Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

CA LARING

Disusun Oleh :

Chindy ardiana wati (72.20.001.D.15.101)

MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


AKADEMI KEPERAWATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
TAHUN AKADEMIK 2016/2017

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena
atas rahmat dan petunjuknya sehingga Makalah Konsep Asuhan
Keperawatan Pasien Dengan Ca Laring dapat diselesaikan sebagaimana
mestinya meskipun dalam bentuk yang sederhana dan masih terdapat
kekurangan yang masih memerlukan perbaikan seperlunya.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian makalah ini tidak


dapat kami selesaikan tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak.Oleh karena itu kiranya kami sampaikan rasa syukur dan ucapan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu.

Samarinda, 17 Maret 2017

Chindy Ardiana Wati

2
DAFTAR ISI
JUDUL 1
KATA PENGANTAR........ 2
DAFTAR ISI....... 3
BAB I PENDAHULUAN...5
A. Latar Belakang...5
B. Rumusan Masalah..6
C. Tujuan Penulisan7
BAB II PEMBAHASAN.8
A. Konsep Dasa Penyakit Ca Laring..8
1. Pengertian Ca Laring8
2. Etiologi Ca Laring ..9
3. Klasifikasi Ca Laring...12
4. Patofisiologi.15
5. Tanda dan gejala..16
6. Pemeriksaan Diagnostik...18
7. Penatalaksanaan / pengebotan...23
8. Komplikasi.26
B. Konsep Asuhan Keperawatan Ca Laring..27
1. Pengkajian Keperawatan27
2. Diagnosa Keperawatan...28
3. Intervensi Keperawatan..29
4. Implemetasi Keperawatan...40
5. Evaluasi Keperawatan.40
BAB III PENUUTUP..41
A. Kesimpula41
B. Saran 41
DAFTAR PUSTAKA...43

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel

laring. Lebih dari 90% penderita karsinoma laring memiliki gambaran

histopatologi karsinoma sel skuamosa dengan varian yang terdiri dari verrucous

carcinoma, spindle carcinoma, basaloid squamous cell carcinoma dan

4
adenosquamous carcinoma dengan tingkat diferensiasi sel baik, sedang, dan

buruk (Concus et al, 2008).

Karsinoma laring merupakan keganasan yang sering terjadi pada usia

pertengahan dan usia tua dengan puncak insiden terjadi pada dekade keenam

sampai dekade kedelapan (Ratiola, 2000). Pada tahun 2009 dan 2011 di Inggris,

25% dari kasus didiagnosis pada usia 75 tahun keatas, dan 74% didiagnosis pada

usia 60 tahun keatas (Cancer Research UK, 2014).

Penyebab karsinoma laring belum sepenuhnya diketahui secara pasti, namun

diperkirakan berkaitan dengan kebiasaan merokok, konsumsi alkohol berlebihan,

paparan radiasi serta infeksi HPV (Human Papiloma Virus) pada sebagian kecil

kasus (Maitra dan Kumar, 2007). Menurut Ramroth et al (2011), terdapat

beberapa etiologi lain terjadinya karsinoma laring diantaranya karena terpapar

bahan atau substansi berbahaya misalnya asbes dan Polycyclic Aromatic

Hydrocarbons. Peningkatan risiko terjadinya karsinoma laring adalah terdapatnya

keluarga yang memiliki riwayat menderita kanker kepala dan leher.

Gejala klinis karsinoma laring ini bermacam-macam sesuai dengan sruktur

laring yang terkena (Johnson, 2012). Tanda dan gejala klinis yang dialami

penderita karsinoma laring diantaranya suara serak, disfagia, hemoptisis, adanya

massa di leher, nyeri tenggorok, nyeri telinga, gangguan saluran nafas dan aspirasi

(Concus et al, 2008).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Ca Laring ?

5
2. Apa saja etiologinya ?
3. Apa saja klasifikasi dari Ca Laring ?
4. Bagaimana patofisiologi terjadinya Ca Laring ?
5. Apa saja tanda dan gejala dari penyakit Ca Laring ?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostiknya ?
7. Komplikasi apa saja yang dapat terjadi ?
8. Bagaimana prognosis dari penyakit Ca Laring ?
9. Apa saja penatalaksanaan dari penyakit Ca Laring ?
10. Bagagaimana asuhan keperawatan pada pasien Ca Laring
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dari Ca Laring
b. Agar dapat mengetahui etiologi dari penyakit Ca Laring
c. Agar dapat mengklasifikasikan jenis atau macam dari Ca Laring
d. Untuk memahami patofisiologi terjadinya Ca Laring
e. Untuk dapat mengetahui tanda dan gejala dari penyakit Ca Laring
f. Agar dapat mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik dari penyakit tersebut
g. Untuk mengetahui komplikasi apa saja yang dapat terjadi dari timbulnya

penyakit tersebut
h. Agar dapat mengetahui prognosis dari penyakit Ca Laring
i. Agar dapat mengetahui penatalaksanaan dari penyakit Ca Laring
j. Agar dapat mengetahaui asuhan keperawatan yang tepat pada pasien Ca

Laring

BAB II

PEMBAHASAN

6
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Carsinoma laring adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya sel

skuamosa laring yang tidak normal/abnormal yang terbatas pada pita suara

yang bertumbuh perlahan karena suplai limpatik yang jarang ketempat sekitar

jaringan seperti epiglotis, pita suara palsu dan sinus-sinus piriformis yang

banyak mengandung banyak pembuluh limfe dan meluas dengan cepat dan

segera bermetastase kekelenjar limfe leher bagian dalam. ( Boeis, 1997)


Karsinoma laring merupakan keganasan yang sering terjadi pada usia

pertengahan dan usia tua dengan puncak insiden terjadi pada decade keenam

sampai dekade kedelapan (Ratiola, 2000)


Kanker laring mengacu pada karsinoma pita suara atau bagian lain dari laring yang

terjadipada pria. Di Amerika Utara, kira-kira 2/3 dari karsinoma laring timbul pada pita

suara (glotis),hampir 1/3 timbul didaerah subpraglotis, dan kira-kira 3% timbul pada daerah

subglotis.Karsinoma pita suara menyebar perlahan karena suplai darah minimal. Kanker

laring lainmenyebar lebih cepat karena suplai darah dan limfe berlebihan serta segera

melibatkan noduslimfe leher. Namun, bila diatasi dengan segera kanker ini dapat

disembuhkan. (Nettina, Sandra.M; 2001)


kanker laring lebih sering terjadi pada pria dibandingkan pada wanita. Hal

ini didiagnosis pada lebih dari 4 kali lebih banyak laki-laki sebagai

perempuan. Seperti kebanyakan kanker, kanker laring lebih sering terjadi pada

orang yang lebih tua dari pada orang yang lebih muda. Ada sangat sedikit

7
kasus pada orang di bawah usia 40 tahun.

(http://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/laryngeal-cancer/about.)
2. Etiologi
Penyebab kanker laring belum diketahui dengan pasti. Dikatakan oleh para

ahli bahwa perokok dan peminum alcohol merupakan kelompok orang

orang dengan resiko tinggi terhadap terjadinya kanker laring. Beberapa faktor

yang diduga meningkatkan resiko terjadinya kanker, sebagai berikut :


a. Tembakau dan rokok
Penggunaan tembakau merupakan faktor risiko yang paling penting

untuk kanker kepala dan leher (termasuk kanker laring dan hipofaring).

Risiko kanker ini jauh lebih tinggi pada perokok berat dibandingkan

bukan perokok. Kebanyakan orang dengan kanker ini memiliki riwayat

merokok atau terpapar tembakau lainnya. Semakin banyak merokok,

semakin besar risikonya. Asap dari rokok, pipa, dan cerutu semua

meningkatkan kesempatan untuk mendapatkan kanker ini.

Beberapa penelitian juga menemukan bahwa paparan jangka

panjang untuk asap rokok mungkin meningkatkan risiko kanker tersebut,

tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi hal ini.

penggunaan alkohol sedang atau berat (lebih dari 1 gelas sehari)

juga meningkatkan risiko kanker tersebut, meskipun tidak sebanyak

merokok.

8
Orang-orang yang menggunakan tembakau dan alkohol memiliki

risiko tertinggi dari semua. Menggabungkan 2 kebiasaan ini tidak hanya

menambahkan kedua risiko bersama-sama, itu benar-benar mengalikan

mereka. Orang yang merokok dan minum banyak kali lebih mungkin

untuk mendapatkan kanker kepala dan leher daripada orang dengan

kebiasaan tidak.

b. Sindrom Genetic

Orang dengan sindrom yang disebabkan oleh mutasi pada gen tertentu

memiliki risiko yang sangat tinggi dari kanker tenggorokan, termasuk

kanker hipofaring.

c. Factor makanan yang mengandung bahan kima dan bahan-bahan atau

limbah kimia.

eksposur panjang dan intens debu kayu, cat asap, dan bahan kimia tertentu

yang digunakan dalam pengerjaan logam tersebut, minyak bumi, plastik,

dan industri tekstil juga dapat meningkatkan risiko laring dan kanker

hypopharyngeal.

Asbes adalah serat mineral yang sering digunakan sebagai bahan isolasi

dalam banyak produk di masa lalu. Paparan asbes merupakan faktor risiko

penting untuk kanker paru-paru dan mesothelioma (kanker yang dimulai

9
pada lapisan dada atau perut). Beberapa penelitian juga telah menemukan

hubungan yang mungkin antara paparan asbes dan kanker laring.

Makanan juga dapat menjadi faktor risiko penting lain penyebab kanker,

terutama kanker pada saluran pencernaan. Contoh jenis makanan yang

dapat menyebabkan kanker adalah Makanan yang diasap dan diasamkan

(dalam bentuk acar) meningkatkan resiko terjadinya kanker lambung.

Minuman yang mengandung alkohol menyebabkan berisiko lebih tinggi

terhadap kanker kerongkongan. Zat pewarna makanan. Logam berat

Menurut Bunner dan Suddart, Barbara C. Long, Robbin dan Kumar serta D.

Thone R. Cody. Faktor-faktor predisposisi yang memicu munculnya Ca laring

meliputi :

1) Tembakau ( berasap / tidak )


2) Alkohol serta efek kombinasinya
3) Penajaman terhadap obseton
4) Gas mustard
5) Kayu, kulit dan logam
6) Pekerjaan yang menggunakan suara
7) Laringitis kronis
8) Defisiensi nutrisi ( Riboflavin )
9) Riwayat keluarga ca laring
10) Asap debu pada daerah industri
11) Laringitis kronis
12) Perokok diatas 40 tahun atau lebih
13) Lebih sering pada laki-laki daripada wanita
14) Epiglotis
15) Hemophilus influenzae

3. Klasifikasi

10
Penggolongan Ca Laring yaitu :
a. Supraglotik
1) Tis karsinoma in situ
2) T1: tumor terdapat pada satu sisi suara/pita suara palsu (gerakan masih

baik)
3) T2 tumor sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi daerah supraglotis dan glottis

masih bisa bergerak (tidak terfiksir)


4) T3 tumor terbatas pada laring dan sudah terfiksir atau meluas ke

daerah krikoid bagian belakang, dinding medial dari sinus prirformis

dan ke arah rongga pre epiglottis.


5) T4 tumor sudah meluas ke luar laring, menginfiltrasi orofaring

jaringan lunak pada leher atau merusak tulang rawan tiroid.


b. Glottis
1) Tis karisnoma in situ
T1 tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita

suara masih baik, atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior

atau posterior.
2) T2 tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih

dapat bergerak atau sudah terfiksasi (impaired mobility).


3) T3 tumor meliputi laring dan pita suara sudah terfiksasi.
4) T4 tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah

keluar dari laring.


c. Subglotik
1) Tis karsinoma in situ
2) T1 tumor terbatas pada daerah subglotis
3) T2 tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau

sudah terfiksasi
4) T3 tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksasi.
5) T4 tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan ke

luar laring atau kedua- duanya

11
Penjalaran ke kelenjer limfe :

1) Nx kelenjar limfa tidak teraba


2) N0 secara klinis kelenjar tidak teraba
3) N1 secara klinis tidak teraba satu kelenjar linfa dengan ukuran

diameter 3 cm homolateral.
4) N2 teraba kelenjar limfe tunggal, ipsilateral dengan ukuran diameter 3-

6cm
5) N2a satu kelenjar limfa ipsilateral, diameter lebih dari 3 cm tapi tidak

lebih dari 6 cm.


6) N2b multiple kelenjar limfa ipsilateral, diameter tidak lebih dari 6 cm
7) N3 metastasis kelenjar limfa lebih dari 6 cm

Metastase jauh

1) Mx tidak terdapat/terdeteksi.
2) M0 tidak ada metastasis jauh
3) M1 terdapat metastasis jauh

Ca.Laring dibagi menjadi IV Stadium :

Stadium I : T1 No Mo

StadiumII : T2 No Mo

StadiumIII : T3 No Mo, T2 N1 Mo, T3 N1 Mo

StadiumIV : T4 No Mo, semua T N2 M1, semua T semua N dan M

4. Patofisiolog

Kanker laring yang terbatas pada pita suara tumbuh perlahan karena suplai

limfatik yang jarang. Di tempat manapun yang kering ( epiglottis, pita suara

palsu, dan sinus-sinus piriformis ). Banyak mengandung pembuluh limfe, dan

12
kanker pada jaringan ini biasanya meluas dengan cepat dan segera

bermefastase ke kelenjar limfe leher bagian dalam.

Orang orang yang mengalami serak yang bertambah berat atau suara serak

lebih dari 2 minggu harus segera memeriksakan dirinya. Suara serak

merupakan tanda awal kanker pita suara, jika pengobatan dilakukan pada saat

serak timbul ( yang disebabkan tumor sebelum mengenai seluruh pita suara )

pengobatan biasanya masih memungkinkan.Tanda-tanda metastase kanker

pada bagian laring biasanya berupa pembengkakan pada leher, nyeri pada

jakun yang menyebar ke telinga, dispread, disfagia, pembesaran kelenjar limfe

dan batuk. Diagnosa kanker laring dibuat berdasarkan anamnesa, pemeriksaan

fisik terhadap laring dengan laringoskopi langsung dan dari biopsy dan dari

pemeriksaan mikroskopi terhadap laring ( C. Long Barbara. 1996 )

13
5. Tanda dan Gejala
1) Suara serak atau perubahan suara
Tanda dan gejala paling dini adalah berupa suara parau atau serak kronik

yang berlangsung selama lebih dari 2 minggu, tidak sembuh-sembuh

walaupun penderita sudah menjalani pengobatan pada daerah glotis dan

subglotis, itu bisa menjadi tanda kanker laring.


Ini adalah salah satu gejala yang paling umum. Tapi banyak hal lain

dapat menyebabkan suara serak. Salah satu penyebab paling umum adalah

laringitis akut (radang laring). Hal ini biasanya terjadi karena, infeksi dada

dingin atau lebih penggunaan suara, seperti berteriak atau menjerit.


Merokok juga dapat menyebabkan suara serak karena mengiritasi

lapisan tenggorokan (selaput lendir). Penyebab lain suara serak termasuk


:

a) refluks asam
b) pasca tetes hidung
c) alergi
d) masalah tiroid
e) cedera

Refluks asam adalah bocor asam dari perut sampai ke kerongkongan

(makanan pipa). Hal ini dapat menyebabkan suara serak, seperti asam

lambung datang kembali ke esofagus dan iritasi laring. Post nasal drip

berarti lendir menetes dari belakang hidung ke dalam tenggorokan. Hal ini

dapat terjadi jika memiliki dingin, alergi atau karena merokok. Ini

membuat batuk dan dapat memberikan suara serak.

14
a. Kesulitan dalam menelan
Hal ini dapat bervariasi dari perasaan bahwa ada yang nyangkut atau

benda asing terjebak di tenggorokan untuk menjadi benar-benar tidak mampu

menelan makanan. Mungkin memimiliki beberapa rasa sakit atau sensasi

terbakar saat menelan makan atau smungkin merasa bahwa makan menempel.
Sebuah penyempitan berbahaya esofagus (disebut striktur a) dapat

menyebabkan kesulitan dalam menelan dan berbicara. Sesak napas terjadi bila

rima glotis tertutup atau hampir tertutup tumor 80%. Sesak napas tidak timbul

mendadak tetapi perlahan-lahan. Karena itu penderita dapat beradaptasi,

sehingga baru merasakan sesak bila tumor sudah besar (terlambat berobat ).
b. Batuk dan sesak napas
Berapa orang menemukan bawa mereka sesak napas atau batuk yang

tidak sembuh-sembuh. Napas mereka dapat menjadi berisik (stridor).


Stridor terjadi akibat sumbatan jalan napas. Bila sudah dijumpai pembesaran

kelenjar berarti tumor sudah masuk dalam stadium lanjut. Bahkan kadang-

kadang tumornya dapat teraba, menyebabkan pembengkakan laring. Bila

tumor laring mengadakan perluasan ke arah faring akan timbul gejala disfagia,

rasa sakit bila menelan dan penjalaran rasa sakit kearah telinga. Apabila

dijumpai kasus dengan jelas diatas, khususnya dengan keluhan suara parau

lebih dari dua minggu yang dengan pengobatan tidak sembuh, diderita orang

dewasa atau tua, sebaiknya penderita segera dirujuk.


6. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis.
a. Anamnesis

15
Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan suara parau yang

diderita sudah cukup lama, tidak bersifat hilang-timbul meskipun

sudah diobati dan bertendens makin lama menjadi berat. Penderita

kebanyakan adalah seorang perokok berat, peminum alkohol atau

seorang yang sering atau pernah terpapar sinar radioaktif, misalnya

pernah diradiasi didaerah lain. Pada anamnesis kadangkadang

didapatkan hemoptisis, yang bisa tersamar bersamaan dengan adanya

TBC paru, sebab banyak penderita menjelang tua dan dari sosial-

ekonomi yang lemah.


b. Pemeriksaan fisik
Untuk melihat ke dalam laring dapat dilakukan dengan cara tak langsung

maupun langsung dengan menggunakan laringoskop untuk menilai lokasi

tumor, penyebaran tumor yang terlihat (field of cancerisation). Selain itu

dapat juga menggunakan fiber-optic laryngoscope dan flexible endoscope.

c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan selain pemeriksaan aboratorium

darah, juga pemeriksaan radiologik.

1. Foto torak diperlukan untuk menilai keadaan paru, ada tidaknya

proses spesifik dan metastasis di paru.

16
2. Pemeriksaan CT Scan laring dapat memperlihatkan keadaan tumor

pada tulang rawan tiroid adan daerah pre-epiglotis serta metastasis

kelenjar getah bening leher.

3. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologik natomik

dari bahan biopsi laring, dan biopsi jarum halus pada pembesaran

kelenjar getah bening di leher. Hasil patologi anatomik yang

terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa


d. Diagnosa banding
1) Laringitis tuberkulosa
Gejala pada laringitis tuberkulosa yaitu batuk, disfonia,

odinofagi, dispneu dan odinofonia. Obstruksi jalan napas

muncul pada stadium lanjut. Didapkan juga gejala sistemik

seperti demam, keringat malam dan penurunan berat badan.

Pada pemeriksaan laring didapatkan gambaran edema yang

difus dan mukosa yang hiperemis pada laring atau lesi

eksofitik granular yang mengarah pada keganasan. Diagnosis

17
biasanya ditegakkan dengan ditemukannya organisma

Mycobacterium tuberculosa pada apusan dan kultur.


2) Sifilis laring
Gambaran yang bisa didapatkan pada stadium dua adalah papul

eritem yang difus, edema, ulkus, dan limfadenopati servikal

sedangkan pada stadium tiga didaptakan gambaran gumma,

fibrosis, kondritis dan stenosis. Diagnosis ditegakkan dari tes

serologis.
3) Tumor jinak laring
Tumor jinak laring dapat berupa papiloma laring, kista dan

polip. Gejala papiloma laring yang utama adalah suara serak,

dapat pula disertai batuk dan apabila papiloma telah menutup

rima glotis maka timbul sesak napas dan stridor inspirasi.


4) Laringitis kronik
Pada laringitis kronis terdapat perubahan pada selaput lendir,

terutama selaput lendir pita suara. Pada mikrolaringoskopi

tampak bermacam-macam bentuk, tetapi umunya yang terlihat

adalah edema, serta hipertrofi selaput lendir pita suara atau

sekitarnya. Terdapat pula kelainan vaskular yaitu dilatasi dan

proliferasi sehingga tampak hiperemis. Pada keadaan kronis

terbentuk jaringan fibrotik yang disebut dengan laringitis

kronik hiperplastik.

18
5) Nodul vokal
Nodul ini biasanya ditemukan bilateral pada kedua pita suara, letaknya

simetris, diperbatasan anatara segitiga anterior dan sepertiga tengah

pita suara. Pada mikrolaringoskopi akan tampak penebalan selaput

lendir pita suara yang berbentuk fusiform, berwarna keputihan. Pada

pertumbuhan selanjutnya, lesi ini makin menebal, lunak dan

permukaannya sudah rusak. Tidak terdapat perubahan vaskuler di

tempat itu. Nodul yang kecil dapat hilang dengan sendirinya bila

dilakukan terapi latihan bersuara (voice therapy).


7. Penatalaksanaan / pengobatan
Secara umum ada 3 jenis penanggulangan karsinoma laring yaitu

pembedahan, radiasi dan sitostatika, ataupun kombinasi.


a. Radioterapi
Radioterapi merupakan modalitas untuk mengobati tumor glotis dan

supraglotis T1 dan T2 dengan hasil yang baik (angka kesembuhannya

90%). Keuntungan dengan cara ini adalah laring tidak cedera sehingga

19
suara masih dapat dipertahankan. Dosis yang dianjurkan adalah 200 rad

perhari sampai dosis total m6000 7000 rad.


Radioterapi dengan dosis menengah telah pula dilakukan oleh Ogura,

Som, Wang, dkk, untuk tumor-tumor tertentu. Konsepnya adalah untuk

memperoleh kerusakan maksimal dari tumor tanpa kerusakan yang tidak

dapat disembuhkan pada jaringan yang melapisinya.


Komplikasi dari radiasi antara lain deskuamasi kulit, ulkus mukosa,

suara parau, striktur esofagus


b. Pembedahan
Tindakan operasi untuk keganasan laring terdiri dari :
1) Laringektomi
a) Laringektomi parsial
Laringektomi parsial diindikasikan untuk karsinoma laring stadium

I yang tidak memungkinkan dilakukan radiasi, dan tumor stadium

II
b) Laringektomi total
Adalah tindakan pengangkatan seluruh struktur laring mulai dari

batas atas (epiglotis dan os hioid) sampai batas bawah cincin

trakea.
c. Diseksi leher radikal
Tidak dilakukan pada tumor glotis stadium dini (T1 T2) karena

kemungkinan metastase ke kelenjar limfe leher sangat rendah. Sedangkan

tumor supraglotis, subglotis dan tumor glotis stadium lanjut sering kali

mengadakan metastase ke kelenjar limfe leher sehingga perlu dilakukan

tindakan diseksi leher. Pembedahan ini tidak disarankan bila telah terdapat

metastase jauh.

20
Komplikasi dari pembedahan antara lain infeksi, perdarahan, fistel faring

kutaneus, pneumonia aspirasi, stenosis stoma, faring dan esofagus serta

dapat juga terjadi stenosis glotis dan supraglotis.

d. Kemotrapi
Diberikan pada tumor stadium lanjut, sebagai terapi adjuvant ataupun

paliatif. Obat yang diberikan adalah cisplatinum 80120 mg/m 2 dan 5 FU

8001000 mg/m2
e. Rehabilitasi
Rehabilitasi setelah operasi sangat penting karena telah diketahui bahwa

tumor ganas laring yang diterapi dengan seksama memiliki prognosis

yang baik. rehabilitasi mencakupVocal Rehabilitation, Vocational

Rehabilitation dan Social Rehabilitation.


Laringektomi yang dikerjakan untuk mengobati karsinoma laring

menyebabkan cacat pada pasien. Dengan dilakukannya pengangkatan

laring beserta pita suara yang berada di dalamnya, maka pasien menjadi

afonia dan bernafas melalui stoma permanen di leher.


Rehabilitasi suara dapat dilakukan dengan pertolongan alat bantu suara,

yakni semacam vibrator yang ditempelkan di daerah submandibula,

ataupun dengan suara yang dihasilkan dari esofagus melalui proses belajar.
Banyak faktor yang mempengaruhi suksesnya proses rehabilitasi suara ini.

21
Tetapi faktor fisik dan psiko-sosial merupakan 2 faktor utama. Mungkin

dengan adanya wadah perkumpulan guna menghimpun pasien-pasien tuna

laring guna menyokokng aspek psikis dalam lingkup yang luas dari

pasien, baik sebelum maupun sesudah operasi.


8. Komplikasi
a. Penderita karsinoma laring akan mengalami disfagia,stridor,dipsnea

karena terjadi pembengkakan didaerah leher yang diakibatkan oleh

metastase kanker pada daerah nasofaring.


b. Penderita karsinoma laring juga beresiko kehilangan suara karena

tindakan pembedahan laringektomi total, dengan mengangkat pita suara.


9. Prognosis
Tingkat kesembuhan dan tingkat kelangsungan hidup dapat diprediksi dari

hasil kelompok, tetapi tidak persnah bisa tepat memprediksi hasilnya untuk

satu individu. Namun, kanker laring yang sebelumnya ditemukan dapat

diobati, dan semakin besar kemungkinannya akan sembuh .

B. Konsep Asuhan Keperawatan Ca Laring


1. Pengkajian
a. Pengkajian primer
Data awal yang ditemukan pada klien dengan kanker laring adalah

suara serak yang tidak sembuh-sembuh yang disertai dengan adanya

pembesaran dan perubahan pada daerah leher. Menurut Cody D. Thaher,

C. Long Barbara, Harrison, Sjmsuhidayat dan Suddart Bunner pada

pengkajian akan didapatkan data sebgai berikut :


1) Biografi
a) Usia
b) Jenis kelamin : Laki laki lebih banyak dari pada perempuan 2 : 1

22
c) Pekerjaan : Pekerjaan yang menggunakan suara yang berlebihan,

seperti penyanyi, penceramah, dosen.


d) Alamat : Tinggal di daerah dengan tingkat pencemaran polusi

yang tinggi, seperti tinggal di wilayah industri


Keluhan utama pada klien Ca. Laring meliputi nyeri tenggorokan, sulit

menelan, sulit bernapas ,suara serak, hemoptisis dan batuk, penurunan

berat badan, dan lemsah.


b. Pengkajian sekunder
1) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
b) Tanda-tanda vital
Suhu, TD, respirasi, pengukuran BB, kepala, pembengkakan kelenjar

limfe post dan pre aurikel, leher


1) Pemeriksaan penunjang
a) Laringoskopi : Cara memeriksa laring dengan melakukan inspeksi

terhadap sisi luar laring pada leher dan gerakan-gerakan pada saat

menelan. Pada kanker laring gerakan menelan akan bergerak ke

bawah saat inspirasi atau tidak bergerak. Pada palpasi ditemukan

adanya pembesaran dan nyeri.


b) Pemeriksaan sinar x jaringan lunak : terdapat penonjolan pada

tenggorokan.
c) Pemeriksaan poto kontras : dengan penelanan borium

menunjukkan adanya lesi-lesi local


d) Pemeriksaan MRI : identifikasi adanya metastasis dan evaluasi

respon pengobatan.
2) Riwayat penyakit sekarang

23
Biasanya suara serak adalah hal yang akan Nampak pada pasien

dengan kanker pada daerah glottis, pasien mungkin mengeluhkan nyeri

dan rasa terbakar pada tenggorokan, suatu gumpalan mungkin teraba

di belakang leher. Gejala lanjut meiputi disfagia, dispnoe, penurunan

berat badan.
3) Riwayat penyakit dahulu
adanya riwayat laryngitis kronis, riwayat sakit tenggorokan, riwayat epiglottis.
4) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan keluarga :Riwayat anggota keluarga yang terdiagnosa

positif kanker laring.


2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan

sebagian atau seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas,

batuk dan menelan, serta sekresi banyak dan kental.


b. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi

(pengangkatan batang suara).


c. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penekanan serabut

syaraf oleh sel-sel tumor.


d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

gangguan saluran pencernaan (disfagia).


e. Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan

anatomi wajah dan leher.

3. Intervensi Keperawatan

24
Menurut Doenges E. Marlyn (2000), dan Carpenito (1999), perencanaan dan

intervansi keperawatan pada klien kanker laring adalah sebagai berikut :


a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan

sebagian atau seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk

dan menelan, serta sekresi banyak dan kental.


Tujuan : Klien dapat mempertahankan jalan nafas paten.
Kriteria hasil :
Tidak sesak dan klien menunjukkan perilaku untuk memperbaiki jalan

napas ,batuk efektif dan bunyi napas.


Intervensi
1) Kaji frekuensi pernapasan catat rasio inspirasi atau ekspirasi
Rasional : Pada kanker laring biasanya menyebabkan dipsnu
2) Catat adanya derajat dipsnue misalnya keluhan lapar udara,

gelisah, ansietas, disteres, pernapasan dan penggunaan otot bantu.


Rasional : Disfungsi pernapasan merupakan proses kronis atau

stadium akhir
3) Auskuitasi bunyi napas, catat adanya bunyi napas.
Rasional : Pada beberapa derajat kanker laring terjadi obstruksi

jalan napas dan dapat atau tidak dimanifestasikan adanya bunyi

napas.
4) Atur posisi yang nyaman
Rasional : Mempermudah fungsi pernapasan.
5) Dorong atau bantu klien latihan napas abdomen atau bibir
Rasional: Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan

mengontrol dipsnea dan menurunkan jebakan udara.


6) Observasi karakteristik batuk misalnya menetap batuk pendek,

batuk basah bantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan upaya

batuk

25
Kolaborasi

1) Berikan bronkodilator
Rasional : Merilekskan otot halus dan menurunkan kognesti lokal,

menurunkan spasne jalan napas dan produk mukosa


2) Xantin
Rasional : Menurunkan edema mukosa dan spasme otot polos
3) Berikan kromolin flunisunida ( aerobic )
Rasional : Menurunkan edema
4) Berikan antimikroba
Rasional : Diindikasikan untuk mengontrol pneumonia.
5) Berikan analgetik dan penekan batuk
Rasional : Memungkinkan pasien untuk istirahat dan menghemat

energi.
6) Berikan humidifikasi
Rasional :Kelembaban akan menurunkan kekentalan secret yang

mempermudah pengluaran yang dap[at membantu menurunkan

atau menjaga pembentukan mukosa tebal pada bronkus.


b. komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi (pengangkatan

batang suara).
Tujuan : Pasien dapat berkomunikasi dengan aktif
Kriteria hasil :
Menidentifikasi pemahaman tentang masalh koomunikasi, membuat

metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan

menggunakan sumber-sumber yang tepat.


Intervensi
1) Kaji tipe atau derajat disfungsi, kesulitan
Rasional : Untuk menentukan terapi
2) Bantu menentukan stadium penyakit perhatikan kesalahan dalam

komunikasi dalam dan berikan umpan balik.

26
Rasional : Pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau

ucapan yang keluar dan tidak menyadari bahwa komunikaai yang

diucapkan tidak nyata.


3) Mintalah pasien untuk mengikutu perintah sederhana ( seperti buka ,

mata tunjuk kepintu ) ulangi dengan kata atau kalimat yang

sederhana.
Rasional : Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan sensor
4) Berkan metode komunikasi alternative, seperti menulis di papan

tulis, gambar. Berikan petunjuk visual ( gerakan tangan, gambar-

gambar, daftar kebutuhan, demonstrasi )


Rasional : Memberikan komunikasi tentang kebutuhan berdasarkan

keadaan atau defisit yang mandiri.


5) Katakan secara langsung dengan pasien, bicara perlahan dan dengan

tenang. Gunakan pertanyaan terbuka dengan jawaban ya atau tidak,

selanjutnya kembangkan pada pertanyaan yang lebih kompleks

sesuai respon pasien.


Rasional : Menurunkan kebingungan atau ansietas selama proses

komunikasi.
6) Bicaralah dengan nada normal dan hindari percakapan yang cepat.

Berikan pasien jarak waktu untuk berespon. Bicaralah tanpa tekanan

terhadap sebuah respon.


Rasional : Pasien tidak perlu merusak pendengaran dan

meninggikan suara dapat menimbulkan marah pasien atau

menyebabkan kepedihan. Memfokuskan respon dapat

27
mengakibatkan frustasi dan mungkin menyebabkan pasien terpaksa

untuk bicara otomatis.


7) Anjurkan pengunjung atau orang terdekat mempertahankan

usahanya untuk berkomunikasi dengan pasien, seperti membaca

surat, diskusi tentang hal-hal yang terjadi pada keluarga.


Rasional : Mengurangi isolasi social pasien dan meningkatkan

penciptaan komunikasi yangb efektif.


c. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penekanan serabut

syaraf oleh sel-sel tumor.


Tujuan :Nyeri pada pasien sedikit berkurang dengan mengikuti aturan

pemakai farmakologis yang telah ditentukan dapat menggunakan

keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai indikasi.


Kriteria hasil :
Melaporkan penghilangan nyeri maksimal / control dengan pengaruh

minimal pada AKS. Mengikuti farmokologis yang diperlukan,

mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas

hiburan sesuai indikasi untuk situasi individu.


Intervensi
1) Tentukan riwayat nyeri misal : lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan

intensitas dan tindakan penghilang yang digunakan.


Rasional : Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi

kebutuhan atau keefektifan intetrvensi.


2) Berikan tindakan kenyamanan dasar ( misal reposisi, gosokan

punggung,) dan aktivitas hiburan ( missal musik dan TV ).


Rasional : Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan

kembali perhatian.

28
3) Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri ( misal teknik

relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi ) tertawa, musik dan

sentuhan terapeutik.
Rasional : Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif

dan meningkatkan masa control.


4) Evaluasi penghilangan nyeri atau control
Rasional : Control nyeri maksimum dengan pengaruh minimum

pada AKS.
Kolaborasi
1) Kembangkan rencana manajemen nyeri dengan pasien dan dokter
Rasional : Rencana terorganisasi mengembangkan kesempatan untuk

control nyeri.
2) Beri analgesic sesuai indikasi misal : bromstoms cocktail, morfin,

metadon atau campuran narkotik IV khusus.


Rasional : Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker meskipun

respon individual berbeda saat perubahan penyakit atau perubahan

terjadi penilaian dosis dan pemberian akan diperliukan


3) Berikan penggunaan CPA dengan cepat
Rasional : Analgesia dikontrol pasien sehingga pemberian obat tepat

waktu, mencegah fruktuasi, pada intensitas nyeri, sering pada dosis

total rendah akan diberikan melealui metode konvensional.


d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

gangguan saluran pencernaan (disfagia).


Tujuan : Nutrisi klien terpenuhi

Kriteria hasil :

29
Mendemonstrasikan pemeliharaan kemajuan peningkatan

BB sesuai tujuan, tidak mengalami tanda-tanda dalam

rentan normal.
Intervensi
1) Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk dan

menangani sekresi.
Rasional : Faktor ini menentukan pilihan terhadap jenis makanan

sehingga pasien harus terlindung dari aspirasi.


2) Auskultasi bising usus, catat adanya penurunan atau nilainya suara

yang hiperaktif
Rasional : Fungsi saluran pencernaan biasanya tetap baik, jadi bising

usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau

berkembangnya komplikasi seperti paralitik ilius.


3) Timbang BB sesuai indikasi
Rasional : Mengevaluasi keefektifan / kebutuhan mengubah

pemberian nutrusi.
4) Berikan makan dalm jumlah kecil dan dalam waktu sering dengan

teratur.

Rasional : Meningkatkan prosese pencernaan dan toleransi pasien

terhadap nutrisi yang diberikan dan dapat meningkatkan kerja sama

pasien saat makan.

5) Tingkatkan kenyamanan lingkungan yang sama termasuk sosialisasi

saat makan. Anjurkann oranhg terdekat untk membawa yang disukai

pasien.

30
Rasional : Meskipun proses penilaian pasien memerlukan bantuan

makan dan menggunakan alat Bantu, sosialisasi waktu makan dengan

orang terdekat atau teman dapat meningkatakan pemasukan.

6) Kaji feses, cairan lambung, muntah darah dan sebagainya.

Rasional : Pendarahan subakuat / akut dapat terjadi

e. Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan

anatomi wajah dan leher


Tujuan : Menunjukkan konsep diri yang bagus.
Kriteria hasil :
Mampu mengungkapkan kenyataan secara fealietis dan

penerimaan terhadap suaranya, mampu mengenali dan

bekerja sama dalam perubahan konsep diri peran tanpa

menimbulkan harga diri rendah mampu mengembangkan

perencanaan yang realistis untuk mengadaptasi

perubahan peran
Intervensi
1) Ciptakan atau pertahankan hubungan terapeuitik pasien perawat,

diskusikan perasaan takut atau hal yang dipikirkan pasien.


Rasional : Meremehkan sikap peduli dan mengembangkan rasa saling

percaya antara pasien dengan perawat, dimana pasien bebas

mengekspresikan ketakutan ditolak hilangnya fungsi suara yang

dimiliki sebelumnya, tidak berdaya mengenai perubahan yang terjadi.


2) Catat tingkah laku menarik diri, sikap menyangkal atau terlalu

memungkirkan proses penyakitnya.

31
Rasional : Awalnya mungkin merupakan respon yang normal tapi jika

berkepanjangan bisa menghalangi untuk menghadapi kenyataan

seharusnya dan dapat menurunkan ke arah koping yang tidak efektif.


3) Jelaskan bahwa emosi yang labil adalah wajar. Pemecahan masalah

merupakan langkah untuk menangani masalah ini.


Rasional: Menghilangkan kecemasan dan membantu usah untuk

menangani munculnya emosi yang tidak diharapkan.


4) Beri masukan pada klien untuk memodifikasi gaya berpakaian untuk

meningkatkan konsep diri seperti memakai jilbab pada perempuan,

menggunakan sal atau baju dengan kerah tertutup.


4. Implementasi Keperawatan
Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan

perawat perlu memvalidasi dengan singkat : apakah rencana tindakan masih

sesuai dan dibutuhkan oleh klien saat ini. Perawat juga menilai diri sendiri,

apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual dan teknikal yang

diperlukan untuk melaksanakan tindakan. Perawat juga menilai kembali

apakah tindakan ini aman untuk pasien atau tidak. Setelah tidak ada hambatan

maka tindakan keperawatan bolehndilaksanakan. Pada saat akan

melaksanakan tindakan keperawatan perawat harus membuat kontrak dengan

klien yang isinya menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran peserta

yang diharapkan dari klien. Dokumentasi semua tindakan yang telah

dilaksanakan beserta respon klien.


5. Evaluasi Keperawatan

32
Setelah tindakan keperawatan dilakukan segera lakukan evaluasi. Evaluasi

terhadap masalah keperawatan Ca Laring meliputi kemampuan pasien dalam

menghadapi penyakit dan kemampuan perawat dalam merawat pasien Ca

Laring.

BAB III
PENUTUTUP
A. Kesimpulan
Karsinoma laring merupakan keganasan saluran pernapasan atas yang sering

terjadi. Gejala awal karsinoma laring adalah suara serak yang hilang timbul dan

berjalan progresif dan akhirnya menetap. Diagnosis dapat ditegakkan dengan

anamnesis, pemeriksaan laring secara langsung maupun tidak langsung,

pemeriksaan laboratorium, dan biopsi pada lesi yang dicurigai.


Pengobatan karsinoma laring meliputi operasi, radioterapi, kemoterapi

maupun rehabilitasi. Prognosis tergantung dari stadium tumor, pilihan

pengobatan, lokasi tumor dan keahlian dari operator. Secara umum dikatakan five

years survival pada karsinoma laring stadium I 90 98% stadium II 75 85%,

stadium III 60 70% dan stadium IV 40 50%. Adanya metastase ke kelenjar

limfe regional akan menurunkan five years survival rate sebesar 50%.
B. Saran
1. Diharapkan mahasiswa dapat melaksanakan tehknik komunikasi terapeutik

dan melakukan pengkajian agar kualitas pengumpulan data dapat lebih baik

sehingga dapat melaksanakan Asuhan Keperawatan dengan baik.


2. iharapkan klien dapat melaksanakan anjuran dan penatalaksanaan pengobatan

dan diit yang telah diinstruksikan oleh perawat dan dokter.

33
Akan lebih baik jika diadakan penyuluhan tentang kanker ke daerah
daerah sehingga dapat menambahkan pengetahuan masyarakat tentang
kanker.

DAFTAR PUSTAKA

34
Benken, Samuel W. Benken (2011). Laryngeal Cancer. Diperoleh dari

http://www.health.am/cr/ laryngeal-cancer/ . (Di akses pada 18 Maret 2017)

Cancer Research UK, 2014. Laryngeal (larynx) cancer incidence statistics. Diunduh

dari :http://www.cancerresearchuk.org/health-professional/cancer-statistics/statist

ics-by-cancer-type/laryngeal-cancer/incidence#heading-Three. Diakses pada

tanggal 18 maret 2017C. Long Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah.

Bandung : IAPK Pajajaran

Concus, AP, Tran, T.P, Sanfilippo, N.J, and Delacure, S.D, 2008. CurrentDiagnosis&

Treatment in Otalaringology Head & Neck Surgery. In: ed. Malignant Laryngeal

Lesions. USA : McGraw-Hill, 437-453.

D,Progmet (2013). Complications of endoscopic CO2 laser surgery for laryngeal

cancer and concepts of their management. Diperoleh dari

http://eresources.perpusnas.go.id/library.php?

id=10000&key=laryngeal+cancer+complication+. (Di akses pada 18 Maret 2017)

Dolly Irfandy, Sukri Rahman . Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(2). Diperoleh dari

https://www.kankertht-kepalaleher.info/wp content/uploads/2016/06/Diagnosis-

dan-Penatalaksanaan-Tumor-Laring.pdf. (Diakses pada tanggal 18 maret 2017)

Gale Tish Davidson (2006). Laryngeal Cancer. Diperoleh dari

http://eresources.perpusnas .go.id: 2109/ps/i.do?p= GVRL&u=idpnri&id=GALE|

35
CX3451600948&v=2.1&it=r&sid=summon& userGroup=idpnri&authCount=1 .

(Di akses pada 17 Maret 2017)

Highler, Boies Adams. 1997. Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta : Buku Kedokteran

EGChttps://www.cancer.org/scancer/laryngeal-and-hypopharyngeal-

cancer/about/what-is-laryngealand-hypopharyngeal.html. (Diakses pada 19 Maret

2017)

Johnson, JT, 2012. Malignant Tumor of The Larynx. Diunduh dari :

http://emedicine.medscape.com/article/848592-overview. Diakses pada 19 maret

2017

Kharisma murti (2015). Makalah Ca Nasofaring. Diperoleh dari

http://dokumen.tips/documents/makalah-ca-nasofaring-560f1a274681d.html.

(Diakses pada 18 Maret 2017)

Maitra A, dan Kumar V, 2007. Paru dan Saluran Napas Atas. Dalam buku ajar

patologi Robbins. Volume 2. Edk 7, Jakarta : EGC. National Cancer Institutes

Surveilance Epidemiology and End Result Cancer

Statistic Review, 2012. Cancer Statistic: Cancer of the Larynx. Diunduh dari :

http://seer.cancer.gov/statfacts/html/laryn.html#incidence-mortality. Diakses pada

19 Maret 2017.

36
National Cancer Institutes Surveilance Epidemiology and End Result Cancer

Statistic Review. 2012. Larynx cancer. Diunduh dari

:http://seer.cancer.gov/statfacts/html/laryn.html. Diakses pada 19 maret 2017

National cancer institute, 2014. Laryngeal Cancer Treatment. Diunduh dari :

http://www.cancer.gov/types/head-and-neck/patient/laryngeal-treatment-pdq.

Diakses pada 19 maret 2017

Nurarif, Amin Huda, dkk. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis & NANDA NIC-NOC. Jakarta : Medication

Quon, Harry (2015). Hypopharyngeal cancer. Diperoleh dari http://emedicine.

medscape.com/article/1375268-overview#a2 (Di akses pada 18 Maret 2017)

R. Pracy, dkk. 1989. Pelajaran Ringkas Telinga, Hidung dan Tenggorokan. Jakarta :

Gramedia

Ramroth H, Dietz A, and Becher, H, 2011. Intensity and Inhalation of Smoking in the

Aetiology of Laryngeal Cancer. International Journal of Environmental Research

and Public Health.; vol :8(4) : 976-984.

Ratiola, H, 2000. Epidemiology, Clinnical Characteristic and Treatment outcome of

Laryngeal Cancer. Diunduh dari : http://acta.uta.fi/pdf/951-44-4828-6.pdf .

Diakses pada tanggal 19 Maret 2017

37
S, Simon (2015). Laryngeal Carcinoma Imaging. Diperoleh dari http://emedicine.

Medscape.com/article/383230-overview#showall. (Di akses pada 29 september

2016)

Stevenson, MarvarettaM (2016). Pharyngeal cancer treatment protocols . Diperoleh

dari http://emedicine.medscape.com/article/2047780-overview. (Di akses pada18

Maret 2017)

Umana A, Offiong M, Mgbe R, Adekanye A, Bassey I, Ebughe G,

2010. Cancer of the Larynx- Management Challenges in Calabar,

South-South Nigeria. The Internet Journal of Third World

Medicine. Volume 9 Number 2. Diakse pada tanggal 19 maret

2017

38

Anda mungkin juga menyukai