Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan manusia sebagai
makhluk yang paling sempurna. Shalawat dan Salam senantiasa tercurah kepada
Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Syukur Alhamdulillah, Kami panjatkan kehadirat Illahi Rabbi atas segala
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah KMB II yang berjudul “ CA KANDUNG KEMIH”.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan.
Akhirnya kami hanya dapat mengembalikan segala sesuatunya kepada Allah
SWT.

Gorontalo, 17 Januari 2018


Penyusun
KELOMPOK III

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................................……1

Daftar Isi.....................................................................................................................................................2

BAB I Pendahuluan....................................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................................3

1.3 Tujuan.........................................................................................................................................4

BAB II Pembahasan...................................................................................................................................5

2.1.Definisi ......................................................................................................................................5

2.2. Etiologi ..................................................................................................................................5-6

2.3 patofisiologi..............................................................................................................................6-7

2.4 manifestasi klinis.........................................................................................................................7

2.5 Pemeriksaan diagnostic.........................................................................................................7-11

2.6 Penatalaksanaan Medis.......................................................................................................11-17

2.7 Komplikasi ……………………………………………………………………………….17

2.8 ASKEP................................................................................................................................18-22

BAB III PENUTUP..................................................................................................................................23

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................24

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tumor atau karsinoma ini lebih sering mengenai laki-laki dengan
perbandingan 2,7 : 1. Biasanya dijumpai sebagai tumor superficial dan
pada umumnya belum disertai metastasis, namun rekurensinya tinggi.
Merupakan tumor maligna kedua pada system genitourinary.
Tumor renal karsinoma maligna terutama adenocarcinoma
menduduki 2% dari semua kanker. Tumor renal maligna yang kecil
(adenoma) bisa timbul tanpa membawa kerusakan yang jelas atau
menimbulkan berbagai gejala. Hematuria merupakan gejala yang paling
lumrah pada carcinoma sel-sel renal.Setiap orang yang mengalami
hematuria harus menjalani pemeriksaan urologi yang lengkap, karena
lebih dini diketahui maka peluang sembuh akan lebih.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apakah definisi kanker kandung kemih?
2) Apa etiologi kanker kandung kemih?
3) Bagaimana patofisiologi kanker kendung kemih?
4) Apa saja manifestasi klinis kanker kandung kemih?
5) Apa saja pemeriksaan diagnostik untuk klien kanker
kandung kemih?
6) Bagaimana penatalaksanaan klien kanker kandung kemih?
7) Apa saja komplikasi dari kanker kandung kemih?
8) Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan kanker
kandung kemih?

3
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Membantu mahasiswa dalam memahami secara umum
konsep dari kanker kandung kemih.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan kanker
kandung kemih.
2) Mampu menemukan masalah keperawatan pada klien
dengan kanker kandung kemih.
3) Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien
dengan kanker kandung kemih.
4) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien
dengan kanker kandung kemih.
5) Mampu mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan pada
klien dengan kanker kandung kemih.
6) Mampu mengidentifikasi factor-faktor pendukung,
penghambat serta dapat mencari solusinya.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Kanker kandung kemih adalah kanker nonagresif yang muncul
pada lapisan sel transisional kandung kemih. Kanker ini sifatnya kambuh.
Dalam kasus yang lebih sedikit, kanker kandung kemih ditemukan
menginvasi lapisan lebih dalam dari jaringan kandung kemih. Dalam
kasus ini, kanker cenderung lebih agresif. Paparan zat kimia industri (cat,
tekstil), riwayat penggunaan cyclophosphamide, dan merokok
meningkatkan resiko kanker kandung kemih (DiGiulio, et al. 2007).
Kebanyakan kanker kandung kemih merupakan pertumbuhan
papiloma di urotelium kandung kemih, meskipun pertumbuhan ini dapat
menyebar ke dinding kandung kemih. Kanker kandung kemih adalah
neoplasma yang paling sering terjadi di saluran kemih, dilaporkan
mendekati angka 3% dari semua kematian yang disebabkan oleh kanker.
Kanker ini paling sering muncul pada orang-orang di usia 40 – 60 tahun.
Kanker kandung kemih juga muncul 2 – 3 kali lebih sering pada pria
daripada wanita meskipun angka kejadian pada wanita juga meningkat.
Kanker ini sekarang menjadi urutan nomor 5 dari kanker yang paling
sering terjadi pada pria dan menjadi urutan 10 dari kanker yang paling
sering terjadi pada wanita. Kanker ini juga lebih sering terjadi pada orang
kulit putih daripada orang kulit hitam dan lebih sering muncul di daerah
perkotaan dan di daerah industri bagian utara (Coleman, et al. 1997)
2.2 Etiologi
1. Merokok
Merokok merupakan faktor resiko utama untuk kanker kandung
kemih.Merokok merupakan penyebab utama dari beberapa kasus
kanker kandung kemih. Orang yang merokok selama bertahun-
tahun memiliki resiko lebih tinggi daripada orang yang tidak
merokok atau orang yang merokok dalam jangka waktu yang
pendek.
2. Bahan-bahan kimia di tempat kerja
Orang-orang tertentu memiliki resiko lebih tinggi karena bahan
kimia penyebab kanker di tempat mereka bekerja. Pekerja di
industry pewarnaan, karet, kimia, logam, tekstil, dan bulu, akan
memiliki resiko terkena kanker kandung kemih. Resiko lain juga
5
muncul pada piñata rambut, masinis, pekerja printer, pengecat, dan
supir truk.
3. Riwayat kanker kandung kemih
Orang-orang yang memiliki riwayat kanker kandung kemih
memiliki kemungkinan untuk kembali memiliki penyakit yang
sama.
4. Pengobatan kanker tertentu
Orang yang pernah mendapatkan pengobatan kanker dengan obat-
obatan tertentu seperti cyclophosphamide akan meningkatkan
resiko kanker kandung kemih. Juga orang yang pernah
mendapatkan terapi hadradiasi di abdomen atau panggul akan
memiliki resiko
5. Arsenik
Arsenik merupakan suatu racun yang mampu meningkatkan resiko
kanker kandung kemih. Di beberapa bagian dunia, kadar arsenik
mungkin ditemukan tinggi pada air minum.
6. Riwayat keluarga dengan kanker kandung kemih
Keluarga yang memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun
kanker lain seperti kanker kolon dan kanker ginjal (RCC) akan
menimbulkan resiko kanker kandung kemih
7. Infeksi
Infeksi kronis saluran kencing dan infeksi dari parasit S.
haematobium juga dikaitkan dengan peningkatan resiko kanker
kandung kemih, seringnya pada karsinoma sel skuamosa. Inflamasi
kronis juga diperkirakan memainkan peran penting pada proses
karsinogenesis pada kasus ini.
2.3 Patofisiologi
Keganasan yang terjadi pada kandung kemih ini kebanyakan
menyerang pada sel epitel transisional kandung kemih (Monahan, et
al,2007).Perubahan (mutasi gen) pada kandung kemih melibatkan zat-zat
karsinogen yang didapat dari lingkungan seperti tembakau, aromatic
amina, arsen; faktor resiko lain yang mempengaruhi proses pertumbuhan
sel kanker pada kandung kemih diantaranya : genetik dan riwayat
penyakit kandung kemih sebelumnya. Secara umum, karsinogenesis

6
dapat terjadi melalui aktivasi proto-onkogen dan rusaknya gen supresor
tumor yang termasuk fosfatase dan tensin homolog (PTEN) dan p53.
Akibat dari mutasi ini terdapat delesi dari kromosom 9 atau mengaktifkan
mutasi dari reseptor faktor pertumbuhan fibroblast 3 (FGFR 3) (Ching &
Hansel 2010).
Karsinoma kandung yang masih dini merupakan tumor superficial.
Tumor ini lama-kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina propia,
otot dan lemak perivesika yang kemudian menyebar langsung ke jaringan
sekitarnya. Hematuria yang disertai nyeri merupakan gejala awal kanker
pada kebanyakan pasien (Nursalam & Batticaca 2006).
2.4 Manifestasi Klinis
Kanker kandung kemih dapat menyebabkan beberapa gejala seperti
berikut: (National Cancer Institute 2010)
1) Terdapat darah dalam urin (urine terlihat seperti berkarat atau
merah gelap).
2) Adanya dorongan mendesak untuk mengosongkan kandung
kemih.
3) Harus mengosongkan kandung kemih lebih sering dari biasanya.
4) Adanya dorongan untuk mengosongkan kandung kemih tanpa
ada hasil.
5) Merasa perlu berusaha keras saat mengosongkan kandung
kemih.
6) Merasa nyeri saat mengosongkan kandung kemih.

2.5 Pemeriksaan Diagnostik


1. Pemeriksaan Laboratorium (Purnomo 2011)
a. Urinalisis
Pemeriksaan ini meliputi:
1) Maskroskopik dengan menilai warna, bau, dan berat jenis urine.
2) Kimiawi meliputi pemeriksaan derajat keasaman/pH, protein,
dan

7
gula dalam urine.
3) Mikroskopik mencari kemungkinan adanya sel-sel, cast
(silinder),
atau bentukan lain di dalam urine.
Pada analisis mikoskopik urine, ditemukannya sel – sel darah
merah
secara signifikan (lebih dari 2 per lapang pandang) menunjukkan
adanya b. Pemeriksaan Darah
1) Darah rutin
Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar hemoglo
bin,
leukosit, laju endap darah, hitung jenis leukosit, dan hitung
trombosit.
2) Faal ginjal
Beberapa uji faal ginjal yang sering diperiksa adalah pemeriksaan
kadakreatinin, kadar ureum atau BUN (Blood Urea Nitrogen), dan
klirens kreatinin. Sayangnya kedua uji ini baru menunjukkan
kelainan, pada saat ginjal sudah kehilangan 2/3 dari fungsinya.
Pemeriksaan kliens kreatinin untuk menguji rerata laju filtrasi
glomerulus atau glomurular filtration rate (GFR).
3) Faal Hepar
Pemeriksaan faal hepar ditujukan untuk mencari adanya metastasis
suatu keganasan atau untuk melihat fungsi hepar secara umum
4) β - Human Chorionic Gonadotropin
β – HCG digunakan untuk menunjukkan adanya peningkatan
metastase tumor kandung kemih (Oliver, et.al. 1989)
5) Cell survey antigen study
Pemeriksaan laboratorium untuk mencari sel antigen terhadap
kanker,bahan yang digunakan adalah darah vena (Nursalam &
Batticaca 2009).
c. Kultur urine

8
Digunakan untuk memeriksa adanya infeksi saluran
kemih.
d. Histopatologi
Pemeriksaan patologi anatomik adalah pemeriksaan histopatologis
yang diambil melalui biopsi jaringan ataupun melalui operasi. Pada
pemeriksaan ini dapat ditentukan suatu jaringan normal,
mengalami proses inflamasi, pertumbuhan benigna, atau terjadi
maligna. Selain itu pemeriksaan ini dapat menentukan stadium
patologik serta derajat diferensiasi suatu keganasan.
e. Sitologi
Pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urine
(biasanya nilai negative palsu tinggi). Sample urine sebaiknya
diambil setelah pasien melakukan aktivitas (loncat-loncat atau lari
di tempat) dengan harapan lebih banyak sel urotelium yang terlepas
di urine. Derajat perubahan sel diklasifikasikan dalam lima kelas
mulai dari; normal, sel yang mengalami peradangan, sel atipik,
disuga menjadi sel ganas, dan sel yang sudah mengalami
perubahan morfologi menjadi sel ganas.
2. Pemeriksaan Radiologis
a. Foto Polos Abdomen (BOF; BNO; KUB)
Foto polos abdomen atau KUB (Kidney Ureter Bladder) adalah
foto Skrining untuk pemeriksaan kelainan urologi (Purnomo
2011).
b. USG
Sebelum pemeriksaan, pasien dipuasakan untuk meminimalkan gas
di usus yang dapat menghalangi pemeriksaan. Pemeriksaan USG
merupakan pemeriksaan yang tidak invasive yang dapat menilai
bentuk dan kelainan dari buli (Muttaqin 2011)
c. Sitoskopi
Prosedur pemeriksaan ini
merupakan inspeksi langsung
uretra dan Kandung kemih
dengan menggunakan alat
sitoskopi (meruapakan suat alat

9
yang mempunyai lensa optik pada ujungnya sehingga dapat dengan
leluasa melihat langsung). Sitoskop juga memungkinkan ahli
urologi untuk mendapatkan spesimen urine dari setiap ginjal guna
mengevaluasi fungsi ginjal (Muttaqin 2011).
Keterangan gambar :
1. Kiri: Sistoskopi dengan gambaran masa kanker pada dinding
kandung kemih.
2. Kanan: Radiologis IVP dengan adanya masa pada kandung
kemih.
d. Flow Cytometri (Nursalam 2009)
e. Pielogram Intravena / IVP
Prosedur yang lazim pada IVP adalah foto polos radiografi
abdomen Yang kemudian dilanjutkan dengan penyuntikan media
kontras intravena. Jika BUN >70 (azotemia berat) maka tidak
dilakukan pemeriksaan IVP karena GFR-nya rendah. Dengan
demikian, zat warna tidak dapat diekskresi dan pielogram sulit
dilihat. IVP dapat memastikan keberadaan posisi ginjal, serta
menilai ukuran dan bentuk ginjal. Efek berbagai pemyakit terhadap
kemampuan ginjal untuk memekatkan dan mengekskresi zat warna
juga dapat dinilai (Price dan Wilson 2005).
f. Arteriogram ginjal
Tindakan memasukkan kateter melalui arteri femoralis dan aorta
abdominlis sampai setinggi arteri renalis selanjutnya media kontas
disuntikkan. Tindakan ini untuk dapat sipakai untuk melihat
pembuluh darah pada neoplasma (Price dan Wilson 2005).
3. Biopsi
Jika pada test pencitraan dicurigai kanker telah menyebar, biopsy
dapat digunakan untuk memastikan penyebaran kanker ke luar
kandung kemih seperti jaringan sekitar kandung kemih, kelenjar
limfa, atau organ tubuh lain (American Cancer Society 2012).
Secara umum peran perawat dalam menjalakan pengkajian
diagnostik meliputi: (Muttaqin 2011)
1. Memenuhi informasi umum tentang prosedur diagnostik
yang akan dilaksankan.

10
2. Memberikan informasi waktu dan jadwal yang tepat
kapan prosedur diagnostik akan dilaksanakan
3. Memberikan informasi tentang aktivitas yang diperlukan
pasien memberikan instruksi tentang perawata
pascaprosedur, pembatasan diet,dan aktivitas.
4. Memberikan informasi tentang nutrien khusus yang
diberikan setelah diagnosis.
5. Memberikan dukungan psikologis untuk menurunkan
tingkat kecemasan.
6. Mengajarkan teknik distraksi dan rekasasi untuk
Menurunkan ketidanyamanan
7. Mendorong anggota keluaraga dan orang terdekat, untuk
Memberikan dukungan emosi pada pasien selama tes
diagnostik.
2.6 Penatalaksanaan
1. Tindakan konservatif
Irigasi kandung kemih adalah tindakan mencuci kandung kemih
dengan cairan yang mengalir. Tindakan ini dilakukan untuk
memepertahankan kepatenan kandung kemih, membuang atau
meminimalkan obstruksi seperti bekuan dan plug mucus dalam
kandung kemih, mencegah atau mengatasi inflamasi atau infeksi
kandung kemih dan untuk memasukkan obat untuk pengobatan
kandung kemih lokal. (Johnson 2005)
Irigasi dilakuakan dengan instilasi formalin, fenol atau perak nitrat
untuk mencapai penghilangan hematuria dan strangulasi
(pengeluaran urine yang lambat dan menyakitkan). (Baughman
2000)
2. Tindakan invasive minimal
Tindakan yang pertama dilakukan untuk mengatasi kanker
kandung kemih adalah dengan TURB. setelah itu dilanjutkan
dengan irigasi atau diversi urine baik secara sementara ataupun
permanen.
Transurethral reseksi bledder (TURB): Prosedur ini, atau disebut
dengan "reseksi transurethral dari tumor kandung kemih", umum

11
untuk kanker kandung kemih tahap awal, atau mereka yang
terbatas pada lapisan superfisial dari dinding kandung kemih.
Operasi kanker kandung kemih ini dilakukan dengan melewatkan
instrumen melalui uretra, yang menghindari memotong melalui
perut. Instrumen bedah yang digunakan untuk operasi ini disebut
resectoscope. Sebuah loop kawat di salah satu ujung resectoscope
digunakan untuk menghilangkan jaringan abnormal atau tumor.
Setelah prosedur ini, membakar dasar tumor (fulguration) dapat
membantu memastikan bahwa sel-sel kanker yang tersisa
dihancurkan. Atau laser energi tinggi dapat digunakan. Dan
cytoscope digunakan untuk melihat bagian dalam kandung kemih
selama prosedur.
3. Pembedahan untuk kanker kandung kemih (Cancer Treatment Cancer
of America 2013)
Pembedahan biasanya pilihan pengobatan pertama untuk tahap
awal kanker kandung kemih karena tumor memiliki kemungkinan
tidak menyebar ke area lain dari tubuh. Prosedur pembedahan
kanker kandun kemih adalah Cystectomy, pembedahan ini bisa
digunakan untuk menghapus baik seluruh atau sebagian dari
kandung kemih. Kadangkadang,kandung kemih dapat diakses
melalui sayatan di perut. Hal ini juga mungkin untuk melakukan
operasi laparoskopi.Operasi laparoskopi, juga disebut operasi
lubang kunci, dapat mengurangi rasa sakit dan mempersingkat
waktu pemulihan.
Ada dua jenis cystectomi :
1) Cystectomi parsial: Jika kanker telah menyerang lapisan otot
dinding kandung kemih, tetapi tidak besar dan terpusat di satu
daerah kandung kemih, maka dimungkinkan untuk mengobati
kanker dengan menghapus hanya sebagian dari kandung
kemih.Dengan prosedur ini, bagian dari kandung kemih di mana
ada kanker dihapus, dan lubang di dinding kandung kemih
kemudian ditutup.
2) Cystectomi radikal: Jika kanker lebih besar dalam ukuran atau di
lebih dari satu daerah kandung kemih, maka seluruh kandung
kemih mungkin perlu dihapus . Dengan cystectomi radikal,
kelenjar getah bening di dekatnya juga dapat dihapus, bersama
dengan prostat ( untuk pria ), dan bagi perempuan, ovarium, tuba

12
falopi,rahim, dan sebagian kecil dari vagina. Jenis operasi kanker
kandung kemih merupakan prosedur yang luas, tetapi dapat
membantu memastikan bahwa semua sel kanker dikeluarkan dari
tubuh dan mengurangi kemungkinan penyakit berulang.

4. Diversi Urine (NKUDIC 2013)


Prosedur ini untuk mengalihkan urine yang diperlukan dalam
menangani kegasanan pada system perkemihan.Ketika urin tidak
dapat mengalir keluar dari tubuh , dapat menumpuk di kandung
kemih, ureter, dan ginjal. Akibatnya, limbah tubuh dan air
tambahan tidak kosong dari tubuh,
berpotensi mengakibatkan rasa sakit,
infeksi saluran kemih, gagal ginjal,
atau jika tidak diobati dapat
menimbulkan kematian. Diversi urin
dapat bersifat sementara atau
permanen, tergantung pada alasan
untuk prosedur ini.
Diversi urin sementara mengalirkan
urine selama beberapa hari atau
minggu. Diversi urin sementara
mengalirkan urin hingga penyebab
penyumbatan diatasi atau setelah
operasi saluran kemih dilakukan. Jenis
diversi urin sementara ini termasuk
nefrostomi dan kateterisasi urin.Sebuah nefrostomi mengggunakan
tabung kecil yang dimasukkanmelalui kulit langsung ke ginjal.
Tabung nefrostomi mengalirkan urin dari ginjal ke dalam kantong
drainase eksternal. Seseorang perlu nefrostomi jika terjadi
penyempitan, penyumbatan, atau peradangan pada ureter. Dalam
keadaan ini, nefrostomi dapat digunakan selama beberapa minggu
sampai masalah teratasi.
Kateterisasi urin menggunakan selang fleksibel (kateter) ke dalam
kandung kemih untuk mengalirkan urin. Dua metode kateterisasi
urin meliputi penyisipan kateter melalui uretra atau melalui insisi
di kulit.Untuk metode pertama, tipe khusus dari kateter, yang
disebut kateter Foley,dimasukkan melalui uretra. Sebuah kateter

13
Foley memiliki balon berisi air sebagai kunci di dalam kandung
kemih untuk menjaga kateter di tempat.Untuk metode kedua,
disebut kateterisasi suprapubik, kateter dimasukkan melalui
sayatan di kulit di bawah pusar langsung ke dalam kandung kemih.
Kateter urin mungkin tetap di tempat selama beberapa hari atau
minggu.Sedangkan untuk diversi urin permanen membutuhkan
pembedahan untuk mengalihkan aliran urine ke kantong eksternal
melalui sebuah lubang di dinding perut, yang disebut stoma, atau
reservoir internal yang dibuat pembedahan . Stoma berkisar dari
tiga perempat inci sampai 3 inci. Ahli bedah melakukan diversi
urin permanen ketika pasien memiliki kandung kemih yang rusak
atau tidak lagi memiliki kandung kemih.
Kanker kandung kemih merupakan kasus yang paling umum untuk
dilakukannya diversi urin permanen. Kerusakan kandung kemih
dapat terjadi akibat kerusakan saraf, cacat lahir, peradangan yang
lama atau kronis, suatu kondisi yang menyebabkan kandung kemih
menjadi bengkak dan iritasi, menyebabkan kapasitas kandung
kemih berkurang.Retensi urin adalah ketidakmampuan untuk
mengosongkan kandung kemih sepenuhnya.
Dua jenis diversi urin permanen meliputi urostomy dan illeal
conduit.Urostomy juga disebut diversi urin noncontinent,
membutuhkan kantong eksternal (kantong plastik sekali pakai yang
menempel pada kulit perut). Ileal conduit melibatkan penciptaan
reservoir internal dengan segmen usus kecil maupun usus besar.
Urostomy (non continent) adalah stoma yang terhubung ke saluran
kemih dan memungkinkan urin mengalir keluar dari tubuh saat
buang air kecil biasa tidak dapat
terjadi. Stoma tidak memiliki otot,
sehingga tidak bisa mengendalikan
aliran urin, menyebabkan aliran
kontinu. Sebuah kantong eksternal
mengumpulkan urin mengalir melalui
stoma. Saluran ileum dan
ureterostomi kulit adalah dua jenis
utama urostomy. Sedangkan ileal
conduit (continen) adalah sebuah
saluran ileum yang menggunakan
bagian dari usus - usus kecil,

14
pembedahan dari saluran pencernaan dan reposisi saluranuntuk
urin dari ureter ke stoma. Salah satu ujung saluran menempel pada
ureter, ujung lainnya menempel pada stoma.
Akan tetapi, seorang ahli bedah akan melakukan ureterostomi kulit
ketika usus tidak dapat digunakan untuk membuat stoma karena
penyakit dan kondisi atau paparan radiasi dengan dosis yang tinggi.

Setelah operasi diversi urin, luka, ostomy, dan kontinensia, perawat


atau terapis enterostomal membantu pasien belajar bagaimana
mengurus pengalihan kemih permanen mereka.Perawat dan terapis
enterostomal mengkhususkan diri dalam perawatan ostomy dan
rehabilitasi.
Daily care adalah sebagai berikut :
a. Menyeka lendir ekstra. Untuk membersihkan lendir ini, pasien
mungkin perlu untuk mengairi, atau flush, reservoir menggunakan
jarum suntik dengan air steril atau normal saline.
b. Mencuci stoma dan kulit di sekitarnya dengan sabun ringan dan
air
c. Membilas stoma secara menyeluruh
d. Pengeringan stoma sepenuhnya
e. Pasien harus memeriksa stoma dan kulit mereka dan
memberitahu penyedia layanan kesehatan mereka setiap
perubahan, khususnya bukti kerusakan kulit, biasanya di daerah di
mana kebocoran urin antara kantong dan stoma.
5. Radiasi dan Kemoterapi intrabladder atau intrabuli (Singhealth 2013)
Terapi radiasi dapat menjadi alternatif untuk operasi untuk
penyakit lokal. Hal ini juga dapat digunakan jika pasien memiliki
penyakit lain yang mencegah operasi. Atau, dapat digunakan
setelah operasi untuk mencoba untuk mengurangi kemungkinan
kanker berulang. Radiasi melibatkan berkonsentrasi sinar berenergi
tinggi ke suatu daerah di mana kanker itu.
Efek samping, yang bersifat sementara , termasuk kemerahan pada
kulit,nyeri buang air kecil, melewati sejumlah kecil urin sering, dan
kerugian sementara rambut di lokasi radiasiKemoterapi adalah

15
penggunaan obat-obatan yang membunuh kanker .Beberapa obat
kemoterapi dapat disuntikkan langsung ke dalam kandung kemih
untuk pasien dengan kanker kandung kemih awal, untuk mencegah
kambuhnya kanker. Obat Kemoterapi juga bisa disuntikkan ke
pembuluh darah di tangan untuk membunuh sel-sel kanker
kandung kemih yang telah menyebar ke seluruh tubuh, untuk
memperlambat pertumbuhan kanker.
Dengan kemoterapi intravesical, obat antikanker yang secara
langsung membunuh sel kanker aktif dimasukkan langsung ke
dalam kandung kemih melalui kateter. Pendekatan ini membantu
menghindari banyak efek samping yang keras yang terjadi sebagai
akibat dari obat merugikan sel normal.Obat-obatan yang paling
umum digunakan dalam kemoterapi intravesical adalah mitomycin
dan thiotepa. Obat lainnya yang digunakan dalam pendekatan ini
termasuk valrubicin, doxorubucin dan gemcitabine. Kadang-
kadang, mitomycin diberikan sebagai "terapi mitomycin elektro"
yang berarti bahwa kandung kemih dipanaskan sementara obat
dimasukkan. (Cancer Treatment Cancer of America 2013)
Efek samping dari kemoterapi disuntikkan di pembuluh darah
tangan termasuk mual sementara dan muntah, sariawan, rambut
rontok, kehilangan nafsu makan dan kelelahan.
6. Immunoterapi Intravesical (Cancer Treatment Cancer of America
2013)
Ada beberapa jenis imunoterapi intravesical :
a. Terapi Bacillus Calmette-Guerin ( BCG ) : BCG adalah jenis
imunoterapi intravesical , dan dapat menjadi cara yang tepat untuk
mengobati stadium awal kanker kandung kemih. BCG adalah
bakteri yang tidak menyebabkan penyakit serius, tetapi
berhubungan dengan kuman yang menyebabkan tuberkulosis.
Untuk pengobatan kanker kandung kemih, BCG dimasukkan ke
dalam kandung kemih melalui kateter. Sistem kekebalan tubuh
alami menjadi diaktifkan oleh kehadiran bakteri asing, yang
kemudian mempengaruhi sel-sel kanker kandung kemih. BCG
biasanya diberikan selama 1 sampai 6 minggu, dan dapat diberikan
bersama reseksi transurethral. Kurang umum, BCG diberikan
sebagai pengobatan pemeliharaan jangka panjang.

16
b. Interferon: Beberapa jenis sel dalam tubuh menghasilkan zat
yang disebut interferon, yang membantu merangsang system
kekebalan tubuh. Bahan kimia alami juga dapat direkayasa untuk
digunakan sebagai obat untuk mengobati berbagai penyakit. Salah
satu aplikasi dari disintesis interferon sebagai pengobatan
imunoterapi intravesica l untuk tahap awal kanker kandung kemih.
2.7 Komplikasi
Komplikasi dari kanker kandung kemih bisa merupakan akibat dari
pengobatan (missal: operasi) dan bisa merupakan akibat dari
terganggunya mekanisme tubuh akibat kanker itu sendiri. Kompilikasi
akibat dari kanker meliputi: (Medlineplus 2014)
1. Retensi urin akut
Striktur uretra dapat secara total menghalangi aliran urin,
menyebabkan retensi urin akut. Retensi urine adalah
ketidakmampuan dalam mengeluarkan urine sesuai dengan
keinginan, sehingga urine yang terkumpul di buli-buli melampaui
batas maksimal.
2. Hydronephrosis
Hydronephrosis adalah pembesaran satu atau kedua ginjal yang
disebabkan oleh terhalangnya aliran urin.
3. Masalah seksual (NHS N.D.)
a. Disfungsi ereksi, terjadi pada pria setelah radikal sistektomi dan
dapat diobati dengan inhibitor phosphodiesterase tipe 5.
b. Penyempitan vagina, akibat radiotherapy dan cystectomy yang
menyebabkan vagina memendek dan menyempit. Hal ini
menyebabkan rasa sakit saat penetrasi dan sulit,
4. Infeksi
Bisa terjadi akibat penatalaksanaan divers urin, dimana terdapat
lubang stoma yang rentan terhadap kuman yang dapat
menyebabkan infeksi. selain itu perawatan yang kurang tepat
setelah pembedahan juga dapat beresiko terjadinya infeksi
5. Sedangkan komplikasi lain dikaitkan dengan daerah metastase
penyakit.

17
Penyebaran dapat terjadi secara limfogen menuju kelenjar limfe,
obturator,iliaka eksterna dan iliaka komunis serta penyebaran
secara hematogen paling sering terjadi di hepar, paru dan tulang.

2.8 ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas pasien (data demografi)
Data demografi pasien meliputi: nama, alamat, jenis kelamin,usia,
pekerjaan, dst. Pajanan okupasional dengan zat – zat karsinogen
khususnya bahan pewarna dan pelarut yang digunakan dalam
indutri dapat menjadi faktor resiko.
b. Keluhan utama
Keluhan yang paling lazim didapatkan adalah adanya darah pada
urin (hematuria). Hematuria mungkin dapat dilihat dengan mata
telanjang (gross), tetapi mungkin pula hanya terlihat dengan
bantuan mikroskop (mikroskopis). Hematuria biasanya tidak
menimbulkan rasa sakit. Keluhan lainnya meliputi sering BAK dan
nyeri saat BAK (diuria).
Pasien dengan penyakit lanjut dapat hadir dengan nyeri panggul
atau tulang, edema ekstremitas bawah dari kompresi korpus iliaka,
atau nyeri panggul dari obstruksi saluran kemih. Superfisial kanker
kandung kemih jarang ditemukan selama pemeriksaan fisik.
Kadang – kadang, massa abdomen atau pelvis dapat teraba. Periksa
untuk limfadenopati.
c. Riwayat penyakit sekarang
Mendiskripsikan secara kronologis tentang perjalanan penyakit
pasien mulai dari awal mula sakit sampai dibawa ke rumah sakit.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pasien memiliki riwayat kesehatan seperti infeksi atau iritasi
saluran kemih atau gangguan berkemih seperti hematuria dan
disuria.
e. Riwayat penyakit keluarga

18
Berhunbungan dengan riwayat kanker dalam keluarga seperti
kanker prostat, kanker ginjal, dan lainlain.
f. Riwayat penggunaan obat-obatan
Pasien mungkin mengkonsumsi obat-obatan seperti siklofosfamid
(cytoxan) yang menjadi faktor penyebab.
g. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan.
Misalnya kebiasaan merokok. Panjanan lingkungan dengan zat
karsinogen seperti 2-naftilamin, senyawa nitrat.
2. Pemeriksan Fisik
a. Keadaan umum pasien (tanda-tanda vital) pasien
b. Kesadaran
c. Pemeriksaan Head to Toes
- Kepala: normal
- Mata:
inspeksi: konjungtiva anemis
- Hidung: normal
- Dada & axila: normal
- Pernafasan: normal
- Sirkulasi jantung:
terjadi peningkatan aliran darah ke kandung kemih karena
proliferasi sel meningkat
- Abdomen:
inspeksi: distensi abdomen
palpasi: nyeri tekan pada abdomen
- Genitouary:
inspeksi: hematuria
palpasi: teraba ada massa pada daerah suprasimfisis,abdomen
kuadran bawah.
- Ekstremitas (integumen & muskuluskletal):

19
inspeksi: kemerahan/iritasi pada daerah genitalia. palpasi: tugor
kulit jelek. Kulit tampak pucat.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan eliminasi urine b.d retensi urine, diuria, nokturia
2. Nyeri b.d supresi sel saraf akibat pembesaran karsinoma pada kandung
kemih
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan ginjal b.d gangguan transport oksigen
melalui membrane kapiler
4. Intoleransi aktivitas b.d anemia
5. Risiko tinggi infeksi b.d luka post operasi
6. Kurangnya pengetahuan b.d informasi yang kurang tentang tindakan
diagnostik invasif, intervensi kemoterapi, radiasi dan pembedahan,
adanya stoma, perencanaan pasien pulang.
3. Intervensi
1. Gangguan eliminasi urine b.d retensi urine, diuria, nokturia
 Lakukan dan ajarkan cara perawatan nefrostomi tube
 Pantau proses penyembuhan luka insisi pada sekitar nefrostomi
tube.
 Anjurkan klien mengunjungi seorang yang telah mengalami
nefrostomi tube .
 Sarankan klien untuk mencegah kontak urine dengan kulit, untuk
mencegah iritasi kulit akibat diversi urine.
 Nilai kemampuan partisipasi pasien dan keluarga
2. Nyeri b.d supresi sel saraf akibat pembesaran karsinoma pada
kandung kemih
 Perhatikan lokasi, intensitas, dan durasi nyeri
 Berikan rasa nyaman (perubahan posisi,kompres hangat)
 Dorong menggunakan teknik relaksasi (nafas dalam,
imaginary, atau visualisasi)
 Kolaborasi pemberian obat analgesikortikosteroid,
antispasmodic
 Pantau skala nyeri
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan ginjal b.d gangguan
transport oksigen melalui membrane kapiler
 Observasi status hidrasi dan TTV

20
 Pantau hasil laboratorium yang relevan
 Pantau BUN, elektrolit serum, kreatinin,serum, pH, dan
kadar hematokrit
 Observasi hematuria
 Pertahankan keakuratan pencatatan asupan dan haluar

4. Intoleransi aktivitas b.d anemia


 Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan
aktivitas
 Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manjemen
waktu
 Penggunaan teknik relaksasi (misalnya: distraksi, visualisasi)
selama aktivitas
 Pantau respon kardiorespiratori(misalnya: dispnea, pucat,
frekuensi nafas, dan denyut nadi)
 Pantau asupan nutrisi Untuk memastikan sumber – sumber
energi yang adekuat
 Pantau pola tidur dan lamanya waktu tidur
5. Risiko tinggi infeksi b.d luka post operasi
 Gunakan sabun antimikrobial untuk cuci tangan
 Pertahankan intake cairan adekuat
 Ajarkan klien cuci tangan
 Ajarkan klien tentang gejala dan tanda infeksi, serta
anjurkan untuk melaporkannya
 Ajarkan klien dan keluarga untuk mengalirkan kantong
untuk mencegah refluks
 Kaji jenis pembedahan, dan apakah adanya anjuran khusus
dari tim dokter bedah dalam melakukan perawatan luka.
 Lakukan mobilisasi miring kiri-kanan tiap 2 jam.
 Lakukan perawatan luka:
Lakukan perawatan luka steril pada hari ke-3 operasi dan
diulang setiap 2 hari sekali.
Bersihkan lukan dengan cairan antiseptik jenis iodine
providum dengan cara swabbing dari arah dalam ke luar.
6. Kurangnya pengetahuan b.d informasi yang kurang tentang
tindakan diagnostik invasif, intervensi kemoterapi, radiasi
dan pembedahan, adanya stoma, perencanaan pasien
pulang.
 Ajarkan klien dan keluarga prosedur dan tujuan terapi.
21
 Lakukan pemberian kemoterapi intravesika:
 Gunakan teknik steril dalam kateterisasi.
 Intruksikan klien untuk berkemih sebelum obat
dimasukkan.
 Intruksikan untuk selalu mengubah posisi.
 Intruksikan untuk menunggu berkemih selama beberapa
jam.
 Intruksikan klien untuk toileting hati– hati.
 Ajarkan perawatan nefrostomi tube selama di rumah

22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kanker kandung kemih adalah kanker nonagresif yang muncul pada


lapisan sel transisional kandung kemih. Kanker ini sifatnya kambuh.
Dalam kasus yang lebih sedikit, kanker kandung kemih ditemukan
menginvasi lapisan lebih dalam dari jaringan kandung kemih. Dalam
kasus ini, kanker cenderung lebih agresif. Paparan zat kimia industri (cat,
tekstil), riwayat penggunaan cyclophosphamide, dan merokok
meningkatkan resiko kanker kandung kemih (DiGiulio, et al. 2007).

Keganasan yang terjadi pada kandung kemih ini kebanyakan menyerang


pada sel epitel transisional kandung kemih (Monahan, et
al,2007).Perubahan (mutasi gen) pada kandung kemih melibatkan zat-zat
karsinogen yang didapat dari lingkungan seperti tembakau, aromatic
amina, arsen; faktor resiko lain yang mempengaruhi proses pertumbuhan
sel kanker pada kandung kemih diantaranya : genetik dan riwayat
penyakit kandung kemih sebelumnya. Secara umum, karsinogenesis
dapat terjadi melalui aktivasi proto-onkogen dan rusaknya gen supresor
tumor yang termasuk fosfatase dan tensin homolog (PTEN) dan p53.
Akibat dari mutasi ini terdapat delesi dari kromosom 9 atau mengaktifkan
mutasi dari reseptor faktor pertumbuhan fibroblast 3 (FGFR 3) (Ching &
Hansel 2010).

23
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M & Esther Matassarin-Jacobs. 1997. Medical Surgical Nursing :
Clinical Management for Continuity of Care, Edisi 5, W.B. Saunders Company,
Philadelphia
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC.
Jakarta.
Doenges, Marilyn E, et all. 1993. Nursing Care Plans : Guidelines for Planning
and Documenting Patient Care, Edition 3, F.A. Davis Company, Philadelphia.

24
25

Anda mungkin juga menyukai