Anda di halaman 1dari 117

1

PENERAPAN AROMA THERAPI PAPPERMINT OIL


DENGAN MASALAH NYERI POST OP PADA PASIEN
SOFT TISSU TUMOR (STT) DIRUANG E4
RSD. A. DADI TJOKRODIPO
BANDAR LAMPUNG

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Oleh:

CIPTO ALI WARDANI


2211515118

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
TAHUN 2023
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasien soft tissue tumor biasanya di bawa oleh keluarga ke rumah sakit

atauunit kesehatan lainnya, karena keluarga tidak mampu merawat,

benjolansemakin lama semakin membesar dan kadang-kadang pasien

mengeluh nyeri. Beberapa alasan yang lazim keluarga membawa pasien ke

rumah sakit yaitu benjolan semakin lama semakin membesar, keluarga

mengira itu kanker, sehingga memerlukan perawatan yang lebih intensif.

Soft tissue tumor umumnya dapat ditangani dengan tindakan bedah dan

keperawatan. Dalam penatalaksanaan keperawatan pada soft tissue tumor di

lakukan tindakan pembedahan kecil (exsici) (Sjamsuhidayat, 2018).

Biasanya dalam asuhan keperawatan soft tissue tumor dengan masalah yang

sering muncul adalah cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan

tentang penyakit, gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya

benjolan atau pembengkakan abnormal pada tubuh dan setelah operasi

masalah yang muncul adalahnyeri akut berhubungan dengan agen cedera

fisik (luka post operasi) dan resiko infeksi. Tumor adalah benjolan atau

pembengkakan abnormal dalam tubuh, tetapi dalam artian khusus tumor

adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma. Soft tissue tumor adalah

suatu kelompok tumor yang biasanya berasal dari jaringan ikat, dan ditandai

sebagai massa di anggota gerak, badan atau reptroperitoneum (Toy et al,

2016).
3

Penyebab pasti timbulnya soft tissue tumor ini belum jelas, namun banyak

faktor yang di duga berperan. Kondisi genetik 66%, paparan radiasi 1%,

infeksi 3 % dan trauma 30 % merupakan faktor resiko yang berhubungan

erat dengan terjadinya soft tissue tumor. Lokasi yang paling sering

ditemukan yaitu kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah, terutama daerah

paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher dan 30% di badan

dan retroperitoneum (Clevo, 2012).

Salah satu tumor jaringan lunak yang umumnya di temui adalah limpoma.

Limpoma adalah suatu tumor (benjolan) jinak yang berada di bawahkulit

yang terdiri dari lemak. Biasanya limpoma di jumpai pada usia lanjut (40-

60tahun), namun juga dapat di jumpai pada anak-anak. Karena

limpomamerupakan lemak, maka dapat muncul di manapun pada bagian

tubuh. Jenisyang paling sering adalah yang berada lebih pada permukaan

kulit. Biasa nyalimpoma berlokasi di kepala, leher, bahu, badan, punggung,

atau lengan. Jenis yang lain adalah yang letaknya lebih dalam dari kulit

seperti dalamotot, saraf, sendi, ataupun tendon (Clevo, 2012).

Benjolan ini menimbulkan rasa nyeri dan mengganggu pergerakan.

Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan benjolan adalah dengan

tindakan operasi pengangkatan lipoma. Operasi dapat di lakukan dengan

bius lokal, apabila jika dokter sudah benar-benar yakin bahwa benjolan

memang benar- benar lipoma yang tergolong dalam tumor jinak. Tujuan nya

di lakukan tindakan operasi untuk mengetahui jenis tumornya, apakah jinak


4

atau ganas. Untuk solusi soft tissue tumor harus segera kosultasi dengan

dokter sebelumtumor itu menjadi ganas (Toy et al, 2017).

Kasus-kasus soft tissue tumor bila diagnosis sudah ditegakkan, maka

penanganannya tergantung pada jenis tumor jaringan lunak itu sendiri. Bila

jinak, maka cukup hanya benjolannnya saja yang diangkat dan tidak ada

tindakan tambahan lainnya. Bila tumor jaringan lunak hasilnya ganas atau

kanker, maka pengobatannya bukan hanya tumornya saja yang diangkat,

namun juga dengan jaringan sekitarnya sampai bebas tumor menurut kaidah

yang telah ditentukan, tergantung dimana letak kanker ini. Tindakan

pengobatannya adalah berupa operasi eksisi luas (Toy et al, 2011)

Menurut Organisasi Kesehatan dunia (WHO), Soft Tissue Tumor merupakan

benjolan abnormal yang disebabkan oleh neoplasma. Menurut WHO pada

tahun 2020 angka penderita soft tissue tumor secara global, sekitar 14,1 juta

orang yang menderita soft tissue tumor. Dalam data WHO tahun 2020, Asia

Tenggara menyumbang 725.600 kasus (ACS, 2020). Di Indonesia,

prevalensi tumor mencapai 1,4 per 1000 penduduk. Prevalensi menurut

provinsi berkisar antara 4,1% di Jogjakarta, 2,1% jawa tengah, 2% bali,

Bengkulu dan DKI Jakarta masing-masing 1,9 per mil (Riskesdas, 2018).

Di Provinsi Lampung prevalensi tumor 1,6 %. Angaka penderita tumor di

provinsi Kalimantan selatan sekitar 6.262 kasus (Dinkes Lampung, 2020).

Angka kejadian Soft tissue tumor di RSD. A. Dadi Tjokrodipo Bandar

Lampung pada tahun 2021 sebanyak 11 kasus, sedangkan pada tahun 2022

sebanyak 18 kasus, dimana kasus Soft tissue tumor ini setiap tahuannya
5

selalu mengalami peningkatan. Untuk diruang E4 didapat data dengan kasus

soft tissue tumor dalam satu tahun terakhir dari bulan Januari 2023 sampai

bulan April 2023 sebanyak 39 orang yang mengalami berbagai kasus soft

tissue tumor. (RM RSD. A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung, 2023).

Jadi pasien soft tissue tumor semakin tahunsemakin meningkat, karena

masyarakat tidak menyadari tanda gejalatimbulnya tumor, dan masyarakat

sangat jarang untuk memeriksakankesehatan ke puskesmas atau pelayanan

kesehatan. Kasus yang saya ambil untuk Karya Tulis Ilmiah ini dengan

pasiensoft tissue tumor frontalis di RSD. A. Dadi Tjokrodipo Bandar

Lampung.

Salah satu gejala khas dari kasus pasien soft tissue tumor adalah nyeri.

Dalam pentalaksanaan nyeri itu sendiri dapat menggunakan dengan terapi

aromaterapi, salah satunya adalah aromaterapi pappermint oil. Aromaterapi

Pappermint oil adalah terapi pelengkap berupa latihan teknik relaksasi

pernapasan. Dasar pemikiran di balik teori relaksasi pernapasan aromaterapi

pappermint oil untuk menghilangkan rasa sakit adalah teori kontrol gerbang

dalam fisiologi sistem saraf otonom. Pernapasan dalam memberi individu

kontrol diri dan membawa pengasuh dan klien lebih dekat ke hubungan

terapeutik ketika ketidaknyamanan, kecemasan, dan stres fisik dan

emosional menyebabkan peningkatan rasa sakit. Aromaterapi pappermint

oil memengaruhi seseorang pada tingkat emosional dan fisik. Aromaterapi

pappermint oil dapat membantu meredakan nyeri, mengurangi kecemasan,

memperlambat tekanan darah, detak jantung dan laju metabolisme, serta

mengobati insomnia (Handayani, 2019).


6

Aromaterapi mengunakan esensi minyak pappermint oil merupakan salah

satu yang paling aman serta mempunyai daya antivitus, anti jamur,

antiseptik yang kuat dan dapat memberikan efek meringankan nyeri.

Penelitian yang dilakukan haniyah dan sestyawati (2018) sebelumnya juga

memperoleh hasil bahwa aromaterapi pappermint oil dapat meringankan

nyeri pada pasien post SC, hasil yang diperoleh terdapat penurunan nyeri

sebelum (mean: 6.81) dan sesudah (mean: 5.72) diberikan implementasi

pappermint oil. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada ibu post

partum, perawat harus mengembangkan keterampilan dan kiat keperawatan,

salah satunya harus kemampuan mengintegrasikan model konseptual

khususnya dalam asuhan persalinan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Marzouk, et al (2018) yang menunjukkan bahwa kombinasi dari efek

pappermint oil dengan analgesik, sedatif, dan antikonvulsan dapat

mengurangi nyeri efek anestesi lokal. Pendapat ini juga didukung oleh

Sharma (2019) yang menyatakan bahwa pappermint oil bersifat analgesik;

untuk nyeri kepala, nyeri otot, bersifat antibakterial, antifungal,

antiinflamasi, antiseptik, dan penenang. Sejauh ini tidak ada kontraindikasi

yang diketahui dan tidak terdapat iritasi jika digunakan pada kulit dan juga

tidak mengiritasi mukosa. Bahwa mencium pappermint oil maka akan

meningkatkan gelombang-gelombang alpha didalam otak dan membantu

untuk merasa rileks. Minyak pappermint oil dengan kandungan linalool-nya

adalah salah satu minyak aromaterapi yang banyak digunakan saat ini, baik

secara inhalasi (dihirup) ataupun dengan teknik pemijatan pada kulit.


7

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk menerapkan inovasi

untuk mengatasi tingkat nyeri Post op soft tissu tumor dengan judul

“Penerapan Aroma Therapi Pappermint Oil Dengan Masalah Nyeri

Post Op Pada Pasien Soft Tissu Tumor (STT) Di Ruang E4 RSD. A.

Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan dalam Asuhan Keperawatan ini adalah “Bagaimana Penerapan

Aroma Therapi Pappermint oil Dengan Masalah Nyeri Post Op Pada Pasien

Soft Tissu Tumor (STT) Di Ruang E4 RSD. A. Dadi Tjokrodipo Bandar

Lampung”?.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Melakukan Penerapan Aroma Therapi Pappermint oil Dengan Masalah

Nyeri Post Op Pada Pasien Soft Tissu Tumor (STT) Di Ruang E4

RSD. A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan Pengkajian Asuhan Keperawatan Dengan Penerapan

Aroma Therapi Pappermint oil Dengan Masalah Nyeri Post Op

Pada Pasien Soft Tissu Tumor (STT) Di Ruang E4 RSD. A. Dadi

Tjokrodipo Bandar Lampung

b. Melakukan Diagnosis Asuhan Keperawatan Dengan Penerapan

Aroma Therapi Pappermint oil Dengan Masalah Nyeri Post Op


8

Pada Pasien Soft Tissu Tumor (STT) Di Ruang E4 RSD. A. Dadi

Tjokrodipo Bandar Lampung

c. Melakukan Intervensi Asuhan Keperawatan Dengan Penerapan

Aroma Therapi Pappermint oil Dengan Masalah Nyeri Post Op

Pada Pasien Soft Tissu Tumor (STT) Di Ruang E4 RSD. A. Dadi

Tjokrodipo Bandar Lampung

d. Melakukan Tindakan implementasi Asuhan Keperawatan Dengan

Penerapan Aroma Therapi Pappermint oil Dengan Masalah Nyeri

Post Op Pada Pasien Soft Tissu Tumor (STT) Di Ruang E4 RSD.

A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung

e. Melakukan Evaluasi Asuhan Keperawatan Dengan Penerapan

Aroma Therapi Pappermint oil Dengan Masalah Nyeri Post Op

Pada Pasien Soft Tissu Tumor (STT) Di Ruang E4 RSD. A. Dadi

Tjokrodipo Bandar Lampung

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Untuk memberikan informasi mengenai bagaimana cara melakukan

tindakan Terapi Penerapan Penerapan Aroma Therapi Pappermint oil

Dengan Masalah Nyeri Post Op Pada Pasien Soft Tissu Tumor (STT)

dan dapat menambah derajat kualitas hidup bagi pasien.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil dari penulisan asuhan keperawatan penyakit dalam ini diharap

kan nantinya dapat menjadi bahan bacaan bagi peneliti selanjutnya


9

dan dapat menjadi acuan untuk melakukan penelitian dengan

masalah Nyeri Post Op Pada Pasien Soft Tissu Tumor (STT) dengan

menggunakan terapi non farmakologi lainnya.

b. Bagi pasien

Asuhan keperawatan ini diharapkan dapat dijadikan informasi dasar

untuk dan dijadikan bahan acuan agar pasien dapat melakukan

Terapi Aroma Therapi Pappermint oil Dengan Masalah Nyeri Post

Op Pada Pasien Soft Tissu Tumor (STT) dan dapat melakukan

perawatan secara mandiri di rumah.


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Nyeri

2.1.1. Pengertian

Nyeri merupakan bentuk ketidaknyamanan, yang di definisikan dalam

berbagai perspektif. Asosiasi internasional untuk penelitian nyeri

(Internasional Association for the Study of Pain, IASP, 1979)

mendefinisikan nyeri adalah suatu sensori subjektif dan pengalaman

emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan

jaringan yang aktual, potensial, atau yang dirasakan dalam kejadian-

kejadian saat terjadi kerusakan (Marly, 2014).

Nyeri merupakan rasa indrawi yang tidak menyenangkan, menyebabkan

rasa ketidaknyamanan yang ditimbulkan dari klinik seperti agen cidera

biologis, iflamasi, peradangan serta benda (Suwondo, 2017)

Nyeri adalah keadaan ketidaknyamanan sensasi yang sangat bersifat

subyektif sehingga tidak dapat disamakan tiap individu dengan individu

lainya. Nyeri adalah alasan utama seseorang mencari pertolongan

kesehatan.

2.1.2. Fisiologi nyeri

Fast pain dicetuskan oleh reseptor tipe mekanis atau thermal (yaitu

serabut saraf A-Delta), sedangkan Slow pain (nyeri lambat) biasanya

dicetuskan oleh serabut saraf C. Serabut saraf A-Delta mempunyai

karakteristik menghantarkan nyeri dengan cepat serta bermielinasi, dan


11

serabut saraf C yang tidak bermielinasi, berukuran sangat kecil dan

bersifat lambat dalam menghantarkan nyeri (Suwondo, 2017)

2.1.3. Klasifikasi Nyeri

(Suwondo, 2017) berpendapat bahwa nyeri dapat diklasifikasikan

berdasarkan durasinya dibedakan menjadi nyeri akut dan nyeri kronik.

1) Nyeri akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit,

atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan

intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) dan berlangsung

untuk waktu singkat (kurang dari 6 bulan). Nyeri akut terkadang

disertai oleh aktivasi system saraf simpatis yang akan memperlihatkan

gejala-gejala seperti: peningkatan tekanan darah, peningkatan

respirasi, peningkatan denyut jantung, dan dilatasi pupil. Klien yang

mengalami nyeri akut akan memperlihatkan respon emosi dan

perilaku seperti menangis, mengerang kesakitan, mengerutkan wajah

atau menyeringai. Klien akan melaporkan secara verbal adanya

ketidaknyamanan berkaitan dengan nyeri yang dirasakan (Suwondo,

2017).

2) Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang menetap sepanjang suatu

periode waktu. Nyeri kronik berlangsung lama, intensitas yang

bervariasi, dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan. Nyeri kronik

dapat dirasakan klien hampir setiap harinya dalam suatu periode yang
12

panjang (beberapa bulan bahkan tahun), akan tetapi nyeri kronik juga

mempunyai probabilitas yang tinggi untuk berakhir (Suwondo, 2017).

3) Rangsang noksius

Rangsangan yang menyebabkan kerusakan atau berpotensi merusak

integritas jaringan (Suwondo, 2017)

4) Nosisepsi

Adalah proses dimulai dari aktifasi nosiseptor hinga persepsi adanya

rangsangan noksiuas (Suwondo, 2017)

5) Prilaku nyeri

Adalah prilaku yang membuat pengamat yang menyimpulkan bahwa

sessorang dengan mengalami nyeri (Suwondo, 2017)

2.1.4. Derajat Nyeri

Menurut (Suwondo, 2017) karakteristik yang paling subyektif pada nyeri

adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien sering kali

diminta untuk mendeskrisikan nyeri sebagai nyeri ringan, sedang atau

berat. Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan

yang lebih obyektif.

Gambar 2.2.

Skala Intensitas Nyeri Numeric 0-10 (Suwondo, 2017)

Gambar 2.3. Skala intensitas dengan gambar wajah


13

keterangan :

0 :tidak nyeri

1-3 :nyeri ringan: hilang tanpa pengobatan, tidak

mengggangu aktivitas sehari-hari.

4-6 :Nyeri sedang: nyeri perut bagian bawah, menggangu

aktivitas, membutuhkan obat untuk mengurangi nyerinya.

7-9 :nyeri berat: nyeri disetai pusing, sakit kepala berat, muntah,

diare, sangat mengganggu aktifitas.

10 :nyeri tidak tertahankan: menangis, meringis, gelisah,

menghindari percakapan dan kontak social, sesak nafas,

immobilisasi, mengigit bibir, penurunan kesadaran.

2.1.5. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Nyeri

1) Usia

Usia merupakan variabel yang sangat penting dan dapat

mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak dan lansia. Perbedaan

perkembangan yang ditemukan perbedaan diantara kelompok usia

inidapat mempengaruhi bagaimana anak dan lansia bereaksi terhadap

nyeri. Rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi

tiga tahap, yaitu remaja awal (11-24 tahun), remaja menengah (15-17

tahun), dan remaja akhir (18-21 tahun).

2) Jenis kelamin

Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam

respon terhadap nyeri. Diragukan apakah hanya jenis kelamin saja

yang merupakan suatu faktor dalam mengekspresikannyeri. Toleransi


14

nyeri sejak lama telah menjadi subyek penelititan yang melibatkan pria

dan wanita, akan tetapi toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh

faktorfaktor biokimia dan merupakan hal yang unik pada setiap

individu tanpa memperhatikan jenis kelamin.

3) Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu

mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa

yang diterima oleh kebudayaan mereka menyatakan bahwa sosialisasi

budaya menentukan perilaku psikologis seseorang. Dengan demikian,

hal ini dapat mempengaruhi pengeluaran fisiologis seperti endogen dan

terjadilah persepsi di nyeri.

4) Makna Nyeri

Pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal

ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya individu

tersebut. Individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-

beda apabila nyeri tersebut memberikan kesan ancaman, suatu

kehilangan, hukuman dan tantangan. Misalnya seseorang wanita

melahirkan akan mempersepsikan nyeri, akibat cedera karena pukulan

pasangannya. Derajat dan kualitas nyeri yang dipersepsikan nyeri klien

berhubungan dengan makna nyeri.

5) Perhatian

Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat

sedangkan upaya pengalihan dihubungkan dengan respon nyeri yang

menurun. Dengan memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien pada


15

stimulus yang lain, maka perawat menempatkan nyeri pada kesadaran

yang perifer. Biasanya hal ini menyebabkan toleransi nyeri individu

meningkat, khususnya terhadap nyeri yang berlangsung hanya selama

waktu pengalihan.

6) Ansietas

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas

seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat

menimbulkan suatu perasaan ansietas. Pola bangkitan otonom adalah

sama dalam nyeri dan ansietas. Stimulus nyeri mengaktifkan bagian

sistim limbik dapat memproses reaksi emosi seseorang, khususnya

ansietas. Sistem limbik dapat memproses reaksi emosi seseorang

terhadap nyeri, yakni memperburuk atau menghilangkan nyeri.

7) Keletihan

Keletihan meningkatkan persepsi nyeri, rasa kelelahan menyebabkan

sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping.

Hal ini dapat menjadi masalah umum pada setiap individu yang

menderita penyakit dalam jangka waktu yang lama. Apabila keletihan

disertai kesulitan tidur, maka persepsi nyeri terasa lebih berat dan jika

mengalami suatu proses periode tidur baik maka nyeri berkurang.

8) Pengalaman sebelumnya

Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu akan

menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang.

Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian episode

nyeri tanpa pernah sembuh maka rasa takut akan muncul, dan juga
16

sebaliknya. Akibatnya klien akan lebih siap untuk melakukantindakan-

tindakanyangdiperlukan untuk menghilangkan nyeri.

9) Gaya koping

Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat

merasa kesepian, gaya koping mempengaruhi untuk mengatasi nyeri.

10) Dukungan Keluarga dan Sosial

Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri adalah

kehadiran orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka

terhadap klien. Walaupun nyeri dirasakan, kehadiran orang yang

bermakna bagi pasien akan meminimalkan kesepian dan ketakutan.

Apabila tidak ada keluarga atau teman, seringkali pengalaman nyeri

membuat klien semakin tertekan, sebaliknya tersedianya seseorang

yang memberi dukungan sangatlah berguna karena akan membuat

seseorang merasa lebih nyaman, kehadiran orang tua sangat penting

bagi anak-anak yang mengalami nyeri (Suwondo, 2017)

2.1.6. Bagan Terjadinya Nyeri

Transduksi stimulus (kerusakan


jaringan syaraf sensori)

Trasnmisi melalui: serabut syaraf


mielin A serabut saraf tidak mielin C

Nyeri timbul dari kemampuan sistem saraf


Kornudorsalis medula spinalis untuk mengubah stimuli rangsangan menjadi
talamus, korteks serebri potensial aksi ke CNS
17

Persespsi diskriminasi nyeri setelah


mengalami medulasi sepanjang CNS Rangsangan dari luar mekanik, suhu,
dan PNS kimiawi,

2.1.7. Penanganan Nyeri

1) Tindakan farmakologis

Pedoman yang dibuat WHO mengkombinasikan dalam sistem

pengggunaan obat-obatan analgesic dan obat-obatan adjuvan yang efektif

untuk mengontrol nyeri. Obat-obatan adjuvan adalah obat-obatan yang

digunakan bertujuan untuk meningkatkan kemanjuran dari obat opiat,

menghilangkan gejala-gejala yang timbul bersamaan dengan serangan

nyeri yang bertindakan sebagai analgesik pada tipe nyeri tertentu

(Suwondo, 2017) Terdapat tiga macam obat-obatan untuk mengontrol

nyeri yaitu :

a) Analgesik non-narkotik (analgesik non-opiat)

Sering digunakan untuk berbagai keadaan yang mengakibatkan

nyeri seperti trauma, pembedahan atau kanker (Suwondo, 2017)

b) Analgesik narkotik ( analgesik opiat)

Opiat bekerja dengan mengikat reseptor opiat pada neuron efferent,

sehingga implus nyeri akan terhenti pada spinal cord dan tidak

ditransmisikan konteks. Biasanya diresepkan untuk nyeri sedang

sampai berat.

c) Analgesik adjuvant (obat tambahan)


18

Adjuvant, seperti sedative, anticemas, dan relaksan otot

meningkatkan nyeri atau menghilangkan gejala lain yang terkait

dengan nyeri, seperti depresi dan mual.

2) Tindakan non-farmakologi

a) Bimbingan antisipasi

Bimibingan antisipasi hendaknya memberikan informasi yang jujur

pada klien, jangan mengatakan pada klien bahwa dia tidak akan

merasakan nyeri. Pengetahuan tentang nyeri membantu klien

mengontrol rasa cemas dan secara kognitif memperoleh penanganan

nyeri dalam tingkat tertentu.

b) Distraksi

Distraksi adalah suatu tindakan pengalihan perhatian ke halhal lain

diluar nyeri, yang dengan demikian diharapkan dapat menurunkan

kewaspadaan pasien terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi

terhadap nyeri, menyanyi, berdoa, menceritakan gambar atau

fotodengan kertas, mendengarkan musik dan bermain satu

permainan dan terapi relaksasi nafas dalam.

c) Imajinasi terbimbing

Imajinasi terbimbing dapat dilakukan bersamaan dengan tehnik

relaksasi atau merupakan tindakan terpisah. Imajinasi terbimbing

adalah upaya untuk menciptakan kesan dalam pikiran klien,

kemudian berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga secara

bertahap dapat menurunkan persepsi klien terhadap nyeri (Suwondo,

2017)
19

d) Relaksasi

Relaksasi adalah suatu tindakan untuk “membebaskan” mental dan

fisik dari ketegangan dan stress, sehingga dapat menigkatkan

toleransi terhadap nyeri.

e) Biofeedback

Merupakan metode elektronik yang mengukur respon fisiologi,

seperti gelombang pada otak, kontraksi otot, atau temperatur kulit

kemudian “mengembalikan” memberikan informasi tersebut kepada

klien. Kebanyakan alat biofeeedback terdiri dari beberapa elektroda

yang ditempatkan pada kulit dan sebuah unit emplifer yang

mentranformasikan data berupa tanda visual seperti lampu yang

berwarna. Klien kemudian mengenal tanda tersebut sebagai respon

stress dan menggantikannya dengan respon relaksasi.

f) Mengurangi persepsi nyeri

Salah satu cara sederhana untuk meningkatkan rasa nyaman ialah

membuang atau mencegah stimulus nyeri. Hal ini penting untuk

klien yang imobilisasi atau tidak mampu merasakan sensasi

ketidaknyamanan (Suwondo, 2017)

g) Stimulus kutaneus

Stimulus kutaneus adalah stimulasi kulit yang dilakukan untuk

menghilangkan nyeri. Stimulasi kutaneus akan merangsang serabut-

serabut saraf perifer untuk mengirimkan implus melalui dorsal horn

pada medulla spinalis, saat implus yang dibawa oleh serabut A-beta

mendominasi maka mekanisme gerbang akan menutup sehingga


20

implus nyeri tidak dihantarkan ke otak. Contoh dari tindakan

stimulasi kutaneus adalah : massage, mandir air hangat/sauna,

kompres air dingin atau panas, pijatan dengan menthol, atau TENS

(Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation).

3) Pembedahan

Tindakan invasife dapat diindikasikan pada klien dengan nyeri

kanker kronis atau dalam beberapa kasus nyeri benign krosnis.

Contoh pembedahan : codiotomy, neurectomy, symphatectomy, dan

rhizotomy (Suwondo, 2017).

2.2. Soft Tissue Tumor (STT)

2.2.1. Pengertian

Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh,

tetapi dalam artian khusus tumor adalah benjolan yang disebabkan

oleh neoplasma (Sjamsuhidayat, 2010). Soft Tissue Tumor (STT)

adalah benjolan atau pembengkakan abnormal yang disebabkan oleh

neoplasma dan nonneoplasma. Soft Tissue Tumor (STT) adalah

pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel-selnya tidak

tumbuh seperti kanker (Clevo, 2012).

Soft tissue tumor adalah suatu kelompok tumor yang biasanya

berasal dari jaringan ikat, dan ditandai sebagai massa di anggota

gerak, badan atau reptroperitoneum (Toy et al, 2011).

Dapat disimpulkan, Soft tissue tumor (STT) merupakan suatu

benjolan atau pembengkakan abnormal yang disebabkan

pertumbuhan sel baru


21

2.2.2. Etiologi

a) Kondisi genetic

Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah

faktor predisposisi untuk beberapa tumor jaringan lunak, dalam

daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen memiliki peran

penting dalam diagnosis.

b) Radiasi

Mekanisme yang patogenic adalah munculnya mutasi gen

radiasi-induksi yang mendorong tranformasi neoplastic.

c) Infeksi

Infeksi virus Epstein-bar dalam orang yang kekebalannya

lemah juga akan meningkat kemungkinan tumor pembangunan

jaringan lunak.

d) Trauma

Hubungan trauma dan soft tissue tumor nampaknya kebetulan.

Trauma mungkin menarik perhatian medis ke praluka yang ada

(Muttaqin, 2018).

2.2.3. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung di mana letak

tumor atau benjolan tersebut berada. Awal mulanya gejala berupa

adanya benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya

sedikit penderita yang merasakan sakit yang biasanya terjadi akibat

pendarahan atau nekrosis dalam tumor dan bisa juga karena adanya

penekanan pada saraf-saraf tepi (Muttaqin, 2018).


22

Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat

membesar, bila di raba terasa lunak dan bila di gerakan relatif

masih mudah digerakan dari jaringan sekitarnya dan tidak pernah

menyebar ke tempat yang jauh (Muttaqin, 2018). Pada tahap awal,

STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan lunak

relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat bertambah besar,

mendorong jaringan normal. Kadang gejala pertama penderita

merasa nyeri atau bengkak (Muttaqin, 2018).

2.2.4. Patofisiologi

(Menurut Andri, 2015). Pada umumnya tumor-tumor jaringan

lunak (soft tissue tumor) adalah proliferasi masenkimal yang terjadi

di jaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh, tidak termasuk visera,

selaput otak, dan sistem limforetikuler. Dapat timbul di tempat

mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah,

terutama daerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan

leher dan 30% di badan dan retroperitoneum, parameter-parameter

yang penting untuk menentukan penatalaksanaan klinisnya adalah:

a) Ukuran makin besar massa tumor, makin buruk hasil akhirnya.

b) Klasifikasi histologi dan penentuan stadium (granding) yang

akurat (terutama di dasarkan pada derajat diferensiasinya), dan

perkiraan laju pertumbuhan yang didasarkan pada mitos dan

perluasan nekrosis.

c) Lokasi tumor. Makin superfisial, prognosis makin baik


23

2.2.5. Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Sjamsuhidajat, 2010). Beberapa pemeriksaan penunjang

antara lain:

a) Pemeriksaan X-ray

X-ray untuk membantu pemhaman lebih lanjut tentang tumor

jaringan lunak, transparasi serta hubungannya dengan tulang

yang berdekatan. Jika batasnya jelas, sering didiagnosa sebagai

tumor jinak, namun batas yang jelas tetapi melihat klasifikasi,

dapat didiagnosa sebagai tumor.

b) Pemeriksaan USG

Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, dan oleh karena itu

bisa untuk membedakan antara jinak atau ganas. Tumor ganas

jaringan lunak tubuh yang agak tidak jelas, gema samar-samar,

seperti sarkoma otot lurik, myosarcoma sinovial, sel tumor

mendalami sitologi aspirasi akupunktur.

c) CT scan

CT scan memiliki kerapatan resolusi dan resolusi special

karakter tumor jaringan lunak yang merupakan metode umum

untuk diagnosa tumor jaringan lunak dalam berapa tahun

terakhir.

d) Pemeriksaan MRI

Mendiagnosa tumor jaringan lunak dapat melengkapi

kekurangan dari x-ray dan CT scan, MRI dapat melihat

tampilan luar penampang berbagai tingkatan tumor dari semua


24

jangkauan, tumor jaringan lunak retroperitoneal, tumor

panggul, memperluas ke pinggul atau paha, tumor fossa

poplitea serta gambar yang lebih jelas dari tumor tulang atau

invasi sumsum tulang adalah untuk mendasarkan

pengembangan rencana pengobatan yang lebih baik.

e) Pemeriksaaan histology

1) Sitologi: sederhana, cepat, metode pemeriksaan patologis

yang akurat dioptimalkan untuk situasi berikut:

a. Ulserasi tumor jaringan lunak, pap smear atau metode

pengempulan untuk mendapatkan sel, pemeriksaan

mikroskopik

b. Sarcoma jaringan lunak yang disebabkan efusi pleura,

hanya untuk mengambil spesimen segara harus

dilakukan konsentrasi sedimentasi sentrifugal,

selanjutnya smear.

c. Tusukan smear cocok untuk tumor yang lebih besar,

dan tumor yang mendalam yang ditunjukan untuk

radioterapi atau kemoterapi, metastasis dan lesi rekuren

juga berlaku

d. Forsep biopsi: jaringan ulserasi tumor lunak, sitologi

smear tidak dapat didiagnosa, dilkukan forsep biopsi.

e. Memotong biopsi: metode ini adalah kebanyakan untuk

operasi.
25

f. Biopsi Eksisi: berlaku untuk tumor kecil jaringan

lunak, bersama dengan bagian dari jaringan normal di

sekitar tumor reseksi seluruh tumor untuk pemeriksaan

histologis.

2.2.6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan menurut Manuaba (2010) menjelaskan bahwa:

a) Penatalaksanaan Medik

1) Bedah

Mungkin cara ini sangat berisiko. Akan tetpi, para ahli

bedah mencapai angka keberhasilan yang sangat

memuaskan. Tindakan bedah ini bertujuan untuk

mengangkat tumor atau benjolan tersebut.

2) Kemoterapi

Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan

menggunakan zat kimia untuk menghambat pertumbuhan

kerja sel tumor. Pada saat sekaranga, sebagian besar

penyakit yang berhubungan dengan tumor dan kanker

dirawat dengan cara kemoterapi ini.

3) Terapi radiasi

Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi

yang bersumber dari radioaktif. Kadang radiasi yang

diterima merupakan terapi tunggal. Tetapi terkadang

dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi bedah.


26

2.2.7. Penatalaksanaan Keperawatan

a) Perhatikan kebersihan luka pada pasien.

b) Perawatan luka pada pasien.

c) Amati ada atau tidak komplikasi atau potensial yang terjadi

setelah dilakukan operasi (Manuaba, 2010)

2.2.8. Komplikasi

Tumor jinak bisa berubah menjadi tumor ganas/kanker, penyebaran

atau metastase kanker ini paling sering melalui pembuluh darah ke

paru-paru ke liver,dan tulang. Jarang menyebar melalui kelenjar

getah bening (Muttaqin, 2018).

2.3. Aroma Terapi

2.3.1. Pengertian

Aroma terapi adalah therapy yang menggunakan kekuatan/kemampuan

bau-bauan yang proses kerjanya melalui hidung diteruskan kepusat

memori manusia, dari pusat memori tersebut memberi perintah pada

partikel aroma terapi tersebut untuk melaksanakan tugasnya pada

area/daerah yang membantu kemampuan partikel tersebut menyembuhkan

fisik, emosi dan sekaligus pikiran (Koensoemardiyah, 2014).

Aroma terapi merupakan sistem penyembuhan yang melibatkan

pemakaian minyak asiri murni Minyak asiri yang dikandungnya disuling

dari berbagai tanaman, bunga tumbuhan maupun pohon, masing-masing

bagian mengandung sifat terapi yang berlainan (Koensoemardiyah, 2014).


27

2.3.2. Pappermint

Tanaman pappermint merupakan perdu berdaun aromatis sehingga sering

dibuat sebagai seduhan. di indonesia tanaman ini tidak dapat tumbuh

dengan baik karena merupakan tumbuhan subtropis. Minyak atsirinya

dengan menyuling daunnya. Baunya panas dan pedas, beraroma tanaman.

Minyak atsiri daun pappermint dalam obat gosok dapat membuat otot-oto

perut menjadi relaks sehingga menolong digesti makanan yang berat, perut

kejang, juga meringankan sakit perut khusus. Minyak papermint ini

bersifat menghangatkan juga bisa digunakan sebagai campuran obat gosok

untuk meringankan nyeri sendi, kejang otot, dan artritis. Beberapa infeksi

jamur, bakteri, dan virus dapat dihiolangkan dengannya. Bila uap minyak

ini dihirup, atau digosokkan didada maka akan meringankan derita akibat

hidung yang mampat atau sesak nafas (Koensoemardiyah, 2014).

2.3.3. Fungsi

Beberapa fungsi dari pappermint oil adalah sebagai berikut:

1) Mengurangi Mual

Sebuah studi medis menemukan minyak pappermint mampu

mengurangi mual yang disebabkan oleh kemoterapi. Tambahkan

setetes minyak pappermint ke air atau gosokkan 1-2 tetes di belakang

telinga, atau difusikan untuk mengurangi rasa mual.

2) Meredakan Nyeri

Minyak esensial pappermint sangat efektif sebagai obat penghilang

rasa sakit alami dan relaksan otot. Pappermint sangat membantu


28

dalam meringankan sakit punggung, sakit otot, dan sakit kepala akibat

ketegangan. Sebuah studi menunjukkan pappermint oil yang dioleskan

mampu meredakan nyeri yang terkait dengan fibromyalgia dan

myofascial pain syndrome. Studi ini menemukan resep yang terdiri

dari pappermint oil, eucalyptus, mentol, dan capsaicin mungkin dapat

membantu.

3) Merawat Sinus

Menghirup pappermint oil yang didifusikan dapat melegakan sinus

dan menawarkan bantuan untuk tenggorokan gatal. Pappermint

bertindak sebagai ekspektoran dan mampu meredakan pilek, batuk,

sinusitis, asma, dan bronchitis.

4) Terapi Sendi

Ketika sendi terasa pegal, mengoleskan pappermint oil murni yang

dicampur dengan pappermint oil oil dapat mendinginkan otot seperti

mandi es, tapi membantu Anda tetap hangat dan kering.

5) Mengurangi Nafsu Makan

Menghirup minyak esensial pappermint dapat mencegah keinginan

mengemil dan membantu Anda merasa kenyang lebih cepat. Jika

Anda tidak memiliki diffuser, cobalah mengoleskan beberapa tetes di

pelipis atau dada, atau mengambil beberapa hirupan mendalam dari

botol.

6) Meningkatkan Vitalitas

Sebagai alternatif dari minuman energi, ambil beberapa hirupan

pappermint oil. Aroma pappermint oil akan meningkatkan vitalitas


29

selama Anda melakukan aktivitas harian. Bagi mereka yang

mengalami sindrom kelelahan kronis, minyak pappermint efektif

meningkatkan fokus dan konsentrasi.

7) Campuran Shampo

Tambahkan 2-3 tetes pappermint essential oil pada shampo dan

kondisioner untuk merangsang kulit kepala dan memberi energi pada

pikiran. Karena merupakan antiseptik kuat, pappermint juga

membantu menghilangkan ketombe dan kutu rambut.

8) Meringankan Alergi

Minyak pappermint sangat efektif merelaksasi otot-otot di bagian

hidung dan membantu membersihkan kotoran serta serbuk sari selama

musim alergi. Mendifusikan pappermint bersama dengan clove oil dan

eucalyptus oil juga dapat mengurangi gejala alergi.

9) Membantu Penderita ADHD

Percikkan pappermint oil di baju anak sebelum waktu belajar atau beri

setetes pappermint oil di lidah atau di bawah hidungnya untuk

meningkatkan konsentrasi dan kewaspadaan.

10) Anti Gatal

Apakah Anda sedang berjuang melawan ruam atau rasa gatal lainnya.

Oleskan minyak pappermint yang dicampur dengan minyak

pappermint oil untuk mendinginkan dan meringankan gatal apapun.

11) Mengurangi Demam

Karena efek pendinginan yang dimilikinya, pappermint oil cocok

digunakan sebagai pengobatan alami untuk menurunkan demam


30

terutama pada anak-anak. Campurkan pappermint oil dengan minyak

kelapa dan oleskan pada leher anak dan di bagian bawah kaki untuk

membantu menurunkan demam.

12) Pengusir Serangga Alami

Kutu bukan satu-satunya serangga yang membenci minyak

pappermint. Bahkan semut, laba-laba, kecoa, nyamuk, dan tikus tidak

suka aroma peppermint.

13) Kesehatan Kulit

Minyak pappermint memiliki efek menenangkan pada peradangan

kulit. Anda dapat mencampur minyak pappermint ke dalam lip balm

dan body lotion untuk sensasi pendinginan yang kuat. Mengoleskan

campuran minyak esensial pappermint dan pappermint oil dapat

meringankan eksim dan psoriasis.

14) Merawat Jerawat

Menurut penelitian medis, salah satu manfaat terbesar pappermint oil

adalah untuk perawatan wajah berkat sifat anti-mikroba yang

dimilikinya sehingga sangat baik membantu menyembuhkan jerawat

secara alami.

15) Menyembuhkan Sakit Kepala

Pappermint oil memiliki kemampuan meningkatkan sirkulasi darah,

menyembuhkan masalah usus dan mengendurkan otot yang tegang.

Semua kondisi ini menyebabkan sakit kepala atau migrain sehingga

membuat pappermint oil menjadi pengobatan alami yang sangat baik.

Sebuah studi dari para peneliti di Neurological Clinic di University of


31

Kiel, Jerman, menemukan kombinasi berbagai minyak, termasuk

minyak pappermint memiliki “efek analgesik signifikan dengan

menurunkan sensitivitas terhadap sakit kepala.” Oleskan pappermint

essential oil pada dahi dan pelipis untuk menghilangkan sakit kepala.

16) Menumbuhkan Rambut

Pappermint oil digunakan dalam banyak produk perawatan rambut

berkualitas tinggi karena secara alami dapat menebalkan dan

menyuburkan rambut. Cukup tambahkan sedikit pappermint oil pada

shampoo untuk membantu menghentikan rambut rontok.

17) Meringankan Sunburn

Minyak pappermint dapat melembabkan kulit terbakar dan

mengurangi rasa sakit akibat sunburn (kulit terbakar matahari). Anda

dapat mencampur minyak pappermint dengan sedikit minyak kelapa

dan mengoleskannya langsung ke daerah yang terkena.

18) Pengobatan IBS

Pappermint oil yang diambil secara internal dalam bentuk kapsul telah

terbukti efektif mengobati IBS (irritable bowel syndrome). Satu studi

menemukan penurunan 50% dalam gejala IBS pada 75% pasien yang

menggunakannya.

19) Meringankan Kembung dan Gangguan Pencernaan

Minyak pappermint dikenal sebagai alternatif alami untuk obat-obatan

seperti buscopan untuk mengurangi kejang usus besar. Pappermint

bekerja dengan merelaksasi otot-otot usus, sehingga juga mengurangi


32

kembung dan gas. Cobalah minum teh pappermint atau menambahkan

1 tetes minyak pappermint ke air minum dan minum sebelum makan.

20) Menyegarkan Nafas dan Mengurangi Gigi Berlubang

Selama lebih dari 1.000 tahun, pappermint telah digunakan untuk

menyegarkan nafas secara alami. Menurut penelitian, pappermint oil

lebih efektif dibandingkan obat kumur kimia chlorhexidine dalam

mengurangi gigi berlubang. Anda dapat membuat pasta gigi dan

pencuci mulut buatan sendiri, atau meneteskan setetes pappermint di

bawah lidah yang diikuti minum segelas air untuk menyegarkan napas.

21) Manfaat untuk Pernapasan

Pappermint essential oil memiliki kemampuan membuka saluran udara

dan bertindak sebagai decongestant. Campurkan pappermint oil

dengan minyak kelapa dan eucalyptus essential oil untuk membuat

obat gosok untuk mengurangi gejala asma dan bronkitis.

22) Kolik

Penelitian medis menemukan bahwa menggunakan minyak

pappermint sama efektifnya dengan obat Simethione untuk mengobati

kolik infantil, tanpa efek samping yang biasanya menyertai obat resep.

Minyak pappermint adalah bagian penting dari solusi alami untuk

kolik.

23) Menumbuhkan Gigi

Pappermint oil adalah solusi alami untuk menghilangkan rasa sakit

yang terkait dengan pertumbuhan gigi pada bayi. Campurkan


33

pappermint oil dengan minyak kelapa pada rasio 1:1 dan gosokkan

pada daerah gusi.

24) Menyeimbangkan Hormon dan Meredakan Gejala PCOS

Minyak pappermint mungkin memiliki efek menyeimbangkan hormon

dan menjadi terapi untuk sindrom ovarium polikistik atau polycystic

ovarian syndrome (PCOS).

25) Pengobatan Kanker

Penelitian klinis menunjukkan pappermint mengandung senyawa

menthol yang menghambat pertumbuhan kanker prostat. Penelitian

juga menemukan pappermint melindungi terhadap kerusakan DNA

akibat radiasi dan kematian sel.

2.3.4. Kandungan Pappermint Oil

Menurut Koensoemardiyah (2014), beberapa kandungan dari pappermint

oil adalah sebagai berikut:

Pappermint Oil mempunyai kandungan minyak essensial menthol dan

menthone. Dari semua species yang ada pappermint paling banyak

mengadung menthol (90%), yaitu sejenis fitokimia. Selain itu daun mint

juga mengandung flavonoid, phenolic acids, triterpenes, vitamin C dan

provitamin (precursor vitamin) A, mineral fosfor; besi; kalsium dan

potassium.

2.3.5 Aroma Terapi Pappermint

Aromaterapi adalah salah satu teknik pengobatan atau perawatan

menggunakan bau-bauan yang menggunakan minyak esensial aromaterapi.


34

Proses ekstraksi (penyulingan) minyak esensial ini secara umum dapat

dilakukan dengan tiga cara, yaitu penyulingan dengan dengan air

(direbus), penyulingan dengan air dan uap (dikukus), dan penyulingan

dengan uap (diuapkan) (Koensoemardiyah, 2014).

Pappermint memiliki sumber aroma dari daun mint yang memiliki

manfaat untuk mengatasi gangguan pencernaan, melawan kelelahan,

kecemasan, batuk serta influenza. Pada jaman sekarang juga biasa

digunakan untuk bahan pasta gigi,permen dan penyejuk. Pappermint

memliki banyak manfaat dan terbukti pada beberapa eksperimen yang

menggunakan pappermint sebagai sarana untuk menguji suatu hipotesis

yang terkait keadaan fisik maupun psikis seseorang (Koensoemardiyah,

2014).

2.3.6 Aplikasi Minyak Esensial

Menurut Koensoemardiyah (2014) aroma dan kelembutan minyak esensial

dapat mengatasi keluhan fisik dan psikis. Minyak esensial diserap oleh

tubuh melalui 2 cara yaitu :

a. Melalui indra penciuman

Yang paling sederhana adalah melalui indra penciuman, dengan

mencium aroma dari minyak esensial. Oleh sebab itu terapi ini disebut

aroma terapi. Indra penciuman yang merangsang daya ingat kita yang

bersifat emosional dengan memberikan reaksi fisik berupa tingkah

laku. Aroma yang sangat lembut dan menyenangkan dapat

membangkitkan semangat maupun perasaan tenang dan santai.


35

Akses lewat jalur nasal jelas merupakan cara yang paling cepat dan

efektif untuk pengobatan permasalan emosional seperti stres serta

depresi (dan juga beberapa tipe nyeri kepala). Hal ini terjadi karena

hidung mempunyai hubungan langsung dengan otak yang

bertanggung jawab dalam memicu efek minyak esensial tanpa

mempedulikan jalur yang dipakai untuk mencapai otak. Hidung

sendiri bukan organ pembau tetapi mengubah suhu serta kelembaban

udara yang dihirup dan mengumpulkan setiap benda asing yang

terhirup masuk bersama udara pernapasan.

Kalau minyak esensial dihirup, molekul-molekul atsiri dalam minyak

tersebut akan terbawa oleh arcs turbulen ke langit-langit hidung. Pada

langit-langit hidung terdapat bulu-bulu halus (silia) yang menjulur dari

sel-sel reseptor ke dalam saluran hidung. Kalau molekul minyak

terkunci pada bulu-buli ini, suatu pesan elektromagnetik (implus) akan

ditransmisikan lewat bulbul olfaktorius dan traktus olfaktorius ke

dalam sistem limbik.

b. Penyerapan Melalui Kulit

Pada saat kita membalurkan minyak esensial yang telah dicampur

dengan minyak dasar pada kulit kita, minyak tersebut akan diserap

oleh pori-pori dan diedarkan oleh pembuluh darah ke seluruh tubuh.

Proses penyerapan ini terjadi sekitar 20 menit.


36

2.3.7. Sarana

Sarana yang di gunakan pada umumnya adalah minyak atsiri murni

(essential oil). Karakteristik minyak ini adalah :

a. Dinamis (70% lebih konsentrasi).

b. Antiseptik (memiliki daya sebagai pembunuh kuman).

c. Rejuvenating (memiliki kemampuan untuk peremajaan kulit).

d. Memiliki kemampuan mengaktifkan kulit melalui pori—pori, dan

memiliki kemampuan mengaktifkan mental melalui hidung, ke otak dan

keseluruh tubuh (Koensoemardiyah, 2014).

Secara umum minyak atsiri murni (essentsial oil) memiliki sifat sebagai

berikut:

1. Mudah menguap , terutama yang sejenis citrus (jeruk, lemon)

2. Seditive = melelapkan

3. Soothing = menyejukan

4. Colming = menenangkan

5. Diuretic = melancarkan proses pencernaan

6. Stimuntan = melancarkan peredaran darah

7. Expectoran = melegakan pernafasan (Koensoemardiyah, 2014).

2.3.8. Metode

a. Siapkan Alat-Alat

b. Cuci tangan

c. Posisikan klien senyaman mungkin

d. Teteskan dua tetes minyak essential pada tissu atau sapu tangan
37

e. Letakan sapu tangan dengan jarak 10 cm dari dagu

f. Lakukan selama 20 menit dengan pola pernafasan normal

g. Lakukan setiap mengalami nyeri

h. Catat hasil Intervensi dilakukan selama 20 menit karena ketidakpekaan

reseptor penciuman setelah 20 menit dari inhalasi.

Menurut penelitian Diana (2015), pemberian pappermint oil untuk

meredakan nyeri dan diberikan selama 3 hari.

2.4. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah penerapan pemecahan masalah keperawatan

secara ilmiah yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah masalah,

merencanakan secara sistematis dan melaksanakannya secara mengevaluasi

hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (Wijaya & Putri, 2018).

1. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan

secara menyeluruh (Kristiyanasari, 2012). Menurut Wijaya & Putri

(2018) tahap pengkajian ada sebagai berrikut:

a) Identitas Klien yang meliputi: Nama, jenis kelamin, umur, alamat,

agama, suku, bangsa pendidikan, pekerjaan, tgl. MRS, diagnose

medis, no registrasi.

b) Keluhan Utama. Pada umumnya keluhan utama kasus Post op soft

tissu tumor adalah rasa nyeri. Unit memperoleh pengkajian yang

lengkap tentang rasa nyeri yang di gunakan:


38

1) Provoiking inciden: Apakah ada peristiwa yang menjadi factor

prepitasi nyeri.

2) Quality of pain: Seperti apa rasa nyeri yang diasakan pasien.

Apakah seperti terbakar, berdenyut/menusuk.

3) Region Radiation, relief: Apakah rasa sakit bisa reda, apakah

rasa sakit menjalar/menyebar dan dimana rasa sakit terjadi.

4) Saverity: Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan pasien, bias

berdasarkan skala nyeri/pasien menerangkan seberapa jauh rasa

sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.

5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah

buruk pada malam hari/siang hari

c) Riwayat Penyakit Sekarang

Tanggal mulai sakit, kapan terjadi keluhan apakah sehabis makan

atau sebelum makan, jenis makanan apa yang dimakan sebelumnya

(pedas, mencerna obat-obatan tertentu atau alkohol), apakah pasien

sekarang mengalami ansietas, stres, alergi, makan dan minum

terlalu banyak.

d) Riwayat Penyakit Dahulu

Apakah pasien pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya

atau kebiasaan pada pola makan klien yang tidak teratur.Adakah

riwayat penyakit lambung atau pembedahan lambung sebelumnya,

riwayat diet.
39

e) Riwayat Penyakit Keluarga

Apakah di dalam keluarga pernah ada yang menderita penyakit Post

op soft tissu tumor sebelumnya.

f) Pola fungsi kesehatan

1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Pada Post op soft tissu tumorakan mengalami perubahan /

gangguan pada personal hygiene, misalnya kebiasaan mandi,

ganti pakaian, BAB dan BAK.

2) Pola nutrisi dan metabolism

Pada Post op soft tissu tumorakan mengalami penurunan nafsu

makan, meskipun menu berubah misalnya makan di rumah gizi

tetap sama sedangkan di RS di sesuaikan dengan penyakit dan

diet pasien.

3) Pola Eliminasi

Kebiasaan miksi/defekasi sehari – hari tidak akan terganggu,

feses warna kuning dan konsistensi defekasi, pada miksi pasien

tidak mengalami gangguan.

4) Pola istirahat dan tidur

Kebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami gangguan yang

disebabkan oleh nyeri, misalnya nyeri ulu hati

5) Pola aktivitas dan latihan

Aktivitas dan latihan mengalami perubahan/gangguan akibat

dari nyeri yang di alami pasien sehingga kebutuhan klien perlu

dibantu oleh perawat.


40

6) Pola persepsi dan konsep diri

Pada pasien Post op soft tissu tumor tidak akan mengalami

gangguan persepsi dan konsep diri.

7) Pola sensori kognitif

Nyeri yang disebabkan oleh peradangan mukosa lambung

sedang pada pola kognitif atau cara berpikir pasien tidak

mengalami gangguan.

8) Pola penanggulangan stress

Perlu ditanyakan apakah membuat pasien menjadi stress dan

biasanya masalah di pendam sendiri / di rundingkan dengan

keluarga

9) Pola reproduksi seksual

Bila pasien sudah berkeluarga dan mempunyai anak, maka akan

mengalami pola seksual dan reproduksi, jika pasien belum

berkeluarga pasien tidak akan mengalami gangguan.

10) Pola nilai kepercayaan

Adanya kecemasan dan stress sebagai pertahanan dan pasien

meminta pelindunga / mendekatkan diri dengan Allah SWT

(Wijaya & Putri, 2018)

g) Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum: bagaimana keadaan pasien yang menyebabkan

dirawat. Dilakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi dan suhu.

Nadi dapat meningkat pada keadaan kesakitan pada perut.


41

2) Kepala dan leher, apakah pasien mengeluh sakit kepala,

penglihatan apakah ada masalah seperti kabur, penglihatan

ganda, pakai kacamata atau tidak, apakah pernah operasi mata.

Pendengaran apakah ada gangguan seperti nyeri, radang atau

berdengung. Hidung apakah ada polip, epitaksis, sinus dan

alergi. Tenggorokan dan mulut dilihat apakah ada caries, gigi

palsu, gangguan bicara, gangguan menelan, dan apakah ada

pembesaran kelenjar leher Sistem pernafasan, nilai frekuensi

nafas, kualitas, suara dan jalan nafas. Pada perkusi apakah ada

cairan atau massa, apakah ada ronchi, wheezing, krepitasi.

Apakah ditemukan clubbing finger.

3) Sistem pencernaan, turgor kulit elatis atau tidak, bibir lembab

atau tidak, mukosa adakah radang, warna kemerahan atau pucat.

Kaji abdomen pada ke empat kuadran, adakah yang nyeri,

auskultasi bising usus.

4) Sistem kardiovaskuler, observasi bentuk dada pasien, apakah

ada sianosis, capillary refill time, apakah tampak atau teraba

ictus cordis, pembesaran jantung, BJ I, BJ II, gallop, murmur.

5) Sistem persarafan, kaji bagaimana tingkat kesadaran, GCS,

adanya kejang, kelumpuhan, adakah gangguan dalam mengatur

gerak, reflex abnormal, kaji cranial nerves.

6) Sistem musculoskeletal, kaji adanya nyeri otot, reflex sendi,

kekuatan otot, atropi, range of motion


42

7) Sistem integumen, nilai warna, turgor, kelembaban dan kelainan

dari kulit.

8) Sistem reproduksi, pada wanita bagaimana mentruasinya,

apakah ada keputihan, apakah sudah menopause.

9) Sistem perkemihan, nilai frekuensi buang air kecil dan

jumlahnya, dan apakah ada keluhan saat buang air kecil

Pemeriksaan Diagnostik

10) Pemeriksaan darah

Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori

dalam darah.Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien

pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya

tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena

infeksi.Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia

yang terjadi akibat perdarahan lambung karena Post op soft tissu

tumor.

2. Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan

data tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang eleven untuk

membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan

keperawatan (Setiadi, 2012). Menurut Setiadi (2012) langkah – langkah

menganalisa data ada tiga yaitu :

a) Validasi data

Pada tahap ini perawat memvalidasi data yang ada secarra akurat

yang di lakukan bersama klien, keluarga, dan masyarakat. Validasi


43

ini dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan yang reflektif

kepada klien atau keluarga tentang kejelasan kondisi kesehatan

klien

b) Interpretasi Data

1) Menentukan kelebihan klien

Jika klien memenuhi standar kriteria kesehatan, perawat akan

menyimpulkan bahwa klien memiliki kelebihan dalam hal

tertentu dan kelebihan ini dapat di gunakan untuk membantu

menyelesaikan permasalahan klien.

2) Menentukan masalah klien

Jika klien tidak memenuhi standart kiteria kesehatan maka klien

tersebut mengalami keterbatasan dalam aspek kesehatannya dan

memerlukan pertolongan Menentukan masalah klien yang

pernah dialami, tahap ini perawat menentukan masalah potensial

klien

3) Penentuan keputusan

Tidak ada masalah tapi perlu peningkatan status dan fungsi

(kesejahteraan), tidak ada indikasi respon keperawatan,

meningkatnya status kesehatan dan adanya inisiatif pomosi

kesehatan.Selanjutnya masalah kemungkinan (possible

problem), pola mengumpulkan data untuk memastikan ada atau

tidaknya masalah yang diduga.Dilanjutkan masalah aktual atau

resiko atau sindrom, klien tidak mampu merawat karena klien


44

menolak masalah dan pengobatan.Terakhir yaitu masalah

kolaboratif konsultasikan dengan tenaga kesehatan professional.

4) Perumusan diagnosa keperawatan

Pada tahap ini perawat merumuskan diagnose sesuai dengan

kebutuhan klien. Pada keadaan tertentu perawat akan

menemukan diagnose dari hasil pengkajian sehingga sangat

perlu untuk memprioritaskan diagnose. Penentuan prioritas

tergantung dari status kesehatan dan masalah kesehatan pada

saat itu. Diagnosa prioritas adalah diagnosa keperawatan dan

masalah kolaboratif dimana sumber keperawatan akan di

arahkan untuk pencapaian tujuan. Penentuan prioritas diagnosa

bisa dengan membuat daftar diagnose keperawatan yang

ditemukan, dan kemudian menyusun diagnose prioritas masalah.

Untuk memudahkan dalam menentukan diagnosa pioritas

adalah:

a) Apabila diagnose menyangkut masalah yang mengancam

kehidupan seperti kehidupan seperti kerusakan hebat atau

menurunnya fungsi jantung atau menurunnya sirkulasi

oksigen atau menurunnya fungsi persyarafan.

b) Keadaan nyata atau potensial yang mengancam kesehatan

misalnya gangguan nutrisi.

c) Menyangkut pandangan atau pengetahuan klien tentang

kesehatan seperti kurangnya pengetahuan tentang nutrisi

atau pandangan yang berbeda terhadap nutrisi. Bisa juga


45

dalam melakukan prioritas dengan Hirarki “Maslow” yaitu

dengan membagi kebutuhan manusia dalam lima tahap

yaitu:

1) Fisiologis : respirasi, sirkulasi, suhu, nutrisi, nyeri,

cairan, perawatan kulit, mobilitas, dan eliminasi.

2) Rasa aman dan nyaman : lingkungan, kondisi tempat

tinggal, perlindungan, pakaian, bebas dri infeksi, dan

rasa takut.

3) Sosial : kasih sayang, seksualitas, afiliasi dalam

kelompok, hubungan antar manusia.

4) Harga diri : memndapatkan respek dari keluarga dan

perasaan menghargai diri sendiri

5) Aktualisasi diri : kepuasan terhadap lingkungan.

3. Diagnosa Keperawatan

Sebelum membuat diagnosa keperawatan maka data yang terkumpul

diidentifikasi untuk menentukan masalah melalui analisa data,

pengelompokkan data dan menentukan diagnosa keperawatan.Diagnosa

keperawatan adalah keputusan atau kesimpulan yang terjadi akibat dari

hasil pengkajian keperawatan.

Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien

dengan tumor abdomen antara lain :

Pre operasi

a) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

b) Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit


46

c) Kurang pengetahuan mengenai prognisis dan kebutuhan pengobatan

Post operasi

a) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan

dengan tindakan pembedahan.

b) Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat

tindakan operasi.

c) Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.

d) Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang

tidak adekuat.

e) Kerusakan intregitas kulit / jaringan berhubungan dengan insisi

bedah.

4. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


o Keperawatan
Pre Operasi
1 Ansietas/ Kemungkinan 1) Dorong klien untuk 1) Memberikan
cemas dibuktikan oleh: mengungkapkan kesempatan untuk
berhubungan peningkatan pikiran dan perasaan. memeriksa takut
dengan ketegangan, 2) Berikan lingkungan realistis serta
perubahan gelisah, terbuka dimana klien kesalahan konsep
status mengekspresikan merasa aman untuk tentang diagnosis.
kesehatan masalah mengenai mendiskusikan 2) Membantu klien
perubahan dalam perasaannya. untuk merasa
kejadian hidup. 3) Pertahankan kontak diterima pada
Hasil yang sesering mungkin adanya kondisi
diharapkan : dengan klien. tanpa perasaan
1) Menunjukkan 4) Bantu klien/keluarga dihakimi dan
rentang yang dalam mengenali meningkatkan rasa
tepat dari dan terhormat.
perasaan dan mengklasifikasikan 3) Memberikan
berkurangnya rasa takut untuk keyakinan bahwa
rasa takut memulai klien tidak sendiri
2) Tampak rileks mengembangkan atau ditolak.
dan melaporkan strategi koping. 4) Dukungan dan
ansietas 5) Berikan informasi konseling sesering
berkurang pada yang akurat diperlukan untuk
tingkat dapat memungkinkan
47

diatasi. individumengenal
3) Mendemonstras dan menghadapi
ikan rasa takut.
penggunaan 5) Dapat menurunkan
mekanisme ansietas
koping efektif
dan partisipasi
aktif dalam
pengaturan obat

2 Nyeri Kemungkinan 1) Tentukan riwayat 1) Informasi


berhubungan dibuktikan oleh: nyeri misalnya memberikan data
dengan proses keluhan nyeri, lokasi, durasi dan dasar untuk
penyakit respon autonomic skala. mengevaluasi
gelisah, perilaku 2) Berikan tindakan kebutuhan /
berhati-hati kenyaman dasar keefektifan
Hasil yang misal: massage intervensi.
diharapkan: punggung dan 2) Dapat
1) Melaporkan aktivitas hiburan meningkatkan
nyeri yang misalnya music. relaksasi
dirasakan 3) Dorong penggunaan 3) Memungkinkan
menurun atau keterampilan klien untuk
menghilang penggunaan berpartisipasi
2) Mengikuti keterampilan secara aktif
aturan manajement nyeri dalam
farmakologis misalnya relaksasi meningkatkan
yang ditentukan napas dalam. rasa control.
4) Kolaborasi 4) Analgetik dapat
pemberian analgetik menghambat
sesuai indikasi.+6 stimulus nyeri.
3 Resiko tinggi Seletah dilakukan 1) Kaji tingkat usus dan 1) Mengidentifikasi
terhadap diare asuhan pantau/ catat gerakan masalah misalnya
b/d koping keperawatan tidak usus termasuk misalnya diare,
yang tidak terjadi diare dengan frekuensi konstipasi.
adekuat kriteria hasil : konsistensi. 2) Dapat
1) Mempertahanka 2) Dorong masukan menurunkan
n pola defekasi cairan potensial
umum. adekuat(2000ml/jam terhadap
)dan peningkatan. konstipasi dengan
3) Berikan makan memperbaiki
sedikit tapi sering konsistensi feces
dengan makanan dan merangsang
rendah serat (bila peristaltic; dapat
tidak mencegah
dikontraindikasi) dehidrasi.
dan 3) Menurunkan
mempertahankan iritasi gaster,
kebutuhan protein penggunaan
karbohidrat. makanan rendah
4) Pastikan diet yang serat dapat
tepat hindari menurunkan
makanan tinggi iritabilitas dan
lemak. memberikan
48

5) Pantau pemeriksaan istirahat pada


laboratorium sesuai usus bila ada
indikasi. diare.
6) Pelunak feces, 4) StimulasiGI yang
laksatif, enema dapat
sesuai indikasi. meningkatkan
motilitas/frekuens
i defekasi.
5) Ketidakseimbang
an elektrolit
mungkin akibat
dari/pemberat
untuk mengubah
fungsi GI.
6) Penggunaan
prolaktif
mencegahkoplika
si lanjut pada
klien
4 Kurang Setelah dilakukan 1) Tinjau ulang dengan 1) Memvalidasi
pengetahuan asuhan klien/orang tedekat tingkatpemahama
b/d kurangnya keperawatan, pemahaman nsaat ini
informasi pasien paham, diagnose khusus, mengidentifikasi
dengan kriteria alternative kebutuhan belajar
hasil : pengobatan dan sifat dan memberiakan
1) Dapat harapan. dasar pengobatan
mengungkapka 2) Tentukan persepsi dimana klien
n informasi klien tentang kanker membuat
akurat tentang dan pengobatan keputusan
diagnose dan kanker. berdasarkan
aturan 3) Berikan informasi informasi.
pengobatan. akurat dan jelas 2) Membantu
dalam cara yang identifiokasi ide
nyata tetapi 3) Sikap, rasa takut,
sensitive. kesalahan
4) Tinjau ulang aturan konsepsi, dan
pengobatan khusus kesenjanagan
dan penggunaan obat pengetahaun
yang dijual bebas. tentang kanker.
5) Tinjau ulang dengan 4) Membantu
klien/orang terdekat penilaian
pentingnya diagnose kanker,
mempertahankan memberikan
status nutrisi informasi yang
optimal. diperlukan
6) Anjurkanmeningkatk selama waktu
an masukan cairan menyerapnya.
dan serta dalam diet 5) Meningkatkan
serta latihan teratur kemampuan
untuk mengatur
perwatan diri dan
menghindari
49

potensial,
komplikasi,
reaksi/interaksi
obat.
6) Meningkatkan
kesejateraan,
memudahkan
pemulihan dan
memumgkinkan
klien
mentoleransi
pengobatan.
7) Meperbaiki
konsistensi feces
dan merangsang
peristaltic
Post Operasi
Resiko tinggi Setelah dilakukan 1) Pantau tanda-tanda 1) Tanda-tanda awal
terhadap asuhan vital dengan sering. hemoragi usus
kekurangan keperawatan Periksa balutan luka dan pembentukan
volume cairan volume cairan dengan sering hematoma yang
berhubungan terpenuhi dengan selama 24 jam dapat
dengan kriteria hasil : pertama terhadap menyebabkan
tindakan 1) Mempertahanka tandatanda darah syok
pembedahan. n volume cairan merah terang dan hepovelemik
adekuat berlebihan. 2) Memberikan
2) Membrane 2) Palpasi nadi periver. informasi tentang
mukosa lembab Evaluasi pengisian volume sirkulasi
3) Turgor kulit kapiler turgor kulit, umum dan
lembab dan status membrane tingkat hidrasi.
4) Pengisian mukosa. 3) Edema dapat
kapiler baik 3) Perhatikan adanya terjadi Karena
5) Tanda vital edema. perpindahan
stabil 4) Pantau masukan dan cairan berkenaan
6) Haluaran urine haluaran. dengan
adekuat. 5) Pantau suhu tubuh penurunan kadar
albumin
(protein).
4) Indikator
langsung dari
hidrasi organ dan
fungsi.
Memberikan
pedoman untuk
penggantian
cairan.
5) Demam rendah
umum selama 24-
48jam pertama
dan dapat
menambah
kehilangan cairan
50

Nyeri Setelah dilakukan 1) Kaji karakteristik 1) Mengetahui tingkat


berhubungan asuhan nyeri. nyeri yang
dengan keperawatan nyeri 2) Ukur tanda-tanda dirasakan oleh
terputusnya pasien berkurang vital. klien sebagai acuan
kontinuitas dengan kroteria 3) Ajarkan tehnik untuk intervensi
jaringan hasil : relaksasi. selanjutnya.
akibat 1) Skala nyeri 4) Ajarkan nafas dalam 2) Mengetahui
tindakan pasien dan batuk yang kemajuanm atau
operasi. berkurang efektif. penyimpangan dari
Tujuan : Nyeri 2) Wajah pasien 5) Penatalaksanaan hasil yang
dapat lebih rileks pemberian obat diharapkan.
berkurang 3) TTV dalam analgetik. 3) Untuk merelaksasi
batas normal otot sehingga
mengurangi rasa
nyeri.
4) Dengan nafas
dalam dan batuk
yang efektif dapat
mengurangi
tekanan darah pada
abdomen yang
dapat
menimbulkan
rangsangan nyeri
5) Obat analgetik
dapat mengurangi
atau
menghilangkan
rasa nyeri
Resiko infeksi Setelah dilakukan 1) Kaji tanda-tanda 1) Mengetahui tanda-
berhubungan asuhan keperaatan infeksi dan vital tanda infeksi dan
dengan tidak ada infeksi sign. menentukan
adanya luka engan kriteria hasil: 2) Gunakan tehnik intervensi
operasi 1) Luka sembuh septik dan antiseptik. selanjutnya.
Tujuan : dengan baik, 3) Ganti verband. 2) Dapat mencegah
Resiko infeksi 2) Verband tidak 4) Berikan penyuluhan terjadinya
tidak terjadi basah tentang cara kontaminasi
3) Tidak ada pencegahan infeksi. dengan kuman
tandatanda 5) Penatalaksanaan penyebab infeksi.
infeksi (kalor, pemberian obat 3) Verban yang basah
dolor, rubor, Antibiotic dan kotor dapat
tumor). menjadi tempat
berkembang
biaknya kuman
penyebab infeksi.
4) Memberikan
pengertian kepada
klien agar dapat
mengetahui tentang
perawatan luka.
5) Obat antibiotik
dapat membunuh
51

kumanpenyebab
infeksi.
Gangguan Setelah dilakukan 1) Kaji intake dan out 1) Untuk mengetahui
pemenuhan asuha keperawatan put klien. kebutuhan nutrisi
nutrisi kebutuhan nutrisi 2) Timbang berat badan dan merupakan
berhubungan terpenuhi dengan sesuai indikasi. asupan dalam
dengan intake kriteria hasil : 3) Identifikasi tindakan
yang tidak 1) Klien kesukaan/ketidak selanjutnya.
adekuat mengungkapka sukaan diet dari 2) Mengidentifikasi
n nafsu makan pasien. status cairan serta
baik, 4) Anjurkan pilihan memastikan
2) badan tidak makanan tinggi kebutuhan
lemah, protein dan vitamin metabolic.
3) HB normal. C. 3) Meningkatkan
5) Berikan cairan IV. kerja sama pasien
6) Beriakan obat-obat dengan aturan diet.
sesuai indikasi Protein/vitamin C
adalah contributor
utama
pemeliharaan
jaringan dan
perbaikan.
4) Memperbaiki
keseimbangan
cairan elektrolit.
Kehilangan
plasma; penurunan
albumin serum
(edema) dan dapat
memperpanjang
penyembuhan luka.
5) Mencegah muntah
dan menetralkan
atau menurunkan
prmbentukan
asamuntuk
mencegah erosi
mukosa.

Kerusakan Setelah dilakukan 1) Pantau tanda-tanda 1) Pembentukan


intregitas asuhan vital perhatikan hematoma/terjadin
kulit/jaringan keperawatan demam, periksa luka ya infeksi, yang
berhubungan integritas dengan sering menunjang
dengan insisi kulit/jaringan bauk terhadap bengkak lambatnya
bedah. dengan criteria insisi berlebihan pemulihan luka
hasil : 2) Bebat insisi selama dan meningkatklan
1) Mencapai batuk dan latihan resiko pemisahan
pemulihan napas. Berikan luka.
luka tepat pengikat atau 2) Meminimalkan
waktu dan penyokon untuk stress/tegangan
tidakada pasien gemuk bila di pada tepi luka yang
komplikasi indikasikan sembuh.
3) Gunakan plester 3) Jaringan lemak
52

kertas untuk balutan sulit menyatu, dan


sesuai indikasi. garis jahitan lebih
4) Tinjau ulang nilai mudah terganggu.
laboratorium 4) Pengantian balutan
terhadap anemia dan sering dapat
penurunan albumin mengakibatkan
serum. kerusakan kulit
karena perlekatan
yang kuat.
5) Anemia dan
pembentukan
edema dapat
memenuhi
pemulihan

5. Implementasi Keperawatan

Menurut Doengoes (2018) implementasi adalah tindakan pemberian

keperawatan yang dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan pada

rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Setiap tindakan

keperawatan yang dilaksanakan dicatat dalam catatan keperawatan yaitu

cara pendekatan pada klien efektif, teknik komunikasi terapeutik serta

penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan kepada pasien Dalam

melakukan tindakan keperawatan menggunakan 3 tahap pendekatan,

yaitu : independen, dependen, interdependen. Tindakan keperawatan

secara independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat

tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya.

Interdependen adalah tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu

kegiatan dan memerlukan kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya,

misalnya tenaga sosial, ahli gizi, dan dokter. Sedangkan dependen adalah

tindakan yang berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan

medis.Keterampilan yang harus dipunyai perawat dalam melaksanakan

tindakan keperawatan yaitu kognitif, sikap dan psikomotor. Dalam


53

melakukan tindakan khususnya pada klien dengan Post op soft tissu

tumor yang harus diperhatikan adalah pola nutrisi, skala nyeri klien, serta

melakukan pendidikan kesehatan pada klien.

6. Evaluasi Keperawatan

Menurut Doengoes, (2018) evaluasi adalah tingkatan intelektual untuk

melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh

diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah

berhasil dicapai. Kemungkinan yang dapat terjadi pada tahap evaluasi

adalah masalah dapat diatasi, masalah teratasi sebagian, masalah belum

teratasi atau timbul masalah baru. Evaluasi yang dilakukan adalah

evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi yang

harus dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan

untuk membantu keefektifitasan terhadap tindakan. Sedangkan evaluasi

hasil adalah evaluasi yang dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan

secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada pada tujuan.Adapun

evaluasi dari diagnosa keperawatan Post op soft tissu tumor secara

teoritis adalah apakah rasa nyeri klien berkurang, apakah klien dapat

mengkonsumsi makanan dengan baik, apakah terdapat tanda-tanda

infeksi, apakah klien dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri,

apakah klien mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyakit Post

op soft tissu tumor.

2.3. Penelitian Terkait

2.3.1. Penelitian Siti Syah Sholati (2023) tentang Implementasi

Aromaterapi Pappermint oil Pada Pasien Post Sectio Caesarea (Sc)


54

Dengan Masalah Gangguan Nyeri Dan Ketidaknyamanan,

menyebutkan bahwa penelitian ini menunjukkan skala nyeri pasien

post SC sebelum di berikan implementasi sebesar. Sedangkan skala

nyeri pasien turun menjadi 3 setelah diberikan implementasi

aromaterapi pappermint oil selama 3x 24 jam. kesimpulan

penelitian ini adalah Tindakan keperawatan yang menfokuskan

pada nyeri pasien Post SC perlu di lakukan yang meliputi

identifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi, kualitas, durasi,

intensitas nyeri, skala, respon nyeri non verbal dan memberikan

implementasi non farmakologi guna mengurangi rasa nyeri pada

pasien.

2.3.2. Penelitian Nur Annisa Hayati (2021) tentang Pemberian

Aromaterapi Pappermint oil Menurunkan Intensitas Nyeri Post Op

Debridement Pada Pasien Ulkus Granulosum, menyebutkan bahwa

Sampel berjumlah 2 orang dalam studi ini adalah semua pasien post

op debridement yang mengalami ulkus granulosum. Studi kasus ini

dilaksanakan pada bulan januari 2020. Alat ukur menggunakan

numerical scale. Hasil perbandingan skala nyeri antara ke dua

responden sebelum dan sesudah di lakukan terapi menunjukan

penurunan skala nyeri. Setelah di lakukan terapi pemberian

aromaterapi pappermint oil skala nyeri responden pertama menjadi

4 dan responden kedua menjadi 2. Ada penurunan intensitas nyeri

pada pasien post op debridement dengan ulkus granulosum yang


55

mengalami nyeri setelah di berikan terapi aromaterapi pappermint

oil.

2.3.3. Penelitian Mutia Anwar (2018) tentang Pengaruh Aromaterapi

Pappermint oil Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pasien Paska

Operasi Sectio Caesarea, menyebutkan bahwa Uji statistik

menggunakan Uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

ada penurunan rasa nyeri pada kelompok intervensi dari 6.92

menjadi 3.83 (skala nyeri ringan) dan didapatkan rata-rata skala

nyeri ibu post operasi sectio caesarea sebelum dan sesudah pada

kelompok kontrol yaitu 6.92 dan 5.25. Setelah dilakukan Uji

Wilcoxon menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna

antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi sebelum dan

sesudah dilakukan teknik relaksasi aromatherapi pappermint oil

terhadap penurunan intensitas nyeri pada post operasi sectio

caesarea dengan p value 0.000 (p value < 0.05). Peneliti

menyarankan agar pihak rumah sakit perlu mempertimbangkan

agar perawat maupun bidan dapat mengaplikasikan pemberian

aromatherapi sebagai terapi komplementer untuk menurunkan nyeri

post sectio caesarea sesuai keadaan pasien dan SOP yang ada.

2.3.4. Penelitian Bagus Dadang Prasetiyo (2020) tentang Pengaruh

Pemberian Aromaterapi Pappermint oil Terhadap Penurunan Nyeri

Luka Ibu Post Sectio Caesarea Di Rst Dr Soepraoen Kesdam

V/Brawijaya Malang, menyebutkan bahwa hasil yang signifikan

ditunjang dengan data yakni sebagian besar (62%) yang mengalami


56

nyeri sedang menunjukkan pengurangan skala nyeri setelah

diberikan aromaterapi pappermint oil dari nyeri sedang menjadi

nyeri ringan. Pengurangan nyeri pada responden dapat dipengaruhi

oleh pengalaman masa lalu yakni responden dengan multipara yang

mempunyai riwayat sebelumnya sehingga dapat mengatasi nyeri

tersebut. Selain itu nyeri disebabkan oleh pengetahuan yang

diperoleh dari tingkat pendidikan responden. Pendidikan yang

tinggi yang mempunyai pola pikir yang tidak sama sehingga

responden mampu mengatasi nyeri tersebut.

2.3.5. Penelitian Novia Ayu Puspita (2018) tentang Pengaruh

Aromaterapi Pappermint oil Dan Genggam Jari Terhadap Intensitas

Nyeri Post Operasi Fraktur Di RS. Ortopedi Prof. DR. R.

Soeharsosurakarta, menyebutkan bahwa Pengumpulan data

penelitian menggunakan Numeric Ratting Scale (NRS), sedangkan

analisis data menggunakan uji Independent sample t-test dan uji

paired sample t-test. terdapat pengaruh aromaterapi pappermint oil

dan genggam jari terhadap penurunan intensitas nyeri pasien post

operasi fraktur di RS. Ortopedi Surakarta yaitu hasil uji

independent sample t-test pre-test kelompok kontrol dan

eksperimen thitung sebesar 0,354 (p-value = 0,726) dan pos-test

kelompok kontrol dan kelompok ekperimen thitung sebesar -2,319

(p-value = 0,028). Pemberian aromaterapi dan genggam jari pada

pasien post operasi fraktur ditunjukkan dengan Hasil uji paired

sample t-test nyeri pre-test dan post-test kelompok eksperimen


57

diperoleh thitung sebesar -3,879 (p-value= 0,001) dan Hasil uji

paired sample t-test nyeri pre-test dan post-test kelompok kontrol

diperoleh thitung sebesar -3,575 (p-value = 0,001).

2.6. Kerangka Konsep


Benjolan atau pembengkakan
abnormal yang disebabkan oleh
neoplasma dan nonneoplasma Soft Tissue Tumor (STT)

Masalah Keperawatan

Aromaterapi Pre Op:


Post Op: Nyeri
Pappermint oil
1) Ansietas
2) Kurang
pengetahuan

Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
2. Diagnosa
3. Intervensi
4. Implementasi
5. Evaluasi

Berhasil Tidak Berhasil


58

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

BAB III
59

METODELOGI ASUHAN KEPERAWATAN

A. Jenis Asuhan

Pada laporan tugas akhir ini penulis menggunakan pendekatan asuhan

keperawatan yang berfokus pada asuhan keperawatan, gangguan rasa nyama

nyeri dengan diagnosa medis Post Op Pada Pasien Soft Tissu Tumor (STT)

B. Subyek Asuhan

Dalam asuhan keperawatan ini yang dijadikan subjek asuhan adalah 2 pasien

kelolaan dengan diagnosa medis Soft Tissu Tumor (STT). Pada survey awal

yang dilakukan terdapat 4 pasien yang mengalami Soft Tissu Tumor (STT) Di

Ruang E4 RSD. A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung, namun 2 pasien hanya

dilakukan rawat inap selama 2 hari. Adapun kriteria pada asuhan keperawatan

ini adalah:

1. Pasien dengan diagnosa medis Soft Tissu Tumor (STT)

2. Pasien sudah memasuki masa dewasa

3. Pasien dilakukan rawat inap Di Ruang E4 RSD. A. Dadi Tjokrodipo

Bandar Lampung

4. Bersedia mengikuti secara sukarela dengan menandatangani lembar

persetujuan informed consent

C. Lokasi dan Waktu

Lokasi pelaksanaan asuha keperawatan dilakukan di Ruang E4 RSD. A. Dadi

Tjokrodipo Bandar Lampung, dan asuhan di laksanakan selama 3 hari berturut-

turut pada bulan Mei 2023.

D. Fokus Studi Kasus


60

Dalam melakukan asuhan keperwatan ini penulis berfokus pada asuhan

keperawatan 2 pasien kelolaan dengan memberikan terapi papermint oil yang

berguna untuk menurunkan intensitas nyeri pada penderita Soft Tissu Tumor

(STT). Dalam melakukan asuhan ini di lakukan selama 3 hari berturut-turu

dengan memberikan terapi peppermint oil, metode tersebut di lakukan selama

3 kali dalam sehari dan bisa di lanjutkan oleh anggota keluarga atau pasien

sendiri setiap kali merasa nyeri.

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1

Definisi Operasional Asuhan Keperawatan

N Variabel Definisi Alat Ukur Skala Data Sumber Data


o Operasional
Gangguan Perasaan kurang lembar Skala nyeri Primer
rasa tenang, lega dan observasi (0-10)
nyaman sempurna dalam
nyeri dimensi fisik,
psikospiritual,
lingkungan dan
sosial dan
melakukan terapi
peppermint oil untuk
menurunkan
intensitas nyeri
Asuhan Pengumpulan data Format - Primer dan skunder
keperawat baik data subjekti pengkajian
an lansia dan data objektif asuhan
degan serta riwayat keperawatan
gastritis kesehatan pasien
untuk menentukan
status kesehatan
pada pasien Soft
Tissu Tumor (STT)
dengan gangguan
rasa nyaman nyeri

F. Instrumen Asuhan
61

Dalam melakukan asuan keperawatan ini penulis menggunakan alat ukur skala

nyeri untuk menentukan klien mengalami nyeri pada tingkatan berapa. Skala

nyeri yang digunakan yaitu skala nyeri numerik dengan rate angka 1-10.

Dalam asuhan keperawatan dengan memberikan terapi papermint oil di

lakukan dengan SOP.

G. Metode Pengumpulan Data

1. Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada asuhan keperawatan fokus asuhan keperawatan ini

dengan menggunakan alat pemeriksaan fisik dan format pengkajian, format

pengukuan skala nyeri numerik. Alat pemeriksaan fisik yang digunakan

penulis, antara lain: alat ukur tanda-tanda vital yaitu spygnomanometer,

stetoskop, thermometer, dan jam tangan. Dan kemudian hasil pengukuran

di tulis di lembar observasi atau format pengkajian.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara, sebagai berikut :

a. Wawancara / komunikasi yang efektif

Wawancara adalah menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan

dengan masalah yang dihadapi pasien dan merupakan suatu

komunikasi yang direncanakan. wawancara adalah suatu metode yang

dipergunakan untuk mengumpulan data, dimana peneliti mendapatkan

keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran

penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan

orang tersebut (face to face).

Tujuan dari wawancara adalah :


62

1) Mendapat informasi yang diperlukan

2) Meningkatkan hubungan perawat-klien dalam komunikasi

3) Membantu klien dan perawat memperoleh informasi yang

dibutuhkan

4) Membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut

selama pengkajian

b. Observasi

Penulis menggunakan observasi untuk mengamati perilaku dan

keadaan pasien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan

keperawatan pasien. Hal-hal yang harus diperhatiakan dalam

melakukan observasi adalah :

1) Sebaiknya tidak diketahui oleh klien sehingga data yang diperoleh

murni

2) Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan sehingga dapat dibaca

dan dimengerti.

Observasi dilakukan melalui apa yang dilihat dan dilakukan klien,

kemudian dibandingkan dengan apa yang dikeluhkan dan dinyatakan.

c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik perlu dilakukan oleh penulis untuk data pendukung

mengetahui terjadinya masalah kebutuhan yang dialami oleh klien.

Pemeriksaan fisik ini digunakan untuk memperoleh data objektif dari

masalah keperawatan klien. Berikut adalah format pemeriksaan fisik

yang biasa dilakukan dalam pengkajian pasien :

1) Keadaan umum
63

2) Status gizi

3) Sistem persepsi sensori, yang meliputi : pendengaran, penglihatan,

pengecapan, penciuman, dan perabaan

4) Sistem pernafasan

5) Sistem kardiovaskular

6) Sistem saraf pusat, yang meliputi : kesadaran, orientasi waktu, dan

orientasi tempat

7) Sistem gastrointestinal, yang meliputi : nafsu makan, nyeri tekan,

pembesaran hati, dan asites

8) Sistem musculoskeletal, yang meliputi : nyeri, deformitas,

peradangan, dan kekuatan otot

9) Sistem integument, yang meliputi : kelembaban kulit, bercak

kemerahan, dan lesi / luka

10) Sistem reproduksi, yang meliputi : kelainan dan kebersihan

11) Sistem perkemihan, yang meliputi : pola berkemih dan kelainan

Untuk mendapatkan data-data diatas perlu memerhatikan beberapa

aspek pengkajian. Aspek pengkajian yang dapat digunakan penulis ada

4 cara, yaitu :

1) Inspeksi

Inspeksi melibatkan penggunaan penglihatan untuk membedakan

temuan normal dan abnormal. Langkah awal yang dilakukan

penulis pada pemeriksaan fisik yaitu inspeksi, mengamati secara

seksama dan tanpa terburu-buru dari kepala sampai ujung kaki.

Fokus inspeksi pada setiap bagian meliputi : ukuran tubuh, warna,


64

bentuk, kesimetrisan, lesi, dan benjolan atau pembengkakan.

Setelah inspeksi perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal

bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya.

2) Palpasi

Selanjutnya penulis menggunakan teknik palpasi, yaitu menyentuh

atau merasakan dengan tangan apakah ada atau tidaknya gangguan

mobilitas fisik.

3) Perkusi

Perkusi merupakan langkah ketiga yang digunakan penulis dalam

pemeriksaan fisik klien. Perkusi yang dilakukan penulis

melibatkan pengetukan tubuh klien dengan ujung jari untuk

menghasilkan getaran yang berjalan melalui jaringan tubuh. Sifat

suara akan menentukan lokasi, ukuran, konsistensi jaringan.

4) Auskultasi

Selanjutnya penulis menggunakan teknik auskultasi. Auskultasi

menggunakan pendengaran suara tubuh untuk mendeteksi

penyimpangan dari keadaan normal. Penulis mendengar suara

dengan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan suara paru-

paru, jantung dan bagian dalam/viscera abdomen misalnya bising

usus.Setelah auskultasi dapat dibandingkan hasil normal dengan

abnormal suara bagian tubuh satu dengan suara bagian tubuh

lainnya.

3. Sumber Data
65

a. Sumber data primer

Sumber data primer adalah klien, didapat apabila klien tidak sadar,

mengalami gangguan bicara atau gangguan pendengaran, klien masih

bayi, atau karena beberapa sebab klien tidak dapat memberikan data

subjektif secara langsung, perawat dapat menggunakan data objektif

untuk menegakkan diagnosis keperawatan. Namun, bila diperlukan

data subjektif pula hendaknya perawat melakukan anamnesis pada

keluarga klien.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari klien, yaitu

keluarga, orang terdekat, teman dan orang lain yang tahu tentang status

kesehatan klien. Selain itu, tenaga kesehatan yang lain seperti dokter,

ahli gizi, ahli fisioterapi, laboratorium, radiologi juga termasuk sumber

data sekunder.

H. Penyajian Data

1. Narasi

Data yang diperoleh dari hasil pengkajian disajikan dalam bentuk

uraian.Untuk data yang disajikan dalam bentuk narasi adalah data

pengkajian dan diagnosis keperawatan.

2. Tabel

Tabel digunakan untuk menjelaskan hasil yang menggunakan angka-angka

atau kalimat agar lebih mudah dipahami. Adapun data yang disajikan

dalam bentuk tabel, antara lain : analisa data, intervensi, implementasi dan

evaluasi.
66

I. Prinsip Etik

Prinsip etika yang digunakan penulis dalam membuat asuhan keperawatan

fokus pada tindakan keperawatan ini adalah prinsip etika keperawatan dalam

memberikan layanan keperawatan kepada individu, kelompok atau keluarga

dan masyarakat, yaitu :

1. Otonomi (autonomy)

Menghargai otonomi berarti komitmen terhadap klien dalam mengambil

keputusan tentang semua aspek pelayanan. Persetujuan yang

ditandatangani merupakan jaminan bahwa tim pelayanan kesehatan telah

mendapatkan persetujuan dari klien.

2. Kebaikan(Beneficience)

Kebaikan adalah tindakan positif untuk membantu orang lain dan

melakukan niatan baik.

3. Tidak mencederai (non maleficience)

Dalam pelayanan kesehatan, praktik etik tidak hanya melibatkan keinginan

untuk melakukan kebaikan tetapi juga janji untuk tidak mencederai.

4. Keadilan (justice)

Keadilan merujuk pada kejujuran,.Penyelenggara layanan kesehatan setuju

untuk berusaha bersikap adil dalam memberikan pelayanan kesehatan.

5. Kesetiaan / menepati janji (fidelity)


67

Kesetiaan adalah persetujuan untuk menepati janji.Janji setia mendukung

rasa tidak ingin meninggalkan klien, meskipun saat klien tidak menyetujui

keputusan yang telah dibuat.

6. Akuntabilitas (accountability)

Akuntabilitas merujuk pada kemampuan seseorang untuk menjelaskan

alasan tindakannya.

7. Kerahasiaan (confidentiality)

Dalam pelayanan kesehatan harus menjaga rahasia klien apabila

melanggar akan terkena sanksi seperti tidak dapat menyalin rekam medis

tanpa izin dari klien.

8. Kejujuran (veracity)

Kejujuran merupakan dasar membina hubungan saling percaya terhadap

klien. Klien memiliki otonomi sehingga berhak mendapatkan informasi

yang ia ingin tahu. Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif,

dan objektif. Selain itu etika dalam penelitian digunakan penulis karena

dalam pelaksanaan sebuah penelitian mengingat penelitian keperawatan ini

akan berhubungan langsung dengan manusia, maka peneliti harus

memahami prinsip-prinsip etika penelitian. Jika hal ini tidak dilaksanakan,

maka peneliti akan melanggar hak-hak (otonomi) manusia yang kebetulan

sebagai klien. Dalam asuhan keperawatan fokus tindakan keperawatan ini

sebelumnya penulis mendatangi klien untuk meminta kesediaan menjadi

responden.
68

Penulis juga  harus melalui beberapa tahap pengurusan perizinan dan

setelah  mendapat persetujuan barulah dilaksanakan penelitian dengan

memperhatikan etika-etika penelitian, yaitu:

1. Informed Concent

Informed concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan

responden penelitian dengan memberikan lembaran persetujuan informed

concent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed

concent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian,

mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia, maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan.Jika responden tidak bersedia, maka

peneliti harus menghormati hak partisipan.

2. Anonymity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar atau alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Masalah ini merupakan etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan

hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua

informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
56

BAB IV
LAPORAN KASUS
PENERAPAN AROMA THERAPI PAPPERMINT OIL DENGAN
MASALAH NYERI POST OP PADA PASIEN
SOFT TISSU TUMOR (STT) DIRUANG E4
RSD. A. DADI TJOKRODIPO
BANDAR LAMPUNG

Pengkajian dilakukan pada : Hari Jum’at, Tanggal 19 Mei 2023, Pukul 09.00 WIB Di

Ruang E4 RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar

Lampung

1. DATA PENGKAJIAN

PENGKAJIAN KASUS I KASUS 2

NAMA Nn.N Tn. Z


UMUR 22 Tahun 30 Tahun
JENIS KELAMIN Perempuan Laki-laki
AGAMA Islam Islam
PENDIDIKAN SMA D3 Akuntansi
PEKERJAAN Wiraswasta Swasta
ALAMAT Jln Sultan Agung Way Jln Swadaya V Gunung
SUKU BANGSA Halim Bandar Lampung Terang Bandar Lampung
DIAGNOSA Jawa Lampung
MEDIS Post Op STT Post Op STT
MASUK RS 19 Mei 2023 19 Mei 2023

RIWAYAT KASUS 1 KASUS 2


KESEHATAN

Keluhan Utama Klien mengeluh nyeri pada Klien mengeluh nyeri pada
bagian luka operasi
bagian luka operasi

Riwayat Penyakit Pada tanggal 19 Mei Pada tanggal 19 Mei pasien


Sekarang pasien menjalani operasi menjalani operasi Stt,
Stt, setelah selesai operasi, setelah selesai operasi,
pasien merasa lemas, dan pasien merasa lemas, dan
nyeri dibagian luka nyeri dibagian luka operasi,
operasi, nyeri dirasakan nyeri dirasakan Tn.Z jika
Nn.N jika miring kanan miring kanan dan miring
57

dan miring kiri. kiri.

Riwayat Penyakit Klien mengatakan belum Klien mengatakan tidak


Dahulu pernah mengalami sakit mempuyai riwayat penyakit
yang sama sebelumnya dan
belum pernah melakukan seperti DM dan klien
operasi apapun mengatakan belum pernah
dirawat di rumah sakit

Riwayat Keluarga Klien mengatakan tidak Klien mengatakan tidak ada


ada keluarga yang keluarga yang mempunyai
mempunyai penyakit yang penyakit yang sama
sama

Diagnosa Medis Post Op Soft Tissu Tumor Post Op Soft Tissu Tumor
Saat Masuk RS (STT) (STT)

POLA
FUNGSIONAL

Pemeliharaan Sebelumnya pasien belum Klien mengatakan bahwa


Kesehatan pernah mempunyai sehat itu penting dan
keluhan sakit apapun berharga, menurut klien
sakit merupakan sesuatu
yang tidak nyaman, apabila
ada anggota keluarga yang
sakit segera diperiksakan ke
puskesmas atau dokter

NUTRISI

Sebelum Sakit klien mengatakan biasa Sebelum sakit klien makan


makan 3x sehari dengan 3x sehari dengan nasi,
nasi, sayur, lauk dan sayur,
minum 8-10 gelas air putih
sehari. Tidak ada lauk, teh atau air putih,
pantangan makanan klien tidak memiliki
apapun keluhan dan makan satu
porsi habis

Selama Sakit Setelah menjalani operasi Setelah menjalani operasi


Stt, klien hanya disarankan Stt, klien hanya disarankan
untuk minum air putih saja untuk minum air putih saja
sampai bising usus sampai bising usus
terdengar. terdengar.
58

POLA
ELIMINASI

Sebelum Sakit klien mengatakan BAB Sebelum dilakukan operasi,


dan BAK normal pasien BAB dengan
frekuensi 3-4 kali/hari,
Selama Sakit klien mengatakan tidak namun setelah operasi klien
bias BAB, sebab belum tidak bisa BAB, sampai
diperbolehkan untuk bising usus terdengar.
makan, hanya disarankan
untuk mengkonsumsi
bubur.

POLA
AKTIFITAS

Sebelum Sakit klien mengatakan dapat Sebelum sakit klien mampu


beraktifitas dengan baik melakukan perawatan diri

secara mandiri

Selama Sakit klien mengatakan gerak Semenjak klie mengalami


aktifitasnya terbatas akibat post op Stt, selama sakit
nyeri setelah operasi, dan untuk makan atau minum,
semua aktifitas dibantu
oleh keluarga berpakaian, mobilitas di
tempat tidur, berpindah,
toileting, pasien
memerlukan bantuan orang
lain.

Sedangkan untuk
ambulasi/ROM tergantung
total.

POLA KOGNITIF

Penglihatan klien tidak menggunakan klien tidak menggunakan


kacamata, lapang pandang kacamata, lapang pandang
pasien masih bagus. pasien masih bagus.
Pendengaran Klien mengatakan Klien mengatakan
pendengaran pasien masih pendengaran pasien masih
jelas ditandai dengan jelas ditandai dengan pasien
pasien masih dapat masih dapat menjawab
menjawab pertanyaan pertanyaan dengan jelas
dengan jelas

Pengecap Klien mengatakan pasien Klien mengatakan pasien


59

masih dapat membedakan masih dapat membedakan


rasa antara manis, pahit, rasa antara manis, pahit,
asam dan asin dengan baik asam dan asin dengan baik

Sensasi Klien mengatakan pasien Klien mengatakan pasien


masih dapat membedakan masih dapat membedakan
panas, dingin, sakit panas, dingin, sakit maupun
maupun nyeri nyeri

Sensori Klien masih mampu Klien masih mampu


berbicara dengan baik, berbicara dengan baik,
tetapi dalam menjawab tetapi dalam menjawab
pertanyaan tidak sesuai pertanyaan tidak sesuai
dengan pertanyaan yang dengan pertanyaan yang
diajukan. Keluarga pasien diajukan. Keluarga pasien
mengatakan pasien sering mengatakan pasien sering
mengalami kelupaan atau mengalami kelupaan atau
demensia demensia

POLA
ISTIRAHAT

Sebelum Sakit Klien mengatakan pasien Sebelum sakit pasien


sebelum dirawat di RSUD mengatakan bisa tidur 21.00
Dr. A. Dadi Tjokrodipo WIB sampai jam 04.30
mengalami tidak WIB dan jarang tidur siang
mengalami gangguan tidur.
Pasien tidur jam 21.00
WIB-06.00.
Selama Sakit Klien mengatakan Selama klien setelah
semenjak setelah dioperasi dilakukan operasi tidak bisa
mengalami perubahan dari tidur dan tidur sebentar-
jam 03.00 WIB-05.00 dan sebentar bangun kira-kira 2-
siang tidak tertidur. Selama 3 jam dalam 24 jam, pasien
dirawat di RSUD Dr. A. juga mengatakan suhu
Dadi Tjokrodipo pola tidur dilingkungan ruang panas
pasien mengalami
perbaikan kembali dari jam
22.00-04.00.

POLA KONSEP
DIRI

Gambaran Diri Klien mengatakan bahwa Klien mengatakan bahwa


klien merasa bersyukur klien merasa bersyukur
dengan anugrah yang dengan anugrah yang Tuhan
Tuhan telah berikan telah berikan kepadanya
kepadanya karena anggota karena anggota badannya
badannya tidak mengalami tidak mengalami kecacatan.
60

kecacatan.
Identitas Diri Klien adalah seorang Klien adalah seorang laki-
perempuan dengan usia 22 laki dengan usia 30 tahun
tahun
Peran Klien berperan sebagai Klien berperan sebagai
seorang anak kedua dari seorang ayah dengan
Tn.A mempunyai satu orang anak
dan satu orang istri
Ideal Diri Klien mengatakan bahwa Klien mengatakan bahwa
walaupun klien akan walaupun klien akan
dioperasi, tetapi klien dioperasi, tetapi klien harus
harus tetap bersemangat tetap bersemangat sehingga
sehingga dapat tetap dapat tetap bermanfaat dan
bermanfaat dan melakukan melakukan aktivitas secara
aktivitas secara mandiri. mandiri.
Harga Diri Klien tidak merasa malu Klien tidak merasa malu
karena menderita Stt karena menderita Stt

POLA PERAN
DAN HUBUNGAN

Pola Peran Dan Pasien mengatakan sebelum


Hubungan Selama dirawat di rumah sakit maupun selama sakit
sakit pasien ditunggu oleh hubungannya dengan
ibu dan kakaknya. keluarga, saudara, tetangga-
Hubungan dengan anggota tetangganya baik dan tidak
keluarga yang lain baik- ada masalah
baik saja dan tidak ada
masalah didalam
keluarganya.

POLA
REPRODUKSI
DAN SEKSUAL

Pola Reproduksi Pasien berjenis kelamin


Dan Seksual perempuan dan belum Klien seorang laki-laki dan
menikah sudah menikah

POLA
PERTAHAN
DIRI/KOPING

Pola Pertahanan Klien mengatakan jika ada Klien mengatakan jika ada
Diri/Koping masalah keluarga, masalah keluarga,
menyelesaikannya dengan menyelesaikannya dengan
61

cara musyawarah. cara musyawarah.

POLA
KEYAKINAN
DAN NILAI

Pola Keyakinan Dan Saat pengkajian pasien Saat pengkajian pasien


Nilai mengatakan tidak dapat mengatakan tidak dapat
beribadah karena sakit. beribadah karena sakit.

PEMERIKSAAN KASUS 1 KASUS 2


FISIK

Kesadaran CM (GCS: 14/ E:4, V: 4, CM (GCS: 14/ E:4, V: 4,


M: 6) M: 6)

Pernafasan 20x/ Menit 20 x/ Menit

Nadi 78 x/ menit 90 x/ menit

Suhu 38,6 0C 39,8 0C

Tekanan Darah 120/80 mmHg 140/90 mmHg

HEAD TO TOE KASUS 1 KASUS 2

Kepala bentuk mesochepal bentuk mesochepal

Rambut beruban, lurus, tidak beruban, lurus, tidak


berketombe dan kulit berketombe dan kulit kepala
kepala tidak ada luka. tidak ada luka.

Mata konjungtiva anemis, sklera konjungtiva anemis, sklera


tidak ikterik, lapang tidak ikterik, lapang
pandang masih cukup pandang masih cukup bagus
bagus

Hidung bentuk simetris, tidak ada bentuk simetris, tidak ada


polip, tidak ada secret polip, tidak ada secret

Mulut mukosa lembab, bibir mukosa lembab, bibir pucat,


pucat, tidak ada stomatitis. tidak ada stomatitis.

Telinga bentuk simetris, tidak ada bentuk simetris, tidak ada


serumen serumen
62

Leher tidak ada peningkatan JVP, tidak ada peningkatan JVP,


tidak ada pembesaran tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid

EKTREMITAS KASUS 1 KASUS 2

Atas Terpasang infus RL pada Terpasang infus RL pada


tangan kiri, pergerakan tangan kiri, pergerakan
terbatas terbatas

Bawah Tidak ada oedema, tidak Tidak ada oedema, tidak


ada varises, pergerakan ada varises, pergerakan
terbatas terbatas

KULIT KASUS 1 KASUS 2

Kulit Kulit klien tampak elastis, Kulit klien tampak elastis,


turgor kulit lebih dari 2 turgor kulit lebih dari 2
detik, akral dingin, detik, akral dingin, capillary
capillary refill time > 3 refill time > 3 detik
detik

2. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada tanggal 19 Mei 2023, Jam:


15:30:23

Hasil Hasil

Nama KASUS 1 KASUS 2


Satuan Nilai Normal
Pemeriksaan Tgl Tgl
20/06/2023 20/06/2023

Hemoglobin 14.8 13.2 g/dl 12-16

Leukosit 12910 11230 u/L 4.000 – 10.800

Hematokrit 43 36 % 37 - 47

Eritrosit 4.8 4.4 10^6/uL 4.2 – 5.2

Trombosit 304000 295000 /uL 150000 – 450000

MCV 90.4 87.2 fl 79 – 99


63

MCH 27.3 30.6 pg 27 – 31

MCHC 30.2 33.1 % 33 – 37

RDW 22.6 17.6 % 11.5 – 14.5

MPV 8.5 9.5 fl 7.2 – 11.1

Basofil 0.1 0.1 % 0–1

Eosinofil 0.4 0.3 % 2–4

Batang 3.2 4.6 % 2–5

Segmen 86.6 69.5.6 % 40 – 70

Limfosit 42 39 % 25 – 40

Monosit 4.6 5.9 % 2.0 – 8.0

Ureum darah 20.9 22.3 mg/dl

Kreatinin 0.82 0.66 mg/dl


Darah
101 120 mg/dl
GDS

Urin Lengkap
Kuning Kuning Kng muda-kng tua
Fisis warna
Jernih Jernih Jernih
Kejernihan
Khas Khas Khas
Bau
1.010-1.030
Kimia
1.015 945 4.6-7.8
Berat jenis
8.0 6.0 Negative
PH
500 420
Leukosit

3. FARMAKOTERAPI
64

FARMAKOTERAPI FUNGSI/KEGUNAAN

KASUS 1

1. Ceftriaxone 3x1 gram Obat yang digunakan untuk mengatasi


berbagai infeksi bakteri. Obat ini bekerja
dengan cara menghambat pertumbuhan
bakteri atau membunuh bakteri dalam
tubuh. Karena ceftriaxone merupakan
antibiotic

2. IVFD RL 20 tpm

Cairan infus yang biasa digunakan pada


pasien dewasa dan anak-anak sebagai
sumber elektrolit dan air untuk hidrasi

Digunakan untuk mengobati dan mencegah


3. Ranitidin 2x50 mg berbagai penyakit perut dan kerongkongan
yang disebabkan oleh terlalu banyak asam
lambung, misalnya erosive esophagitis dan
refluks asam lambung (gastroesophageal
reflux disease, GERD).

4. Ketorolac 3x30 mg Fungsi mengatasi nyeri sedang hingga nyeri


berat untuk sementara. Ketorolac adalah
golongan obat nonsteroidal anti-
inflammatory drug (NSAID) yang bekerja
dengan memblok produksi substansi alami
tubuh yang menyebabkan inflamasi. Efek
ini membantu mengurangi bengkak, nyeri,
atau demam
KASUS 2

1. Ceftriaxone 3x1 gram Obat yang digunakan untuk mengatasi


berbagai infeksi bakteri. Obat ini bekerja
dengan cara menghambat pertumbuhan
bakteri atau membunuh bakteri dalam
tubuh. Karena ceftriaxone merupakan
antibiotic

2. IVFD RL 20 tpm Cairan infus yang biasa digunakan pada


pasien dewasa dan anak-anak sebagai
65

sumber elektrolit dan air untuk hidrasi


3. Ranitidin 2x50 mg
digunakan untuk mengobati dan mencegah
berbagai penyakit perut dan kerongkongan
yang disebabkan oleh terlalu banyak asam
lambung, misalnya erosive esophagitis dan
refluks asam lambung (gastroesophageal
reflux disease, GERD).
4. Ketorolac 3x30 mg
Fungsi mengatasi nyeri sedang hingga nyeri
berat untuk sementara. Ketorolac adalah
golongan obat nonsteroidal anti-
inflammatory drug (NSAID) yang bekerja
dengan memblok produksi substansi alami
tubuh yang menyebabkan inflamasi. Efek
ini membantu mengurangi bengkak, nyeri,
atau demam

4. ANALISA DATA

ANALISA DATA PENYEBAB MASALAH

KASUS 1

DATA SUBYEKTIF: Terputusnya Nyeri


Kontinuitas Jaringan
Pasca Operasi klien
mengatakan nyeri pada
bagian luka operasi.

DATA OBYEKTIF:

Tampak meringis
menahan nyeri dan terlihat
memegang bagian perut
yang di operasi.

Pemeriksaan tanda-tanda
vital
66

TD: 100/70mmHg,

Nadi: 96 x/menit,

Suhu: 37,6oC,

RR: 20x/menit
Skala Nyeri : 8

Kecemasan Risiko Terjadinya


Infeksi
DATA SUBYEKTIF:

Klien mengatakan
takut/merasa khawatir
tentang kondisi yang
dialaminya setelah post
operasi Stt.

Klien menyatakan nyeri


pada bagian luka post
operasi

DATA OBYEKTIF:

TTV:

TD: 100/70 mmHg, N: 96


x/menit RR:20 x/menit.

klien tampak gelisah dan

ekspostsi wajah tegang.


- Luka tambah basah
- Luka sedikit bau

DATA SUBYEKTIF: Pembatasan Intake Risiko Kurang


cairan Volume Cairan

Klien mengatakan
demam / panas sejak 2
hari yang lalu dan klien
mengatakan badannya
67

lemas.

DATA OBYEKTIF:

Mukosa kering

Kulit teraba panas.

TTV: TD: 100/70 mmHg,

Nadi: 96 x/menit, Suhu:

37,60C, RR: 20x/menit

KASUS 2

DATA SUBYEKTIF: Terputusnya Nyeri


Kontinuitas Jaringan
Pasca Operasi klien
mengatakan nyeri pada
bagian luka operasi.

DATA OBYEKTIF:

Tampak meringis
menahan nyeri dan terlihat
memegang bagian perut
yang di operasi.

Pemeriksaan tanda-tanda
vital

Kesadaran: CM (GCS: 14/


E:4, V: 4, M: 6)

RR: 20 x/ Menit

Nadi: 90 x/ menit

Suhu: 39,8 0C

TD: 140/90 mmHg.


68

Skala nyeri : 8

DATA SUBYEKTIF: Kecemasan Risiko Terjadinya


Infeksi
Klien mengatakan
takut/merasa khawatir
tentang kondisi yang
dialaminya setelah post
operasi Stt.

Klien menyatakan nyeri


pada bagian luka post
operasi

DATA OBYEKTIF:

Pemeriksaan tanda-tanda
vital

Kesadaran: CM (GCS: 14/


E:4, V: 4, M: 6)

RR: 20 x/ Menit

Nadi: 90 x/ menit

Suhu: 39,8 0C

TD: 140/90 mmHg


- klien tampak
gelisah dan
- ekspostsi wajah
tegang.
- Luka tambah basah
- Luka sedikit bau

DATA SUBYEKTIF: Pembatasan Intake Risiko Kurang


cairan Volume Cairan
Klien mengatakan
demam / panas sejak 2
hari yang lalu dan klien
mengatakan badannya
69

lemas.

DATA OBYEKTIF:

Mukosa kering

Kulit teraba panas.

TTV: TD: 100/70 mmHg,

Nadi: 96 x/menit, Suhu:

37,60C, RR: 20x/menit

5. DIAGNOSA KEPERAWATAN

KASUS DIAGNOSA KEPERAWATAN

KASUS 1 1. Nyeri Berhubungan Dengan Terputusnya

Kontinuitas Jaringan

2. Kecemasan berhubungan dengan Risiko

Terjadinya Infeksi

3. Risiko Kurang Volume Cairan

berhubungan dengan Pembatasan Intake

cairan

KASUS 2 1. Nyeri Berhubungan Dengan Terputusnya

Kontinuitas Jaringan

2. Kecemasan berhubungan dengan Risiko

Terjadinya Infeksi

3. Risiko Kurang Volume Cairan

berhubungan dengan Pembatasan Intake


70

cairan
56

6 INTERVENSI KEPERAWATAN
KASUS 1

Hari Diagnosa Rencana Keperawatan


No
Tanggal Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri berhubungan Tujuan intervensi nyeri a) Monitor nyeri, lokasi, a) Melihat tingkat nyeri
dengan terputusnya akut adalah setelah karakteristik, dan integritas yang didapatkan sebagai
kontinuitas jaringan, dilakukan tindakan nyeri dengan skala (0-10) pendoman intervensi
ditandai dengan: keperawatan pada 1x/hari selanjutnya.
Data subyektif: Nn. N selama 2x24 jam
Klien mengatakan diharapkan nyeri akan b) Monitor tanda-tanda vital b) Perubahan tanda-tanda
nyeri pada bagian berkurang/hilang 1x/hari vital merupakan indikator
luka operasi kriteria : Klien tidak terjadinya nyeri.
Data Obyektif: mengeluh nyeri lagi c) Ajarkan teknik relaksasi:
- Tampak meringis pada saat beraktivitas, napas dalam c) Teknik relaksasi (napas
menahan nyeri dan nyeri turun dari 6 dalam) dapat
terlihat memgang menjadi 4 klien dapat d) Lakukan masase pada meningkatkan sup-lain O
bagian perut yang bergerak dengan daerah nyeri ke jaringan sehingga
di operasi leluasa, tanda-tanda nyeri berkurang.
Pemeriksaan TTV: vital dalam batas
e) Ajarkan teknik relaksasi
TD: 100/70 mmHg normal. d) Dapat mengurangi nyeri
peppermint oil
Nadi 96x/menit
Suhu: 37,6 0c e) Cara untuk mengurangi
RR: 20X/Menit f) Berikan postisi klien yang
nyaman: duduk nyeri.
Skala nyeri : 8
f) Cara/respon untuk
g) Kaji pengalaman klien
mengurangi nyeri
mengatasi nyeri
57

g) Mengetahui pengalaman
klien dalam mengatasi
nyeri
2 Kecemasan setelah dilakukan a) Monitor tingkat kecemasan a) Dengan mengetahui
berhubungan dengan tindakan klien 1x/hari. tentang lingkup
risiko terjadinya keperawatan pada Nn. kecemasan klien akan
infeksi N b) Beri kesempatan klien memudahkan pe-nentuan
ditandai selama 2x24 jam untuk mengungkapkan intervensi selanjutnya.
dengan : diharapkan keluhannya.
DS : tidak terjadi infeksi, b) Dengan mendengarkan
- Klien dengan criteria hasil: c) Beri informasi tentang keluhan, klien akan
mengatakan klien tampak tenang, perawatan yang diperlukan merasa diperhatikan dan
khawatir dan rileks dan tidak merasa selama dirawat dapat mengurangi
merasa cemas/khawatir kecemasannya.
takut/cemas d) Ciptakan lingkungan yang
dengan kondisi nyaman dan tenang serta c) Pemberian informasi
setelah dilakukan ajarkan dan berikan terapi yang adekuat dapat
post op Stt pappermint oil menurunkan kecemasan
Data Obyektif: klien dan dapat
- Luka tampak melakukan pera-watan
basah dengan baik.
- Luka sedikit bau
- Ekspostsi tampak d) Agar klien tidak merasa
tegang cemas dan bosan dalam
Pemeriksaan TTV: menghadapi perawatan.
TD: 100/70 mmHg
Nadi 96x/menit
58

Suhu: 37,6 0c
RR: 20X/Menit

3 Risiko Kurang Setelah dilakukan a) Observasi TTV terutama a) Untuk mengetahui


Volume Cairan tindakan suhu perkembangan suhu
berhubungan dengan keperawatan pada Nn.N tubuh klien
pembatasan intake selama 2x24 jam b) Berikan komposts hangat
cairan, ditandai diharapkan hipertermi b) Membantu
dengan: akan teratasi dengan c) Anjurkan menggunakan menghilangkan panas
DS: klien kriteria: Pasientidak pakaian tipis secara konduksi
mengatakan demam, suhu tubuh
demam/panas sejak 2 pasien dalam batas d) Batasi aktivitas fisik c) Untuk membantu
hari yanga lalu dan normal (36,8 – 37,30C.), penguapan
kklien mengatakan kulit pasien tidak teraba
badannya lemas hangat, kulit pasien e) Anjurkan banyak Minum d) Aktivitas dapat
DO: tidak kemerahan meningkatkan
- Mukosa tampak f) Kolaborasi dalam metabolisme
kering pemberian antibiotic:
- Kulit teraba panas ceftriaxone 1gr. e) Minum/cairan dapat
Pemeriksaan TTV: membantu mengatur
TD: 100/70 mmHg suhu tubuh
Nadi 96x/menit
Suhu: 37,6 0c f) Antibiotic berguna untuk
RR: 20X/Menit membunuh kuman
penyebab infeksi
59

KASUS 2

Hari Diagnosa Rencana Keperawatan


No
Tanggal Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1 Nyeri berhubungan Tujuan intervensi nyeri a) Monitor nyeri, lokasi, a) Melihat tingkat nyeri
dengan terputusnya akut adalah setelah karakteristik, dan integritas yang didapatkan sebagai
kontinuitas jaringan, dilakukan tindakan nyeri dengan skala (0-10) pendoman intervensi
ditandai dengan: keperawatan pada 1x/hari selanjutnya.

Data subyektif: Nn. N selama 2x24 jam b) Monitor tanda-tanda vital b) Perubahan tanda-tanda
Klien mengatakan 1x/hari vital merupakan indikator
nyeri pada bagian diharapkan nyeri akan
terjadinya nyeri
luka operasi berkurang/hilang c) Ajarkan teknik relaksasi:
Data Obyektif: kriteria : Klien tidak napas dalam c) Teknik relaksasi (napas
- Tampak meringis mengeluh nyeri lagi dalam) dapat
menahan nyeri dan pada saat beraktivitas, d) Lakukan masase pada meningkatkan sup-lain O
terlihat memgang nyeri turun dari 6 daerah nyeri ke jaringan sehingga
bagian perut yang menjadi 4 klien dapat nyeri berkurang.
di operasi bergerak dengan e) Ajarkan terapi aromaterapi
Kesadaran: CM leluasa, tanda-tanda peppermint oil d) Dapat mengurangi nyeri
(GCS: 14/ E:4, V: 4, vital dalam batas
M: 6) normal. f) Berikan postisi klien yang e) Cara untuk mengurangi
nyaman: duduk nyeri.
60

RR: 20 x/ Menit
g) Kaji pengalaman klien f) Cara/respon untuk
Nadi: 90 x/ menit mengatasi nyeri mengurangi nyeri
Suhu: 39,8 0C
g) Mengetahui pengalaman
TD: 140/90 mmHg klien dalam mengatasi
Skala Nyeri: 8 nyeri

2 Risiko Terjadinya setelah dilakukan a) Monitor tingkat kecemasan a) Dengan mengetahui


Infeksi Berhubungan tindakan klien 1x/hari. tentang lingkup
Dengan Insisi kecemasan klien akan
Pembedahan, keperawatan pada Nn. b) Beri kesempatan klien memudahkan pe-nentuan
ditandai dengan : N untuk mengungkapkan intervensi selanjutnya
selama 2x24 jam keluhannya b) Dengan mendengarkan
DS : keluhan, klien akan
diharapkan
- Klien merasa diperhatikan dan
tidak terjadi infeksi, c) Beri informasi tentang dapat mengurangi
mengatakan
dengan criteria hasil: perawatan yang diperlukan kecemasannya.
khawatir dan
selama dirawat c) Pemberian informasi
merasa klien tampak tenang,
takut/cemas yang adekuat dapat
rileks dan tidak merasa d) Ciptakan lingkungan yang
dengan kondisi menurunkan kecemasan
cemas/khawatir nyaman dan tenang serta
setelah dilakukan klien dan dapat
ajarkan teknik terapi melakukan perawatan
post op Stt
pappermint oil dengan baik.
Data Obyektif:
- Luka tampak
61

basah d) Agar klien tidak merasa


- Luka sedikit bau cemas dan bosan dalam
- Ekspostsi tampak menghadapi perawatan.
tegang

Kesadaran: CM
(GCS: 14/ E:4, V: 4,
M: 6)

RR: 20 x/ Menit

Nadi: 90 x/ menit

Suhu: 39,8 0C

TD: 140/90 mmHg

3 Risiko Kurang Setelah dilakukan a) Observasi TTV terutama a) Untuk mengetahui


Volume Cairan tindakan suhu perkembangan suhu
berhubungan dengan b) Berikan komposts hangat tubuh klien
pembatasan intake keperawatan pada Nn.N c) Anjurkan menggunakan b) Membantu
cairan, ditandai selama 2x24 jam pakaian tipis menghilangkan panas
dengan: diharapkan hipertermi d) Batasi aktivitas fisik secara konduksi
akan teratasi dengan e) Anjurkan banyak Minum c) Untuk membantu
DS: klien f) Kolaborasi dalam penguapan
mengatakan kriteria: Pasientidak
pemberian antibiotic: d) Aktivitas dapat
demam/panas sejak 2 ceftriaxone 1gr. meningkatkan
62

hari yanga lalu dan demam, suhu tubuh metabolism


kklien mengatakan pasien dalam batas e) Minum/cairan dapat
badannya lemas normal (36,8 – 37,30C.), membantu mengatur
kulit pasien tidak teraba suhu tubuh
DO: hangat, kulit pasien f) Antibiotic berguna untuk
- Mukosa tampak tidak kemerahan membunuh kuman
kering penyebab infeksi
- Kulit teraba panas

Kesadaran: CM
(GCS: 14/ E:4, V: 4,
M: 6)

RR: 20 x/ Menit

Nadi: 90 x/ menit

Suhu: 39,8 0C

TD: 140/90 mmHg


63

7 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

KASUS 1

Kode
Tanggal Jam Implementasi Evaluasi
NDX

19 Mei 2023 1. 11.30 Mengkaji tingkat nyeri, lokasi, S : - Klien mengatakan luka post op masih terasa sakit.
karakteristik dan integritas nyeri
dengan skala (0-10) Skala nyeri 4

Mengukur tanda-tanda vital (TD, O :- Ekspostsi wajah nampak meringis


11.40
N, RR, S) - Pasien rencana operasi
Mengajarkan teknik relaksasi - Tanda-tanda vital
11.50 pappermint oil
TD: 100/70mmHg, nadi: 96 x/menit, Suhu: 37,60C,
Memberikan postisi yang nyaman RR: 20x/menit
12.20 pada klien pasca operasi
Skala Nyeri: 8
Memberikan terapi pappermint oil
A : Masalah belum teratasi
12.20
P : Lanjutkan intervensi

1. Kaji tingkat nyeri

2. Observasi tanda-tanda vital


64

3. Anjurkan teknik relaksasi nafas dalam jika nyeri

4. Memberikan komposts hangat pada abdomen

Memonitor tingkat kecemasan S : Klien mengatakan masih sedikit merasa cemas


19 Mei 2023 2. 16.00
klien terhadap luka post Stt

Memberikan kesempatan klien O : Klien nampak gelisah


21.00 untuk mengungkapkan
keluhannya, A : Masalah belum teratasi
P : Lanjurkan intervensi
11.40 Memberikan informasi tentang
perawatan luka post operasi 1. Kaji tingkat kecemasan klien

Memberikan dorongan spiritual 2. Dengarkan semua keluhan


12.20
pada klien (berdoa & ihtiar) 3. Bantu untuk mengidentifikasi cara untuk
Mengobservasi TTV memahami berbagai perubahan akibat penyakit
dan penanganannya.
12.30 Memberikan obat antibiotic
(ceftriaxone 1gr) 4. Beri dorongan spiritual pada klien
65

Menganjurkan klien untuk banyak S: klien mengatakan badannya tidak terasa panas
19 Mei 2023 3. minum air putih (8gelas=2000cc)
20.45 O: suhu tubuh klien 36,50C
Menganjurkan klien untuk
Istirahat Kulit klien tidak teraba hangat
16.00 Kulit klien tidak kemerahan
Memberikan informasi untuk
membatasi aktivitas guna A : masalah hipertermi tercapai
16.00
mencegah kelelahan,
P : lanjutkan tindakan keperawatan dan pertahankan
Menjelaskan kepada klien tentang kondisi klien
11.30 prosedur, tindakan keperawatan,

Jelaskan prosedur tindakan


11.30 perawatan luka post op

Mengkaji tingkat nyeri, lokasi,


19 Mei 2023 4. 11.30 karakteristik dan integritas nyeri
dengan skala (0-10) hasil: masih
nyeri dengan skala 5

Mengukur tanda-tanda vital


66

Memberikan komposts hangat di


abdomen

Menganjurkan klien menggunakan


teknik nafas dalam untuk S : klien mengatakan belum mengetahui semua,
1. 13.30 terutama tentang cara merawat luka post operasi
mengurangi nyeri

Memonitor tingkat kecemasan O :- Klien nampak sering bertanya


klien. - Klien mampak khawatir
08.00 A: Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

1. Kaji tingkat pengetahuan


08.10
2. Kaji tentang prosedur tindakan keperawatan yang
dilakukan
08.30
3. Kolaborasi pemberian Obat

13.20 Menganjurkan klien


menggunakan teknik nafas dalam S :Klien mengatakan luka jahitan masih terasa sakit.
2. untuk menurunkan rasa cemas
Skala Nyeri 3
16.10 Menjelaskan dampak prosedur
pembedahan O :- Ekspostsi wajah sudah tidak menahan nyeri
67

Memberikan antibiotic: - Pasien rencana operasi


ceftriaxone 1gr
- Tanda-tanda vital
08.40 Melakukan pemeriksaan TTV
(terutama suhu) TD: 110/70mmHg, nadi: 88 x/menit, Suhu: 36,5C,
RR: 20x/menit,
3. 08.50 Mengingatkan klien untuk banyak
minum air putih (8gelas=2000cc) A : Masalah teratasi sebagian

P : pertahankan intervensi
13.30
1. Kaji tingkat nyeri
08.45
2. Observasi tanda-tanda vital
08.45
3. Anjurkan teknik relaksasi nafas dalam jika nyeri

4. Memberikan komposts hangat pada abdomen jika


nyeri timbul
68

KASUS 2

Kode
Tanggal Jam Implementasi Evaluasi
NDX

19 Mei 2023 1. 11.30 Mengkaji tingkat nyeri, lokasi, S : - Klien mengatakan luka pasca operasi terasa sakit.
karakteristik dan integritas nyeri
dengan skala (0-10) Skala nyeri 4

O :- Ekspostsi wajah nampak meringis


11.40
Mengukur tanda-tanda vital - Pasien rencana operasi

(TD, N, RR, S) - Tanda-tanda vital


11.50
TD: 100/70mmHg, nadi: 96 x/menit, Suhu: 37,60C,
Mengajarkan teknik relaksasi RR: 20x/menit
12.20
pappermint oil A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
12.20
Memberikan komposts hangat 1. Kaji tingkat nyeri
selama 20 menit.
16.00 2. Observasi tanda-tanda vital

3. Anjurkan teknik relaksasi nafas dalam jika nyeri


Memberikan postisi yang nyaman
69

pada klien setelah melakukan 4. Memberikan komposts hangat pada abdomen


operasi
19 Mei 2023 2. 11.00

Memberikan komposts hangat


selama 20 menit
11.40

12.00
Memberikan informasi untuk
membatasi aktivitas guna
mencegah kelelahan,
S : klien mengatakan belum mengetahui semua,
terutama tentang dampak prosedur tindakan
Menjelaskan kepada klien tentang perawatan luka post operasi
prosedur, tindakan keperawatan,
O :- Klien nampak sering bertanya

- Klien mampak khawatir


Jelaskan prosedur tindakan
perawatan luka A: Masalah belum teratasi
19 Mei 2023 3. 11.30
70

P : Lanjutkan intervensi

1. Kaji tingkat pengetahuan

2. Kaji tentang prosedur tindakan keperawatan yang


11.30 dilakukan

3. Kolaborasi pemberian Obat

13.30

Mengobservasi TTV
19 Mei 2023 4. 08.00

Memberikan obat antibiotic


(ceftriaxone 1gr) untuk mencegah S: klien mengatakan badannya tidak terasa panas
08.10 infeksi
O: suhu tubuh klien 38,40C

Kulit klien tidak teraba hangat


Memberikan komposts hangat di
71

kening Kulit klien tidak kemerahan

A : masalah hipertermi tercapai

Menganjurkan klien untuk P : lanjutkan tindakan keperawatan dan pertahankan


16.10 banyak minum air putih kondisi klien
1. (8gelas=2000cc)

08.40
Menganjurkan klien untuk
Istirahat

13.30

Memberikan informasi untuk


membatasi aktivitas guna
mencegah kelelahan,

3. Menjelaskan kepada klien tentang


prosedur, tindakan keperawatan,

Jelaskan prosedur tindakan


72

Pembedahan

S : klien mengatakan belum mengetahui semua,


terutama tentang prosedur perawatan luka post
operasi

O :- Klien nampak sering bertanya

- Klien mampak khawatir


Mengkaji tingkat nyeri, lokasi, A: Masalah belum teratasi
karakteristik dan integritas nyeri
dengan skala (0-10) hasil: masih

nyeri dengan skala 5 P : Lanjutkan intervensi

1. Kaji tingkat pengetahuan

Mengukur tanda-tanda vital 2. Kaji tentang prosedur tindakan keperawatan yang


Memberikan komposts hangat di dilakukan
abdomen
3. Kolaborasi pemberian Obat

Menganjurkan klien S :Klien mengatakan luka jahitan masih terasa sakit.


menggunakan teknik nafas dalam
untuk mengurangi nyeri Skala Nyeri 3

Memberikan komposts hangat


73

pada abdomen O :- Ekspostsi wajah sudah tidak menahan nyeri

- Pasien rencana operasi

- Tanda-tanda vital

Memberikan antibiotic: TD: 110/70mmHg, nadi: 88 x/menit, Suhu: 36,5C,


ceftriaxone 1gr RR: 20x/menit

Melakukan pemeriksaan TTV A : Masalah teratasi sebagian


(terutama suhu)
P : pertahankan intervensi
Mengingatkan klien untuk banyak
minum air putih (8gelas=2000cc) 1. Kaji tingkat nyeri

2. Observasi tanda-tanda vital

3. Anjurkan teknik relaksasi nafas dalam jika nyeri

4. Memberikan komposts hangat pada abdomen jika


nyeri timbul

S : klien mengatakan badannya sudah tidak terasa panas

O : didapatkan suhu tubuh klien 36,50C, kulit klien


sudah
tidak teraba hangat
74

A : Masalah Hipertermi teratasi

P : Pertahankan intervensi
1

B. Pembahasan

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah dr. A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung

adalah rumah sakit milik Pemerintah Kota Bandar Lampung yang

terletak di Jl. Basuki Rachmat No.73, Teluk Betung, Kota Bandar

Lampung. Berdasarkan izin operasional penyelenggaraan Rumah Sakit

yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung Nomor

445.2.20.09.2011 yang berlaku selama 5 tahun terhitung tanggal 21

Januari 2011 s/d 1 Januari 2016. Tanggal 23 Februari 2011 diterbitkan

SK Menteri Kesehatan RI Nomor HK.03/05/I/564/11 tentang Penetapan

Kelas Rumah Sakit Umum Daerah dr. A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar

Lampung dengan Tipe C.

Berdasarkan SK Walikota Bandar Lampung Nomor 36/09/HK/2011

Tanggal 20 Januari 2011 tentang Pemberian Nama Rumah Sakit Umum

Daerah (RSUD) Kota Bandar Lampung, nama RSUD Kota Bandar

Lampung berubah menjadi Rumah Sakit Umum Daerah dr. A. Dadi

Tjokrodipo Kota Bandar Lampung.

RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung sebagai rumah sakit

rujukan 28 Puskesmas induk dan 56 Puskesmas Pembantu di Wilayah

Kota Bandar Lampung.

1) Perubahan Status Menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)

Dengan terbitnya Undang Undang No. 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara (PBN) dan Peraturan Pemerintah Nomor 23

tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum


2

(PPK-BLU) dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 tahun

2005 tentang Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

Daerah, RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung menjadi

Rumah Sakit Pemerintah berbentuk Pola Pengelolaan Keuangan Badan

Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD). Penerapan peraturan ini

mengakibatkan pola pengelolaan keuangan yang memberikan

fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek

bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

khususnya dibidang kesehatan dalam rangka memajukan kesejahteraan

umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan Keputusan

Walikota Bandar Lampung Nomor 69.1/IV.41/HK/2012 Tanggal 8

Februari 2012 tentang Penetapan Badan Layanan Umum Daerah

(BLUD), RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung ditetapkan

sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Kota Bandar

Lampung.

2) Visi dan Misi RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung

Dalam menjalankan tugasnya, RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo Kota

Bandar Lampung memiliki visi dan misi yang menjadi acuan dalam

menjalankan

fungsinya sebagai rumah sakit umum daerah yang memberikan pelayanan

publik di bidang kesehatan. Visi dan Misi RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo,

yaitu:

Visi :

Menjadi Rumah Sakit yang Profesional, Bermutu, Nyaman dan Mandiri.


3

Misi :

a) Menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional untuk

menunjang pelayanan kesehatan melalui pendidikan dan pelatihan.

b) Pelayanan kesehatan, bermutu, terjangkau dan informatif serta

berorientasi pada kepuasan pasien.

c) Menciptakan lingkungan Rumah Sakit yang bersih, hijau dan bebas

dari polusi.

d) Mengelola seluruh sumber daya secara transparan, efektif, efisien dan

akuntabel.

Selain visi dan misi diatas tujuan dari RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo

sendiri yaitu:

1) Mengupayakan tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal

bagi masyarakat yang optimal bagi masyarakat.

2) Menyediakan akses pelayanan kesehatan makin luas, profesional,

efektif, efisien dan terjangkau bagi semua golongan masyarakat.

3) Menjadikan Rumah Sakit Daerah sebagai pusat rujukan di Wilayah

Kota Bandar Lampung yang berorientasi pada kepuasan pasien.

2. Analisa Data Pengkajian

KASUS 1:

1. Data Demografi:

PENGKAJIAN KASUS I KASUS 2

NAMA Nn.N Tn. Z


UMUR 22 Tahun 30 Tahun
JENIS KELAMIN Perempuan Laki-laki
AGAMA Islam Islam
4

PENDIDIKAN SMA D3 Akuntansi


PEKERJAAN Wiraswasta Swasta
ALAMAT Jln Sultan Agung Way Jln Swadaya V Gunung
Halim Bandar Lampung Terang Bandar Lampung
SUKU BANGSA Jawa Lampung

DIAGNOSA MEDIS Stt Stt

19 Mei 2023 19 Mei 2023


MASUK RS

PEMBAHASAN:

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa terdapat beberapa perbedaan antara

lain: jenis kelamin, usia, dan status pekerjaan.

2. Data Pengkajian Fisik

PEMERIKSAAN KASUS I KASUS 2


FISIK

Kesadaran CM (GCS: 14/ E:4, V: 4, CM (GCS: 14/ E:4, V: 4,


M: 6) M: 6)

Pernafasan 20x/ Menit 20 x/ Menit

Nadi 78 x/ menit 90 x/ menit

Suhu 38,6 0C 39,8 0C

Tekanan Darah 120/80 mmHg 140/90 mmHg


5

PEMBAHASAN:

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui terdapat beberapa berbedaan hasil

pemeriksaan fisik terhadap kasus 1 dan kasus 2, yaitu: TD pada kasus 2 lebih

tinggi dari pada kasus 1, hal ini dikarenakan pada kasus 2 klien mempunyai

riwayat perokok berat, pada kasus 2, suhu tubuh lebih tinggi dari kasus 1 hal ini

dikarenakan riwayat penyakit Sttendicitis pada kasus 2 lebih lama dari pada kasus

1.

3. Pemeriksaan Penunjang

PEMERIKSAAN KASUS 1 KASUS 2

Hemoglobin 14.8 13.2

Leukosit 12910 11230

Hematokrit 43 36

Eritrosit 4.8 4.4

Trombosit 304000 295000

MCV 90.4 87.2

MCH 27.3 30.6

MCHC 30.2 33.1

RDW 22.6 17.6

MPV 8.5 9.5

Basofil 0.1 0.1

Eosinofil 0.4 0.3


6

Batang 3.2 4.6

Segmen 86.6 69.5.6

Limfosit 42 39

Monosit 4.6 5.9

Ureum darah 20.9 22.3

Kreatinin Darah 0.82 0.66

GDS 101 120

Urin Lengkap Kuning Kuning

Fisis warna Jernih Jernih

Kejernihan Khas Khas

Bau

Kimia 1.015 945

Berat jenis 8.0 6.0

PH 500 420

Leukosit

PEMBAHASAN:

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa rata-rata hasil pemeriksaan

laboratorium pada kasus 1 cenderung lebih tinggi dari pada pemeriksaan

labaratorium pada kasus 2, hal ini dibuktikan dengan pemeriksaan ureum creatini

yaitu pada kasus 1 mencapai 20,9 dan 0,82, sedangkan pada kasus 2 hanya
7

mencapai 22,03 dan 0,66, hal ini dikarenakan pada kasus 1 mempunyai riwayat

suka mengkonsumsi minuman bersoda.

4. Data Farmakoterapi

Dalam hasil pemeriksaan terhadap data farmakoterapi yang kami lakukan,

semua tindakan pengobatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sama

antara kasus 1 dan kasus 2.

C. Analisis Diagnosa Keperawatan

KASUS DIAGNOSA KEPERAWATAN

KASUS 1 1. Nyeri Berhubungan Dengan Terputusnya


Kontinuitas Jaringan
2. Kecemasan berhubungan dengan risiko
terjadinya infeksi
3. Risiko Kurang Volume Cairan berhubungan
dengan Pembatasan Intake cairan

KASUS 2 1. Nyeri Berhubungan Dengan Terputusnya


Kontinuitas Jaringan
2. Kecemasan berhubungan dengan risiko
terjadinya infeksi
3. Risiko Kurang Volume Cairan berhubungan
dengan Pembatasan Intake cairan

Pembahasan :

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa untuk kasus 1 dan

kasus 2 masing-masing terdapat 3 masalah utama keperawatan yang harus

diselesaikan, dari ke tiga masalah utama keperawatan diketahui semua

masalah sama, dengan kata lain pasien yang mengalami post op Stt rata-

rata sebagian besar mempunyai masalah keperawatan yang sama.


8

D. Analisa Intervensi Keperawatan

Berdasarkan analisis intervensi yang telah disusun, maka dapat diketahui

bahwa dari kedua kasus, semua masalah utamanya sama, namun yang

membuat berbeda adalah pada masalah keperawatan yang kedua, namun

didalam merumuskan intervensi tetap sama, yaitu mengatasi nyeri, risiko

infeksi dan mengatasi kebutuhan cairan klien.

E. Analisis Implementasi Dan Evaluasi

Berdasarkan asuhan keperawatan yang kami lakukan diketahui bahwa

pada kasus 1 untuk menyelesaikan masalah keperawatan, kami

membutuhkan masing-masing untuk kasus adalah 2 hari, hal ini

dikarenakan hampir semua kasus mempunyai masalah keperawatan yang

sama.

Pada analisis implementasi dan evaluasi, diketahui bahwa pada kasus 1

lebih menekankan pada penatalaksanaan nyeri, begitu juga dengan kasus

2. Untuk terapi yang diberikan antara kasus 1 dan 2 banyak persamaan,

baik dilihat berdasarkan terapi farmakologis maupun nonfarmakologis,

yang menjadi perbedaan dalam melaksanakan implementasi ini adalah

hanya pada masalah keperawatan yang kedua.

F. Pengaruh Terapi Pappermint oil Terhadap Kecemasan

Menurut Peplau (2018), terapi kecemasan dibagi dua yaitu terapi

farmakologi/obat-obatan (anxiolytic) dan terapi non-farmakologi/cara alami

atau dengan psikoterapi (relaksasi). Salah satu terapi non farmakologis yang

dapat digunakan adalah terapi komplementer. Saat ini Complementary and


9

Alternative Medicine (CAM) sudah mulai digunakan dan dikembangkan

dalam dunia kesehatan. Jenis CAM yang populer digunakan dalam bidang

kesehatan yaitu aromaterapi. Minyak pappermint oil yang mengandung

linalool menjadi salah satu aromaterapi yang banyak digunakan, secara

inhalasi (dihirup). Pappermint oil yang diteteskan sebanyak lima tetes

dengan air 30 ml yang diuapkan selama 15 menit untuk dihirup secara

inhalasi oleh pasien. Dampak postitif aromaterapi terhadap penurunan

tingkat kecemasan akan lebih dirasakan apabila diberikan secara langsung

(inhalasi) karena hidung mempunyai kontak langsung dengan bagian-bagian

otak yang bertugas merangsang terbentuknya efek yang ditimbulkan

aromaterapi.

Berdasarkan hasil intervensi dan implementasi terhadap kedua pasien

tersebut dengan memberikan terapi pappermint oil diketahui, sebelum

diberikan terapi pasien mengatakan sangat takut serta khwatir dengan luka

post operasi ini, namun setelah diberikan terapi pappermint oil, kecemasan

pasien menurun dan bahkan sudah tidak merasa cemas.


10

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1) Diketahui dalam hasil pengkajian pada kasus 1 dan kasus 2 sama-sama

mempunyai keluhan utamanya adalah nyeri pada area kuadran bawah

2) Diketahui dalam hasil analisis diagnose keperawatan, sebagian besar

masalah keperawatan pada pasien yang menjalani post op Stt semua

sama, pada kasus 1 terdapat 3 masalah keperawatan dan kasus 2 juga

mempunyai 3 masalah keperawatan.

3) Diketahui pada kasus 1 dan 2 implementasi lebih menekankan pada

penatalaksanaan nyeri

4) Diketahui pada kasus 1 dan 2 evaluasi tindakan keperawatan hanya

membutuhkan 2 hari saja.

B. Saran

1. Teoritis

Diharapkan hasil laporan ini dapat meningkatkan pengetahuan pembaca

tentang post op Stt dan sebagai wacana untuk mengetahui pelaksanaan

proses asuhan keperawatan pada pasien dengan post op Stt

2. Praktis

a) Bagi Rumah Sakit

Diharapkan hasil laporan ini dapat diigunakan sebagai acuan dalam

meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dalam pemberian asuhan

keperawatan pada pasien dengan post op Stt


11

b) Bagi Tim Kesehatan

Diharapkan kepada tim kesehatan, hasil laporan ini dapat digunakan

sebagai masukan bagi tim kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan,

sikap dan perilaku dalam upaya peningkatan asuhan keperawatan serta

pencegahan komplikasi pada pasien dengan post op Stt

c) Bagi Instansi Akademik

Diharapkan hasil laporan ini dapat digunakan sebagai referensi

institusi pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikannya di masa

yang akan datang.

d) Bagi Pasien dan Keluarga

Diharapkan hasil laporan ini dapat menambah informasi tentang

gambaran umum penyakit Sttendik sehingga dapat menumbuhkan

kesadaran untuk meningkatkan kesehatannya serta mampu melakukan

perawatan yang tepat bagi keluarganya.


12

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. (2016). Cancer facts and figures. Atlanta.

Brunner and Suddarth. (2021). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8
volume 2. Jakarta : EGC.

Diyono, Sri Mulyanti. (2018). Keperawatan Medikal Bedah : Sistem Pencernaan.


Jakarta : KENCANA

Depkes R.I., 2020. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta

Lemone, P., & Burke, K. (2015). Medical-surgical nursing : critical thinking in


client care. (3rd ed). Upper Saddle River, NJ : Postntice Hall.

Moore KL, Dalley AF, Agur AMR, Moore ME. 2014. Anatomi berorientasi
klinis. Edisi ke−5. Jakarta: Erlangga

Sjamsuhidajat, R. dkk. (2020), Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC

Singh, Y.K. (2014). Fundamental of Research Methodology and Statistics. New


Delhi: New Age International (P) Limited Publishers
13

LEMBAR PENGUKURAN SKALA NYERI

Pengukuran nyeri Pre-test (Sebelum terapi peppermint oil)

A. Data Demografi Responden

Nama (Inisial) :

Umur :

Jenis kelamin :

Nyeri di bagian :

P:

Q:

R:

S:

T:

Makanan yang di sukai :

B. Petunjuk Desriptif
Untuk pengumpulan data terdapat penilaian nyeri PQRST, yaitu P: Preventif
yang menunjukan, Q: Quality untuk kualitas nyeri yang di rasakan, R: Regio
untuk daerah/lokasi nyeri, S : Skala yang di rasakan dengan bantuan
instrumen Pain Rating Scale, dan T : Time untuk lama rasa nyeri yang
dirasakan. Dibawah ini terdapat skala pengukuran nyeri yang berbentuk
garis horizontal yang menunjukkan penilaian deskriptif :
14

Skala angka mulai dari 0 -10 (Numeric Rating Scale) sebagai berikut :

0: tidak ada rasa nyeri/normal

1: Nyeri hampir tidak terasa (sangat ringan) seperti gigitan nyamuk.

2: Tidak menyenangkan (nyeri ringan) seperti dicubit.

3: Bisa di toleransi (nyeri sangat terasa) seperti ditonjok bagian wajah atau
disuntik.

4: Menyedihkan (kuat,nyeri yang dalam) seperti sakit gigi dan nyeri disengat
tawon.

5: Sangat menyedihkan (kuat,nyeri yang dalam) seperti terkilir, keseleo.

6: Intens (kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga tampaknya
mempengarugi salah satu dari panca indera) menyebabkan tidak fokus dan
komunikasi terganggu.

7: Sangat intens (kuat, dalam nyeri yang menusuk begitu kuat) dan merasakan
rasa nyeri yang sangat menominasi indera si penderita yang menyebabkan tidak
bisa berkomunikasi dengan baik dan tidak mampu melakukan perawatan diri.

8: Benar- benar mengerikan (nyeri yang begitu kuat) sehingga si penderita tidak
dapat berfikir jernih, dan sering mengalami perubahan kepribadian yang parah
jika nyeri datang dan berlangsung lama.

9: Menyiksa tak tertahan (nyeri yang begitu kuat) sehingga si penderita tidak bisa
mentoleransinya dan ingin segera menghilangkan nyerinya bagaimanapun
caranya tanpa peduli dengan efek samping atau resikonya.

10: Sakit yang tidak terbayangkan tidak dapat di ungkapkan (nyeri begitu kuat
tidak di sadarkan diri) biasanya pada skala ini si penderita tidak lagi merasakan
nyeri karena sudah tidak sadarkan diri akibat rasa nyeri yang sangat luar biasa
seperti pada kasus kecelakaan parah, multi fraktur.
15

INFORMED CONSENT

(Lembar Persetujuan Responden )

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama responden :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Pekerjaan :

P. A :

Alamat :

Setelah mendapat keterangan secukupnya serta mengetahui manfaat penelitian


yang berjudul “Penerapan Aroma Therapi Pappermint oil Dengan Masalah Nyeri
Post Op Pada Pasien Soft Tissu Tumor (STT) Di Ruang E4 RSD. A. Dadi
Tjokrodipo Bandar Lampung”

Saya menyatakan *) bersedia/ tidak bersedia diikut sertakan dalam penerapan


ini. Saya percaya apa yang saya sampaikan dijamin kebenaranya.

Bandar Lampung , Mei 2023

Pelaksana Saksi Subjek

( ) ( ) ( )

NB: *) Coret yang tidak perlu

Anda mungkin juga menyukai