Kelompok 1 Stemi
Kelompok 1 Stemi
Dosen pengajar :
Disusun oleh :
Kelompok 1
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. atas rahmat dan hidayah-
Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “MAKALAH ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN STEMI” tepat waktu.
kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Ika Ainur R., M.Kep., Sp.KMB.
selaku dosen mata kuliah Gawat Darurat. Tugas yang diberikan ini dapat menambah
pengetahuan wawasan terkait bidang yang kami ditekuni.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................I
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................II
BAB 1...................................................................................................................................................III
PENDAHULUAN................................................................................................................................III
1. Latar Belakang........................................................................................................................III
2. Rumusan Masalah..................................................................................................................III
3. Tujuan......................................................................................................................................III
BAB II...................................................................................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................................1
A. Konsep Teori Infark Miokard Akut dengan ST elevasi (STEMI)...............................................1
1. Definisi..................................................................................................................................1
2. Etiologi..................................................................................................................................2
3. Klasifikasi.............................................................................................................................3
4. Patofisiologi..........................................................................................................................4
5. Pathway................................................................................................................................5
6. Manifestasi Klinis................................................................................................................6
7. Komplikasi...........................................................................................................................6
B. Konsep Asuhan Keperawatan....................................................................................................7
BAB III................................................................................................................................................12
TINJAUAN KASUS...........................................................................................................................12
BAB IV...............................................................................................................................................31
PENUTUP...........................................................................................................................................31
A. KESIMPULAN......................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................32
II
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Salah satu jenis sindrom koroner akut (SKA) adalah akut miokard infark (AMI) yang
disebabkan oleh pecahnya plak arteroma di pembuluh darah koroner, sehingga
mengakibatkan terbentuknya trombus yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi menuju
miokard terhambat (PERKI, 2015). AMI merupakan penyakit jantung yang disebabkan oleh
sumbatan pada arteri koroner. Penyakit ini tetap menjadi penyebab utama kematian secara
umum dalam 15 tahun terakhir (WHO, 2018).
Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) terjadi karena trombus pada plak
aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya secara mendadak aliran darah koroner menurun
akibat okulasi trombus (Rochifika, 2019). Penyakit jantung koroner merupakan masalah
kesehatan yang jumlahnya semakin meningkat cepat di dunia yaitu dengan angka kematian
sebesar 6,7 juta kasus (WHO, 2017). World Heart Organization memperkirakan pada tahun
2020, penyakit kardiovaskuler menyumbang sekitar 25% dari angka kematian dan mengalami
peningkatan khususnya di Negara-negara berkembang, salah satu diantaranya berada di
kawasan Asia Tenggara dan salah satu negaranya adalah Indonesia (WHO, 2017). Data dari
Global Registry of Acute Coronary Events (GRACE), kasus Sindrom Koroner Akut sekitar
38% adalah STEMI.
Pada pasien STEMI, dampak yang ditimbulkan tidak hanya pada gangguan fisiologis
dan psikologis saja, namun juga menimbulkan dampak ekonomi akibat meningkatnya
kebutuhan biaya pengobatan dan perawatan di rumah sakit serta biaya pemulihan kesehatan
selama pasien di rumah. Oleh karena itu perlu kerjasama yang baik antara berbagai profesi
seperti dokter, perawat dan tim kesehatan lainnya dalam mengatasi masalah pasien
2. Rumusan Masalah
1) bagaimana konsep teori STEMI?
2) bagaimana asuhan keperawatan pada pasien STEMI?
3. Tujuan
1) Untuk mengetahui konsep teori STEMI
2) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien STEMI
III
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Infark miokard akut adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena
sumbatan pada arteri koroner. Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya
aterosklerotik pada dinding arteri koroner sehingga menyumbat aliran darah ke
jaringan otot jantung(Andi et al., 2017)
Infark miokard dengan ST elevasi (STEMI) didefinisikan sebagai suatu
sindroma klinis berupa gejala iskemia miokard yang berkaitan dengan gambaran
ST elevasi yang persisten pada sadapan elektrokardiografi (EKG) dan diikuti oleh
pelepasan biomarker akibat nekrosis miokard. STEMI merupakan salah satu
bagian dari spektrum Sindroma Koroner Akut (SKA)(Andrianto et al., 2019).
Menurut Rochifika, 2019, Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI)
terjadi karena trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya secara
mendadak aliran darah koroner menurun akibat okulasi thrombus. Menurut WHO
2017, Penyakit jantung koroner merupakan masalah kesehatan yang jumlahnya
semakin meningkat cepat di dunia yaitu dengan angka kematian sebesar 6,7 juta
kasus. World Heart Organization memperkirakan pada tahun 2020, penyakit
kardiovaskuler menyumbang sekitar 25% dari angka kematian dan mengalami
peningkatan khususnya di Negara-negara berkembang, salah satu diantaranya
berada di kawasan Asia Tenggara dan salah satu negaranya adalah
Indonesia(Nanda Surya, Aklima, 2022).
Pada pasien STEMI, dampak yang ditimbulkan tidak hanya pada gangguan
fisiologis dan psikologis saja, namun juga menimbulkan dampak ekonomi akibat
meningkatnya kebutuhan biaya pengobatan dan perawatan di rumah sakit serta
biaya pemulihan kesehatan selama pasien di rumah. Oleh karena itu perlu
kerjasama yang baik antara berbagai profesi seperti dokter, perawat dan tim
kesehatan lainnya dalam mengatasi masalah pasien(Andini & Trihartanto, 2019).
Pasien yang mempunyai gambaran klinis yang jelas dari STEMI dengan EKG
yang menunjukan elevasi ST atau berkas blok cabang harus menjalani sistem ‘fast
1
track’ yang dirancang untuk memastikan bahwa mereka menerima perawatan
darurat yang sesuai; terapi reperfusi yang diperlukan harus dimulai dalam waktu
90 menit dari panggilan awal untuk bantuan medis. Sistem ‘fast track’ akan sukses
jika staf medis merespon dengan cepat panggilan dari unit gawat darurat, dan
tujuannya adalah untuk meninjau pasien dengan riwayat sugestif dan perubahan
EKG dalam waktu 10 menit dari kedatangan pasien(Rampengan, 2015).
Keterangan :
a) Normal
b) Acute
c) Hours
d) Days 1-2
e) Days later
f) Weeks later
2
2. Etiologi
Faktor penyebab:
1. Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3
faktor:
a. Faktor pembuluh darah: Aterosklerosis, Spasme, Arteritis
b. Faktorsirkulasi: Hipotensi, Stenosos Aurta, Insufisiensi
c. Faktor darah : Anemia, Hipoksemia, Polisitemia
2. Curah jantung yang meningkat:
a. Aktifitas berlebihan
b. Emosi
c. Makan terlalu banyak
d. Hypertiroidisme
3. Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada:
a. Kerusakan miocard
b. Hypertropimiocard
c. Hypertensi diastolic
Faktor predisposisi:
1. Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah:
a. Usia lebih dari 40 tahun
b. Jenis kelamin: insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita
meningkat
c. setelah menopause
d. Hereditas
2. Faktor resiko yang dapat diubah:
a. Mayor: Hiperlipidemia, Hipertensi, Merokok, Diabetes,
Obesitas, Diet tinggi lemakjenuh, kalori.
b. Minor : inaktivitas fisik, pola kepribadian, stress psikologis
berlebihan.
3. Klasifikasi
3
Infark miokard juga dapat diklasifikasi dengan etiologi yang mendasar yang
didefinisikan oleh European Society of Cardiology:
Tipe 1. Infark miokard spontan yang berkaitan dengan iskemia karena
kejadian serangan jantung seperti erosi dan/atau pecah plak atau diseksi.
Tipe 2. Infark miokard sekunder sampai iskemia karena meningkatnya
kebutuhan oksigen atau berkurangnya pasokan, misalnya: spasme arteri
koroner, emboli koroner, anemia, aritmia, hipertensi atau hipotensi.
Tipe 3. Kematian jantung mendadak yang tak terduga, termasuk serangan
jantung, sering dengan gejala yang menunjukkan iskemia miokard, beriringan
dengan elevasi ST yang mungkin baru, atau LBBB baru, atau bukti trombus
segar dalam arteri koroner dengan angiografi dan/atau otopsi, tapi kematian
terjadi sebelum sampel darah diperoleh, atau pada suatu waktu sebelum
munculnya tanda biologis jantung dalam darah.
Tipe 4a. Infark miokard yang berkaitan dengan IKP (Intervensi Koroner
Perkutan)
Tipe 4b. Infark miokard yang berkaitan dengan trombosis stent yang
didokumentasikan dengan angiografi atau pada otopsi.
Tipe 5. Infark miokard berkaitan dengan CABG (Coronary Artery Bypass
Graft)
4. Patofisiologi
4
sebelum terjadinya nekrosis total jaringan distal, maka Infark hanya terjadi
pada miokardium.
5
5. Pathway
6
6. Manifestasi Klinis
7. Komplikasi
7
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas
Menurut William C Shoemarker, 2011, Resiko penyakit jantung koroner
yaitu laki-laki umur di atas 35 tahun dan wanita lebih dari 50 tahun
b) Keluhan utama
Penderita menyatakan nyeri pada dada dan di sertai dengan sesak napas,
pucat dingin, diaforesis berat, pening atau kepala merasa melayang disertai
mutah.
c) Riwayat penyakit
Pada pasien infark miokard akut mengeluh nyeri pada bagian dada yang
dirasakan lebih dari 30 menit, nyeri dapat menyebar samapi lengan kiri,
rahang dan bahu yang disertai rasa mual, muntah, badan lemah dan pusing.
d) Pemerisaan fisik
Didapatkan tanda-tanda vital, suhu tubuh meningkat dan menurun, nadi
meningkat lebih dari 20 x/menit. Pemeriksaan fisik yang dilakukan terdiri
atas pengkajian B1-B6:
1) B1 (Breathing)
Biasanya pasien infark miokard akut mengalami penyakit paru
kronis, napas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman
pernapasan, bunyi napas tambahan (krekels, ronki, mengi),
mungkin menunjukkan komplikasi pernapasan seperti pada gagal
jantung kiri (edema paru) atau fenomena romboembolitik
pulmonal, hemoptysis.
2) B2 (Bleeding)
Suplai oksigen ke miokard berkurang disebabkan berbagai faktor
yaitu faktor pembuluh darah: Aterosklerosis, spasme, arteritis.
Faktor sirkulasi: Hipotensi, stenosos aorta, insufisiensi. Dan
faktor darah: Anemia, Hipoksemia, polisitemia
3) B3 (Brain)
Keadekuatan aliran darah yang melewati vaskular serebral untuk
mempertahankan fungsi otak, meningkatkan perfusi yang adekuat
8
dan membatasi komplikasi pada pasien yang mengalami tau
berisiko mengalami ketidakadekuatan perfusi serebral
4) B4 (Bladder)
Pasien biasanya oliguria, haluaran urine menurun bila curah
jantung menurun berat.
5) B5 (Bowel)
Pasien mual muntah, nafsu makan menurun, dan nyeri saat
ditekan.
6) B6 (Bone)
Biasanya pada pasien infark miokard akut terjadi nyeri,
pergerakan ekstremitas menurun dan tonus otot menurun.
e) Pemeriksaan psikososial
Biasanya dilakukakan pengkajian mekanisme koping yang berguna untuk
menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya.
f) Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan EKG
Keterangan :
a) Normal
b) Acute
c) Hours
d) Days 1-2
e) Days later
f) Weeks later
Fase hiperakut (beberapa jam permulaan serangan)
(a) Elevasi yang curam dari segmen ST
(b) Gelombang T yang tinggi dan lebar
(c) VAT memanjang
(d) Gelombang Q tampak
9
Fase perkembangan penuh (1-2 hari kemudian)
(a) Gelombang Q patologis
(b) Elevasi segmen ST yang cembung ke atas
(c) Gelombang T yang terbaik (arrowhead)
Fase resolusi (beberapa minggu / bulan kemudian)
(a) Gelombang Q patologis tetap ada
(b) Segmen ST mungkin sudah kembali iseolektris
(c) Gelombang T mungkin sudah menjadi normal
2. Pada pemeriksaan darah (enzim jantung : CK & LDH)
a) CKMB berupa serum creatinine kinase (CK) dan fraksi MB
merupakan indikator penting dari nekrosis miokard Creatinin
Kinase (CK) meningkat pada 6-8 jam setelah awitan infark dan
memuncak antara 24 & 28 jam pertama. Pada 2-4 hari setelah
awitan IMA normal.
b) Dehidrogenase laktat (LDH) mulai tampak melihat pada serum
setelah 24 jam pertama setelah awitan dan akan tinggi selama 7-
10 hari.
c) Pertanda biokimia seperti tropinin I (TnI) dan tropinin T(TnT)
mempunyai nilai prognostik yang lebih baik dari pada CKMB.
Tropinin C, TnI dan TnT berkaitan dengan kontraksi dari sel
miokard
g) Penatalaksanaan
Beberapa terapi yang dapat diberikan antara lain:
1) Terapi trombolik Obat intravena trombolik mempunyai
keuntungan karena dapat diberikan melalui vena perifer. Sehingga
terapi ini diberikan seawal mungkin dan dikerjakan dimanapun
2) Terapi antiplatelet
a) Aspirin
Aspirin mempunyai efek menghambat siklooksegenase
platelet secara ireversibel proses tersebut. Mencegah formasi
10
tomboksan A2. Pemberian aspirin untuk penghambatan
agregasi platelet diberikan dosis awal pling sedikit 160 mg
dan dilanjutkan dosis 80-35 mg per hari.
b) Tiklopidin
Merupakan derivat tienopiridin yang efektif sebagai
pengganti aspirin untuk pengobatan angina tidak stabil.
Mekanismenya berbeda dengan aspirin.
c) Clopidogrel
Clopidogli mempunyai efek menghambat agregasi platelet
melalui hambatan aktifitas ADP dependent pada kompleks
glikoprotein.
3) Antagonis reseptor glikoprotein
Antagonis glikoprotein menghambat reseptor yang berinteraksi
dengan protein-protein seperti fibrinogen dan faktor von willebran.
Secara maksimal menghambat jalur akhir dari proses adesi,
aktivasi dan agregasi platelet
4) Terapi anti thrombin
a. Unfractioned heparin
b. Low molecular – weight heparins (LMWH)
c. Direct antithrombin
5) Terapi nitrat organik
a. Nitrogliserin Penggunaan nitrogliserin peroral untuk
menanggulangi serangan angina akut cukup efektif. Begitu
pula sebagai profilaksis jangka pendek misalnya langsung
sebelum melakukan aktifitas atau menghadapi situasi lain
yang dapat menginduksi serangan. Secara intravena digunakan
pada dekompensasi tertentu setelah infark jantung, jika
digoksin dan diuretikan kurang memberikan hasil. Pada
penggunaan oral, obat ini mengalami metabolisme lintas
pertama yang sangat tinggi sehingga hanya sedikit obat yang
mencapai sirkulasi.
b. Isosobid
11
Kerjanya hampir sama dengan nitrogliserin, tetapi bersifat
long-acting. Secara sublingual mulai kerjanya dalam 3 menit
dan bertahan seampai 2 jam. Resorpsinya juga baik, terapi
efek lintas pertamanya cukup besar.
c. Isosobid mononitrat
Obat ini teruma digunakan oral sebagai profilaksis untuk
mengurangi frekuensi serangan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas (D. 0003) b.d gangguan aliran darah ke alveoli
atau kegagalan utama paru, perubahan membran alveolar- kapiler
(atelektasis, kolans nafas/alveolar edema paru/efusi, sekresi
berlebihan/perdarahan aktif)
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (D.0009) b.d iskemik, kerusakan
otot jantung penyempitan/penyumbatan pembuluh darah arteri koronariat
c. Nyeri akut (D. 0077) b.d iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri
ditandai dengan penurunan curah jantung
d. Penurunan curah jantung (D.0008) b.d perubahan faktor-faktor listrik,
penurunan karakteristik miokard
e. Intoleransi aktivitas (D. 0056) b.d ketidakseimbangan antara suplay oksigen
miokard dan kebutuhan, adanya iskemia/nekrosis jaringan miokard
f. Ansietas (D.0080) b.d ancaman aktual terhadap integritas biologis
g. Defisiensi pengetahuan (D.0111) b.d kurang informasi tentang fungsi
jantung/implikasi penyakit jantung
12
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. PENGKAJIAN
a) Identifikasi
Pasien adalah seorang perempuan bernama Ny. B, Usia 64th,
Beragama islam, Bahasa yang sering digunakan adalah bahasa jawa. Pasien
tinggal di daerah Surabaya dan pekerjaan pasien mengurus rumah tangga.
Pasien masuk Rumah sakit tanggal 20 Januari 2022 pukul 13.30 WIB
b) Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada dada sebelah kiri
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 20 Januari pasien di rujuk ke RSPAL dr. Ramelan
Surabaya lalu pasien di pindakan ke ruang ICCU. Pasien terpasang O2 Nasal 4
lpm, terpasang venflon, terpasang folley chateter. Pada pukul 13.30 klien
dipindahkan ke Ruang Jantung dan HCU Jantung untuk rawat inap. Di ruang
Jantung pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri (P : klien mengatakan nyeri
timbul saat beraktivitas dan istirahat, Q : nyeri di dada seperti diremas, R :
nyeri dada sebelah kiri, S : dengan skala 3 (1-10), T : nyeri hilang timbul,
durasi waktu 5-10 menit.) klien mendapatkan pemeriksaan EKG dengan hasil
sinus 70x/m ST elevasi dg Q patologis di V1-V5. Hasil tanda tanda vital
tekanan TD:140/81 mmHg N:94x/menit S: 36.1◦C RR:18x/menit SPO 100%
GCS 456.
d) Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit hipertensi sejak tahun
2010. Pasien jarang kontrol, dan tidak minum obat dengan teratur. Pasien
mendapatkan terapi obat concor 1.25 mg. Pasien tidak memiliki riwayat
penyakit diabetes mellitus.
e) Riwayat penyakit keluarga
pasien mengatakan jika orang tua perempuannya mempunyai riwayat
penyakit hipertensi dan meninggal karena umur tua.
f) Riwayat alergi
13
pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan,
minuman ataupun obat.
g) Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum pasien composmestis, klien nampak lemah dan
gelisah. tekanan darah:140/81 mmHg, suhu 36.1◦C, Nadi 94x/menit, Frekuensi
nafas 18x/menit, tingi badan 165 cm, Berat badan 100 kg. Pengkajian nyeri
pada P: pasien mengatakan nyeri timbul saat beraktivitas dan istirahat, Q :
nyeri seperti dada seperti diremas, R : nyeri dada sebeleah kiri, S : dengan
skala nyeri 3 (1-10), T : nyeri hilang timbul, durasi 5-10 menit.
1) B1 (pernafasan)
Klien tidak batuk, tidak adanya sputum, didapatkan bentuk dada yang
nomochest, pergerakan dada simestris, pola nafas teratur, irama nafas
reguler, RR 18x/menit, tidak terlihat adanya otot bantu nafas, klien terlihat
sesak, SPO2 98%, tidak adanya nyeri tekan. Tidak terdapat suara nafas
tambahan, suara nafas klien vesikuler. Klien terlihat terpasang oksigenasi
nasal kanul 3 liter per menit.
2) B2 (kardiovaskuler)
Klien nyeri dada bagian kiri dengan skala 3, tidak terdapat adanya
pembesaran vena jugularis, tidak adanaya sianosis, akral hangat kering
pucat, Nadi 94x/menit irama reguler, teraba lemah, CRT <2 detik. Ictus
cordis di ICS 5 midclavicula line sinistra. Pembatasan jantung tidak
mengalami pergeseran, kanan atas : ICS II Linea para sternalis Dextra,
kanan bawah : ICS IV Linea Para Sternalis Dextra, kiri atas : ICS II Linea
Para Sternalis Sinistra, kiri bawah : ICS IV Linea Medio Clavicularis
Sinistra. Tekanan darah : 140/81 mmHg, suara jantung S1 S2 tunggal,
tidak terdapat bunyi jantung tambahan.
3) B3 (Neurologi)
Saat dilakukkan pengkajian pasien sadar penuh dengan GCS 456,
(compos mentis),pada kepala tidak ada benjolan. Rambut pasien berwarna
coklat tua, pasien tida merasakan adanya nyeri kepala, pada daerah kepala
tampak bersih dan tidak kotor. Bentuk hidung pada klien simetris, tidak
adanya secret ataupun lendir. Pada pemeriksaan fisik gerakan mata pasien
simetris, konjungtiva pasien tida ada anemis, sklera mata tidak ikterus,
pupil mata isokor ukuran 2 mm, reflex cahaya pasien +/+ berada di kedua
14
mata. Kedua telinga pasien tampak simetris, tidak adanya serumen,
pendengaran pada telinga pasien baik. Lidah tidak kotor, warna merah
muda, ovula ditengah, tonsil tidak terjadi pembesaran.
4) B4 (Bladder)
Pada saat dilakukan pengkajian pada sistem perkemihan
didapatkan kandung kemih tidak adanya retensi urine, tidak adanya nyeri,
eliminasi urine SMRS pasien mengatakan frekuensinya 5-6x/ hari jumlah
±2000 cc/hari warna kuning jernih, eliminasi urin MRS jumlah ±1280
cc/hari berwarna kuning jernih, pasien menggunakan kateter.
5) B5 (Bowel)
Pada saat pengkajian mulut pasien bersih, mukosa bibir pasien lembab,
pasien tidak memiliki gigi palsu, gigi pasien tidak karies, SMRS pasien
makan 3X sehari dan apsein mengahabiskan 1 porsi. Pada saat MRS
pasien tidak merasakan mual , muntah. Rectum dan anus tidak adanya
penonjolan. SMRS BAB pasien normal 2X sehari dengan konsistensi
lunak warna kuning coklat, pada saat dilakukan pengkajian di rumah sakit
pasien mengatakan belum BAB. Pasien mendapatak Diit NT (rendah
lemak).
6) B6 (Muskuloskeletal)
Pada pasien warna kulit tidak terlihat pucat, turgor kulit elastis, tidak
adanya fraktur, kemampuan pergerakan sendi bebas, kekuatan otot tangan
dan kaki kanan kiri maksimal.
7) Endokrin
Saat dilakukan pengkajian pasien tidak mengalami pembesaran kelenjar
thypoid.
8) Sesksual dan reproduksi
Pasien adalah seorang perempuan, pasien menikah dengan seoarang laki-
laki dan mempunyai 2 orang anak kandung, pasien tidak mengalami
kelainan reproduksi, pada daerah gentalia tampak bersih, tidak adanya
hernia di daerah ingunal.
9) Kemampuan perawatan diri
Pasien mengatakan SMRS dirinya mampu melakukan aktivitas secara
mandiri, seperti : mandi, berpakain, berjalan, toileting. Tetapi saat MRS
15
pasien mengatakan jika melakukan kegiatan seperti : mandi, berpakaian,
berjalan, toileting dibantu oleh anak dan perawat.
10) Personal Hygine
Pasien mengatakan pada saat SMRS 2X sehari, keramas 2x/minggu, ganti
pakain 2x sehari, menyikat gigi 2x sehari, memotong kuku 1x/minggu.
Pada saat MRS pasien mengatakan hanya mandi 1x dalam sehari,
menyikat gigi 1x sehari pada saat pagi hari saja, pada saat masuk rumah
sakit pasien mengatakan belum keramas sama sekali, kuku pasien nampak
panjang dan belum dipotong pada saat pengkajian.
h) Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium pasien Ny. B dengan diagnosa IMA di Ruang
Jantung Tanggal 20 januari 2022
16
Rontgen
Tanggal 19 januari 2022
Terapi
Terapi obat Ny. B tanggal 21 Januari 2022 dengan diagnosa medis
infak miokard akut Anteroseptal
17
pada orang dengan kondisi jantung
tertentu
Furosemid 1 tab Oral Untuk mengeluarkan kelebihan
cairan dari dalam tubuh melalui
urine
Spironolakton 25 mg Oral Untuk menurunkan tekanan darah
pada penderita hipertensi
Lovenox 2x0.6 cc Oral Untuk mencegah komplikasi angina
tidak stabil dan infark miokrad akut
Lansoprazole 1 tab Oral Untuk mengatasi gangguan pada
lambung
Sucalfat 3x1c Oral Untuk mengatasi tukak lambung
Lactulac 3x1c Oral Untuk pencahar atau laksatif yang
dapat membantu mengatasi sembelit
atau konstipasi kronik
Nac 3x200 mg Oral Untuk mmecahkan lendir yang ada
di mulut, tenggorokan, dan paru paru
EKG
Tanggal 21-01-2022
18
Tanggal 22-01-2022
Tanggal 22-01-2022
Hasil :
1. gambar 1
2. gambar 2
3. gambar 3
19
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Analisa Data
Analisa Data Ny. B dengan infak miokard akut Anteroseptaldi Ruang Jantung
tanggal 21 Januari 2022
3. DS : Kelemahan Intoleransi
1. Pasien mengatakan lelah saat Aktivitas
miring kanan dan kiri D.0056 (SDKI
20
2. Pasien merasa lemah HAL.128)
DO :
1. Frekuensi jantung meningkat
>20% dari kondisi istirahat
Td : 140/81
N : 94%
S : 36.1
RR : 18
SPO : 100
2. Pasien terlihat lemah
3. Aktivitas pasien sepenuhnya
dibantu oleh keluarga dan
perawat
4. Terpasang O2 nasal 3lpm
4. DO : Kurangnya Ansietas
Pasien mengatakan merasa terpapar informasi D.0080 (SDKI
khawatir dengan akibat dari HAL 180)
kondisi yang dihadapi
DS:
1. Pasien tampak gelisah pada
saat terasa nyri
2. Pasien sulit tidur pada saat
nyeri
3. Tekanan darah meningkat
Perioritas Masalah
NO MASALAH KEPERAWATAN
21
3. Rencana Keperawatan
Rencana Keperawatan Ny. B dengan infak miokard akut Anteroseptaldi Ruang Jantung RSPAL Dr. Ramelan Surabaya tanggal 21
Janurai 2022
22
8. Agar pasien rilek dan tidak
stress
9. Untuk melatih beraktibitas fisik
yang sesuai dengan toleransi
2. Nyeri Akut b/d Agen Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi skala nyeri (0-10) 1. Untuk mengetahui skala nyeri
Pencedera fisiologi keperawatan selama 3 x 24 2. Monitor efek samping yang dirakan pasien
jam maka tingkat nyeri penggunaan analgetik 2. Untuk mengetahui efek samping
menurun dengan kriteria 3. Fasilitasi istirahat dan tidur penggunaan analgetik
hasil : 4. Jelaskan penyebab, periode dan 3. Anjurkan pasien untuk istirahat
1. Keluhan nyeri menurun pemicu nyeri dan tidur
2. Meringis menurun 5. Anjurkan menggunakan 4. Agar pasien tau
3. Gelisah menurun analgetik secara tepat penyebab,periode, dan pemicu
4. Frekuensi nadi membaik (ISDN, Lovenox, NAC) nyeri
6. Anjurkan memonitor analgetik 5. Ajarkan pasien untuk
secara tepat menggunakan analgetik secara
tepat
6. Untuk mengetahui cara
memonitor analgetik secara teapat
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi gangguan fungsi 1. Untuk mengethui gangguan
b.d kelemahan keperawatan selama 3 x 24 tubuh yang mengakibatkan fungsi tubuh yang mengakibatkan
jam maka toleransi kelehan kelelahan
aktivitas meningkat dengan 2. Monitor pola dan jam tidur 2. Untuk mengetahui pola dan jam
23
kriteria hasil : 3. Sediakan lingkungan nyaman tidur pasien
1. Frekuensi nadi dan rendah stimulus 3. Untuk menciptakan lingkungan
meningkat 4. Anjurkan tirah baring nyaman dan rendah stimulus
2. Keluhan lelah menurun 5. Anjurkan melakukan aktivitas 4. Agar pasein dapat istirahat
3. Dispnea saat aktivitas secara bertahap Ajarkan pasein untuk beraktivitas
menurun, Dispnea setelah sesuai dengan kebutuhan secara
aktivitads menurun bertahap
24
4. IMPLEMENTASI
Implementasi Ny. B dengan infak miokard akut Anteroseptaldi ruang Jantung RSPAL Dr. Ramelan Surabaya tanggal 21 Januari 2022
No Dx Waktu Tindakan
(tgl&jam)
1 Dinas siang Bina hubungan saling percaya dengan mengucapkan salam dan mendengarkan keluhan
21/01/2022 dari pasien
Melakukan Ekg
1,2,3 14.00 Melakukan observasi TTV
14.15 Hasil :
Td : 140/81 mmHg
N : 94x/menit
S : 36.1◦C
RR : 18x/menit
1 SPO : 100%
15.00
Memposisikan pasien dengan posisi semifowler
Memonitoring keluhan nyeri
Hasil :
P : nyeri dada bagian kiri
Q : nyeri seperti diremas
R : bagian dada sebelah kiri
25
S:3
T : hilang timbul
1,2 16.00 Membantu ADL pasien
16.30 Memberikan terapi injeksi lovenox 0,6cc
Membagikan diit makan 1 porsi NT
17.00
Memberikan obat oral NAC, Atorvastatin 20mg, isdn 5 mg
Hasil:
17.05
Input cairan: Mi/ma: 1200+500 (AM) = 1700cc
Output cairan: Urin:1280+1500 (iwl) = 2.780
19.45
Jadi balance cairan Ny.B dalam 24/jam adalah 1700-2.780= -1080 cc
Dinas pagi Bina hubungan saling percaya dengan mengucapkan salam dan mendengarkan keluhan
1,2,3 22/01/2022 pasien
Memonitoring keluhan nyeri
1,2 07.15 Hasil :
P : nyeri dada bagian kiri
Q : nyeri seperti diremas
R : bagian dada sebelah kiri
S:2
T : hilang timbu
26
2 Hasil:
TD: 117/67 mmHg
N: 82x/menit
1,2,3 RR:20x/menit
S: 36.9◦C
SPO2: 96%
09.00
Mengajarkan pasien untuk manajemen nyeri dengan cara rileksasi nafas dalan
Memberikan injeksi OMZ/IV
27
Membuang produksi urin pasien
3 13.00 Hasil:
Balance cairan /24jam
Input cairan: Mi/ma: 1500+500 (AM) = 2000cc
Output cairan: Urin:750+1500 (iwl) = 2.250cc
2000-2.250
-250 cc
Dinas pagi
1,2,3 23/01/2022 Bina hubungan saling percaya dengan mengucapkan salam dan mendengarkan keluhan
07.15 pasien
2 08.00 Memonitoring keluhan nyeri
Hasil :
P : nyeri dada bagian kiri
Q : nyeri seperti diremas
R : bagian dada sebelah kiri
S:1
T : hilang timbu
1 08.30
1,2,3 Melakukan EKG
09.00
Mengobservasi TTV
Hasil:
TD: 117/67 mmHg
28
N: 82x/menit
RR:20x/menit
S: 36.9◦C
2 10.00 SPO2: 96%
1,2,3 10.15
Mengajarkan pasien untuk manajemen nyeri dengan cara rileksasi nafas dalan
1,2,3 12.00
Memberikan injeksi OMZ/IV
Mengobservasi TTV
1,2,3 13.00
Hasil:
TD: 120/68 mmHg
N: 79x/menit
RR:21x/menit
2,3 13.25 S: 36.4◦C
SPO2: 99%
1 13.45 Memberikan terapi oral
Aspilet, bisoprolol, ISDN, NAC
Memposisikan pasein dengan posisi semifowler
Membuang produksi urin
Hasil:
Balance cairan /24jam
Input cairan: Mi/ma: 1500+500 (AM) = 2000cc
Output cairan: Urin:750+1500 (iwl) = 2.250cc
29
Jadi balance cairan Ny.B dalam 24/jam adalah 2.000-2.250= -250cc
30
5. EVALUASI
A: masalah teratasi
P: intervensi dilanjutkan (2,3,4)
3 Intoleransi aktivitas b.d S: pasien mengatakan lemah berkurang
kelemahan O:
- Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi
istirahat
TD: 104/63 mmHg
N: 68x/menit
31
S: 36.2◦C
RR: 20x/menit
SPO2: 98%
- Pasien terlihat segar
- Aktivitas pasien sudah bisa secara mandiri walaupun
sekit mendapatka bantuan
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
Pasien persiapan KRS
32
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B.
33
DAFTAR PUSTAKA
Andi, N., Pranata, E., St, S., Kep, S., Kes, M., & Prabowo, N. E. (2017). “Keperawatan
Medikal Bedah.” www.nuhamedika.com
Andini, maulida sekar, & Trihartanto, m. ali. (2019). Penegakan Diagnosis Dan Pengobatan
Optimal Kasus Stemi Anterior Dan Gagal Jantung. Ums. Publikasi, 1297–1314.
Andrianto, Nugroho, J., & Aminuddin, M. (2019). Buku Ajar Kegawatan Kardiovaskular
(pp. 1–26).
Nanda Surya, Aklima, J. (2022). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stemi Di Ruang Iccu
Rumah. 1(2), 76–82.
Asikin, M., Nurlamsyah, dan Susaldi. 2016. Keperawatan Medikal Bedah Sistem
Kardiovaskular. Erlangga. Jakarta.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
dan Nanda NIC NOC Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
34
35