Anda di halaman 1dari 7

Pemanfaatan Jamur Kancing (Agaricus bisporus)

Sebagai Solusi Penyembuhan Penyakit Kanker


Putri Chandra Apriliani1*,
1
Program Studi Tadris Biologi IAIN Syekh Nurjati Cirebon
*
email penulis: putrichandraapriliani@mail.syekhnurjati.co.id

Abstrak
Agaricus bisporus jamur kancing putih yang populer dipergunakan untuk konsumsi bagi
bangsa Barat dan Asia. Telah diketemukan oleh para ahli jamur bahwa jamur kancing
(Agaricus bisporus) mengandung bahan aktif (mycochemical) yang dapat melindungi
dan melawan penyakit kanker. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk
memaparkan hasil-hasil penelitian dari berbagai sumber dalam kaitannya dengan
konsumsi jamur kancing (Agaricus bisporus) dan dampaknya terhadap penyakit kanker
dengan menggunakan metode studi pustaka dari berbagai sumber jurnal maupun buku.
Hasil penenltian mengggunakan hewan uji, terbukti bahwa dengan memakan jamur
kancing dengan dosis ekstrak jamur kancing 400 mg/kg bb per hari pada tikus diabetes
yang diinduksi streptozotocin dapat menurunkan tingkat diabet. Pengobatan penyakit
dicapai dengan konsumsi formulasi khusus dari bahan kimia aktif jamur. Perlu adanya
penelitian yang mendalam lagi untuk uji klinis pada manusia untuk meyakinkan bahwa
jamur kancing memang bermanfaat untuk kesehatan manusia.

Kata kunci : Agaricus bisporus, Penyembuhan, Penyakit Kanker

A. PENDAHULUAN
Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit dengan sel-sel membelah secara
abnormal tanpa kontrol dan dapat menyerang jaringan di sekitarnya (Daly, M. C., &
Paquette, I. M, 2019). Kanker diketahui merupakan penyakit yang mematikan. WHO
memperkirakan pada tahun 2005-2025 terdapat 84 juta orang meninggal dunia akibat
kanker (Pratiwi, T. F, 2012). Jumlah penderita kanker di seluruh dunia terus meningkat
sekitar 6,25 juta orang setiap tahunnya. Sedangkan di Indonesia sendiri, prevalensi
penderita kanker pada semua usia di tahun 2019 adalah 347.792 orang atau sekitar
1,4% dari jumlah penduduk Indonesia.
Di Indonesia, penyakit kanker banyak terjadi di kalangan masyarakat perkotaan,
hal ini kemungkinan dikarenakan gaya hidup masyarakat perkotaan yang
mengkonsumsi makanan serba instant (makanan cepat saji) yang minim nutrisi. Salah
satu cara mencegah munculnya penyakit degeratif, yakni pola makan dan pola hidup
yang sehat serta mengkonsumsi makan-makanan yang sehat pula. Menurut Stamet
(2015) dari 140.000 spesies jamur-jamur yang ada, baru 10 % nya tersentuh oleh para
ilmuan. Ada Sekitar 100 dari spesies jamur sedang dilakukan penelitian lebih lanjut
agar dapat bermanfat bagi kesehatan manusia. Dari seratus spesies yang diteliti, sekitar
setengah lusin yang benar-benar menonjol mempunyai kemampuan untuk memberikan
dorongan luar biasa bagi sistem kekebalan tubuh manusia dalam pencegahan penyakit
kanker.
Jamur kancing (Agaricus bisporus) atau yang dikenal sebagai champignon
merupakan jenis jamur tertua dan yang paling banyak dibudidayakan di dunia. Jamur
kancing lebih banyak diminati masyarakat karena memiliki kandungan nutrisi yang
kompleks, yaitu karbohidrat, protein, serat, dan berbagai macam vitamin serta mineral.
Jamur ini juga dilaporkan memiliki senyawa yang mampu melawan penyakit kanker
dan penyakit metabolik lainya (Tjokrokusumo, 2015).
Masyarakat bangsa Barat, jamur kancing ini merupakan paling populer dan jamur
kancing tersebut secara rutin dikonsumsi dengan cara menambahkan jamur tersebut
kedalam menu makanan mereka. Selain rasanya yang unik, mengkonsumsi jamur
memberikan manfaat kesehatan dan digunakan sebagai bagian makanan rutin dari diet.
Dengan demikian, mengkonsumsi jamur kancing sebagai bagian dari diet sehari-hari
diharapkan akan mengundurkan atau mencegah munculnya penyakit penyakit kanker.
Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk memaparkan hasil-hasil penelitian dari
berbagai sumber dalam kaitannya dengan konsumsi jamur kancing (Agaricus bisporus)
dan dampaknya terhadap penyakit kanker.

B. METODE
Metode yang digunakan dalam pembuatan artikel menggunakan metode atau
pendekatan kepustakaan (library research), Studi pustaka atau kepustakaan sebagai
serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka,
membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian ( Zed, 2017:3).
Dalam penelitian yang dilakukan penulis pertama,menganalisis data pemanfaatan
jamur kancing, melakukan pencairan data di google scholar mengenai suatu
pemanfaatan jamur kancing yang di gunakan obat, peneliti menganalisis jurnal- jurnal
yang relavan dalam pemanfaatan jamur kancing, penulis mereview isi beberapa jurnal
dan menganalisis isi jurnal.
Berdasarkan dengan hal tersebut diatas, maka pengumpulan data dalam
penelitian dilakukan dengan menelaah dan/atau mengekplorasi beberapa Jurnal, buku,
dan dokumen-dokumen (baik yang berbentuk cetak maupun elektronik) serta sumber-
sumber data dan atau informasi lainnya yang dianggap relevan dengan penelitian atau
kajian penelitian.
Tabel 1. Data artikel-artikel yang digunakan dalam kajian literatur.

Nama Nama Judul Artikel Hasil Penelitian


Penulis Jurnal/
No
Volume/Ta
hun
1. Adams LS, Nutr Cancer White button mushroom 20% methanol-fraksi air dari jamur
Phung S, 60 (6): 744- (Agaricus bisporus) kancing putih telah menghambat
Wu X, Ki L, 756. (2018) exhibits antiproliferative pertumbuhan sel kanker prostat.
Chen S and proapoptotic
properties and inhibits
prostate tumor growth in
athymic mice
2. Chen S, Oh Cancer Antiaromatase activity of jamur kancing putih memiliki
S, Phung S, Research, phytochemicals in white potensi sebagai pencegahan dalam
Hur G, Ye 66 (24), button mushrooms strategi kemoterapi untuk kanker
JJ, Kwok 12026- Agaricus bisporus payudara, dapat menekan aktivitas
SL et al. 12034. aromatase dan biosintesis estrogen.
(2012) mempunyai potensi untuk
mencegah terbentuknya aromatse.
3. Jeong SC, Nutr Res 30: White button mushroom Agaricus bisporus (jamur kancing
Jeong YT, 49-56. (Agaricus bisporus) putih atau JKP) mengandung kadar
Yang BK, (2016) lowers blood glucose and serat makanan tinggi dan
Islam R, cholesterol levels in antioksidan termasuk vitamin C , D ,
diabetic and dan B12 , folat , dan polifenol yang
hypercholesterolemic rats dapat memberikan efek manfaat
pada pasien penyakit jantung dan
diabetes
4. Liu Z, Mol Plant Mol Plant Microb Interact polisakarida peptide pada pada
Wang et Microb 6: 84-91 jamur mempunyai aktivitas
al. Interact 6: immunomodulator dan antitumor
84-91. yang merupakan mekanisme yang
(2013) paling penting dalam
kemampuannya mencegah dan
melawan kanker
5. Martin KR, The FASEB Dietary mushrooms menyatakan bahwa ekstrak air
Brophy S. Journal, 23: reduce mitogenesis and panas jamur kancing dapat
353.1. induce apoptosis and mengakibatkan apoptosis sel
(2012) cytotoxicity in MCF-7 payudara.
human breast cancer
6. Tjokrokus Pros Sem Diversitas jamur pangan Jamur kancing (Agaricus bisporus)
umo Nas Masy terhadap kandungan jenis jamur tertua dan yang paling
Biodiv beta-glukan dan banyak dibudidayakan di dunia.
Indon, 1(6), manfaatnya terhadap Jamur memiliki kandungan nutrisi
1520-1523. kesehatan yang kompleks, yaitu karbohidrat,
(2015) protein, serat, dan berbagai macam
vitamin serta mineral. Jamur juga
dilaporkan memiliki senyawa yang
mampu melawan penyakit kanker
7. Zhang M, Int J Cancer Dietary intakes of asupan makanan tinggi jamur
Huang J, 124: 1404- mushrooms and green tea menurunkan resiko kanker
Xie X, 1408. combine to reduce the payudara pada wanita Cina pre- dan
Holman C (2019) risk of breast cancer in pascamenopause dan telah diamati
Chinese women adanya tambahan penurunan resiko
payuda dari efek gabungan dari
jamur dan teh hijau.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Diperkirakan 14,1 juta orang menderita kanker pada 2022 , dan ada sebanyak 1,7
juta perempuan yang terkena kanker payudara. Forman and Moller (2014)
menambahkan, jumlah kematian akibat kanker payudara juga merupakan penyebab
utama kematian di negara berkembang dikarenakan oleh adanya pergeseran gaya
hidup. Menurut Liu et al. (2013) dan Wang et al. (2013) bahwa polisakarida peptide
pada pada jamur mempunyai aktivitas immunomodulator dan antitumor yang
merupakan mekanisme yang paling penting dalam kemampuannya mencegah dan
melawan kanker.
Menurut Chen et al. (2012) bahwa jamur kancing putih memiliki potensi sebagai
pencegahan dalam strategi kemoterapi untuk kanker payudara, dimana jamur kancing
putih ini dapat menekan aktivitas aromatase dan biosintesis estrogen. Penelitian lanjut
disebutkan bahwa beberapa kelompok phytokimia yang dinamakan procyanidin beta-
dimer merupakan bagian dari keluarga polyfenol mempunyai potensi dalam mencegah
terbentuknya aromatse pembentukan kanker payudara.
Zat kimia yang terkandung dalam jamur potensial yang larut dalam etil asetat.
Senyawa aktif utama yang ditemukan kandungan jamur kancing dalam fraksi etil asetat
yang merupakan asam lemak tidak jenuh, seperti asam linoleic, asam linolenic, dan
konjugasi asam linoleic. Interaksi dari asam linoleic dan konjugasi asam linoleic dengan
mutasi beberapa aromatase terekspresikan dalam sel telur hamster China yang
menunjukkan bahwa asam lemak menghambat aromtase dengan potensi yang hampir
menyerupai sama sehingga dapat mengakibatkan mutasi pada sisi aktif dengan kedua
asam lemak tersebut. Hasilnya dapat mengindikasikan bahwa dua senyawa yang
mengikat sisi aktif dari aromatase membentuk kanker payudara.
Di karenakan hanya zat asam linoleic konjugasi dalam menghambat proliferation
sel testosteronedependent dari MCF-7aro, secara beberapa fisiologi relevansinya dapat
menjadi penghambat aromatase pada jamur yang umumnya merupakan konjugasi asam
linoleic dan beberapa turunannya. Secara in vivo aktivitas zat aktif jamur dengan
digunakannya hewan uji coba yang telah disuntikan dengan sel MCF-7aro. Penelitian ini
menunjukan bahwa ekstrak jamur dapat menurunkan baik proliferasi sel tumor
maupun berat tumor tanpa memberikan suatu efek pada kecepatan apoptosis. Dalam
penelitian Zhang, et al. (2019) disimpulkan bahwa asupan makanan tinggi jamur
menurunkan resiko kanker payudara pada wanita Cina pre- dan pascamenopause dan
telah diamati adanya tambahan penurunan resiko payuda dari efek gabungan dari
jamur dan teh hijau.
Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk meneliti efek dari jamur kancing
dan mekanisme efek bersama phytochemical kandungan zat aktif A.bisporus pada
kanker payudara. Martin dan Brophy (2012) menyatakan bahwa ekstrak air panas
jamur kancing dapat mengakibatkan apoptosis sel payudara.

Gambar 1. Hasil ekstraksi jamur kancing (Agaricus bisporus) pengecekan kadar


kandungan dalam jamur kancing

Data dari beberapa kandungan jamur kancing menyebutkan bahwa makan jamur
kancing memungkinkan penundaan perkembangan secara biokimia kambuhnya kanker
prostat pada beberapa pasien. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk klarifikasi dalam mekanismenya. Sementara
itu, hasil penelitian Adams et al. (2018), menunjukkan bahwa 20% methanol-fraksi air
dari jamur kancing putih telah menghambat pertumbuhan sel kanker prostat.
Pemanfaatan Jamur kancing juga dapat menyembuhkan penyakit kolesterol dan
darah tinggi sehingga bagus untuk di konsumsi secara rutin, hal ini sesuai peneliatn
Jeong et al. (2016), bahwa Agaricus bisporus (jamur kancing putih atau JKP)
mengandung kadar serat makanan tinggi dan antioksidan termasuk vitamin C , D , dan
B12 , folat , dan polifenol dapat memberikan beberapa efek manfaat pada pasien
penyakit jantung dan diabetes. Hasil dari beberapa pengamatan penelitian menyatakan
bahwa penurunan total kolesterol, LDL (low-density lipoprotein), dan konsentrasi total
trigliserida dan peningkatan yang signifikan konsentrasi HDL (high-density lipoprotein
plasma) juga telah diamati. Disimpulkan bahwa jamur A bisporus (jamur kancing)
memiliki aktivitas baik hipoglikemik maupun hipolipidemik sehingga dapat
menurunkan kadar gula dan kolesterol.
D. PENUTUP

Berdasarkan penelaahan kajian literatur seperti hasil penelitian relevan jurnal-


jurnal, baik itu nasional maupun internasional yang diringkas dari sumber tersebut dan
dijadikan satu bahan bacaan, maka dapat disimpulkan bahwa jamur kancing (Agaricus
bisporus) mempunyai potensi dalam membantu mencegah dan menunda
perkembangan penyakit kanker payudara, kanker prostat dan penyakit degeneratif
(diabetes, kolesterol). Pengobatan penyakit dicapai dengan konsumsi formulasi khusus
dari bahan kimia aktif jamur. Perlu adanya penelitian yang mendalam lagi untuk uji
klinis pada manusia untuk meyakinkan bahwa jamur kancing memang bermanfaat
untuk kesehatan manusia.

REFERENSI

Adams LS, Phung S, Wu X, Ki L, Chen S. 2018. White button mushroom (Agaricus


bisporus) exhibits antiproliferative and proapoptotic properties and inhibits
prostate tumor growth in athymic mice. Nutr Cancer 60 (6): 744-756.
Chen S, Oh S, Phung S, Hur G, Ye JJ, Kwok SL et al. 2016. Antiaromatase activity of
phytochemicals in white button mushrooms Agaricus bisporus. Cancer Research,
66 (24), 12026-12034.
Jeong SC, Jeong YT, Yang BK, Islam R, Koyyalamudia SR, Panga G, Choa KY, Song CH.
2016. White button mushroom (Agaricus bisporus) lowers blood glucose and
cholesterol levels in diabetic and hypercholesterolemic rats. Nutr Res 30: 49-56.
Pratiwi, T. F. (2012). Kualitas hidup penderita kanker. Developmental and Clinical
Psychology, 1(1).
Liu Z, Wang et al.2013. Molecular cloning and analysis of abundant and stage-specific
mRNAs from Puccinia graminis. Mol Plant Microb Interact 6: 84-91
Martin KR, Brophy S. 2012. Dietary mushrooms reduce mitogenesis and induce
apoptosis and cytotoxicity in MCF-7 human breast cancer. The FASEB Journal, 23:
353.1.
Daly, M. C., & Paquette, I. M. (2019). Surveillance, epidemiology, and end results (SEER)
and SEER-medicare databases: use in clinical research for improving colorectal
cancer outcomes. Clinics in colon and rectal surgery, 32(01), 061-068.
Stamets P. 2015. Mycelium Running: How Mushrooms Can Help Save the World. Ten
Speed Press. Berkley, USA.
Tjokrokusumo, D. (2015). Diversitas jamur pangan berdasarkan kandungan beta-glukan
dan manfaatnya terhadap kesehatan. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1(6), 1520-
1523.
Zhang M, Huang J, Xie X, Holman C. 2019. Dietary intakes of mushrooms and green tea
combine to reduce the risk of breast cancer in Chinese women. Int J Cancer 124:
1404-1408.
Zed, Mestika 2017. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai