Anda di halaman 1dari 2

Finna Huang

202108510041

Anak Tidak Suka Superfood Kubis Keriting! Bagaimana Cara Mengolahnya?


Artikel Pangan Fungsional dan Nutraseutikal

Apakah kamu berusaha hidup sehat tapi tidak suka dengan rasa sayuran? Apakah si
kecil masih susah untuk makan sehat? Cobalah produk nutraseutikal berikut! Suplemen ekstrak
yang mengandung kubis keriting, atau yang sering disebut sebagai kale, dengan nama latin
Brassica oleracea v. acephala telah masuk ke dalam pasar Indonesia. Konsumsi suplemen
dapat memberikan manfaat baik terhadap kesehatan tubuh tanpa rasa sayuran yang kurang
sedap. Kubis keriting sendiri merupakan sebuah sayuran hijau yang kurang disukai masyarakat
namun, kaya akan nutrisi seperti vitamin A yang memperkuat sistem imun, vitamin B yang
meningkatkan kesehatan jantung, dan vitamin K yang berperan dalam pembekuan darah
(Meinke et al. 2017). Ditambah lagi, terdapat kandungan mineral yang penting bagi tubuh
seperti kalsium untuk kesehatan tulang, magnesium demi perkembangan otot, dan kalium
untuk mempertahankan tingkat air di dalam tubuh. Selain itu, kubis keriting juga mengandung
antioksidan seperti riboflavin untuk menjaga kesehatan otak, flavonoid untuk meningkatkan
pertahanan tubuh, bahkan karoten yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh namun, memiliki
dampak positif untuk mempertahankan kesehatan kulit (Migliozzi et al. 2015). Kandungan
antioksidan yang tinggi dapat menurunkan tingkat senyawa toksik yaitu, oksigen reaktif yang
dapat menyebabkan kerusakan organ. Konsumsi kubis keriting tidak hanya membuat pola
makan lebih sehat, namun juga dapat menurunkan resiko penyakit metabolit seperti obesitas,
penyakit jantung, diabetes, stroke, bahkan kanker (Alfawaz et al. 2022). Akibat kandungannya
yang bermanfaat, dampaknya yang terbukti, serta aplikasinya yang bervariasi, kubis keriting
sudah dinyatakan sebagai “super food” atau “makanan super”.

Kalau begitu, apakah benar kubis keriting bisa menurunkan resiko penyakit atau
mencegah kanker? Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, kubis keriting dapat
menghasilkan tiga senyawa antikanker penting yaitu isotiosianat, flavonoid, dan stilbene.
Senyawa tersebut memiliki dampak positif terhadap sel kanker dengan menghentikan
perkembangan dan penyebarannya. Pengujiannya dilaksanakan pada kultur sel hidup, lebih
tepatnya sel tumor HT29 dari manusia, sel MCF7 dari kanker payudara manusia, dan Caco-2
untuk kanker kolon. Berikut merupakan hasil dari pengujian tersebut, semakin rendah jumlah
sel kanker hidup, maka semakin berdampak konsumsi dari kubis keriting.
Finna Huang
202108510041

Gambar 1 Dampak konsumsi kubis keriting terhadap sel kanker (Piletz et al. 2021)

Selain dampak dan kandungannya yang memiliki pengaruh positif terhadap tubuh,
metode pengolahannya juga menjadi faktor yang sangat penting terhadap efektivitas dari
konsumsi kubis keriting. Metode pengolahan yang kurang sehat seperti penggorengan atau
pembakaran dapat mengurangi dan memecahkan senyawa baik antikanker dan antioksidan.
Untuk mendapatkan pengaruh yang maksimal, kubis keriting dapat diolah dengan perebusan,
pengkukusan, ataupun dikonsumsi secara langsung dalam bentuk jus (Schlotz et al. 2018).
Tetapi, metode pengolahan tersebut umumnya menghasilkan produk pangan dengan rasa dan
aroma yang kurang sedap. Oleh karena itu, kubis keriting sudah diolah menjadi produk pangan
nutraseutikal dalam bentuk suplemen ekstrak.

Daftar Pustaka

Alfawaz HA, Wani K, Alrakayan H, Alnaami AM, Al-Daghri NM. 2022. Awareness,
knowledge and attitude towards ‘superfood’ kale and its health benefits among Arab
adults. Nutrients. 14(2): 245. DOI: 10.3390/nu14020245.

Meinke MC, Nowbary CK, Schanzer S, Vollert H, Lademann J, Darvin ME. 2017. Influences
of orally taken carotenoid-rich curly kale extract on collagen i/elastin index of the
skin. Nutrients. 9(7): 775. DOI: 10.3390/nu9070775.

Migliozzi M, Thavarajah D, Thavarajah P, Smith P. 2015. Lentil and kale: complementary


nutrient-rich whole food sources to combat micronutrient and calorie malnutition.
Nutrients. 7(11): 9285-9298. DOI: 10.3390/nu7115471.

Piletz JE, Mao Y, Roy D, Qizilbash B, Nkamssi E, Weir E, Graham J, Emmanuel M, Iqbal S,
Brue K, et al. 2021. Transepithelial anti-neuroblastoma response to kale among four
vegetable juices using in vitro model co-culture system. Nutrients. 13(2): 488. DOI:
10.3390/nu13020488.

Schlotz N, Odongo GA, Herz C, Waßmer H, Kȗhn C, Hanschen FS, Neugart S, Binder N,
Ngwene B, Schreiner M. 2018. Are raw Brassica vegetables healthier than cooked
ones? A randomized, controlled crossover intervention trial on the health-promoting
potential of Ethiopian kale. Nutrients. 10(11): 1622. DOI: 10.3390/nu10111622.

Anda mungkin juga menyukai