Anda di halaman 1dari 18

ANALISA KASUS PELANGGARAN HAK DAN

PENGINGKARAN KEWAJIBAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK XII IPA 2

ANGGOTA KELOMPOK :

• Diska Armelia Kaneta (10)


• Fatiya Irfana Fadhila (12)
• Fima Imanisa Hasanah (13)
• Meutia Nur Rahma (19)
• Nayla Nevtania P.P(25)

SMA NEGERI 1 MARGAASIH

KABUPATEN BANDUNG

2022
KASUS PELANGGARAN HAK
1. Kecurangan Pilkada

KASUS :
Menjelang Sidang Pleno Pembacaan Putusan Mahkamah Konstitusi
terhadap sengketa Pilkada, mantan Ketua Bawaslu RI periode 2008-2012,
Bambang Eka Cahya Widodo menyatakan bahwa MK dapat
mendiskualifikasi calon kepala daerah terpilih yang terbukti melakukan
kecurangan secara terstruktur, sistematis, dan masif (TSM). Rencananya
MK akan mengeluarkan ketetapan tersebut tanggal 17-24 Maret 2021.
Bambang meminta MK mempertimbangkan bukti-bukti yang diajukan para
pengugat terkait pelanggaran TSM yang mengakibatkan pemilu menjadi
tidak jujur dan adil.

ANALISA :
Semestinya ajang pemilihan kepala daerah atau (pilkada)menjadi wadah
yang menghidupkan demokrasi local dengan berfungsinya organ-organ
politik didaerah. Meski demikian, sepanjang sejarah penyelenggaraan
pilkada di Indonesia, ternyata syarat pelanggaran hak warga negara.
Salah satu penyebabnya adalah kebebasan yang terlalu meluas, demikian
cepat menyebabkan membanjirnya partisipasi dalam percalonan kandidat
kepala daerah, sementara ruang kompetisi sangat ketat dan terbatas.
Lagi pula, bayang-bayang potensi kekuasaan dan kekayaan yang amat
menjanjikan dari jabatan kepala daerah menarik minat banyak kandidat,
sementara kebanyakan dari mereka tidak memiliki integritas moral dan
kapasitas keahlian yang memadai. Karena itu, tidak jarang cara-cara licik
dan premanisme politik, entah sengaja atau terpasksa, digunakan dalam
politik perebutan kekuasaan. Disinilah pelanggaran hak warga negara kerap
terjadi.

2. Melakukan Hal yang dapat Mencemarkan Nama Baik Seseorang

KASUS :
Selebgram Marissya Icha melaporkan Medina Zein atas tuduhan
pencemaran nama baik ke pihak kepolisian pada Senin (13/9/2021). Hal ini
berkaitan dengan perseteruan yang terjadi di antara keduanya.

Marissa Icha mengatakan bahwa Medina Zein telah melakukan


pencemaran nama baik kepada dirinya serta keluarganya lewat Instagram
Stories. Awal perseteruan mereka adalah komentar Marissya Icha yang
menyebut bahwa Medina Zein penipu dengan menjual tas branded KW.
Sebelumnya, beberapa selebgram seperti Rachel Vennya dan Citra Kirana
juga menagih utang ke Medina lewat unggahan Instagram. Setelah itu,
Marissya Icha mengaku diancam oleh Medina Zein. Setelah berseteru,
barulah Marissya melayangkan gugatan ini pada pihak kepolisian. (Andin
Danaryati/Litbang MPI)

ANALISA :
Pengaturan Mengen tindak pidana atas penyalahgunaan dari hak
kebebasan berpendapat di media sosial diatur dalam UU No, 11 Thn 2008.
Yang dimana dalam UU tersebut memaparkan mengenai hak dan
kebebasan melalui penggunaan dan pemanfaatan teknologi itu sendiri
harus dilakukan dengan mempertimbangkan pembatasan dari ketentuan
Undang-Undang dan memperhatikan kepentingan orang dalam
penyampaian pendapar di media sosial. Undang -Undang ini diharapkan
agar dapat menjamin pengakuan dan penghormatan dari setiap warga
negaea atas Batasan terhadap kebebasan dalam berekspresi di media sosial
agar tidak merugikan individu tertentu ataupun kelopok dan organisasi
tertentu.
Sanksi pidana terhadap tindak pidana pencemaran nama baik telah
ditetapkan dalam KUHP terutama dalam pasal 310 ayat (1) yang dimana
didalamnya berisikan ketentuan hukum bagi para pelaku tindak pidana
pencemaran nama baik, hukumannya berupa kurungan penjara selama 9
bulan dan denda yang harus dibayarkan sebesar empat ribu lima ratus
rupiah. Dan jika tindak pidana pencemaran nama baik tersebut dilakukan di
media sosial maka dapat dituntut melalui Undang-Undang No 11 Tahun
2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik pada pasal 45 ayat (3)
dengan ancaman kurungan selama 6 tahun penjara dan denda sebesar satu
miliar rupiah.
Sebaiknya UU No. 11 Thn 2008 perlu dilakukan revisi atau perbaikan
terutama dalam pasal-pasal yang menyangkut mengenai penghinaan dan
pencemaran nama baik di media sosial, dikarenakan banyak pasal yang
memiliki makna ganda didalamnya.
3. Main Hakim Sendiri

KASUS :
Tindakan main hakim sendiri (Eigenrichting) studi kasus pembunuhan yang
dilakukan oleh pemilik ladang jagung di Kabupaten Malang

ANALISA :
Sebagai negara hukum yang berdasarkan pada Pancasila, bertujuan untuk
mewujudkan sebuah negara yang aman, tenteram, sejahtera, dan tertib.
Suatu aturan hukum telah melarang adanya tindakan main hakim sendiri
(eigenrichting). Faktanya, permasalahan yang terjadi di masyarakat yaitu
masih ada sebagian orang yang melakukan penghukuman langsung yaitu
eigenrichting terhadap pelaku kejahatan tanpa melewati proses hukum
yang benar terlebih jika sampai mengakibatkan korban meninggal dunia.
Peraturan perundang–undangan di Indonesia, KUHP pada dasarnya tidak
memuat ketentuan yang secara tegas mengatur mengenai eigenrichting,
karena bentuk perbuatan yang dilarang atau diharuskan disertai dengan
ancaman pidananya dalam KUHP tersebut hanya berisi rumusan-rumusan
secara garis besarnya saja. Jadi beberapa ketentuan tersebut dapat
digunakan oleh aparat penegak hukum sebagai dasar acuan untuk
melakukan proses hukum terhadap pelaku kejahatan. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisa faktor yang menyebabkan pelaku sebagai
pemilik ladang jagung melakukan tindakan main hakim sendiri terhadap
pencuri jagung di Kabupaten Malang, serta menganalisa penanganan
Kepolisian Resort Kabupaten Malang mengenai eigenrichting dan dalam hal
ini dapat mencegah masyarakat untuk tidak melakukan eigenrichting.
Penelitian ini termasuk penelitian hukum empiris atau penelitian yuridis
sosiologis. Sumber data diperoleh dari data primer dan data sekunder
dengan metode analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan faktor yang
menyebabkan pelaku sebagai pemilik ladang jagung melakukan
eigenrichting terhadap pencuri jagung karena pelaku ingin menjaga
jagungnya agar tidak kecurian. Adapun rasa jengkel, rasa takut dan faktor
emosi pada jiwa pelaku yang menyebabkan terjadinya eigenrichting.
Sedangkan Penanganan yang dilakukan oleh Kepolisian Resort Kabupaten
Malang telah sesuai dengan proses peradilan pidana dan juga dilakukan
secara represif yang dimaksudkan untuk menindak pelaku kejahatan sesuai
dengan perbuatannya yang termasuk melanggar hukum.

4. Tingginya Angka Putus Sekolah Jadi Kendala Belajar 12 Tahun

KASUS :
Indonesia memiliki program Wajib Belajar (Wajar) 12 Tahun. Program ini
mewajibkan anak bangsa bisa melanjutkan sekolah hingga SMA atau SMK.
Pemerintah melalui Kemendikbud juga telah meluncurkan program ini pada
tahun pelajaran 2015/2016.
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan (Dirjen Dikdasnen Kemendikbud), Hamid Muhammad
menyatakan untuk mencapai program Wajar 12 Tahun memang tidak
mudah. Menurut dia , salah satu kendala yang dihadapi adalah tingginya
angka putus sekolah di tingkat sekolah menengah.
Hamid mengungkapkan, sebanyak delapan persen anak Indonesia yang
berhasil menyelesaikan sekolah menengah pertama (SMP). Namun
sejumlah siswa itu malah tidak mampu melanjutkan pendidikannya ke
tingkat selanjutnya.
Menurut Hamid, penyebab munculnya angka itu memiliki banyak factor.
Pertama, terkait dengan masalah kesejahteraan keluarga. Selain itu, Hamid
menjelaskan, rendahnya harapan peserta didik dan orang tua juga menjadi
salah satu faktor kuat penyebab putusnya sekolah. Mereka memiliki
harapan kecil terhadap efektifitas sekolah dalam meningkatkan
kesempatan bekerja.
Kebanyakan anak dan orang tua di Indonesia, Hamid mengungkapkan,
mereka lebih berpikir bahwa pendidikantidak memiliki relevansi dan
manfaat yang kuat baginya. Oleh karena itu, para orangtua pun tidak
menyekolahkan anak mereka. Mereka lebih memilih anaknya untuk bekerja
daripada melanjutkan sekolah. “Kondisi seperti ini jelas tidak mudah,” ujar
Hamid kepada wartawan di Kantor Kemendikbud, Jakarta< jumat (25/9).

ANALISA :
“Tingginya Angka Putus Sekolah Menjadi Kendala Wajib Belajar 12 Tahun” :
Dari kasus diatas, dapat dilihat bahwa meningkatnya angka putus sekolah
disebabkan karena masalah ekonomi atau kesejahteraan keluarga, faktor
ekonomi dianggap sebagai penyebabnya angka putus sekolah, karena
pendapatan keluarga yang minim mengakibatkan prioritas utama pada
kebutuhan pokok bukan lagi pada pendidikan anak. Akibatnya anak dipaksa
oleh keadaan untuk bekerja guna menambah penghasilan keluarga.
Upaya yang dilakukan pemerinta dalam mengatasi masalah ini adalah
dengan pemberian bantuan operasional sekolah (BOS) dan KIP, namun
apabila anak yang membantu orangtuanya bekerja, mereka akan enggan
untuk menuntut ilmu karena sudah nyaman dengan kondisi, mereka
merasa sudah dapat memiliki penghasil sendiri. Selain itu, orang tua harus
mengubah pola piker bahwa pendidikan memiliki peranan yang sangat
amat penting bagi masa depan anak-anaknya.
Banyaknya anak yang tidak bersekolah bisa disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu :
1. Faktor Ekonomi
2. Faktor Keluarga
3. Faktor Lingkungan
4. Faktor Pergaulan

5. Pelanggaran Hak Cipta, Peredaran VCD/DVD Bajakan, Software Sistem


Operasi Copian

KASUS :
Puluhan ribu keping CD dan DVD bajakan ditemukan di sebuah gudang yang
berada di kawasan Kosambi, kabupaten Tangerang, Selasa (27/3). Setiap
harinya, pabrik CD DVD bajakan tersebut, mampu memproduksi hingga
puluhan ribu keping per hari.

Kapolres Metro Tangerang, Kombes Harry Kurniawan menerangkan, dari


pengungkapan itu, pihaknya menemukan puluhan ribu keping CD dan DVD
bajakan siap edar. Pengungkapan ini berdasarkan laporan masyarakat yang
curiga dengan aktivitas dalam gudang yang menurut keterangan pekerjanya
baru beroperasi selama 2 bulan.

ANALISA:
Perkembangan dan kemajuan system informasi teknologi pada
kenyataannya memberikan dampak yang signifikan kepada kemajuan
teknologi diberbagai bidang kehidupan manusia. Semakin Berkembangnya
sistem informasi dan teknologi maka semakin tinggi tingkat kerawanan
akan perdagangan barang palsu/bajakan. Salah satu contoh barang bajakan
adalah VCD impor bajakan. Dengan kemajuan teknologi maka seseorang
dapat menggandakan suatu karya intelektual dengan tanpa harus meminta
ijin dari pemegang hak cipta.
Menurut beberapa ahli faktor tersebut diantaranya adalah faktor peraturan
atau undang- undang, faktor aparat penegak hukum, dan faktor
masyarakat. Pertama, jika dilihat dari faktor peraturan atau undang-
undang maka permasalahan yang terjadi adalah tidak adanya peraturan
pelaksana dari undang- undang hak cipta selain itu kejelasan aturan yang
terdapat di dalam undang- undang tersebut juga menyebabkan undang-
undang berjalan tidak efektif. Kedua, faktor aparat penegak hukum masih
belum memiliki komitmen dan konsistensi dalam menegakkan hukum hak
cipta. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya kerjasama antara aparat
kepolisian dengan produsen maupun pedagang. Ketiga, faktor masyarakat,
adanya respon positif dari masyarakat akan keberadaan produk bajakan
menunjukkan rendahnya tingkat pemahaman dan kesadaran hukum di
dalam masyaraka. Hal itu menyebabkan tingginya jumlah permintaan akan
produk bajakan sehingga perdagangan VCD/DVD bajakan masih bertahan
hingga saat ini. Oleh sebab itu saran yang kami ajukan adalah (1) Perlu
dibuat peraturan pelaksana dalam bentuk PP disertai dukungan pergub
maupun perda tentang hak cipta agar undang- undang hak cipta dapat
berjalan efektif. (2) Peran pemerintah kota juga diperlukan dalam
menertibkan pedagang yang menggunakan area publik untuk berdagang.
(3) kepastian hukum, penerapan sanksi yang tegas dan sosialisasi harus
diupayakan dan dilaksanakan sebagai kontrol bagi masyarakat agar tidak
melakukan aktivitas penyimpangan terhadap undang- undang hak cipta.
6. Merugikan Orang Lain Secara Ekonomi (Korupsi)

KASUS :
Kejaksaan Negeri Lombok Tengah menetapkan Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Praya, Lombok Tengah, Muzakir Langkir sebagai
tersangka kasus dugaan dugaan korupsi pengelolaan dana Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD) RSUD Praya, Rabu (24/8/2022).

ANALISA :
Menurut UU No. 31 Tahun 1999 Pasal 2 Ayat 1 dinyatakan bahwa setiap
orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

Korupsi tentunya harus cepat diberantas dan jangan diberi ampun, karena
yang namanya maling uang rakyat harus dihukum dengan cepat dan tuntas.
Dengan tidak adanya tindak korupsi, negara akan aman dan tidak
mengalami banyak kerugian yang dikeluarkan.
Korupsi ini juga memiliki dampak-dampak yang dapat merugikan negara di
segala bidang yang ada. Mulai dari bidang ekonomi, sosial, pemerintahan,
politik, pendidikan dan lain-lain. Berikut adalah dampak korupsi dari segala
bidang.
KASUS PENGINGKARAN KEWAJIBAN

1. Tidak Membayar Pajak

KASUS :
Dua orang dan satu korporasi di Kabupaten Bekasi ditetapkan sebagai
tersangka atas dugaan kasus perpajakan. Mereka diduga tak membayar
pajak selama setahun hingga menimbulkan kerugian negara Rp 2,6 miliar.

ANALISA :
Tidak atau menghindari membayar pajak berarti pengingkaran kewajiban
warga negara terhadap pasal 23 ayat 2 UUD 1945,”segala pajak untuk
keperluan negara berdasarkan undang-undang”. Pengingkaran terhadap
pajak hampir dilakukan oleh seluruh warga negara, mulai dari pajak
kendaraan, pajak bumi dan bangunan, pajak penghasilan, pajak penjualan,
dan lain-lain. Mengapa kita wajib membayar pajak? Karena pajak
merupakan salah satu sumber baya pembangunan dan kita menikmati
hasilnya. Misalnya, jalan raya yang dibuat dengan segala fasilitasnya, itu
dibiayai salah satunya oleh pajak kendaraan, pajak bangunan, dan lain-lain.

2. Merusak Lingkungan
KASUS :
Nilai kerusakan lingkungan dan kesediaan membayar masyarakat terhadap
program perbaikan lingkungan kasus pemukiman Bantaran sungai Ciliwung

ANALISA :
Adanya ketimpangan pembangunan ekonomi mengakibatkan wilayah yang
satu tumbuh lebih cepat daripada wilayah yang lainnya, dalam hal ini
pembangunan perkotaan yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan
pedesaan, sehingga tercipta lapangan kerja yang luas di perkotaan. Hal ini
menyebabkan terjadinya urbanisasi yaitu mendorong sebagian besar
penduduk di pedesaan berpindah ke perkotaan untuk mendapatkan
pekerjaan. Urbanisasi mengakibatkan kepadatan penduduk di perkotaan,
sedangkan daya dukung lahan di kota-kota besar sangat terbatas. Hal ini
menyebabkan para pendatang (urbanit) yang membutuhkan tempat tinggal
terpaksa membangun tempat tinggal di lahan milik negara, seperti di
bantaran sungai. Padatnya pemukiman di bantaran sungai beserta aktivitas
yang dilakukan penghuni pemukiman tersebut di bantaran sungai seperti:
dijadikan lokasi pembuangan sampah, mencuci peralatan rumahtangga dan
pakaian, merupakan beberapa hal yang menjadi penyebab banjir dan
pencemaran yang dapat merusak lingkungan. Oleh karena itu, pemerintah
daerah melakukan upaya perbaikan lingkungan dengan memperbaiki
kualitas lingkungan di bantaran Sungai Ciliwung dan juga untuk penataan
DAS Ciliwung agar masyarakat tidak lagi tinggal di pemukiman yang kumuh
dan masyarakat tercegah dari banjir. Partisipasi masyarakat sangat
dibutuhkan dalam program tersebut untuk menciptakan kualitas
lingkungan yang sehat dan manusiawi diantaranya dengan cara membayar
biaya perbaikan lingkungan untuk memperoleh kualitas lingkungan yang
lebih baik.

3. Coret-Mencoret Di Fasilitas Umum

KASUS : Vandalisme atas fasilitas publik di Jakarta perlu segera disikapi.


Selain membuat sistem pengawasan, perlu disiapkan wadah ekspresi
warga.

ANALISA:
Vandalisme adalah suatu perbuatan perusakan atau penghancuran
terhadap barang-barang milik oranglain atau barang-barang milik umum. Di
Indonesia dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana sendiri tidak di atur
secara khusus mengenai Vandalisme.Tetapi dalam pengenaan kasus
vandalisme di Indonesia sendiri banyak terjadi perbedaan dalam
penggunaan Undang-Undang dalam pengenaan kasus vandalisme
mengenai perilaku coret-mencoret yang identik dengan vandalisme. Salah
satu pengenaan Pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang
digunakan dalam pengenaan kasus vandalisme adalah Pasal 406 Ayat (1)
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang dimana dalam Pasal tersebut
tidak secara spesifik menyebutkan mengenai coret-mencoret dan hanya
menggunakan sebutan pengrusakan dan penghancuran. Sedangkan dalam
Peraturan Daerah vandalisme di atur lebih spesifik dengan menggunakan
kata coret-mencoret. Maka dengan begitu penggunaan Pasal 406 Ayat (1)
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dalam penggunaan kata merusak dan
menghancurkan dalam pengenaan kasus coret-mencoret menjadi tidak
jelasm karena dalam peraturan tersebut tidak mengatur coret-coret secara
spesifik. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, yaitu
penelitian hukum yang dilakukan dengan cara menggunakan sumber data
sekunder (pustaka) yang terdiri dari : bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder. Kemudian data diolah secara sistematis dan dianalisis
dengan menggunakan metoder preskripsi yang bertujuan untuk
memberikan gambaran atau merumuskan masalah sesuai keadaan atau
fakta yang ada . menghasilkan kesimpulan yaitu coret-mencoret di fasilitas
umum diklasifikasikan sebagai vandalisme dan coret-mencoret di fasilitas
umum di klasifikasikan sebagai tindak pidana dan dikenakan pasal Pasal 406
Ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

4. Membuang Sampah Sembarangan

KASUS :
Menjadi sebuah keprihatinan bersama manakala melintas di sebuah
kawasan tampak sampah berserakan, apalagi akibat ulah dari oknum yang
sengaja membuang sampah tidak pada tempatnya. Perbuatan yang kurang
terpuji tersebut memicu lingkungan terkesan kumuh dan kotor. Bayangkan,
jika di kawasan tersebut tidak ada petugas kebersihan. Ada petugas
kebersihan pun, beban kerja mereka kian berat akibat ulah oknum
pembuang sampah sembarangan.

Sebenarnya, di Kabupaten Kulon Progo telah ditetapkan Peraturan Daerah


yang bisa menjadi payung hukum menjerat pelakunya. Yakni Peraturan
Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 1 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga.

Maksud disusunnya Peraturan Daerah ini adalah untuk memberikan


pedoman bagi Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam penyelenggaraan
pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah
tangga dan meningkatkan upaya pengelolaan sampah rumah tangga dan
sampah sejenis sampah rumah tangga agar tercipta lingkungan hidup yang
bersih dan sehat.

Dalam Pasal 31 huruf e dinyatakan bahwa setiap orang dilarang membuang


sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan. Apa
konsekuensinya jika dilanggar?. Pasal 50 ayat 3 menyatakan setiap orang
yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 huruf e
diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling
banyak Rp. 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).

Pemerintah daerah pun dapat memberikan insentif kepada kelompok


pengelola sampah swadaya masyarakat, lembaga, badan usaha, maupun
perorangan yang melakukan pelaporan atas pelanggaran terhadap larangan
sebagaimana tercantum dalam pasal 32, termasuk di dalamnya
pelanggaran terhadap pasal 31. Dijelaskan dalam pasal 34, insentif yang
diberikan dapat berupa pemberian penghargaan ataupun subsidi.
Aturan sudah jelas disusun. Ketegasan dalam menjalankan peraturan harus
ditegakkan. Jangan ragu untuk melapor kepada instansi berwenang jika
menjumpai tindak pidana pelanggaran sebagaimana disebutkan dalam
Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 1 Tahun 2013. Bukan
semata untuk meraih nama baik dan penghargaan, namun atas kesadaran
bahwa kebersihan dan kesehatan lingkungan adalah tanggung jawab
bersama.

ANALISIS :
Membuang sampah sembarangan berarti pengingkaran terhadap
kewajiban warga negara terhadap lingkungan dan alam sekitar. Membuang
sampah sembarangan mengakibatkan lingkungan kotor dan bau, bahkan
sampai banjir, maka kita sendiri yang rugi dan merugikan orang lain.
Terlebih merugikan masyarakat secara keseluruhan.Dan dampakmya
adalah terhadap kelangsungan kehidupan berbangsa dan
bernegara.Merugikan orang lain juga artinya mengingkari kewajiban warga
negara terhadap orang lain

5. Merusak fasilitas umum

KASUS :
Jakarta - Aksi demo penolakan omnibus law UU Cipta Kerja di depan
Istana dan kawasan Harmoni, Jakarta Pusat, berakhir ricuh. Polisi menyebut
bahwa massa tersebut adalah perusuh!
"Itu para perusuh," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri
Yunus saat dihubungi, Kamis (8/10/2020).
Yusri mengatakan massa tersebut menunggangi aksi buruh. Massa diduga
menunggangi aksi dengan tujuan membuat kericuhan.
"Jadi sekarang gini, ini bukan lagi teman teman buruh, ini sudah
perusuh semuanya. Jadi ini perusuh semua karena, mereka memang
menunggangi teman teman buruh ini untuk melalukan kerusuhan,"imbuh
Yusri.
Massa demo merusak sejumlah fasilitas umum, seperti halte bus
TransJakarta, mobil polisi, hingga pos polisi.
"Teman-teman sudah banyak kembali tapi mereka masih bertahan
dan merusak fasilitas umum, termasuk fasilitas kepolisian, ada beberapa
pos-pos yang mereka bakar dan rusak, termasuk halte bus yang ada dari
depan HI, ada mobil yang dirusak," ujar Yusri.
Dia pun memastikan pihaknya akan menyelidiki perusakan ini. Pihak
kepolisian juga akan memburu para perusuh tersebut.
"Iya bakal kita selidiki semua ini, ini perusuh semuanya," ucapnya.

ANALISIS :
Merusak fasilitas umum berarti pengingkaran terhadap kewajiban warga
negara terhadap lingkungan dan alam sekitar. Padahal, lingkungan dan
alam sekitar tersebut bermanfaat bagi manusia. Contoh fasilitas umum
yang sering kali dirusak, telepon umum, mencoret-coret halte, merusak
kendaraan umum, padahal kalau rusak akan merugikan diri sendiri yang
menggunakan fasilitas tersebut.

Anda mungkin juga menyukai