DISUSUN OLEH:
MUHAMMAD FADLI
10613097
2. Bidang Kegiatan :
(v) PKMP ( ) PKMK
( ) PKMT ( ) PKMM
3. Bidang Ilmu :
(v) Kesehatan ( ) Pertanian
( ) MIPA ( ) Teknologi dan Rekayasa
( ) Sosial Ekonomi ( ) Humaniora
( ) Pendidikan
4. Pelaksana Kegiatan :
a. Nama Lengkap : Muhammad Fadli
b. NIM : 10613097
c. Jurusan : Farmasi
d. Perguruan Tinggi : Universitas Islam Indonesia
e. Alamat Rumah : Jl. P. M. Noor Perum RBI Samarinda, Kal-Tim
f. No. Telp/HP : 081392624212
g. Email : fadlimhmmd@gmail.com
5. Dosen Pendamping :
a. Nama Lengkap : Yandi Syukri M.Si., Apt.
b. NIK :
4. TUJUAN PENELITIAN
a. Menentukan formulasi emulsi tipe O/W yang optimal dari spons
Callyspongia Sp.
b. Mengamati efektifitas emulsi spons Callyspongia Sp. sebagai terapi
alternatif antikanker.
6. KEGUNAAN PROGRAM
Sebagai solusi pembuatan obat antikanker yang mudah dan terjangkau
dengan memanfaatkan kekayaan alam Indonesia terutama bahan alam
kelautan.
7. TINJAUAN PUSTAKA
Kanker adalah istilah umum untuk sekelompok besar penyakit yang
dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang digunakan
adalah tumor ganas dan neoplasma. Salah satu ciri dari kanker adalah
penciptaan cepat sel-sel abnormal yang tumbuh melampaui batas-batas yang
biasa mereka, dan yang kemudian dapat menyerang bagian sebelah tubuh
dan menyebar ke organ lain. Proses ini disebut sebagai metastasis.
Metastasis merupakan penyebab utama kematian akibat kanker(1).
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr. D. Max Parklin MD dkk
yang dipublikasikan pada tahun 1999 dalam A Cancer Journal Clinicians
menyebutkan bahwa populasi penderita kanker payudara terbesar di dunia
berada di Amerika dengan prevalensi 92 kasus dalam 100.000 populasi,
sementara Indonesia memiliki prevalensi sebesar 42 kasus dalam 100.000
populasi(2). Bahkan Pada tahun 2007 diperkirakan terdapat 7,9 juta kematian
akibat kanker di dunia. WHO juga memperkirakan bahwa setiap tahun,
sekitar 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta orang di
antaranya meninggal karena kanker. Jika hal ini tidak dikendalikan,
diperkirakan pada tahun 2030 akan terdapat 26 juta penderita kanker dan 17
juta kematian akibat kanker. Ironisnya, peristiwa ini akan terjadi lebih cepat
di negara-negara miskin dan berkembang seperti Indonesia. Jenis kanker
tersering penyebab kematian tiap tahunnya adalah: kanker paru (1,4 juta
kematian/tahun), lambung (866.000 kematian/tahun), kolon (677.000
kematian/tahun), kanker hati (653.000 kematian/tahun), dan kanker
payudara (548.000 kematian/tahun)(3).
Menurut salah satu guru besar Fakultas Kedokteran UGM, Prof. Dr.
Mae Sri Hartati Wahyuningsih M.Si., Apt., penatalaksanaan kanker sampai
sekarang masih dilakukan melalui pembedahan, radiasi dan kemoterapi.
Usaha penyembuhan dengan kemoterapi pada umumnya belum memberikan
hasil yang memuaskan terutama untuk kanker yang telah mengalami
metastasis, karena selektivitas dan spesifisitas obat kanker sangat rendah,
sehingga menimbulkan efek samping yang serius. Hal ini mendorong usaha
mencari obat kanker baru yang lebih selektif dan sensitif. Saat ini banyak
penelitian dilakukan untuk mencari alternatif pengobatan kanker terutama
menggunakan bahan-bahan alam yang diyakini dapat menekan efek
samping tersebut. Ditinjau dari harganya, obat kanker di Indonesia sampai
saat ini masih tergolong mahal, sehingga upaya menggunakan obat bahan
alam untuk mengatasi masalah ini merupakan peluang tersendiri. Di sisi lain
pengembangan obat bahan alam Indonesia yang potensial untuk obat
antikanker masih harus dilakukan oleh para peneliti/akademisi sehingga
ketergantungan bahan baku dari negara lain dapat dikurangi(4).
Salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan tersebut dapat
dilakukan dengan memaksimalkan potensi dan kekayaan alam Indonesia.
Akhir-akhir ini penggunaan senyawa antioksidan berkembang dengan pesat
baik untuk makanan maupun pengobatan. Penggunaan sebagai obat makin
berkembang seiring dengan makin bertambahnya pengetahuan tentang
aktifitas radikal bebas terhadap beberapa penyakit degeneratif seperti
penyakit jantung dan kanker(5). Banyak dari tanaman maupun biota laut di
Indonesia yang memiliki senyawa antioksidan yang tentunya akan
memudahkan kita untuk melakukan pengembangan hingga penemuan obat
baru berbasis bahan alam. Salah satu contoh biota laut yang memiliki
aktivitas sebagai antioksidan adalah spons Collyspongia Sp.
Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH menunjukkan
bahwa ekstrak Callyspongia sp.mempunyai IC50 sebesar 41,21 µg/ml. Hal
ini menunjukkan bahwa ektrak tersebut mempunyai aktifitas aktioksidan
yang kuat, karena mempunyai IC50 kurang dari 200 µg/ml(6).
Dari beberapa penelitian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
ekstrak Callyspongia sp. dapat menjadi terapi alternatif antikanker. Untuk
itu perlu dilakukan pengembangan dari segi bentuk sediaan, agar dapat
digunakan secara universal. Salah satu rekomendasi sediaan yang dinilai
cocok untuk digunakan adalah dalam bentuk emulsi O/W.
Emulsi adalah suatu sediaan yang mengandung dua zat cair yang tidak
mau campur, biasanya air dan minyak dimana cairan satu terdispersi
menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Penyatuan dua zat ini
menggunakan emulgator(7). Secara umum, emulsi merupakan system yang
terdiri dari dua fase cair yang tidak bercampur, yaitu fase dalam (internal)
dan fase luar (eksternal).
Dalam pembuatan emulsi ini digunakan bahan-bahan seperti berikut:
1. Karbohidrat, bahan-bahan alami seperti akasia (gom), tragakan,
agar, kondrus dan pectin. Bahan-bahan ini membentuk koloid
hidrofilik bila ditambahkan kedalam air dan umumnya
menghasilkan emulsi o/w.
2. Zat-zat protein seperti : gelatin, kuning telur, dan kasein. Bahan-
bahan ini menghasilkan emulsi tipe o/w. kerugian gelatin
sebagai suatu zat pengemulsi adalah sediaan menjadi terlalu cair
dan menjadi lebih cair pada pendiaman.
3. Alkohol dengan bobot molekul tinggi seperti : stearil alcohol,
setil alcohol, dan gliseril monostearat. Biasa digunakan sebagai
penstabil emusi tipe o/w dari lotio dan salep tertentu yang
digunakan sebagai obat luar. Kolesterol dan turunannya dapat
digunakan sebagai emulsi untuk obat luar dan menghasilkan
emulsi tipe o/w.
4. Zat-zat pembasah, yang bersifat kationik, anionic dan nonionic.
Zat-zat ini mengandung gugus hidrofilik dan lipofilik dengan
bagian lipofilik dari molekul menyebabkan aktivitas permukaan
dari molekul tersebut.
5. Zat padat yang terbagi halus, seperti : tanah liat koloid termasuk
bentonit, magnesium hidroksida dan aluminium hidroksida.
Umumnya membentuk emulsi tipe o/w bila bahan padat
ditambahkan ke fase air jika jumlah volume air lebih besar dari
minyak. Jika serbuk bahan padat ditambahkan dalam inyak dan
volume fase minyak lebih banyak dari air, suatu zat seperti
bentonit sanggup membentuk suatu emulsi o/w.
Selain menggunakan bahan-bahan pengemulsi seperti diatas,
digunakan juga bahan tambahan seperti gliserol, gummi arabici, aqua
destilata, zat aromatis, oleum cinnammomi dan metil paraben.
8. METODE PENELITIAN
a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi,
Laboratorium Kimia Farmasi, dan Laboratorium Teknologi Farmasi
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
b. Definisi Operasional Variabel Utama
Variabel bebas dalam penelititan ini adalah variasi komposisi bahan
yang ditambahkan untuk menghasilkan emulsi spons Callyspongia sp.
yang baik. Variabel kendali dalam penelitian ini adalah proses
pembuatan emulsi Callyspongia sp.. Variabel tergantung dari
penelitian ini adalah kontrol kualitas emulsi Callyspongia sp. meliputi
viskositas, endapan, serta tanggapan bau.
c. Alat dan Bahan
1. Alat :
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ekstraksi
infusa, kompor, termometer, masker, pisau, ember, kertas
perkamen, gelas ukur, pengaduk, mortir, stamper, neraca
analitik (shimadzu Ay 220), stopwatch.
2. Bahan :
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak
cacing tanah, glycerol, gom arab, aquadest, zat pengaroma
(Oleum cinnamomi).
d. Jalannya Penelitian
1. Pengambilan Spons
Pengambilan spons dilakukan di perairan Karimun Jawa, Jawa
Tengah dengan bekerja sama dengan ahli pengambilan spesimen
kelautan.
2. Pembuatan Ekstrak Spons
Spons diekstrak dengan pelarut yang sesuai hingga diperoleh
ekstrak spons.
3. Pemeriksaan Kualitas Spons
Dilakukan pemeriksaan secara organoleptik.
4. Rancangan Formula Emulsi Spons
Penelitian dibuat 3 formula dengan konsentrasi ekstrak yang
sama dan konsentrasi bahan tambahan emulgator yang berbeda.
Bahan Formula 1 Formula 2 Formula 3
Ekstrak Spons 105 g 105 g 105 g
Gliserol 10,5 g 10,5 g 10,5 g
Gom Arab 15,75 g 10,5 g 5,5 g
Oleum Cinammomi VI tts VI tts VI tts
Aqua destilata ad 210 ml 210 ml 210 ml
Metil Paraben 6,5 g 6,5 g 6,5 g
Tabel Formula untuk 210 ml emulsi.
5. Proses Pembuatan Emulsi
Dimasukan gom arab kedalam mortir kemudian digerus sampai
homogen dan ditambahkan air (fase air) untuk gom arab sebesar
(1,5 x gom arab) lalu diaduk sampai terbentuk corpus emulsi.
Selanjutnya ditambahkan ekstrak dari spons yang berupa
minyak (fase minyak) kedalam campuran diaduk hingga
homogen, lalu ditambahkan gliserol dan metil paraben kedalam
campuran sampai homogen. Ditambahkan sisa aqua tersebut
sampai terbentuk emulsi yang bagus, dimasukkan campuran tadi
kedalam botol dengan hati-hati, gojog sampai homogen dan
terakhir ditambahkan oleum cinnamomi secukupnya setelah itu
gojog kuat agat terbentuk emulsi.
6. Uji Sifat Fisik Emulsi
Dilakukan dengan cara menguji tipe emulsi, viskositas dan
stabilitas fisik emulsi.
e. Analisis ANAVA
Data dianalisis secara statistik dengan menggunakan metode
variansi satu jalan dengan taraf kepercayaan 95 %, selanjutnya
diteruskan dengan LSD (Less Significant Differences) untuk melihat
kelompok mana yang berbeda signifikan terhadap kelompok lain
sehingga didapat formula yang paling bagus yang memiliki sifat fisik
emulsi yang baik.
9. JADWAL KEGIATAN
Jenis Kegiatan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan
1 2 3 4 5 6
Studi Literatur,
Persiapan alat dan
bahan, Orientasi
Pembuatan ekstrak
Pengujian
Pengolahan data
Penyusunan laporan
Akhir
Tabel estimasi jadwal kegiatan penelitian, bulan pertama dimulai dari bulan
Agustus 2013
d. Lain-lain
Pembuatan proposal dan laporan akhir Rp. 200.000
Dokumentasi Penelitian Rp. 200.000
Total Rp. 400.000