Anda di halaman 1dari 145

LAPORAN LENGKAP

LABORATORIUM
MESIN PENDINGIN DAN PEMANAS

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I
ALFRIANDI KANSASI ISSAN (D021191037)
CANDRA WINATA (D021191039)
I MADE WIDHI ADITYA PRANATA (D021191073)
ARIEF DWI YULIANTO AP (D021191113)
MUH. AFRISAL ARMA (D021191126)
MUH. YUSUF KS (D021181313)
AZIZUL (D021171508)

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
GOWA 2023
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Kata Pengantar

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat, kemudahan, dan karunia-Nya sehingga kelompok kami
dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Mesin Pendingin dan Pemanas
sesuai yang diharapkan.
Dalam proses pengerjaan laporan ini, kami mendapatkan bimbingan,
arahan, dan pengetahuan hingga kami mampu menyelesaikan laporan ini
dengan baik. Maka dari itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
laporan praktikum ini, dan terutama rasa terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada seluruh asisten laboratorium yang telah membimbing
dan memberi arahan kepada kami.
Kelompok kami berharap, laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi
pembaca, menambah pengetahuan dan mempermudah percobaan yang
hendak dilakukan.
Demikian laporan yang kami buat, mohon kritik dan sarannya atas
kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak dan bagi kami selaku penulis.

Gowa, 03 Mei 2023

Penulis
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendahuluan

PENDAHULUAN

I.1 Pengujian Sifat-sifat termodinamuka Udara

I.1.1 Tujuan percobaan secara umum


a. Untuk mengetahui cara kerja dan fungsi alat Conditioning of Room
Air.
b. Untuk mengetahui sifat-sifat termodinamika dan proses yang
terjadi pada udara yang melewati Conditioning of Room Air
c. Untuk mengetahui sifat-sifat thermodinamika akibat adanya
pemanasan dan efektifitas panas dan besarnya kalor yang
terserap oleh udara atmosfer dan pemanasan yang diberikan
d. Untuk mengetahui sifat-sifat thermodinamika akibat adanya
pendinginan dan temperatur bola kering serta temperatur dan
tekanan evaporator.

I.1.2 Teori Dasar Pengujian


Conditioning of Room Air adalah seporangkat alat untuk
melakukan pengujian mesin pendingin dan pemanas, dimana alat ini
terbuat dari bahan multiplex. Conditioning of Room Air dirancang
sedemikian rupa sehingga pada pelaksanaannya akan diperoleh
hasil tanpa adanya pengaruh kondisi dari luar.
Pada laboratorium pengujian mesin pendingin dan pemanas ini
dilakukan pengujian-pengujian terhadap proses thermodinamika.
Adapun pengujian tersebut adalah :
1. Pengujian Kalibrasi
2. Pengujian Pemanasan Udara Atmosfer
3. Pengujian Pemanasan Udara Lembab
4. Pengujian Pendinginan Udara Atmosfer
5. Pengujian Pendinginan Udara

Kesemua pengujian ini dilakukan dengan menggunakan


Conditioning of Room Air dengan peralatan-peralatannya.
Dari bagan psikometrik terlihat bahwa ada delapan proses dasar
thermodinamika (pengkondisian udara) yang mana keadaan udara
dapat dilihat seperti pada gambar dibawah ini :
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendahuluan

Keterangan :
1. OA : Proses Pemanasan
2. OB : Proses Pendinginan
3. OC : Proses Pelembaban
4. OD : Proses Pengurangan Kelembaban
5. OE : Proses Pemanasan dan Pelembaban
6. OF : Proses Pendinginan dan Pengurangan Kelembaban
7. OG : Proses Pendinginan dan Pelembaban
8. OH : Proses Pemanasan dan Pengurangan Kelembaban

1. Kalibrasi
Kalibrasi (Calibration) adalah pemeriksaan suatu instrumen
terhadap standar yang diketahui dan untuk selanjutnya
mengurangi kesalahan dalam ketelitiannya. Kalibrasi sangat
penting karena memungkinkan kita memeriksa instrumen
terhadap standar yang diketahui dan selanjutnya mengurangi
kesalahan dalam ketelitiannya. Prosedur kalibrasi melibatkan
perbandingan instrumen itu dengan :
a. Standar Promer
b. Standar Sekunder yang mempunyai ketelitian lebih tinggi
dari instrumen yang dikalibrasi
c. Standar masukan yang diketahui

2. Pendinginan Udara Atmosfer


• Gas Ideal
Definisi Gas Ideal Gas ideal adalah gas yang mempunyai
persamaan keadaan Pv=RT
Dimana : P = Tekanan (kPa)
v = Volume Spesifik ( m3 /kg)
R = Konstanta gas umum (0,2871kJ/kg K)
T = Temperatur (K)
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendahuluan

• Siklus Pengkondisian Udara

Keterangan :
1-2 : Kompresi isentropik pada kompresor
2-3: Pembuangan kalor pada tekanan tetap di kondensor
3 – 4 : Proses Ekspansi
4 – 1 : Proses penyerapan kalor oleh evaporator

• Syarat-syarat Refrigeran
Syarat-syarat refrigeran tersebut yaitu :
a. Tidak beracun, dan tidak merusak lingkungan
b. Mempunyai titik didih yang rendah
c. Mudah memperolehnya dan harganya tidak mahal
d. Tidak merusak sistem dari alat yang digunakan
e. Dll.

3. Pendinginan Udara Lembab


• Pencampuran Udara
Proses ini merupakan proses umum di dalam
pengkondisian udara. Gambar dibawah ini menunjukkan
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendahuluan

pencampuran udara antara w1 (kg/s) dari keadaan 1, dan w2


(kg/s) udara dari keadaan 2. Hasilnya adalah kondisi 3.

Dalam melakukan pengkondisian udar, maka faktor


kenyamanan sangat memegang peranan. Untuk kondisi tropis
seperti halnya Indonesia, memiliki karakteristik sifat udara
dibandingkan dengan negara-negara lain yang beriklim
subtropis. Pada kelembaban udara yang rendah pada
temperatur 30 – 32˚C, umumnya telah cukup membuat badan
merasa sejuk dan nyaman. Sedangkan kelembaban udara
yang tinggi pada temperatur 24 - 32˚C, masih dirasakan tidak
sejuk dan dalam rancangan dipilih kelembaban 50 – 55 %.

• Ketel
Ketel merupakan tempat untuk memasak air hingga
mendidih. Sirkulasi yang baik merupakan hal yang sangat
penting dalam pengoperasian segala jenis ketel uap. Air
merupakan fluida yang sukar untuk merambatkan panas,
sehingga dengan demikian perpindahan panas di dalam air
yang ada di dalam ketel hampir selalu berlangsung secara
konveksi. Pada ketel-ketel modern, rusaknya pipa-pipa atau
material overheating dapat dicegah dengan memperbaiki
sirkulasi sehingga pendinginan dinding pipa ketel dapat
berlangsung secara kontinu.

• Sistem Perpindahan Panas Pada Evaporator


Sistem perpindahan panas pada evaporator terjadi secara
konduksi dan konveksi, dimana temperatur udara luar
(atmosfer) diserap oleh refrigeran di evaporator.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendahuluan

4. Pemanasan Udara Atmosfer


• Macam Sistem Perpindahan Panas
Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai
berpindahnya energi dari suatu daerah ke daerah lainnya
sebagai akibat dari beda suhu antara daerah-daerah tersebut.
Karena beda suhu terdapat di alam semsta, maka hal ihwal
aliran panas bersifat universal yang berkaitan dengan tarikan
gravitasi, aliran panas tidak dikendalikan oleh sebuah
hubungan yang unik, namun oleh kombinasi dari berbagai
hukum fisika yang tidak saling bergantung.
Kepustakaan perpindahan panas pada umumnya
mengenai tiga cara perpindahan panas yang berbeda yaitu :
konduksi, konveksi, dan radiasi.

1. Konduksi
Konduksi adalah proses perpinahan panas dimana
panas mengalir dari daerah bersuhu tinggi ke daerah yang
bersuhu lebih rendah di dalam suatu medium (padat, cair,
dan gas), atau antara medium- medium yang berlainan
yang bersinggungan secara langsung. Dalam aliran panas
konduksi, perpindahan energi terjadi karena hubungan
molekul secara langsung tanpa adanya perpindahan
molekul yang cukup besar.
Menurut teori kinetik, suhu elemen suatu zat
sebanding dengan energi kinetik rata-rata molekul-molekul
yang membentuk elemen itu. Energi yang dimiliki oleh
suatu elemen zat yang disebabkan oleh kecepatan dan
posisi relatif molekul- molekulnya disebut energi dalam.
Jadi semakin cepat molekul- molekul bergerak, semakin
tinggi suhu maupun energi dalam elemen zat tersebut.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendahuluan

2. Konveksi
Konveksi adalah proses transport energi dengan kerja
gabungan dari konduksi panas, penyimpangan energi,
dan gerakan mencampur. Konveksi sangat penting
sebagai mekanisme perpindahan energi antara
permukaan benda padat dan cairan atau gas.
Perpindahan energi dengan cara konveksi dari suatu
permukaan yang suhunya di atas suhu fluida sekitarnya
berlangsung dalam beberapa tahap. Pertama, panas akan
mengalir dengan cara konduksi dari permukaan ke
partikel- partikel fluida yang berbatasan. Energi yang
berpindah dengan cara yang demikian akan menaikkan
suhu dan energi dalam partikel-partikel fluida itu.
Kemudian partikel-partikel fluida tersebut akan bergerak
ke daerah yang bersuhu lebih rendah di dalam fluida
sehingga memindahkan sebagian energinya kepada
partikel-partikel fluida lainnya.
Perpindahan panas konveksi diklasifikasikan atas
konveksi bebas (free convection) dan konveksi paksa
(forced convection) menurut cara menggerakkan
alirannya. Bila gerakan mencampur berlangsung semata-
mata sebagai akibat dari perbedaan kerapatan yang
disebabkan oleh gradien suhu, maka kita berbicara
tentang konveksi bebas atau alamiah (natural). Bila
gerakan mencampur disebabkan oleh suatu alat dari luar,
seperti pompa atau kipas, maka prosesnya disebut
sebagai konveksi paksa.
3. Radiasi
Radiasi adalah proses dimana panas mengalir dari
benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu lebih
rendah bila benda-benda itu terpisah di dalam ruang,
bahkan bila terdapat ruang hampa diantara benda-benda
tersebut.
Istilah radiasi pada umumnya digunakan untuk segala
jenis hal ikhwal gelombang elektromagnetik, tetapi di
dalam ilmu perpindahan panas kita hanya perlu
memperhatikan hal ikhwal yang yang diakibatkan oleh
suhu dan yang dapat mengangkut energi melalui medium
yang tembus cahaya atau melalui ruang. Energi yang
berpindah dengan cara ini dinamakan panas radiasi.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendahuluan

Semua benda memancarkan panas radiasi secara


terus menerus. Intensitas pancaran tergantung pada suhu
dan sifat permukaan. Energi radiasi bergerak dengan
kecepatan cahaya (3 x 108 m/s) dan gejala- gejalanya
menyerupai radiasi cahaya. Memang menurut teori
elektromagnetik, radiasi cahaya dan radiasi thermal hanya
berbeda dalam panjang gelombang masing-masing.
Panas radiasi dipancarkan oleh suatu benda dalam
bentuk batch kumpulan energi yang terbatas atau quanta.
Gerakan panas radiasi di dalam ruang mirip perambatan
cahaya dan dapat diuraikan dengan teori gelombang.
Bilamana gelombang radiasi menjumpai benda yang lain,
maka energinya diserap di dekat permukaan benda
tersebut. Perpindahan panas dengan cara radiasi menjadi
semakin penting dengan meningkatnya suhu suatu benda.

• Heater
Yang dimaksud dengan heater adalah alat penukar kalor
yang bertujuan untuk memanaskan atau menaikkan temperatur
suatu fluida. Sebagai contoh adalah pemanas udara pipa dan
pemanas udara plat. Pada pemanas udara pipa, gas dialirkan
melalui pipa-pipa sedangkan udara dialirkan di sekeliling luas
pipa-pipa, sehingga terjadi perpindahan panas antara gas asap
ke udara melewati dinding pipa- pipa. Sistem ini dapat juga
dibalik, dimana udara yang melewati pipa- pipa dan gas asap
yang melewati dinding-dinding luar pipa.
5. Pemanasan Udara Lembab
• Sistem Perpindahan panas pada heater
Panas dari heater berpindah ke fluida yang melewatinya,
sehingga temperatur fluida tersebut dapat meningkat. Sistem
perpindahan panas yang terjadi pada heater yaitu konduksi,
konveksi, dan radiasi.
• Faktor yang mempengaruhi perpindahan panas
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses perpindahan
panas, yaitu :
a. Luas permukaan penampang
Luas permukaan penampang sangat berpengaruh
terhadap proses perpindahan panas. Semakin luas
permukaan penampang maka proses perpindahan
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendahuluan

panasnya membutuhkan waktu yang relatif lama


dibandingkan dengan luas permukaan penampang yang
kecil.
b. Beda temperatur
Semakin besar perbedaan temperatur dari suatu
sistem, maka proses perpindahan panasnya akan
berlangsung dengan cepat dibandingkan jika perbedaan
temperaturnya rendah.
c. Konduktivitas thermal dari material
Material yang dilewati panas juga sangat menentukan
laju perpindahan panas. Semakin besar konduktivitas
thermal suatu material maka laju perpindahan panasnya
semakin lambat. Sedangkan pada material yang lunak laju
perpindahan panasnya akan berlangsung dengan cepat.

I.1.3 Alat yang digunakan dan spesifikasinya


Conditioning of Room Air adalah alat pengujian mesin pendingin
yang berintegrasi langsung dengan sensor pembacaan data yang
dapat ditampilkan melalui komputer. Alat ini terdiri dari
A. Alat-alat utama
1. Fan Centrifugal dengan motornya
2. Sensor temperatur dan kelembaban
3. Evaporator untuk menguapkan refrigeran
4. Kompresor
5. Kondensor
6. Heater untuk memanaskan aliran udara yang masuk ke dalam
section
7. Ketel untuk memanaskan air
8. Pipa inlet
9. Pipa Outlet
10. Saluran outlet
11. Manometer miring dengan pipa karet penghubung
12. Panel Kontrol
13. Panel Data
PERCOBAAN KALIBRASI
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Kalibrasi

I. Tujuan Pengujian
Adapun tujuan dari pengujian Kalibrasi adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengukur akurasi alat pengujian.
2. Untuk mengetahui karakteristik udara dalam kondisi normal.
3. Untuk mengetahui pengaruh pembukaan katup terhadap
karakteristik udara dalam kondisi normal.

II. Prosedur Pengujian


Adapun prosedur dari pengujian Kalibrasi adalah sebagai berikut:
1. Hubungkan alat pengujian ke sumber listrik.
2. Nyalakan alat pengujian.
3. Nyalakan komputer kemudian buka software alat di komputer.
4. Menyalakan fan lalu tunggu beberapa menit hingga putaran fan
stabil.
5. Memulai pengambilan data untuk bukaan 12,5% di software selama
2 menit.
6. Setelah 2 menit, ganti bukaan fan menjadi 25%.
7. Begitupun bukaan katup selanjutnya yaitu pada bukaan fan 37,5%,
50%, 62,5%, 75%, 87,5%, dan 100%.
8. Setelah selesai, hentikan pengambilan data di software.

III. Rumus – rumus yang digunakan


Rumus – rumus yang digunakan pada pengujian kalibrasi ini yaitu :
a. Tekanan uap jenuh pada temperature bola basah (Pv’)
Lihat pada tabel A2 (Stoker) berdasarkan Twb

b. Tekanan parsial uap air (Pv)


(P − Pv′) . (Tdb − Twb ) . (1,8)
Pv = Pv ′ − [ ] (mmHg)
2800 − 1,3 . (1,8 . Tdb + 32)
Dimana :
P = Tekanan atmosfer (mmHg)
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Kalibrasi

c. Rasio kelembaban udara (ω)


𝑃𝑣
𝜔 = 0,622
𝑃 − 𝑃𝑣

d. Kelembaban Relatif (RH)


𝑃𝑣
𝑅𝐻 = × 100%
𝑃𝑠

e. Volume Spesifik Udara (v)


𝑅𝑎 × 𝑇𝑑𝑏
𝑣 =
𝑃 − 𝑃𝑣

f. Densitas Udara (ρ)


1
𝜌 =
𝑣

g. Kecepatan aliran udara (h)

2 × 𝑃𝑛
𝑉𝑢𝑑 = √
𝜌

h. Debit aliran udara (Qud)


𝑄𝑢𝑑 = 𝑉𝑢𝑑 × 𝐴

i. Faktor kalibrasi (K)


𝑉1
𝐾1 =
𝑉2
𝑉2 𝑉3
𝐾2 = ; 𝐾3 =
𝑉3 𝑉4
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Kalibrasi

IV. Analisa Data


IV.1. Tabel Data Pengamatan
Pembukaan Section 1 Section 2 Section 3 Section 4
Katup (%) P1 Twb Tdb P2 Twb Tdb P3 Twb Tdb P4 Twb Tdb
12.5 52 24.319 26.4193 53 24.251 26,351 52 24.329 26.429 53 24.34 26.44

25 51 24.407 26.5072 53 24.241 26.341 52 24.349 26.449 51 24.368 26.468

37.5 50 24.492 26.5921 50 24.372 26.472 48 24.399 26.499 48 24.445 26.545

50 50 24.653 26.914 48 24.532 26.632 48 24.52 26.62 46 24.568 26.668

62.5 49 24.814 27.158 44 24.692 26.792 48 24.66 26.76 46 24.737 26.837

75 48 25.038 27.158 42 24.891 26.991 44 24.841 26.941 43 24.948 27.048

87.5 48 25.242 27.342 39 25.0831 27.1831 41 25.02 27.12 41 25.139 27.239

100 47 25.308 27.408 35 25.213 27.313 35 25.141 27.241 38 25.246 27.346

Keterangan:

Pembukaan Katup (%) Nama


12,5 Alfriandi Kansasi Issan
25 Candra Winata
37,5 I Made Widhi Aditya Pranata
50 Arief Dwi Yulianto Ap
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Kalibrasi
62,5 Muh. Afrisal Arma
75 Muh. Yusuf Ks
87,5 Azizul
100
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Kalibrasi

IV.2 Perhitungan
Pada contoh perhitungan, diambil data untuk pembukaan outle
sebesar 12,5%, dengan data sebagai berikut:
- Tekanan atmosfer (P) : 752 mmHg
- Luas penampang ar duct : 0,105 m2

IV.2.1 Untuk Section 1


Data yang diperoleh:
- Tekanan terukur (P1) : 52 Kpa
- Temperatur Bola Basah (twb) : 24,319 oC
- Temperatur Bola Basah (tdb) : 26,419 oC
1. Tekanan Uap Jenuh pada Temperatur Bola Basah
760
Pv ′ = Pjwb ×
101,325
760
= 3,0351 ×
101,325
= 22,765 mmHg

2. Tekanan parsial uapa air


(P − Pv′) . (Tdb − Twb ) . (1,8)
Pv = Pv ′ − [ ]
2800 − 1,3 . (1,8 . Tdb + 32)
(752 − 22,765) . ( 26,4163 − 24,319) . (1,8)
= 22,765 − [ ]
2800 − 1,3 . (1,8 . 26,4163 + 32)
= 21,7429 mmHg

3. Rasio kelembaban udara


Pv
ω = 0,622
P − Pv
2,8988
= 0,622
101,325 − 2,8988
= 0,0185 kgv/kgda
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Kalibrasi

4. Kelembaban Relatif (RH)


Pv
RH = × 100%
Ps
2,8988
= × 100%
3,4402
= 84,2639%

5. Volume Spesifik Udara (v)


𝑅𝑎 × 𝑇𝑑𝑏
𝑣 =
𝑃 − 𝑃𝑣
0,2871 × 26,4193
=
100,258 − 2,8988
= 0,8829 m3 /kg

6. Densitas Udara (ρ)


1
𝜌 =
𝑣
1
=
0,8829
= 1,1326 kg/m3

7. Kecepatan aliran udara (h)

2 × 𝑃𝑛
𝑉𝑢𝑑 = √
𝜌

2 × 6,9328
=√
1,1326

= 3,4989 m/s

8. Debit aliran udara (Qud)


𝑄𝑢𝑑 = 𝑉𝑢𝑑 × 𝐴
= 3,4989 × 0,1050
= 0,3674 m3 /s
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Kalibrasi

IV.2.2 Untuk Section 2


Data yang diperoleh:
- Tekanan terukur (P1) : 53 Kpa
- Temperatur Bola Basah (twb) : 24,251 oC
- Temperatur Bola Basah (tdb) : 26,351 oC

1. Tekanan Uap Jenuh pada Temperatur Bola Basah


760
Pv ′ = Pjwb
101,325
760
= 3,0219 ×
101,325
= 22,6664 mmHg

2. Tekanan parsial uapa air


(P − Pv′) . (Tdb − Twb ) . (1,8)
Pv = Pv ′ − [ ]
2800 − 1,3 . (1,8 . Tdb + 32)
(752 − 22,6664) . ( 26,351 − 24,251) . (1,8)
= 22,6664 − [ ]
2800 − 1,3 . (1,8 . 26,351 + 32)
= 21,6644 mmHg
= 2,8884 Kpa

3. Rasio kelembaban udara


Pv
ω = 0,622
P − Pv
2,8884
= 0,622
100,258 − 2,8884
= 0,0185

4. Kelembaban Relatif (RH)


Pv
RH = × 100%
Ps
2,8884
= × 100%
3,4255
= 84,3192 %
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Kalibrasi

5. Volume Spesifik Udara (v)


𝑅𝑎 × 𝑇𝑑𝑏
𝑣 =
𝑃 − 𝑃𝑣
0,2871 × 26,351
=
100,258 − 2,8884
= 0,8826 m3 /kg

6. Densitas Udara (ρ)


1
𝜌 =
𝑣
1
=
0,8826
= 1,130 kg/m3

7. Kecepatan aliran udara (h)

2 × 𝑃𝑛
𝑉𝑢𝑑 = √
𝜌

2 × 7,0661
=√
1,130

= 3,5318 kg/m3

8. Debit aliran udara (Qud)


Q ud = Vud × A
= 3,5318 × 0,1050
= 0,3708 m3 /s

9. Faktor kalibrasi (K)


V1
K1 =
V2
0,8829
=
0,8826
= 1,0003
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Kalibrasi

IV.2.3 Untuk Section 3


Data yang diperoleh:
- Tekanan terukur (P1) : 52 Kpa
- Temperatur Bola Basah (twb) : 24,329 oC
- Temperatur Bola Basah (tdb) : 26,429 oC

1. Tekanan Uap Jenuh pada Temperatur Bola Basah


760
Pv ′ = Pjwb
101,325
760
= 3,0371 ×
101,325
= 22,7798 mmHg

2. Tekanan parsial uapa air


(P − Pv′) . (Tdb − Twb ) . (1,8)
Pv = Pv ′ − [ ]
2800 − 1,3 . (1,8 . Tdb + 32)
(752 − 22,7798 ) . (26,429 − 24,329) . (1,8)
= 22,7798 − [ ]
2800 − 1,3 . (1,8 . 26,429 + 32)
= 21,7781 mmHg
= 2,9035 Kpa

3. Rasio kelembaban udara


Pv
ω = 0,622
P − Pv
2,9035
= 0,622
100,258 − 2,9035
= 0,0186 kgv/kgda

4. Kelembaban Relatif (RH)


Pv
RH = × 100%
Ps
2,9035
= × 100%
3,422
= 84,3490 %
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Kalibrasi

5. Volume Spesifik Udara (v)


R a × Tdb
v=
P − Pv
0,2871 × 26,429
=
100,258 − 2,9035
= 0,8830 m3 /kg

6. Densitas Udara (ρ)


1
𝜌 =
𝑣
1
=
0,8830
= 1,1325 kg/m3

7. Kecepatan aliran udara (h)

2 × Pn
Vud = √
ρ

2 × 6,9328
=√
1,1325

= 3,4991 m/s

8. Debit aliran udara (Qud)


𝑄𝑢𝑑 = 𝑉𝑢𝑑 × 𝐴
= 3,4991 × 0,1050
= 0,3674 m3 /s

9. Faktor kalibrasi (K)


𝑉2
𝐾2 =
𝑉3
0,8826
=
0,8830
= 0,999
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Kalibrasi

IV.2.4 Untuk Section 4


Data yang diperoleh:
- Tekanan terukur (P1) : 1,128 Kpa
- Temperatur Bola Basah (twb) : 26,44 oC
- Temperatur Bola Basah (tdb) : 24,34 oC

1. Tekanan Uap Jenuh pada Temperatur Bola Basah


760
Pv ′ = Pjwb ×
101,325
760
= 3,0392 ×
101,325
= 22,7958 mmHg

2. Tekanan parsial uapa air


(P − Pv′) . (Tdb − Twb ) . (1,8)
Pv = Pv ′ − [ ]
2800 − 1,3 . (1,8 . Tdb + 32)
(752 − 22,7958) . ( 26,44 − 24,34 ) . (1,8)
= 22,7958 − [ ]
2800 − 1,3 . (1,8 . 26,44 + 32)
= 2,9056Kpa

3. Rasio kelembaban udara


Pv
ω = 0,622
P − Pv
2,9056
= 0,622
100,258 − 2,9056
= 0,0186 kgv/kgda

4. Kelembaban Relatif (RH)


Pv
RH = × 100%
Ps
2,9056
= × 100%
3,4446
= 84,3532%
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Kalibrasi

5. Volume Spesifik Udara (v)


𝑅𝑎 × 𝑇𝑑𝑏
𝑣 =
𝑃 − 𝑃𝑣
0,2871 × 26,44
=
100,258 − 2,9056
= 0,8831/kg

6. Densitas Udara (ρ)


1
𝜌 =
𝑣
1
=
0,8831
= 1,132 kg/m3

7. Kecepatan aliran udara (h)

2 × 𝑃𝑛
𝑉𝑢𝑑 = √
𝜌

2 × 7,0661
=√
1,1324

= 3,5327 m/s

8. Debit aliran udara (Qud)


𝑄𝑢𝑑 = 𝑉𝑢𝑑 × 𝐴
= 3,5327 × 0,1050
= 0,3709 m3 /s

9. Faktor kalibrasi (K)


𝑉3
𝐾4 =
𝑉4
0,8830
=
0,8831
= 0,999
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Kalibrasi

IV.3 Tabel Hasil Perhitungan


IV.3.1. Section I
Section 1
PK (%) Pv' Pv (mmHg) Pv (kPa) ω RH Pn v ρ Vud Qud
12.5 22.7653 21.7429 2.8988 0.0185 84.2639 6.9328 0.8829 1.1326 3.4989 0.3674
25 22.8932 21.8710 2.9159 0.0186 84.2976 6.7994 0.8834 1.1320 3.4659 0.3639
37.5 23.0168 21.9947 2.9324 0.0187 84.3298 6.6661 0.8838 1.1315 3.4326 0.3604
50 23.2508 22.1505 2.9532 0.0189 83.2712 6.6661 0.8849 1.1301 3.4348 0.3607
62.5 23.4848 22.3442 2.9790 0.0190 82.7763 6.5328 0.8859 1.1289 3.4021 0.3572
75 23.8104 22.7793 3.0370 0.0194 84.3881 6.3995 0.8864 1.1282 3.3682 0.3537
87.5 24.1070 23.0858 3.0779 0.0197 84.5946 6.3995 0.8873 1.1270 3.3699 0.3538
100 24.2029 23.1818 3.0907 0.0198 84.6167 6.2662 0.8876 1.1266 3.3352 0.3502

IV.3.2. Section II
Section 2
Pv
PK (%) Pv' Pv (kPa) ω RH Pn v ρ Vud Qud K1
(mmHg)
12.5 22.7653 21.7429 2.8884 0.0185 84.3192 7.0661 0.8826 1.1330 3.5318 0.3708 1.0003
25 22.8932 21.8710 2.8864 0.0184 84.3155 7.0661 0.8826 1.1330 3.5317 0.3708 1.0009
37.5 23.0168 21.9947 2.9118 0.0186 84.3647 6.6661 0.8832 1.1322 3.4315 0.3603 1.0006
50 23.2508 22.1505 2.9429 0.0188 84.4237 6.3995 0.8840 1.1313 3.3636 0.3532 1.0010
62.5 23.4848 22.3442 2.9739 0.0190 84.4816 5.8662 0.8847 1.1303 3.2218 0.3383 1.0013
75 23.8104 22.7793 3.0126 0.0193 84.5520 5.5995 0.8857 1.1291 3.1494 0.3307 1.0008
87.5 24.1070 23.0858 3.0498 0.0195 84.6184 5.1996 0.8866 1.1279 3.0364 0.3188 1.0008
100 24.2029 23.1818 3.0753 0.0197 84.6684 4.6663 0.8872 1.1272 2.8775 0.3021 1.0005
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Kalibrasi

IV.3.3. Section IV
Section 3
PK (%) Pv' Pv (mmHg) Pv (kPa) ω RH Pn v ρ Vud Qud K2
12.5 22.7798 21.7781 2.9035 0.0186 84.3490 6.9328 0.8830 1.1325 3.4991 0.3674 0.9996
25 22.8089 21.8072 2.9074 0.0186 84.3564 6.9328 0.8831 1.1324 3.4993 0.3674 0.9994
37.5 22.8816 21.8799 2.9171 0.0186 84.3750 6.3995 0.8833 1.1321 3.3624 0.3531 0.9999
50 23.0575 22.0560 2.9406 0.0188 84.4195 6.3995 0.8839 1.1313 3.3635 0.3532 1.0001
62.5 23.2610 22.2598 2.9677 0.0190 84.4702 6.3995 0.8846 1.1305 3.3648 0.3533 1.0002
75 23.5241 22.5232 3.0028 0.0192 84.5343 5.8662 0.8854 1.1294 3.2231 0.3384 1.0003
87.5 23.7843 22.7837 3.0376 0.0194 84.5964 5.4662 0.8863 1.1283 3.1127 0.3268 1.0003
100 23.9602 22.9599 3.0611 0.0196 84.6377 4.6663 0.8868 1.1276 2.8769 0.3021 1.0004

IV.3.4 Section IV

Section 4
PK (%) Pv' Pv (mmHg) Pv (kPa) ω RH Pn v ρ Vud Qud K3
12.5 22.7958 21.7941 2.9056 0.0186 84.3532 7.0661 0.8831 1.1324 3.5327 0.3709 0.9999
25 22.7117 21.7098 2.8944 0.0185 84.2922 6.7994 0.8830 1.1324 3.4653 0.3639 1.0001
37.5 22.6225 21.6205 2.8825 0.0184 84.2296 6.3995 0.8832 1.1323 3.3621 0.3530 1.0002
50 22.5375 21.5354 2.8711 0.0183 84.1708 6.1328 0.8834 1.1320 3.2918 0.3456 1.0006
62.5 22.4464 21.4442 2.8590 0.0183 84.0772 6.1328 0.8838 1.1315 3.2925 0.3457 1.0009
75 22.3640 21.3615 2.8480 0.0182 139.7068 5.7329 0.8843 1.1308 3.1843 0.3343 1.0012
87.5 22.1634 21.1606 2.8212 0.0180 53.0938 5.4662 0.8847 1.1304 3.1099 0.3265 1.0018
100 7.8753 6.8529 0.9136 0.0057 28.8931 5.0663 0.8680 1.1521 2.9656 0.3114 1.0217
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Kalibrasi

Keterangan:

Pembukaan Katup (%) Nama


12,5 Alfriandi Kansasi Issan
25 Candra Winata
37,5 I Made Widhi Aditya Pranata
50 Arief Dwi Yulianto Ap
62,5 Muh. Afrisal Arma
75 Muh. Yusuf Ks
87,5 Azizul
100
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Kalibrasi

V Pembahasan
V.1 Pembahasan Umum

Pengkondisian udara adalah usaha untuk mentreatmen/ memperlakukan


udara sesuai kondisi yang diingankan atau ditargetkan. Pada umumnya
udara dikondisikan untuk mengontrol temperatur dari udara dalam suatu
ruangan dan juga untuk mengontrol tingkat kelembaban udara dalam
ruangan. Selain itu kebersihan udara, kecepatan dan distribusinya di
dalam ruangan yang dikondisikan juga merupakan factor yang tidak
kalah pentingnya. Bila pengkondisian udara ini ditujukan untuk
kenyamanan penghuninya maka konsentrasi oksidasi oksigen juga
merupakan factor yang tidak bisa dilupakan. Pada gambar di atas
terlihat siklus pengkondisian udara dimana udara dari ruangan berupa
udara segar (masi memiliki campuran uap air) yang mengalir keluar
dan tercampur pada ruang pencampurang dengan udara kering lalu
mengalir ke coil pendingin sebagai udara campuran dan keluar
sebagai udara campuran kemudian masuk ke blower dan keluar
menjadi udara segar untuk mengkondisikan suhu ruangan tergantung
pada kegunaan dan kenginan dari pengguna ruangan.
Berikut Penerapan Dari Pengondisian Udara:
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Kalibrasi

1. Pengkondisian udara untuk industri


Pada industri terdapat banyak benda yang dapat
menimbulkan panas seperti mesin-mesin, peralatan komputer,
dan jumlah karyawan Pipa Udara ruangan yang banyak. Hal ini
dapat menyebabkan kondisi lingkungan yang tidak segar, kotor
dan lembab. Kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan
peralatan cepat korosi atau berkarat. Untuk peralatan komputer
yang beroperasi pada temperatur di atas normal dapat
menimbulakn kerusakan. Pemasangan pengkondisi udara
menjadi penting sehingga temperatur dan kelembaban dapat
datur.

2. Pengkondisian udara untuk Laboratorium


Peralatan-peralatan pada laboratorium biasannya harus besih
dan higines, tidak boleh terkontaminasi dengan penyakit dan
kotoran. Kelembaban udara harus dijaga pada kondisi dimana
orang yang bekerja merasa nyaman dan juga menjamin tidak
terjadi kondisi dimana kelembaban cocok untuk perkembangan
jamur atau penyebab penyakit lainnya. Kebutuhan pengkondisi
udara juga disesuaikan dengan fungsinya. Misalkan untuk
pengujian peralatan yang akan beropersi suhu rendah hingga
mines 20oC.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Kalibrasi

V.2. Pembahasan Khusus


V.2.1 Pembukaan Katup Terhadap Tekanan Uap Jenuh

Pembukaan Katup (%) vs Tekanan Uap Jenuh (Pv')


30.0000

25.0000

20.0000
Pv'

15.0000

10.0000

5.0000

0.0000
0 20 40 60 80 100 120
Pembukaan Katup
Section 1 Section 2 Section 3 Section 4

Pada Grafik diatas menunjukkan hubungan antara pembukaan


katup terhadap tekanan uap jenuh. Pada grafik section 1, section 2,
dan section 3 menunjukkan nilai yang hampir sama dengan nilai
pv’ yang hampir kosnstan pada tiap bukaan katup dan juga dapat
dilihat bahwa semakin tinggi pembukaan katup maka tekanan uap
yang terjadi juga semakin tinggi, dengan demikian hubungan
pembukaan katup dengan tekanan uap jenuh berbanding lurus
sesuai dengan hasil perhitungan dan juga tampilan grafik. Kenaikan
tekanan uap yang terjadi dipengaruhi oleh pembukaan katup dan
temperature bola basah, dimana semakin besar pembukaan katup,
maka temperature bola basah akan meningkat dan akan
menyebabkan kenaikan pada tekanan uap jenuh. Namun, pada
pembukaan katub 75%, 87,5%, dan 100% menunjukkan grafik yang
mengalami ketidakstabilan nilai tekanan uap jenuh disebabkan
faktor pengambilan data yang kurang tepat.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Kalibrasi

V.2.2 Pembukaan Katup Terhadap Tekanan Parsial Uap Air

Pembukaan Katup (%) vs Tekanan Parsial Uap Air (Pv)


3.500000
3.00000
2.500000
2.00000
Pv

1.500000
1.00000
.500000
.00000
0 20 40 60 80 100 120
Pembukaan Katup

Section 1 Section 2 Section 3 Section 4

Pada Grafik hubungan antara pembukaan katup dan juga


tekanan parsial uap air dapat dilihat bahwa semakin tinggi
pembukaan katup maka tekanan parsial uap air yang terjadi juga
semakin tinggi, dengan demikian hubungan pembukaan katup
dengan tekanan parsial uap air berbanding lurus sesuai dengan hasil
perhitungan dan juga tampilan grafik. Kenaikan tekanan parsial uap
air yang terjadi dipengaruhi oleh pembukaan katup dan temperature
bola basah, dimana semakin besar pembukaan katup, maka
temperature bola basah akan meningkat dan akan menyebabkan
kenaikan pada tekanan parsial uap air. Namun, pada pembukaan
katub 75%, 87,5%, dan 100% menunjukkan grafik yang mengalami
ketidakstabilan nilai tekanan parsial uap air disebabkan faktor
pengambilan data yang kurang tepat.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Kalibrasi

V.2.3 Pembukaan Katup Terhadap Kelembaban Udara

Pembukaan Katup (%) vs Rasio Kelembaman


Udara ()
0.0250
0.0200
0.0150

0.0100
0.0050
0.0000
0 20 40 60 80 100 120
Pembukaan Katup

Section 1 Section 2 Section 3 Section 4

Pada Grafik hubungan antara pembukaan katup dan juga rasio


kelembapan udara dapat dilihat bahwa semakin tinggi pembukaan
katup maka rasio kelembapan udara yang terjadi juga semakin tinggi,
dengan demikian hubungan pembukaan katup dengan rasio
kelembapan udara berbanding lurus sesuai dengan hasil
perhitungan dan juga tampilan grafik. Kenaikan rasio kelembaman
udara yang terjadi dipengaruhi oleh tekanan parsial uap air, dimana
semakin besar pembukaan katup, maka tekanan parsial uap air akan
meningkat dan akan menyebabkan kenaikan pada rasio
kelembaman udara. Namun, pada pembukaan katub 75%, 87,5%,
dan 100% menunjukkan grafik yang mengalami ketidakstabilan nilai
rasio kelembapan udara disebabkan faktor pengambilan data yang
kurang tepat.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Kalibrasi

V.2.4 Pembukaan Katup Terhadap Kelembaban Relatif

Pembukaan Katup (%) vs Rasio Kelembaman


Udara ()
0.0250
0.0200
0.0150

0.0100
0.0050
0.0000
0 20 40 60 80 100 120
Pembukaan Katup

Section 1 Section 2 Section 3 Section 4

Pada Grafik hubungan antara pembukaan katup dan juga


kelembapan relatif dapat dilihat bahwa semakin tinggi pembukaan
katup maka kelembapan relatif yang terjadi juga semakin tinggi,
dengan demikian hubungan pembukaan katup dengan kelembapan
relatif berbanding lurus sesuai dengan hasil perhitungan dan juga
tampilan grafik. Besarnya nilai kelembaman relatif yang terjadi
dipengaruhi oleh tekanan uap jenuh dan tekanan parsial uap air,
dimana semakin besar selisih tekanan uap jenuh dan tekanan
parsial uap air, maka kelembaman relatif akan semakin besar.
Namun terjadi ketidakstabilan grafik nilai kelembapan relatif
disebabkan faktor pengambilan data yang kurang tepat.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Kalibrasi

V.2.5 Pembukaan Katup Terhadap Volume Spesifik

Pembukaan Katup (%) vs Volume Spesifik


Udara (v)
.8950000
.8900000
.8850000
.8800000
v

.8750000
.8700000
.8650000
0 20 40 60 80 100 120
Pembukaan Katup

Section 1 Section 2 Section 3 Section 4

Pada Grafik hubungan antara pembukaan katup dan juga volume


spesifik udara dapat dilihat bahwa semakin tinggi pembukaan katup
maka volume spesifik udara yang terjadi juga semakin tinggi,
dengan demikian hubungan pembukaan katup dengan
volumespesifik udara berbanding lurus sesuai dengan hasil
perhitungan dan juga tampilan grafik. Kenaikan volume spesifik
udara yang terjadi dipengaruhi oleh temperature bola kering,
dimana semakin besar pembukaan katup, maka temperature bola
kering juga akan meningkat dan akan menyebabkan kenaikan pada
volume spesifik udara. Namun pada pembukaan katub 75%,
87,5%, dan 100% menunjukkan grafik yang mengalami penurunan
nilai volume spesifik udara disebabkan faktor pengambilan data
yang kurang tepat.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Kalibrasi

V.2.6 Pembukaan Katup Terhadap Densitas Udara

Pembukaan Katup (%) vs Densitas Udara ()


1.200000
1.00000
.800000
.600000

.400000
.200000
.00000
0 20 40 60 80 100 120
Pembukaan Katup

Section 1 Section 2 Section 3 Section 4

Pada Grafik hubungan antara pembukaan katup dan juga


densitas udara dapatdilihat bahwa semakin tinggi pembukaan
katup maka densitas udara yang terjadi juga semakin turun, dengan
demikian hubungan pembukaan katup dengan densitas udara
berbanding terbalik sesuai dengan hasil perhitungan dan juga
tampilan grafik. Penurunan densitas udara yang terjadi dipengaruhi
oleh volume spesifik udara, dimana semakin besar pembukaan
katup, maka volume spesifik udara juga akan meningkat dan akan
menyebabkan penurunan pada densitas udara. Namun pada grafik
nilai densitas udara menunjukkan ketidakstabilan seiring
bertambahnya pembukaan katub namun dari nilai yang dihasilkan
hampir signifikan sehingga dapat dismpulkan bahwa grafik
hubungan angtara pembukaan katup dan densitas udara konstan.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Kalibrasi

VI. Kesimpulan
1. Mengatur akurasi alat pengujian sangat penting karena dapat
menjaga kondisi alat pengujian tetap sesuai spesifikasinya.
2. Karakteristik udara pada kondisi normal yakni memiliki rasio
kelembaban yang meningkat, namun kelembaban relatifnya naik
turun/fluktuatif. Dari segi densitas udara, nilainya semakin
meningkat.
3. Pembukaan katup sangat berpengaruh pada karakteristik udara
dalam kondisi normal. Dapat dilihat bahwa pada tekanan uap jenuh,
rasio kelembaban, volume spesifik, densitas udara, dan kecepatan
aliran udara nilainya berbanding lurus dengan pembukaan katup.
Namun, berbeda pada kelembaban relatif yang nilainya fluktuatif
terhadap pembukaan katup dan pada debit aliran udara nilainya
berbanding terbalik dengan pembukaan katup.
PERCOBAAN PEMANASAN
UDARA ATMOSFER
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Atmosfir

I. Tujuan Pengujian
Adapun tujuan dari pengujian Pemanasaan Udara Atmosfer
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui karakteristik udara pada kondisi pemanasan
pada udara atmosfer.
2. Untuk mengetahui pengaruh pembukaan katup terhadap
karakteristik udara pada kondisi udara pemanasan atmosfer.

II. Prosedur Pengujian


Adapun prosedur dari pengujian Pemanasan Udara Atmosfer
adalah sebagai berikut :
1. Hubungkan alat pengujian ke sumber listrik.
2. Nyalakan alat pengujian.
3. Nyalakan komputer kemudian buka software alat di komputer.
4. Menyalakan fan lalu tunggu sekitar 2 menit hingga putaran fan
stabil.
5. Kemudian nyalakan pre-heater dengan memutar knob ke arah 1
kW.
6. Memulai pengambilan data untuk bukaan 12,5% di software.
7. Setelah 2 menit, ganti bukaan fan menjadi 25%.
8. Ganti bukaan fan menjadi 37,5%, 50%, 62,5%, 75%, 87,5%, dan
100% dengan interval waktu 2 menit.
9. Setelah selesai, hentikan pengambilan data di software.

III. Rumus – rumus yang digunakan


Rumus-rumus yang digunakan dalam pengujian ini yaitu:
1. Tekanan uap jenuh pada temperatur bola basah (Pv’)

760
Pv ′ = Pjwb × (mmHg)
101,325
Dimana :
Pjwb = Tekanan jenuh uap air pada T wb, lihat di tabel A-2
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Atmosfir

2. Tekanan parsial uap air (Pv)


(P − Pv ′ ) . (Tdb − Twb ) . (1,8)
Pv = Pv ′ − [ ] (mmHg)
2800 − 1,3 . (1,8 . Tdb + 32)
Dimana :

P = Tekanan atmosfer 752 mmHg.

3. Rasio kelembaban udara (ω)


Pv
ω = 0,622 (kgv/kgda)
P − Pv

4. Kelembaban Relatif (RH)


Pv
RH = × 100% (%)
Ps
Dimana:
Ps = Tekanan jenuh uap air pada T db, lihat di tabel A-2 (Stoecker).

5. Volume spesifik udara (v)


𝑅𝑎 × 𝑡𝑡𝑏 m3
𝑣= ( )
𝑃 − 𝑃𝑣 kg
Dimana :
Ra = Konstanta gas untuk udara kering
= 0,2871 kJ/kg
Pa = P-Pv (kPa)

6. Densitas Udara (𝜌)


1 kg
𝜌= ( )
𝑣 m3

7. Enthalphy Udara (h)


kJ
h = 1,005 × t db + ω × (2500 + 1,88 × t db ) ( )
kg
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Atmosfir

Perhitungan Karakteristik Pemanasan


1. Laju aliran massa udara (ma)
ma = Qv × ρ (kg/s)
Dimana :
Qv = Laju aliran volumetric udara (m3/s)
𝑉𝑢𝑑3 ×𝐴×𝑘2 +𝑉𝑢𝑑4 ×𝐴×𝑘3
=
2
k = Faktor kalibrasi

𝜌3 +𝜌2
𝜌 =
2

𝜌2 = Massa jenis udara sebelum evaporator (kg/m3)


𝜌3 = Massa jenis udara setelah evaporataor (kg/m 3)

2. Kapasitas udara suplai (cmm)


1
cmm = ma × ρ × 60 (m3/menit)

Dimana :

𝜌 = Massa jenis udara setelah evaporator (kg/m3)

3. Kalor yang diserap udara dari heater (Qud)


𝑄𝑢𝑑 = 𝑚𝑎 × (ℎ4 − ℎ3 ) (kW)
Dimana :

ℎ3 = Entalpi sebelum heater

ℎ4 = Entalpi sesudah heater

4. Efektifitas heater (E)

𝑄𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝐸= (%)
𝑄ℎ𝑒𝑎𝑡𝑒𝑟

Dimana :
Q_heater = 0,5 kW dan 1 kW
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Atmosfir

IV. Analisa Data

IV.1. Tabel Data Pengamatan


Temperatur Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Sesudah Evaporator
Heater Twb Tdb Twb Tdb Twb Tdb
13.616 25.068 27.168 25.068 27.168 26.362 28.462
20.634 25.068 27.168 25.068 27.168 27.7 29.8
23.569 25.092 27.192 25.092 27.192 27.601 29.701
23.475 25.118 27.218 25.118 27.218 27.325 29.425
24.153 25.118 27.218 25.118 27.218 27.028 29.128
24.209 25.087 27.187 25.087 27.187 26.815 28.915
24.359 25.103 27.203 25.103 27.203 26.726 28.826
24.39 25.096 27.196 25.096 27.196 26.707 28.807

Keterangan:

Pembukaan Katup (%) Nama


12,5 Alfriandi Kansasi Issan
25 Candra Winata
37,5 I Made Widhi Aditya Pranata
50 Arief Dwi Yulianto Ap
62,5 Muh. Afrisal Arma
75 Muh. Yusuf Ks
87,5 Azizul
100
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Atmosfir

IV.2 Analisa Data dan Perhitungan


Pada contoh perhitungan, diambil data untuk pembukaan outlet sebesar
12,5, dengan data sebagai berikut :
- Heater = 1000 W
- Tekanan atmosfir (P) = 752 mmHg
- Luas penampang air duct = 0,105 m2

IV.2.1 Kondisi Ruangan


Data yang diperoleh :
- Temperatur bola basah (twb) = 25,068 oC
- Temperatur bola kering (tdb) = 28,262 oC

1. Tekanan Uap Jenuh pada Temperatur Bola Basah


760
Pv ′ = Pjwb ×
101,325
760
= 3,394 ×
101,325
= 25,457 mmHg

2. Tekanan parsial uapa air


(P − Pv′) . (Tdb − Twb ) . (1,8)
Pv = Pv ′ − [ ]
2800 − 1,3 . (1,8 . Tdb + 32)
(752 − 23,7827) . ( 27,168 − 25,068) . (1,8)
= 23,7827 − [ ]
2800 − 1,3 . (1,8 . 27,168 + 32)
= 3,0346 Kpa

3. Rasio kelembaban udara


Pv
ω = 0,622
P − Pv
3,0346
= 0,622
101,325 − 3,0346
= 0,0209 kgv/kgda
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Atmosfir

4. Kelembaban Relatif (RH)


Pv
RH = × 100%
Ps
3,0346
= × 100%
3,5981
= 84,4858%

5. Volume Spesifik Udara (v)


𝑅𝑎 × 𝑇𝑑𝑏
𝑣 =
𝑃 − 𝑃𝑣
0,2871 × 27,168
=
100,258 − 3,0346
= 0,8864 m3 /kg

6. Densitas Udara (ρ)


1
𝜌 =
𝑣
1
=
0,8864
= 82 kg/m3

7. Enthalpy Udara (h)


h = 1,005 . Tdb + ω (2500 + 1,88 . Tdb )
= 1,005 . Tdb + ω (2500 + 1,88 . Tdb )
= 76,8307 kj/kg

IV.2.3 Kondisi Sebelum Heater


Data yang diperoleh:
- Temperatur bola basah (twb) = 25,068oC
- Temperatur bola kering (tdb) = 27,168oC
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Atmosfir

1. Tekanan Uap Jenuh pada Temperatur Bola Basah


760
Pv ′ = 3,394 ×
101,325
760
= 3,394 ×
101,325
= 23,7827 mmHg

2. Tekanan parsial uapa air


(P − Pv′) . (Tdb − Twb ) . (1,8)
Pv = Pv ′ − [ ]
2800 − 1,3 . (1,8 . Tdb + 32)
(752 − 23,7827) . ( 27,168 − 25,068) . (1,8)
= 23,7827 − [ ]
2800 − 1,3 . (1,8 . 27,168 + 32)
= 3,0346 Kpa

3. Rasio kelembaban udara


Pv
ω = 0,622
P − Pv
3,0346
= 0,622
101,325 − 3,0346
= 12,5 kgv/kgda

4. Kelembaban Relatif (RH)


Pv
RH = × 100%
Ps
3,0346
= × 100%
3,839
= 84,868 %

5. Volume Spesifik Udara (v)


𝑅𝑎 × 𝑇𝑑𝑏
𝑣 =
𝑃 − 𝑃𝑣
0,2871 × 27,168
=
100,258 − 3,0346
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Atmosfir

= 12,5 m3 /kg
6. Densitas Udara (ρ)
1
𝜌 =
𝑣
1
=
0,8917
= 1,121 kg/m3

7. Enthalpy Udara (h)


h = 1,005 . Tdb + ω (2500 + 1,88 . Tdb )
= 1,005 . 12,5 + 12,5 (2500 + 1,88 . 12,5 )
= 81,741 kJ/kg

IV.2.3 Kondisi Setelah Heater


Data yang diperoleh :
- Temperatur bola basah (twb) = 25,068oC
- Temperatur bola kering (tdb) = 27,168oC

1. Tekanan Uap Jenuh pada Temperatur Bola Basah


760
Pv ′ = Pjwb ×
101,325
760
= 6,012 ×
101,325
= 45,095 mmHg

2. Tekanan parsial uapa air


(P − Pv′) . (Tdb − Twb ) . (1,8)
Pv = Pv ′ − [ ]
2800 − 1,3 . (1,8 . Tdb + 32)
(752 − 45,095) . ( 38,309 − 36,209) . (1,8)
= 45,095 − [ ]
2800 − 1,3 . (1,8 . 38,309 + 32)
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Atmosfir

= 5,879 Kpa
3. Rasio kelembaban udara
Pv
ω = 0,622
P − Pv
5,879
= 0,622
101,325 − 5,879
= 0,039 kgv/kgda

4. Kelembaban Relatif (RH)


Pv
RH = × 100%
Ps
5,879
= × 100%
6,740
= 87,221%

5. Volume Spesifik Udara (v)


𝑅𝑎 × 𝑇𝑑𝑏
𝑣 =
𝑃 − 𝑃𝑣
0,2871 × 38,309
=
100,258 − 5,879
= 0,947 m3 /kg

6. Densitas Udara (ρ)


1
𝜌 =
𝑣
1
=
0,8917
= 138,147 kg/m3
7. Enthalpy Udara (h)
h = 1,005 . Tdb + ω (2500 + 1,88 . Tdb )
= 1,005 . 38,309 + 0,0209 (2500 + 1,88 . 27,168 )
= 138,147 kJ/kg
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Atmosfir

IV.2.4 Perhitungan Karakterisasi Udara


1. Laju Aliran Massa Udara
Vud3 . A . K 3 + Vud4 . A . K 4
Qv =
2
3,506. 0,105 . 1,000 + 3,540. 0105, . 1,000
=
2
= 0,370 m3 /s

𝑚𝑎 = 𝑄𝑣 × 𝜌
= 0,370 × 𝜌
= 0,391 kg/s

2. Kapasitas Udara Suplai (Cmm)


1
Cmm = ma × × 60
ρ
1
= 0,391 × × 60
12,5
m3
= 22,199
s

3. Kalor yang diserap Udara dari heater (Qud)


Qud = ma . (ℎ4 − ℎ3 )
= 0,391 . (137,640 − 138,147)
= 21,932 Kw

4. Efektifitas Heater (E)


𝑄𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
E =
𝑄ℎ𝑒𝑎𝑡𝑒𝑟
21,932
=
1
= 21,932%
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Atmosfir
IV.3. Tabel Hasil Perhitungan
IV.3.1. Kondisi Ruangan
Pembukaan Katup Pv' Pv Pv (kPa) ω RH v ρ h
12,5 25.4567 24.4366 3.2579 0.0209 84.8676 0.8917 1.1215 81.7410
25 25.5158 24.4957 3.2658 0.0209 84.8802 0.8919 1.1213 81.9147
37,5 25.5935 24.5735 3.2762 0.0210 84.8966 0.8921 1.1209 82.1433
50 25.7194 24.6996 3.2930 0.0211 84.9231 0.8925 1.1204 82.5138
62,5 25.8989 24.8792 3.3170 0.0213 84.9604 0.8931 1.1197 83.0421
75 26.0795 25.0599 3.3410 0.0214 84.9974 0.8936 1.1190 83.5738
87,5 26.1131 25.0936 3.3455 0.0215 85.0043 0.8937 1.1189 83.6729
100 26.1101 25.0905 3.3451 0.0215 85.0036 0.8937 1.1189 83.6639

IV.3.2. Sebelum Heater


Pembukaan Katup Pv' Pv Pv kPa ω RH v ρ h
12,5 25.4567 24.4366 3.2579 0.0209 84.8676 0.8917 1.1215 81.7410
25 25.5158 24.4957 3.2658 0.0209 84.8802 0.8919 1.1213 81.9147
37,5 25.5935 24.5735 3.2762 0.0210 84.8966 0.8921 1.1209 82.1433
50 25.7194 24.6996 3.2930 0.0211 84.9231 0.8925 1.1204 82.5138
62,5 25.8989 24.8792 3.3170 0.0213 84.9604 0.8931 1.1197 83.0421
75 26.0795 25.0599 3.3410 0.0214 84.9974 0.8936 1.1190 83.5738
87,5 26.1131 25.0936 3.3455 0.0215 85.0043 0.8937 1.1189 83.6729
100 26.1101 25.0905 3.3451 0.0215 85.0036 0.8937 1.1189 83.6639
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Atmosfir
IV.3.3. Setelah Heater
Pembukaan Katup Pv' Pv Pv kPa ω RH v ρ h
12,5 45.0947 44.0934 5.8786 0.0387 87.2214 0.9470 1.0560 138.1472
25 43.3235 42.3204 5.6423 0.0371 87.0885 0.9424 1.0611 133.1157
37,5 39.7715 38.7649 5.1682 0.0338 87.4281 0.9327 1.0722 122.8798
50 37.6573 36.6488 4.8861 0.0319 89.0030 0.9259 1.0800 116.4941
62,5 35.7594 34.7495 4.6329 0.0301 87.3545 0.9192 1.0880 110.5277
75 32.4964 31.4825 4.1973 0.0272 83.8381 0.9129 1.0954 102.2233
87,5 32.0660 31.0517 4.1399 0.0268 84.8269 0.9117 1.0969 100.9873
100 31.8716 30.8571 4.1139 0.0266 85.2905 0.9111 1.0975 100.4295

IV.3.4. Karakteristik Udara


Qv ma Cmm Qud E
0.3700 0.3907 22.1988 21.9320 21.9320
0.3665 0.3889 21.9922 19.8205 19.8205
0.3539 0.3795 21.2354 15.1230 15.1230
0.3500 0.3780 21.0020 11.9130 11.9130
0.3500 0.3808 20.9982 8.6813 8.6813
0.3367 0.3688 20.1992 6.8465 6.8465
0.3268 0.3584 19.6078 6.1782 6.1782
0.3068 0.3368 18.4100 5.6200 5.6200
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Atmosfir
Keterangan:

Pembukaan Katup (%) Nama


12,5 Alfriandi Kansasi Issan
25 Candra Winata
37,5 I Made Widhi Aditya Pranata
50 Arief Dwi Yulianto Ap
62,5 Muh. Afrisal Arma
75 Muh. Yusuf Ks
87,5 Azizul
100
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Atmosfir

VI Pembahasan
V.2 Pembahasan Umum

Pengkondisian udara adalah usaha untuk mentreatmen/


memperlakukan udara sesuai kondisi yang diingankan atau
ditargetkan. Pada umumnya udara dikondisikan untuk mengontrol
temperatur dari udara dalam suatu ruangan dan juga untuk
mengontrol tingkat kelembaban udara dalam ruangan. Selain itu
kebersihan udara, kecepatan dan distribusinya di dalam ruangan yang
dikondisikan juga merupakan factor yang tidak kalah pentingnya. Bila
pengkondisian udara ini ditujukan untuk kenyamanan penghuninya
maka konsentrasi oksidasi oksigen juga merupakan factor yang tidak
bisa dilupakan. Pada gambar di atas terlihat siklus pengkondisian
udara dimana udara dari ruangan berupa udara segar (masi memiliki
campuran uap air) yang mengalir keluar dan tercampur pada ruang
pencampurang dengan udara kering lalu mengalir ke coil pendingin
sebagai udara campuran dan keluar sebagai udara campuran
kemudian masuk ke blower dan keluar menjadi udara segar untuk
mengkondisikan suhu ruangan tergantung pada kegunaan dan
kenginan dari pengguna ruangan.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Atmosfir

Berikut Penerapan Dari Pengondisian Udara:

1. Pengkondisian udara untuk industri


Pada industri terdapat banyak benda yang dapat
menimbulkan panas seperti mesin-mesin, peralatan komputer,
dan jumlah karyawan Pipa Udara ruangan yang banyak. Hal ini
dapat menyebabkan kondisi lingkungan yang tidak segar, kotor
dan lembab. Kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan
peralatan cepat korosi atau berkarat. Untuk peralatan komputer
yang beroperasi pada temperatur di atas normal dapat
menimbulakn kerusakan. Pemasangan pengkondisi udara
menjadi penting sehingga temperatur dan kelembaban dapat
datur.

2. Pengkondisian udara untuk Laboratorium


Peralatan-peralatan pada laboratorium biasannya harus besih
dan higines, tidak boleh terkontaminasi dengan penyakit dan
kotoran. Kelembaban udara harus dijaga pada kondisi dimana
orang yang bekerja merasa nyaman dan juga menjamin tidak
terjadi kondisi dimana kelembaban cocok untuk perkembangan
jamur atau penyebab penyakit lainnya. Kebutuhan pengkondisi
udara juga disesuaikan dengan fungsinya. Misalkan untuk
pengujian peralatan yang akan beropersi suhu rendah hingga
mines 20oC.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Atmosfir

V.2 Pembahasan Khusus


V.2.1 Pembukaan Katup Terhadap Tekanan Uap Jenuh

Pembukaan Katup (%) vs Tekanan Uap Jenuh (Pv')


50.0000
45.0000
40.0000
35.0000
30.0000
Pv'

25.0000
20.0000
15.0000
10.0000
5.0000
0.0000
0 2 4 6 8 10
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Sesudah Evaporator

Pada grafik di atas menujukkan hubungan antara pembukaan


katup terhadap tekanan uap jenuh. Dapat dilihat pada kurva Kondisi
Ruangan dan Sebelum Heater, memiliki nilai yang sama dan terjadi
peningkatan Pv’ walapun tidak drastis, hal ini disebabkan karena nilai
pada percobaan terperatur bola basah yang didapatkan memiliki nilai
ynag sama. Sedangkan pada Kurva Setelah Heater terlihat nilai Pv’
Menurun seiring beretambahnya nilai pada bukaan katup, dan mulai
konstan pembukaan katup 6 hingga pembukaan terakhir. Hal ini
disebabkan oleh variasi dari nilai temperatur bola basah yang
dihasilkan sehingga mempengaruhi nilai dari tekanan uap jenuh.
Dari Hal ini tetap dapat disimpulkan bahwa hubungan pembukaan
katup dengan nilai tekanan uap jenuh ialah berbanding terbailik
dimana semakin besar bukaan katup maka semakin kecil nilai
tekanan uapa jenuh yang dihasilkan.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Atmosfir

V.2.2 Pembukaan Katup Terhadap Tekanan Parsial Uap Air

Pembukaan Katup (%) vs Tekanan Parsial Uap Air


(Pv)
7.0000
6.0000
5.0000
4.0000
Pv

3.0000
2.0000
1.0000
0.0000
0 2 4 6 8 10
Pembukaan Katup

Sebelum Evaporator Sebelum Evaporator Sesudah Evaporator

Pada grafik di atas menujukkan hubungan antara pembukaan


katup terhadap tekanan parsial uap air. Dari Grafik dapat kita lihat
nilai Pv meningkat seiring dengan meningkat pembukaan, dapat
dilihat pada kurva Kondisi Ruangan dan Sebelum Heater, terjadi
peningkatan Pv walapun tidak drastis. Sedangkan pada Kurva
Setelah Heater terlihat nilai Pv Menurun secara perlahan seiring
dengan pembukaan katup. Sama Halnya dengan nilai Tekanan
Jenuh Uap Air (Pv’). Hal ini disebabkan nilai Pv yang dipengaruhi
oleh nilai Pv’ secara berbanding lurus. Maka dari hal ini dapat
disimpulkan bahwa hubungan pembukaan katup dengan nilai
tekanan uap parsial ialah berbanding terbaik, dimana semakin besar
bukaan katup maka semakin kecil nilai tekanan parsial upa air yang
dihasilkan.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Atmosfir

V.2.3 Pembukaan Katup Terhadap Rasio Kelembaman Udara

Pembukaan Katup (%) vs Rasio Kelembaman


Udara ()
0.0450
0.0400
0.0350
0.0300
0.0250

0.0200
0.0150
0.0100
0.0050
0.0000
0 2 4 6 8 10
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Sesudah Evaporator

Pada grafik menunjukkan hubungan antara bukaan katup


kerhadap rasio kelembaban udara. Dari Grafik dapat kita lihat nilai ω
meningkat seiring dengan meningkat pembukaan, dapat dilihat pada
kurva Kondisi Ruangan dan Sebelum Heater, memiliki nilai ang
hampir sama dan terjadi peningkatan nilai ω yang dihasilkan
walapun tidak drastic, sedangkan pada Kurva Setelah Heater terlihat
nilai ω Menurun secara perlahan seiring dengan pembukaan katup
sebelum akhirnya berada pada nilai yang hampir konstan pada tiap
bukaan katup. Hal ini disebabkan nilai ω yang dipengaruhi oleh nilai
Pv Diana semaikn besar pembukaan katup maka nilai yang
didapatkan pada rasio kelembaban udara semakin besar pula. maka
hubungan antara keduanya berbanding lurus pada kondisi setelah
heater.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Atmosfir

V.2.3 Pembukaan Katup Terhadap Rasio Kelembaban Relatif

Pembukaan Katup (%) vs Rasio Kelembaban


Relatif (RH)
90.0000

89.0000

88.0000

87.0000
RH

86.0000

85.0000

84.0000

83.0000
0 2 4 6 8 10
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Sesudah Evaporator

Dari grafik dapat kita lihat nilai kelembaban relatif apakan naik
ataupun turun secara signifikan terhadap pembukaan katup. Hal ini
dikarenakan nilai kelembapan relatif sendiri adalah hasil
perbandingan antara Tekanan Parsial Uap Air dibandingkan dengan
Ps. Walaupun pada kondisi ruangan dan sebelum heater dapat
dilihat bahwa terjadi sedikit peningkatan tapi pada Kondisi Ruangan
dan Sesudah heater kurvanya naik dan turun dari tiap pembukaan
katup. Yang dimana Hubungan dari Kelembapan relatif sendiri tidak
dapat dibandingkan dengan keduanya. Dikarenakan nilai
kelembapan relatif yang didapatkan bervariasi sesuai dengan variasi
nilai Pv dan Ps, yang dimana nilai Pv dipengaruhi oleh Nilai
Temperatur Bola Basah (Twb) sedangkan Ps dipengaruhi oleh nilai
temperatur Bola Kering (Tdb)
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Atmosfir

V.2.3 Pembukaan Katup Terhadap Rasio Kelembaban Relatif

Pembukaan Katup (%) vs Volume Spesifik Udara (v)


0.9500

0.9400

0.9300

0.9200
v

0.9100

0.9000

0.8900

0.8800
0 2 4 6 8 10
Pembukaan Katup

Sebelum Evaporator Sesudah Evaporator Sesudah Evaporator

Pada grafik di atas menujukkan hubungan pembukaan katup


terhadap volume spesifik. dari grafik ini dapat kita lihat dari kondisi
setelah heater bahwa nilai volume spesifik menurun seiring dengan
meningkatnya nilai pembukaan katup. Sedangkan pada kondisi
ruangan dan setelah heater mengalami peningkatan walaupun tidak
besar. Ini dikarenakan nilai volume spesifik sendiri dipengaruhi oleh
nilai tekanan parsial uap air (Pv) dan nilai dari temperatur suhu bola
kering. Dari Kurva Kondisi Ruangan Dan Sebelum Heater dapat
disimpulkan bahwa Pembukaan Katup berbanding lurus terhadap
Volume spesifik. Sedangkan pada kondisi setelah heater
mengatakan sebaliknya yang diakibatkan oleh variasi nilai dari Tdb
dan Pv.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Atmosfir

V.2.3 Pembukaan Katup Terhadap Densitas Udara

Pembukaan Katup (%) vs Densitas Udara ()


1.1300
1.1200
1.1100
1.1000
1.0900

1.0800
1.0700
1.0600
1.0500
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Sesudah Evaporator

Dari grafik pembukaan katup vs massa jenis udara ini dapat


kita lihat dari kondisi setelah heater bahwa nilai massa jenis udara
meningkat seiring dengan meningkatnya nilai pembukaan katup.
Sedangkan pada kondisi ruangan dan setelah heater tetap stabil. Ini
dikarenakan nilai dari massa jenis sendiri dipengaruhi oleh nilai
volume spesifik secara berbanding terbalik. Dari Kurva Kondisi
Ruangan Dan Sebelum Heater dapat disimpulkan bahwa pembukaan
katup berbanding terbalik terhadap massa jenis udara. Sedangkan
pada kondisi setelah heater terlihat bahwa hubungannya berbanding
lurus.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Atmosfir

VI. Kesimpulan
1. Karakteristik udara dalam kondisi pemanasan udara atmosfir yakni
memiliki rasio kelembaban yang nilai tertingginya terdapat pada
kondisi setelah heater sedangkan, pada kelembaban relatif nilai
tertingginya terdapat pada kondisi sebelum heater.
2. Pembukaan katup sangat berpengaruh pada karakteristik udara
dalam kondisi pemanasan udara atmosfir yakni tekanan uap jenuh,
tekanan parsial, rasio kelembaban, volume spesifik, dan entalpi,
memiliki nilai tertinggi pada kondisi setelah heater. Namun, berbeda
pada kelembaban relatif dan densitas udara yang nilai tertingginya
terdapat pada kondisi sebelum heater.
PERCOBAAN PEMANASAN
UDARA LEMBAB
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Lembab

I. Tujuan Pengujian
Adapun tujuan dari pengujian Pemanasaan Udara Atmosfer
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui karakteristik udara pada kondisi pemanasan
pada udara lembab.
2. Untuk mengetahui pengaruh pembukaan katup terhadap
karakteristik udara pada kondisi pemanasan udara lembab.

II. Prosedur Pengujian


Adapun prosedur dari pengujian Pemanasan Udara Atmosfer
adalah sebagai berikut :
1. Hubungkan alat pengujian ke sumber listrik.
2. Nyalakan alat pengujian.
3. Nyalakan komputer kemudian buka software alat di komputer.
4. Menyalakan fan lalu tunggu sekitar 2 menit hingga putaran fan
stabil.
5. Kemudian nyalakan pre-heater dengan memutar knob ke arah 1
kW.
6. Memulai pengambilan data untuk bukaan 12,5% di software.
7. Setelah 2 menit, ganti bukaan fan menjadi 25%.
8. Ganti bukaan fan menjadi 37,5%, 50%, 62,5%, 75%, 87,5%, dan
100% dengan interval waktu 2 menit.
9. Setelah selesai, hentikan pengambilan data di software.

III. Rumus – rumus yang digunakan


Rumus-rumus yang digunakan dalam pengujian ini yaitu:
1. Tekanan uap jenuh pada temperatur bola basah (Pv’)

760
Pv ′ = Pjwb × (mmHg)
101,325
Dimana :
Pjwb = Tekanan jenuh uap air pada T wb, lihat di tabel A-2
Stoecker).
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Lembab

2. Tekanan parsial uap air (Pv)


(P − Pv ′ ) . (Tdb − Twb ) . (1,8)
Pv = Pv ′ − [ ] (mmHg)
2800 − 1,3 . (1,8 . Tdb + 32)
Dimana :

P = Tekanan atmosfer 752 mmHg.

3. Rasio kelembaban udara (ω)


Pv
ω = 0,622 (kgv/kgda)
P − Pv

4. Kelembaban Relatif (RH)


Pv
RH = × 100% (%)
Ps
Dimana:
Ps = Tekanan jenuh uap air pada T db, lihat di tabel A-2 (Stoecker).

5. Volume spesifik udara (v)


𝑅𝑎 × 𝑡𝑡𝑏 m3
𝑣= ( )
𝑃 − 𝑃𝑣 kg
Dimana :
Ra = Konstanta gas untuk udara kering
= 0,2871 kJ/kg
Pa = P-Pv (kPa)

6. Densitas Udara (𝜌)


1 kg
𝜌= ( )
𝑣 m3

7. Enthalphy Udara (h)


kJ
h = 1,005 × t db + ω × (2500 + 1,88 × t db ) ( )
kg
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Lembab

Perhitungan Karakteristik Pemanasan


1. Laju aliran massa udara (ma)
ma = Qv × ρ (kg/s)
Dimana :
Qv = Laju aliran volumetric udara (m3/s)
𝑉𝑢𝑑3 ×𝐴×𝑘2 +𝑉𝑢𝑑4 ×𝐴×𝑘3
=
2
k = Faktor kalibrasi

𝜌3 +𝜌2
𝜌 =
2

𝜌2 = Massa jenis udara sebelum evaporator (kg/m 3)

𝜌3 = Massa jenis udara setelah evaporataor (kg/m 3)

2. Kapasitas udara suplai (cmm)


1
cmm = ma × ρ × 60 (m3/menit)

Dimana :

𝜌 = Massa jenis udara setelah evaporator (kg/m3)

3. Kalor yang diserap udara dari heater (Qud)


Q ud = ma × (h4 − h3 ) (kW)
Dimana :

ℎ3 = Entalpi sebelum heater

ℎ4 = Entalpi sesudah heater

4. Efektifitas heater (E)

𝑄𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝐸= (%)
𝑄ℎ𝑒𝑎𝑡𝑒𝑟

Dimana :

Q_heater = 0,5 kW dan 1 kW


Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Lembab

IV. Analisa Data


IV.1. Tabel Data Pengamatan

Temperatur Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Sesudah Evaporator


Heater Twb Tdb Twb Tdb Twb Tdb
13.616 26.269 28.369 40.346 42.446 36.672 38.772
20.634 26.339 28.439 34.39 36.49 36.86 38.96
23.569 26.409 28.509 27.759 29.859 37.957 40.057
23.475 26.468 28.568 25.603 27.703 37.972 40.072
24.153 26.456 28.556 26.18 28.28 36.623 38.723
24.209 26.431 28.531 26.477 28.577 35.347 37.447
24.359 26.409 28.509 26.572 28.672 34.592 36.692
24.39 26.361 28.461 26.609 28.709 34.315 36.415

Keterangan
Pembukaan Katup (%) Nama
12,5 Alfriandi Kansasi Issan
25 Candra Winata
37,5 I Made Widhi Aditya Pranata
50 Arief Dwi Yulianto Ap
62,5 Muh. Afrisal Arma
75 Muh. Yusuf Ks
87,5 Azizul
100
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Lembab

IV.2 Analisa Data dan Perhitungan


Pada contoh perhitungan, diambil data untuk pembukaan outlet
sebesar 12,5%, dengan data sebagai berikut :
- Heater = 1000 W
- Tekanan atmosfir (P) = 752 mmHg
- Luas penampang air duct = 0,105 m2

IV.2.1 Kondisi Ruangan


Data yang diperoleh :
- Temperatur bola basah (twb) = 26,269 oC
- Temperatur bola kering (tdb) = 28,369 oC

1. Tekanan Uap Jenuh pada Temperatur Bola Basah


760
Pv ′ = Pjwb ×
101,325
760
= 3,4158 ×
101,325
= 26,171 mmHg

2. Tekanan parsial uapa air


(P − Pv′) . (Tdb − Twb ) . (1,8)
Pv = Pv ′ − [ ]
2800 − 1,3 . (1,8 . Tdb + 32)
(752 − 26,171) . ( 28,369 − 26,269) . (1,8)
= 26,171 − [ ]
2800 − 1,3 . (1,8 . 28,369 + 32)
= 3,2789 Kpa

3. Rasio kelembaban udara


Pv
ω = 0,622
P − Pv
3,2789
= 0,622
101,325 − 3,2789
= 0,0210kgv/kgda
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Lembab

4. Kelembaban Relatif (RH)


Pv
RH = × 100%
Ps
3,2789
= × 100%
3,8630
= 84,9023 %

5. Volume Spesifik Udara (v)


𝑅𝑎 × 𝑇𝑑𝑏
𝑣 =
𝑃 − 𝑃𝑣
0,2871 × 28,369
=
100,258 − 3,2789
= 0,89172 m3 /kg

6. Densitas Udara (ρ)


1
𝜌 =
𝑣
1
=
0,89172
= 1,1208 kg/m3

7. Enthalpy Udara (h)


h = 1,005 . Tdb + ω (2500 + 1,88 . Tdb )
= 1,005 . Tdb + ω (2500 + 1,88 . Tdb )
= 82,2225 kJ/kg

IV.2.2 Kondisi Sebelum Heater


Data yang diperoleh:
- Temperatur bola basah (twb) = 40,346 oC
- Temperatur bola kering (tdb) = 42,446oC
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Lembab

1. Tekanan Uap Jenuh pada Temperatur Bola Basah


760
Pv ′ = 6,2875 ×
101,325
760
= 6,2875 ×
101,325
= 47,1600 mmHg

2. Tekanan parsial uapa air


(P − Pv′) . (Tdb − Twb ) . (1,8)
Pv = Pv ′ − [ ]
2800 − 1,3 . (1,8 . Tdb + 32)
(752 − 47,1600) . ( 28,369 − 40,346) . (1,8)
= 47,1600 − [ ]
2800 − 1,3 . (1,8 . 28,369 + 32)
= 6,1539 Kpa

3. Rasio kelembaban udara


Pv
ω = 0,622
P − Pv
6,1539
= 0,622
101,325 − 6,1539
= 0,0407 kgv/kgda

4. Kelembaban Relatif (RH)


Pv
RH = × 100%
Ps
6,1539
= × 100%
3,8630
= 87,3934 %

5. Volume Spesifik Udara (v)


𝑅𝑎 × 𝑇𝑑𝑏
𝑣 =
𝑃 − 𝑃𝑣
0,2871 × 28,369
=
100,258 − 6,1539
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Lembab

= 0,9624m3 /kg
6. Densitas Udara (ρ)
1
𝜌 =
𝑣
1
=
0,9624
= 1,0391 kg/m3

7. Enthalpy Udara (h)


h = 1,005 . Tdb + ω (2500 + 1,88 . Tdb )
= 1,005 . 0,9624 + 0,9624(2500 + 1,88 . 0,9624)
= 147,5922 kJ/kg

IV.2.3 Kondisi Setelah Heater


Data yang diperoleh :
- Temperatur bola basah (twb) = 36,672oC
- Temperatur bola kering (tdb) = 38,772oC

1. Tekanan Uap Jenuh pada Temperatur Bola Basah


760
Pv ′ = Pjwb ×
101,325
760
= 4,489 ×
101,325
= 33,671 mmHg

2. Tekanan parsial uapa air


(P − Pv′) . (Tdb − Twb ) . (1,8)
Pv = Pv ′ − [ ]
2800 − 1,3 . (1,8 . Tdb + 32)
(752 − 33,671) . ( 38,772 − 36,672) . (1,8)
= 33,671 − [ ]
2800 − 1,3 . (1,8 . 38,772 + 32)
= 6,1539 Kpa
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Lembab

3. Rasio kelembaban udara


Pv
ω = 0,622
P − Pv
6,1539
= 0,622
101,325 − 6,1539
= 0,0380 kgv/kgda

4. Kelembaban Relatif (RH)


Pv
RH = × 100%
Ps
6,1539
= × 100%
5,304
= 87,3934 %

5. Volume Spesifik Udara (v)


𝑅𝑎 × 𝑇𝑑𝑏
𝑣 =
𝑃 − 𝑃𝑣
0,2871 × 38,772
=
100,258 − 6,1539
= 0,9474 m3 /kg

6. Densitas Udara (ρ)


1
𝜌 =
𝑣
1
=
0,9624
= 1,0556 kg/m3

7. Enthalpy Udara (h)


h = 1,005 . Tdb + ω (2500 + 1,88 . Tdb )
= 1,005 . 38,772 + 0,0210(2500 + 1,88 . 38,772)
= 136,7888 kJ/kg
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Lembab

IV.2.4 Perhitungan Karakterisasi Udara


1. Laju Aliran Massa Udara
Vud3 . A . K 3 + Vud4 . A . K 4
Qv =
2
3,506. 0,105 . 1,000 + 3,540. 0105, . 1,000
=
2
= 0,3692 m3 /s

𝑚𝑎 = 𝑄𝑣 × 𝜌
= 0,3692 × 𝜌
= 0,3897 kg/s

5. Kapasitas Udara Suplai (Cmm)


1
Cmm = ma × × 60
ρ
1
= 0,3897 × × 60
1,0556
= 22,1490 m3 /s

6. Kalor yang diserap Udara dari heater (Qud)


Qud = ma . (ℎ4 − ℎ3 )
= 0,3897 . (136,7888 − 147,5922)
= 8,4392 kW
7. Efektifitas Heater (E)
𝑄𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
E =
𝑄ℎ𝑒𝑎𝑡𝑒𝑟
8,4392
=
1
= 8,4392 %
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Lembab

IV.3 Tabel Hasil Perhitungan


IV.3.1. Kondisi Ruangan
Pembukaan
Pv' Pv Pv (kPa) ω RH v ρ h
Katup
1 25.6204 24.6005 3.2798 0.0210 84.9023 0.8922 1.1208 82.2225
2 25.7275 24.7077 3.2941 0.0211 84.9248 0.8925 1.1204 82.5376
3 25.8346 24.8149 3.3084 0.0212 84.9471 0.8929 1.1200 82.8529
4 25.9249 24.9052 3.3204 0.0213 84.9658 0.8932 1.1196 83.1186
5 25.9066 24.8868 3.3180 0.0213 84.9620 0.8931 1.1197 83.0646
6 25.8683 24.8486 3.3129 0.0213 84.9541 0.8930 1.1199 82.9520
7 25.8346 24.8149 3.3084 0.0212 84.9471 0.8929 1.1200 82.8529
8 25.7612 24.7414 3.2986 0.0212 84.9318 0.8926 1.1203 82.6367

IV.3.2. Sebelum Evaporator


Pembukaan
Pv' Pv Pv kPa ω RH v ρ h
Katup
1 47.1600 46.1580 6.1539 0.0407 87.3934 0.9624 1.0391 147.5922
2 38.0466 37.0370 4.9379 0.0322 86.6786 0.9322 1.0728 119.4359
3 27.9003 26.8822 3.5840 0.0231 85.3444 0.8994 1.1118 88.9512
4 24.6014 23.5806 3.1438 0.0201 84.6788 0.8890 1.1249 79.2291
5 25.4842 24.4642 3.2616 0.0209 84.8735 0.8918 1.1214 81.8220
6 25.9387 24.9190 3.3223 0.0213 84.9686 0.8932 1.1196 83.1592
7 26.0841 25.0645 3.3417 0.0214 84.9984 0.8937 1.1190 83.5873
8 26.1407 25.1212 3.3492 0.0215 85.0099 0.8938 1.1188 83.7541
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Lembab

IV.3.3. Setelah Evaporator


Pembukaan
Pv' Pv Pv kPa ω RH v ρ h
Katup
1 44.3219 43.3191 5.7754 0.0380 109.0937 0.9474 1.0556 136.7888
2 55.6650 54.6782 7.2898 0.0488 105.6920 0.9634 1.0380 164.6574
3 60.1790 59.1976 7.8924 0.0531 108.8598 0.9731 1.0277 177.1292
4 47.4208 46.4213 6.1890 0.0409 116.9550 0.9555 1.0466 145.6615
5 46.7339 45.7346 6.0974 0.0403 115.1750 0.9505 1.0521 142.5437
6 41.8403 40.8352 5.4442 0.0357 70.3080 0.9400 1.0638 129.4369
7 40.4262 39.4198 5.2555 0.0344 71.7066 0.9359 1.0685 125.2714
8 39.5158 38.5083 5.1340 0.0336 71.5317 0.9339 1.0708 122.8213

IV.3.4. Karakteristik Udara


Qv Ma Cmm Qud E
0.3692 0.3897 22.1490 8.4392 8.4392
0.3657 0.3796 21.9416 18.6463 18.6463
0.3531 0.3629 21.1872 13.8619 13.8619
0.3496 0.3659 20.9759 11.0207 11.0207
0.3498 0.3680 20.9857 8.0784 8.0784
0.3366 0.3580 20.1940 6.6104 6.6104
0.3269 0.3493 19.6126 6.0607 6.0607
0.3069 0.3286 18.4118 5.4543 5.4543
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Lembab

Keterangan:

Pembukaan Katup (%) Nama


12,5 Alfriandi Kansasi Issan
25 Candra Winata
37,5 I Made Widhi Aditya Pranata
50 Arief Dwi Yulianto Ap
62,5 Muh. Afrisal Arma
75 Muh. Yusuf Ks
87,5 Azizul
100
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Lembab

V. Pembahasan
V.1 Pembahasan Umum

Pengkondisian udara adalah usaha untuk mentreatmen/ memperlakukan


udara sesuai kondisi yang diingankan atau ditargetkan. Pada umumnya
udara dikondisikan untuk mengontrol temperatur dari udara dalam suatu
ruangan dan juga untuk mengontrol tingkat kelembaban udara dalam
ruangan. Selain itu kebersihan udara, kecepatan dan distribusinya di
dalam ruangan yang dikondisikan juga merupakan factor yang tidak
kalah pentingnya. Bila pengkondisian udara ini ditujukan untuk
kenyamanan penghuninya maka konsentrasi oksidasi oksigen juga
merupakan factor yang tidak bisa dilupakan. Pada gambar di atas
terlihat siklus pengkondisian udara dimana udara dari ruangan berupa
udara segar (masi memiliki campuran uap air) yang mengalir keluar
dan tercampur pada ruang pencampurang dengan udara kering lalu
mengalir ke coil pendingin sebagai udara campuran dan keluar
sebagai udara campuran kemudian masuk ke blower dan keluar
menjadi udara segar untuk mengkondisikan suhu ruangan tergantung
pada kegunaan dan kenginan dari pengguna ruangan.
Berikut Penerapan Dari Pengondisian Udara:
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Lembab

1. Pengkondisian udara untuk industri


Pada industri terdapat banyak benda yang dapat
menimbulkan panas seperti mesin-mesin, peralatan komputer,
dan jumlah karyawan Pipa Udara ruangan yang banyak. Hal ini
dapat menyebabkan kondisi lingkungan yang tidak segar, kotor
dan lembab. Kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan
peralatan cepat korosi atau berkarat. Untuk peralatan komputer
yang beroperasi pada temperatur di atas normal dapat
menimbulakn kerusakan. Pemasangan pengkondisi udara
menjadi penting sehingga temperatur dan kelembaban dapat
datur.

2. Pengkondisian udara untuk Laboratorium


Peralatan-peralatan pada laboratorium biasannya harus besih
dan higines, tidak boleh terkontaminasi dengan penyakit dan
kotoran. Kelembaban udara harus dijaga pada kondisi dimana
orang yang bekerja merasa nyaman dan juga menjamin tidak
terjadi kondisi dimana kelembaban cocok untuk perkembangan
jamur atau penyebab penyakit lainnya. Kebutuhan pengkondisi
udara juga disesuaikan dengan fungsinya. Misalkan untuk
pengujian peralatan yang akan beropersi suhu rendah hingga
mines 20oC.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Lembab

V.2 Pembahasan Khusus


V.2.1 Pembukaan Katup Terhadap Tekanan Uap Jenuh

Pembukaan Katup (%) vs Tekanan Uap Jenuh (Pv')


50.0000
45.0000
40.0000
35.0000
30.0000
Pv'

25.0000
20.0000
15.0000
10.0000
5.0000
0.0000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator

Pada grafik di atas menunjukkan hubungan anatar pembukaan


katup terhadap tekanan uap jenuh. Dari Grafik pada kondisi ruangan
dan sebelum dapat kita lihat bahwa keduanya memiliki nilai yang
hampir sama dan nilai dari tekanan uap jenuh meningkat seiring
dengan bertambahnya nilai dari pembukaan katup, Sedangkan pada
Kurva Setelah Heater terlihat nilai Pv sedikit naik pada pembukaan 2
dan akhirnya menurun secara perlahan hingga pada pembukaan
katup terakhir. Maka dari Hal ini dapat disimpulkan bahwa
berdasarkan kurva kondisi ruangan dan sebelum heater hubungan
pembukaan katup dengan nilai tekanan uap parsial ialah berbanding
lurus. Sedangakan berdasarkan kurva kondisi setelah heater terlihat
perbandingan kedua nilai saling berbanding terbalik.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Lembab

V.2.2 Pembukaan Katup Terhadap Tekanan Parsial Uap Air

Pembukaan Katup (%) vs Tekanan Parsial Uap Air (Pv)


9.0000
8.0000
7.0000
6.0000
5.0000
Pv

4.0000
3.0000
2.0000
1.0000
0.0000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Sesudah Evaporator

Pada grafik di atas menunjukkan hubungan anatar pembukaan


katup terhadap tekanan parsial uap air. Dari Grafik dapat kita lihat
nilai Pv meningkat seiring dengan meningkat pembukaan, dapat
dilihat pada kurva Kondisi Ruangan dan Sebelum Heater, nilainya
hampir sama dan stabil. Sedangkan pada Kurva Setelah Heater
terlihat nilai Pv sedikit naik pada pembukaan 2 dan akhirnya agak
menurun secara perlahan. Sama Halnya dengan nilai Tekanan
Jenuh Uap Air(Pv’). Hal ini disebabkan nilai Pv yang dipengaruhi oleh
nilai Pv’ bahwa hal ini dapat disimpulkan berdasarkan kurva kondisi
ruangan dan sebelum heater hubungan pembukaan katup dengan
nilai tekanan uap parsial ialah berbanding lurus. Sedangakan
berdasarkan kurva kondisi setelah heater terlihat perbandingan
kedua nilai saling berbanding terbalik.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Lembab

V.2.3 Pembukaan Katup Terhadap Rasio Kelembaban Udara

Pembukaan Katup (%) vs Rasio Kelembaban Udara


()
0.0600
0.0500
0.0400

0.0300
0.0200
0.0100
0.0000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Sesudah Evaporator

Pada grafik di atas menunjukkan hubungan anatar


pembukaan katup terhadap rasio kelembaban udara. Grafik
dapat dilihat pada kurva Kondisi Ruangan dan Sebelum Heater,
nilainya hampir sama dan stabil. Sedangkan pada Kurva Setelah
Heater terlihat nilai sedikit naik pada pembukaan 2 dan akhirnya
agak menurun secara perlahan. Sama Halnya dengan nilai
Tekanan Jenuh Uap Air. Hal ini disebabkan nilai yang
dipengaruhi oleh nilai secara berbanding lurus. Maka dari Hal ini
dapat disimpulkan bahwa berdasarkan kurva kondisi ruangan
dan sebelum heater hubungan pembukaan katup dengan nilai
tekanan uap parsial ialah berbanding lurus. Sedangakan
berdasarkan kurva kondisi setelah heater terlihat perbandingan
kedua nilai saling berbanding terbalik.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Lembab

V.2.4 Pembukaan Katup Terhadap Rasio Kelembaban Relatif

Pembukaan Katup (%) vs Rasio Kelembaban (RH)


140.0000
120.0000
100.0000
80.0000

60.0000
40.0000
20.0000
0.0000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Sesudah Evaporator

Pada grafik di atas menunjukkan hubungan anatar pembukaan


katup terhadap rasio kelembaban udara. Dari Grafik dapat kita lihat
nilai yang diasilkan pada kelembaban udara terjadi ketidakstabilan
seiring bertambahnya pembukaan katup, terlihat grafik naik ataupun
turun secara drastis terhadap pembukaan katup. Hal ini dikarenakan
nilai kelembapan relatif sendiri adalah hasil perbandingan antara
Tekanan Parsial Uap Air dibandingkan dengan Ps. Sedangkan pada
Kondisi Ruangan dan Sebelum heater kurva yang dihasilkan tetap
stabil. Yang dimana Hubungan dari Kelembapan relatif sendiri tidak
dapat dibandingkan dengan keduanya. Dikarenakan nilai
kelembapan relatif yang didapatkan bervariasi sesuai dengan variasi
nilai Pv dan Ps, yang dimana nilai Pv dipengaruhi oleh Nilai
Temperatur Bola Basah(Twb) sedangkan Ps dipengaruhi oleh nilai
temperatur Bola Kering(Tdb).
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Lembab

V.2.5 Pembukaan Katup Terhadap Volume Udara Spesifik


Pembukaan Katup (%) vs VolumeUdara Spesifik
(v)
0.9800
0.9700
0.9600
0.9500
0.9400
0.9300
v

0.9200
0.9100
0.9000
0.8900
0.8800
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
pembukaan katup

Pada grafik di atas menunjukkan hubungan anatar pembukaan


katup terhadap volume udara spesifik. Dari grafik pembukaan katup
vs volume spesifik ini dapat kita lihat dari kondisi setelah heater
bahwa nilai volume spesifik naik dari pembukaan 1 ke 2 dan 3 lalu
menurun sepanjang pembukaan 3 sampai 8 seiring dengan
meningkatnya nilai pembukaan katup. Sedangkan pada kondisi
ruangan dan sebelum heater tetap stabil. Ini dikarenakan nilai
volume spesifik sendiri dipengaruhi oleh nilai tekanan parsial uap air
(Pv) dan nilai dari temperatur suhu bola kering. Dari Kurva Kondisi
Ruangan Dan Sebelum Heater dapat disimpulkan bahwa
Pembukaan Katup berbanding lurus terhadap Volume spesifik.
Sedangkan pada kondisi setelah heater mengatakan sebaliknya
yang diakibatkan oleh variasi nilai dari Tdb dan Pv.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Lembab

V.2.6 Pembukaan Katup Terhadap Densitas Udara

Pembukaan Katup (%) vs Densitas Udara ()


1.1400

1.1200

1.1000

1.0800

1.0600

1.0400

1.0200
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
pembukaan katup

Pada grafik di atas menunjukkan hubungan anatar pembukaan


katup terhadap desnsitas udara. Dari grafik pembukaan katup vs
massa jenis udara ini dapat kita lihat dari kondisi setelah heater
bahwa nilai massa jenis udara menurun dari pembukaan 1 hingga 3
sebelum akhirnya meningkat seiring dengan meningkatnya nilai
pembukaan katup. Sedangkan pada kondisi ruangan dan sebelum
heater tetap stabil. Ini dikarenakan nilai dari massa jenis sendiri
dipengaruhi oleh nilai volume spesifik secara berbanding terbalik.
Dari Kurva Kondisi Ruangan Dan Sebelum Heater dapat disimpulkan
bahwa Pembukaan Katup berbanding terbalik terhadap Massa Jenis
Udara. Sedangkan pada kondisi setelah heater terlihat bahwa
hubungannya berbanding lurus.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pemanasan Udara Lembab

VI. Kesimpulan
1. Karakteristik udara dalam kondisi pemanasan udara lembab yakni
memiliki rasio kelembaban yang nilai tertingginya terdapat pada
kondisi setelah heater sedangkan, pada kelembaban relatif nilai
tertingginya terdapat pada kondisi sebelum heater.
2. Pembukaan katup sangat berpengaruh pada karakteristik udara
dalam kondisi pemanasan udara lembab yakni tekanan uap jenuh,
tekanan parsial, rasio kelembaban, volume spesifik, dan entalpi,
memiliki nilai tertinggi pada kondisi setelah heater. Namun, berbeda
pada kelembaban relatif dan densitas udara yang nilai tertingginya
terdapat pada kondisi sebelum heater.
PERCOBAAN PENDINGINAN
UDARA ATMOSFIR
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Atmosfir

I. Tujuan Pengujian
Adapun tujuan dari pengujian Pendinginan Udara Atmosfer
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui karakteristik udara pada kondisi pendinginan
pada udara lembab.
2. Untuk mengetahui pengaruh pembukaan katup terhadap
karakteristik udara pada kondisi udara pendinginan lembab.
II. Prosedur Pengujian
1. Hubungkan alat pengujian ke sumber listrik.
2. Nyalakan alat pengujian.
3. Nyalakan komputer kemudian buka software alat.
4. Menyalakan fan dengan lalu tunggu babarapa menit hingga
putaran fan stabil.
5. Meyalakan humidifier dengan memutar knob humidifier ke arah
ON.
6. Nyalakan juga pendingin dengan memutar knob cooling ke arah
ON.
7. Memulai pengambilan data untuk bukaan 12,5% di software.
8. Setelah 2 menit, ganti bukaan fan menjadi 25%.
9. Ganti bukaan fan menjadi 37,5%, 50%, 62,5%, 75%, 87,5%, dan
100% dengan interval waktu 2 menit.
10. Setelah selesai, hentikan pengambilan data di software.

III. Rumus – Rumus yang Digunakan


Rumus-rumus yang digunakan dalam pengujian ini yaitu:
1. Tekanan uap jenuh pada temperatur bola basah (Pv’)
760
𝑃𝑣′ = 𝑃𝑗𝑤𝑏 101,325 (mmHg)

Dimana :
Pjwb = Tekanan jenuh uap air pada T wb, lihat di tabel A-2
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Atmosfir

2. Tekanan parsial uap air (Pv)


(𝑃−𝑃𝑣 ′)(𝑡𝑑𝑏 −𝑡𝑤𝑏 )(1.8)
𝑃𝑣 = 𝑃𝑣 ′ − [ ] (mmHg)
2800−1.3(1,8𝑡𝑑𝑏 +32)

Dimana :
P = Tekanan atmosfer 752 mmHg.

3. Rasio kelembaban udara (ω)


𝑃𝑣
𝜔 = 0,622 (kgv/kgda)
𝑃−𝑃𝑣

4. Kelembaban Relatif (RH)


𝑃𝑣
𝑅𝐻 = × 100% (%)
𝑃𝑠

Dimana:
Ps = Tekanan jenuh uap air pada T db, lihat di tabel A-2 (Stoecker).

5. Volume spesifik udara (v)


𝑅𝑎×𝑡𝑡𝑏
𝑣= (m3/kg)
𝑃−𝑃𝑣
Dimana :
Ra = Konstanta gas untuk udara kering
= 0,2871 kJ/kg
Pa = P-Pv (kPa)

6. Densitas Udara (𝜌)


1
𝜌= (kg/m3)
𝑣

7. Enthalphy Udara (h)


ℎ = 1,005 × 𝑡𝑑𝑏 + 𝜔 × (2500 + 1,88 × 𝑡𝑑𝑏 ) (kJ/kg)

8. Faktor Simpang (By Pass Factor) (X)


𝑡2 −𝑡𝑠
𝑋=| |
𝑡1 − 𝑡𝑠
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Atmosfir

Dimana:
t1 = Temperatur sebelum evaporator ( oC)
t2 = Temperatur sesudah evaporator ( oC)
ts = Temperatur permukaan evaporator (oC)
ℎ2 −ℎ𝑠
𝑋=| |
ℎ1 − ℎ𝑠

Dimana :
h1 = Entalpi udara sebelum evaporator (kJ/kg)
h2 = Entalpi udara sesudah evaporator (kJ/kg)
hs = Entalpi udara permukaan evaporator (kJ/kg)
Perhitungan Karakteristik Pendinginan

1. Laju aliran massa udara (ma)


𝑚𝑎 = 𝑄𝑣 × 𝜌 (kg/s)
Dimana :
Qv = Laju aliran volumetric udara (m3/s)
𝑉𝑢𝑑3 ×𝐴×𝑘2 +𝑉𝑢𝑑4 ×𝐴×𝑘3
=
2

k = Faktor kalibrasi

𝜌3 +𝜌2
𝜌 =
2

𝜌2 = Massa jenis udara sebelum evaporator (kg/m 3)

𝜌3 = Massa jenis udara setelah evaporataor (kg/m3)

2. Kapasitas udara suplai (cmm)


1
𝑐𝑚𝑚 = 𝑚𝑎 × 𝜌 × 60 (m3/menit)

Dimana :

𝜌 = Massa jenis udara setelah evaporator (kg/m3)


Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Atmosfir

3. Kalor sensibel udara (Qs)


𝑄𝑠 = 0,0204 × 𝑐𝑚𝑚 × (𝑡2 − 𝑡3 ) (kJ/kg)
Dimana :

t2 = Temperatur udara sebelum evaporator (oC)

t3 = Temperatur udara setelah evaporator ( oC)

4. Kalor laten udara (QTH)


𝑄𝑇𝐻 = 𝑄𝑆 + 𝑄𝐿 (kJ/kg)

5. Faktor kalor sensibel udara (SHF)


𝑄𝑆
𝑆𝐻𝐹 =
𝑄𝑆 + 𝑄𝐿
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Lembab

IV Analisa Data
IV.1 Tabel Data Pengamatan
Temperatur Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Sesudah Evaporator
Evaporator Twb Tdb Twb Tdb Twb Tdb
25.068 27.168 25.168 27.268 26.362 28.462 25.068
25.068 27.168 25.168 27.268 27.7 29.800 25.068
25.092 27.192 25.092 27.192 27.601 29.701 25.092
25.118 27.218 25.118 27.218 27.325 29.425 25.118
25.118 27.218 25.118 27.218 27.028 29.128 25.118
25.087 27.187 25.087 27.187 26.815 28.915 25.087
25.103 27.203 25.103 27.203 26.726 28.826 25.103
25.196 27.296 25.096 27.196 26.707 28.807 25.196

Keterangan:
Pembukaan Katup (%) Nama
12,5 Alfriandi Kansasi Issan
25 Candra Winata
37,5 I Made Widhi Aditya Pranata
50 Arief Dwi Yulianto Ap
62,5 Muh. Afrisal Arma
75 Muh. Yusuf Ks
87,5 Azizul
100
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Lembab

IV.2 Analisa Data dan Perhitungan


Pada contoh perhitungan, diambil data untuk pembukaan outlet
sebesar 12,500 %, dengan data sebagai berikut :
- Heater = 1000 W
- Tekanan atmosfir (P) = 752 mmHg
- Luas penampang air duct = 0,105 m2

IV.2.1. Kondisi Ruangan


Data yang diperoleh :
- Temperatur bola basah (twb) = 25,068 oC
- Temperatur bola kering (tdb) = 27,168 oC

1. Tekanan Uap Jenuh pada Temperatur Bola Basah


760
Pv ′ = Pjwb ×
101,325
760
= 3,3962 ×
101,325
= 23,7827 mmHg

2. Tekanan parsial uapa air


(P − Pv′) . (Tdb − Twb ) . (1,8)
Pv = Pv ′ − [ ]
2800 − 1,3 . (1,8 . Tdb + 32)
(752 − 23,7827) . ( 27,168 − 25,068) . (1,8)
= 23,7827 − [ ]
2800 − 1,3 . (1,8 . 27,168 + 32)
= 3,0346 Kpa

3. Rasio kelembaban udara


Pv
ω = 0,622
P − Pv
3,0346
= 0,622
101,325 − 3,0346
= 0,0914 kgv/kgda
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Lembab

4. Kelembaban Relatif (RH)


Pv
RH = × 100%
Ps
3,0346
= × 100%
3,849
= 84,4858 %

5. Volume Spesifik Udara (v)


𝑅𝑎 × 𝑇𝑑𝑏
𝑣 =
𝑃 − 𝑃𝑣
0,2871 × 27,168
=
100,258 − 3,0346
= 0,8864 m3 /kg

6. Densitas Udara (ρ)


1
𝜌 =
𝑣
1
=
0,8864
= 1,1282 kg/m3

7. Enthalpy Udara (h)


h = 1,005 . Tdb + ω (2500 + 1,88 . Tdb )
= 1,005 . Tdb + ω (2500 + 1,88 . Tdb )
= 76,8307 kj/kg

IV.2.2. Kondisi Sebelum Heater


Data yang diperoleh:
- Temperatur bola basah (twb) = 25,168 oC
- Temperatur bola kering (tdb) = 27,268 oC
1. Tekanan Uap Jenuh pada Temperatur Bola Basah
760
Pv ′ = Pjwb ×
101,325
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Lembab

760
= 3,548 ×
101,325
= 23,9308 mmHg

2. Tekanan parsial uapa air


(P − Pv′) . (Tdb − Twb ) . (1,8)
Pv = Pv ′ − [ ]
2800 − 1,3 . (1,8 . Tdb + 32)
(752 − 23,7827) . (27,268 − 23,9308) . (1,8)
= 23,9308 − [ ]
2800 − 1,3 . (1,8 . , 27,268 + 32)
= 3,0550 Kpa

3. Rasio kelembaban udara


Pv
ω = 0,622
P − Pv
3,0550
= 0,622
101,325 − 3,0550
= 0,0195 kgv/kgda

4. Kelembaban Relatif (RH)


Pv
RH = × 100%
Ps
23,9308
= × 100%
4,009
= 85,003 %

5. Volume Spesifik Udara (v)


𝑅𝑎 × 𝑇𝑑𝑏
𝑣 =
𝑃 − 𝑃𝑣
0,2871 × 27,268
=
100,258 − 3,0346
= 0,8869 m3 /kg
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Lembab

6. Densitas Udara (ρ)


1
𝜌 =
𝑣
1
=
0,8869
= 1,1276 kg/m3

7. Enthalpy Udara (h)


h = 1,005 . Tdb + ω (2500 + 1,88 . Tdb )
= 1,005 . 27,268 + 0,022(2500 + 1,88 . 27,268 )
= 77,2786 kj/kg

IV.2.1.3 Kondisi Setelah Heater


Data yang diperoleh :
- Temperatur bola basah (twb) = 26,362 oC
- Temperatur bola kering (tdb) = 28,462 oC

1. Tekanan Uap Jenuh pada Temperatur Bola Basah


760
Pv ′ = Pjwb ×
101,325
760
= 1,367 ×
101,325
= 20,1872 mmHg

2. Tekanan parsial uapa air


(P − Pv′) . (Tdb − Twb ) . (1,8)
Pv = Pv ′ − [ ]
2800 − 1,3 . (1,8 . Tdb + 32)
(752 − 20,1872) . (28,462 − 26,362) . (1,8)
= 20,1872 − [ ]
2800 − 1,3 . (1,8 . 28,462 + 32)
= 2,5544 Kpa

3. Rasio kelembaban udara


Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Lembab

Pv
ω = 0,622
P − Pv
2,5544
= 0,622
101,325 − 2,5544
= 0,0163 kgv/kgda

4. Kelembaban Relatif (RH)


Pv
RH = × 100%
Ps
2,5544
= × 100%
1,568
= 83,6608 %

5. Volume Spesifik Udara (v)


𝑅𝑎 × 𝑇𝑑𝑏
𝑣 =
𝑃 − 𝑃𝑣
0,2871 × 28,462
=
100,258 − 2,5544
= 0,8858 m3 /kg

6. Densitas Udara (ρ)


1
𝜌 =
𝑣
1
=
0,8858
= 1,1289 kg/m3

7. Enthalpy Udara (h)


h = 1,005 . Tdb + ω (2500 + 1,88 . Tdb )
= 1,005 . 28,462 + 0,008 (2500 + 1,88 . 28,462)
= 70,1288 kj/kg
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Lembab

IV.2.1.4 Perhitungan Karakterisasi Udara


1. Laju Aliran Massa Udara
Vud3 . A . K 3 + Vud4 . A . K 4
Qv =
2
3,506. 0,105 . 1,000 + 3,540. 0105, . 1,000
=
2
= 0,3692 m3 /s

𝑚𝑎 = 𝑄𝑣 × 𝜌
= 0,3692 × 𝜌
= 0,4167 kg/s
2. Kapasitas Udara Suplai (Cmm)
1
Cmm = ma × × 60
ρ
1
= 0,4209 × × 60
12,500
= 22,1490 m3 /s
3. Kalor Laten Udara (QL)
Q L = 50 . Cmm . (ω2 − ω3)
= 50 . 22,1490 . ( 0,0204 − 0,0170)
= 3,6403 kW

4. Kalor Total Udara (Qth)


Q th = Q S + Q L
= −0,5395 + 3,6403
= 3,1008 Kj/kg
5. Faktor Kalor Sensibel Udara (SHF)
Qs
SHF =
Qs + Q L
−0,5395
=
−0,5395 + 3,6403
= −0,1740
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Lembab
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Atmosfir

IV.3 Tabel Hasil Perhitungan


IV.3.1 Kondisi Ruangan
Pembukaan
Pv' Pv Pv (kPa) ω RH v ρ h
Katup
1 23.7827 22.7613 3.0346 0.0194 84.4858 0.8864 1.1282 76.8307
2 23.6262 22.6046 3.0137 0.0193 83.9040 0.8862 1.1284 76.4791
3 23.6215 22.5998 3.0131 0.0193 83.5534 0.8863 1.1283 76.4934
4 23.5837 22.5619 3.0080 0.0192 83.2844 0.8863 1.1283 76.4355
5 23.5837 22.5619 3.0080 0.0192 83.2844 0.8863 1.1283 76.4355
6 23.6287 22.6070 3.0140 0.0193 83.6052 0.8863 1.1283 76.5045
7 23.6055 22.5837 3.0109 0.0193 83.4395 0.8863 1.1283 76.4689
8 23.4703 22.4483 2.9929 0.0191 82.4824 0.8864 1.1282 76.2619

IV.3.2 Sebelum Evaporator


Pembukaan
Pv' Pv Pv kPa ω RH v ρ h
Katup
1 23.9358 22.9144 3.0550 0.0195 85.0035 0.8869 1.1276 77.2786
2 23.9358 22.9144 3.0550 0.0195 85.0035 0.8869 1.1276 77.2786
3 23.8889 22.8676 3.0488 0.0195 84.7525 0.8866 1.1279 77.0943
4 23.9180 22.8967 3.0526 0.0195 84.7219 0.8867 1.1278 77.1866
5 23.7068 22.6852 3.0244 0.0193 83.9394 0.8864 1.1281 76.7120
6 23.6287 22.6070 3.0140 0.0193 83.8131 0.8863 1.1283 76.5045
23.6055 22.5837 3.0109 0.0193 83.6427 0.8863 1.1283 76.4689
7
8 23.6157 22.5939 3.0123 0.0193 83.7172 0.8863 1.1283 76.4844
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Atmosfir

IV.3.3 Setelah Evaporator


Pembukaan
Pv' Pv Pv kPa ω RH v ρ h
Katup
1 20.1872 19.1596 2.5544 0.0163 83.6008 0.8858 1.1289 70.1288
2 22.3418 21.3160 2.8419 0.0181 80.7343 0.8924 1.1206 76.3290
3 26.0146 24.9940 3.3323 0.0214 85.0585 0.8966 1.1153 84.5035
4 25.7066 24.6858 3.2912 0.0211 85.0006 0.8954 1.1168 83.5183
5 25.7458 24.7254 3.2964 0.0211 84.9918 0.8946 1.1178 83.2975
6 25.4950 24.4744 3.2630 0.0209 84.9435 0.8936 1.1190 82.5082
7 25.3902 24.3695 3.2490 0.0208 84.9231 0.8933 1.1195 82.1786
8 25.3678 24.3471 3.2460 0.0208 84.9187 0.8932 1.1196 82.1082

IV.3.4 Karakteristik Udara


Qv ma Cmm Qs QL Qth SHF
0.3692 0.4167 22.1490 -0.5395 3.6403 3.1008 -0.1740
0.3657 0.4098 21.9416 -1.1333 1.5397 0.4064 -2.7889
0.3531 0.3938 21.1872 -1.0844 -1.9877 -3.0722 0.3530
0.3496 0.3904 20.9759 -0.9444 -1.6551 -2.5995 0.3633
0.3498 0.3910 20.9857 -0.8177 -1.8878 -2.7055 0.3022
0.3366 0.3766 20.1940 -0.7119 -1.6620 -2.3738 0.2999
0.3269 0.3659 19.6126 -0.6494 -1.5433 -2.1927 0.2961
0.3069 0.3436 18.4118 -0.6051 -1.4224 -2.0275 0.2984
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Atmosfir

Keterangan:

Pembukaan Katup (%) Nama


12,5 Alfriandi Kansasi Issan
25 Candra Winata
37,5 I Made Widhi Aditya Pranata
50 Arief Dwi Yulianto Ap
62,5 Muh. Afrisal Arma
75 Muh. Yusuf Ks
87,5 Azizul
100
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Atmosfir

VI. Pembahasan
V.1 Pembahasan Umum

PK (%) T14 (˚C) T13 (˚C) T12 (˚C) T11 (˚C)


12,5 49,282 78,266 19,229 13,616

Melalui grafik dapat dilihat hubungan antara suhu dan entalpi yang
dinyatakan pada grafik P-H dimana pada grafik dilihat suatu siklus
pendinginan yakni T11 merupakan keadaan sesudah evaporator
dengan suhu 13,616 ˚C dan tekanan 4,690 bar; kemudian T12
merupakan keadaan sesudah kompresor dengan suhu 19,229 ˚C dan
tekanan 5,599 bar; kemudian T13 merupakan keadaan sesudah
kondensor dengan suhu 78,266 ˚C dan tekanan 25,402 bar; dan T14
merupakan keadaan sesudah katup ekspansi dengan suhu 49,282 ˚C
dan tekanan 12,954 bar. Grafik ini menyatakan suatu siklus yang terjadi
pada suatu refrigerant saat melakukan proses pendinginan.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Atmosfir

V.2 Pembahasan Umum

PK (%) T14 (˚C) T13 (˚C) T12 (˚C) T11 (˚C)


25 20,634 48,484 70,090 21,999

Melalui grafik dapat dilihat hubungan antara suhu dan entalpi yang
dinyatakan pada grafik P-H dimana pada grafik dilihat suatu siklus
pendinginan yakni T11 merupakan keadaan sesudah evaporator
dengan suhu 21,999 ˚C dan tekanan 6,101 bar; kemudian T12
merupakan keadaan sesudah kompresor dengan suhu 70,090 ˚C dan
tekanan 21,214 bar; kemudian T13 merupakan keadaan sesudah
kondensor dengan suhu 48,484 ˚C dan tekanan 12,702 bar; dan T14
merupakan keadaan sesudah katup ekspansi dengan suhu 20,634 ˚C
dan tekanan 5,846 bar. Grafik ini menyatakan suatu siklus yang terjadi
pada suatu refrigerant saat melakukan proses pendinginan.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Atmosfir

V.3 Pembahasan Umum

PK (%) T14 (˚C) T13 (˚C) T12 (˚C) T11 (˚C)


37,5 23,568 44,676 46,026 23,834

Melalui grafik dapat dilihat hubungan antara suhu dan entalpi yang
dinyatakan pada grafik P-H dimana pada grafik dilihat suatu siklus
pendinginan yakni T11 merupakan keadaan sesudah evaporator
dengan suhu 23,834 ˚C dan tekanan 6,445 bar; kemudian T12
merupakan keadaan sesudah kompresor dengan suhu 46,026 ˚C dan
tekanan 11,926 bar; kemudian T13 merupakan keadaan sesudah
kondensor dengan suhu 44,676 ˚C dan tekanan 11,509 bar; dan T14
merupakan keadaan sesudah katup ekspansi dengan suhu 23,568 ˚C
dan tekanan 6,395 bar. Grafik ini menyatakan suatu siklus yang terjadi
pada suatu refrigerant saat melakukan proses pendinginan.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Atmosfir

V.4 Pembahasan Umum

PK (%) T14 (˚C) T13 (˚C) T12 (˚C) T11 (˚C)


50 23,475 45,650 58,111 24,623

Melalui grafik dapat dilihat hubungan antara suhu dan entalpi yang
dinyatakan pada grafik P-H dimana pada grafik dilihat suatu siklus
pendinginan yakni T11 merupakan keadaan sesudah evaporator
dengan suhu 24,623 ˚C dan tekanan 6,593 bar; kemudian T12
merupakan keadaan sesudah kompresor dengan suhu 58,111 ˚C dan
tekanan 16,099 bar; kemudian T13 merupakan keadaan sesudah
kondensor dengan suhu 45,650 ˚C dan tekanan 11,807 bar; dan T14
merupakan keadaan sesudah katup ekspansi dengan suhu 23,475 ˚C
dan tekanan 6,378 bar. Grafik ini menyatakan suatu siklus yang terjadi
pada suatu refrigerant saat melakukan proses pendinginan.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Atmosfir

V.5 Pembahasan Umum

PK (%) T14 (˚C) T13 (˚C) T12 (˚C) T11 (˚C)


62,5 24,153 44,638 53,290 25,913

Melalui grafik dapat dilihat hubungan antara suhu dan entalpi yang
dinyatakan pada grafik P-H dimana pada grafik dilihat suatu siklus
pendinginan yakni T11 merupakan keadaan sesudah evaporator
dengan suhu 25,913 ˚C dan tekanan 6,854 bar; kemudian T12
merupakan keadaan sesudah kompresor dengan suhu 53,290 ˚C dan
tekanan 14,323 bar; kemudian T13 merupakan keadaan sesudah
kondensor dengan suhu 44,638 ˚C dan tekanan 11,498 bar; dan T14
merupakan keadaan sesudah katup ekspansi dengan suhu 24,153 ˚C
dan tekanan 6,505 bar. Grafik ini menyatakan suatu siklus yang terjadi
pada suatu refrigerant saat melakukan proses pendinginan.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Atmosfir

V.6 Pembahasan Umum

PK (%) T14 (˚C) T13 (˚C) T12 (˚C) T11 (˚C)


75 24,209 43,802 49,657 26,634

Melalui grafik dapat dilihat hubungan antara suhu dan entalpi yang
dinyatakan pada grafik P-H dimana pada grafik dilihat suatu siklus
pendinginan yakni T11 merupakan keadaan sesudah evaporator
dengan suhu 26,634 ˚C dan tekanan 7,005 bar; kemudian T12
merupakan keadaan sesudah kompresor dengan suhu 49,657 ˚C dan
tekanan 11,259 bar; kemudian T13 merupakan keadaan sesudah
kondensor dengan suhu 43,802 ˚C dan tekanan 11,259 bar; dan T14
merupakan keadaan sesudah katup ekspansi dengan suhu 24,209 ˚C
dan tekanan 6,515 bar. Grafik ini menyatakan suatu siklus yang terjadi
pada suatu refrigerant saat melakukan proses pendinginan.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Atmosfir

V.7 Pembahasan Umum

PK (%) T14 (˚C) T13 (˚C) T12 (˚C) T11 (˚C)


87,5 24,209 43,802 49,657 26,634

Melalui grafik dapat dilihat hubungan antara suhu dan entalpi yang
dinyatakan pada grafik P-H dimana pada grafik dilihat suatu siklus
pendinginan yakni T11 merupakan keadaan sesudah evaporator
dengan suhu 26,634 ˚C dan tekanan 7,005 bar; kemudian T12
merupakan keadaan sesudah kompresor dengan suhu 49,657 ˚C dan
tekanan 11,259 bar; kemudian T13 merupakan keadaan sesudah
kondensor dengan suhu 43,802 ˚C dan tekanan 11,259 bar; dan T14
merupakan keadaan sesudah katup ekspansi dengan suhu 24,209 ˚C
dan tekanan 6,515 bar. Grafik ini menyatakan suatu siklus yang terjadi
pada suatu refrigerant saat melakukan proses pendinginan.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Atmosfir

V.8 Pembahasan Umum

PK (%) T14 (˚C) T13 (˚C) T12 (˚C) T11 (˚C)


100 24,390 43,768 48,671 27,084

Melalui grafik dapat dilihat hubungan antara suhu dan entalpi yang
dinyatakan pada grafik P-H dimana pada grafik dilihat suatu siklus
pendinginan yakni T11 merupakan keadaan sesudah evaporator
dengan suhu 27,084 ˚C dan tekanan 7,099 bar; kemudian T12
merupakan keadaan sesudah kompresor dengan suhu 48,671 ˚C dan
tekanan 12,761 bar; kemudian T13 merupakan keadaan sesudah
kondensor dengan suhu 43,768 ˚C dan tekanan 11,249 bar; dan T14
merupakan keadaan sesudah katup ekspansi dengan suhu 24,390 ˚C
dan tekanan 6,549 bar. Grafik ini menyatakan suatu siklus yang terjadi
pada suatu refrigerant saat melakukan proses pendinginan.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Atmosfir

V.2 Pembahasan Khusus


V.2.1 Pembukaan Katup Terhadap Tekanan Uap Jenuh

Pembukaan Katup (%) vs Tekanan Uap Jenuh


(Pv')
30.0000
25.0000
20.0000
Pv'

15.0000
10.0000
5.0000
0.0000
0 20 40 60 80 100 120
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Sesudah Evaporator

Pada grafik hubungan antara pembukaan katup (PK) dan


tekanan uap jenuh pada temperatur bola basah (Pv'), dapat dilihat
bahwa pada kondisi ruangan dan kondisi sebelum evaporator, PK
dan Pv' memiliki nilai yang hampir sama, Pada kondisi setelah
evaporator, Pv' lebih rendah dibandingkan dengan pada saat
kondisi ruangan & sebelum evaporator karena temperatur bola
basahnya juga semakin rendah saat melewati evaporator sehingga
Pv’ juga menurun. Pada kondisi setelah evaporator pada
pembukaan 3, Pv’ mengalami peningkatan yang drastis dan
akhirnya stabil hingga pembukaan terakhir.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Atmosfir

V.2.2 Pembukaan Katup Terhadap Tekanan Parsial Uap Air

Pembukaan Katup (%) vs Tekanan Parsial Uap Air


(Pv)
30.0000
25.0000
20.0000
Pv

15.0000
10.0000
5.0000
0.0000
0 20 40 60 80 100 120
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Sesudah Evaporator

Pada grafik hubungan antara pembukaan katup (PK) dan


tekanan parsil uap air (Pv), dapat dilihat bahwa pada kondisi
ruangan dan kondisi sebelum evaporator, PK dan Pv memiliki nilai
yang hampir sama, Pada kondisi setelah evaporator, nilai Pv lebih
tinggi dibandingkan dengan pada saat kondisi ruangan & sebelum
evaporator. Pv mengalami peningkatan yang drastis dan turun pada
pembukaan 3 kemudian berangsur angsur naik menuju pembukaan
terakhir.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Atmosfir

V.2.3 Pembukaan Katup Terhadap Densitas Udara

Pembukaan Katup (%) vs Densitas Udara ()


1.2200
1.2000
1.1800
1.1600

1.1400
1.1200
1.1000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pembukaan Katup

Seri1 Seri2 Seri3

Pada grafik hubungan antara pembukaan katup (PK) dan


volume spesfik udara (v), dapat dilihat bahwa pada kondisi ruangan
dan kondisi sebelum evaporator, PK dan v memiliki nilai yang
hampir sama, Pada kondisi setelah evaporator, (v) lebih rendah
dibandingkan dengan pada saat kondisi ruangan & sebelum
evaporator karena temperatur bola basahnya juga semakin rendah
saat melewati evaporator sehingga (v) juga menurun. Pada kondisi
setelah evaporator pada pembukaan 3, volume spesifik mengalami
peningkatan yang drastis dan akhirnya stabil hingga pembukaan
terakhir.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Atmosfir

V.2.4 Pembukaan Katup Terhadap Volume Spesifik Udara

Pembukaan Katup (%) vs Volume Spesifik Udara


(v)
0.8980
0.8960
0.8940
0.8920
v

0.8900
0.8880
0.8860
0.8840
0 20 40 60 80 100 120
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Sesudah Evaporator

Pada grafik hubungan antara pembukaan katup (PK) dan


volume spesifik (v), dapat dilihat bahwa pada kondisi ruangan dan
kondisi sebelum evaporator, PK dan v memiliki nilai yang hampir
sama, Pada kondisi setelah evaporator, nilai v lebih rendah
dibandingkan dengan pada saat kondisi ruangan & sebelum
evaporator. Pada kondisi ini, v lebih rendah karena temperatur telah
menurun setelah melewati evaporator. Pada kondisi setelah
evaporator pada pembukaan 4, v mengalami peningkatan dan
berangsur angsur naik menuju pembukaan terakhir. Sedangkan pada
kondisi ruangan nilai v terlihat grafik yang stabil.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Atmosfir

V.2.5 Pembukaan Katup Terhadap Densitas Udara

Pembukaan Katup (%) vs Densitas Udara ()


1.2200
1.2000
1.1800
1.1600

1.1400
1.1200
1.1000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pembukaan Katup

Seri1 Seri2 Seri3

Pada grafik hubungan antara pembukaan katup (PK) dan


densitas udara (𝜌), dapat dilihat bahwa pada kondisi ruangan dan
sebelum evaporator PK dan 𝜌 memiliki nilai yang hamper sama. Pada
kondisi setelah evaporator, nilai 𝜌 lebih besar dibandingkan dengan
pada saat kondisi ruangan & setelah evaporator. Pada kondisi setelah
evaporator nilai 𝜌 menurun secara bertahap hingga pembukaan
terakhir.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Atmosfir

V.2.6 Pembukaan Katup Terhadap RH

Pembukaan Katup (%) vs RH


86.0000
85.0000
84.0000
RH

83.0000
82.0000
81.0000
80.0000
0 20 40 60 80 100 120
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Sesudah Evaporator

Pada grafik hubungan antara pembukaan katup (PK) dan


kelembaban relatif (RH), dapat dilihat bahwa grafik pada kondisi
ruangan terjadi nilai yang tidak seignifikan dari hasil nilai kelembaban
relative yang didapatkan pada saat bukaan katup ketiga nilai RH
mengalami penurunan lalu naik hingga pembukaan katup berakhir,
kemudian pada grafik sebelum evaporator nilai yang dihasilkan RH
menurun seiring dengan bertambhanya nilai pembukaan katup dan
hal ini menunjukkan bahwa hubungan keduanya berbanding terbalik.
Pada kondisi setelah evaporator, nilai RH yang didapatkan semakin
meningkat seiring dangan bertambhanya nilai dari pembukaan katup
yangdihasilkan maka dapat disimpulakn bahwa hubungan RH dan
pembukaan katup pada kondisi setelah evaporaor berbanding lurus
karna semakin besar nilai bukaan katup maka semakin naik pula grafik
pada RH
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Atmosfir

VI Kesimpulan
1. Karakteristik udara pada kondisi pendinginan udara atmosfir yakni
memiliki rasio kelembaban yang nilainya semakin meningkat pada
keadaan setelah evaporator. Namun, untuk densitas udara nilainya
berbanding terbalik pada kondisi sebelum evaporator.
2. Pembukaan katup sangat berpengaruh pada karakteristik udara
dalam kondisi pendinginan udara atmosfir yakni tekanan uap jenuh,
tekanan parsial, rasio kelembaban, kelembaban relatif, volume
spesifik, dan entalpi nilainya berbanding lurus pada kondisi setelah
evaporator. Namun, berbeda pada densitas udara yang nilainya
berbanding terbalik pada kondisi sebelum evaporator.
PERCOBAAN PENDINGINAN
UDARA LEMBAB
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Lembab

I. Tujuan Pengujian
Adapun tujuan dari pengujian Pendinginan Udara Atmosfer
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui karakteristik udara pada kondisi pendinginan
pada udara lembab.
2. Untuk mengetahui pengaruh pembukaan katup terhadap
karakteristik udara pada kondisi udara pendinginan lembab.
II. Prosedur Pengujian
1. Hubungkan alat pengujian ke sumber listrik.
2. Nyalakan alat pengujian.
3. Nyalakan komputer kemudian buka software alat.
4. Menyalakan fan dengan lalu tunggu babarapa menit hingga putaran
fan stabil.
5. Meyalakan humidifier dengan memutar knob humidifier ke arah ON.
6. Nyalakan juga pendingin dengan memutar knob cooling ke arah
ON.
7. Memulai pengambilan data untuk bukaan 12,5% di software.
8. Setelah 2 menit, ganti bukaan fan menjadi 25%.
9. Ganti bukaan fan menjadi 37,5%, 50%, 62,5%, 75%, 87,5%, dan
100% dengan interval waktu 2 menit.
10. Setelah selesai, hentikan pengambilan data di software.

III. Rumus – rumus yang digunakan


Rumus-rumus yang digunakan dalam pengujian ini yaitu:
1. Tekanan uap jenuh pada temperatur bola basah (Pv’)
760
𝑃𝑣′ = 𝑃𝑗𝑤𝑏 101,325 (mmHg)

Dimana :
Pjwb = Tekanan jenuh uap air pada T wb, lihat di tabel A-2
(Stoecker).
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Lembab

2. Tekanan parsial uap air (Pv)


(𝑃−𝑃𝑣 ′ )(𝑡𝑑𝑏 −𝑡𝑤𝑏 )(1.8)
𝑃𝑣 = 𝑃𝑣 ′ − [ ] (mmHg)
2800−1.3(1,8𝑡𝑑𝑏 +32)

Dimana :
P = Tekanan atmosfer 752 mmHg.

3. Rasio kelembaban udara (ω)


𝑃𝑣
𝜔 = 0,622 𝑃−𝑃𝑣 (kgv/kgda)

4. Kelembaban Relatif (RH)


𝑃𝑣
𝑅𝐻 = × 100% (%)
𝑃𝑠

Dimana:
Ps = Tekanan jenuh uap air pada T db, lihat di tabel A-2
(Stoecker).

5. Volume spesifik udara (v)


𝑅𝑎×𝑡𝑡𝑏
𝑣= (m3/kg)
𝑃−𝑃𝑣
Dimana :
Ra = Konstanta gas untuk udara kering
= 0,2871 kJ/kg
Pa = P-Pv (kPa)

6. Densitas Udara (𝜌)


1
𝜌= (kg/m3)
𝑣

7. Enthalphy Udara (h)


ℎ = 1,005 × 𝑡𝑑𝑏 + 𝜔 × (2500 + 1,88 × 𝑡𝑑𝑏 ) (kJ/kg)
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Lembab

8. Faktor Simpang (By Pass Factor) (X)


𝑡2 −𝑡𝑠
𝑋=| |
𝑡1 − 𝑡𝑠

Dimana:
t1 = Temperatur sebelum evaporator ( oC)
t2 = Temperatur sesudah evaporator ( oC)
ts = Temperatur permukaan evaporator ( oC)
ℎ2 −ℎ𝑠
𝑋=| |
ℎ1 − ℎ𝑠

Dimana :
h1 = Entalpi udara sebelum evaporator (kJ/kg)
h2 = Entalpi udara sesudah evaporator (kJ/kg)
hs = Entalpi udara permukaan evaporator (kJ/kg)

Perhitungan Karakteristik Pendinginan

1. Laju aliran massa udara (ma)


𝑚𝑎 = 𝑄𝑣 × 𝜌 (kg/s)
Dimana :
Qv = Laju aliran volumetric udara (m3/s)
𝑉𝑢𝑑3 ×𝐴×𝑘2 +𝑉𝑢𝑑4 ×𝐴×𝑘3
=
2

k = Faktor kalibrasi

𝜌3 +𝜌2
𝜌 =
2

𝜌2 = Massa jenis udara sebelum evaporator (kg/m 3)

𝜌3 = Massa jenis udara setelah evaporataor (kg/m 3)

2. Kapasitas udara suplai (cmm)


1
𝑐𝑚𝑚 = 𝑚𝑎 × 𝜌 × 60 (m3/menit)
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara Lembab

Dimana :

𝜌 = Massa jenis udara setelah evaporator (kg/m3)

3. Kalor sensibel udara (Qs)


𝑄𝑠 = 0,0204 × 𝑐𝑚𝑚 × (𝑡2 − 𝑡3 ) (kJ/kg)
Dimana :

t2 = Temperatur udara sebelum evaporator ( oC)

t3 = Temperatur udara setelah evaporator ( oC)

4. Kalor laten udara (QTH)


𝑄𝑇𝐻 = 𝑄𝑆 + 𝑄𝐿 (kJ/kg)

5. Faktor kalor sensibel udara (SHF)


𝑄𝑆
𝑆𝐻𝐹 =
𝑄𝑆 + 𝑄𝐿
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pedinginan udara lembab

IV. Analisa Data


IV.1. Tabel Data Pengamatan
Temperatur Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Sesudah Evaporator
Evaporator Twb Tdb Twb Tdb Twb Tdb
25.8725 26.182 28.282 25.821 27.921 23.046 25.146
26.3442 26.188 28.288 25.845 27.945 23.604 25.704
27.578 26.183 28.283 25.859 27.959 24.104 26.204
27.0313 26.17 28.27 25.858 27.958 24.968 27.068
27.838 26.152 28.252 25.945 28.045 275.036 277.136
25.4286 26.123 28.223 26.024 28.124 25.578 27.678
27.4431 26.213 28.313 26.164 28.264 25.445 27.545
24.2452 26.109 28.209 26.183 28.283 25.867 27.967

Keterangan:
Pembukaan Katup (%) Nama
12,5 Alfriandi Kansasi Issan
25 Candra Winata
37,5 I Made Widhi Aditya Pranata
50 Arief Dwi Yulianto Ap
62,5 Muh. Afrisal Arma
75 Muh. Yusuf Ks
87,5 Azizul
100
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pedinginan udara lembab

IV.2 Analisa Data dan Perhitungan


Pada contoh perhitungan, diambil data untuk pembukaan outlet
sebesar 12,500 %, dengan data sebagai berikut :
- Heater = 1000 W
- Tekanan atmosfir (P) = 752 mmHg
- Luas penampang air duct = 0,105 m2

IV.2.1 Kondisi Ruangan


Data yang diperoleh :
- Temperatur bola basah (twb) = 26,182 oC
- Temperatur bola kering (tdb) = 27,476oC

1. Tekanan Uap Jenuh pada Temperatur Bola Basah


760
Pv ′ = Pjwb ×
101,325
760
= 3,240 ×
101,325
= 23,7827 mmHg

2. Tekanan parsial uapa air


(P − Pv′) . (Tdb − Twb ) . (1,8)
Pv = Pv ′ − [ ]
2800 − 1,3 . (1,8 . Tdb + 32)
(752 − 23,7827) . ( 27,168 − 26,182) . (1,8)
= 23,7827 − [ ]
2800 − 1,3 . (1,8 . 27,168 + 32)
= 3,104 Kpa

3. Rasio kelembaban udara


Pv
ω = 0,622
P − Pv
3,104
= 0,622
101,325 − 3,104
= 0,0209 kgv/kgda
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pedinginan udara lembab

4. Kelembaban Relatif (RH)


Pv
RH = × 100%
Ps
3,104
= × 100%
3,667
= 84,8943%

5. Volume Spesifik Udara (v)


𝑅𝑎 × 𝑇𝑑𝑏
𝑣 =
𝑃 − 𝑃𝑣
0,2871 × 27,168
=
100,258 − 3,104
= 0,8917 m3 /kg

6. Densitas Udara (ρ)


1
𝜌 =
𝑣
1
=
0,8917
= 1,1214 kg/m3

7. Enthalpy Udara (h)


h = 1,005 . Tdb + ω (2500 + 1,88 . Tdb )
= 1,005 . Tdb + ω (2500 + 1,88 . Tdb )
= 817995 kj/kg

IV.2.2 Kondisi Sebelum Heater


Data yang diperoleh:
- Temperatur bola basah (twb) = 23,9308oC
- Temperatur bola kering (tdb) = 27,268oC
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pedinginan udara lembab

1. Tekanan Uap Jenuh pada Temperatur Bola Basah


760
Pv ′ = Pjwb ×
101,325
760
= 3,289 ×
101,325
= 24,4533 mmHg

2. Tekanan parsial uapa air


(P − Pv′) . (Tdb − Twb ) . (1,8)
Pv = Pv ′ − [ ]
2800 − 1,3 . (1,8 . Tdb + 32)
(752 − 24,4533) . ( 27,731 − 21,354) . (1,8)
= 24,4533 − [ ]
2800 − 1,3 . (1,8 . 27,268 + 32)
= 3,153 Kpa

3. Rasio kelembaban udara


Pv
ω = 0,622
P − Pv
3,0346
= 0,622
101,325 − 3,0346
= 0,0204 kgv/kgda

4. Kelembaban Relatif (RH)


Pv
RH = × 100%
Ps
24,4533
= × 100%
3,722
= 84,7830 %
5. Volume Spesifik Udara (v)
𝑅𝑎 × 𝑇𝑑𝑏
𝑣 =
𝑃 − 𝑃𝑣
0,2871 × 27,268
=
100,258 − 3,0346
= 0,8900 m3 /kg
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pedinginan udara lembab

6. Densitas Udara (ρ)


1
𝜌 =
𝑣
1
=
0,8900
= 1,1235 kg/m3

7. Enthalpy Udara (h)


h = 1,005 . Tdb + ω (2500 + 1,88 . Tdb )
= 1,005 . 27,268 + 0,0209(2500 + 1,88 . 27,268 )
= 80,2388 kj/kg

IV.2.4 Kondisi Setelah Heater


Data yang diperoleh :
- Temperatur bola basah (twb) = 26,362 oC
- Temperatur bola kering (tdb) = 25,145 oC

1. Tekanan Uap Jenuh pada Temperatur Bola Basah


760
Pv ′ = Pjwb ×
101,325
760
= 2,542 ×
101,325
= 24,0566 mmHg
2. Tekanan parsial uapa air
(P − Pv′) . (Tdb − Twb ) . (1,8)
Pv = Pv ′ − [ ]
2800 − 1,3 . (1,8 . Tdb + 32)
(752 − 24,0566) . (25,145 − 26,362) . (1,8)
= 23,7827 − [ ]
2800 − 1,3 . (1,8 . 25,145 + 32)
= 2,5544 Kpa
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pedinginan udara lembab

3. Rasio kelembaban udara


Pv
ω = 0,622
P − Pv
2,5544
= 0,622
101,325 − 2,5544
= 0,0170 kgv/kgda

4. Kelembaban Relatif (RH)


Pv
RH = × 100%
Ps
2,5544
= × 100%
2,888
= 83,9027%

5. Volume Spesifik Udara (v)


𝑅𝑎 × 𝑇𝑑𝑏
𝑣 =
𝑃 − 𝑃𝑣
0,2871 × 24,145
=
100,258 − 2,5544
= 0,8771 m3 /kg

6. Densitas Udara (ρ)


1
𝜌 =
𝑣
1
=
0,8771
= 1,1401 kg/m3

7. Enthalpy Udara (h)


h = 1,005 . Tdb + ω (2500 + 1,88 . Tdb )
= 1,005 . 25,145 + 0,015 (2500 + 1,88 . 25,145)
= 68,6352 kj/kg
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pedinginan udara lembab

IV.2.5 Perhitungan Karakterisasi Udara


1. Laju Aliran Massa Udara
Vud3 . A . K 3 + Vud4 . A . K 4
Qv =
2
3,506. 0,105 . 1,000 + 3,540. 0105, . 1,000
=
2
= 0,3692 m3 /s

𝑚𝑎 = 𝑄𝑣 × 𝜌
= 0,3692 × 𝜌
= 0,4209 kg/s

2. Kapasitas Udara Suplai (Cmm)


1
Cmm = ma × × 60
ρ
1
= 0,4209 × × 60
1,1401
= 22,1490 m3 /s

3. Kalor Laten Udara (QL)


Q L = 50 . Cmm . (ω2 − ω3)
= 50 . 22,199 . ( 12,500 − 12,500)
= 3,7859 kW

4. Kalor Total Udara (Qth)


Q th = Q S + Q L
= 1,2539 + 3,7859
= 5,0398 Kj/kg

5. Faktor Kalor Sensibel Udara (SHF)


Qs
SHF =
Qs + Q L
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pedinginan udara lembab

1,2539
=
1,2539 + 3,7859
= 0,2488
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pedinginan udara lembab

IV.3. Tabel Hasil Perhitungan


IV.3.1. Kondisi Ruangan
Pembukaan
Pv' Pv Pv (kPa) ω RH v ρ h
Katup
1 25.4734 24.4533 3.2602 0.0209 84.8943 0.8917 1.1214 81.7995
2 25.4821 24.4620 3.2613 0.0209 84.8961 0.8918 1.1214 81.8255
3 25.4748 24.4548 3.2604 0.0209 84.8946 0.8918 1.1214 81.8038
4 25.4559 24.4358 3.2578 0.0209 84.8907 0.8917 1.1215 81.7476
5 25.4298 24.4097 3.2544 0.0209 84.8852 0.8916 1.1216 81.6697
6 25.3876 24.3675 3.2487 0.0208 84.8764 0.8915 1.1217 81.5443
7 25.5184 24.4984 3.2662 0.0209 84.9036 0.8919 1.1212 81.9337
8 25.3673 24.3471 3.2460 0.0208 84.8721 0.8914 1.1218 81.4837

IV.3.2. Sebelum Evaporator


Pembukaan
Pv' Pv Pv kPa ω RH v ρ h
Katup
1 24.9486 21.0566 2.8073 0.0179 74.6086 0.8865 1.1280 73.7968
2 24.9835 23.9630 3.1948 0.0205 84.7905 0.8902 1.1234 80.3425
3 25.0039 23.9834 3.1975 0.0205 84.7949 0.8902 1.1233 80.4030
4 25.0024 23.9820 3.1973 0.0205 84.7946 0.8902 1.1233 80.3987
5 25.1289 24.1085 3.2142 0.0206 84.8217 0.8906 1.1228 80.7747
6 25.2437 24.2235 3.2295 0.0207 84.8461 0.8910 1.1223 81.1162
7 25.4472 24.4271 3.2567 0.0209 84.8888 0.8917 1.1215 81.7216
8 25.4748 24.4548 3.2604 0.0209 84.8946 0.8918 1.1214 81.8038
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pedinginan udara lembab

IV.3.3. Setelah Evaporator


Pembukaan
Pv' Pv Pv kPa ω RH v ρ h
Katup
1 21.0566 20.0332 2.6709 0.0170 83.9027 0.8771 1.1401 68.6352
2 21.7137 20.6907 2.7585 0.0176 88.3588 0.8796 1.1369 70.6780
3 22.3025 21.2799 2.8371 0.0181 93.2657 0.8818 1.1341 72.5117
4 23.3200 22.2980 2.9728 0.0190 98.2272 0.8855 1.1293 75.6877
5 317.7993 317.0214 42.2660 0.4533 85.3258 2.7235 0.3672 1,648.0284
6 24.2664 23.2452 3.0991 0.0198 88.4903 0.8885 1.1255 78.4488
7 24.1013 23.0800 3.0771 0.0197 93.2906 0.8879 1.1263 77.9390
8 24.6252 23.6042 3.1470 0.0202 98.6229 0.8898 1.1239 79.5575

IV.3.4. Karakteristik Udara


Qv ma Cmm Qs QL Qth SHF
0.3692 0.4209 22.1490 1.2539 0.9909 2.2448 0.5586
0.3657 0.4158 21.9416 1.0031 3.1539 4.1570 0.2413
0.3531 0.4005 21.1872 0.7585 2.5182 3.2768 0.2315
0.3496 0.3948 20.9759 0.3808 1.5551 1.9359 0.1967
0.3498 0.1284 20.9857 -106.6377 -454.0514 -560.6892 0.1902
0.3366 0.3788 20.1940 0.1837 0.8711 1.0548 0.1742
0.3269 0.3681 19.6126 0.2877 1.1651 1.4528 0.1980
0.3069 0.3449 18.4118 0.1187 0.6911 0.8098 0.1466
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pedinginan udara lembab

KETERANGAN:
Pembukaan Katup (%) Nama
12,5 Alfriandi Kansasi Issan
25 Candra Winata
37,5 I Made Widhi Aditya Pranata
50 Arief Dwi Yulianto Ap
62,5 Muh. Afrisal Arma
75 Muh. Yusuf Ks
87,5 Azizul
100
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pendinginan Udara lembab

V Pembahasan
V.1 Pembahasan Umum
PK (%) T14 (˚C) T13 (˚C) T12 (˚C) T11 (˚C)
12,5 23,315 46,082 55,525 25,012

Melalui grafik dapat dilihat hubungan antara suhu dan entalpi yang
dinyatakan pada grafik P-H dimana pada grafik dilihat suatu siklus
pendinginan yakni T11 merupakan keadaan sesudah evaporator
dengan suhu 25,012 ˚C dan tekanan 6,665 bar; kemudian T12
merupakan keadaan sesudah kompresor dengan suhu 55,525 ˚C dan
tekanan 15,115 bar; kemudian T13 merupakan keadaan sesudah
kondensor dengan suhu 46,082 ˚C dan tekanan 11,943 bar; dan T14
merupakan keadaan sesudah katup ekspansi dengan suhu 23,315 ˚C
dan tekanan 6,347 bar. Grafik ini menyatakan suatu siklus yang terjadi
pada suatu refrigerant saat melakukan proses pendinginan.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pedinginan udara lembab

V.2 Pembahasan Umum


PK (%) T14 (˚C) T13 (˚C) T12 (˚C) T11 (˚C)
25,5 24,207 45,220 53,085 25,733

Melalui grafik dapat dilihat hubungan antara suhu dan entalpi yang
dinyatakan pada grafik P-H dimana pada grafik dilihat suatu siklus
pendinginan yakni T11 merupakan keadaan sesudah evaporator
dengan suhu 25,733 ˚C dan tekanan 6,816 bar; kemudian T12
merupakan keadaan sesudah kompresor dengan suhu 53,085 ˚C dan
tekanan 14,251 bar; kemudian T13 merupakan keadaan sesudah
kondensor dengan suhu 45,220 ˚C dan tekanan 11,671 bar; dan T14
merupakan keadaan sesudah katup ekspansi dengan suhu 24,207 ˚C
dan tekanan 6,515 bar. Grafik ini menyatakan suatu siklus yang terjadi
pada suatu refrigerant saat melakukan proses pendinginan.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pedinginan udara lembab

V.3 Pembahasan Umum


PK (%) T14 (˚C) T13 (˚C) T12 (˚C) T11 (˚C)
25,5 24,393 45,018 52,253 26,183

Melalui grafik dapat dilihat hubungan antara suhu dan entalpi yang
dinyatakan pada grafik P-H dimana pada grafik dilihat suatu siklus
pendinginan yakni T11 merupakan keadaan sesudah evaporator
dengan suhu 26,183 ˚C dan tekanan 6,911 bar; kemudian T12
merupakan keadaan sesudah kompresor dengan suhu 52,253 ˚C dan
tekanan 13,963 bar; kemudian T13 merupakan keadaan sesudah
kondensor dengan suhu 45,018 ˚C dan tekanan 11,608 bar; dan T14
merupakan keadaan sesudah katup ekspansi dengan suhu 24,393 ˚C
dan tekanan 6,549 bar. Grafik ini menyatakan suatu siklus yang terjadi
pada suatu refrigerant saat melakukan proses pendinginan.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pedinginan udara lembab

V.4 Pembahasan Umum


PK (%) T14 (˚C) T13 (˚C) T12 (˚C) T11 (˚C)
25,5 23,891 46,253 55,616 26,882

Melalui grafik dapat dilihat hubungan antara suhu dan entalpi yang
dinyatakan pada grafik P-H dimana pada grafik dilihat suatu siklus
pendinginan yakni T11 merupakan keadaan sesudah evaporator
dengan suhu 26,882 ˚C dan tekanan 7,057 bar; kemudian T12
merupakan keadaan sesudah kompresor dengan suhu 55,616 ˚C dan
tekanan 15,150 bar; kemudian T13 merupakan keadaan sesudah
kondensor dengan suhu 46,253 ˚C dan tekanan 11,998 bar; dan T14
merupakan keadaan sesudah katup ekspansi dengan suhu 23,891 ˚C
dan tekanan 6,456 bar. Grafik ini menyatakan suatu siklus yang terjadi
pada suatu refrigerant saat melakukan proses pendinginan.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pedinginan udara lembab

V.5 Pembahasan Umum


PK (%) T14 (˚C) T13 (˚C) T12 (˚C) T11 (˚C)
25,5 24,575 43,479 46,717 28,177

Melalui grafik dapat dilihat hubungan antara suhu dan entalpi yang
dinyatakan pada grafik P-H dimana pada grafik dilihat suatu siklus
pendinginan yakni T11 merupakan keadaan sesudah evaporator
dengan suhu 28,177 ˚C dan tekanan 7,328 bar; kemudian T12
merupakan keadaan sesudah kompresor dengan suhu 46,717 ˚C dan
tekanan 12,144 bar; kemudian T13 merupakan keadaan sesudah
kondensor dengan suhu 43,479 ˚C dan tekanan 11,166 bar; dan T14
merupakan keadaan sesudah katup ekspansi dengan suhu 24,575 ˚C
dan tekanan 6,584 bar. Grafik ini menyatakan suatu siklus yang terjadi
pada suatu refrigerant saat melakukan proses pendinginan.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pedinginan udara lembab

V.6 Pembahasan Umum


PK (%) T14 (˚C) T13 (˚C) T12 (˚C) T11 (˚C)
25,5 24,939 42,838 44,584 27,433

Melalui grafik dapat dilihat hubungan antara suhu dan entalpi yang
dinyatakan pada grafik P-H dimana pada grafik dilihat suatu siklus
pendinginan yakni T11 merupakan keadaan sesudah evaporator
dengan suhu 27,433 ˚C dan tekanan 7,172 bar; kemudian T12
merupakan keadaan sesudah kompresor dengan suhu 44,584 ˚C dan
tekanan 11,483 bar; kemudian T13 merupakan keadaan sesudah
kondensor dengan suhu 42,838 ˚C dan tekanan 10,983 bar; dan T14
merupakan keadaan sesudah katup ekspansi dengan suhu 24,939 ˚C
dan tekanan 6,652 bar. Grafik ini menyatakan suatu siklus yang terjadi
pada suatu refrigerant saat melakukan proses pendinginan.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pedinginan udara lembab

V.7 Pembahasan Umum


PK (%) T14 (˚C) T13 (˚C) T12 (˚C) T11 (˚C)
25,5 24,939 42,838 44,584 27,433

Melalui grafik dapat dilihat hubungan antara suhu dan entalpi yang
dinyatakan pada grafik P-H dimana pada grafik dilihat suatu siklus
pendinginan yakni T11 merupakan keadaan sesudah evaporator
dengan suhu 27,433 ˚C dan tekanan 7,172 bar; kemudian T12
merupakan keadaan sesudah kompresor dengan suhu 44,584 ˚C dan
tekanan 11,483 bar; kemudian T13 merupakan keadaan sesudah
kondensor dengan suhu 42,838 ˚C dan tekanan 10,983 bar; dan T14
merupakan keadaan sesudah katup ekspansi dengan suhu 24,939 ˚C
dan tekanan 6,652 bar. Grafik ini menyatakan suatu siklus yang terjadi
pada suatu refrigerant saat melakukan proses pendinginan.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pedinginan udara lembab

V.8 Pembahasan Umum


PK (%) T14 (˚C) T13 (˚C) T12 (˚C) T11 (˚C)
25,5 22,746 47,052 55,016 27,173

Melalui grafik dapat dilihat hubungan antara suhu dan entalpi yang
dinyatakan pada grafik P-H dimana pada grafik dilihat suatu siklus
pendinginan yakni T11 merupakan keadaan sesudah evaporator
dengan suhu 27,173 ˚C dan tekanan 7,118 bar; kemudian T12
merupakan keadaan sesudah kompresor dengan suhu 55,016 ˚C dan
tekanan 14,922 bar; kemudian T13 merupakan keadaan sesudah
kondensor dengan suhu 47,052 ˚C dan tekanan 12,250 bar; dan T14
merupakan keadaan sesudah katup ekspansi dengan suhu 22,746 ˚C
dan tekanan 6,242 bar. Grafik ini menyatakan suatu siklus yang terjadi
pada suatu refrigerant saat melakukan proses pendinginan.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pedinginan udara lembab

V.2 Pembahasan Khusus


V.2.1 Pembukaan Katup Terhadap Tekanan Uap Jenuh

Pembukaan Katup (%) vs Tekanan Uap Jenuh


(Pv')
350.0000
300.0000
250.0000
200.0000
Pv'

150.0000
100.0000
50.0000
0.0000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Sesudah Evaporator

Pv’ (mmHg)
PK (%) Kondisi Sebelum Setelah
ruangan evaporator evaporator
12,5 25.4734 24.9486 21.0566
25 25.4821 24.9835 21.7137
37,5 25.4748 25.0039 22.3025
50 25.4559 25.0024 23.3200
62,5 25.4298 25.1289 317.7993
75 25.3876 25.2437 24.2664
87,5 25.5184 25.4472 24.1013
100 25.3673 25.4748 24.6252

Pada grafik di atas menunjukkan hubungan antara pembukaan


katup (PK) terhadap tekanan uap jenuh pada temperatur bola basah
(Pv'), dapat dilihat bahwa pada kondisi ruangan dan kondisi sebelum
evaporator, PK dan Pv’ memiliki nilai yang hampir sama. Pada
kondisi setelah evaporator, nilai Pv’ yang dihasilkan lebih rendah
dibandingkan dengan pada saat kondisi ruangan dan sebelum
evaporator. Dari ketiga kondisi dari grafik di atas nilai dari hasil
perhitungan yang didapatkan terjadi ketidakstabilan nilai tekanan uap
jenuh seiring bertambahnya kecepatan kipas. Hal ini dipengaruhi
oleh jenis zat yang di gunakan, suhu, jumlah molekul zat pelarun
maupun terlarut.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pedinginan udara lembab

V.2.2 Pembukaan Katup Terhadap Tekanan Parsial Uap Air

Pembukaan Katup (%) vs Tekanan Parsial Uap


Air (Pv)
50.0000
40.0000
30.0000
Pv

20.0000
10.0000
0.0000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Sesudah Evaporator

Pv (mmHg)
PK (%) Kondisi Sebelum Sebelum
ruangan evaporator evaporator
12,5 24.4533 21.0566 20.0332
25 24.4620 23.9630 20.6907
37,5 24.4548 23.9834 21.2799
50 24.4358 23.9820 22.2980
62,5 24.4097 24.1085 317.0214
75 24.3675 24.2235 23.2452
87,5 24.4984 24.4271 23.0800
100 24.3471 24.4548 23.6042

Pada grafik di atas menunjukkan hubungan antara pembukaan


katup (PK) dan tekanan parsial uap air (Pv), dapat dilihat bahwa pada
kondisi ruangan dan kondisi sebelum evaporator, PK dan Pv memiliki
nilai yang hampir sama. Pada kondisi setelah evaporator, nilai Pv
lebih rendah dibandingkan dengan pada saat kondisi ruangan &
sebelum evaporator hingga pada pembukaan ke 3 nilai Pv tidak stabil
kemudian berangsur-angsur meningkat hingga pembukaan terakhir.
ketiga kondisi pada grafik terjadi ketidakstabilan nilai yang diperoleh
seiring dengan bertambahnya pembukaan katup.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pedinginan udara lembab

V.2.3 Pembukaan Katup Terhadap Kelembaban Udara

Pembukaan Katup (%) vs Kelembaban Udara ()


0.5000
0.4000
0.3000

0.2000
0.1000
0.0000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Sesudah Evaporator

PK Kondisi Sebelum Setelah


ruangan evaporator evaporator
12,5 0.0209 0.0179 0.0170
25 0.0209 0.0205 0.0176
37,5 0.0209 0.0205 0.0181
50 0.0209 0.0205 0.0190
62,5 0.0209 0.0206 0.4533
75 0.0208 0.0207 0.0198
87,5 0.0209 0.0209 0.0197
100 0.0208 0.0209 0.0202
Pada grafik hubungan antara pembukaan katup (PK) dan rasio
kelembaban udara (𝜔), dapat dilihat bahwa pada kondisi ruangan dan
kondisi sebelum evaporator, PK dan 𝜔 memiliki nilai yang sama. Pada
kondisi sesudah evaporator, nilai 𝜔 lebih rendah dibandingkan dengan
pada saat kondisi ruangan & sebelum evaporator. Pada kondisi
sesudah evaporator juga tidak mengalami peningkatan yang sangat
drastis. Sedangkan pada kondisi ruangan nilai 𝜔 terlihat grafik yang
stabil.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pedinginan udara lembab

V.2.4 Pembukaan Katup Terhadap Kelembaban Relatif

Pembukaan Katup (%) vs Kelembaban Relatif


(RH)
120.0000
100.0000
80.0000
RH

60.0000
40.0000
20.0000
0.0000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Sesudah Evaporator

RH
PK Kondisi Sebelum Setelah
ruangan evaporator evaporator
12,5 84.8943 74.6086 83.9027
25 84.8961 84.7905 88.3588
37,5 84.8946 84.7949 93.2657
50 84.8907 84.7946 98.2272
62,5 84.8852 84.8217 85.3258
75 84.8764 84.8461 88.4903
87,5 84.9036 84.8888 93.2906
100 84.8721 84.8946 98.6229

Pada grafik hubungan antara pembukaan katup (PK) dan


kelembapan realtif (RH), dapat dilihat bahwa pada kondisi ruangan
dan kondisi sebelum evaporator, PK dan RH memiliki nilai yang
hampir sama, Pada kondisi setelah evaporator, nilai RH lebih tinggi
dibandingkan dengan pada saat kondisi ruangan & sebelum
evaporator dan meningkat pada pembukaan 4 akan tetapi mengalami
penurunan di pembukaan 5 dan naik lagi hingga pembukaan katup
terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi sesudah evaporator tidak
stabil karena mengalami kenaikan dan penurunan
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pedinginan udara lembab

V.2.5 Pembukaan Katup Terhadap Volume Spesifik Udara

Pembukaan Katup (%) vs Volume Spesifik Udara


(v)
3.0000

2.0000
v

1.0000

0.0000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Sesudah Evaporator

V
PK Kondisi Sebelum Setelah
ruangan evaporator evaporator
12,5 0.8917 0.8865 0.8771
25 0.8918 0.8902 0.8796
37,5 0.8918 0.8902 0.8818
50 0.8917 0.8902 0.8855
62,5 0.8916 0.8906 2.7235
75 0.8915 0.8910 0.8885
87,5 0.8919 0.8917 0.8879
100 0.8914 0.8918 0.8898
Pada grafik hubungan antara pembukaan katup (PK) dan volume
spesifik (v), dapat dilihat bahwa pada kondisi ruangan dan kondisi
sebelum evaporator, PK dan v memiliki nilai yang hampir sama, Pada
kondisi setelah evaporator, nilai v lebih rendah dibandingkan dengan
pada saat kondisi ruangan & sebelum evaporator. Pada kondisi ini, v
lebih rendah karena temperatur telah menurun setelah melewati
evaporator. Pada kondisi setelah evaporator pada pembukaan 4, v
mengalami peningkatan dan berangsur angsur naik menuju
pembukaan terakhir. Sedangkan pada kondisi ruangan nilai v terlihat
grafik yang stabil.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pedinginan udara lembab

V.2.6. Pembukaan Katup Terhadap Densitas Udara

Pembukaan Katup (%) vs Densitas Udara ()


1.2000
1.0000
0.8000
Pv'

0.6000
0.4000
0.2000
0.0000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Sesudah Evaporator


PK Kondisi Sebelum Setelah
ruangan evaporator evaporator
12,5 1.1214 1.1280 1.1401
25 1.1214 1.1234 1.1369
37,5 1.1214 1.1233 1.1341
50 1.1215 1.1233 1.1293
62,5 1.1216 1.1228 0.3672
75 1.1217 1.1223 1.1255
87,5 1.1212 1.1215 1.1263
100 1.1218 1.1214 1.1239

Pada grafik hubungan antara pembukaan katup (PK) dan densitas


udara (𝜌), dapat dilihat bahwa pada kondisi ruangan dan sebelum
evaporator PK dan 𝜌 memiliki nilai yang hamper sama. Pada kondisi
setelah evaporator, nilai 𝜌 lebih besar dibandingkan dengan pada saat
kondisi ruangan & setelah evaporator. Pada kondisi setelah
evaporator nilai 𝜌 menurun secara bertahap hingga pembukaan
terakhir.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pedinginan udara lembab

VI. Kesimpulan
1. Karakteristik udara pada kondisi pendinginan udara lembab yakni
memiliki rasio kelembaban yang nilainya semakin meningkat pada
keadaan setelah evaporator. Namun, untuk densitas udara nilainya
berbanding terbalik pada kondisi sebelum evaporator.
2. Pembukaan katup sangat berpengaruh pada karakteristik udara
dalam kondisi pendinginan udara atmosfir yakni tekanan uap jenuh,
tekanan parsial, rasio kelembaban, kelembaban relatif, volume
spesifik, dan entalpi nilainya berbanding lurus pada kondisi setelah
evaporator. Namun, berbeda pada densitas udara yang nilainya
berbanding terbalik pada kondisi sebelum evaporator.
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pedinginan udara lembab

LAMPIRAN
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara
Pedinginan udara lembab

Anda mungkin juga menyukai