PENDAHULUAN
tersering pada keganasan kepala dan leher setelah karsinoma nasofaring dan
tumor sinonasal. Tipe karsinoma laring yang tersering adalah karsinoma sel
diferensiasi buruk. Karsinoma laring tiga kali lebih sering muncul pada daerah
Laporan statistik penderita karsinoma laring secara global pada tahun 2018
menunjukkan kasus baru karsinoma laring sebanyak 177.422 dan angka kematian
sebesar 94.771.2 Data pada tahun 2018 di Amerika Serikat menunjukkan kasus
baru karsinoma laring sebanyak 13.150 dan angka kematian sebesar 3.710.3
(5,8 kasus setiap 100.000 berbanding 1,2 kasus setiap 100.000), pada populasi
tinggi, serta karsinoma muncul pada usia yang lebih muda dibandingkan pada
1
2
Kasus baru karsinoma laring di China pada tahun 2011 menunjukkan angka
estimasi 20.875 kasus dengan angka kematian mencapai 11.488 kasus. Angka
insidensi berkisar 2,69 setiap 100.000 pada laki-laki dan 0,35 setiap 100.000 pada
perempuan.5 Kasus baru karsinoma laring di India pada tahun 2012 mencapai
25.446 kasus dengan angka kematian mencapai 17.560 kasus dengan angka
insidensi 1,26-8,18 setiap 100.000 populasi dengan kesintasan lima tahun sebesar
28%.6 Berdasarkan data National Cancer Registry Annual Report, pada tahun
2018 di Indonesia ditemukan kasus baru karsinoma laring sebesar 3.188 kasus
besar penderita datang pada stadium lanjut. Berdasarkan data dari 1.439 penderita
keganasan kepala dan leher yang datang ke poli T.H.T.K.L sub bagian onkologi
menempati urutan ketiga pada keganasan kepala leher di RSUP Dr. Hasan Sadikin
terjadi pada dekade 50 tahun. Merokok merupakan faktor risiko terbesar (99%)
Faktor risiko utama dari karsinoma laring adalah merokok dan konsumsi
alkohol, dengan angka risiko perokok lebih besar 10 – 15 kali lipat terkena
berkaitan dengan paparan faktor lingkungan seperti asbestos, debu tekstil, dan
dengan diet adalah konsumsi daging merah, sedangkan konsumsi buah dan
antara human papillomavirus (HPV) sebagai faktor risiko karsinoma laring, akan
Refluks laringofaring juga menjadi salah satu faktor risiko yang dipercayai
memicu terjadinya karsinoma laring. Iritasi kronis pada laring dapat menyebabkan
perubahan sel menjadi ganas pada pasien yang tidak merokok maupun
genetik yang berkaitan dengan mutasi titik pada cyclin-dependent kinase inhibitor
2A. Selain itu, ekspresi berlebih dari stomatin-like protein 2 dapat meningkatkan
dengan penyakit tertentu pada periode yang ditentukan. Periode kesintasan secara
keseluruhan dapat dihitung pada periode kesintasan lima maupun 10 tahun. Dalam
dalam menilai efektivitas terapi yang dapat mempengaruhi prognosis dan angka
yaitu waktu sampai muncul kejadian, dapat berupa kematian, kekambuhan, atau
penyembuhan. Waktu dapat berupa tahun, bulan, hari, jam, atau menit yang
komorbiditas, faktor lingkungan, genetik, lokasi tumor, stadium tumor, dan terapi
Sampai dengan saat ini belum ada penelitian yang membahas tentang
hubungan antara faktor prognosis dengan kesintasan pada pasien karsinoma laring
di Indonesia. Atas dasar latar belakang tersebut di atas penulis tertarik untuk
laring?
karsinoma laring?
karsinoma laring?
karsinoma laring?
karsinoma laring?
5
laring?
laring?
laring?
laring?
laring
karsinoma laring
karsinoma laring
karsinoma laring
laring
laring
laring
10. Mengetahui hubungan antara terapi tumor dengan kesintasan karsinoma laring
2.1.1 Definisi
Karsinoma laring adalah karsinoma pada laring yang berasal dari epitel
(bagian atas dari laring diatas pita suara, termasuk epiglotis); 2) Glotis (bagian
tengah dari laring tempat pita suara berada); dan 3) Subglotis (bagian bawah
kepala dan leher di dunia.1,14,15 Setiap tahunnya insidensi penyakit ini berjumlah
merupakan karsinoma ke-13 yang paling umum terjadi pada laki-laki di dunia
laring umumnya terjadi pada orang tua dalam dekade keenam dan ketujuh
kehidupan.Karsinoma laring lebih sering terjadi pada usia kurang dari 65 tahun
7
8
Di India, karsinoma laring menjadi salah satu dari sepuluh penyebab utama
kematian pada pria. Pada tahun 2012, terdapat 25.446 kasus baru dan sebanyak
Bobdey dkk, faktor risiko utama tingginya angka kejadian karinoma laring di
besar penderita datang pada stadium lanjut. Dari 1439 penderita keganasan kepala
dan leher yang datang ke poli T.H.T.K.L sub bagian onkologi RSHS Bandung
ketiga pada keganasan kepala leher di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas dengan batas
atas adalah aditus laring sedangkan batas bawahnya kartilago krikoid. Organ
penghasil suara ini terdiri dari 9 kartilago, ligament-ligamen dan pita suara.
(kartilago tiroid, epiglottis, dan cartilage krikoid). Letak Laring berada di leher
Laring mempunyai tiga fungsi utama dan beberapa fungsi lainnya yaitu:19,20
b. Respirasi
c. Fonasi
a. Refleks batuk
b. Sirkulasi
c. Menelan
d. Emosi
paparan radiasi serta infeksi HPV pada sebagian kecil kasus. Beberapa studi telah
membuktikan bahwa merokok dan alkohol merupakan faktor risiko utama untuk
a. Merokok
b. Alkohol
karsinoma laring. Peradangan kronis pada lapisan laring dari etanol dapat
c. Refluks laringofaring
karsinoma laring. Iritasi kronis pada laring dicurigai sebagai faktor risiko
karsinoma laring dan dapat berperan dalam terjadinya karsinoma pada mereka
d. Paparan toksin
Eksposur toksin juga menjadi faktor risiko lainnya. Agen-agen yang dicurigai
berperan sebagai faktor risiko antara lain asap diesel, asbestos, pelarut organik,
asam sulfur, gas mustard, beberapa minyak mineral, debu logam, aspal, debu batu,
wol mineral, hidrokarbon polisiklik aromatik, asap kendaraan, pada industri karet,
serviks pada wanita. Infeksi HPV pada tenggorokan dapat menjadi faktor dalam
laring. Penelitian menemukan DNA HPV juga terdapat pada karsinoma laring.25
Infeksi HPV sangat jarang menjadi faktor dalam karsinoma laring namun, angka
kejadian karsinoma laring meningkat sebanyak 5,4 kali pada orang yang
terinfeksi HPV. Risiko karsinoma laring lebih besar pada infeksi HPV tipe 16
f. Genetik
1) Anamnesis:
a. Tumor supraglotis
- Rasa mengganjal
- Suara teredam
- Disfagia
- Dispnea
- Otalgi
- Metastasis servikal
13
b. Tumor glotis
- Suara serak
c. Tumor subglotis
2) Pemeriksaan fisik:
b. Pemeriksaan leher :
leher.
3) Pemeriksaan radiologi:
b. Rontgen thorak
2.1.6 Histopatologi
Mukosa laring berwarna merah muda dan dilapisi oleh epitel skuamosa
berlapis pada bagian plika vokalis dan vestibulum atas, dan dibagian laring lain
dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia. Mukosa pada bagian tepi getaran pita suara
yang mendasarinya.15
a. Lapisan superfisial : jaringan fibrosa yang sangat longgar dan asam hyaluronik.
ligamentum vokalis.
Secara makroskopis, pada karsinoma laring dapat terlihat epitel yang bervariasi
mulai dari halus, putih atau penebalan kemerahan dan terkadang terlihat kasar
oleh keratosis, verrucous atau lesi putih merah muda.Sekitar 95% karsinoma
Terdapat beberapa jalur penyebaran tanpa invasi kartilago tiroid, misalnya pada
celah pada tiroaritenoid yang menyedikan ruang antara aritenoid dan kartilago
Broyle, tempat pita suara melekat ke kartilago, dengan atau tanpa erosi kartilago.
15
Tumor juga dapat menyebar melalui membrane krikotiroid atau tirohioid. Selain
didapatkan angka lima tahun harapan hidup atau kesintasan yang bervariasi
dan II adalah 59%, stadium III (53%), dan stadium IV (34%). Untuk karsinoma
pada glotis stadium I (90%), stadium II (74%), stadium III (56%), dan stasdium
Tumor Supraglotik
T1 Tumor terbatas di satu sisi supraglotik dengan mobilitas pita suara yang
normal
T2 Tumor menginvasi mukosa lebih dari satu sisi supraglotis atau glotis
Tumor Glotik
T3 Tumor terbatas pada laring, dengan fiksasi pita suara dan atau
tiroid
T4a Penyebaran moderate atau meluas, tumor menginvasi kortek bagian luar
Tumor Subglotik
suara
T3 Tumor terbatas pada daerah laring dengan pita suara yang terfiksasi
kartilago tiroid dan atau sudah meluas ke luar laring (trakea, jaringan
lunak sekitar leher, termasuk otot ekstrinsik lidah bagian dalam, strap
N1 Metastasis pada satu kelenjar limfe ipsilateral, ukuran diameter < 3cm
N2 Metastasis pada satu kelenjar limfe ipsilateral, ukuran > 3cm tetapi
tidak lebih besar dari 6 cm, atau metastasis pada multipel kelenjar limfe
N2a Metastasis ke satu kelenjar limfe ipsilateral atau kontralateral, ukuran >
Metastasis Jauh
a. Radiasi
Radiasi sangat berperan dalam penanganan karsinoma kepala dan leher. Terapi
karsinoma laring supraglotis, terapi bedah dan radiasi merupakan terapi yang
aman untuk stadium awal (T1-T2N0). Sedangkan untuk stadium awal karsinoma
19
glotis dapat di tangani secara efektif dengan satu modalitas bedah atau radiasi
saja.4
b. Pembedahan
Pasien dengan tumor stadium awal telah mendapatkan keuntungan dari metode
microscopic (TLM) telah menjadi pilihan utama untuk membedah tumor glotis
keseluruhan dan memisahkan jalan napas dari hidung, mulut, dan esophagus.
laringektomi.
c. Kemoterapi
karsinoma dan ada pula yang dapat membunuh sel karsinoma. Obat – obatan
metastatik sel tumor yang secara klinik tidak terdeteksi, yang apabila tidak diobati
secara ajuvan maupun neoajuvan. Kebanyakan obat anti neoplasma yang secara
Menurut prioritas indikasinya terapi karsinoma dapat dibagi menjadi dua yaitu
utama dapat diberikan secara mandiri, namun terapi adjuvan tidak dapat mandiri,
artinya terapi adjuvan tersebut harus meyertai terapi utamanya. Tujuannya adalah
Sebagai terapi utama obat anti karsinoma diberikan pada karsinoma yang
kemosensitif atau pada karsinoma yang telah menyebar jauh (umumnya stadium
IV). Pemberian kemoterapi pada karsinoma stadium lanjut yang telah menyebar
diberikan pasca operasi dan atau pasca radioterapi untuk karsinoma yang bersifat
21
kemosensitif. Pada penderita karsinoma yang setelah beberapa bulan dan tahun
timbul residif yakni pada waktu operasi atau radioterapi masih ada sel karsinoma
mikroskopik yang masih hidup dalam lapangan operasi atau ada metastase jauh
2.2 Kesintasan
individu pada sebuah grup yang bertahan hidup setelah durasi waktu yang telah
dengan periode kesintasan lima tahun atau 10 tahun. Dalam penelitian bidang
Semenjak tahun 1990an analisis kesintasan pada pasien karsinoma mulai lebih
sering digunakan dan popularitasnya meningkat. Data dan register pasien dengan
karsinoma dikumpulkan baik itu dalam luasan rumah sakit maupun dalam data
nasional.30 Kemajuan dari angka kesintasan lima tahun lebih sering digunakan
menggunakan media.31
22
Beberapa faktor prognostik yang telah diteliti dan ditemukan pada karsinoma
laring yang dapat mempengaruhi kesintasan, yaitu jenis kelamin, usia pasien,
stadium tumor, terapi yang telah dilakukan, serta faktor pemberat penyakit dari
pasien juga dapat menjadi faktor penilaian dalam mengevaluasi pasien dengan
perubahan dalam kurun waktu tertentu terhadap suatu kejadian yang spesifik.
Analisis Kaplan Meier adalah metode yang sering digunakan dalam analisis
kesintasan.29
potensial dan risiko dari pemberian terapi, sehingga faktor risiko dapat diprediksi
23
dengan baik.29 Terdapat faktor-faktor yang dapat menjadi penilai dari kesintasan
pasien dengan karsinoma laring diantaraya adalah jenis kelamin, usia pasien,
paruh baya, dan karsinoma sel skuamosa merupakan 90% dari karsinoma laring.
Pasien dengan usia dibawah 50 tahun memiliki angka kesintasan yang lebih baik
dibandingkan dengan pasien usia 50 tahun keatas. Kesintasan pada pasien yang
lebih tua sangat rendah dibandingkan dengan pasien yang lebih muda, hal ini
dapat dikaitkan dengan pasien yang lebih tua lebih memungkinkan memiliki
pernapasan.32,35
munculnya karsinoma laring. Efek dari merokok saja, dan mengkonsumsi alkohol
nantinya akan mempercepat produksi dari kelainan DNA pada sel tubuh.32,36-39
keberadaan kondisi klinis yang muncul dalam perjalanan pasien yang sedang
memiliki penyakit lainnya seperti penyakit jantung, penyakit paru, dan penyakit
laring karena dapat mempengaruhi deteksi dari kanker, pemilihan terapi yang
faktor yang juga berkontribusi terhadap munculnya karsinoma laring dan juga
lingkungan dari pasien seperti paparan asap, debu, maupun toksin lainnya.
Sedangkan data genetik dari pasien dikaitkan dengan adanya mutasi gen yang
laring.9,25,26
didiagnosis dengan tumor supraglotis memiliki waktu hidup yang lebih buruk
daripada pasien dengan lokasi tumor glotis, masing-masing 70% dan 81%
bertahan hidup selama lima tahun.12 Lokasi tumor dapat mempengaruhi kesintasan
dapat karena mempengaruhi waktu diagnosis dari pasien karsinoma laring. Pada
pasien dengan karsinoma laring glotis akan mengalami gejala lebih cepat seperti
25
karsinoma laring glotis lebih cepat mengakses sarana kesehatan yang berdampak
risiko kematian sekitar dua kali lipat dibandingkan dengan pasien dengan tahap T
yang lebih rendah. Status kelenjar getah bening yang terlibat juga menjadi
laring, pasien dengan status N1, N2 atau N3 memiliki risiko kematian meningkat
3,5 kali lipat pada waktu singkat setelah diagnosis.12 Kekambuhan umum terjadi
pada karsinoma laring. Tingkat kekambuhan pada pasien dengan karsinoma laring
stadium T1 bervariasi dari lima hingga 13%, dan dengan karsinoma stadium T2
bervariasi dari 25 hingga 30%. Sedangkan untuk pasien dengan penyakit stadium
terdapat pula terapi bedah baik laringektomi parsial maupun laringektomi total,
dengan atau tanpa radiasi atau kemoradiasi.12 Beberapa penelitian menilai adanya
perbedaan yang signifikan dalam kesintasan pada pasien dengan karsinoma laring
Faktor Prognostik :
- Jenis Kelamin
- Usia
- Merokok
- Konsumsi Alkohol
- Komorbiditas
- Faktor Lingkungan
- Genetik
- Lokasi Tumor
- Stadium Klinis
- Terapi
Meninggal
Hidup
( waktu
KESINTASAN
5 TAHUN
2.3 Premis
berikut :
Premis 1:
Laki-laki memiliki kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol lebih tinggi, dan
Premis 2:
Pasien yang lebih tua cenderung memiliki penyakit penyerta lainnya seperti
keadaan umumnya.4,12,35
Premis 3:
Premis 4:
mempengaruhi deteksi kanker, pemilihan terapi yang tepat, serta kepatuhan dan
Premis 5:
Paparan lingkungan seperti asap dan debu dapat meningkatkan paparan toksin
Premis 6:
karsinoma laring.9,25,26
28
Premis 7:
Tumor supraglotis memiliki waktu hidup yang lebih buruk karena didiagnosis
Premis 8:
Pasien dengan stadium TNM lebih tinggi menunjukkan tingkat keparahan tumor
Premis 9:
Premis 10:
Terjadinya mutasi gen, kesehatan tubuh buruk, paparan zat toksin, terjadinya
2.4 Hipotesis
Hipotesis 1:
H0: Tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kesintasan penderita
karsinoma laring.
karsinoma laring.
29
Hipotesis 2:
H0: Tidak terdapat hubungan usia dengan kesintasan penderita karsinoma laring.
H1: Terdapat hubungan antara usia dengan kesintasan penderita karsinoma laring.
Hipotesis 3:
H0: Tidak terdapat hubungan antara merokok dan minum alkohol dengan
H1: Terdapat hubungan antara merokok dan minum alkohol dengan kesintasan
Hipotesis 4:
karsinoma laring.
karsinoma laring.
Hipotesis 5:
karsinoma laring.
Hipotesis 6:
H0: Tidak terdapat hubungan antara faktor genetik dengan kesintasan penderita
karsinoma laring.
karsinoma laring.
Hipotesis 7:
30
H0: Tidak terdapat hubungan antara lokasi tumor dengan kesintasan penderita
karsinoma laring.
karsinoma laring.
Hipotesis 8:
H0: Tidak terdapat hubungan antara stadium klinis dengan kesintasan penderita
karsinoma laring.
karsinoma laring.
Hipotesis 9:
H0: Tidak terdapat hubungan antara terapi dengan kesintasan penderita karsinoma
laring.
laring.
BAB III
datang berobat ke Bagian Ilmu Kesehatan T.H.T.K.L di RS. Dr. Hasan Sadikin
Kriteria inklusi :
Kriteria eksklusi :
31
32
Rumah Sakit Hasan Sadikin. Besar sampel untuk penelitian ini menggunakan
relative risk (proporsi) berdasarkan Lemeshow dkk. dengan rumus di bawah ini:44
Keterangan:
n = besar sampel
n = [1,96√2x0.58(1-0.58) + 0,84√0,58(1-0,58)+0,76(1-0,76)]2
(0,58-0,76)2
n = 104
33
dan terapi.
3.3.3.1 Kesintasan
bertahan hidup setelah durasi waktu yang telah ditentukan. Kesintasan dinilai dari
efektivitas terapi yang dapat menentukan prognosis dan angka ketahanan hidup.
penyebab kematian yang terjadi pada individu, dapat dinyatakan kesintasan lima
34
tahun atau 10 tahun. Pada penelitian ini menggunakan angka kesintasan lima
tahun.
karsinoma laring. Faktor prognostik yang ditemukan pada karsinoma laring yaitu
faktor penderita dan faktor tumor. Faktor penderita terdiri dari usia, jenis kelamin,
merokok, minum alkohol, dan komorbiditas. Faktor tumor terdiri dari lokasi
1) Faktor Penderita
Jenis kelamin pasien yang didapatkan sejak lahir yaitu laki-laki dan
perempuan.
(2) Usia
Usia pasien yang dihitung dalam tahun dengan pembulatan ke bawah atau
sama dengan umur pada waktu ulang tahun yang terakhir saat penderita
Hasil ukur : <20 tahun, 20-29 tahun, 30-39 tahun, 40-49 tahun, >50
tahun.
(3) Merokok
medis yang didapat menjadi berapa lama minum alkohol, jumlah alkohol
(5) Komorbiditas
lingkungan.
(7) Genetik
Data faktor genetik dapat diambil dari rekam medis berupa saudara
lainnya.
2) Faktor Tumor
(1) Lokasi
tempat awalnya.
dan metastasis).17
(3) Terapi
Penentuan terapi apakah pasien sudah menjalani terapi, baik itu radiasi,
dan terapi. Kemudian penderita atau keluarga dihubungi oleh peneliti untuk
rekam medis, apabila tidak dapat dihubungi makan akan masuk ke dalam kriteria
ekslusi.
Data yang sudah terkumpul diolah secara komputerisasi untuk mengubah data
2. Coding, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
program komputer.
4. Cleaning, yaitu apabila semua data dari pasien telah selesai dimasukkan,
Data numerik akan dinyatakan dalam rerata simpangan baku. Data kategorik
akan dinyatakan dalam proporsi dan presentase (%). Pertama yang dilakukan
Laring. Ukuran kekuatan variabel dinyatakan dalam Rasio Hazard. Uji hipotesis
bermakna apabila p < 0,05. Analisis data dilakukan dengan SPSS 2a.
Data didapat melalui rekam medis pada sampai tahun 2014 di Bagian Ilmu
terpenuhi.
Penelitian ini menggunakan data rekam medis semua kasus penderita yang
didiagnosis karsinoma laring dan sudah mendapatkan terapi sampai tahun 2014
yang datang berobat ke Bagian Ilmu Kesehatan RS. Dr. Hasan Sadikin dan akan
Aspek etik pada penelitian ini adalah terjaganya kerahasiaan identitas, data dari
rekam medis dan wawancara yang dilakukan dengan kesediaan penderita atau
keluarga yang hanya diketahui oleh peneliti serta tidak akan dipublikasikan tanpa
seijin subyek penelitian. Manfaat langsung bagi penderita karsiona laring tidak
kesintasan atau ketahanan hidup penderita karsiona laring dan digunakan untuk
Data rekam medis akan diperlakukan dengan penuh rasa tanggung jawab sejak
tempat penyimpanan rekam medis tersebut. Tindak lanjut pasien dari data rekam
medis apabila diperlukan dan mengeluarkan biaya, maka biaya akan ditanggung
oleh peneliti. Kegiatan yang dilakukan demi menjaga etik dan kerahasiaan
untuk kepentingan penelitian akan dilaksanakan setelah ada izin dari pihak yang
Perempuan
Usia muda
Kebiasan Merokok Ya
Tidak
Minum Alkohol Ya
Tidak
Komorbiditas Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Glotis
Transglotis
Tidak diketahui
IVB
IVA
III
II
I
42
Pembedahan +
Kemoterapi (-)
Kemoterapi +
Radiasi (-)
Radiasi +
43
DAFTAR PUSTAKA
10. Yang C-w, Wang S-f, Yang X-l, Wang L, Niu L, Liu J-X. Identification of
gene expression models for laryngeal squamous cell carcinoma using co-
expression network analysis. Medicine. 2018;97(7).
11. Adriana R, Dewi YA, Samiadi D. Kesintasan Penderita Karsinoma
Nasofaring dan Faktor yang Mempengaruhinya di Rumah Sakit Hasan
Sadikin 2015.
12. Ramroth H, Schoeps A, Rudolph E, Dyckhoff G, Plinkert P, Lippert B, et
al. Factors predicting survival after diagnosis of laryngeal cancer. Oral
oncology. 2011;47(12):1154-8.
13. Hu M, Ampil F, Clark C, Sonavane K, Caldito G, Nathan CAO. Comorbid
predictors of poor response to chemoradiotherapy for laryngeal squamous
cell carcinoma. The Laryngoscope. 2012;122(3):565-71.
14. Neoplasma Laring. Modul Utama Bedah Onkologi Kepala Leher II ed
2ed: Kolegium Ilmu Kesehatan telinga Hidung Tenggorokan Bedah kepala
Leher; 2015. p. 17.
15. Lee KJ, Maniglia AJ. Essential otolaryngology: head & neck surgery:
McGraw-Hill, Medical Pub. Division; 2008.
16. Bailey BJ, Johnson JT, Newlands SD. Head & neck surgery--
otolaryngology: Lippincott Williams & Wilkins; 2006.
17. Edge SB, Compton CC. The American Joint Committee on Cancer: the
7th edition of the AJCC cancer staging manual and the future of TNM.
Annals of surgical oncology. 2010;17(6):1471-4.
18. Moore KL, Dalley AF, Agur AM. Clinically oriented anatomy. 7 ed:
Lippincott Williams & Wilkins; 2014.
19. Adams GT, L R Boies, Higler PA. Buku Ajar Penyakit THT.
2010(6):369-78.
20. Noordzij JP, Ossoff RH. Anatomy and physiology of the larynx.
Otolaryngologic Clinics of North America. 2006;39(1):1-10.
21. Compton CC. Cancer Survival Analysis. American Joint Committee on
Cancer. 2012:23-31.
45