Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STEMI

(untuk memenuhi Tugas mata kuliah Gawat Darurat)

Dosen pengajar :

Ika Ainur R., M.Kep., Sp.KMB

Disusun oleh :

Kelompok 1

1. Muhammad Angga Kurniawan 202001102


2. ninna Alfyanna 202001106
3. Anisya Berliana Putri 202001118
4. putri nurul Amalia 202001120
5. Raka Gde Jalarasih 202001125
6. Mohammad Aziz Muhaimin 202001130
7. Retno Siska Damayanti 202001133
8. Octavia Eka Safitri 202001134
9. Mufidatun Nisak 202001138

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TINGKAT III/C

UNIVERSITAS BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. atas rahmat dan hidayah-
Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “MAKALAH ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN STEMI” tepat waktu.

Makalah asuhan keperawatan pada pasien STEMI disusun guna memenuhi


tugas dari Ibu Ainur R., M.Kep., Sp.KMB. pada mata kuliah Gawat Darurat. selain
itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang asuhan keperawatan pada pasien STEMI.

kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Ika Ainur R., M.Kep., Sp.KMB.
selaku dosen mata kuliah Gawat Darurat. Tugas yang diberikan ini dapat menambah
pengetahuan wawasan terkait bidang yang kami ditekuni.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Mojokerto, 26 Mei 2023

Kelompok I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................I
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................II
BAB 1...................................................................................................................................................III
PENDAHULUAN................................................................................................................................III
1. Latar Belakang........................................................................................................................III
2. Rumusan Masalah..................................................................................................................III
3. Tujuan......................................................................................................................................III
BAB II...................................................................................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................................1
A. Konsep Teori Infark Miokard Akut dengan ST elevasi (STEMI)...............................................1
1. Definisi..................................................................................................................................1
2. Etiologi..................................................................................................................................2
3. Klasifikasi.............................................................................................................................3
4. Patofisiologi..........................................................................................................................4
5. Pathway................................................................................................................................5
6. Manifestasi Klinis................................................................................................................6
7. Komplikasi...........................................................................................................................6
B. Konsep Asuhan Keperawatan....................................................................................................7
BAB III................................................................................................................................................12
TINJAUAN KASUS...........................................................................................................................12
BAB IV...............................................................................................................................................31
PENUTUP...........................................................................................................................................31
A. KESIMPULAN......................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................32

II
BAB 1

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Salah satu jenis sindrom koroner akut (SKA) adalah akut miokard infark (AMI) yang
disebabkan oleh pecahnya plak arteroma di pembuluh darah koroner, sehingga
mengakibatkan terbentuknya trombus yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi menuju
miokard terhambat (PERKI, 2015). AMI merupakan penyakit jantung yang disebabkan oleh
sumbatan pada arteri koroner. Penyakit ini tetap menjadi penyebab utama kematian secara
umum dalam 15 tahun terakhir (WHO, 2018).

Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) terjadi karena trombus pada plak
aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya secara mendadak aliran darah koroner menurun
akibat okulasi trombus (Rochifika, 2019). Penyakit jantung koroner merupakan masalah
kesehatan yang jumlahnya semakin meningkat cepat di dunia yaitu dengan angka kematian
sebesar 6,7 juta kasus (WHO, 2017). World Heart Organization memperkirakan pada tahun
2020, penyakit kardiovaskuler menyumbang sekitar 25% dari angka kematian dan mengalami
peningkatan khususnya di Negara-negara berkembang, salah satu diantaranya berada di
kawasan Asia Tenggara dan salah satu negaranya adalah Indonesia (WHO, 2017). Data dari
Global Registry of Acute Coronary Events (GRACE), kasus Sindrom Koroner Akut sekitar
38% adalah STEMI.

Pada pasien STEMI, dampak yang ditimbulkan tidak hanya pada gangguan fisiologis
dan psikologis saja, namun juga menimbulkan dampak ekonomi akibat meningkatnya
kebutuhan biaya pengobatan dan perawatan di rumah sakit serta biaya pemulihan kesehatan
selama pasien di rumah. Oleh karena itu perlu kerjasama yang baik antara berbagai profesi
seperti dokter, perawat dan tim kesehatan lainnya dalam mengatasi masalah pasien

2. Rumusan Masalah
1) bagaimana konsep teori STEMI?
2) bagaimana asuhan keperawatan pada pasien STEMI?
3. Tujuan
1) Untuk mengetahui konsep teori STEMI
2) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien STEMI

III
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Infark Miokard Akut dengan ST elevasi (STEMI)

1. Definisi
Infark miokard akut adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena
sumbatan pada arteri koroner. Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya
aterosklerotik pada dinding arteri koroner sehingga menyumbat aliran darah ke
jaringan otot jantung(Andi et al., 2017)
Infark miokard dengan ST elevasi (STEMI) didefinisikan sebagai suatu
sindroma klinis berupa gejala iskemia miokard yang berkaitan dengan gambaran
ST elevasi yang persisten pada sadapan elektrokardiografi (EKG) dan diikuti oleh
pelepasan biomarker akibat nekrosis miokard. STEMI merupakan salah satu
bagian dari spektrum Sindroma Koroner Akut (SKA)(Andrianto et al., 2019).
Menurut Rochifika, 2019, Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI)
terjadi karena trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya secara
mendadak aliran darah koroner menurun akibat okulasi thrombus. Menurut WHO
2017, Penyakit jantung koroner merupakan masalah kesehatan yang jumlahnya
semakin meningkat cepat di dunia yaitu dengan angka kematian sebesar 6,7 juta
kasus. World Heart Organization memperkirakan pada tahun 2020, penyakit
kardiovaskuler menyumbang sekitar 25% dari angka kematian dan mengalami
peningkatan khususnya di Negara-negara berkembang, salah satu diantaranya
berada di kawasan Asia Tenggara dan salah satu negaranya adalah
Indonesia(Nanda Surya, Aklima, 2022).
Pada pasien STEMI, dampak yang ditimbulkan tidak hanya pada gangguan
fisiologis dan psikologis saja, namun juga menimbulkan dampak ekonomi akibat
meningkatnya kebutuhan biaya pengobatan dan perawatan di rumah sakit serta
biaya pemulihan kesehatan selama pasien di rumah. Oleh karena itu perlu
kerjasama yang baik antara berbagai profesi seperti dokter, perawat dan tim
kesehatan lainnya dalam mengatasi masalah pasien(Andini & Trihartanto, 2019).
Pasien yang mempunyai gambaran klinis yang jelas dari STEMI dengan EKG
yang menunjukan elevasi ST atau berkas blok cabang harus menjalani sistem ‘fast

1
track’ yang dirancang untuk memastikan bahwa mereka menerima perawatan
darurat yang sesuai; terapi reperfusi yang diperlukan harus dimulai dalam waktu
90 menit dari panggilan awal untuk bantuan medis. Sistem ‘fast track’ akan sukses
jika staf medis merespon dengan cepat panggilan dari unit gawat darurat, dan
tujuannya adalah untuk meninjau pasien dengan riwayat sugestif dan perubahan
EKG dalam waktu 10 menit dari kedatangan pasien(Rampengan, 2015).

Keterangan :
a) Normal
b) Acute
c) Hours
d) Days 1-2
e) Days later
f) Weeks later

2
2. Etiologi

 Faktor penyebab:
1. Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3
faktor:
a. Faktor pembuluh darah: Aterosklerosis, Spasme, Arteritis
b. Faktorsirkulasi: Hipotensi, Stenosos Aurta, Insufisiensi
c. Faktor darah : Anemia, Hipoksemia, Polisitemia
2. Curah jantung yang meningkat:
a. Aktifitas berlebihan
b. Emosi
c. Makan terlalu banyak
d. Hypertiroidisme
3. Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada:
a. Kerusakan miocard
b. Hypertropimiocard
c. Hypertensi diastolic
 Faktor predisposisi:
1. Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah:
a. Usia lebih dari 40 tahun
b. Jenis kelamin: insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita
meningkat
c. setelah menopause
d. Hereditas
2. Faktor resiko yang dapat diubah:
a. Mayor: Hiperlipidemia, Hipertensi, Merokok, Diabetes,
Obesitas, Diet tinggi lemakjenuh, kalori.
b. Minor : inaktivitas fisik, pola kepribadian, stress psikologis
berlebihan.

3. Klasifikasi

pada STEMI biasanya terjadi ketika aliran darah koroner menurun


tiba-tiba setelah oklusi trombotik dari arteri koroner akibat dari arterosklerosis.

3
Infark miokard juga dapat diklasifikasi dengan etiologi yang mendasar yang
didefinisikan oleh European Society of Cardiology:
Tipe 1. Infark miokard spontan yang berkaitan dengan iskemia karena
kejadian serangan jantung seperti erosi dan/atau pecah plak atau diseksi.
Tipe 2. Infark miokard sekunder sampai iskemia karena meningkatnya
kebutuhan oksigen atau berkurangnya pasokan, misalnya: spasme arteri
koroner, emboli koroner, anemia, aritmia, hipertensi atau hipotensi.
Tipe 3. Kematian jantung mendadak yang tak terduga, termasuk serangan
jantung, sering dengan gejala yang menunjukkan iskemia miokard, beriringan
dengan elevasi ST yang mungkin baru, atau LBBB baru, atau bukti trombus
segar dalam arteri koroner dengan angiografi dan/atau otopsi, tapi kematian
terjadi sebelum sampel darah diperoleh, atau pada suatu waktu sebelum
munculnya tanda biologis jantung dalam darah.
Tipe 4a. Infark miokard yang berkaitan dengan IKP (Intervensi Koroner
Perkutan)
Tipe 4b. Infark miokard yang berkaitan dengan trombosis stent yang
didokumentasikan dengan angiografi atau pada otopsi.
Tipe 5. Infark miokard berkaitan dengan CABG (Coronary Artery Bypass
Graft)

4. Patofisiologi

Menurut Asikin & Nuralamsyah (2016) didalam Buku Keperawatan


Medikal Bedah Sistem Kardiovaskular, Aterosklerosis merupakan salah satu
penyebab terjadinya infark miokard yang mempengaruhi lapisan intima
dinding arteri dan ditandai dengan adanya deposit lipoprotein pada area
tersebut. Penumpukan deposit lipoprotein tersebut mengakibatkan
terbentuknya thrombus yang membuat lumen menyempit, sehingga terjadinya
gangguan suplai darah dalam jangka panjang. Gangguan suplai darah melalui
arteri koroner akibat penyempitan atau penyumbatan dapat mengakibatkan
kekuatan kontraksi otot jantung menurun/gagal. Hal ini disebabkan kurangnya
pasokan oksigen yang dibutuhkan dan pada akhirnya akan terjadinya iskemia
pada sel otot jantung. Selain itu, juga akan terjadi iskemia miokard yang
berkembang menjadi neksrosis dan kematian miosit. Jika thrombus pecah

4
sebelum terjadinya nekrosis total jaringan distal, maka Infark hanya terjadi
pada miokardium.

5
5. Pathway

Sumber : NANDA NIC-NOC Jilid 1 (2015)

6
6. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dari infark myocard akut adalah:


1) Nyeri dada yang sering terjadi secara mendadak dan terus tidak teraba
biasanya di atas rigion sternal bawah dan abdomen bagian atas ini
adalah gejala utama.
2) Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak
dapat tertahankan lagi.
3) Nyeri ini sangat sakit seperti di tusuk-tusuk yang dapat menjalar ke
bahu dan terus kebawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
4) Nyeri mulai secara sepontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau
gangguan emosional) menetapkan selama beberapa jam atau hari, dan
tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin (NGT).
5) Nyeri dapat menjalar kerahang dan leher
6) Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis
berat, pening atau kepala terasa melayang serta muntah (Margaret,
2012)
7) Nyeri dada, perut, punggung, atau lambung untuk khas
8) Nyeri dan pusing
9) Sesak napas dan kesulitan napas
10) Kecemasan, kelelahan atau kelemahan yang tidak dapat di jelaskan
11) Palpitasi, keringat dingin dan pucat(Andi et al., 2017)

7. Komplikasi

Komplikasi klinik dari infark myocard akut adalah


12) Gagal jantung kongesif
13) Syok kardiogenik
14) Disfungsi otot papilaris
15) Defek septum ventrikel
16) Ruptura jantung
17) Aneurisma ventrikel
18) Tromboembolisme
19) Perikarditis

7
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas
Menurut William C Shoemarker, 2011, Resiko penyakit jantung koroner
yaitu laki-laki umur di atas 35 tahun dan wanita lebih dari 50 tahun
b) Keluhan utama
Penderita menyatakan nyeri pada dada dan di sertai dengan sesak napas,
pucat dingin, diaforesis berat, pening atau kepala merasa melayang disertai
mutah.
c) Riwayat penyakit
Pada pasien infark miokard akut mengeluh nyeri pada bagian dada yang
dirasakan lebih dari 30 menit, nyeri dapat menyebar samapi lengan kiri,
rahang dan bahu yang disertai rasa mual, muntah, badan lemah dan pusing.
d) Pemerisaan fisik
Didapatkan tanda-tanda vital, suhu tubuh meningkat dan menurun, nadi
meningkat lebih dari 20 x/menit. Pemeriksaan fisik yang dilakukan terdiri
atas pengkajian B1-B6:
1) B1 (Breathing)
Biasanya pasien infark miokard akut mengalami penyakit paru
kronis, napas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman
pernapasan, bunyi napas tambahan (krekels, ronki, mengi),
mungkin menunjukkan komplikasi pernapasan seperti pada gagal
jantung kiri (edema paru) atau fenomena romboembolitik
pulmonal, hemoptysis.
2) B2 (Bleeding)
Suplai oksigen ke miokard berkurang disebabkan berbagai faktor
yaitu faktor pembuluh darah: Aterosklerosis, spasme, arteritis.
Faktor sirkulasi: Hipotensi, stenosos aorta, insufisiensi. Dan
faktor darah: Anemia, Hipoksemia, polisitemia
3) B3 (Brain)
Keadekuatan aliran darah yang melewati vaskular serebral untuk
mempertahankan fungsi otak, meningkatkan perfusi yang adekuat

8
dan membatasi komplikasi pada pasien yang mengalami tau
berisiko mengalami ketidakadekuatan perfusi serebral
4) B4 (Bladder)
Pasien biasanya oliguria, haluaran urine menurun bila curah
jantung menurun berat.
5) B5 (Bowel)
Pasien mual muntah, nafsu makan menurun, dan nyeri saat
ditekan.
6) B6 (Bone)
Biasanya pada pasien infark miokard akut terjadi nyeri,
pergerakan ekstremitas menurun dan tonus otot menurun.
e) Pemeriksaan psikososial
Biasanya dilakukakan pengkajian mekanisme koping yang berguna untuk
menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya.
f) Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan EKG

Keterangan :
a) Normal
b) Acute
c) Hours
d) Days 1-2
e) Days later
f) Weeks later
 Fase hiperakut (beberapa jam permulaan serangan)
(a) Elevasi yang curam dari segmen ST
(b) Gelombang T yang tinggi dan lebar
(c) VAT memanjang
(d) Gelombang Q tampak

9
 Fase perkembangan penuh (1-2 hari kemudian)
(a) Gelombang Q patologis
(b) Elevasi segmen ST yang cembung ke atas
(c) Gelombang T yang terbaik (arrowhead)
 Fase resolusi (beberapa minggu / bulan kemudian)
(a) Gelombang Q patologis tetap ada
(b) Segmen ST mungkin sudah kembali iseolektris
(c) Gelombang T mungkin sudah menjadi normal
2. Pada pemeriksaan darah (enzim jantung : CK & LDH)
a) CKMB berupa serum creatinine kinase (CK) dan fraksi MB
merupakan indikator penting dari nekrosis miokard Creatinin
Kinase (CK) meningkat pada 6-8 jam setelah awitan infark dan
memuncak antara 24 & 28 jam pertama. Pada 2-4 hari setelah
awitan IMA normal.
b) Dehidrogenase laktat (LDH) mulai tampak melihat pada serum
setelah 24 jam pertama setelah awitan dan akan tinggi selama 7-
10 hari.
c) Pertanda biokimia seperti tropinin I (TnI) dan tropinin T(TnT)
mempunyai nilai prognostik yang lebih baik dari pada CKMB.
Tropinin C, TnI dan TnT berkaitan dengan kontraksi dari sel
miokard
g) Penatalaksanaan
Beberapa terapi yang dapat diberikan antara lain:
1) Terapi trombolik Obat intravena trombolik mempunyai
keuntungan karena dapat diberikan melalui vena perifer. Sehingga
terapi ini diberikan seawal mungkin dan dikerjakan dimanapun
2) Terapi antiplatelet
a) Aspirin
Aspirin mempunyai efek menghambat siklooksegenase
platelet secara ireversibel proses tersebut. Mencegah formasi

10
tomboksan A2. Pemberian aspirin untuk penghambatan
agregasi platelet diberikan dosis awal pling sedikit 160 mg
dan dilanjutkan dosis 80-35 mg per hari.

b) Tiklopidin
Merupakan derivat tienopiridin yang efektif sebagai
pengganti aspirin untuk pengobatan angina tidak stabil.
Mekanismenya berbeda dengan aspirin.
c) Clopidogrel
Clopidogli mempunyai efek menghambat agregasi platelet
melalui hambatan aktifitas ADP dependent pada kompleks
glikoprotein.
3) Antagonis reseptor glikoprotein
Antagonis glikoprotein menghambat reseptor yang berinteraksi
dengan protein-protein seperti fibrinogen dan faktor von willebran.
Secara maksimal menghambat jalur akhir dari proses adesi,
aktivasi dan agregasi platelet
4) Terapi anti thrombin
a. Unfractioned heparin
b. Low molecular – weight heparins (LMWH)
c. Direct antithrombin
5) Terapi nitrat organik
a. Nitrogliserin Penggunaan nitrogliserin peroral untuk
menanggulangi serangan angina akut cukup efektif. Begitu
pula sebagai profilaksis jangka pendek misalnya langsung
sebelum melakukan aktifitas atau menghadapi situasi lain
yang dapat menginduksi serangan. Secara intravena digunakan
pada dekompensasi tertentu setelah infark jantung, jika
digoksin dan diuretikan kurang memberikan hasil. Pada
penggunaan oral, obat ini mengalami metabolisme lintas
pertama yang sangat tinggi sehingga hanya sedikit obat yang
mencapai sirkulasi.
b. Isosobid
11
Kerjanya hampir sama dengan nitrogliserin, tetapi bersifat
long-acting. Secara sublingual mulai kerjanya dalam 3 menit
dan bertahan seampai 2 jam. Resorpsinya juga baik, terapi
efek lintas pertamanya cukup besar.
c. Isosobid mononitrat
Obat ini teruma digunakan oral sebagai profilaksis untuk
mengurangi frekuensi serangan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas (D. 0003) b.d gangguan aliran darah ke alveoli
atau kegagalan utama paru, perubahan membran alveolar- kapiler
(atelektasis, kolans nafas/alveolar edema paru/efusi, sekresi
berlebihan/perdarahan aktif)
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (D.0009) b.d iskemik, kerusakan
otot jantung penyempitan/penyumbatan pembuluh darah arteri koronariat
c. Nyeri akut (D. 0077) b.d iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri
ditandai dengan penurunan curah jantung
d. Penurunan curah jantung (D.0008) b.d perubahan faktor-faktor listrik,
penurunan karakteristik miokard
e. Intoleransi aktivitas (D. 0056) b.d ketidakseimbangan antara suplay oksigen
miokard dan kebutuhan, adanya iskemia/nekrosis jaringan miokard
f. Ansietas (D.0080) b.d ancaman aktual terhadap integritas biologis
g. Defisiensi pengetahuan (D.0111) b.d kurang informasi tentang fungsi
jantung/implikasi penyakit jantung

12
BAB III

TINJAUAN KASUS
1. PENGKAJIAN
a) Identifikasi
Pasien adalah seorang perempuan bernama Ny. B, Usia 64th,
Beragama islam, Bahasa yang sering digunakan adalah bahasa jawa. Pasien
tinggal di daerah Surabaya dan pekerjaan pasien mengurus rumah tangga.
Pasien masuk Rumah sakit tanggal 20 Januari 2022 pukul 13.30 WIB
b) Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada dada sebelah kiri
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 20 Januari pasien di rujuk ke RSPAL dr. Ramelan
Surabaya lalu pasien di pindakan ke ruang ICCU. Pasien terpasang O2 Nasal 4
lpm, terpasang venflon, terpasang folley chateter. Pada pukul 13.30 klien
dipindahkan ke Ruang Jantung dan HCU Jantung untuk rawat inap. Di ruang
Jantung pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri (P : klien mengatakan nyeri
timbul saat beraktivitas dan istirahat, Q : nyeri di dada seperti diremas, R :
nyeri dada sebelah kiri, S : dengan skala 3 (1-10), T : nyeri hilang timbul,
durasi waktu 5-10 menit.) klien mendapatkan pemeriksaan EKG dengan hasil
sinus 70x/m ST elevasi dg Q patologis di V1-V5. Hasil tanda tanda vital
tekanan TD:140/81 mmHg N:94x/menit S: 36.1◦C RR:18x/menit SPO 100%
GCS 456.
d) Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit hipertensi sejak tahun
2010. Pasien jarang kontrol, dan tidak minum obat dengan teratur. Pasien
mendapatkan terapi obat concor 1.25 mg. Pasien tidak memiliki riwayat
penyakit diabetes mellitus.
e) Riwayat penyakit keluarga
pasien mengatakan jika orang tua perempuannya mempunyai riwayat
penyakit hipertensi dan meninggal karena umur tua.
f) Riwayat alergi

13
pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan,
minuman ataupun obat.
g) Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum pasien composmestis, klien nampak lemah dan
gelisah. tekanan darah:140/81 mmHg, suhu 36.1◦C, Nadi 94x/menit, Frekuensi
nafas 18x/menit, tingi badan 165 cm, Berat badan 100 kg. Pengkajian nyeri
pada P: pasien mengatakan nyeri timbul saat beraktivitas dan istirahat, Q :
nyeri seperti dada seperti diremas, R : nyeri dada sebeleah kiri, S : dengan
skala nyeri 3 (1-10), T : nyeri hilang timbul, durasi 5-10 menit.
1) B1 (pernafasan)
Klien tidak batuk, tidak adanya sputum, didapatkan bentuk dada yang
nomochest, pergerakan dada simestris, pola nafas teratur, irama nafas
reguler, RR 18x/menit, tidak terlihat adanya otot bantu nafas, klien terlihat
sesak, SPO2 98%, tidak adanya nyeri tekan. Tidak terdapat suara nafas
tambahan, suara nafas klien vesikuler. Klien terlihat terpasang oksigenasi
nasal kanul 3 liter per menit.
2) B2 (kardiovaskuler)
Klien nyeri dada bagian kiri dengan skala 3, tidak terdapat adanya
pembesaran vena jugularis, tidak adanaya sianosis, akral hangat kering
pucat, Nadi 94x/menit irama reguler, teraba lemah, CRT <2 detik. Ictus
cordis di ICS 5 midclavicula line sinistra. Pembatasan jantung tidak
mengalami pergeseran, kanan atas : ICS II Linea para sternalis Dextra,
kanan bawah : ICS IV Linea Para Sternalis Dextra, kiri atas : ICS II Linea
Para Sternalis Sinistra, kiri bawah : ICS IV Linea Medio Clavicularis
Sinistra. Tekanan darah : 140/81 mmHg, suara jantung S1 S2 tunggal,
tidak terdapat bunyi jantung tambahan.
3) B3 (Neurologi)
Saat dilakukkan pengkajian pasien sadar penuh dengan GCS 456,
(compos mentis),pada kepala tidak ada benjolan. Rambut pasien berwarna
coklat tua, pasien tida merasakan adanya nyeri kepala, pada daerah kepala
tampak bersih dan tidak kotor. Bentuk hidung pada klien simetris, tidak
adanya secret ataupun lendir. Pada pemeriksaan fisik gerakan mata pasien
simetris, konjungtiva pasien tida ada anemis, sklera mata tidak ikterus,
pupil mata isokor ukuran 2 mm, reflex cahaya pasien +/+ berada di kedua
14
mata. Kedua telinga pasien tampak simetris, tidak adanya serumen,
pendengaran pada telinga pasien baik. Lidah tidak kotor, warna merah
muda, ovula ditengah, tonsil tidak terjadi pembesaran.
4) B4 (Bladder)
Pada saat dilakukan pengkajian pada sistem perkemihan
didapatkan kandung kemih tidak adanya retensi urine, tidak adanya nyeri,
eliminasi urine SMRS pasien mengatakan frekuensinya 5-6x/ hari jumlah
±2000 cc/hari warna kuning jernih, eliminasi urin MRS jumlah ±1280
cc/hari berwarna kuning jernih, pasien menggunakan kateter.
5) B5 (Bowel)
Pada saat pengkajian mulut pasien bersih, mukosa bibir pasien lembab,
pasien tidak memiliki gigi palsu, gigi pasien tidak karies, SMRS pasien
makan 3X sehari dan apsein mengahabiskan 1 porsi. Pada saat MRS
pasien tidak merasakan mual , muntah. Rectum dan anus tidak adanya
penonjolan. SMRS BAB pasien normal 2X sehari dengan konsistensi
lunak warna kuning coklat, pada saat dilakukan pengkajian di rumah sakit
pasien mengatakan belum BAB. Pasien mendapatak Diit NT (rendah
lemak).
6) B6 (Muskuloskeletal)
Pada pasien warna kulit tidak terlihat pucat, turgor kulit elastis, tidak
adanya fraktur, kemampuan pergerakan sendi bebas, kekuatan otot tangan
dan kaki kanan kiri maksimal.
7) Endokrin
Saat dilakukan pengkajian pasien tidak mengalami pembesaran kelenjar
thypoid.
8) Sesksual dan reproduksi
Pasien adalah seorang perempuan, pasien menikah dengan seoarang laki-
laki dan mempunyai 2 orang anak kandung, pasien tidak mengalami
kelainan reproduksi, pada daerah gentalia tampak bersih, tidak adanya
hernia di daerah ingunal.
9) Kemampuan perawatan diri
Pasien mengatakan SMRS dirinya mampu melakukan aktivitas secara
mandiri, seperti : mandi, berpakain, berjalan, toileting. Tetapi saat MRS

15
pasien mengatakan jika melakukan kegiatan seperti : mandi, berpakaian,
berjalan, toileting dibantu oleh anak dan perawat.
10) Personal Hygine
Pasien mengatakan pada saat SMRS 2X sehari, keramas 2x/minggu, ganti
pakain 2x sehari, menyikat gigi 2x sehari, memotong kuku 1x/minggu.
Pada saat MRS pasien mengatakan hanya mandi 1x dalam sehari,
menyikat gigi 1x sehari pada saat pagi hari saja, pada saat masuk rumah
sakit pasien mengatakan belum keramas sama sekali, kuku pasien nampak
panjang dan belum dipotong pada saat pengkajian.
h) Pemeriksaan Penunjang
 Hasil Laboratorium pasien Ny. B dengan diagnosa IMA di Ruang
Jantung Tanggal 20 januari 2022

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Keterangan


Rujuakan
Pasien PT 17.4 Detik 11 - 15 Perempuan
Kontrol PT 13.3 Perempuan
Pasien APTT 39.5 Detik 26.0 – 40.0 Perempuan
Kontrol APTT 35.3 Perempuan
INR 1.24 Detik 1.00 – 2.00 Perempuan
Pasien Fibrinogen 264 mg/dl 200 – 400 Perempuan
Kontrol 259 Perempuan
Fibrinogen
D-dimer >20000 ng/dl <500 Perempuan
SGOT 103 U/L 0-35 Perempuan
SGPT 36 U/L 0-37 Perempuan
Glukosa Darah 124 mg/dl 74 - 106 Perempuan
Sewaktu
Kreatinin 0.63 mg/dl 0.6 – 1.5 Perempuan
BUN 11 mg/dl 10 – 24 Perempuan

16
 Rontgen
Tanggal 19 januari 2022

Tanggal 20 januari 2022

 Terapi
Terapi obat Ny. B tanggal 21 Januari 2022 dengan diagnosa medis
infak miokard akut Anteroseptal

Terapi Obat Dosis Rute Indikasi


Miniaspi 80 mg Oral Untuk menangani gejla penyakit
pengumpulan darah
Clopidogrel 75 mg Oral Untuk mencegah kejadian
aterotrombosis pada penyakit
jantung koroner
Atorvastatin 40 mg Oral Obat untuk menurunkan kolesterol
jahat serta meningkatkan kadar
kolesterol baik di dalam darah
Concor 1.25 mg Oral Untuk menurunkan tekanan darah
tinggi atau hipertensi
Isdn 3x5 mg Oral Untuk mengatasi nyeri dada (angina)

17
pada orang dengan kondisi jantung
tertentu
Furosemid 1 tab Oral Untuk mengeluarkan kelebihan
cairan dari dalam tubuh melalui
urine
Spironolakton 25 mg Oral Untuk menurunkan tekanan darah
pada penderita hipertensi
Lovenox 2x0.6 cc Oral Untuk mencegah komplikasi angina
tidak stabil dan infark miokrad akut
Lansoprazole 1 tab Oral Untuk mengatasi gangguan pada
lambung
Sucalfat 3x1c Oral Untuk mengatasi tukak lambung
Lactulac 3x1c Oral Untuk pencahar atau laksatif yang
dapat membantu mengatasi sembelit
atau konstipasi kronik
Nac 3x200 mg Oral Untuk mmecahkan lendir yang ada
di mulut, tenggorokan, dan paru paru

 EKG
Tanggal 21-01-2022

18
Tanggal 22-01-2022

Tanggal 22-01-2022

 Hasil :
1. gambar 1
2. gambar 2
3. gambar 3

19
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Analisa Data
Analisa Data Ny. B dengan infak miokard akut Anteroseptaldi Ruang Jantung
tanggal 21 Januari 2022

No DATA (Symptom) / Faktor Penyebab Masalah


Risiko (Etiologi) (Problem)
1. DS : Pasien mengatakan nyeri Perubahan irama Resiko Penurunan
di dada jantung curah jantung
DO : D.0011 (SDKI.
1. TTV HAL 41)
2. Hasil EKG

Sinus 80x/m ST elevasi dg Q


patologis di V1-V3 ST elevasi
V4-V5
3. CRT <2

2. DS : Agen pencedera Nyeri Akut


Pasien mengatakan nyeri dada fisiologis D.0077 (SDKI.
bagian kiri HAL172)
P : nyeri dada bagian kiri
Q : nyeri seperti diremas
R : bagian dada sebelah kiri
S:3
T : hilang timbul
DO :
1. Pasien tampak meringis
2. Pasien tambak gelisah saat
timbul nyeri
3. Frekuensi nadi meningkat

3. DS : Kelemahan Intoleransi
1. Pasien mengatakan lelah saat Aktivitas
miring kanan dan kiri D.0056 (SDKI

20
2. Pasien merasa lemah HAL.128)
DO :
1. Frekuensi jantung meningkat
>20% dari kondisi istirahat
Td : 140/81
N : 94%
S : 36.1
RR : 18
SPO : 100
2. Pasien terlihat lemah
3. Aktivitas pasien sepenuhnya
dibantu oleh keluarga dan
perawat
4. Terpasang O2 nasal 3lpm
4. DO : Kurangnya Ansietas
Pasien mengatakan merasa terpapar informasi D.0080 (SDKI
khawatir dengan akibat dari HAL 180)
kondisi yang dihadapi
DS:
1. Pasien tampak gelisah pada
saat terasa nyri
2. Pasien sulit tidur pada saat
nyeri
3. Tekanan darah meningkat
 Perioritas Masalah

NO MASALAH KEPERAWATAN

1 Resiko Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung


2 Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisiologis
3 Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
4 Ansietas b.d kurangnya terpapar informasi

21
3. Rencana Keperawatan
Rencana Keperawatan Ny. B dengan infak miokard akut Anteroseptaldi Ruang Jantung RSPAL Dr. Ramelan Surabaya tanggal 21
Janurai 2022

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Resiko Penurunan Setelah dilakukan tindakan
curah jantung b.d keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui adanya
perubahan irama jam, primer penurunan curah jantung penurunan curah jantung
jantung diharapkan curah jantung 2. Identifikasi balance cairain 2. Untuk mengetahui
meningkat, dengan /24jam keseimbangan cairan tubuh pada
kriteria hasil : 3. Monitor tekanan darah pasien
1. Kekuatan nadi perofer 4. Monitor intake output cairan 3. Untuk mengetahui tekanan
meningkat 5. Monitor keluhan nyeri darah pasien
2. Takikardia menurun 6. Monitor EKG setiap Pagi 4. Untuk mengetahui kebutuhan
3. Lelah menurun 7. Posisikan semi-fowler atau cairan pasien
4. Tekanan darah membaik fowler 5. Agar mengetahui
8. Berikan terapi relaksasi untuk perkeembangangan nyeri pada
mengurangi stress (napas dalam) pasein
9. Anjurkan beraktivitas fisik 6. Agar mengetahui irama jantung
sesuai toleransi 7. Agar pasien tau posisi yang
nyaman untuk pasien

22
8. Agar pasien rilek dan tidak
stress
9. Untuk melatih beraktibitas fisik
yang sesuai dengan toleransi
2. Nyeri Akut b/d Agen Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi skala nyeri (0-10) 1. Untuk mengetahui skala nyeri
Pencedera fisiologi keperawatan selama 3 x 24 2. Monitor efek samping yang dirakan pasien
jam maka tingkat nyeri penggunaan analgetik 2. Untuk mengetahui efek samping
menurun dengan kriteria 3. Fasilitasi istirahat dan tidur penggunaan analgetik
hasil : 4. Jelaskan penyebab, periode dan 3. Anjurkan pasien untuk istirahat
1. Keluhan nyeri menurun pemicu nyeri dan tidur
2. Meringis menurun 5. Anjurkan menggunakan 4. Agar pasien tau
3. Gelisah menurun analgetik secara tepat penyebab,periode, dan pemicu
4. Frekuensi nadi membaik (ISDN, Lovenox, NAC) nyeri
6. Anjurkan memonitor analgetik 5. Ajarkan pasien untuk
secara tepat menggunakan analgetik secara
tepat
6. Untuk mengetahui cara
memonitor analgetik secara teapat
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi gangguan fungsi 1. Untuk mengethui gangguan
b.d kelemahan keperawatan selama 3 x 24 tubuh yang mengakibatkan fungsi tubuh yang mengakibatkan
jam maka toleransi kelehan kelelahan
aktivitas meningkat dengan 2. Monitor pola dan jam tidur 2. Untuk mengetahui pola dan jam
23
kriteria hasil : 3. Sediakan lingkungan nyaman tidur pasien
1. Frekuensi nadi dan rendah stimulus 3. Untuk menciptakan lingkungan
meningkat 4. Anjurkan tirah baring nyaman dan rendah stimulus
2. Keluhan lelah menurun 5. Anjurkan melakukan aktivitas 4. Agar pasein dapat istirahat
3. Dispnea saat aktivitas secara bertahap Ajarkan pasein untuk beraktivitas
menurun, Dispnea setelah sesuai dengan kebutuhan secara
aktivitads menurun bertahap

24
4. IMPLEMENTASI
Implementasi Ny. B dengan infak miokard akut Anteroseptaldi ruang Jantung RSPAL Dr. Ramelan Surabaya tanggal 21 Januari 2022

No Dx Waktu Tindakan
(tgl&jam)
1 Dinas siang  Bina hubungan saling percaya dengan mengucapkan salam dan mendengarkan keluhan
21/01/2022 dari pasien
 Melakukan Ekg
1,2,3 14.00  Melakukan observasi TTV
14.15 Hasil :
Td : 140/81 mmHg
N : 94x/menit
S : 36.1◦C
RR : 18x/menit
1 SPO : 100%
15.00
 Memposisikan pasien dengan posisi semifowler
 Memonitoring keluhan nyeri
Hasil :
P : nyeri dada bagian kiri
Q : nyeri seperti diremas
R : bagian dada sebelah kiri

25
S:3
T : hilang timbul
1,2 16.00  Membantu ADL pasien
16.30  Memberikan terapi injeksi lovenox 0,6cc
 Membagikan diit makan 1 porsi NT
17.00
 Memberikan obat oral NAC, Atorvastatin 20mg, isdn 5 mg
Hasil:
17.05
Input cairan: Mi/ma: 1200+500 (AM) = 1700cc
Output cairan: Urin:1280+1500 (iwl) = 2.780
19.45
Jadi balance cairan Ny.B dalam 24/jam adalah 1700-2.780= -1080 cc
Dinas pagi  Bina hubungan saling percaya dengan mengucapkan salam dan mendengarkan keluhan
1,2,3 22/01/2022 pasien
 Memonitoring keluhan nyeri
1,2 07.15 Hasil :
P : nyeri dada bagian kiri
Q : nyeri seperti diremas
R : bagian dada sebelah kiri
S:2
T : hilang timbu

1 07.45  Melakukan EKG

1,2,3 08.00  Mengobservasi TTV

26
2 Hasil:
TD: 117/67 mmHg
N: 82x/menit
1,2,3 RR:20x/menit
S: 36.9◦C
SPO2: 96%
09.00
 Mengajarkan pasien untuk manajemen nyeri dengan cara rileksasi nafas dalan
 Memberikan injeksi OMZ/IV

11.00  Mengobservasi TTV


1,2,3 12.00 Hasil:
TD: 120/68 mmHg
N: 79x/menit
RR:21x/menit
S: 36.4◦C
SPO2: 99%
 Memberikan terapi oral Aspilet, bisoprolol, ISDN, NAC
12.00
 Memposisikan pasein dengan posisi semifowler
1,2,3
 Membuang produksi urin
12.15
1 Hasil:

1 12.30 UP: 400cc


 Menganjurkan pasien untuk istirahat

27
 Membuang produksi urin pasien
3 13.00 Hasil:
Balance cairan /24jam
Input cairan: Mi/ma: 1500+500 (AM) = 2000cc
Output cairan: Urin:750+1500 (iwl) = 2.250cc
2000-2.250
-250 cc
Dinas pagi
1,2,3 23/01/2022  Bina hubungan saling percaya dengan mengucapkan salam dan mendengarkan keluhan
07.15 pasien
2 08.00  Memonitoring keluhan nyeri
Hasil :
P : nyeri dada bagian kiri
Q : nyeri seperti diremas
R : bagian dada sebelah kiri
S:1
T : hilang timbu
1 08.30
1,2,3  Melakukan EKG
09.00
 Mengobservasi TTV
Hasil:
TD: 117/67 mmHg

28
N: 82x/menit
RR:20x/menit
S: 36.9◦C
2 10.00 SPO2: 96%
1,2,3 10.15
 Mengajarkan pasien untuk manajemen nyeri dengan cara rileksasi nafas dalan
1,2,3 12.00
 Memberikan injeksi OMZ/IV
 Mengobservasi TTV
1,2,3 13.00
 Hasil:
 TD: 120/68 mmHg
N: 79x/menit
RR:21x/menit
2,3 13.25 S: 36.4◦C
SPO2: 99%
1 13.45  Memberikan terapi oral
Aspilet, bisoprolol, ISDN, NAC
 Memposisikan pasein dengan posisi semifowler
 Membuang produksi urin
Hasil:
Balance cairan /24jam
Input cairan: Mi/ma: 1500+500 (AM) = 2000cc
Output cairan: Urin:750+1500 (iwl) = 2.250cc

29
 Jadi balance cairan Ny.B dalam 24/jam adalah 2.000-2.250= -250cc

30
5. EVALUASI

No DIAGNOSA EVALUASI SUMATIF


1 Resiko Penurunan curah S: - pasien mengetakan nyeri dada sebelah kiri sudah
jantung b.d perubahan tidak nyeri
irama jantung O: - balance cairan
Balance cairan /24jam
Input cairan:
Mi/ma: 1500+500 (AM) = 2000cc
Output cairan:
Urin:750+1500 (iwl) = 2.250cc
Jadi balance cairan Ny.B dalam 24/jam adalah
2.000-2.250= -250cc
A: masalah teratasi
P: intervensi di hentikan
2 Nyeri Akut b.d Agen S: - Pasien mengatakan nyeri dada bagian kiri sudah
pencedera fisiologis tidak nyeri
P : nyeri dada bagian kiri
Q : nyeri seperti diremas
R : bagian dada sebelah kiri
S:1
T : hilang timbul
O: - pasien nampak rilex
- Pasin sudah tidak gelisah
- Frekuensi nadi membaik

A: masalah teratasi
P: intervensi dilanjutkan (2,3,4)
3 Intoleransi aktivitas b.d S: pasien mengatakan lemah berkurang
kelemahan O:
- Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi
istirahat
TD: 104/63 mmHg
N: 68x/menit

31
S: 36.2◦C
RR: 20x/menit
SPO2: 98%
- Pasien terlihat segar
- Aktivitas pasien sudah bisa secara mandiri walaupun
sekit mendapatka bantuan
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
Pasien persiapan KRS

32
BAB IV

PENUTUP
A. KESIMPULAN
B.

33
DAFTAR PUSTAKA

Andi, N., Pranata, E., St, S., Kep, S., Kes, M., & Prabowo, N. E. (2017). “Keperawatan
Medikal Bedah.” www.nuhamedika.com

Andini, maulida sekar, & Trihartanto, m. ali. (2019). Penegakan Diagnosis Dan Pengobatan
Optimal Kasus Stemi Anterior Dan Gagal Jantung. Ums. Publikasi, 1297–1314.

Andrianto, Nugroho, J., & Aminuddin, M. (2019). Buku Ajar Kegawatan Kardiovaskular
(pp. 1–26).

Nanda Surya, Aklima, J. (2022). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stemi Di Ruang Iccu
Rumah. 1(2), 76–82.

Rampengan, S. H. (2015). Kegawatdaruratan Jantung. In Soc Franc d’Anesth et de Reanim


(Vol. 33).

Asikin, M., Nurlamsyah, dan Susaldi. 2016. Keperawatan Medikal Bedah Sistem
Kardiovaskular. Erlangga. Jakarta.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
dan Nanda NIC NOC Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

34
35

Anda mungkin juga menyukai