Anda di halaman 1dari 33

OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN SABUN MANDI CAIR EKSTRAK

ETANOL RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val ) DENGAN METODE


SIMPLEX LATTICE DESIGN

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Farmasi (S-1)

Oleh
Nur Rizki Amalia
F320175026

Pembimbing :
1.
2.
PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2020
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Skripsi dengan judul “OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN SABUN


MANDI CAIR EKSTRAK ETANOL RIMPANG KUNYIT ( Curcuma domestica
Val) DENGAN METODE SIMPLEX LATTICE DESIGN” ini telah mendapat
persetujuan oleh pembimbing Skripsi S1 Farmasi untuk diajukan dihadapkan tim
penguji proposal skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Nama : Nur Rizki Amalia

NIM : F320175026

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

NIDN : NIDN :

Mengetahui

Universitas Muhammadiyah Kudus

Rektor

ii
Rusnoto, SKM.,M.Kes.(Epid)

NIDN : 0621087401

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Skripsi dengan judul “OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN SABUN


MANDI CAIR EKSTRAK ETANOL RIMPANG KUNYIT ( Curcuma domestica
Val) DENGAN METODE SIMPLEX LATTICE DESIGN” ini telah mendapat
persetujuan oleh pembimbing Skripsi S1 Farmasi untuk diajukan dihadapkan tim
penguji proposal skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Nama : Nur Rizki Amalia

NIM : F320175026

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

NIDN : NIDN :

Mengetahui

Universitas Muhammadiyah Kudus

Rektor

iv
Rusnoto, SKM.,M.Kes.(Epid)

NIDN : 0621087401

v
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia y
ang telah di limpahkannya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi
dengan judul “OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN SABUN MANDI CAIR
EKSTRAK ETANOL RIMPANG KUNYIT ( Curcuma domestica Val)
DENGAN METODE SIMPLEX LATTICE DESIGN”. Laporan proposal ini disu
sun sebagai salah satu syarat untuk mengerjakan skripsi pada program strata-1 di j
urusan Farmasi Universitas Muhammadiyah Kudus.

Penulis menyadari dalam penyusunan proposal skripsi ini tidak adak akan sele
sai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis ingi
n mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Rusnoto,SKM.,M.Kes.(Epid)
2. Ibu Dewi Hartinah, S.Kep., Ns., M.Si., Med, selaku ketua jurusan S-1 Farmasi
Universitas Muhammadiyah kudus.
3. ,selaku dosen pembimbing.
4. , selaku dosen pembing.
5. Segenap dosen dan staff pengajar di Universitas Muhammadiyah Kudus.
6. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan dalam bentu
k materi dan doa sehingga proposal skripsi ini dapat terselesaikan.
7. i dkk terima kasih telah mendukung dan membantu untuk mendoakan penulis
selama proses penyusun proposal skripsi ini.
8. Rekan-rekan dan berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persat
u, yang telah banyak membantu selama proses penyusunan proposal skripsi ini

Dalam penyususunan proposal skripsi ini, penulis telah berusaha dengan segal
a kemampuan yang penulis miliki, namun penulis menyadari bahwa penyusunan p
roposal skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan krit
ik dan saran dari pembaca guna perbaikan dan Penyempurnaan proposal skripsi in
i. Semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
lembaga kesehatan pada khususnya.

Kudus, 2020

vi
Penulis

Nur Rizki Amalia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

DAFTAR TABEL............................................................................................

DAFTAR GAMBAR........................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................

DAFTAR SINGKATAN..................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................

A. Latar Belakang Masalah................................................................


B. Perumusan Masalah.......................................................................
C. Tujuan Penelitian...........................................................................
D. Manfaat Penelitian.........................................................................
E. Keaslian Penelitian.........................................................................
F. Ruang Lingkup .............................................................................

vii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................

A. Uraian Teori...................................................................................
B. Penelitian Terkait...........................................................................
C. Kerangka Teori..............................................................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.........................................................

A. Variabel Penelitian.........................................................................
B. Hipotesis Penelitian.......................................................................
C. Kerangka Konsep Penelitian..........................................................
D. Rancangan Penelitian.....................................................................
E. Jadwal Penelitian............................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................

LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Nomer Tabel Judul Tabel Halaman

1.1 Keaslian Penelitian

2.1

ix
x
DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman

2.1 Tanaman kunyit

2.2

xi
xii
DAFTAR SINGKATAN

ml Mili Liter

mg Mili Gram

g Gram

Cm Centi Meter

C Celcius

Mg Magnesium

HCL Asam Hidriklorida

P Poise

W Bobot

SLS Sodium Lauryl Sulfat

N Normalitas

V Volume

KOH Kalium Hidroksida

FeCl Besi Klorida

H2S04 Sulfuric Acid

NaCl Sodium Chloride

BHT Butil Hydroksida Toluent


MHA Media Mueller-Hinton Agar
MNA Media Nutrient Agar
Y Respon atau hasil penelitian
A Kadar proporsi komponen A
B Kadar proporsi komponen B

xiii
xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perilaku kebersihan yang tidak baik akan mempermudah tubuh


untuk terserang berbagai penyakit seperti penyakit kulit. Jumlah penduduk
di Indonesia yang terinfeksi penyakit kulit sebanyak 501.280 jiwa atau
3,16%,. Penyakit tersebut dapat disebabkan oleh adanya bakteri patogen di
tubuh (DepKes RI, 2006; DepKes RI, 2013).

Pencegahan terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri dapat


dilakukan dengan penggunaan sabun mandi antibakteri. Sediaan sabun
mandi antibakteri yang banyak beredar di pasaran mengandung bahan
sintetik seperti SLS (Sodium Lauryl Sulfat) dan Tryclosan. Penggunaan
melebihi konsentrasi yang dianjurkan akan bersifat karsinogenik dan dapat
menyebabkan terjadinya iritasi epidermis serta denaturasi rantai
polipeptida suatu molekul protein sehingga merubah struktur protein
(Roslan, dkk, 2009).

Kunyit (Curcuma domestica Val.) tergolong dalam ordo


Zingiberales, famili Zingiberacea dan genus Curcuma. Tanaman kunyit
adalah tanaman berumur panjang yang berasal dari wilayah Asia tenggara.
Kunyit memiliki daun besar berbentuk lonjong dengan ujung yang
meruncing dan berwarna hijau serta memiliki tinggi 40-100 cm.
Perkembangbiakan tanaman kunyit menggunakan bagian akarnya atau
biasa disebut rimpang. (Sudarsono et al. 1996).
Rimpang kunyit memiliki ciri-ciri berupa kulit luar rimpang kunyit
berwarna jingga kecoklatan dengan warna daging buah merah jingga
kekuning-kuningan. Rimpang kunyit mengandung senyawa sekunder
seperti minyak atsiri, filandrena, sebinena, cineol, borneol, zingiberena,
kurkumin turmeron, kamfena, kamfor, sesquiterpena, asam kaprilat, asam
metoksinamik, dan tolimetol karbinol. Rimpang kunyit juga mengandung
tepung dan zat warna yang mengandung alkaloid kurkumin sehingga

15
16

memiliki manfaat untuk bahan obat tradisional, bahan baku industri jamu
dan kosmetik, dan bahan bumbu masak. Selain itu rimpang tanaman
kunyit juga bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba,
anti diabetes, pencegah kanker, dan anti tumor (Syukur 2010).

Sediaan sabun mandi yang beredar di pasaran antara lain dalam


bentuk cair dan batang. Sabun mandi cair memiliki kelebihan antara lain
proses pembuatannya relatif lebih mudah, biaya produksinya yang murah,
serta mudah penyimpanan dan penggunaannya sehingga, sabun tidak
mudah rusak (DepKes RI, 1996).

Penggunaan basis dari sabun mandi cair dapat mempengaruhi


efektivitas dari sabun mandi tersebut. Basis sabun mandi cair yang
memberikan hasil baik yaitu minyak zaitun dan kalium hidroksida (KOH)
karena memberikan efek mengurangi kulit yang kering setelah 35 hari
pemakaian dan tidak menimbulkan iritasi pada kulit, baik iritasi primer
maupun iritasi sekunder (Anggraini, dkk, 2009).

B. PerumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diketahui rumusan
masalah sebagai berikut:
Apakah metode simplex lattice design optimum dalam pembuatan
formulasi sabun mandi cair ekstrak kunyit ?

C. TujuanPenelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatasmaka dapat diketahui tujuan dari
pembuatan proposal ini adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
formulasi optimum sabun mandi cair ekstrak kunyit menggunakan
metode simplex lattice design.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui formulasi optimum sabun mandi cair
ekstrak kunyit
17

2. Untuk mengetahui formula teroptimum menggunakan metode


simplex lattice design.

D. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat. Manfaat
penelitian terbagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
konsep teori mengenai formulasi optimum sabun mandi cair
ekstrak kunyit menggunakan metode simplex lattice design.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti, untuk mengetahui formulasi optimum sabun
mandi cair ekstrak kunyit menggunakan metode simplex lattice
design.
b. Bagi institusi, untuk menambah karya ilmiah yang dapat
dijadikan sebagai literature bagi yang ingin memperkaya
wawasan mengenai masalah yang dibahas skripsi ini serta
memberi kontribusi pemikiran yang signifikan.
c. Bagi masyarakat, diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai formulasi optimum sabun mandi cair ekstrak kunyit
menggunakan metode simplex lattice design.

E. KeaslianPenelitian
Penelitian ini betujuan untuk mengetahui Sejauh penelusuran
peneliti, penelitian serupa pernah dilakukan oleh:
Tabel 1.1
Keaslian Penelitian

Judul Penelitian Tempat Hasil Perbedaa


NO
Penelitian n
1 Randi Mulyana Putra, Andhi Laboratorium Hasil penelitian Simplisia, Waktu
Fahrurroji, dan Bambang Wijianto, Program Studi menunjukkan formula dan variabel
2016, OPTIMASI FORMULASI Farmasi Fakultas optimum sabun mandi cair
SABUN MANDI CAIR EKSTRAK Kedokteran ekstrak etanol rimpang jahe
ETANOL RIMPANG JAHE Universitas merah yang mengandung
MERAH (Zingiber officinale Rosc. Tanjungpura senyawa antibakteri 6-
18

var rubrum) DENGAN METODE Pontianak shogaol, zingiberen, dan


SIMPLEX LATTICE DESIGN gingerol diperoleh pada
proporsi variasi basis
minyak zaitun 98,1% dan
KOH 9,1%. Formula
optimum yang diperoleh
mempunyai respon
viskositas, pH, dan alkali
bebas yang tidak berbeda
siginifikan dengan prediksi
respon yang diberikan oleh
software Design Expert versi
8.0.7.1. Sabun mandi cair
yang diperoleh dengan
esktrak etanol rimpang jahe
merah memiliki sifat fisik
yang baik ditinjau dari hasil
respon viskositas, pH, dan
alkali bebas yang dihasilkan
masuk ke dalam kriteria
produk sabun mandi cair
yang telah ditetapkan oleh
SNI.
DEFFY PRAHADITYA, Laboratorium Hasil analisis pola pita
2 Semua
2013. ANALISIS Institut sidik jari DNA tanaman
KERAGAMAN GENETIKA Pertanian Bogor kunyit dan temulawak berbeda
TANAMAN KUNYIT DAN menunjukkan 259 pita
TEMULAWAK SECARA DNA yang terbentuk
Random Amplified seluruhnya polimorfisme
Polymorphic DNA-Polymerase (100% polimorfisme).
Chain Reaction (RAPD-PCR) Analisis pohon
MENGGUNAKAN PRIMER filogenetik menunjukkan
OPA-OPD 6-10 nilai koefisien kemiripan
genetik sebesar 0.3033-
0.6721 untuk tanaman
kunyit dan 0.1939-
0.9082 untuk tanaman
temulawak. Nilai
polimorfisme dan
koefisien keragaman
genetik yang didapat
pada tanaman kunyit dan
temulawak asal
Indonesia menunjukkan
tingkat keragaman
genetik yang tinggi.
3 Fatimah, jamilah,
2018. Pembuatan
Sabun Padat Madu
dengan Penambahan
Ekstrak
Kunyit (Curcuma
domestica)
4 Stefanie Amelia
Dimpudus,Paulina
V.Y.Yamlean, Adithya
19

Yudistira, 2017.
FORMULASI SEDIAAN
SABUN CAIR
ANTISEPTIK
EKSTRAK ETANOL
BUNGA PACAR AIR
(Impatiens balsamina L.)
DAN UJI
EFEKTIVITASNYA
TERHADAP BAKTERI
Staphylococcus aureus
SECARA In Vitro

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada


penggunaan ekstrak yang akan diteliti. Penelitian terdahulu meneliti
ekstrak jahe. Sedangkan pada penelitian ini, ditunjukan untuk meneliti
ekstrak kunyit.
F. RuangLingkup
a. Ruang lingkup tempat
Penelitian dilakukan di Laboratorium Universitas Muhammadiyah
Kudus.
b. Ruang lingkup waktu
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2020.
c. Ruang lingkup materi
Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup kefarmasian dengan
spesifikasi kajian pada bidang penelitian ilmiah yaitu membahas
Optimasi Formulasi Sediaan Sabun Mandi Cair Ekstrak Etanol
Rimpang Kunyit ( Curcuma domestica Val) dengan metode
Simplex Lattice Design
20

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Kunyit

Gambar 1. Tanaman Kunyit (Curcuma domestica Val)


Klasifikasi dari kunyit (Curcuma domestica Val.) adalah sebagai
berikut: (Yadav, Tarun, Roshan et al., 2017).
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zungiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma domestica Val.
Kunyit merupakan tumbuhan yang mampu hidup di berbagai
daerah di belahan dunia. Memiliki nama yang berbeda-beda di setiap
negara, diantaranya yaitu Indian saffron (Inggris), Hindi (Haldi), curcuma
(Perancis), ameshta (Sansakerta), kunyit (Indonesia), kunyit basah
(Malay), Haridra (Telugu) dan lain-lain (Yadav, Tarun, Roshan, et al.,
2017).
Tanaman kunyit merupakan tanaman berumpun yang dapat
mencapai ketinggian sekitar 1 meter dan memiliki batang, daun serta
bunga. Batang kunyit merupakan batang semu, tegak, bulat dan
membentuk rimpang. Rimpang merupakan bagian utama dari tanaman
kunyit yang merupakan tempat tumbuhnya tunas, memiliki bau yang
aromatis. Rimpang memiliki warna kuning hingga orange dan panjangnya
berukuran 2,5-7,0 cm dengan diameter 2,5 cm. Daun kunyit berbentuk
bulat lonjong dengan ujung yang runcing, dengan panjang hingga 76-115
cm (Kumar, Singh, Kaushik, et al., 2017; Yadav, Tarun, Roshan, et al.,
2017).
Kandungan Kunyit Nutrisi yang terkandung dalam 100 g kunyit
ialah protein 8 g, gula 3 g, mineral 3,5 g, karbohidrat 69,9%, serat 21 g, air
13,1% dan vitamin. Selain itu senyawa kimia yang terkandung didalam
kunyit adalah senyawa fenolik alami seperti curcuminoids,
sesquiterpenoid, serta terdapat pula kandungan minyak atsiri. Pada
curcuminoids terdapat 3 komponen, yaitu kurkumin (94%),
demethoxycurcumin (6%), dan bisdemethoxycurcumin (0,3%). Sedangkan
21

untuk senyawa sesquiterpenoid terdiri dari arturmerone, curlone,


bisacumol, zingiberene, curcumene, germacrone, curcuminol, bsabolene.
Curcuminoids memberikan efek warna kuning pada rimpang kunyit,
sedangkan turmerone, artumerone dan zingiberene yang terdapat didalam
senyawa sesquiterpenoid memberikan aroma yang khas pada kunyit
(Kumar, Singh, Kaushik, et al., 2017). Komponen utama dalam rimpang
kunyit adalah kurkumin dan minyak atsiri. Berdasarkan hasil penelitian
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) bahwa kandungan
kurkumin rimpang kunyit ratarata 10,92% (Sundari, 2016). Penelitian
tersebut sesuai dengan Lina (2008) yang menyatakan bahwa ekstrak
rimpang kunyit memiliki kadar kurkumin rata-rata 10,72% (Lina, 2008).
Kandungan minyak atsiri dapat diperoleh dari seluruh bagian, mulai dari
akar, rimpang, daun hingga bunga. Namun bagian rimpang kunyit
memiliki kandungan minyak atsiri yang lebih tinggi, yaitu 5-6%
(Stanojevi, Stanojevic, Cvetkovic, et al., 2015).
Rimpang kunyit merupakan salah satu bagian dari tumbuhan
kunyit yang memiliki manfaat bagi kesehatan. Molekul utama yang
terkandung didalamnya ialah kurkumin dan minyak atsiri, molekul
tersebut sebagian besar bertanggung jawab dalam efek farmakologis
kunyit (Stanojev, Stanojevic, Cvetkovic, et al, 2015). 17 Kurkumin tinggi
akan molekul pleiotropik yang pertama kali menunjukkan aktivitas
antibakteri pada tahun 1949. Sejak saat itu, telah banyak penelitian yang
membuktikan efek farmakologi lain yang dimiliki kurkumin, seperti
antiinflamasi, antioksidan, antikanker, antifertiliti, antiulser, antikoagulan,
antimikroba, antihepatotoksik, antirematik dan antidiabetik (Gupta,
Patchva, dan Anggarwal, 2013; Stanojevi, Stanojevic, Cvetcovic, et al.,
2015; Yadav, Tarun, Roshan, et al., 2017). Efek-efek farmakologi pada
kunyit tersebut membuatnya menjadi tumbuhan yang memiliki efek
menguntungkan pada kesehatan manusia, salah satu diantaranya adalah
untuk penyakit hati, kanker, aterosklerosis, masalah haid pada wanita,
osteoarthritis, gangguan pencernaan dan infeksi bakteri (Yadav, Tarun,
Roshan, et al., 2017). Tanaman kunyit dapat dipakai menjadi beberapa
bentuk sediaan dalam penggunaan teraupetik. Secara topikal pada kulit,
kunyit digunakan untuk menyembuhkan luka, pemfigus, herpes zoster,
infeksi parasit pada kulit serta akne vulgaris. Sedangkan pemberian oral
biasanya digunakan untuk menyembuhkan demam, penyakit hati, dan
penyakit saluran kemih. Tidak hanya itu penggunaan kunyit secara
inhalasi juga dapat digunakan pada pasien dengan rhinitis kronis
(Mohammed, 2015).
Aktivitas Antibakteri Kunyit (Curcuma domestica Val.) Kunyit
memiliki banyak efek farmakologi, salah satunya ialah sebagai antibakteri.
Hal tersebut dikarenakan kunyit mengandungan kurkumin dan minyak
atsiri. Kurkumin dan minyak atsiri dilaporkan memiliki aktivitas
antibakteri dengan spektrum yang luas, baik kepada bakteri Gram negatif
maupun bakteri Gram positif. Hal ini telah dievaluasi di dalam banyak
penelitian (Teow, Liew, Ali, et al., 2016). Penelitian yang dilakukan oleh
Mohammed (2015) menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri kurkumin
sangat baik terhadap Streptococcus mutans dan Streptococcus pyogenes,
22

masing-masing dengan zona 19 hambat sebesar 9,7 mm dan 10,2 mm.


Penelitian tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa ekstrak
kurkumin menghasilkan aktivitas antibakteri terhadap berbagai mikroba
dan juga pada bakteri seperti Streptococcus, Staphylococcus,
Lactobacillus, Helicobacter pylori (Chattopadhyay, Biswas,
Bandyopadhyay, et al., 2004). Selain itu, kurkumin juga merupakan
penghambat pertumbuhan yang kuat terhadap bakteri Gram positif
(Staphilococcus aureus dan Streptococcus mutans), bakteri Gram negatif
(E. coli dan Pseudomonas aeruginosa), serta jamur yang bersifat patogen
(Candida albicans) (Shahih, Shukla, Bajaj, et al., 2000; Mohammed,
2015). Kurkumin dapat membunuh bakteri Streptococcus aureus melalui
mekanisme berikut: (a) Berikatan dengan protein FtsZ, dan menghambat
perakitan protofilamen sehingga menekan pembentukan cincin Z lalu
menghambat sitokinesis dan proliferasi bakteri, (b) Menghambat
transkripsi gen mecA pada MRSA (Methicillin Resistant Staphylococcus
aureus) yang menyebabkan berkurangnya ekspresi protein PBP. Sehingga
sensitivitas bakteri terhadap antibiotik dapat meningkat, (c) Ikatan
kurkumin pada peptidoglikan bakteri dapat memicu kerusakan pada
dinding dan membran sel, hingga akhirnya mengalami lisis sel bakteri.
Secara jelas tampak pada gambar 5 (Teow , Liew, Ali, et al., 2016).

Sabun mandi adalah senyawa natrium atau kalium dengan


asam lemak dari minyak nabati dan atau lemak hewani berbentuk
padat, lunak atau cair, berbusa digunakan sebagai pembersih, dengan
menambahkan zat pewangi, dan bahan lainnya yang tidak
membahayakan kesehatan (SNI 06-3532-1994). Sabun tersusun dari
asam lemak, minyak dan lilin, dimana senyawa itu mengandung ikatan
tidak jenuh yang akan mudah teroksidasi. Reaksi tersebut ditandai
dengan keluarnya bau tengik pada sabun, untuk menjaga kualitas sabun
dari reaksi oksidasi diperlukan bahan antioksidan.
Bentuk sediaan farmasi yang dapat digunakan untuk menjaga
kesehatan kulit salah satu diantaranya ialah sabun. Sabun adalah produk
yang dihasilkan dari reaksi antara asam lemak dengan basa kuat yang
berfungsi untuk mencuci dan membersihkan lemak (kotoran) (Hernani,
2010). Awalnya sabun dibuat dalam bentuk padat atau batangan, namun
pada tahun 1987 sabun cair mulai dikenal walaupun hanya digunakan
sebagai sabun cuci tangan. Hal ini menjadikan perkembangan bagi
produksi sabun sehingga menjadi lebih lembut dan dapat digunakan untuk
mandi. Semakin berkembangnya teknologi dan pengetahuan, sehingga
sabun cair menjadi banyak macam jenisnya. Sabun cair diproduksi untuk
berbagai keperluan seperti untuk mandi, pencuci tangan, pencuci piring
ataupun alatalat rumah tangga dan sebagainya. Karakteristik sabun cair
tersebut berbedabeda untuk setiap keperluannya, tergantung pada
komposisi bahan dan proses pembuatannya. Keunggulan sabun cair antara
lain mudah dibawa berpergian dan lebih higenis karena biasanya disimpan
dalam wadah yang tertutup rapat (Wijana dkk, 2005).
Metode Simplex Latice Design adalah suatu metode optimasi
untuk mengetahui sifat-sifat fisik dari dua campuran atau lebih. Dengan
23

menggunakan metode ini diharapkan faktor trial and error dalam


mendesain suatu formula dapat dikurangi dan metode ini juga dapat
memprediksi sifat-sifat campuran tersebut pada semua perbandingan
(Bolton, 1997).
Persamaan umum untuk Simplex Lattice Design dengan dua
variabel bebas
adalah sebagai berikut :
Y=a(A)+b(B)+ab(A)(B)
Keterangan :
Y= Respon atau hasil penelitian
A = Kadar proporsi komponen A
B = Kadar proporsi komponen B
a, b, ab = koefisien yang dihitung dari pengamatan penelitian
Koefisien a, b, ab dapat dihitung dari asal percobaannya (Bolton, 1997).
B. Penelitian Terkait
24

C. Kerangka Teori
25

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai yang di
dapat dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu dan
sekurang-kurangnya mempunyai dua klasifikasi yang diambil dari suatu
nilai yang berbeda, yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari atau
ditarik kesimpulannya .
a. Variabel bebas atau independent
Variabel yang dapat mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependent (terikat).
Pada penelitian ini, variabel bebasnya adalah ekstrak etanol kunyit
(Curcuma domestica Val)
b. Variabel terikat atau deppendent
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas .
Pada penelitian ini variabel terikatnya yaitu metode simplex lattice
design.
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis berasal dari perkataan hipo (hypo) dan tesis (thesis).
Hipo berarti kurang dari, sedang tesis berarti pendapat. Jadi hipotesis
adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara,
belum benar-benar berstatus sebagai suatu tesis. Pada bagian lain,
Margono pun mengungkapkan pengertian lainnya tentang hipotesis.
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
secara teoretis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat
kebenarannya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disusun, bahwa hipotesis dalam
penelitian ini adalah :
Ho : Tidak adanya optimasi formulasi sabun mandi cair ekstrak kunyit
menggunakan metode simplex lattice design.
Ha : Adanya potensi formulasi optimum sabun mandi cair ekstrak kunyit
26

menggunakan metode simplex lattice design.

C. Kerangka Konsep Penelitian


Kerangka konsep akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-
variabel penelitian yaitu antara variabel independen dengan variabel
dependen.

Variabel Bebas Variabel Terikat


ekstrak etanol rimpang kunyit ( metode simplex lattice
Curcuma domestica Val ) design.

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

D. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini, maka penelitian ini termasuk m
etode penelitian yang dilakukan secara eksperimental dengan desain pe
nelitian komparatif dan kuantitatif. Penelitian eksperimen yaitu peneliti
an yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhada
p yang lain dalam kondisi yang terkendali.
Penelitian komparatif merupakan jenis penelitian yang ditinjau dari
jenis permasalahan penelitian yang bertujuan untuk membandingkan
keadaan satu variable atau lebih pada dua atau lebih sampel yang
berbeda atau waktu yang berbeda. Metode penelitian kuantitatif
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan.
2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data
Penelitian menggunakan metode pendekatan cross sectional,
dimana sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena tertentu dalam
27

satu kurun waktu saja. Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan


pengamatan dilakukan hanya sekali selama penelitian.
3. Metode pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yait
u observasi. Observasi merupakan kegiatan pemuatan penelitian terhad
ap suatu objek. Penelitian observasi dilakukan dalam penelitian ini yait
u dengan cara mengamati kemudian mencatat hasil penelitian secara te
leti.
Cara pengumpulan data ada dua yang pertama data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang langsung diambil dari objek pe
nelitian. Data primer dihasilkan dari uji di laboratorium, baik menggun
akan alat dari laboratorium ataupun tanpa menggunakan alat. Sedangka
n data sekunder yaitu data yang didapat tidak secara langsung dari obje
k penelitian. Data sekunder didapat dari penelitian ini dengan cara pen
eliti mencari data dan menganalisis dokumen-dokumen penelusuran pu
staka, hasil penelitian, buku literature yang relevan dan data-data lainn
ya yang terkait.
4. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan su
byek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapk
an oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah tanaman kunyit (Curcuma
domestica Val), tanaman kunyit didapat di Desa Ngabul Kabupaten
Jepara.
5. Prosedur Sampel dan Sampel Penelitian
a. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang di
miliki oleh populasi tersebut . Sampel yang digunakan dalam penel
itian ini yaitu rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) , dalam be
ntuk rimpang lalu diekstrak sebanyak seperlunya yang didapat d
ikebun Desa Ngabul Kabupaten Jepara.
Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitia
28

n mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai samp


el. Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman dalam menentuka
n kriteria inklusi. Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subj
ek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi
syarat sebagai sampel penelitian.

1) Kriteria inklusi
a) Rimpang kunyit yang masih segar
b) Rimpang kunyit yang bebas dari cemaran
2) Kriteria eksklusi
a) Rimpang Kunyit yang rusak dan busuk
b) Rimpang Kunyit yang tidak segar dan tercemar
b. Teknik Sempling
Margono menyatakan bahwa yang dimaksud dengan teknik
sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya se
suai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data seben
arnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi a
gar diperoleh sampel yang representative, untuk menentukan samp
el yang akan digunakan dalam penelitian.
Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu teknik
sampling purposive dimana korteks batang salam yang diambil unt
uk dijadikan penelitian yang masih segar dan bebas cemaran. Samp
ling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbang
an tertentu. Pemilihan sekelompok subjek dalam purposive samplin
g, didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai san
gkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui
sebelumnya. Berdasarkan uraian diatas dengan kata lain unit sampe
l yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang
diterapkan berdasarkan tujuan penelitian.
6. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Skala Pengukur
Definisi operasional variabel penelitian adalah suatu atribut atau sif
at atau nilai dari obyek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu ya
29

ng telah ditetapkan oleh peneliti dan kemudian ditarik kesimpulannya.


Skala mempunyai ciri-ciri setidaknya satu dari empat tingkat pengu
kuran. Pemilihan skala amat tergantung dari ciri-ciri yang mendasari k
onsep dan antisipasi penelitian terhadap penggunaan variabel yang dig
unakan dalam tahap analisis data.
7. Instrumens dan cara Penelitian
a. Instrumens penelitian
1) Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
autoklaf, alkoholmeter, blender (Cosmos 289-G), cawan
penguap, cawan petri, corong gelas, gelas beaker (Iwaki
Pyrex), gelas erlenmeyer (Iwaki Pyrex), gelas ukur (Iwaki
Pyrex), hot plate (Thermolyne Hot Plate RC 2240), kaca arloji,
lemari oven (Memmert Beschickung-Loading Model 100-800),
perkolator, jarum ose, desikator, rotary evaporator (Rotavapor
II BUCHI), viskometer stomer, pH meter, dan timbangan
analitik (Precisa tipe XB 4200C dan BEL tipe M254Ai).
2) Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah tanaman kunyit,
aquadest, asam oleat, asam stearat, alumunium foil, asam sulfat
pekat, asam asetat glasial, Etanol 96% teknis, FeCl 1%,
indikator phenolptalein, serbuk Mg, H2SO4 pekat, FeCl 5%,
larutan HCl pekat, HCl 0,1N, larutan NaCl, NaCl steril 0,9%,
pereaksi Molisch, kloroform, tissue, plastik tahan panas
(Wayang), plastik wrapping, pereaksi Mayer, pereaksi
Dragendroff, Minyak Zaitun, Gliserin, KOH, kertas saring,
Butil Hydroksida Toluent (BHT), Media Mueller-Hinton Agar
(MHA), dan Media Nutrient Agar (NA).
3) Pengelolaan Simplisia
Rimpang kunyit dipilih ketika masih segar.
Rimpang Kunyit dicuci selanjutnya dikeringkan di dalam
oven dengan suhu 40-500C. Simplisia yang sudah kering
30

kemudian diserbuk dan dilakukan proses ekstraksi


(Poeloengan, 2011).
4) Pembuatan Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit
Ekstrak kental rimpang jahe merah dibuat dengan
sokletasi dengan pelarut etanol 96% teknis setiap 20-40 g
dalam 150 mL pelarut etanol 96% teknis (Poeloengan,
2011).
5) Pembuatan Formula Sabun Mandi Cair
Rancangan formula sabun mandi cair yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lima
formula.Optimasi formula sabun mandi cair ekstrak etanol
rimpang jahe merah dilakukan menggunakan metode
Simplex Lattice Design untuk dua variabel bebas
(campuran dua komponen), maka dibuat lima formula pada
berbagai komposisi campuran kedua komponen yang akan
dioptimasi yaitu minyak zaitun dan kalium hidroksidan
(KOH).
6) Uji Viskositas
Sampel yang diuji ditempatkan dalam wadah
penampung bahan, wadah diatur ketinggiannya sehingga
rotor dapat bergerak. Dicari rotor yang sesuai dengan
tingkat kekentalan pada sampel, yaitu rotor no 1:0,3- 15 P
(Poise), rotor no 2 : 3-150 P (Poise), dan rotor no 3:100-
4000 P (Poise). Kemudian rotor ditempatkan pada
penggantung dan diatur, sehingga diperoleh nilai viskositas
pada sampel. Pengukuran viskositas dilakukan sebanyak
tiga kali replikasi (SNI, 1996).
7) Uji pH
Pemeriksaan pH diawali dengan kalibrasi alat pH
meter menggunakan larutan dapar pH 7 dan pH 4. Satu
gram sediaan yang akan diperiksa diencerkan dengan air
suling hingga 10 mL. Diambil sedikit sediaan dan
31

ditempatkan pada tempat sampel pH meter, kemudian


ditunggu hingga indikator pH meter stabil dan
menunjukkan nilai pH yang konstan. Pemeriksaan pH
dilakukan sebanyak tiga kali replikasi (SNI,1996).
8) Uji Alkali Bebas
Sebanyak 5 g sabun mandi cair ditimbang,
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL. Ditambahkan
100 mL alkohol 96% teknis dan beberapa tetes larutan
indikator phenolptalein. Dipanaskan diatas penangas air
memakai pendingin tegak selama 30 menit mendidih. Bila
larutan berwarna merah, kemudian dititer dengan larutan
HCl 0.1N dalam alkohol sampai warna merah tepat hilang
(SNI,1996) Kadar alkali bebas = Keterangan : V = volume
HCl yang digunakan untuk titrasi (mL) N = Normalitas HCl
W = Bobot sabun cair (g) 56,1 = bobot setara KOH
9) Teknik Pengelolaan data dan analisi data
Penentuan Formula Optimum Sabun Mandi Cair
dengan Metode Simplex Lattice Design menggunakan
software Design Expert versi berdasarkan respon fisik Data
hasil pengujian sifat fisik dan kimia dimasukkan dan diolah
dengan menggunakan program Design Expert 8.0.7.1 Trial.
Program kemudian akan memprediksi formula optimum
yang merupakan solusi dari setiap respon yang telah diatur
dan ingin dicapai.

E. Jadwal Penelitian
1. Penyusunan dan pengajuan judul :
2. Pembuatan proposal :
3. Seminar Proposal dan ijin penelitian :
4. Penelitian :
5. Pengolahan hasil :
6. Sidang Skripsi :
DAFTAR PUSTAKA

1. Anggraini I, Boesro S, dan Sriwidodo. Formulasi Sabun Mandi Cair dengan


Lendir Daun Lidah Buaya (Aloe vera Linn.). Skripsi. 2009; 1-4.
2. Bolton,(1997),Pharmaceutical Statistic, Ed, 3028-337, Marcel Dekker Inc, New
York
3. Chattopadhyay I, Biswas K, Bandyopadhyay U, Banerjee RK. 2004. Turmeric
and curcumin: Biological actions and medicinal applications. Curr. Sci. 87: 44-53.
4. Departemen Kesehatan RI. Clinical Pathway di Rumah Sakit : Penyakit Kulit
dan Jaringan Subkutan. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik; 2006.
5. Departemen Kesehatan RI. Mutu dan Cara Uji Sabun Mandi. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan; 1996. hlm. 23-25.
6. Dewan Standarisasi Nasional (DSN) SNI 06- 4085-1996 : Sabun Mandi.
Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta; 1996. hlm. 2-5.
7. Gupta SC, Patchva S, Aggarwal BB. 2013. Therapeutic roles of
curcumin: Lessons learned from clinical trials. The AAPS Journal.
15(1):195–218.
8. Hernani., Bunasor, T.K., dan Fitriati, 2010, Formula Sabun Transparan
Anti jamur Dengan Bahan Aktif Ekstrak Lengkuas (Alpinia galanga
L.Swartz.), Bul. Litro.21(2): 192-205.
9. Kementerian Kesehatan RI. Katalog dalam Terbitan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Pusat Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2012.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2013. hlm. 90.
10. Kumar A, Singh AK, Kaushik MS, Mishra SK, Raj P, Singh PK, et
al.2017. Interaction of turmeric (curcuma domestica val.) with beneficial
microbes: A review. 3 Biotech. 7(6):1–8.
11. Lina. 2008. Standarisasi ekstrak rimpang kunyit (curcuma domestica val.).
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
12. Mohammed N. 2015. Evaluation of antimicrobial activity of curcumin
against two oral bacteria. automation, control and intelligent systems.
3(2):18.
13. Poeloengan M. The Effect of Red Ginger (Zingiber officinale Rosc) Extract
on The Growth of Mastitis Causing Bacterial Isolates. Indonesian Research
Center for Veterinary Science. J. Micro Res. 2011; 5(4):382-389.
14. Roslan AN, Jenny S, dan Anis I. Penurunan Sensitivitas Rasa Manis Akibat
Pemakaian Pasta Gigi yang Mengandung Sodium Lauryl Sulphate 5%. Jurnal

32
33

PDGI. 2009; 58(2):10-13.


15. SNI. 1996. Standar Sabun Mandi Cair. SNI 06-4085-1996. Badan
Standarisasi Nasional. Jakarta.
16. Stanojević JS, Stanojević LP, Cvetković, DJ, & Danilović BR. 2015.
Chemical composition, antioxidant and antimicrobial activity of the
turmeric essential oil (Curcuma domestica Val.). 4(2):19–25.
17. Sudarsono et al. . 1996. Kunyit (Curcuma longa Linn.). Yogyakarta:
PPOT UGM.
18. Sundari, Ratna. 2016. Pemanfaatan dan efisiensi kurkumin kunyit
(Curcuma domestica val.) sebagai indikator titrasi asam basa. Yogyakarta:
Universitas Islam Indonesia.
19. Syukur, Cheppy. 2010. Turina, Varietas Unggul Kunyit Kurkumin
Tinggi. J Sinar Tani Edisi 3-9 November 2010.
20. Teow SY, Liew K, Ali SA, Soo-Beng Khoo A, Peh SC. 2016.
Antibacterial action of curcumin against staphylococcus aureus: A brief
review. Journal of Tropical Medicine. 1–10.Wijana, S., Soemarjo, dan T.
Harnawi. 2009. Studi pembuatan sabun mandi cair dari daur ulang minyak
goreng bekas (kajian lama pengadukan dan rasio air/sabun). Jurnal
Teknologi Pertanian. 10 (1): 54-61.
21. Yadav RP, Tarun G, Roshan C, Yadav P. 2017. Versatility of turmeric:
A review the golden spice of life. Journal of Pharmacognosy and
Phytochemistry JPP. 41(61):41–46.

Anda mungkin juga menyukai