Ibu siapakah yang tidak akan sedih hatinya, melihat anak semata wayang mati tak berdaya
dengan cara yang kejam dan sadis. Bunda Maria menyaksikan dengan mata kepala sendiri
perjalanan sengsara Yesus hingga meregang nyawa di atas salib. Bunda Maria juga sanggup
membopong jenasah Sang Putra kala diturunkan dari atas palang penghinaan. Siapa sangka
Maria begitu kuat menghadapi semua itu. Mengapa? Karena Maria tahu rahasia penyelamataan
Allah melalui Putranya itu. Betapa tidak Yesus dan Maria tak terpisahkan.
Memandang Yesus yang tergantung diatas salib, Maria membayangkan juga bagaimana nasib
para pengikut Yesus, yang akan dianiaya dan dikejar-kejar, bahkan sampai dihukum mati demi
mempertahankan iman akan Kristus. Dari atas salib Yesus menilik hati Sang Ibunda, lalu
menyerahkan Bunda-Nya menjadi Bunda semua murid-Nya. Sebab Yesus tahu bahwa hanya
Bunda Maria yang sanggup dan pantas memeluk erat para pengikut-Nya didalam pangkuan
keibuannya. Kita menyaksikan peristiwa penuh haru ini dalam bacaan hari ini: “Ketika Yesus
melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya disampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: Ibu
inilah anakmu! Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: Inilah Ibumu!”.
Pantaslah pada hari ini Gereja memperingati Maria sebagai Bunda Gereja. Kesatuan antara
Kristus, Bunda Maria, dan Gereja tak terpisahkan. Hati Bunda Maria selalu terbuka menerima
keluh-kesah kita untuk disampaikan kepada Kristus Putranya dan senantiasa menyertai kita
dengan doa-doanya.
Ya Bunda Maria, bunda yang penuh kasih, doakanlah kami agar tetap setia menjadi
pengikut Putramu Yesus Kristus. Amin