Waktu an tempat praktikum …………………………………………5

2.2 Alat dan bahan ………………………………………………………..5

2.3 prosedur praktikum……………………………………………………5

BAB III Hasil dan Pembahasan

3.1 Ketahanan pangan Rumah Tangga ……………………………………6

3.2 meningkatkan Kesehatan dan ketahan pangan …..……………………8

3.3 Sistematika ketahan pangan Rumah Tangga…………………………..10

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan …………………………………………………………….12

4.2 saran …………………………………………………………………….12

Daftar Pustaka ……………………………………………………………….13

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk dapat hidup dan melakukan aktivitas
sehari-hari, sedang ketahanan pangan adalah jaminan bagi manusia untuk hidup sehat dan
bekerja secara produktif. Pemahaman berbagai aspek ketahanan pangan merupakan
pengetahuan penting dalam mengawali jenis studi ini. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji:
(1) Konsep; (2) Pengukuran dan indikator; dan (3) Pendekatan atau strategi untuk mencapai
ketahanan pangan. Kajian dilakukan melalui studi pustaka dari berbagai hasil penelitian dan
tulisan yang terkait dengan aspek kajian. Hasil kajian menunjukkan bahwa: (1) Konsep serta
pengertian tentang ketahanan pangan berkembang sesuai dengan kompleksitas permasalahan
dari waktu ke waktu; (2) Dimensi ketahanan pangan sangat luas sehingga diperlukan banyak
indikator untuk mengukurnya; dan (3) Untuk mencapai ketahanan pangan, pendekatan
ketersediaan pangan dan kepemilikan perlu dipertimbangkan dan untuk ketahanan pangan
berkelanjutan diperlukan suatu paradigma baru.
Ketahanan pangan yang merupakan terjemahan dari food security mencakup banyak
aspek dan luas sehingga setiap orang mencoba menterjemahkan sesuai dengan tujuan dan
ketersediaan data. Seperti yang diungkapkan oleh Reutlinger (1987) bahwa ketahanan
pangan diinterpretasikan dengan banyak cara. Braun dkk. (1992) juga mengungkapkan
bahwa pemakaian istilah ketahanan pangan dapat menimbulkan perdebatan dan banyak isu
yang membingungkan karena aspek ketahanan pangan adalah luas dan banyak tetapi
merupakan salah satu konsep yang sangat penting bagi banyak orang di seluruh dunia.
Selanjutnya juga diungkapkan bahwa defisini ketahanan pangan berubah dari satu periode
waktu ke periode waktu lainnya. Pembangunan pertanian yang dilaksanakan secara konsisten
selama ini telah mampu menyediakan berbagai jenis pangan. Berdasarkan data Neraca Bahan
Makanan (NBM), selama kurun waktu 1993-1996 seperti dilaporkan oleh Ariani dkk. (2000)
untuk pangan pokok yang meningkat ketersediaannya per kapita adalah beras, jagung,
ubikayu. Sebagai gambaran ketersediaan beras pada tahun 1993 sebesar 150,2 kg menjadi
159,8 kg/kapita/tahun pada tahun 1996; jagung dari 28,9 kg pada tahun 1993 meningkat

3
menjadi 57,2 kg/kapita/ tahun pada tahun 1996; dan ketersediaan ubikayu tahun 1993 sebesar
36,3 kg meningkat menjadi 61,8 kg/kapita/tahun pada tahun 1996.

1.2 tujuan dan manfaat

tujuan dari praktikum ketahan pangan ini adalah:

➢ untuk mengetahui sejauh mana suatu daerah dapat memenuhi pangan bagi
masyarakatnya dalam hal ini daerah tersebut adalah dikabupaten Belu,desa
kenebibi kecamatan kukuluk mesak,
➢ untuk mengetahui ketahan pangan pada rumah tangga keluarga didusun weAir
➢ Agar kadet mahasiswa dapat mengetahui tingkat ketahanan pangan rumah tangga
petani di Desa Kenebibi,Belu,Nusa Tenggara Timur.
➢ agar kadet mahasiswa dapat mengindetifikasi dan memperoleh informasi yang
mendalam mengenai aspek-aspek ketahanan pangan rumah tangga petani di
wilayah perbatasan RI-RDTL.

manfaat dari praktikum ketahan pangan adalah:

➢ dapat menganalisis ketahan pangan berdasarkan produksi pertanian,peternakan


dan perikanan yang ada diDesa kenebibi .

4
BAB II
MATERI DAN METODA PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan tempat

Waktu dan tempat melakukan survei ketahanan pangan :


pada pukul :08 :00 – selesaai.
Hari /tanggal : kamis,24- November -2022
Tempat :Didesa kenebibi dusun weair.

2.2 Alat dan bahan


Alat dan bahan yang perlu dibawa adalah:
• alat tulis
• papan jalan
• kupon
• dan bahannya adalah kuesioner ketahanan pangan.

2.3 prosedur praktikum

Langkah Langkah dalam praktikum :


1.siapkan alat dan bahan yang telah ditentukan
2. kadet mahasiswa dikumpulkan dikantor kenebibi ,untuk mendengarkan arahan yang akan
dilaksanakan
3.kemudian kadet diarahkan untuk masuk kerumah rumah warga yang ada didesa kenebibi dusun
weair
4.kemudian kadet dapat mewawancarai warga yang telah didatangani mengenai ketahanan
pangan yang ada dalam rumah tangganya,
5.lalu kadet mencatat semua data data yang telah ditanyakan.

5
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA

Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar dan terpenting bagi manusia sehingga
pemenuhannya menjadi salah satu hak asasi manusia, tidak dapat ditunda dan juga tidak dapat
disubsitusikan dengan bahan lain. Pangan juga merupakan komponen dasar untuk mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas serta sebagai pilar untuk pembangunan nasional yang
berperan dalam menjaga stabilitas ekonomi, sosial dan politik suatu negara yang harus dipenuhi
secara bersama-sama oleh negara dan masyarakatnya. Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan
pokok bagi manusia.Pemenuhannya pun telah dijamin oleh Negara.Berdasarkan Undang-Undang
No18 tahun 2012, yang dimaksud dengan ketahanan pangan adalah “ kondisi terpenuhinya pangan
bagi Negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup,
baik jumlah maupun mutunya, aman,beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama,keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif,
produktif secara berkelanjutan”. Dengan demikian suatu wilayah dikatakan berhasil dalam
pembangunan ketahanan pangan jika adanya peningkatan produksi pangan,distribusi pangan yang
lancar serta konsumsi pangan yang aman dan berkecukupan gizi pada seluruh
masyarakat.Ketahanan pangan mencakup tiga aspek penting sebagai indicator keberhasilan
peningkatan ketahanan pangan, yaitu :

1) Ketersediaan Pangan(Food Availability), yang berarti, pangan tersedia cukup untuk


memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, baik jumlah maupun mutunya, serta aman

2) Akses Pangan/Distribusi (Food Access), pasokan pangan dapat menjangkau keseluruh


wilayah sehingga harga stabil dan terjangkau oleh rumah tangga

3) Penyerapan Pangan /konsumsi (Food Utilization), yaitu setiap rumah tangga

dapat mengakses pangan yang cukup dan mampu mengelola konsumsinya sesuai dengan kaidah
gizi dan kesehatan serta preferensinya

6
Kerawanan pangan terjadi karena kurangnya ketersediaan pangan yang berhubungan
dengan kapasitas produksi pada suatu daearah, sulit didistribusikan dengan harga yang terjangkau
sehingga pangan tidak akan merata diakses oleh keluarga, aspek distribusi yaitu masalah
infrastruktur transportasi yang kurang baik terutama untuk menjangkau kedaerah-daerah pelosok,
rendahnya daya beli masyarakat untuk memenuhi konsumsi yang memenuhi syarat gizi seperti
energi dan protein, akses terhadap pangan yang ditentukan oleh pendapatan masyarakat,
peningkatan pendapatan petani akan meningkatkan daya beli pangan dan non pangan, serta
pendidikan khususnya bagi anak-anak perempuan karena anak perempuan nantinya akan menjadi
seorang ibu yang bisa lebih baik dalam mengatur gizi keluarganya dan selanjutnya adalah adanya
koordinasi kebijakan dan implementasi sektoral dan vertical.Fokus dari ketahanan pangan ini tidak
hanya penyediaan pangan tingkat wilayah akan tetapi termasuk tingkat rumah tangga dan individu.
Untuk itu supaya tercapainya ketahanan pangan sampai pada tingkat rumah tangga, maka
ketahanan pangan harus :

1) Memperhatikan dimensi waktu, yaitu pangan tersedia dan dapat diakses setiap saat

2) Menekankan pada akses pangan rumah tangga dan individu, baik fisik, ekonomi dan
sosial

3) Berorientasi pada pemenuhan gizi.

ketersediaan pangan bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan tercapainya ketahanan


pangan pada suatu daerah, melainkan ada faktor-faktor lain yang menentukan tercapaianya suatu
ketahanan pangan.Ketahanan pangan setidaknya mengandung dua unsur pokok, yaitu ketersediaan
pangan yang cukup serta adanya akses masyarakat terhadap pangan yang mudah dan memadai.
Sedangkan sistem ketahanan pangan terdiri dari tiga subsistem utama yaitu ketersediaan, akses
dan penyerapan pangan atau pemanfaatan pangan.Ketersediaan pangan harus mampu mencukupi
kebutuhan pangan seseorang yang didefenisikan sebagai jumlah kalori yang dibutuhkan untuk
kehidupan seseorang yang aktif dan sehat.Sedangkan akses pangan adalah kemampuan semua
rumah tangga dan individu dengan sumber daya yang dimilikinya untuk memperoleh pangan yang
cukup untuk kebutuhan gizinya.

Akses pangan meliputi akses ekonomi,fisik dan sosial.Akses ekonomi tergantung pada
pendapatan, kesempatan kerja dan harga.Akses fisik menyangkut tingkat isolasi suatu daerah dari

7
daerah luar (sarana dam prasarana distribusi yang lancar),sedangkan akses sosial menyangkut
tentang preferensi pangan. Sedangkan penyerapan pangan adalah penggunaan pangan untuk
kebutuhan hidup sehat yang meliputi kebutuhan energi dan gizi,air dan kesehatan lingkungan hal
ini sangat tergantung kepada pengetahuan rumah tanga/individu terhadap kebutuhan pangan untuk
hidup sehat yang diperlukan oleh tubuh,hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
bahwa pendidikan dan pengetahuan ibu rumah tangga akan berpengaruh positif terhadap konsumsi
dan pangan rumah tangga. Ibu rumah tangga yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan
memiliki pengetahuan yang baik tentang gizi,sehingga akan memberikan pangan yang beraneka
ragam untuk dikonsumsi keluarganya. Pendapatan menjadi faktor penting dalam menentukan
pengeluaran rumah tangga, termasuk pola konsumsi pangan yang dilakukan oleh keluarga.
pendapatan berbanding terbalik dengan pengeluaran,semakin tinggi tingkat pendapatan rumah
tangga,maka proporsi pengeluaran pangan cenderung akan semakin rendah,namuan pola konsumsi
yang dilakukan oleh keluarga akan lebih beragam dan berkualitas karena mereka lebih
mementingkan mengkonsumsi pangan yang bernilai gizi tinggi.Pendapatan rumah tangga
berkaitan erat dengan pengeluaran rumah tangga.Pada rumah tangga miskin, pengeluaran pangan
akan lebih besar dari pada pengeluaran non pangan dan petani identik dengan kemiskinan sehingga
hal ini akan berpengaruh pada pemenuhan gizi yang dikonsumsi.Semakin rendah persentase
pengeluaran untuk makanan terhadap total pengeluaran, maka semakin baik tingkat perekonomian
penduduk. Ketahanan pangan di tingkat wilayah juga belum dapat merefleksikan ketahanan
pangan di tingkat rumah tangga atau individu, hal ini disebabkan karena tidak semua rumah tangga
mampu mengakses pangan yang tersedia secara baik sehingga mengakibatkan masyarakat tersebut
akan sangat rentan terhadap masalah kerawanan pangan

3.2 Meningkatkan Kesehatan dan Ketahanan Pangan di NTT

Ketahanan pangan erat kaitannya dengan kesehatan salah satu aspek kesejahteraan dan
fokus utama pembangunan manusia.Karena kesehatan merupakan aset berharga bagi seseorang
dalam menjalankan aktivitas hidupnya,maka daerah ini paling sering mengalami kerawanan
pangan yang memiliki berbagai implikasi seperti gizi buruk,gizi buruk pada balita,dan kelangkaan
pangan.Untuk meningkatkan derajat kesehatan penduduk, Pemerintah melakukan berbagai
program seperti penambahan pelayanan kesehatan dan tenaga medis.Sasaran utama pembangunan
kesehatan adalah meningkatkan harapan hidup,menurunkan angka kematian bayi,angka kematian

8
ibu,dan prevalensi gizi buruk dan gizi kurang.Tingkat kesehatan masyarakat di NTT belum
menunjukkan hasil yang baik jika dilihat dari indikator kesehatan,seperti kematian ibu,angka
kematian bayi dan balita,dan gizi buruk yang berada di atas tingkat nasional.Tingginya angka
kematian bayi dan ibu hamil di NTT disebabkan karena kurangnya tenaga kesehatan terutama di
daerah terpencil.Ketersediaan tenaga kesehatan di NTT masih terbatas dan belum merata. Jumlah
tenaga kesehatan yang ada di NTT pada tahun 2014 masih rendah dibandingkan dengan jumlah
penduduk NTT yaitu 1:472 (1 tenaga kesehatan harus melayani 472 orang). Angka kematian bayi
di NTT pada tahun 2012 adalah 45 kematian per 1000 kelahiran baru, sedangkan angka nasional
menunjukkan 34 kematian per 1000 kelahiran baru. Angka ini mengalami penurunan jika
dibandingkan dengan kondisi tahun 2007. Angka kematian bayi di NTT adalah 57 kematian per
1000 kelahiran hidup. Sementara itu, angka kematian balita mencapai 58 kematian per 1000
kelahiran hidup, turun dari kondisi 2007 sebesar 86 kematian per 1000 kelahiran hidup.

Upaya menghindari kerawanan pangan yang dialami daerah dengan kondisi alam dan curah
hujan yang relatif sedikit, seperti Provinsi NTT, memerlukan kebijakan dengan kondisi alam agar
lebih mudah dalam pelaksanaannya.ketahanan pangan adalah hasil interaksi antara
teknologi,sumber daya alam, modal, dan sumber daya manusia yang terkoordinasi baik melalui
pasar atau mekanisme regulasi lainnya seperti kebijakan pemerintah yang mengatur program
produksi pertanian.Dalam program Pemerintah tentang ketahanan pangan di NTT,masyarakat
didorong untuk meningkatkan capaian produk pangan seperti beras,jagung,dan kedelai. Beras
merupakan bahan makanan utama di NTT.Produksi beras di Provinsi NTT cenderung meningkat
selama tahun 2012.Selama sepuluh tahun terakhir, produksi beras di NTT cenderung meningkat
4,95 persen per tahun. Hal ini disebabkan adanya peningkatan produktivitas.NTT sudah memiliki
beberapa sentra produksi beras untuk memenuhi target panen padi.Secara kumulatif, target
tersebut bisa kita capai dengan memanfaatkan lahan seluas 126.000 hektar yang tersebar di
kabupaten dan Pemerintah juga mengupayakan pembangunan infrastruktur dan perbaikan irigasi,
seperti irigasi tersier, waduk, dan bendungan. Bantuan alat pertanian seperti mesin giling, mesin
perontok, traktor, dan pompa air juga diperlukan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas
padi. Proyek Pengembangan Diversifikasi Pangan dan Gizi bekerjasama dengan Jurusan Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (Anonimous,
1990/1991) melakukan kajian mengenai ketahanan pangan di seluruh kabupaten di Provinsi Jawa
Timur dan Nusa Tenggara Timur. Dalam kajian ini data yang digunakan adalah data produksi

9
pangan sumber karbohidrat (padi, jagung, ubikayu dan ubijalar) suatu wilayah sebagai proksi
ketersediaan pangan dan data kebutuhan konsumsi pangan setara energi dari tahun 1980 sampai dengan
1989

3.3 SISTEMATIKA KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA

Masalah yang berkaitan dengan pangan di masa mendatang memiliki multidimensi balk
yang bersifat lintas bidang, lintas komoditas, lintas daerah dan lintas penduduk. Keterkaitan lintas
sektoral dalam penanganan masalah pangan sangat kuat sehingga kandungan politiknya baik
nasional maupun internasional cukup tinggi (Amang, B., dan M.H. Sawit, 1997). Berdasar
kenyataan tersebut untuk mendukung ketahanan pangan nasional, maka strategi pemantapan
ketahanan pangan di masa depan perlu mengantisipasi berbagai kondisi tersebut. Pendekatan
pembangunan ketahanan pangan di masa depan perlu memprioritaskan ketahanan pangan tingkat
rumah tangga/individu dengan pola manajemen desentralisasi sebagai konsekuensi dan
diterapkannya kebijakan otonomi wilayah. Dalam hal ini peran serta pemerintah daerah dan
masyarakat menjadi kunci utama strategi peningkatan dan pemantapan ketahanan pangan rumah
tangga dan wilayah. Sementara itu pemerintah (pusat dan daerah) lebih berperan sebagai fasilitator
dan menciptakan kondisi yang kondusif bagi masyarakat dan swasta untuk berpartisipasi dalam
pembangunan ketahanan pangan. Salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan
ketahanan pangan tersebut adalah melalui pemberdayaan kelembagaan lokal seperti lumbung desa
dan peningkatan peran masyarakat dalam penyediaan pangan. Hal ini perlu dipertimbangkan
sebagai salah satu upaya mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia. (Noer, H. R.P.M,; 1995;
Sapuan dan A. Soepanto, 1995; dan A. Azis, 1995).

Seperti telah dikemukakan terdahulu bahwa definisi ketahanan pangan berubahubah dan
menyangkut aspek yang sangat luas, sehingga indikator, cara dan data yang digunakan oleh
peneliti atau para pakar untuk mengukur ketahanan pangan juga sangat beragam. Soekirman
(1996) mengemukakan bahwa untuk mengukur ketahanan pangan di Indonesia tidak hanya pada
tingkat agregatif nasional atau regional tetapi juga dapat diukur pada tingkat rumah tangga dan
individu.

10
Menurut Suhardjo (1996) kondisi ketahanan pangan rumah tangga dapat dicerminkan oleh
beberapa indikator antara lain: (1) Tingkat kerusakan tanaman, ternak, perikanan; (2) Penurunan
produksi pangan; (3) Tingkat ketersediaan pangan di rumah tangga; (4) Proporsi pengeluaran
pangan terhadap pengeluaran total; (5) Fluktuasi harga-harga pangan utama yang umum
dikonsumsi rumah tangga; (6) Perubahan kehidupan sosial (misalnya migrasi,
menjual/menggadaikan harta miliknya, peminjaman); (7) Keadaan konsumsi pangan (kebiasaan
makan, kuantitas dan kualitas) dan (8) Status gizi. Berkaitan dengan indikator (7) dan (8) di atas,
Kodyat (1997) juga mengemukakan bahwa indikator ketahanan pangan dapat dilihat dari konsumsi
pangan rumah tangga dan keadaan gizi masyarakat.

konsep/defenisi ketahanan pangan, rumah tangga petani, pola pengeluaran rumah tangga,
kemiskinan, yang menyangkut dengan penelitian.jenis data dan sumber data, teknik pengumpulan
data,metode analisis data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan regresi
logistik. Setelah melalui tahapan-tahapan dalam metodologi, hasil penelitian selanjutnya akan ada
rekomendasi kebijakan yang relevan dalam meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga petani
di desa Kenebibi, selanjutnya kebijakan tersebut diharapkan bisa diaplikasikan untuk
meningkatkan ketanahan pangan rumah tangga petani pada daerah lain yang ada di Kabupaten
Belu sehingga tercapainya konsep ketahanan pangan yaitu terpenuhinya pangan bagi rumah tangga
yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata
dan terjangkau. Hasil analisa yang telah diuraikan pada bab ke empat kemudian disimpulkan dalam
bab selanjutnya, untuk selanjutnya diusulkan saran penelitian yang relevan.

Dalam melakuakan survei didesa kenebibi atau dusun weair yaitu dirumah bapak
Mariano Moreira .bapak Moreira adalah kepala rumah tangga. dalam rumah tangganya,ia
memimliki 5 orang anak yang mana umur bapak Mariano adalah 56 tahun yang berprofesi
sebagai petani yang memiliki lahan seluas 500 meter dan juga mempunyai peliharaan ternak babi
1 ekor,kambing 4 ekor,dan sapi 2 ekor.keseharian bapak Moreira adalah berada dilahannya dan
sumber ketahanan pangan ialah kacang kacanagan ubi dan jagung.tiap tiap tahunnya bapak
Moreira selalu mendapatkan hasil yang cukup memuaskan yang mana hasil kebunnya dapat
dijual untuk memenuhi kebutuhan seharinya.tiap tahunnya hasil yang didapatkan tidak menentu
kadang dipanen dengan berlimpah kadang dipanen dengan hasil yang kurang karena ada tanaman
yang rusak karena dimakan oleh hama dan kurangnya air hujan yang ada.

11
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil suvei ketahan pangan ,Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia
untuk dapat hidup dan melakukan aktivitas sehari-hari, sedang ketahanan pangan adalah jaminan
bagi manusia untuk hidup sehat dan bekerja secara produktif. Pemahaman berbagai aspek
ketahanan pangan merupakan pengetahuan penting dalam mengawali jenis studi ini. melakuakan
survei didesa kenebibi atau dusun weair yaitu dirumah bapak Mariano Moreira .bapak Moreira
adalah kepala rumah tangga. dalam rumah tangganya,ia memimliki 5 orang anak yang mana
umur bapak Mariano adalah 56 tahun yang berprofesi sebagai petani yang memiliki lahan seluas
500 meter dan juga mempunyai peliharaan ternak babi 1 ekor,kambing 4 ekor,dan sapi 2
ekor.keseharian bapak Moreira adalah berada dilahannya dan sumber ketahanan pangan ialah
kacang kacanagan ubi dan jagung.tiap tiap tahunnya bapak Moreira selalu mendapatkan hasil
yang cukup memuaskan yang mana hasil kebunnya dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan
seharinya.tiap tahunnya hasil yang didapatkan tidak menentu kadang dipanen dengan berlimpah
kadang dipanen dengan hasil yang kurang karena ada tanaman yang rusak karena dimakan oleh
hama dan kurangnya air hujan yang ada.

4.2 saran
Berdasarkan survei yang ada pada Desa kenebibi dapat dilihat bahwa orang yang ada
didusun weair sangatlah mandiri dengan kehidupannya yang mana dapat menghidupkan
keluarganya dengan hasil taninya ,dengan survei ini kami harapkan agar para petani petani
yang ada didesa kenebibi dapat diberi bantuan bibit gratis agar para petani yang ada lebih
semangat lagi dalam mengelolah lahan lahan mereka.

12
Daftar Pustaka.

Reutlinger, S. 1987. Food Security and Poverty in Developing Countries. In Food Policy,
Edited by Gitinger, J.P. et a/. Published for The World Bank.
The Johns Hopkins University Press, Baltimore and London. Sapuan dan A. Soepanto. 1995.
Profil Lumbung Desa dan Strategi Pembinaan ke Arah. Pengembangan Sebagai Lembaga
Cadangan Ketahanan Pangan Masyarakat. Pangan 21(V):50-57.
Azis, A. 1995. Evolusi dan Prospek Pengembangan Lumbung Desa di Indonesia. Pangan
21(V):58-68. Balisacan, A.M. 1996.
Rural Growth, Food Security and Poverty Alleviation in Developing Asian Countries,
Discussion Paper No.9610. School of Economics, University of The Philippines, Manila.
Susanto, D. 1997. Dinamika Perilaku dan Kebiasaan Makan. Makalah Pra Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi VI. Konsumsi dan Kebiasaan Makanan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Per-
anian dan Biro Perencanaan Depar-temen Pertanian. Jakarta, 4 Nopem-ber.
Tabor, S.R.; H.S. Dillon dan M.H. Sawit. 1998. Fodd Security on the Road to Economic
Recovery. Agro-Ekonomika 2 (XXVII1):1- 52.
Syarief, H. 1991. Studi Identifikasi Daerah Rawan Pangan. Kerjasama Proyek Pengembangan
Diversifikasi Pangan dan Gizi. Departemen Pertanian R.I. dengan juruan GMSK, IPB. Bogor.
Sumarwan, U. dan D. Sukandar. 1998. Identifikasi Indikator dan Variabel serta Kelompok
Sasaran dan Wilayah Rawan Pangan Nasional. Jurusan GMSK-Faperta IPB, UNICEF dan Biro
Perencanaan, Departemen Pertanian R.I Widuri Press, Bogor.

13

Anda mungkin juga menyukai