Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK II
“IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI”

OLEH :

NAMA : NURLIAN
NIM : A1L1 19 011
KELOMPOK : I (SATU)
JURUSAN : PENDIDIKAN KIMIA
ASISTEN PEMBIMBING : FIRDAMAYANTI

LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Telah diperiksa secara teliti dan disetujui oleh Asisten Pembimbing Praktikum

Kimia Organik II dengan judul “Identifikasi Gugus Fungsi” yang dilaksanakan

pada:

Hari/Tanggal : Sabtu/ 05 Juni 2021

Waktu : 10.00 WITA - Selesai


Tempat : Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari

Kendari, Juni 2021


Mengetahui,
Asisten Pembimbing

Firdamayanti
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Senyawa organik merupakan senyawa yang kebanyakan berasal dari

makhluk hidup dan hasil sintesis, memiliki bentuk struktur yang rumit, mudah

terbakar, tidak dapat terionisasi, larut dalam pelarut organik, bersifat non

elektrolit, serta memiliki ikatan kovalen dan isomer. Senyawa organik dibangun

terutama oleh karbon dan hidrogen, dan dapat mengandung unsur-unsur lain

seperti nitrogen, oksigen, fosfor, halogen dan belerang. Senyawa organik meliputi

karbohidrat, protein, lemak, asam format polimer, glukosa dan lain sebagainya.

Senyawa organik digolongkan menjadi beberapa kategori sesuai dengan gugus

fungsinya (Wardiyah, 2016).

Gugus karbonil ialah dan satu atom oksigen yang dihubungkan dengan ikatan

ganda dua. Gugus ini merupakan salah satu gugus fungsi yang paling lazim dialam

dan terdapat dalam karbohidrat, lemak, protein dan steroid gugus fungsi ini dijumpai

dalam senyawa aldehid dan keton. Aldehid dalah senyawa organik yang karbon-

karbonilnya selalu berikatan dengan paling sedikit satu atom hidrogen. Sedangkan

keton adalah senyawa organik yang karbon karbonilnya dihubungkan dengan dua

atom karbon lain. Aldehid merupakan sebuah senyawa organik yang memiliki gugus

karbonil terminal yang mana gugus ini terletak pada ujung rantai karbon induk yang
diakhiri sebuah atom hidrogen atau berikatan dengan atom oksigen. Sedangkan tollen

merupakan senyawa organik yang memiliki sebuah gugus karbonil yang terikat pada

gugus alkil dengan rumus R-CO-R’. karakteristik dari sebuah keton ialah berupa

cairan tidak berwarna, umumnya larut dalam air, bersifat polar, lebih mudah menguap

daripada alkoholdan asam karboksilat, mempunyai titik didih yang relatif tinggi

(Wardiyah, 2016).

Aldehid merupakan sebuah senyawa organik yang memiliki gugus karbonil

terminal yang mana gugus ini terletak pada ujung rantai karbon induk yang diakhiri

sebuah atom hydrogen atau berikatan dengan atom oksigen. Karakteristik dari sebuah

keton ialah berupa cairan tidak berwarna, umumnya larut dalam air, bersifat polar,

lebih muda menguap dari pada alkohol dan asam karboksilat, mempunyai titik didih

yang relative tinggi (Dzarnisa, 2014). Susunan gugus karbonil dari aldehida

membentuk senyawa yang lebih baik untuk dioksidasi menjadi asam karboksilat.

Semetara keton, itu sulit untuk dilakukan karena harus memisahkan salah satu ikatan

karbon (C-C). karakteristik ini adalah salah satu perbedaan fungsional yang paling

penting antara keduanya. Karena keton tidak memiliki partikel atom hidrogen, maka

tahan terhadap oksidasi. Hanya agen pengoksidasi sangat kuat seperti kalium

manganat (VII) (Larutan kalium permanganat) yang dapat mengoksidasi dengan cara

merusak, memecah ikatan-ikatan karbon (Permatasari, 2012).

Identifikasi senyawa aldehid dan keton merupakan suatu cara yang dilakukan

untuk mengetahui adanya gugus aldehid dan keton dalam suatu senyawa. Beberapa

sampel yang sering dijumpai dalam laboratorium yaitu glukosa, fruktosa. Sampel-
sampel tersebut ada yang mempunyai gugus fungsi aldehid dan ada juga yang

mempunyai gugus fungsi keton. Untuk mengidentifkasi adanya aldehid atau keton

dapat dilakukan uji barfoed, uji benedict, uji bial orsinal. Uji barfoed digunakan untuk

membedakan disakarida pereduksi, uji ini mengandung kupri asetat yang dilarutkan

dalam aquades dan ditambahkan dengan asam laktat. Uji benedict digunakan untuk

mengetahui kandungan gula pereduksi, uji benedict berisi larutan larutan alkali.

Larutan alkali dari tembaga direduksi oleh gula yang mengandung gugus aldehid dan

keton bebas dengan membentuk kupro oksid berwarna (Nurjannah, dkk., 2017). Uji

bial orsina merupakan uji yang didasari oleh konversi pada gula pentose seperti

ribosedidalam keadaan asam dan panas menjadi senyawa furtural, yang kemudian

bereaksi dengan orsinal dan mengeluarkan warna hijau (Sumardjo, 2008).

Glukosa (C6H12O6) monosakarida paling umum, memiliki peran penting yang

utama dalam kimia kehidupan. Dalam struktur glukosa, kita dapat melihat semua ciri

khas gula.Gugus hidroksil tcrdapat pada setiap karbon kecuali satu, yang berikatan

ganda dengan oksigen untuk membenk gugus karbonil. Tergantung pada lokasi gugus

karbonil itu, gula bisa scbagai aldosa (gula aldchida) atau sebagai ketosa (gula keton)

(Kim, dkk., 2017). Fruktosa adalah derivat gula tebu atau bit yang banyak ditemukan

dalam buah-buahan dan sayuran. Sejalan dengan perkembangan teknologi, fruktosa

diproduksi dalam bentuk high fructosecorn syrup (HFCS). Fruktosa dikenal juga

dengan nama levulosa atau gula buah merupakan monosakarida yang paling manis

yang banyak ditemukan pada buah-buahan, madu dan sayur (Desmawati, 2017).
Berdasarkan uraian di atas maka dilakukanlah percobaan identifikasi senyawa

aldehid dan keton dalam suatu sampel untuk mengetahui adanya gugus karbonil dan

gugus fungsi aldehid dan keton.

1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini yaitu mempelajari teknik identifikasi senyawa

aldehid dan keton.

1.3 Prinsip Dasar Percobaan

Prinsip dasar percobaan ini yaitu didasarkan pada praktikum suatu aldehid

dan keton pada sampel glukosa dan fruktosa.

1.4 Manfaat Percobaan

Manfaat dari percobaan ini bagi mahasiswa adalah dapat mengetahui dan

melakukan identifikasi senyawa aldehid dan keton pada glukosa, dan fruktosa

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gugus Fungsi


Gugus fungsi adalah gugus yang memberikan karakteristik kepada senyawa

organic, oleh karena itu jika sutu molekul memiliki dua gugus fungsi berlainan

dengan jarak yang berjauhan, maka senyawa itu akan mempunyai sifat dan

karakteristik dari masing-masing gugus fungsi. Namun apabila letak kedua gugus

fungsi tersebut berdekatan maka gugus fungsi itu akan saling berinteraksi sehingga

akan memberikan sifat-sifat khusus pada senyawa yang bersangkutan yaitu akan

memiliki sifat hasil gabungan dari kedua gugus yang diikatkan (Saraswati, 2018).

2.2 Aldehid dan Keton

Penggolongan senyawa organik dapat dibedakan menurut gugus fungsi yang

dikandungnya.Gugus fungsi adalah sekelompok atom yang menyebabkan perilaku

kimia molekul induk. Molekul berbeda yang mengandung gugus fungsi yang sama

mengalami reaksi yang serupa. Gugus fungsi yang telah dikenal seperti alkohol, eter,

aldehida dan keton, asam karboksilat dan amina. Pada aldehid setidaknya satu atom

hydrogen terikat pada karbon dalam gugus karbonil. Pada keton atom karbon pada

gugus karbonil terikat pada dua gugus hidrokarbon. Aldehida yang paling sederhana

mempunyai kecenderungan untuk berpolimerasasi yaitu setiap molekul bergabung

satu sama lain untuk membentuk senyawa dengan massa molar tinggi. Keton

biasanya kurang efektif dibandingkan aldehida. Keton yang paling sederhana adalah

aseton, suatu cairan berbau sedap yang digunakan terutama sebagai pelarut untuk

senyawa organic (Chang, 2005).


Menurut Lopachin dan Gavin (2014), aldehida adalah golongan besar

senyawa karbonil elektrofilik yang memiliki setidaknya satu substituent atom

hidrogen pada atom karbon karbonil.Aldehida (RCHO) dan keton (R 2CO) lazim

terdapat dalam system makhluk hidup.Contoh yang penting secara biologis dari

aldehida adalah gula ribose dan keton adalah hormone progesteron. Aldehida yang

paling sederhana adalah formaldehida (H2C=O) atau metanal yang mempunyai nama

dagang formalin. Propanon atau aseton ((CH3)2C=O) merupakan keton yang paling

sederhana yang banyak digunakan sebagai pelarut. Aldehida mempunyai sekurangnya

satu atom hydrogen yang terikat pada karbon karbonilnya. Gugus lain yaitu R, bisa

berupa alkil, aril atau H. Keton mempunyai dua gugus alkil (aril) yang terikat pada

karbon karbonilnya (Wardiyah, 2016).

2.3 Karbohidrat

Karbohidrat adalah hasil alam yang memiliki banyak fungsi penting dalam

tanaman maupun hewan. Melalui fotosintesis, tanaman mengubah karbon dioksida

menjadi karbohidrat, yaitu dalam bentuk selulosa, pati dan gula-gula. Karbohidrat

dalam tepung terdiri dari karbohidrat dalam bentuk gula sederhana, pentose, dextrin,

selulosa, dan pati. Sebagian besar karbohidrat, terutama golongan monosakarida dan

disakarida seperti glukosa, fruktosa galaktosa dan laktosa mempunyai sifat

mereduksi. Sifat mereduksi dari karbohidrat disebabkan oleh adanya gugus aldehida

atau gugus keton bebas dan gugus –OH bebas (Qalsum, dkk., 2015).

2.4 Glukosa
Glucose (C6H12O6) the most common monosaccharide, has a major role in the

chemistry of life. In the structure of glucose, we can see all the characteristics of

sugar. A hydroxyl group is present on every carbon except one, which doubles with

oxygen to form a carbonyl group. Depending on the location of the carbonyl group,

the sugar can be an aldose (aldchide sugar) or a ketose (ktone sugar). Glucose, for

example, is an aldose: fructose, the structural isomer of glucose is a ketose. (Most

sugar names end in -ose). Glucose plays an important role in human life, generating

energy and balancing the body in non-nutritive aspects. Glucose helps improve

cognitive abilities and memory published (Kim, et al., 2017).

Glukosa (C6H12O6) monosakarida paling umum, memiliki peran penting yang

utama dalam kimia kehidupan. Dalam struktur glukosa, kita dapat melihat semua ciri

khas gula.Gugus hidroksil tcrdapat pada setiap karbon kecuali satu, yang berikatan

ganda dengan oksigen untuk membenk gugus karbonil. Tergantung pada lokasi gugus

karbonil itu, gula bisa scbagai aldosa (gula aldchida) atau sebagai ketosa (gula keton).

Glukosa, misalnya, adalah aldosa: fruktosa, isomer struktural glukosa adalah ketosa.

(Sebagian besar nama gula berakhiran -osa). Glukosa memainkan peran penting

dalam kehidupan manusia, menghasilkan energi dan menyeimbangkan tubuh dalam

aspek non-gizi. Glukosa membantu meningkatkan kemampuan kognotif dan memori

diterbitkan (Kim, dkk., 2017).

Glukosa adalah gula monosakarida yang dapat langsung diserap oleh tubuh dan

dikonversi menjadi energi.Kadar glukosa dalam bahan pangan sumber kerbohidrat

meliputi monosakarida yang sudah tersedia atau berasal dari pemecahan polisakarida
(pati/amilum) dalam bahan tersebut. Proses pemecahan polisakarida menjadi

monosakarida dapat terjadi selama proses pengolahan pangan atau melalui hidrolisis

selama polisakarida yang dikatalisis oleh asam dan enzim dalam saluran cerna

(Diyah, dkk., 2016).

2.5 Fruktosa

Fruktosa adalah derivat gula tebu atau bit yang banyak ditemukan dalam

buah-buahan dan sayuran. Sejalan dengan perkembangan teknologi, fruktosa

diproduksi dalam bentuk high fructosecorn syrup (HFCS). Fruktosa dikenal juga

dengan nama levulosa atau gula buah merupakan monosakarida yang paling manis

yang banyak ditemukan pada buah-buahan, madu dan sayur. Sebagian besar buah-

buahan mengandung 1-7% fruktosa, atau bahkan lebih banyak. Fruktosa juga terdapat

dalam sayuran dan madu. Sumber terbanyak fruktosa adalah selulosa, yaitu

disakarida yang meupakan derivat gula tebu dan gula bit. Sukrosa terdiri dari 50%

glukosa dan 50% fruktosa (Desmawati, 2017).

2.6 Reagen Barfoed

The principle of the Barfoed test is that monosaccharides will reduce acidic

barfood reagents so that the hydrolysis strength decreases and results in the inability

to reduce disaccharides. Barfoed's reagent is used to detect the presence of reducing


monosaccharides in the presence of disaccharides. The reagent, here, uses copper

ions to detect reducing sugars in acidic solutions. This test is different from other

tests that detect reducing sugars, both mono- and disaccharides (Elzagheid, 2018).

Prinsip uji barfoed adalah monosakarida akan mereduksi reagen barfood yang

bersifat asam sehingga kekuatan hidrolisis menurun dan mengakibatkan tidk dapat

mereduksi disakarida. Reagen Barfoed digunakan untuk mendeteksi adanya

monosakarida pereduksi dengan adanya disakarida. Reagen, di sini, menggunakan ion

tembaga untuk mendeteksi gula pereduksi dalam larutan asam. Tes ini berbeda

dengan tes lain yang mendeteksi gula pereduksi baik mono- maupun disakarida

( Elzagheid,2018).

Uji barfoed digunakan untuk membedakan disakarida pereduksi dengan

monosakarida produksi pada tetes. Uji barefood mengandung kupri asetat yang

dilarutkan dalam aquades dan ditambahkan dengan asam laktat. Pereaksi barfoed

dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula pereduksi monosakarida

daripada disakarida dan menghasilkan Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata

(Nurjannah, dkk., 2017).

2.7 Reagen Benedict

Benedict's reagent is generally used for qualitative analysis of glucose, but it

can be used to analyze glucose quantitatively by means of titration. The advantage of


Benedict's reagent is that it contains fewer constituent components but is precise and

accurate. .Principles Benedict's qualitative reagent contains Cu2+ ions complexed

with citrate in an alkaline medium. The free aldehyde or keto group of reducing

carbohydrates reduces copper ions to copper ions with the formation of a yellow or

red precipitate of copper oxide. Sodium citrate prevents the spontaneous reduction of

CuSO4 while Na2CO3 is used to provide an alkaline medium (Kumar, 2018).

Reagen benedict pada umumnya digunakan untuk analisa kualitatif glukosa,

namun dapat digunakan untuk menganalisis glukosa secara kuantitatif dengan cara

titrasi. Kelebihan reagen benedict yaitu mengandung lebih sedikit komponen

penyusun tetapi teliti dan akurat. .Prinsip Pereaksi kualitatif Benedict mengandung

ion Cu2+ yang dikomplekskan dengan sitrat dalam medium basa. Gugus aldehida atau

keto bebas dari karbohidrat pereduksi mereduksi ion tembaga menjadi ion tembaga

dengan pembentukan endapan kuning atau merah oksida tembaga. Natrium sitrat

mencegah reduksi spontan CuSO4 sementara Na2CO3 digunakan untuk menyediakan

media basa (Kumar, 2018).


BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Kimia Organik II “Identifikasi Senyawa Aldehid dan Keton” ini

dilaksanakan pada hari Selasa, 31 Juni 2021, pukul 10.00 WITA–selesai. Bertempat

di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Halu Oleo, Kendari.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu tabung reaksi 6 buah, pipet tetes

3 buah, pipet volume 10 mL, filler, batang pengaduk, botol timbang dan penangas air,

Gelas kimia 600 mL.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu glukosa, fruktosa, aquades,

pereaksi benedict, pereaksi bial orsinol, dan pereaksi barfoed.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Identifikasi Sampel Glukosa

Sampel glukosa ditimbang sebanyak 0,5 gram, kemudian dimasukan ke dalam

tabung reaksi lalu tabung reaksi 1, 2 dan 3. Masing-masing tabung reaksi diisi sampel
glukosa sebanyak 0,5 gram. Kemudian, kedalam tabung reaksi masing-masing

ditambahkan aquades 5 mL. Diaduk dengan batang pengaduk hingga sampel glukosa

larut. Kemudian di tambahkan 3 tetes pereaksi benedict kedalam tabung reaksi 1 yang

berisi sampel glukosa. Ditambahkan 3 tetes pereaksi biol orisol kedalam tabung

reaksi 2 yang berisi sampel glukosa. Ditambahkan 3 tetes pereaksi barfoed kedalam

tabung reaksi 3 yang berisi sampel glukosa. Kemudian, dikocok hingga homogen.

Kemudian, ketiga tabung reaksi dipanaskan dalam penangas air selama ± 15 menit.

Diamati hasil reaksi pemanasan yang dilakukan pada masing-masing tabung reaksi.

3.3.2 Identifikasi Sampel Fruktosa

Sampel fruktosa ditimbang sebanyak 0,5 gram, kemudian dimasukan ke dalam

tabung reaksi lalu tabung reaksi 1, 2 dan 3. Masing-masing tabung reaksi diisi sampel

fruktosa sebanyak 0,5 gram. Kemudian, kedalam tabung reaksi masing-masing

ditambahkan aquades 5 mL. Diaduk dengan batang pengaduk hingga sampel fruktosa

larut. Kemudian di tambahkan 3 tetes pereaksi benedict kedalam tabung reaksi 1 yang

berisi sampel fruktosa. Ditambahkan 3 tetes pereaksi barfoed kedalam tabung reaksi 2

yang berisi sampel fruktosa. Ditambahkan 3 tetes pereaksi biol orsinol kedalam

tabung reaksi 3 yang berisi sampel fruktosa. Kemudian, dikocok hingga homogen.

Kemudian, ketiga tabung reaksi dipanaskan dalam penangas air selama ± 15 menit.

Diamati hasil reaksi pemanasan yang dilakukan pada masing-masing tabung reaksi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

4.1.1 Sampel Glukosa

Tabel 4.1. Data Hasil Praktikum Identifikasi Gugus Fungsi


No Perlakuan Hasil Pengamatan
.
1. Ditimbang sampel Serbuk putih
glukosa 0,5 gram dan
dimasukkan ke dalam 3
tabung reaksi
2. Dilarutkan dengan Larut sempurna dan berwarna bening
aquades 5 mL dan
diaduk dengan spatula
3. Ditambahkan 3 tetes - Tabung 1 (barfoed) = biru muda
reagen barfoed, benedic - Tabung 2 (benedic) = biru
dan bial orsinal. - Tabung 3 (bial orsinal) = kuning
4. Dimasukkan tabung 15 menit
reaksi ke dalam
penangas air
5. Diamati perubahan - Tabung 1 (barfoed) = endapan merah bata
warna dan endapan - Tabung 2 (benedic) = endapan biru kehijauan
yang terjadi - Tabung 3 (bial orsinal) = tidak terdapat
endappan dan lerutan berwarna merah bata

4.1.2 Sampel Fruktosa

Tabel 4.1.2 Data Hasil Praktikum Identifikasi Gugus Fungsi pada Sampel
Fruktosa
No Perlakuan Hasil Pengamatan
.
1. Ditimbang sampel Serbuk putih
fruktosa 0,5 gram dan
dimasukkan ke dalam 3
tabung reaksi
2. Dilarutkan dengan Larut sempurna dan berwarna bening
aquades 5 mL dan
diaduk dengan spatula
3. Ditambahkan 3 tetes  Tabung 1 (barfoed) = biru muda
reagen barfoed, benedic  Tabung 2 (benedic) = biru
dan bial orsinal.  Tabung 3 (bial orsinal) = kuning
4. Dimasukkan tabung 15 menit
reaksi ke dalam
penangas air
5. Diamati perubahan  Tabung 1 (barfoed) = larutan kuning, timbul
warna dan endapan endapan
yang terjadi  Tabung 2 (benedic) = larutan kuning
 Tabung 3 (bial orsinal) = larutan merah bata

4.2 Reaksi-Reaksi Kimia

4.2.1. Reagen Barfoed

O
‖ ‖
-C- + Cu2+ Cu2O + R-C-H
Gugus Karbonil Ion Endapan
Bebas Kompleks Merah Bata

4.2.2. Reagen Benedict

O O
‖ ‖
R-C-H + 2Cu2+ R-C-OH + Cu2O + 3H2O
Gula Benedict Asam Tembaga (1)
Karboksilat Oksida

4.2.3. Reagen Bial Orisinol

O OH
H-C-CH-CH-CH-CH2OH + HCl pekat + Orsinol Senyawa
Kompleks Biru
OH OH
Pentosa Furfural

4.3 Pembahasan

Gugus karbonil ialah satu atom karbon dan satu atom oksigen yang

dihubungkan dengan ikatan ganda dua. Gugus ini merupakan salah satu gugus fungsi

yang paling banyak terdapat di alam. Aldehida adalah senyawa karbonil yang karbon

karbonilnya (karbon yang terikat pada oksigen) selalu berikatan dengan paling sedikit

satu hidrogen. Sedangkan keton adalah senyawa organik yang karbon karbonilnya

dihubungkan dengan dua karbon lain. Karena keduanya menggandung gugus

karbonil, sifat kimia aldehid dan keton hampir serupa. Baik aldehid dan keton sangat

reaktif, tetapi aldehida lebih reaktif dibandingkan dengan keton. Aldehida dan keton

dapat membentuk ikatan hidrogen antar molekul. Titik didihnya lebih rendah

dibandingkan dengan alkohol karena tidak terdapat gugus hidroksil (-OH) pada

aldehida dan keton. Percobaan yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah

identifikasi senyawa Aldehid dan Keton yang bertujuan untuk mempelajari dan

memperkenalkan salah satu metode identifikasi senyawa berdasarkan perbedaan

gugus fungsi serta identifikasi secara kimia senyawa yang termasuk dalam golongan

aldehid maupun keton.

Percobaan ini dilakukan uji senyawa aldehid dan keton pada senyawa

karbohidrat seperti glukosa, dan fruktosa dengan menggunakan metode uji bial
orsiniol, uji benedict, dan uji barfoed. dilakukan pada senyawa karbohidrat

disebabkan karena pada senyawa yang termaksud karbohidrat terdapat gugus fungsi

yaitu gugus –OH, gugus aldehid atau gugus keton. Pada percobaan ini menggunakan

dua sampel yaitu glukosa dan laktosa.

Hal pertama yang dilakukan dalam percobaan ini yaitu menguji sampel

glukosa dan fruktosa dengan reagen barefoed, reagen bial arsenal, reagen benedict.

Tetapi sebelumnya ditimbang terlebih dahulu masing-masing sampel yang akan diuji

sebanyak 0,5 gram dan dimasukan kedalam masing-masing tabung reaksi. Kemudian

pada masing-masing tabung reaksi itu dilarutkan dengan menggunakan aquades

sebanyak 5 mL. Tujuan penambahan aquades yaitu sebagai pelarut karena glukosa

dan fruktosa merupakan molekul yang bersifat polar, dimana glukosa dan fruktosa

dapat larut dalam air yang bersifat sebagai pelarut polar. Ketika sampel telah larut

sempurna, sampel di tambahkan dengan pereaksi Barfoed, pereaksi bial orsinal, dan

pereaksi benedict sebanyak 3 tetes. Campuran larutan kemudian di panasi selama 15

menit. Tujuan dari pemanasan tersebut adalah agar dapat menghidrolisis larutan,

sehingga larutan akan bereaksi yang mana akan menunjukan hasil uji positif pada

larutan yang diuji sehingga dapat dengan mudah mengidentifikasi perubahan yang

terjadi. Adapun pemanasan ini dilakukan selama 15 menit karena apabila gula yang

telah mencair dipanaskan terus hingga suhunya melampai titik leburnya. Maka

terjadilah kremalisasi.

Berdasarkan hasil pengamatan terlihat pada glukosa yang ditambahkan

dengan reagen barefod menghasilkan endapan merah bata pada glukosa, warna
larutan memudar, yang menandakan hasil uji positif dikarenakan pada saat 15 menit

pertama sebelum pemanasan telah terjadi perubahan warna yang semula berwarna

biru. Hal ini dikarenakan reagen barfoed yang merupakan campuran dari kupri

asetat dan asam asetat dalam air, akan bereaksi dengan gula-gula pereduksi

(monosakarida) sehingga dihasilkan endapan merah Cu2O (kupro oksida). gula

Reagen ini bersifat asam lemah sehingga memberikan hasil positif endapan merah

bata bila didihkan cukup lama hingga terjadi hidrolisis, yang menunjukan adanya

gugus aldehid dan keton bebas dalam molekul karbohidrat yaitu glukosa.

Sementara pada fruktosa berdasarkan hasil pengamatan terlihat pada fruktosa

yang ditambahkan dengan reagen barefod menghasilkan endapan berwarna kuning

dan timbul gelembung gas, yang menandakan hasil uji negative. Jika dilihat dari

literature menunjukan bahwa fruktosa merupakan gula pereduksi yang mana pada uji

barefoed akan menunjukan hasil positif yang ditandai dengan perubahan warna

menjadi merah bata. Tetapi hasil menunjukan negative, hal ini bisa disebabkan oleh

beberapa faktor yaitu yaitu dapat berupa kesalahan dalam melakukan prosedur

misalnya penambahan regaen yang krang atau lebih, waktu pengamatan yang tidak

akurat atau mngkin disebabkan oleh peralatan yang tidak dicuci dengan bersih

sehingga masih meninggalkan bekas sampel sebelumnya yang ikut bereaksi dengan

sampel yang sedang diuji.

Selanjutnya, glukosa yang ditambahkan dengan reagen benedict menghasilkan

endapan dan berwarna kuning kehijauan dimana hasil awal setelah dicampurkan

dengan reagen barfoed berwarna biru. Kemudian setelah Campuran larutan di


panasi menghasilkan endapan biru kehijauan pada glukosa. Dari hasil pengujian

menunjukan hasil positif dengan terbentuknya endapan berwarna biru kehijauan.

Sementara pada fruktosa yang ditambahkan dengan reagen benedict menghasilkan

endapan warna kuning keruh dimana hasil awal setelah dicampurkan dengan reagen

barfoed berwarna biru. Dari hasil pengujian menunjukan hasil positif dengan

terbentuknya endapan berwarna kuning. Berdasarkan literatur, hasil positif pada uji

benedict tidak hanya dapat ditunjukan dengan terbentuknya endapan merah bata saja

tetapi endapan yang dapat terbentuk dapat berwarna hijau kebiruan hijau dan kuning.

Hal ini tergantung pada konsentrasi gula reduksinya, semakin berwarna merah bata

maka gula reduksinya semakin banyak. Prinsip dari uji ini adalah gugus aldehid atau

keton bebas pada gula reduksi yang terkandung dalam sampel mereduksi ion Cu 2+

dari CuSO4.5H2O dalam suasana alkalis menjadi Cu+ yang mengendap menjadi

Cu2O. Suasana alkalis diperoleh dari Na2CO3 dan Na sitrat yang terdapat pada reagen

Benedict.

Selanjutnya glukosa yang ditambahkan dengan uji bial orsinal,. Campuran

larutan yang kemudian di panasi menghasilkan endapan merah bata pada glukosa

dimana hasil pertama menghasilkan warna kuning. Campuran larutan yang

kemudian di panasi menghasilkan perubahan warna merah bata pada glukosa.

Pada percobaan ini menunjukan hasil negative, dimana ditandai dengan warna larutan

yang ditimbulkan tidak tampak warna biru melainkan warna merah bata. Sementara

pada fruktosa yang ditambahkan dengan reagen benedict menghasilkan warna kuning

dimana hasil awal setelah dicampurkan dengan reagen bial orsinal berwarna
kuning, yang menunjukkan tidak terjadi perubahan pada larutan fruktosa, Sehingga

hasil uji menunjukkan negative untuk fruktosa. berdasarkan literature menunjukan

bahwa pada uji bial orsinal seharusnya menunjukan perubahan warna menjadi warna

biru. Tetapi hasil menunjukan negative, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor

yaitu yaitu dapat berupa kesalahan dalam melakukan prosedur misalnya penambahan

regaen yang krang atau lebih, waktu pengamatan yang tidak akurat atau mngkin

disebabkan oleh peralatan yang tidak dicuci dengan bersih sehingga masih

meninggalkan bekas sampel sebelumnya yang ikut bereaksi dengan sampel yang

sedang diuji.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam

identifikasi senyawa aldehid dan keton pada glukosa, fruktosa dapat dilakukan

dengan uji barfoed, uji benedict, uji bial orisinal. Pada uji barfoed glukosa

menunjukan hasil uji positif dan pada fruktosa menunjukan hasil uji negative yang

mana glukosa dan fruktosa ini merupakan gula pereduksi yang mengandung gugus

aldehid atau keton bebas. Pada uji benedict menunjukkan bahwa glukosa dan fruktosa

terhidrolisis yang ditunjukan dengan hasil uji positif pada keduanya. Pada uji bial

orisinal menunjukkan hasil uji negative pada fruktosa dan glukosa.

5.2 Saran

Saran mengenai percobaan ini adalah, sebaiknya praktikan saat melakukan

percobaan harus mengetahui prinsip kerja dan mengetahui prosedur kerja dengan

benar agar saat praktek tidak terjadi kesalahan.


DAFTAR PUSTAKA

Chang, R. 2005. Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1.Jakarta:
Penerbit Erlangga.

Desmawati. 2014. Pengaruh Asupan Tinggi Fruktosa Terhadap Tekanan Darah.


Majalah Kedokteran Andalas. 40(1).
Diyah, N.W., Ambarwati, A., Warsito, G.M., Niken, G., Heriwiyanti, E.T.,
Windysari, R., Prismawan, D., Hartasari, R.F., Purwanto. 2016. Evaluasi
Kandungan Glukosa Dan Indeks Glikemik Beberapa Sumber
Karbohidrat Dalam Upaya Penggalian Pangan Ber-Indeks Glikemik Rendah.
Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia. 3(2).

Elzagheid, M. I., 2018. Laboratory Activities To Introduce Carbohydrates Qualitative


Analysis To College Students. World Journal Of Chemical Education. 6(2).
82-
Kim, J.S., Oh, H.B., Kim, A.H., Kim, J.S., Lee, E.S., Baek, J.Y., Lee, K.S., Chung,
S.C., Jun, J.H. 2017. A Study An Detection Of Glucose Consentration Using
Changes In Color Coordinates. Jurnal Bioengineered. 8(1).

Kumar, K.D. 2018. To Perform Qualitative Test For Reducing Substance in Urine.
Concepts in Clinical Biochemistry : A Prastical Guide.

Nurjannah, L., Suryani., Achmadi, S. S., dan Azhari, A. 2017. Produksi Asam Laktat
Oleh Lactobacillus Delbrueckii Subsp. Bulgaricus dengan Sumber Karbon
Tetes Tebu. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia. 9(1).

Qalsum, U., Anang, W. M. Diah., dan Supriadi. 2015. Analisis Kadar Karbohidrat,
Lemak dan Protein dari Tepung Biji Mangga (Mangifera Indica L) Jenis
Gadung. Jurnal Akademika Kimia. 4(4).

Saraswati, I. 2018. Panduan Praktikum Kimia. Yogyakarta : Deepublish

Wardiyah. 2016. Kimia Organik. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai