1 Tahun 2018
1
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
Penanggung Jawab
Dr. Muhammad Taufiq, DEA (Deputi Kajian Kebijakan, LAN)
Pemimpin Redaksi
Erna Irawati, S.Sos., M.Pol.Adm.
Redaktur
Meita Ahadiyati Kartikaningsih, Phd.
Mitra Bebestari
1. Dr. Adi Suryanto, M.Si.
2. Dr. Erwan Agus Purwanto, M.Si.
3. Dr. Sunarto, M.Si.
4. Prof. Dr. Irfan Ridwan Maksum, M.Si.
5. Prof. Dr. R. Siti Zuhro, MA.
6. Dr. Robert Na Endi Jaweng
Alamat Redaksi
Pusat Pembinaan Analis Kebijakan
Deputi Bidang Kajian Kebijakan, Lembaga Administrasi Negara
Gedung B Lantai 4
Jl. Veteran, No. 10, Jakarta, 10110
Telp: (021) 3868201-5 ext. 136
Website: pusaka.lan.go.id
Email: pusaka@lan.go.id dan analiskebijakan@gmail.com
i
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
DAFTAR ISI
Keredaksian......................................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................................. ii
Sambutan............................................................................................................................. iii
Sekapur Sirih....................................................................................................................... iv
Salam Redaksi ..................................................................................................................... v
PENGAWASAN E-COMMERCE SEBAGAI PERLINDUNGAN KONSUMEN
DI INDONESIA
Deky Paryadi ..................................................................................................................... 1
URGENSI REFORMASI BIROKRASI DAN REFORMASI REGULASI
DALAM MEMBANGUN TATA KELOLA EKONOMI DI INDONESIA
Paramita Nur Kurniati, Alita Roesida ............................................................................... 16
STRATEGI KEBIJAKAN PERCEPATAN PERIZINAN BERUSAHA MENUJU
TARGET EoDB 2020
M. Rezky Aditya Ardiyan, Sabilla Ramadhiani Firdaus .................................................. 31
MENGUKUR INISIATIF PEMERINTAH DAERAH DALAM MENDORONG
KEMUDAHAN BERUSAHA MELALUI LOCAL GOVERNMENT CAPACITY
FOR BUSINESS (LGCB) INDEX
Agit Kristiana, Muhammad Syafiq, Aldhino Niki Mancer............................................... 42
RE-THINKING KEBIJAKAN REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Erna Irawati, Putri Hening ................................................................................................ 53
DESA SEBAGAI PENGGERAK EKONOMI LOKAL: POTRET
TRANSFORMASI EKONOMI TIGA DESA DI JAWA
Rusman Nurjaman, Robby Firman Syah .......................................................................... 71
POLICY BRIEF CORNER ............................................................................................. 91
REFORMASI REGULASI DAN BIROKRASI PERIZINAN USAHA DALAM
MENDORONG PERBAIKAN IKLIM INVESTASI DAERAH
Tities Eka Agustine, Mohamad Yudha Prawira ............................................................... 92
PERCEPATAN PENAWARAN PARTICIPATING INTEREST 10% KEPADA
BUMD UNTUK MENINGKATKAN PEREKONOMIAN DAERAH
Barkun Kharisma Suko ..................................................................................................... 97
EDITORIAL OF CONCERN .......................................................................................... 103
ii
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
SAMBUTAN
Indonesia saat ini menempati posisi sebagai negara dengan ekonomi terbesar ke-16 di
dunia dan banyak ekonom memperkirakan bahwa Indonesia mampu naik kelas menjadi
negara dengan ekonomi terbesar ke-7 di dunia pada 2030 (McKinsey Global Institute, 2012).
Peluang ini yang kemudian menjadi perhatian serius Presiden Joko Widodo untuk terus
memperbaiki tata kelola ekonomi Indonesia yang tertuang secara tersurat dalam Nawa Cita.
Birokrasi menjadi mesin utama (enabling factor) penggerak perekonomian dari
tingkat lokal hingga internasional. Namun salah satu permasalahan utama yang terjadi dalam
membangun perekonomian adalah lemahnya peran pemerintah melalui instrumen
kebijakannya untuk membangun tata kelola ekonomi yang baik. Permasalahan kebijakan
pengembangan ekonomi seringkali masih dikooptasi oleh konflik kepentingan sesaat
kelompok elite tertentu yang bermotif politis, dan motif-motif sektoral lainnya. Berbagai
konflik kepentingan yang terjadi seringkali memicu tidak kondusifnya iklim usaha di
Indonesia dan hal ini sangat bertentangan dengan cita-cita membangun daya saing nasional
yang tengah menjadi prioritas kerja Presiden Joko Widodo.
Tema yang diangkat dalam Jurnal Analis Kebijakan Vol. 2 Nomor 1 Tahun 2018 saya
pandang penting untuk diangkat saat ini. Hasil-hasil analisis mendalam yang diulas oleh para
penulis dapat menjadi referensi dan sharing pembelajaran antar stakeholder kebijakan untuk
mendorong perbaikan kualitas kebijakan ekonomi pemerintah.
Saya mengucapkan terima kasih kepada para para penulis, mitra bebestari, pengelola
Jurnal Analis Kebijakan, serta pihak lain yang telah bekerja keras untuk dapat menyelesaikan
penerbitan jurnal ini. Akhir kata, saya ucapkan selamat atas terbitnya Jurnal Analis Kebijakan
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2018. Semoga jurnal ini dapat bermanfaat bagi perbaikan
kebijakan publik di Indonesia.
Muhammad Taufiq
iii
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
SEKAPUR SIRIH
John Stuart Mill dalam karya besarnya di tahun 1848, “Principles of Political
Economy”, melihat betapa struktur kekuasaan sangat mempengaruhi pencapaian ekonomi
sebuah bangsa. Kekuatan pasar sebagai manifestasi kekuatan ekonomi dapat dipandang
sebagai sebuah institusi kekuasaan yang amat menentukan kesejahteraan banyak orang, maka
peran pemerintah dinilai sangat penting untuk mengatur pasar ini melalui kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkannya yang diharapkan mampu memberikan kesejahteraan bagi
segenap warga bangsa serta mampu mengantisipasi konsekuensi-konsekuensi yang mungkin
akan terjadi baik pada level lokal maupun global.
Berbicara soal tata kelola ekonomi maka amatlah menarik jika dicermati kembali
rumusan Nawa Cita dari Bapak Presiden Joko Widodo. Pada butir-butirnya yang ke-3, 5, 6,
dan 7, secara berturut-turut, membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat
daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, meningkatkan kualitas hidup
manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program
"Indonesia Pintar"; meningkatan kesejahteraan masyarakat serta meningkatkan daya saing di
pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa
Asia lainnya, serta mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik. Dari keempat visi dan misi Presiden ini bisa dikatakan bahwa isu
tata kelola ekonomi menjadi bagian yang amat dominan dan dianggap sebagai motor dari
kesejahteraan rakyat secara keseluruhan.
Untuk mewujudkan tata kelola ekonomi yang sehat dan memiliki dampak yang luas
sesuai visi dan misi Nawa Cita, maka Pemerintah Indonesia dalam hal ini juga para ASN
diharapkan mampu meningkatkan kualitas kebijakan yang diambil Pemerintah mengingat
kompleksnya masalah kebijakan publik di Indonesia. Reformasi birokrasi dan reformasi
regulasi yang mampu mendukung kemudahan berusaha (ease of doing business) dan
menciptakan iklim kemudahan berusaha yang kondusif serta kebijakan yang mampu
memberikan perlindungan bagi konsumen di tengah meningkatnya penggunaan e-commerce ,
merupakan isu-isu yang perlu mendapatkan perhatian serius.
Di dalam menjawab persoalan-persoalan di atas, Lembaga Administrasi Negara
melalui Jurnal Analis Kebijakan memiliki semangat untuk mendorong peran aktif Analis
Kebijakan dan para peneliti kebijakan lainnya di Indonesia, sesuai dengan bidang
kepakarannya masing-masing, untuk memberikan kontribusi pengetahuan serta menghasilkan
kebijakan-kebijakan baru yang inovatif dan mencerahkan yang mampu berkontribusi bagi
kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Jurnal Analis Kebijakan diharapkan mampu menjadi
rujukan informasi kebijakan yang handal bagi para pemangku kepentingan dalam
pengambilan keputusan yang relevan.
Kepala LAN
Adi Suryanto
iv
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
SALAM REDAKSI
Dear Oasisenz,
Kemampuan pemerintah dalam mengelola urusan administrasinya pasti memberikan
dampak yang signifikan terhadap iklim ekonomi yang ada di wilayahnya. Tata Kelola
ekonomi di Indonesia sudah banyak mengalami perubahan pasca reformasi 20 tahun silam.
Hal ini dibuktikan dengan tidak hanya tata kelola swasta saja yang sudah semakin transparan,
tapi tata kelola ekonomi pemerintah juga sudah mampu bersaing dan menyesuaikan dengan
perkembangan zaman. Kini sudah banyak institusi yang mempublikasikan neraca
keuangannya sebagai bentuk akuntabilitas dalam pengelolaan urusan institusinya.
Di tengah perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini, transaksi perdagangan
e-commerce berkembang dengan pesat dan tidak lagi melihat batas-batas wilayah negara. E-
commerce merupakan model perjanjian jual beli dengan karakteristik yang berbeda dengan
transaksi jual beli konvensional dan lingkupnya pun tidak hanya lokal namun juga bersifat
global. Permasalahan muncul ketika terjadi kekosongan regulasi kaitannya dengan
pengawasan transaksi e-commerce. Hal ini muncul karena adanya perbedaan karakteristik
dimana e-commerce memiliki sifat yang lebih spesifik dibanding dengan perdagangan
konvensional. Oleh karena itu, Deky Paryadi dari Kementerian Perdagangan mencoba
membahas mengenai perlindungan konsumen dan e-commerce. Pembahasan difokuskan pada
bagian pengawasan e-commerce di Indonesia untuk menjamin terselenggaranya hak-hak
konsumen dalam transaksi e-commerce.
Salah satu tujuan pembangunan tata kelola ekonomi di Indonesia adalah untuk
meningkatkan kepercayaan pihak eksternal, termasuk investor dan lembaga pemeringkat,
terhadap potensi perekonomian Indonesia baik secara makro maupun mikro. Tata kelola
ekonomi merupakan instrumen untuk membentuk iklim investasi yang kondusif dan
membangun daya saing industri nasional. Paramita Nur Kurniati dan Alita Roesida
mencoba menjelaskan bahwa reformasi birokrasi dan reformasi regulasi dipandang menjadi
faktor kunci dalam membangun tata kelola ekonomi nasional. Untuk itu, debirokratisasi,
deregulasi dan reregulasi harus terus diupayakan. Di samping itu, pelaksanaan gerakan
revolusi mental dan peningkatan kualitas Aparatur Sipil Negara harus dikedepankan dan
dilakukan bersamaan dengan restrukturisasi kelembagan birokrasi. Upaya-upaya tersebut
tentu membutuhkan dukungan dari segenap masyarakat berupa sikap optimisme dan
kepercayaan terhadap pemerintah. Hal ini merupakan modal penting bagi pemerintah untuk
menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan
rakyat.
Selanjutnya, M. Rezky Aditya Ardiyan dan Sabilla Ramadhiani Firdaus mencoba
mengulik strategi kebijakan percepatan perizinan berusaha di Indonesia. Hal ini menjadi
agenda yang penting dikarenakan peningkatan capaian Ease of Doing Business (EoDB) tahun
2018 menjadi suatu pijakan yang makin mantap untuk menyongsong tata kelola
perekenomian nasional yang semakin baik, dan tentu diharapkan dapat mendorong
kemudahan berusaha di Indonesia. Kebijakan yang hadir, sangat memiliki andil untuk
menggiring roda perekonomian bangsa. Kebijakan yang ramah untuk investor, namun tetap
disiplin dalam menegakkan kebijakan perizinan diharapkan dapat terjalin, di tingkat pusat
maupun daerah. Pasca diberlakukannya Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2017 tentang
Percepatan Pelaksanaan Berusaha, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mempercepat
dan mempermudah pelayanan untuk berusaha dengan penggunaan teknologi informasi
v
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
vi
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
dalam waktu cepat oleh para pembuat kebijakan. Dalam policy brief pertama, mencoba
membahas penciptaan iklim investasi untuk membangun tata kelola ekonomi yang lebih baik.
Penciptaan iklim investasi yang kondusif menjadi salah satu prioritas pemerintah di era
Jokowi-JK. Lebih jauh lagi, kegiatan prioritas yang tertulis dalam Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) 2018 telah menjadikan pelaksanaan harmonisasi dan simplifikasi peraturan perizinan;
serta pengembangan layanan perizinan terpadu menjadi kegiatan prioritas.
Kaitannya dengan hal di atas, Tities Eka Agustine dan Mohamad Yudha Prawira
mencoba membahas mengenai regulasi dan layanan perizinan (birokrasi). Tumpang tindihnya
regulasi pada tingkatan nasional menyebabkan regulasi daerah terus menjamur. Ketentuan
regulasi daerah yang belum disesuaikan dengan regulasi nasional hingga kebermasalahan
substansi yang menghambat iklim usaha masih menyisakan pekerjaan rumah. Di sisi lain,
pelimpahan kewenangan PTSP yang belum sempurna turut menambah daftar masalah dalam
peningkatan iklim investasi. Keterbatasan personil, penggunaan teknologi yang rendah dan
juga tidak tersedia panduan pelayanan perizinan membuat birokrasi perizinan belum bekerja
secara maksimal. Akibatnya, jumlah prosedur perizinan semakin panjang, waktu dan biaya
pun juga bertambah. Mengalir dari kondisi tersebut, maka dibutuhkan pendekatan yang
menyeluruh dimana seluruh komponen pemerintahan saling bersinergi. The whole
government approach, menjadi salah satu rekomendasi untuk menyederhanakan regulasi dan
birokrasi perizinan. Komitmen menyeluruh, konsistensi dalam evaluasi regulasi dengan
menggunakan alat pemantauan yang sama, penguatan dan pembinaan baik untuk instansi
vertikal serta horizontal perlu diinisiasi. Pada tataran birokrasi, penguatan kapasitas personil,
dukungan teknologi informasi serta panduan pelayanan perizinan akan menjadi tahapan
lanjutan yang komprehensif dalam memperbaiki iklim investasi di daerah.
Policy brief kedua ditulis oleh Barkun Kharisma Suko yang mencoba membahas
terkait Participating Interest 10 % (PI 10%) merupakan besaran sebesar maksimal 10% yang
wajib ditawarkan oleh Kontraktor kepada BUMD. PI 10% dimaksudkan untuk meningkatkan
peran serta daerah dalam pengelolaan industri migas di daerahnya. Proses penawaran PI 10%
masih belum berjalan dengan baik disebabkan sejumlah kendala seperti minimnya
pemahaman pemerintah daerah terkait PI 10%, perselisihan di daerah terkait pembagian porsi
saham, penunjukan BUMD yang belum memenuhi syarat dan permasalahan pada proses
verifikasi BUMD. Untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang muncul tersebut,
dalam policy brief ini mencoba menjabarkan langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan
tersebut guna mempercepat proses penawaran PI 10%.
Lembaga Administrasi Negara menyampaikan terima kasih kepada para penulis yang
telah berpartisipasi aktif menyebarluaskan gagasan konstruktifnya untuk peningkatan kualitas
kebijakan publik di Indonesia melalui media Jurnal Analis Kebijakan. Kami nantikan
partisipasi aktif dari para penulis baik analis kebijakan maupun pemerhati kebijakan lainnya
untuk menuliskan hasil analisis kebijakannya dalam penerbitan Jurnal Analis Kebijakan edisi
berikutnya.
Salam Analis Kebijakan.
vii
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
ARTIKEL JURNAL
viii
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
Deky Paryadi
Pusat Pengkajian Kerjasama Perdagangan Internasional,
Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan, Kementerian Perdagangan
Abstrak
Transaksi perdagangan e-commerce berkembang dengan pesat dan tidak lagi melihat batas-
batas wilayah negara. Dengan karakteristik yang berbeda dengan perdagangan konvensional
dan belum adanya regulasi yang secara khusus menangani e-commerce menjadikan
kekosongan hukum dalam hal pengawasan transaksi e-commerce. Penelitian ini
menggunakan data-data sekunder dalam melihat permasalahan pengawasan, yaitu berupa
artikel, buku, hasil penelitian, jurnal, makalah dan tulisan ilmiah lainnya di bidang hukum
yang membahas mengenai perlindungan konsumen dan e-commerce. Pengawasan akan
mudah dilakukan apabila status pelaku usaha e-commerce terdaftar sesuai regulasi yang
berlaku. Pengawasan tidak serta merta tanggung jawab Pemerintah, namun masyarakat
sebagai konsumen harus ikut andil dalam pengawasan.
Kata Kunci : e-commerce, pengawasan, perlindungan konsumen
Abstract
E-commerce trade transactions are growing rapidly and no longer see the boundaries of the
country. Different characteristics from conventional trading and absence of regulations
concerning e-commerce create legal vacuum in terms of monitoring e-commerce
transactions. This study utilized secondary data in looking at supervisory issues, including
articles, books, research results, journals, papers and other scientific papers in the field of
law that discusses consumer protection and e-commerce. Supervision will be less problematic
if the status of e-commerce business actor is registered according to applicable regulation.
Supervision should not entirely be Government responsibility, but the community as
consumers must take part in the supervision.
Keywords : e-commerce, supervision, consumer protection
1
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
sional, hal ini tidak mengherankan jika kita mulai diperkenalkan. Perkembangan inter-
lihat keuntungan dari e-commerce tersebut, net ini mendorong transaksi-transaksi
seperti jangkauan pasar yang luas dan perdagangan internasional semakin cepat.
dapat menekan biaya operasional atau Dengan internet, batas-batas wilayah
promosi (overhead) sebab perusahaan negara dalam melakukan transaksi dagang
tidak harus membuka gerai (showroom) di menjadi tidak lagi signifikan. Praktik
berbagai tempat dan memasang iklan perdagangan melalui internet digambarkan
promosi di berbagai media untuk memper- juga sebagai “final frontiers of commerce”
kenalkan produknya, cukup hanya dengan pada abad ke-21 ini (Kamlesh K. &
membuat homepage atau website saja yang Debjani Nag).
berisi informasi perusahaan beserta Banyaknya kemudahan dalam meng-
produk-produknya. Industri e-commerce di akses internet membuat konsumen e-
Indonesia diharapkan mampu terus ber- commerce meningkat, beberapa alasannya
kembang. Tak cuma sekadar mendukung antara lain, adalah praktis, kemudahan
perekonomian negeri ini, tapi juga menjadi sistem pembayaran, efisiensi waktu dan
tulang punggung Indonesia di era digital banyaknya harga promo yang menarik dari
ekonomi (http://biz.kompas.com).
pelaku usaha online. Namun di balik
Dalam kaitannya melakukan e- segala kemudahan dan keuntungan yang
commerce, terdapat 2 (dua) cara melaku- ditawarkan, timbul pula kekhawatiran akan
kan transaksi e-commerce yaitu melalui tanggung jawab perusahaan online kepada
media internet dan melalui aplikasi konsumen e-commerce mengingat begitu
Electronic Data Interchange (EDI) yang banyaknya perusahaan online. Melihat hal
digunakan untuk mentransfer dokumen tersebut, maka akan sangat penting melihat
secara elektronik seperti order pembelian, konsumen sebagai subjek yang sangat erat
invoice, dokumen pengapalan dan kores- kaitannya dengan bisnis online tersebut.
pondensi bisnis lainnya. EDI adalah cara Dengan segala kemudahan yang
mengganti transaksi melalui kertas ke diperoleh dari perkembangan e-commerce
dalam bentuk elektronik (Kamlesh K. &
menjadikan adanya potensi pelanggaran
Debjani Nag, 1999). Perkembangan yang akan dialami konsumen dalam
internet dalam intensitas tinggi, pening-
melakukan transaksi e-commerce. Anca-
katan kapasitas, kemudahan mengakses
man yang dimaksud adalah terdapatnya
dan semakin murahnya biaya penggunaan pelanggaran-pelanggaran yang berpotensi
internet menyebabkan perubahan revolu- merugikan konsumen dalam setiap
sioner dalam penggunaannya di berbagai transaksi. Dalam kenyataannya, banyak
bidang, seperti komunikasi, hiburan, kendala yang dihadapi terkait masalah
pariwisata dan bidang lainnya. Namun dari perlindungan konsumen dalam transaksi e-
sekian banyak tersebut, bidang perdagang- commerce, seperti ketidakjelasan hukum
an yang mengalami perkembangan paling antar pelaku e-commerce, termasuk
signifikan dalam penggunaan media mengenai hubungan-hubungan hukum dari
internet di masyarakat. para pihak yang melakukan transaksi e-
Perkembangan aturan-aturan perda- commerce.
gangan juga tidak terlepas dari pengaruh Hukum harus dapat menegaskan
perkembangan teknologi. Pengaruh tekno- secara pasti hubungan-hubungan hukum
logi tersebut semakin nyata dengan dari para pihak yang melakukan transaksi
lahirnya e-commerce. Perkembangan yang e-commerce. Tingginya pelanggaran dan
cukup signifikan terjadi dengan melihat penipuan transaksi e-commerce serta
dari kuantitas transaksi melalui sarana e-
rendahnya kualitas pasca layanan, meru-
commerce ini. E-commerce mulai berkem- pakan hambatan utama dalam membangun
bang secara signifikan ketika internet kepercayaan kepada masyarakat digital di
2
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
3
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
kan, harga dan cara pembayaran, sampai Indonesia yang memang dirasa belum siap.
dengan cara penyerahan barang. E-commerce merupakan model perjanjian
jual beli dengan karakteristik yang berbeda
UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang
dengan transaksi jual beli konvensional
perlindungan konsumen memang telah
dan lingkupnya pun tidak hanya lokal
mengatur hak dan kewajiban bagi
namun juga bersifat global. Sifatnya yang
produsen dan konsumen, namun tidak
sangat spesifik menjadikan e-commerce
secara spesifik dapat diterapkan dalam e-
memerlu-kan regulasi serta treatment
commerce. Belum adanya regulasi khusus
khusus, terutama terkait dengan pengawas-
yang mengatur masalah perjanjian virtual,
an transaksi e-commerce. Belum adanya
maka secara otomatis perjanjian-perjanjian
regu-lasi yang secara khusus menangani e-
di internet tersebut akan diatur oleh hukum
commerce menjadikan kekosongan hukum
perjanjian yang berlaku secara konvensio-
dalam hal pengawasan transaksi e-
nal.
commerce.
Dalam PP 82 Tahun 2012 tentang
Berdasarkan latar belakang tersebut
Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
terdapat permasalahan yang hendak diang-
Elektronik khususnya Pasal 10, dalam hal
kat dalam studi ini, antara lain adalah
penyelenggaraan sistem elektronik, diatur
bagai-mana peran dan fungsi pemerintah
bahwa tenaga ahli untuk sektor strategis
dalam pengawasan e-commerce di
harus merupakan WNI. Dalam hal tenaga
Indonesia untuk menjamin terselenggara-
ahli belum tersedia, dimungkinkan untuk
nya hak-hak konsumen dalam transaksi e-
memperkerjakan WNA. Dalam penje-
commerce.
lasannya disebutkan bahwa yang dimaksud
dengan “Sistem Elektronik yang bersifat B. Studi Literatur
strategis” adalah Sistem Elektronik yang
dapat berdampak serius terhadap kepen- a. Pengawasan Perdagangan
tingan umum, pelayanan publik, kelan- Definisi pengawasan, menurut
caran penyelenggaraan negara, atau per- Peraturan Menteri Perdagangan No.20/M-
tahanan dan keamanan negara. Contoh: DAG/ PER/5/2009 tentang Ketentuan dan
Sistem Elektronik pada sektor kesehatan, Tata Cara Pengawasan Barang dan/atau
perbankan, keuangan, transportasi, perda- Jasa adalah serangkaian kegiatan yang
gangan, telekomunikasi, atau energi. diawali pengamatan kasat mata, penguji-
an, penelitian dan survei terhadap barang
Rancangan Pemerintah terkait e- atau jasa, pemenuhan ketentuan standar,
commerce yang saat ini tengah disusun pencantuman label, klausula baku, cara
seolah menambah keyakinan pelaku usaha
menjual, pengiklanan, serta pelayanan
bahwa pemerintah tidak serius untuk purna jual barang dan jasa beredar di
mendorong industri berbasis elektronik.
pasar adalah barang atau jasa yang
Sementara untuk ketentuan lebih lanjut ditawarkan, dipromosikan, diiklankan,
akan diatur dalam Peraturan Pemerintah diperdagangkan, dipergunakan, atau
yang hingga saat ini masih didorong dimanfaatkan konsumen di wilayah
penyelesaiannya. Indonesia baik produksi dalam negeri
Dari latar belakang yang telah maupun luar negeri.
dipaparkan sebelumnya, terdapat hal yang Adapun ruang lingkup dari penga-
belum diperhatikan yaitu masalah wasan yang dilakukan meliputi barang
pengawasan. Sudah menjadi rahasia umum dan/atau jasa yang beredar di pasar,
masalah pengawasan merupakan kendala barang yang dilarang beredar di pasar,
yang amat sulit dikarenakan kondisi barang yang diatur tata niaganya, perda-
geografis dan kondisi infrastruktur serta gangan barang-barang dalam pengawas-
sumber daya manusia aparat pemerintah di an, serta distribusi. Pengawasan peme-
4
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
5
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
6
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
karena e-commerce itu sendiri sangat hal perlindungan konsumen. Isu yang pen-
kompleks dan terjadi di lintas negara. ting dari perdagangan e-commerce dalam
Undang-undang Perdagangan berusaha UU Perdagangan ini adalah bagaimana UU
untuk merumuskan sebuah kebijakan ini dapat melindungi pelaku usaha mikro
untuk mengatur perdagangan, baik itu yang baru berkembang tanpa mengesam-
perdagangan dalam negeri maupun luar pingkan perlindungan konsumen. Adanya
negeri melalui sebuah kebijakan dan amanat dari Pasal 65 UU Perdagangan
pengendalian, dan salah satunya adalah terkait pelaku usaha e-commerce yang
terkait dengan perlindungan konsumen. diharuskan menyediakan data dan
informasi akan memberikan dampak baik
Kementerian Perdagangan bersama
bagi perlindungan konsumen. Dalam Pasal
stakeholder terkait sedang menyusun
65 ayat (4) UU Perdagangan disebutkan:
peraturan pelaksana berupa Rancangan
(4) Data dan/atau informasi
Peraturan Pemerintah yang relevan terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan perdagangan e-commerce sebagai
paling sedikit memuat:
implementasi dari amanat Pasal 66 UU
a. identitas dan legalitas Pelaku
Perdagangan. Hal ini merupakan awal
Usaha sebagai produsen atau
yang baik karena akhirnya Indonesia
Pelaku Usaha Distribusi;
memiliki dasar hukum untuk melakukan
pengelolaan perdagangan transaksi elek- b. persyaratan teknis Barang yang
tronik. Pengaturan e-commerce ini tentu- ditawarkan;
c. persyaratan teknis atau kualifi-kasi
nya dapat memberikan kejelasan bagi
Jasa yang ditawarkan;
pelaku usaha e-commerce dan konsumen
d. harga dan cara pembayaran
masyarakat yang sering melakukan
Barang dan/atau Jasa; dan
kegiatan bisnis berbasis internet. Sebagai-
e. cara penyerahan Barang.
mana dijelaskan sebelumnya pangsa pasar
e-commerce Indonesia merupakan Pasal 65 UU Perdagangan ini hampir
tertinggi di ASEAN dan diperkirakan selaras dengan ketentuan Pasal 25
akan tumbuh sekitar US$ 25-30 miliar Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2012
(Kearney, 2015). Tentang Penyelenggara Sistem Transaksi
Aspek perlindungan konsumen Elektronik (PP PSTE). Harmonisasi kebi-
dalam UU perdagangan dapat dilihat dari jakan ini penting untuk dapat menjamin
adanya aturan terkait standarisasi dan adanya kepastian hukum dalam menjalan-
label. Hal ini akan sangat mendukung kan bisnis e-commerce baik bagi pelaku
praktek perlindungan bagi konsumen. usaha maupun bagi konsumen. Sehingga
Adanya aturan standarisasi sebuah produk pelaku bisnis e-commerce dapat menja-
menjadikan suatu produk yang akan lankan bisnisnya tanpa mengabaikan
dijual ke konsumen memiliki kualitas perlindungan sebagai konsumen.
yang sudah terstandar dan diakui oleh Penguatan perlindungan konsumen
peme-rintah, sehingga akan mengurangi dalam perdagangan e-commerce adalah
resiko dari segi keamanan dan kesela- aspek yang sangat penting. Selain aturan
matan konsumen. Terkait dengan label, dan regulasi, diperlukan juga penguatan
hal ini juga salah satu aspek perlindungan dalam bentuk mekanisme kelembagaan
konsumen dalam UU Perdagangan, yang meningkatkan signifikansi dan
karena dalam ketentuannya semua kepercayaan (kredibilitas) dari
barang/jasa yang masuk ke Indonesia lembaga‐lembaga terkait yang memiliki
harus menggunakan label bahasa kewenangan untuk melindungi kedua
Indonesia. belah pihak (pelaku usaha dan konsumen)
Dalam UU Perdagangan tersebut dari praktik penipuan dan penyalahguna-
telah memuat beberapa poin penting dalam an media internet.
7
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
8
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
9
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
10
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
Dari data dan penelitian tersebut dan keseimbangan, tidak boleh merugikan
disebutkan sebab-sebab konsumen merasa kepentingan pelaku usaha (Ahmadi Miru
tidak aman dalam melakukan transaksi e- dan Sutarman Yodo, 2010), namun seba-
commerce, yaitu adanya kesenjangan liknya melalui perlindungan konsumen
peraturan, tidak ada yurisdiksi lintas batas tersebut diharapkan dapat mendorong
dan adanya kejahatan dunia maya (cyber iklim berusaha yang sehat dan lahirnya
crime) yang sulit dihindari. Melihat hal ini perusahaan yang tangguh dalam meng-
concern pertama yang harus dilakukan hadapi persaingan melalui penyediaan
pemerintah adalah memberikan aturan barang dan/atau jasa yang berkualitas.
hukum dan regulasi yang jelas dan tegas Upaya pembinaan perlindungan konsumen
terkait transaksi e-commerce dengan yang diselenggarakan oleh pemerintah
melibatkan stakeholder dan pelaku usaha sebagai amanat UU adalah sebagai upaya
e-commerce. untuk menjamin diperolehnya hak konsu-
men dan pelaku usaha serta dilaksana-
Adanya UU Perdagangan ini men-
kannya kewajiban masing-masing sesuai
jadikan transaksi e-commerce memiliki
asas keadilan.
payung hukum yang jelas dalam pelaksa-
naannya. Namun UU Perdagangan masih Terkait dengan pengawasan juga di
memerlukan Peraturan Pemerintah terkait atur dalam Pasal 30 UU PK, dalam Pasal
e-commerce yang akan mengatur secara 30 tersebut fungsi pengawasan lebih
teknis transaksi e-commerce yang ada. banyak menitikberatkan pada peran
Sebagai informasi saat ini Rancangan masyarakat dan Lembaga Perlindungan
Peraturan Pemerintah E-commerce sedang Konsumen Swadaya Masyarakat, diban-
dirumuskan oleh Pemerintah, dalam hal ini dingkan dengan peran pemerintah yang
Kementerian Perdagangan dengan me- pelaksa-naannya dilakukan oleh menteri
libatkan kementerian terkait lainnya serta dan/atau menteri teknis terkait. Dalam
stakeholder dan pelaku usaha, agar dapat Pasal 30 ayat (4) tersebut juga disebutkan
menghasilkan, rumusan yang baik bagi bahwa apabila pengawasan oleh masya-
perkembangan e-commerce di Indonesia. rakat dan Lembaga Perlindungan Konsu-
men Swadaya Masyarakat ternyata men-
b. Fungsi Pengawasan dan kontrol
dapatkan hal-hal yang menyimpang dari
Pemerintah dalam UU Perlindungan
peraturan perundang-undangan yang ber-
Konsumen (UU PK)
laku dan membahayakan konsumen,
Dalam menjalankan fungsi pem-
menteri dan/atau menteri teknis mengam-
binaan dan pengawasan serta menjamin
terlaksananya perlindungan konsumen atas bil tindakan sesuai dengan peraturan
barang-barang yang diperjualbelikan, perundang-undangan yang berlaku
(Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2010).
Pemerintah menyusun UU Perlindungan
Hal ini berarti untuk mengetahui ada atau
Konsumen. Dalam pasal 29 UU PK
tidaknya suatu barang dan/atau jasa yang
tersebut, faktor utama yang menjadi
tidak memenuhi ketentuan peraturan yang
kelemahan konsumen adalah tingkat
berlaku yang beredar di pasaran, maka
pemahaman dan kesadaran akan haknya
pemerintah sepenuhnya menyerahkan dan
yang masih rendah dan hal ini berkorelasi
menanti adanya laporan masyarakat dan/
dengan faktor pendidikan konsumen yang
atau Lembaga Perlindungan Konsumen
rendah. Berdasarkan hal tersebut, maka
Swadaya Masyarakat untuk kemudian
dalam Pasal 29 UU PK disebutkan adanya
diambil tindakan.
tanggung jawab pemerintah atas pembina-
an penyelenggaraan perlindungan konsu- Masih minimnya kesadaran masya-
men untuk memberdayakan konsumen rakat sebagai konsumen terhadap hak-hak
dalam memperoleh haknya. Pemberdayaan mereka masih rendah, hal ini dapat terlihat
konsumen tersebut, sesuai asas keadilan dari Indeks Kepercayaan konsumen (IKK)
11
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
Indonesia tahun 2016 sebesar 30,86%, luasnya wilayah Indonesia. Demikian pula
jauh dari IKK negara Eropa yang men- pembinaan pelaku usaha dan pengawasan
capai 51,31% (http://mediaindonesia.com). terhadap barang dan/atau jasa yang beredar
Konsumen belum sadar untuk melakukan di pasar tidak semata-mata ditujukan untuk
tindakan preventif atau pencegahan, dan melindungi kepentingan konsumen namun
baru akan bertindak melaporkan kepada sekaligus bermanfaat bagi pelaku usaha
pihak yang berwenang, jika sesuatu dalam rangka meningkatkan daya saing
masalah telah terjadi, misalnya keracunan barang dan/atau jasa di pasar global. Di
suatu produk makananan yang tidak layak samping itu diharapkan pula tumbuhnya
konsumsi menimpa dirinya atau keluar- hubungan usaha yang sehat antara pelaku
ganya. Satu-satunya pihak yang diharap- usaha dan konsumen, yang pada gilirannya
kan dapat melaksanakan tugas pengawasan dapat menciptakan iklim usaha yang
sesuai harapan pasal 30 ini adalah kondusif.
Lembaga Perlindungan Konsumen Adanya keterlibatan pemerintah
Swadaya Masyarakat (LPKSM), hanya dalam pengaturan ekonomi rakyat, seperti
saja untuk melaksanakan fungsi penga- hubungan antara pelaku usaha dengan
wasan yang menuntut adanya penelitian,
konsumen, berdasarkan asas keseimbang-
pengujian dan atau melaksanakan survey an kepentingan, asas pengawasan publik
terhadap sebuah produk dan atau jasa yang dan asas campur tangan negara terhadap
diduga melanggar ketentuan, membutuh- kegiatan ekonomi, yang ketiganya ber-
kan biaya yang tidak sedikit jumlahnya sumber pada aspek hukum publik. Adanya
dan hal itu akan menimbulkan ketidak- asas keseimbangan yang dalam hal ini
konsistenan hasil dalam melakukan tindak- hakikat keseimbangan yang dimaksud
an pengawasan. adalah juga keadilan bagi kepentingan
Ketidakjelasan peran pemerintah maing-masing pihak, yaitu konsumen,
yang seolah hanya menyerahkan fungsi pelaku usaha dan pemerintah. Kepentingan
pengawasan kepada masyarakat dan pemerintah dalam hubungan ini tidak
Lembaga Perlindungan Konsumen Swa- dapat dilihat dalam hubungan transaksi
daya Masyarakat ini kemudian dijawab dagang secara langsung menyertai pelaku
dengan lahirnya Peraturan Pemerintah usaha dan konsumen. Kepentingan
Nomor 58 tahun 2001 Tentang Pembinaan pemerintah dalam rangka mewakili
Dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlin- kepentingan publik yang kehadirannya
dungan Konsumen. Dalam Peraturan tidak secara langsung diantara para pihak,
Pemerintah ini, pemerintah telah ikut aktif namun melalui berbagai pembatasan
melakukan fungsi pengawasan sebagai- dalam bentuk kebijakan yang dituangkan
mana masyarakat dan LPKSM, walaupun dalam berbagai peraturan perundang-
dengan objek pengawasan yang sedikit undangan.
berbeda. Sistem perekonomian yang semakin
Lebih jelasnya bentuk pengawasan kompleks, berdampak pada perubahan
tersebut diatur dalam Pasal 8 dan 9 PP No konstruksi hukum dalam hubungan antara
58 Tahun 2001. Menyangkut bentuk produsen dan konsumen. Dengan adanya
pengawasan yang dilakukan oleh ma- UU Perlindungan Konsumen, kecen-
syarakat, dalam penjelasan umum per- derungan caveat emptor dapat mulai
aturan pemerintah tersebut menentukan diarahkan menuju caveat venditor
bahwa pengawasan perlindungan konsu- (Shidarta, 2006:62). Caveat emptor adalah
men saat ini dilakukan secara bersama suatu kondisi dimana konsumen harus
oleh pemerintah, masyarakat dan LPKSM, berhati-hati karena posisi pelaku usaha
mengingat banyak ragam dan jenis barang kuat, diarahkan menuju caveat venditor
dan/atau jasa yang beredar di pasar serta yaitu suatu kondisi dimana pelaku usaha
12
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
harus berhati-hati karena konsumen sudah melalui konsumen sebagai first taker,
memahami mengenai perlindungan dalam bertransaksi. Pola ini diambil
konsumen. karena melihat masih terbatasnya SDM
pengawas dalam instansi pemerintah
E. Kesimpulan dibandingkan perkembangan teknologi
Perkembangan transaksi e-commerce informasi yang sedemikian masif saat ini.
yang pesat harus diimbangi dengan adanya Selain fungsi pengawasan yang menjadi
pengawasan yang tegas dalam setiap tanggungjawab Pemerintah, Masyarakat
implementasinya. Pengawasan dalam juga harus terus diberikan sosialisasi akan
setiap transaksi e-commerce memang tidak pentingnya hak-hak mereka sebagai
semudah ketimbang melakukan penga- konsumen.
wasan terhadap transaksi perdagangan
Daftar Pustaka
konvensional. Pengawasan akan mudah
dilakukan apabila status pelaku usaha e- Buku
commerce terdaftar sesuai regulasi yang
berlaku. Pengawasan tidak serta merta Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia
tanggung jawab Pemerintah, namun (APJII), 2015, Profil Pengguna Internet
masyarakat sebagi konsumen harus ikut Indonesia 2014. Jakarta: Puskakom UI.
andil dalam pengawasan, karena dalam hal Asyhadie, Zaeni, 2012, Hukum Bisnis:
ini konsumen harus menjadi konsumen Prinsip dan Pelaksanaannya di
cerdas yang harus mengerti produk apa Indonesia. Yogyakarta: PT.
yang mereka konsumsi, karena karak- Rajagrafindo, 2012.
teristik perdagangan e-commerce yang Badrulzaman, Mariam Darus, 1986,
berbeda dengan perdagangan konven- Perlindungan Terhadap Konsumen
sional. Adanya pengawasan ini juga akan Dilihat Dari Sudut Perjanjian Baku
memberikan rasa kepercayaan konsumen (Standar), dalam BPHN, Simposium
terhadap produk dan jasa e-commerce Aspek-Aspek Hukum Perlindungan
yang diperjualbelikan. Konsumen. Bandung: Binacipta.
Bajaj, Kamlesh K. & Debjani Nag, 1999,
Hukum perlindungan konsumen
E-commerce: The Cutting Age of
yang berlaku di Indonesia telah mengatur
Business. New Delhi: Tata Mcgraw-
hak dan kewajiban konsumen serta pelaku
Hill Publishing Company Limited.
usaha dengan jelas dan tegas. Dalam pasal-
Direktorat Kerjasama ASEAN, Kemendag,
pasal tersebut diatur bagaimana proporsi
2015, Indonesia E-commerce Menuju
atau kedudukan konsumen dan pelaku
Asean Free Trade Area (AFTA).
usaha dalam suatu mekanisme transaksi
Hartano, Sri Redjeki, 2000, Aspek-aspek
bisnis atau perdagangan. Telah jelasnya
Hukum Perlindungan Konsumen Pada
proporsi antara pelaku usaha dan
Era Perdagangan Bebas, Dalam
konsumen akan memudahkan pemerintah
Hukum Perlindungan Konsumen.
melakukan fungsi pengawasan terhadap
Bandung: Mandar Maju.
perdagangan yang ada.
Kearney, A.T., 2015, Lifting The Barriers
F. Rekomendasi of E-commerce in ASEAN. CIMB
ASEAN Research Institute.
Fungsi pengawasan Pemerintah ter- Kian, Catherine Tay Swee. Et al., 2001, E-
hadap perdagangan elektronik harus tetap commerce Law (What You Need to
dilakukan dengan melibatkan masyarakat Know). Singapore: Times Books
sebagai konsumen aktif. Dengan mulai International.
beralihnya pola perdagangan konvensional Kyauk, S.T., & Chaipoopirutana, S., 2014,
ke pola perdagangan digital, fungsi Factors Influencing Repurchase
pengawasan diharapkan dapat berkembang Intention: A Case Study of Xyz.Com
13
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
14
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
menggunakannya/#.VkvzbdIrJ1s.
Diakses Oktober 2017.
http://bisnis.liputan6.com/read/3126906/p
engusaha-keberatan-pajak-e-
commerce-ini-tanggapan-ditjen-pajak.
Diakses Desember 2017.
http://mediaindonesia.com/news/read/976
07/kesadaran-akan-hak-konsumen-
masih-rendah/2017-03-22. Diakses
Desember 2017
Indrajit, Richardus Eko. Mekanisme
Electronic Commerce di Dalam Dunia
Bisnis. http://dosen.narotama.ac.id/wp-
content/uploads/2012/01/mekanisme-
electronic-commerce-di-dalam-dunia-
bisnis.pdf. Diakses Oktober 2017
Kompas, Tahun 2020, Volume Bisnis E-
commerce di Indonesia Mencapai USD
130 Miliar,
<http://biz.kompas.com/read/2015/11/2
0/101500128/Tahun.2020.Volume.Bisni
s.E-
commerce.di.Indonesia.Mencapai.USD.
130.Miliar>. Diakses tanggal Agustus
2017.
15
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
Abstrak
Salah satu tujuan pembangunan tata kelola ekonomi di Indonesia adalah untuk meningkatkan
kepercayaan pihak eksternal, termasuk investor dan lembaga pemeringkat, terhadap potensi
perekonomian Indonesia baik secara makro maupun mikro. Tata kelola ekonomi merupakan
instrumen untuk membentuk iklim investasi yang kondusif dan membangun daya saing
industri nasional. Reformasi birokrasi dan reformasi regulasi dipandang menjadi faktor kunci
dalam membangun tata kelola ekonomi nasional. Untuk itu, debirokratisasi, deregulasi dan
reregulasi harus terus diupayakan. Di samping itu, pelaksanaan gerakan revolusi mental dan
peningkatan kualitas Aparatur Sipil Negara harus dikedepankan dan dilakukan bersamaan
dengan restrukturisasi kelembagan birokrasi. Upaya-upaya tersebut tentu membutuhkan
dukungan dari segenap masyarakat berupa sikap optimisme dan kepercayaan terhadap
pemerintah. Hal ini modal penting bagi pemerintah untuk menciptakan pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Kata kunci: tata kelola ekonomi, daya saing, kemudahan berusaha, reformasi birokrasi,
reformasi regulasi, debirokratisasi, deregulasi, reregulasi
Abstract
One of economic governance development goals in Indonesia is increasing the confidence
level of external parties, including investors and international rating agencies, of the
potential of Indonesia's macroeconomic and microeconomic. Economic governance is an
instrument to create conducive investment climate and to build national industry
competitiveness. Administrative and regulatory reform are the key factors in building
national economic governance. Therefore, debureaucratization, deregulation and re-
regulation must be continuously pursued. In addition, the implementation of the mental
revolution and the improvement of the quality of the Civil Servant must be considered as top
priority and carried out simultaneously with bureaucratic institutions restructuring. Public
trust is needed to support government’s efforts in creating sustainable economic growth and
improve social welfare.
Keywords : economic governance, competitiveness, ease of doing business, administrative
reform, regulatory reform, debureaucratization, deregulation and re-regulation
16
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
dengan membangun tata kelola peme- untuk menganalisis tren tata kelola
rintahan yang bersih, efektif, demokratis, pemerintahan di negara tertentu. Lebih
dan terpercaya”. Hal ini menunjukkan jauh lagi, untuk dapat membandingkan
bahwa Pemerintah memiliki komitmen kinerja pemerintahan suatu negara dengan
yang tinggi dalam hal membangun tata negara lainnya.
kelola pemerintahan yang baik (good Keenam indikator tersebut antara
governance), di mana salah satu tujuannya lain: (1) voice and accountability – mengu-
adalah untuk meningkatkan kepercayaan kur persepsi partisipasi warga negara
pihak eksternal, termasuk investor dan dalam memilih pemerintah mereka, serta
lembaga pemeringkat internasional, terha- kebebasan berekspresi, kebebasan berseri-
dap potensi perekonomian Indonesia baik kat, dan kebebasan menyuarakan aspirasi;
secara makro maupun mikro. (2) political stability and absence of
Sejarah pemunculan konsep good violence - mengukur persepsi tentang
governance, dimulai hasil laporan yang kemungkinan ketidakstabilan politik dan/
dikeluarkan oleh World Bank atau Bank atau kekerasan bermotif politik, termasuk
Dunia pada tahun 1989 yang berjudul terorisme; (3) government effectiveness -
“From Crisis to Sustainable Growth – sub mengukur persepsi kualitas layanan publik,
Saharan Africa: A Long Term Perspective kualitas layanan sipil dan tingkat indepen-
Study”. Laporan tersebut merupakan studi densinya dari tekanan politik, kualitas
tentang economic growth wilayah Sub formulasi kebijakan dan implementasi, dan
Sahara Afrika. Di dalam laporan tersebut kredibilitas komitmen pemerintah terhadap
diketahui economic growth Afrika tetap kebijakan tersebut; (4) regulatory quality -
lesu meskipun telah diberikan bantuan mengukur persepsi kemampuan pemerin-
dengan jumlah besar. Menurut World Bank tah dalam merumuskan dan menerapkan
kegagalan ini disebabkan adanya kebijakan dan peraturan yang baik, yang
governance deficit. memungkinkan dan mendorong pengem-
bangan sektor swasta; (5) rule of law -
Konsep tata kelola pemerintahan
mengukur persepsi tentang sejauh mana
yang baik atau good governance mulai
masyarakat mematuhi aturan yang ada, dan
banyak dikenal sejak World Bank
kepercayaan masyarakat dalam kualitas
mengeluarkan sebuah laporan yang
penegakan hukum, property rights,
berjudul “Governance dan Development”
institusi kepolisian, dan pengadilan; dan
pada tahun 1992. Good governance
(6) control of corruption - mengukur
dilayangkan sebagai tindakan korektif dari
adanya governance deficit yang terjadi di persepsi tentang kekuasaan publik dalam
Afrika, sebagaimana telah dikemukakan di mengontrol tingkat korupsi baik besar
maupun kecil.
atas. Definisi good governance menurut
World Bank adalah “the manner in which Menurut Khan (2015) dalam Jamil
power is exercised in the management of a et. al, World Bank lebih memahami
country’s economic and social resources governance sebagai suatu sarana untuk
for development” atau tata kelola pemerin- meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
tahan yang baik merupakan suatu cara di bukan hanya sebagai suatu tujuan akhir.
mana negara menggunakan kekuasaannya Sejalan dengan Bank Dunia, organisasi-
untuk mengelola sumber daya ekonomi organisasi internasional seperti PBB,
dan sosial dalam rangka pembangunan. OECD, dan IMF juga mengampanyekan
Kemudian tahun 1996, World Bank tata kelola pemerintahan yang baik sebagai
salah satu dari agenda kebijakan. Tata
menerbitkan 6 (enam) indikator tata kelola
kelola pemerintahan yang baik dipandang
pemerintahan (Worldwide Governance
sebagai unsur penting dari pertumbuhan
Indikator (WGI)) untuk semua negara
dan kemajuan ekonomi. Secara spesifik di
anggotanya. Informasi ini dapat digunakan
17
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
bidang ekonomi, tata kelola merupakan regulasi yang sebenarnya tidak diperlukan.
instrumen untuk membentuk iklim inves- Proses reformasi regulasi di setiap K/L
tasi yang kondusif dan membangun daya akan dilakukan dengan pendampingan
saing industri nasional yang pada akhirnya serta monitoring dan evaluasi dari
dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi Bappenas dan Kantor Staf Presiden (KSP).
yang signifikan. Berbagai kebijakan dan program
Reformasi birokrasi dan reformasi reformasi tersebut merupakan wujud nyata
regulasi merupakan salah satu bagian pemenuhan harapan dan kepercayaan
membangun tata kelola ekonomi yang masyarakat pada pemerintah untuk meng-
sangat mendesak untuk dilakukan di hadirkan kesejahteraan sosial. Adanya
Indonesia. Subagio (2009) mengungkap- investor asing yang masuk ke Indonesia
kan bahwa kondisi birokrasi pada masa tentu akan mendatangkan multiplier effect
Orde Baru memiliki rapor yang buruk. yang besar. Investor asing dapat mendanai
Dampak dari semua itu adalah masyarakat pembangunan infrastruktur yang sekarang
harus membayar biaya yang mahal. Keti- sedang marak dilakukan oleh Pemerintah
dakpastian waktu, ketidakpastian biaya dan Indonesia. Pembangunan infrastruktur ten-
ketidakpastian siapa yang bertanggung tunya akan meningkatkan pertumbuhan
jawab adalah beberapa fakta empiris ekonomi daerah-daerah yang dibangun.
rusaknya layanan birokrasi. Lebih dari itu, Investor asing yang menanamkan
layanan birokrasi justru menjadi salah satu
modal dengan cara membangun perusaha-
penyebab utama maraknya Korupsi, an atau pabrik di Indonesia diharapkan
Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Pembahas- bisa menyerap tenaga kerja lokal dengan
an reformasi birokrasi tidak hanya maksimal. Dengan mempekerjakan sumber
mencakup aspek organisasi, namun juga daya manusia lokal, perusahaan asing yang
mencakup reformasi administrasi. Samonte beroperasi di Indonesia bisa mengedukasi
dalam Effendi (2000) menyatakan bahwa pekerja mengenai kualitas produk, tekno-
reformasi administrasi adalah inovasi logi produksi, dan etos kerja yang baik.
secara terencana untuk meningkatkan
Jadi, investasi bukan hanya dilakukan
kemampuan sistem administrasi sebagai untuk kepentingan ekonomi, tetapi juga
social agent yang lebih efektif, instrumen
membangun investasi intelektual bagi
yang lebih baik untuk menyelenggarakan
tenaga kerja. Penanaman modal asing
demokrasi politik, keadilan sosial, dan secara otomatis akan meningkatkan jumlah
pertumbuhan ekonomi, yang merupakan ekspor terutama pada sektor produk. Pada
unsur terpenting dalam proses nation sektor pariwisata, pembangunan tujuan
building dan pembangunan. wisata yang pesat akan menarik minat
Reformasi birokrasi dan reformasi wisatawan asing untuk datang sehingga
administrasi merupakan hal mendasar yang akan meningkatkan pendapatan devisa
perlu untuk dilakukan mengingat peran negara.
birokrasi yang sangat strategis, yaitu Berdasarkan uraian di atas, strategi
sebagai pembuat kebijakan. Reformasi pembangunan governansi khususnya di
regulasi, dilansir dari laman bidang ekonomi diharapkan dapat menarik
www.presidenri.go.id, merupakan program investor asing masuk ke Indonesia dan
prioritas dalam Rencana Kerja Pemerintah meningkatnya daya saing nasional yang
2017 dan akan dilakukan oleh seluruh pada akhirnya diharapkan dapat
Kementerian dan Lembaga secara mandiri. meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Hal ini penting untuk dilakukan karena Indonesia, yang kemudian diukur dengan
percepatan pembangunan selama ini kerap
GDP Annual Growth Rate dan GDP Per
terkendala oleh bermacam regulasi yang Capita.
tidak efisien dan efektif, bahkan banyak
18
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
19
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
Sumber : BKPM
Upaya untuk memperkuat PTSP cepatan importasi jalur hijau atau perce-
pusat antara lain: (1) sebanyak 124 izin patan proses kepabeanan impor barang
dari Kementerian/Lembaga sudah didele- modal. Terobosan lainnya adalah: (1)
gasikan kepada BKPM; (2) aplikasi izin layanan izin investasi khusus untuk sektor
prinsip dan izin usaha dapat dilakukan ESDM, (2) digital signature untuk izin
secara online; (3) pelayanan investasi prinsip, dan (3) data sharing - bekerja
prioritas dilakukan oleh satu Direktorat sama dengan Kementerian Perhubungan,
khusus; (4) layanan investors relation unit Kemen-terian Lingkungan Hidup dan
di nomor 0807 100 2576 (BKPM) yang Kehutanan, Ditjen Pajak, dan Ditjen Bea
dapat memberikan informasi terkait Cukai - untuk mempercepat perizinan antar
dengan investasi dan penanaman modal. K/L. Proses perizinan sangat didorong
Di samping itu, BKPM juga untuk menjadi lebih modern dan lebih
mengeluarkan inovasi kebijakan berupa: cepat dengan sistem data yang terpadu dan
(1) layanan izin investasi 3 jam di PTSP terintegrasi. Sistem yang digagas
pusat; (2) Kemudahan Investasi Langsung Pemerintah Indonesia ini bernama Online
Single Submission System. Dengan adanya
Konstruksi (KLIK), dan (3) fasilitas per-
20
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
sistem ini diharapkan dapat membawa Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia
perubahan besar untuk membuat seluruh mencatat bahwa 70% perputaran uang di
perizinan dari pusat hingga ke daerah dan Indonesia ada di Jakarta. Mesin penggerak
betul-betul terintegrasi menjadi satu ekonomi nasional mulai dari perusahaan
kesatuan. Sistem ini tentunya akan mem- nasional, perusahaan asing, pusat per-
perpendek rentang birokrasi dalam bankan, penggerak sektor jasa dan per-
perizinan usaha. Kemudian BKPM juga dagangan, hingga penggiat usaha kecil dan
semakin membuka investasi dan insentif menengah ada di Jakarta.
antara lain dengan: (1) mengeluarkan atau Sejalan dengan hal tersebut, Bank
merevisi 141 bidang usaha dari Daftar Indonesia (BI) Kantor Perwakilan DKI
Negatif Investasi; (2) 8 industri pionir Jakarta, dalam www.metronews.com, men-
(sebelumnya 5) bisa mendapatkan tax catat tingkat pertumbuhan ekonomi DKI
holiday hingga 20 tahun; dan (3) 145 Jakarta pada triwulan III tahun 2017
bidang usaha (sebelumnya 129) bisa tumbuh mencapai 6,29% (yoy) dan berada
mendapatkan tax allowance. di atas perkiraan Bank Indonesia. Capaian
Untuk mendukung peningkatan ini di atas pertumbuhan ekonomi nasional
investasi, pada Oktober 2017, Pemerintah sebesar 5,06%. Sebagai kota dengan
DKI Jakarta di bawah Dinas Penanaman tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan juga sebagai kota megapolitan, Jakarta
(DPMPTSP) berkolaborasi dengan juga kerap kali diidentikkan dengan kota
Kementerian Pendayagunaan Aparatur yang memiliki banyak mal. Konsep mal ini
Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi merupakan hal yang baru untuk di Jakarta
(Kemen-PAN RB) bersama unit-unit terutama dalam hal pelayanan publik.
pelayanan publik lainnya di Jakarta mulai Mengapa tempat pelayanan publik yang
mengoperasionalkan Mal Pelayanan Publik terintegrasi ini disebut dengan mal? Ketika
(MPP). Penyelenggaraan MPP sejalan orang mendengar kata mal maka hal yang
dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan muncul dalam pikiran adalah bahwa di
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dalam satu gedung masyarakat dapat
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2017 melakukan berbagai kegiatan, misalnya
tentang Penyelenggaraan Mal Pelayanan belanja, makan, menonton film, menukar
Publik. uang di money changer, dan sebagainya.
Mal juga identik dengan tempat yang
Mal Pelayanan Publik Jakarta sebagai nyaman dan memiliki lokasi strategis.
Bentuk Perwujudan Reformasi Birokrasi
Dengan MPP, masyarakat tak perlu
Penyelenggaraan MPP di Jakarta repot mondar-mandir ke tiap kantor
merupakan upaya nyata untuk merespon layanan untuk urusan perizinan, adminis-
tuntutan kebutuhan masyarakat Jakarta trasi kependudukan atau pembayaran
yang kompleks dan dinamis. Jakarta tagihan layanan publik. Cukup ke mal
sebagai ibu kota negara merupakan cer- pelayanan ini, lalu semua urusan selesai
minan wajah Indonesia sekaligus meru- karena MPP mengadopsi konsep mal di
pakan pusat pemerintahan dan juga pusat mana di dalamnya tersedia berbagai layan-
ekonomi dan bisnis. Pembangunan infra- an yang dapat diakses oleh masyarakat.
struktur yang pesat serta lokasi geografis
Beberapa instansi yang ada di
Jakarta yang ditunjang dengan adanya
dalam MPP adalah: (1) Direktorat Jenderal
pelabuhan laut sebagai jalur perdagangan
Pajak; (2) Direktorat Bea dan Cukai; (3)
internasional membuat kendali pergerakan
Direktorat Jenderal Imigrasi; (4) Direktorat
perekonomian terbesar di Indonesia berada
di kota ini. Dikutip dari www.detik.com Jenderal Administrasi Hukum Umum; (5)
Badan Koordinasi Penanaman Modal; (6)
pada tanggal 27 Februari 2013, data Kamar
Kanwil BPN Provinsi DKI Jakarta; (7)
21
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
22
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
23
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
24
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
25
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
negara terbaik untuk investasi di dunia. tasi yang diproyeksikan akan menjadi
Hal ini berdasarkan survei terhadap 21.000 motor pertumbuhan ekonomi.
orang di seluruh dunia. Dalam penyusunan Namun demikian, Pemerintah juga
peringkat tersebut, US News menilai dari 8 harus memperhatikan faktor-faktor lain
(delapan) kriteria yaitu (1) inovasi; (2) dalam membangun tata kelola ekonomi
kewirausahaan; (3) stabilitas ekonomi; (4) nasional antara lain: (1) penyediaan
lingkungan pajak yang baik; (5) tenaga infrastruktur yang memadai, (2) penyedia-
kerja terampil; (6) keahlian teknologi; (7) an tenaga kerja yang mumpuni, dan (3)
dinamis; dan (8) tingkat korupsi. kondisi keamanan dan situasi politik yang
Pencapaian-pencapaian ini merupa- kondusif. Apabila faktor-faktor ini dapat
kan pengakuan dunia terhadap perbaikan dikelola dengan baik maka pemerintah
yang sedang dilakukan oleh Pemerintah dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Reformasi birokrasi dan refor- yang berkelanjutan dan meningkatkan
masi regulasi diharapkan menjadi faktor kesejahteraan rakyat.
kunci dalam meningkatkan potensi inves-
26
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
27
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
Penyediaan Tenaga Kerja yang Mumpuni syaratan penting untuk investasi untuk
meningkatkan kepercayaan investor agar
Indonesia merupakan negara
tidak lagi wait and see dalam menanamkan
dengan populasi terbesar ke-4 di dunia dan
uangnya di Indonesia. Lembaga dan
diperkirakan akan mencapai fase bonus
Kementerian bidang Politik, Hukum dan
demografi diproyeksi akan terjadi di
Keamanan RI terus meningkatkan kinerja
Indonesia pada tahun 2020-2035. Arti dari
dalam menjaga kondisi keamanan nasional
bonus demografi sendiri yaitu kondisi
terutama dalam situasi politik belakang ini.
ketika jumlah populasi usia produktif lebih
Peran serta masyarakat juga sangat dibu-
besar dari usia nonproduktif. Bonus
tuhkan demi tercapainya tujuan tersebut.
demografi merupakan kesempatan yang
harus dikelola dengan baik. D. Kesimpulan dan Rekomendasi
Dengan melimpahnya tenaga kerja Pemerintah terus berupaya untuk mem-
produktif, Indonesia memiliki peluang bangun tata kelola kelola ekonomi nasio-
emas untuk mendorong kemajuan roda nal. Upaya reformasi birokrasi dan refor-
perekonomiannya. Untuk itu, pemerintah masi regulasi dalam bidang ekonomi
harus menciptakan kebijakan ketenaga- selama beberapa tahun terakhir secara
kerjaan yang bersifat aktif (active labor nyata telah memberikan hasil bagi perbaik-
market policy) yang secara sistematis an ekonomi Indonesia. Oleh karena itu,
mempercepat penciptaan lapangan peker-
Pemerintah Indonesia harus terus men-
jaan, mempercepat proses matching
dorong proses debirokratisasi, deregulasi
pencari kerja dan pemberi kerja serta dan reregulasi, terutama di bidang ekono-
mengurangi ketidaksesuaian keterampilan mi. Debirokratisasi artinya penghapusan
(skill mismatch). Hal yang ingin dicapai atau pengurangan hambatan yang terdapat
adalah terpacunya pertumbuhan ekonomi, dalam sistem birokratisasi. Sinergi antara
terangkatnya sektor riil, dan pada akhirnya K/L pusat dan pemerintah daerah serta
akan meningkatkan daya saing global. unit-unit terkait investasi lainnya harus
Momentum bonus demografi harus menjadi prioritas utama untuk membentuk
dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan cara iklim investasi yang kondusif serta
menyiapkan tenaga kerja yang mampu membangun daya saing nasional.
bersaing dengan negara lainnya. Strategi Syarat keberhasilan reformasi birokrasi
yang dapat dilakukan diantaranya diversi- antara lain (1) adanya komitmen atau
fikasi program pelatihan dari tataran pra- dukungan politik yang kuat pada level
sekolah sampai dengan perguruan tinggi tertinggi dan (2) adanya rencana strategis
termasuk vokasional dan profesional,
yang terfokus dan dilaksanakan secara
prioritas pengembangan pendidikan sesuai konsisten. Sedangkan, deregulasi dan
kebutuhan pasar tenaga kerja, matching
reregulasi artinya kegiatan atau proses
jenis pendidikan dan jenis pekerjaan, serta menghapuskan pembatasan dan peraturan
investasi pendidikan dalam meningkatkan atau memformulasikan aturan baru yang
kualitas tenaga kerja. Dengan pengelolaan sifatnya untuk menyederhanakan peratur-
yang baik maka akan tersedia tenaga kerja an-peraturan yang ada dan sifatnya
yang mempunyai pengetahuan, keahlian, tumpang tindih. Menurut Prof. Boediono,
keterampilan dan inovatif sebagai kunci
komitmen politik dan institusi hukum
penggerak perekonomian.
harus tertata dengan baik untuk menopang
Kondisi Keamanan dan Situasi Politik berjalannya birokrasi yang efektif dan
yang Kondusif efisien dalam menghasilkan kerangka
regulasi yang berkualitas.
Pemerintah harus mengendalikan
kondisi keamanan dan situasi politik agar Gerakan revolusi mental yang
selalu kondusif. Faktor ini menjadi per- digaungkan oleh Presiden Jokowi harus
28
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
29
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
30
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
Abstrak
Peningkatan capaian Ease of Doing Business (EODB) tahun 2018 menjadi suatu pijakan yang
makin mantap, untuk menyongsong tata kelola perekenomian nasional yang semakin baik,
dan tentu diharapkan dapat mendorong kemudahan berusaha di Indonesia. Kebijakan yang
hadir, sangat memiliki andil untuk menggiring roda perekonomian bangsa. Kebijakan yang
ramah untuk investor, namun tetap disiplin dalam menegakkan kebijakan perizinan
diharapkan dapat terjalin, di tingkat pusat maupun daerah. Pasca diberlakukannya Peraturan
Presiden Nomor 91 Tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha, pemerintah
mengeluarkan kebijakan untuk mempercepat dan mempermudah pelayanan untuk berusaha
dengan penggunaan teknologi informasi melalui Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi
Secara Elektronik (Online Single Submission). Salah satu agenda kebijakan tersebut, adalah
dengan melakukan reformasi peraturan perizinan berusaha. Dalam reformasi peraturan
tersebut, setiap pemerintah pusat maupun daerah harus memahami konsep reformasi
peraturan perizinan, bagaimana prinsip dasar kebijakan percepatan pelaksanaan berusaha dan
konsep evaluasi peraturan terkait pelaksanaan proses perizinan berusaha, agar sistem
pelaksanaan berusaha yang terintegrasi dapat tercipta di Indonesia.
Kata kunci: kebijakan publik, reformasi peraturan perizinan berusaha, percepatan
pelaksanaan berusaha, kemudahan berusaha
Abstract
Ease of Doing Business (EODB) achievement in 2018 brought hope as well as challenge
towards the top 40 rank by 2020 as targeted by President Joko Widodo. Government policy is
critical in improving licensing services. Government of Indonesia has made efforts to
establish policy that is conducive for doing business, at the same time enforcing licensing
policies through out central and regional levels. Following the enactment of Presidential
Regulation No. 91 of 2017 concerning Acceleration of Doing Businesses, the government
issued a policy to accelerate and facilitate doing business utilizing information technology
through Electronic Single Submission System (Online Single Submission). One of the agenda
is reforming licencing regulation. This reform aimed for integration of doing business in
Indonesia. Central and local governments are required to follow the reform, to adhere the
principles of the reform. In addition, evaluation of business licencing related regulation is
conducted to obtain appropriate input in decision making to ease doing business in
Indonesia.
Keywords: doing-business license policy, bureaucracy inefficiency, acceleration of doing-
business license, RBM Model, EODB 2020 Target
31
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
32
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
33
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
dalam Bhasin (2010) korupsi adalah mana prinsip dasar kebijakan percepatan
masalah serius dan perlu langkah-langkah pelaksanaan berusaha yang sudah ada
diambil pada level tertinggi untuk disandingkan dengan dan konsep-konsep
memberantas hal tersebut. Praktik suap evaluasi perizinan berusaha.
muncul karena banyak peraturan yang
ditempatkan untuk meningkatkan pen- B. Kebijakan Percepatan Perizinan
dapatan. Gaji rendah pejabat pemerintah Berusaha di Indonesia
adalah salah satu penyebab korupsi.
Birokrasi berjalan lambat dan tidak efisien, Menurut Ridwan dan Sudrajat
dan praktik suap membuat semuanya (2009) Perizinan adalah wujud pelayanan
bergerak. Hal-hal tersebutlah yang publik yang sangat menonjol dalam tata
menjadikan pelayanan birokrasi menjadi pemerintahan. Dalam relasi antara
kompleks dan berbiaya tinggi dalam setiap pemerintah dan warga masyarakat sering-
proses perizinan berusaha di Indonesia. kali perizinan menjadi sebuah indikator
untuk menilai apakah sebuah tata
Faktor penghambat sebagaimana pemerintahan sudah mencapai kondisi
disebutkan di atas, menjadi salah satu “good governance” atau belum.
pijakan pemerintah untuk melakukan pem-
benahan diri, melakukan evaluasi di berba- Terdapat disharmoni regulasi
gai sektor dalam rangka peningkatan dalam pengaturan perizinan sebelumnya.
peringkat kemudahan berusaha yang ditar- Misalnya pada contoh kasus Kementerian
getkan Indonesia dapat mencapai pering- Dalam Negeri yang telah mengeluarkan
kat 40 pada EoDB 2020. Hal ini telah Permendagri No. 20/2008 tentang
menjadi fokus capaian kinerja pemerin- Pedoman Organisasi dan Tata Kerja
tahan Presiden Joko Widodo, yang juga Pelayanan Terpadu di Daerah yang mana
sejalan dengan visi Indonesia 2025 yaitu selanjutnya disusul dengan terbitnya
mencapai target 12 besar kekuatan ekono- Perpres No. 27/2009 tentang PTSP di
mi dunia pada tahun 2025 (Zuhal, 2013). Bidang Penanaman Modal. Urgensi
dilakukannya penataan regulasi di
Sehingga, untuk mencapai target Indonesia dilansir dari DAPP-BAPPENAS
40 pada EoDB 2020, masih banyak hal (2012) adalah: 1) Terlalu banyaknya
yang perlu dibenahi, salah satunya adalah regulasi (Hyper-regulation); 2) Saling
pembenahan birokrasi terkait standar bertentangan (Conflicting); 3) Tumpang
pelayanan pada kementerian/lembaga, tindih (Overlapping); 4) Multitafsir (Multi
provinsi, dan kabupaten/kota yang salah Interpretation); 5) Tidak taat asas
satu upayanya dilakukan melalui evaluasi (Inconsistency); 6) Tidak efektif; 7)
perizinan berusaha dan penerapan Sistem Menciptakan beban yang tidak perlu
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara (Unnecesarry Burden); 8) Menciptakan
Elektronik (Online Single Submission). Ekonomi Biaya Tinggi (High-Cost
Berdasarkan hal tersebut, Pemerin- Economy).
tah telah menetapkan kebijakan percepatan Dalam beberapa kali kesempatan,
pelaksanaan berusaha sebagaimana diatur Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia,
dalam Perpres Percepatan Pelaksanaan Bapak Yasonna Laoly mengingatkan agar
Berusaha,yang mana terdapat kewajiban setiap kementerian/lembaga/pemerintah
bagi menteri/kepala, gubernur, dan bupati/ daerah harus melaksanakan reformasi
walikota untuk melaksanakan percepatan regulasi (Yasonna Laoly, personal
pelaksanaan berusaha sebagaimana diatur communication, November 15, 2017).
dalam Perpres tersebut. Untuk itu, Dengan kondisi dan tuntutan penataan
pemerintah perlu pemahaman secara baik regulasi diatas, juga diberlakukan dalam
dan menyeluruh mengenai konsep konteks pelaksanaan berusaha di
percepatan kemudahan berusaha, bagai- Indonesia.
34
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
35
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
36
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
37
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
38
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
39
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
40
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
41
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
Agit Kristiana
Lembaga Administrasi Negara
Muhammad Syafiq
Lembaga Administrasi Negara
Aldhino Niki Mancer
Lembaga Administrasi Negara
Abstrak
Indeks Kapasitas Pemerintah Daerah untuk Mendukung Investasi (Local Government
Capacity for Business atau Indeks LGCB) dikembangkan untuk mengukur dan
mendeskripsikan inisiatif kebijakan Pemerintah Daerah dalam mendorong kemudahan
berusaha di daerah. Penilaian Indeks LGCB dilakukan dengan menggunakan variabel pada
penilaian infrastruktur, keamanan, ketenagakerjaan, SDM Pemerintah Daerah, kebijakan,
pelayanan, tren investasi, serta daya beli masyarakat di daerahnya. Terdapat 12 Pemerintah
Daerah yang terpilih secara purposive untuk menjadi lokus assessment, dan difokuskan pada
4 Pemerintah Daerah yang menunjukkan inisiatif terbaik dalam membangun investasi di
daerah. Keempat pemerintah daerah yang terpilih yaitu Kota Pontianak, Kota Surabaya,
Kabupaten Siak, dan Kabupaten Demak. Keempat daerah tersebut memberikan beberapa
pembelajaran terkait keberhasilan dalam mendorong kemudahan berusaha di daerahnya.
Pembelajaran pertama yang dapat diambil adalah pentingnya penataan regulasi pelayanan
perijinan di daerah dengan sinergi bersama Pemerintah Pusat. Pembelajaran kedua terkait
penguatan kapasitas Pemerintah Daerah dalam melakukan reformasi regulasi di daerah,
Pemerintah Daerah dalam waktu yang sama juga perlu mengawal pelaksanaan reformasi
birokrasi. Pembelajaran ketiga menekankan pentingnya pengembangan sistem berbasis TIK
untuk membangun sistem pelayanan publik terpadu oleh Pemerintah Daerah.
Kata kunci: inisiatif, kemudahan berusaha, kapasitas pemerintah daerah
Abstract
LGCB Index was developed to measure and describe Local Government Initiative to ease
Doing Business in the regions. This index comprises of variables namely infrastructure,
security, labor, government human resources, incentive policy, service, investment trend, and
buying power in region. There were 12 Local Governments purposively selected for
assessment. Analysis is focused on four Local Governments performed best initiatives to ease
doing business in the regions. Pontianak City, Surabaya City, Siak Regency, and Demak
42
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
Regency presented lessons on success story to ease doing business within their regions. First,
urgency of regulatory reform for simplify investment’s licences. Second, local government
capacity building for establishing reform in region. Thirtd, urgency for implementing e-
governance to bulit integrated investment service mechanism based on information and
technology.
Keywords: intiative, ease of doing business, local govermnent, capacity
43
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
44
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
45
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
46
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
47
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
Tidak adanya kejelasan RTRW dan Indonesia berada pada posisi 106 dalam
zonasi usaha di pemerintah daerah cukup EoDB 2016, 91 dalam EoDB 2017, serta
menggangu kinerja dalam menarik inves- 72 dalam EoDB 2018 (World Bank, 2015,
tasi. Kondisi tersebut salah satunya diung- 2016, dan 2017). Hal tersebut tidak lain
kapkan oleh Kepala Unit PTSP Kabupaten salah satunya karena langkah pemerintah
Magelang yang mengungkapkan bahwa dalam optimalisasi pembentukan unit kerja
banyak perjanjian investasi dengan PTSP di daerah.
investor gagal karena masih belum Namun, capaian tersebut agaknya
jelasnya RTRW di Kabupaten Magelang. masih agak jauh dari target Presiden
2. Unit Kerja PTSP belum Memiliki Jokowi yang menargetkan Indonesia pada
Kewenangan Sepenuhnya dalam posisi 40 dalam EoDB 2017. Hasil
Pelayanan Perizinan Usaha diagnosa menunjukkan bahwa ternyata
Pembentukan unit kerja PTSP unit kerja PTSP belum memiliki
merupakan langkah kongkrit pemerintah kewenangan sepenuhnya dalam pelayanan
dalam memberikan kemudahan berusaha. perizinan usaha. Banyak perizinan usaha
Hal itu sangatlah relevan jika melihat yang masih berada pada dinas teknis.
proses birokratisasi pelayanan perizinan Sehingga, proses yang harus dilalui oleh
usaha yang sudah semakin berlebihan dan pengusaha dalam mengurus perizinan akan
cenderung berbelit-belit. Capaian EoDB semakin lama utamanya pada proses di
Indonesia dalam kurun waktu 3 tahun luar PTSP.
terakhir perlu untuk diapresiasi bersama.
Tabel 2 : Status Pemberian Kewenangan Pelayanan Perizinan Kepada Unit PTSP
No Nama Kota Pemberian Kewenangan Perizinan
1 Kota Pontianak Jumlah perizinana yang diterbitkan selama satu tahun:
18.721 izin dengan 20 jenis izin dan 5 non perizinan yang
benar-benar telah ditangani sepenuhnya secara satu pintu.
2 Kota Surabaya Jumlah perizinan yang dilayani selama satu tahun: 72 jenis
dengan 4 jenis yang benar-benar telah ditangani sepenuhnya
secara satu pintu.
3 Kota Gresik Jumlah perizinan yang diterbitkan selama satu tahun: 8691
izin dengan 86 jenis izin yang benar-benar telah ditangani
sepenuhnya secara satu pintu.
4 Kota Bekasi Belum sepenuhnya perizinan di PTSP
5 Kota Bandung Jumlah perizinan yang dilayani ada 54 jenis perizinan, tetapi
baru sekitar 85% perizinan yang ditangani sepenuhnya
secara satu pintu. Masih ada sekitar 58 perizinan yang
dilayani terpisah di Dinas Kesehatan. Rencananya tahun
depan akan ada integrasi seluruh perizinan.
6 Kota Makassar Belum sepenuhnya perizinan di PTSP
7 Kota Gorontalo Belum sepenuhnya perizinan di PTSP
8 Kota Jambi Belum sepenuhnya perizinan di PTSP
10 Kabupaten Demak Belum sepenuhnya perizinan di PTSP
11 Kabupaten Magelang Belum sepenuhnya perizinan di PTSP
12 Kabupaten Siak Belum sepenuhnya perizinan di PTSP
13 Kabupaten Deli Serdang Belum sepenuhnya perizinan di PTSP
Sumber: Data Lapangan Tim LGCB Awards, 2017
48
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
49
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
masalah bagi Pemerintah Daerah. Indeks kualitas tenaga kerja di Indonesia masih
Infrastruktur Indonesia masih tergolong menjadi masalah. Hingga tahun 2014,
rendah rendah. Dari 12 (dua belas) pilar ketenagakerjaan Indonesia masih di domi-
yang digunakan dalam pengukuran global nasi oleh tenaga kerja berpendidikan
competitiveness index (CGI), tantangan rendah sebesar 64,82 persen sedangkan
terberat Indonesia yaitu pada pilar penduduk bekerja berpendidikan tinggi
infrastruktur yaitu pada posisi ke 60 (Diploma ke atas) sebesar 9,79 persen
(WEF, 2016). (BPS, 2015).
50
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
51
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
52
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
Erna Irawati
Lembaga Administrasi Negara
Putri Hening
Lembaga Administrasi Negara
Abstrak
Revolusi Industri 4.0 menjadi fenomena yang tidak terelakan. Berbagai strategi melalui
serangkaian kebijakan dipersiapkan oleh Pemerintah Indonesia agar Indonesia dapat
memanfaatkan Revolusi Industri keempat ini menjadi kesempatan emas untuk meningkatkan
kesejahteraan umum. Pemerintah Indonesia menyusun Peta Jalan Making Indonesia 4.0
sebagai roadmap dengan visi menjadikan Indonesia sebagai 10 besar ekonomi dunia. Di era
revolusi industri 4.0 ini, Indonesia juga memanfaatkan potensi ekonomi berbasis digital yang
perkembangannya cukup pesat di Indonesia dengan mengeluarkan Peta Jalan Sistem
Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik atau Roadmap e-commerce Tahun 2017-2019
melalui Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2017. Indonesia harus memahami kondisi dan
kemampuan Indonesia saat ini untuk mewujudkan tujuan dari roadmap tersebut. Indonesia
memiliki berbagai peluang dan tantangan. Dari sisi kesiapan infrastruktur digital nasional,
Indonesia memiliki permasalahan disparitas infrastruktur digital antara Indonesia bagian
Barat dan bagian Timur menyebabkan perdagangan berbasis digital terpusat di Jawa-Bali.
Sedangkan dari sisi SDM, Indonesia akan masuk ke dalam fase Bonus Demografi. Dengan
adanya kualitas SDM yang mumpuni, maka bonus demografi tersebut dapat dimanfaatkan
untuk menghadapi era revolusi industri 4.0. Pemerintah juga harus membangun tatanan
regulasi yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemerintah harus mampu mengubah
berbagai tantangan yang muncul di era revolusi industri 4.0 ini menjadi sebuah peluang guna
mewujudkan visi 10 ekonomi besar dunia.
Kata kunci: Revolusi Industri 4.0, e-commerce, infrastruktur digital
Abstract
Industrial Revolution 4.0 becomes an inevitable phenomenon. Series of policy have been
arranged by Indonesian Government to take advantage of this fourth industrial revolution as
a golden opportunity to increase public welfare in Indonesia. Indonesian government have
formulated Making Indonesia 4.0 Roadmap, making Indonesia as 10 world’s great
economies as its vision. In this Industrial Revolution 4.0 era, Indonesia is harnessing the
potential of digital economy, which have rapid growth in Indonesia, among others by
implementing Electronic Based National Commerce System Road Map (2017 to 2019)
through enacment of Presidential Decree (Perpres) Number 74 in 2017. Indonesia must
discern its current condition and ability to achieve the roadmap’s goals in the face of
opportunities and challenges. One challenge is in the readiness of national digital
infrastructure. Disparity of digital infrastructure in Western and Eastern Indonesia causing
e-commerce to concentrate in Jawa-Bali. In addition, as Indonesia will reach into its
Demographic Bonus phase, human resource is another concern. The availability of qualified
human resources will be the key to utilize demographic bonus in encountering Industrial
53
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
Revolution 4.0. Besides, the government must develop regulation frameworks to drive
economic growth. The government must be able to transform various challenges of industrial
revolution 4.0 into opportunities to achieve the vision of becoming one of the 10 world’s
great economies.
Keywords: Industrial Revolution 4.0, e-commerce, digital infrstructure
A. Latar Belakang
54
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
55
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
56
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
Gambar 4. Sepuluh Prioritas Nasional dalam Peta Jalan Making Indonesia 4.0.
57
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
Secara teknis, Peta Jalan Making 41 ke 36, dan peringkat Indonesia dinilai
Indonesia 4.0 ini dapat menjadi penuntun lebih kompetitif secara ekonomi diban-
arah bagi kebijakan-kebijakan selanjutnya dingkan dengan negara-negara lain yang
yang akan dikeluarkan oleh Pemerintah telah dikenal sebagai negara maju seperti
Indonesia guna mewujudkan visi Brazil (peringkat 80), Rusia (peringkat
Indonesia menuju 10 besar ekonomi dunia. 38), Italia (peringkat 43) ataupun Turki
Jika kesepuluh prioritas nasional tersebut (peringkat 53), Sedangkan di lingkup
dapat dijalankan, tentunya era revolusi ASEAN, Indonesia berada di peringkat 4
industri 4.0 menjadi peluang emas bagi setelah Singapura, Malaysia, dan Thailand
Indonesia untuk mengakselerasi pertum- (Gambar 6).
buhan ekonomi melalui revitalisasi sektor Gambar 6. ASEAN Global Competitiveness
industri. Index
Gambar 5. Global Competitiveness Index
Tahun 2017/2018
Sumber: Annual Report World Economic Sumber: Annual Report World Economic
Forum 2017/2018 Forum 2017/2018
Guna mewujudkan visi Indonesia Jika dibandingkan dengan
menuju 10 besar ekonomi dunia, Singapura, Malaysia, dan Thailand,
Pemerintah harus mengetahui dan mema- Indonesia masih berada di bawah ketiga
hami bagaimana kondisi dan kemampuan negara tersebut, padahal Indonesia memi-
Indonesia saat ini. Jika dilihat dari sisi liki potensi yang tinggi namun terkendala
kemampuan Indonesia dalam bersaing dengan masalah kesiapan teknologi dan
secara global, maka berdasarkan pada efisiensi pasar tenaga kerja. Jika kedua hal
Annual Report World Economic Forum ini dapat diatasi, dipastikan daya saing
2017/2018, Indonesia menempati pering- Indonesia di ranah global akan meningkat
kat Global Competitiveness Index (GCI) dan akan berdampak pada peningkatan
ke-36 dari 137 negara yang terdaftar dalam pertumbuhan ekonomi.
daftar WEF (Gambar 5). Dalam annual
report tersebut dijelaskan pula bahwa
Indonesia berhasil naik lima peringkat dari
58
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
59
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
60
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
61
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
62
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
63
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
64
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
terdiri dari humanities, komunikasi, dan match antara SMK dengan industri di
desain. berbagai daerah di Indonesia. Saat ini,
Kemenperin telah menjalin kerja sama
Pemerintah Indonesia melalui
dengan Swiss untuk pengembangan
Kementerian Riset, Teknologi, dan
Politeknik dan menjalankan program silver
Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti)
expert dalam rangka melibatkan tenaga
mencoba mengadopsi ketiga literasi terse-
ahli dari sektor industri sebagai instruktur.
but yang kemudian dituangkan dalam
Memiliki skill khusus dan mampu
kurikulum Hybrid/Blended Learning
menguasai teknologi adalah kunci keber-
sebagai solusi pembelajaran di era revolusi
hasilan SDM dalam bersaing secara global
industri 4.0. Kurikulum tersebut meru-
di era revolusi Industri 4.0 ini. Kecakapan
pakan strategi pendidikan bagi kaum
SDM yang mampu bersaing di dunia
milenial untuk menghadapi era revolusi
industri, tidak hanya dapat mengurangi
industri 4.0. Kurikulum tersebut diimple-
angka pengangguran, tetapi juga dapat
mentasikan melalui Sistem Pembelajaran
mendorong peningkatan sektor industri
Daring Indonesia (SPADA Indonesia).
untuk akselerasi pertumbuhan ekonomi di
Sampai saat ini Sistem tersebut telah
diimplementasikan di 51 perguruan tinggi Indonesia.
dengan total 6.927 mahasiswa. Penerapan E. Strategi Menghadapi Era
kurikulum seperti ini merupakan langkah Revolusi Industri 4.0 Melalui Peta
yang tepat untuk meningkatkan daya saing Jalan SPNBE 2017-2019
SDM di era revolusi industri 4.0. Namun,
Dalam mendorong pertumbuhan
sejauh ini penerapan kurikulum berbasis
ekonomi berbasis digital di Indonesia,
digital masih dalam lingkup Perguruan
Indonesia dihadapkan pada berbagai
Tinggi. Dalam lingkup pendidikan
tantangan. Permasalahan infrastruktur
sekolah, Kemendikbud masih dalam tahap
digital dan kesiapan SDM menjadi isu
rencana untuk merancang ulang kurikulum
yang harus segera dituntaskan oleh
baru agar para siswa siap menghadapi era
Pemerintah. Peta Jalan SPNBE 2017-2019
revolusi industri 4.0. Kurikulum yang
atau road-map e-commerce disusun oleh
direncanakan oleh Kemendikbud berfokus
Pemerintah sebagai salah satu senjata
pada 5 kemampuan yang harus dikuasai
untuk mengatasi berbagai tantangan yang
oleh siswa yaitu kemampuan berpikir
hadir dalam mendorong sektor ekonomi
kritis, kreatif dan inovatif, kemampuan
digital, termasuk tantangan di bidang
berkomunikasi, kemampuan bekerja sama,
infrastruktur digital dan kesiapan SDM.
dan percaya diri. Meski 5 kemampuan
Melihat dari sisi konten, program yang
siswa dalam kurikulum yang direncanakan
hadir dalam Peta Jalan tersebut sudah
oleh Kemendikbud tersebut tidak disebut-
cukup akomodatif. Melalui Peta Jalan
kan secara spesifik mengenai kemampuan
tersebut, Pemerintah telah menyusun
literasi digital, sudah seyogyanya Kemen-
serangkaian kegiatan untuk membangun
dikbud juga harus menjadikan literasi
infrastruktur TIK dan SDM yang siap
digital sebagai basis perancangan ulang
dengan dunia e-commerce. Namun, dalam
kurikulum yang direncanakan.
pengimplementasiannya berbagai kendala
Selanjutnya, Pemerintah Indonesia hadir dan tentunya Pemerintah harus
melalui Kementerian Perindustrian juga responsif dalam mengatasi kendala-
telah meluncurkan program pendidikan kendala yang ada.
vokasi yang mengusung konsep link and
65
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
66
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
kebijakan dari pemerintah pusat. Adanya lebih besar daripada perusahaan taksi
harmonisasi antara kebijakan pusat dengan terbesar Indonesia, Blue Bird Group,
Peraturan daerah, tidak hanya akan dengan 22.000 armada (viva.co.id, 2018).
mempermudah pelaksanaan program/ Sampai di September 2018, dua perusa-
kebijakan dari pemerintah pusat, tetapi haan tersebut secara regulasi belum
juga mendorong efisiensi dari sisi sumber dianggap sebagai perusahaan transportasi.
daya dan keuangan, sehingga harmonisasi Hal tersebut mengakibatkan Gojek dan
aturan dan kebijakan menjadi sangat Grab terlepas dari hak dan kewajiban
penting. sebagai perusahaan transportasi. Belum
melekatnya status “perusahaan
Dalam proses penyusunan kebijak-
transportasi” pada perusahaan gojek dan
an, Revolusi Industri 4.0 tidak hanya
grab menyebabkan kedua perusahaan
menuntut kemampuan pemerintah untuk
tersebut tidak perlu mematuhi aturan
dapat memperbaharui dan mengharmoni-
ketenagakerjaan, aturan perpajakan, dan
sasi aturan serta kebijakan yang beriringan
aturan keselamatan dalam penyediaan
dengan perkembangan teknologi, tetapi
transportasi. Kondisi tersebut membawa
juga menuntut kemampuan pemerintah
untuk menyusun kebijakan yang bersifat keuntungan bagi perusahaan namun
merugikan pemerintah sendiri, perusahaan
outward looking dan juga future setting.
transportasi konvensional, dan karyawan,
Pemerintah harus mampu mengantisipasi
khususnya para driver. Sedangkan, jika
hal-hal baru yang dibawa oleh era revolusi
dibandingkan dengan negara-negara di
industri 4.0 ini dengan serangkaian
Eropa, hal tersebut telah diantisipasi
kebijakan yang tepat. Salah satu kebaruan
melalui putusan European Court of Justice
yang dibawa oleh era “serba internet” ini
di tahun 2017 yang memutuskan bahwa
adalah terbukanya lapangan pekerjaan
uber 2 merupakan perusahaan transportasi,
baru yaitu transportasi online. Fenomena
dan harus menjalankan regulasi seperti
trans-portasi online tengah merebut pangsa
pasar transportasi konvensional. Teknologi operator taksi lain (www.reuters.com,
2017). Hal tersebut mendandakan bahwa
informasi yang dimanfaatkan oleh
transportasi online memudahkan seorang adanya transformasi bisnis dari basis
konvensional ke basis digital, sebagai
pengemudi untuk melakukan navigasi ke
salah satu ciri dari Revolusi Industri 4.0,
tujuan secara otomatis dan memper-
harus diikuti dengan tatanan regulasi yang
temukan antara demand dan supply trans-
bersifat outward looking dan future
portasi online dari jarak jauh. Kehadiran
setting. Pemerintah harus tanggap dan
transportasi online ini menjadi tantangan
merespon secara cepat perubahan-
bagi Pemerintah untuk segera melahirkan
perubahan yang terjadi di era Revolusi
kebijakan yang akomodatif.
Industri 4.0 ini dengan melakukan
Pada tahun 2018, Indonesia penataan regulasi. Penataan regulasi yang
memiliki 2 perusahaan raksasa yang dilakukan tidak hanya sebatas melakukan
tengah menguasai pangsa pasar pemba-haruan aturan, tetapi Pemerintah
transportasi online yaitu Grab dan Gojek. Indonesia juga harus menyambut Revolusi
Gojek kini telah memiliki 1 juta Industri 4.0 dengan mengeluarkan
pengemudi di Indonesia sedangkan Grab serangkaian kebijakan yang tepat.
memiliki 2 juta pengemudi di Asia
Tenggara (bisnis.tempo.co, 2018). Armada
perusahaan transportasi online ini jauh 2
Transportasi online multinasional
67
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
68
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
69
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
70
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
Rusman Nurjaman
Lembaga Administrasi Negara
Abstrak
Seiring dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan agenda
Nawa Cita, desa kini menjadi poros pembangunan nasional. Perubahan ini berimplikasi pada
posisi desa dalam pembangunan tidak lagi menjadi objek melainkan subjek pembangunan itu
sendiri. Perspektif baru ini juga menggeser model pembangunan desa dari government driven
development atau community driven development (CDD) menjadi village driven development
(VDD). Dalam sektor ekonomi, model pembangunan yang digerakkan oleh desa ini
menempatkan desa sebagai aktor penggerak ekonomi lokal. Artikel ini menampikan narasi
atas pengalaman desa dalam membangun ekonomi berdasarkan sejumlah studi kasus gerakan
ekonomi berbasis desa di tiga desa. Studi ini memberikan sejumlah pembelajaran penting,
yakni terkait dengan peran sejumlah faktor, antar lain kepemimpinan, tradisi berdesa, dan
kemampuan membangun jejaring dan melakukan kolaborasi, dalam mendorong penguatan
institusi dan efektivitas gerakan ekonomi berbasis desa sehingga bertranformasi menjadi desa
unicorn.
Kata kunci: village driven development, gerakan ekonomi desa, jejaring-kolaborasi,
kepemimpinan transformatif.
Abstract
With implementation of Law Number 6 of 2014 concerning Villages and the Nawa Cita (nine
agendas), village is considered as national development axis. This change has shifted the
position of village in development to become subject of development rather than merely as
object of development. This new perspective has shifted village development model from
government driven development or community driven development (CDD) to village driven
development (VDD). In economic sector, village-driven development model places village as
driving force of local economy. This article descripbes a narrative of village experience in
building local economy, based on case studies of village-based economic movements in three
villages in Java. This study found several determinant factors, including leadership, village
tradition, and the ability to build networks and collaborate as important factors to encourage
institutional strengthening and effectiveness of village-based economic movements so that
they can transform into unicorn villages. The results of this study provide valuable learning
in improving and implementing policies related to direction, development strategy and
economic governance of villages in Indonesia.
Keywords: village driven development, village economic movement, collaboration networks,
transformative leadership
71
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
72
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
telah menghasilkan sarana prasarana yang dataran rendah. Pada masing-masing desa
mendukung pengembangan ekonomi desa, juga telah tumbuh berbagai gagasan,
diantaranya dengan terbangunnya lebih inisiatif lokal, dan aksi kolektif pemerintah
dari 123.858 kilometer jalan desa; 791.258 dan warga desa untuk menggali dan
meter jembatan; 38.331 unit sambungan mengembangkan pendayagunaan potensi
air bersih; 2.960 unit tambahan perahu; dan sumber daya ekonomi desa, dengan
26.750 unit kegiatan BUMDes; 6.576 unit memanfaatkan momentum lahirnya UU
pasar desa; 38.217.065 unit drainase dan Desa yang mengusung semangat pemba-
28.830 unit irigasi; dan 1.971 unit haruan (restorasi) desa.
embung. Beberapa sarana prasarana
tersebut menjadi pemantik bagi lahirnya Secara lebih spesifik, tulisan ini
inisiasi, inovasi, kreasi dan kerjasama ingin menjawab bagaimana desa bergerak
antar desa melalui peran aktif masyarakat, membangun perekonomiannya hingga
untuk mengoptimalkan pendayagunaan dapat memberikan dampak bagi
sumber daya dan potensi ekonomi desa. peningkatan PADes dan kebermanfaatan
bersama; apa pembelajaran yang dapat
Pengembangan ekonomi desa juga dipetik dari temuan di lokus penelitian;
menjadi fokus dari pemerintah supradesa dan faktor apa saja yang menjadi
dalam mewujudkan cita-cita kemandirian. pendorong keberhasilan desa dalam
Pemerintah Pusat misalnya melalui mengoptimalkan pengelolaan sumber daya
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah ekonominya.
Tertinggal dan Transmigrasi pada 2018
menjalankan empat program prioritas B. Desa Membangun Ekonomi:
untuk menggenjot kapasitas ekonomi desa. Beberapa Konsep Penting
Empat program prioritas tersebut antara
Analisis terhadap upaya desa dalam
lain Program Unggulan Kawasan Perde-
membangun perekonomiannya bertumpu
saan (Prukades), Pembangunan Embung
pada beberapa konsep yang dipandang
Desa, Pembentukan Badan Usaha Milik
relevan dengan upaya tersebut, yaitu desa
Desa (BUMDes), dan Pembangunan
membangun (village driven developmet)
Sarana Olahraga Desa (Permendes
dan “desa memandang ekonomi”. Kedua
4/2017).
konsep tersebut akan dijelaskan pada
Estafet dengan Pemerintah Pusat, bagian berikut di bawah ini.
di level lokal, beberapa Pemerintah Daerah
1. Village Driven Development (VDD)
juga terus fokus untuk mengembangkan
desa dengan cara yang inovatif. Pengem- Menjelang lahirnya UU Desa,
bangan kapasitas ekonomi di daerah juga muncul perdebatan konseptual tentang
diwadahi melalui kebijakan regulasi untuk pembangunan desa. Perdebatan ini dilatar-
memperkuat kedudukan program dan belakangi oleh adanya berbagai kritik
tujuan yang hendak dicapai. Sehingga terhadap pembangunan desa selama ini
melalui tulisan ini, secara khusus ingin yang justru melemahkan dan memarjinali-
melihat lebih jauh estafet pengembangan sasi desa. Sebelum era UU Desa, model
ekonomi lokal di tiga lokus desa yaitu pembangunan desa mengacu pada konsep
Desa Panggungharjo (Kabupaten Bantul), government driven dvelopment atau
Desa Dermaji (Kabupaten Banyumas), dan community driven development (CDD).
Desa Ketapang (Kabupaten Banyuwangi). Kerangka CDD merupakan konsep
Ketiga desa tersebut dipilih sebagai lokus pembangunan yang dirumuskan oleh Bank
studi karena masing-masing mewakili Dunia, yang kemudian dipercaya oleh
tipologi/karakteristik desa-desa di Jawa: pemerintah Indonesia sebagai model
desa agraris/pesisir, desa pertanian/dataran penanggulangan kemiskinan berbasis
tinggi, dan desa industri (sub-urban)/
73
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
74
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
memandang ekonomi” (DME) (Sutoro: akses kontrol sumber daya ekonomi desa.
2017: 124). Dalam mengakselerasi pembangunan
ekonomi desa, mazhab DME menekankan
Mazhab EMD merupakan teori pada kekuatan atau potensi desa sendiri
ekonomi arus utama (neoklasik) yang (endogen). Artinya pembangunan ekonomi
selama ini masuk ke desa, namun desa dilakukan dengan mengoptimalkan
memunculkan berbagai paradoks. Dalam pemanfaatan aset dan sumber daya lokal.
mendorong laju perekonomian desa, Namun semua itu dilakukan dengan
Mazhab EMD, menekankan pada kekuatan dipagari oleh sejumlah rambu-rambu
dari luar desa (eksogen) sebagai faktor (nilai) berupa kecukupan, keseimbangan
pendorong, berupa intervensi teknologi, dan keberlanjutan, sehingga eksploitasi
modal, industri, dan SDM, dengan yang berlebihan atas sumber daya ekonomi
korporasi sebagai aktor utama. Dengan desa dapat dihindari. Sebagai antitesis dari
bertumpu pada prinsip-prinsip neolibe- mazhab/teori ekonomi mainstream,
ralisme ekonomi, seperti kompetisi dan mazhab DME menghindari prinsip
efisiensi, korporasi memiliki keleluasaan kompetisi dan efisiensi dengan mengede-
untuk mengeksploitasi sumber daya pankan prinsip kegotongroyongan dan
ekonomi desa. Harapannya, dengan kemanfaatan bersama. Secara sederhana,
menggelontorkan investasi besar akan perbandingan mazhab DME dan EMD
memunculkan surplus ekonomi dan dapat dituangkan dalam matriks berikut.
menciptakan trickle down effect, seperti
lapangan kerja dan peningkatan pen- Tabel 1: Perbandingan Dua Mazhab
dapatan. Mazhab EMD, berargumen Pembangunan Ekonomi Desa
bahwa dengan memiliki pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi yang berskala Ekonomi Desa Memandang
besar, maka lapangan kerja dan pen- Memandang Desa Ekonom (DME)
(EMD)
dapatan masayarakat desa meningkat, Modern Tradisional
sehingga laju urbanisasi dapat ditekan. Pertumbuhan Pemberdayaan dan
Pada kenyataannya, mazhab DME kemandirian
memang mampu menciptakan pertum- Eksogen Endogen
buhan, namun di saat yang sama diikuti Surplus ekonomi Kecukupan,
dengan ketimbangan, involusi dan keseimbangan, dan
keberlanjutan
marjinalisasi. Di sinilah paradoks itu Jika mengambil 10 Jika mengambil 1 sudah
muncul. bisa kenapa hanya cukup, tidak perlu
mengambil 1 mengambil 10
Sebaliknya, mazhab DME meman- Kompetisi dan Kegotongroyongan dan
dang bahwa pertumbuhan ekonomi desa efisiensi kebersamaan
tidak ada maknanya jika hanya dinikmati Intervensi teknologi, Memanfaatkan aset lokal
oleh segelintir elite ekonomi-politik. modal, industri, dan dan kearifan lokal
SDM
Mazhab DME hadir sebagai alternatif atas
Pembangunan Pembangunan kawasan
gagalnya berbagai teori ekonomi arus kawasan perdesaan perdesaan sebagai
utama ketika dibawa ke ranah desa. menciptakan pusat membangun desa:
Sebagai mazhab yang berorientasi pada pertumbuhan memeratakan
pemberdayaan dan kemandirian, mazhab pembangunan
DME menenkankan pada urgensi mengor- Top down dan trickle Bottom up
down effect
ganisir dan memperkuat masyarakat desa Korporasi sebagai Rakyat desa sebagai
untuk memiliki dan mengontrol sumber pemilik pemilik
daya ekonomi desa. Oleh karena itu, Sumber: Sutoro Eko, 2017: 124.
rakyat desa berperan sebagai pelaku
utama dalam pembanguna ekonomi desa.
Mereka memiliki hak kepemilikan dan
75
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
76
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
77
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
78
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
Terkait hal ini, Wahyudi, Kepala Desa leluasa untuk menentukan model pemba-
Panggungharjo, mengatakan: ngunan dan pemberdayaan desa. Tahun
Lanskap desa kami tidak terlalu baik, 2018, Desa Panggungharjo mengelola
di mana kami berada di pinggiran kota. anggaran sekitar 5,6 Miliar, di mana
Oleh karenanya, kami mencoba untuk sekitar 1,2 miliarnya ditargetkan bersum-
memanfaatkan lanskap tersebut dalam ber dari PAD.
rangka untuk memberdayakan ekono-
mi masyarakat desa. Jadi bentang Pengalaman Desa Panggungharjo
hidup dari masyarakat desa baik tersebut membuktikan misi UU Desa
bentang ekonomi, bentang sosial, untuk memperkuat peran kelembagaan
bentang budaya, bentang teknologi ekonomi desa melalui BUMDes sebagai
yang ada di warga desa sebagai agen nomen-klatur lembaga ekonomi berbasis
untuk mengungkit potensi ekonomi desa yang diharapkan dapat menjadi
yang ada di desa. Salah satu tumpuan dalam menggerakkan roda
strateginya adalah dengan mendirikan perekonomian desa. BUMDesa diarahkan
BUMDES jauh sebelum diamanatkan agar dapat mengembangkan ekonomi
oleh UU Nomor 6 Tahun 2014. kreatif dan produktif di desa, sehingga
(Wawancara, 3 April 2018) dengan demikian dapat menjadi magnet
baru untuk menahan laju urbanisasi. UU
Untuk mengembangkan usahanya, Desa menegaskan peran strategis tersebut
BUMDes Panggung Lestari membangun pada Pasal 87-90 yang mengatur
kerjasama B to B (bussiness to bussiness) pembentukan BUMDes, dan penggunaan
dengan salah satu multinasional korporasi hasil usaha BUMDes untuk pengembang-
Danone Aqua, yang menyerap produk an usaha, pembangunan desa, pemberda-
produk bahan bakar penganti solar dari yaan masyarakat dan meningkatkan kese-
olahan minyak goreng bekas. Rata-rata jahteraan masyarakat miskin di desa.
pengiriman sekitar 10.000 liter.
Dalam membangun ekonomi desa,
Guna membangun budaya akunta- Panggungharjo juga mengoptimalisasi
bilitas dan transparansi, Panggungharjo pemanfaatan potensi dan aset desa. Dalam
merancang aplikasi BUMDes yang dapat hal ini, Panggungharjo menerapkan konsep
diakses warga melalui android, sehingga asset based development community
BUMDes menjadi dapat dimonitor (ABCD) yang diintegrasikan dengan
bersama-sama. Itulah yang menyebabkan sistem desa. Pertama, mengolah potensi
terjadi perubahan modal. Dengan nilai ekonomi dari sampah dengan melakukan
modal awal Rp37 juta, saat ini nilai pemilahan sampah domestik. Desa
kapitalisasi aset yang dikelola BUMDes Panggungharjo setiap harinya mempro-
Panggung Lestari lebih dari Rp 5 Miliar. duksi sekitar 55 meter kubik sampah. Tarif
Total equity di luar tanah dan bangunan retribusi yang rata-rata 20.000 rupiah
pada tahun 2017 sekitar Rp 1,2 Miliar. dikalikan 1.700 KK, pendapatan desa dari
Tahun 2018, pendapatan BUMDes dari 3 hasil retribusi sekitar 32 juta rupiah per
bulan pertama sebesar Rp 957 juta. Jika bulan. Hasil pemilahan sampah dijual
pada tahun 2018 ini, pendapatan desa dengan pendapatan 10 juta rupiah per
melalui BUMDes Panggung Lestari bulan. Kedua, mengolah minyak goreng
mencapai lebih dari Rp 1 miliar, maka bekas menjadi produk bahan bakar
Panggungharjo dapat dikategorikan pengganti solar yang dibuat dengan
sebagai “unicorn” desa—yaitu sebutan menggunakan alat yang buatan sendiri dan
untuk suatu organisasi yang berhasil dikelola melalui bengkel inovasi tepat
mencapai market share, dalam hal ini guna dengan memanfaatkan sumber daya
pendapatan asli desa, di atas Rp 1 miliar. lokal. Tahun 2016, tambahan pendapatan
Dengan pendapatan setinggi itu desa dari penjualan minyak goreng bekas rata-
79
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
rata dari 30-40 juta rupiah. Ketiga Berdasarkan paparan di atas, Desa
memproduksi taman oils, yang merupakan Panggungharjo, di era kepemimpinan
satu komoditas internasional yang Kepala Desa Wahyudi saat ini, telah mela-
digunakan secara luas sebagai bahan baku kukan sejumlah upaya untuk mengop-
kosmetika, di amazon.com 100 ml dijual timalkan tata kelola potensi ekonomi dan
dengan harga 12-14 USD dollar. Tahun aset desa. Hal ini dilakukan antara lain
2017 memproduksi kurang lebih sekitar dilakukan dengan mengolah beberapa
3000 floss dan dikirim ke pasar potensi ekonomi yang ada sehingga
internasional. Keempat, mengembangkan mampu memberikan nilai tambah dan
usaha Jasa Wisata Desa melalui pendirian meng-hasilkan produk yang dibutuhkan
Kampung Mataraman. Kampung wisata ini oleh masyarakat. Konsekuensinya, berbeda
menggali kembali tradisi nuansa dengan rata-rata desa lain, sebagian besar
masyarakat agraris pada awal abad 19 anggaran desa dialokasikan untuk pengem-
terkait sandang, pangan dan papan dan bangan dan pendayagunaan ekonomi dan
sebagainya. Kelima, memproduksi komo- potensi desa.
ditas beras dengan nama “Bestari” (Beras
Panggung Lestari) untuk memenuhi 2. Lokus Desa Dermaji, Kabupaten
kebutuhan unit usaha jasa wisata desa. Banyumas
Satu bulan rata-rata konsumsi berasnya
sekitar 1,2 ton untuk usaha jasa wisata Profil Desa
desa di Kampung Mataraman. Keenam,
Desa Dermaji terletak di Kecama-
melakukan pemberdayaan/ pendampingan
tan Lumbir Kabupaten Banyumas Provinsi
terhadap 50 orang warga difabel agar bisa
Jawa Tengah. Sebagian besar wilayah
memproduksi satu produk unggulan desa.
Desa Dermaji merupakan daerah pegu-
Tabel 2 Pemanfaatan Potensi dan Aset nungan dan perbukitan dengan ketinggian
Desa Panggungharjo berkisar antara 100-300 meter di atas
permukaan laut. Curah hujan rata-rata
Bentuk Bentuk Keterangan 1.500 mm sampai dengan 2.500 mm per
Potensi/Aset Pemanfaatan/ tahun. Jumlah penduduk Desa Dermaji
Produk
Sampah Pemilahan Kontribusi
pada tahun 2017 sebanyak 6.293 jiwa,
sampah terhadap dengan jumlah penduduk laki-laki 3.183
pendapatan desa jiwa dan jumlah penduduk perempuan
Rp 42 juta/per 3.110 jiwa. Jumlah Kepala Keluarga (KK)
bulan sebanyak 2.019 KK (Profil Desa Dermaji,
Minyak Bahan bakar Rata-rata
2017).
goreng pengganti solar produksi 10.000
bekas liter/bulan, dan
tambahan
Desa Dermaji Membangun Ekonomi
pendapatan
Rp 30-40 juta Keberadaan BUMDes merupakan
Taman Taman oils Jumlah produksi salah satu upaya memperkuat kelem-
(bahan baku 3000 floss, @ bagaan ekonomi desa di Desa Dermaji.
kosmetika) 12-14 USD Namun BUMDes tersebut diupayakan agar
Budaya dan Kampung wisata tidak menjadi pesaing yang mematikan
Lahan mataraman
usaha ekonomi warga. Oleh karena itu,
Pangan Beras Panggung Terjual 1,2
Lestari (Bestari) ton/bulan BUMDes Dermaji tidak membuka usaha
SDM Pemberdayaan 50 Produk toko sembako/kelontong. Jadi mereka
orang warga unggulan desa mencari bentuk usaha BUMDes yang
difabel disesuaikan dengan potensi desa. Saat ini
Sumber:diolah dari hasil penelitian PKDOD, 2018. sudah ada dua unit usaha, yakni unit
simpan pinjam dan pengolaan air minum.
80
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
Pengelolaan air minum memanfaatkan aset satu potensi unggulan di Desa Dermaji.
program PAMSIMAS dari Dirjen Cipta Hampir seluruh rumah tangga di Desa
Karya Kementerian PU dan Perumahan Dermaji membudidayakan ternak
Rakyat yang saat ini sudah dilimpahkan ke kambing. Jumlah ternak kambing tiap
Desa Deramaji. Pengelolaan air minum tahun bisa mencapai lebih dari tiga ribu
oleh BUMDes dimaksudkan sebagai upaya ekor. Keempat, menghelat festival
desa dalam pemenuhan pelayanan dasar, kambing Dermaji setiap tahun. Tujuannya
sehingga unsur ekonomisnya masih untuk memperluas skala, memotivasi
dinomorduakan. Dalam prakteknya, pelaku usaha/petani ternak kambing dan
masyarakat harus membayar pemakaian mempromosikannya ke khalayak yang
air bersih per meter kubik air sebesar Rp lebih luas. Dalam praktiknya, festival
2500,00. tersebut tidak hanya menjadi ajang
promosi dan transaksi hasil ternak
Jika dilihat maka dengan harga kambing etawa saja, melainkan juga
seperti itu, usaha pengelolaan air bersih ini menjadi sarana promosi seluruh produk
tidak mementingkan keuntungan. Namun, warga desa, serta menjadi panggung bagi
menekankan tujuan sosial dalam pena- penampilan berbagai karya seni yang
nganan masalah kebutuhan air bersih selama ini ditekuni warga desa untuk
masyarakat. Saat ini, pengelolaan air ditampilkan dan dinikmati khalayak ramai
bersih tersebut baru tersambung untuk dari kawasan Kabupaten Banyumas dan
kurang lebih 300 rumah. Jadi, masih sekitarnya. Kepala Desa Dermaji, Bayu
belum mencukupi kebutuhan seluruh Setyo Nugroho, mengemukakan bahwa:
masyarakat desa. Oleh karena itu, tahun “Festival kambing Dermaji merupakan
depan akan direncanakan untuk memba- upaya yang dilakukan oleh pemerintah
ngun satu penampungan lagi. Masyarakat desa Dermaji bersama dengan kelom-
yang belum mendapatkan air dari penam- pok peternak kambing dan masyarakat
pungan, saat ini masih mengambil air desa untuk mengangkat dan memper-
langsung dari mata air atau dari sungai, kenalkan potensi unggulan yang ada di
tentu saja dengan tingkat kesulitan yang desa Dermaji. Ternak kambing meru-
cukup tinggi. pakan potensi ekonomi terbesar desa
dermaji, karena hampir semua warga
Untuk mengembangkan ekonomi
memiliki ternak kambing. Festival ini
desa, Dermaji juga melakukan sejumlah
menjadi ajang bagaimana kegiatan
upaya lain. Pertama, membangun website
ternak kambing ini tidak saja menjadi
desa yang menjadi sarana penguatan
usaha sampingan, tetapi akan diting-
ekonomi desa melalui platform e-
katkan menjadi usaha berskala industri.
commerce sebagai wahana produk-produk
Itu arahnya ke sana. Jadi, dengan
warga desa agar dapat dipasarkan ke luar
adanya festival kambing ini diharapkan
desa. Kedua, mengembangkan potensi
kesejahteraan ekonomi masyarakat
wisata desa dengan membangun objek
meningkat.” (Wawancara, 7 Juni 2018)
wisata desa Wanasuta. Desa Dermaji
merupakan desa hutan yang memiliki area Tabel 3 Pemanfaatan Potensi dan Aset Desa
hutan dan berbatasan langsung dengan Dermaji untuk Membangun Ekonomi Desa
hutan milik PT Perhutani. Keberadaan
hutan tersebut dipandang sebagai potensi Potensi/Aset Bentuk Keterangan
untuk mengembangkan wisata hutan desa. Desa Pemanfaatan
Upaya ini dilakukan melalui kerja sama SDM melek IT Pembuatan Wahana
platform e- pemasaran
dengan PT Perhutani sebagai pemilik commerce produk desa
lahan hutan pinus. Ketiga, mengem- Sumber daya Wisata hutan
bangkan budi daya kambing peranakan alam (hutan) desa
etawa. Ternak kambing merupakan salah “Wanasuta”
81
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
82
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
produk-produk lokal untuk dikembangkan daya bahan lokal. Cara-cara kreatif ter-
sesuai tuntutan pasar. Dalam kapasitas ini, sebut secara simultan mampu memberikan
Pemerintah Desa didaulat sebagai pihak nilai tambah ekonomi, dimana dukungan
yang menilai kelayakan (quality control) Pemerintah Desa berbalas dengan sharing
sekaligus agen penjualan produk masya- profit yang disepakati bagi kelanggengan
rakat mereka sendiri. Dalam kesempatan simbiosis mutualisme diantara mereka.
wawancara dengan Kepala Desa Ketapang,
Bapak H. Slamet Kasihono menuturkan: Industri rumah tangga yang tumbuh
Hasil produk olahan masyarakat dan berkelanjutan juga tidak dapat dilepas-
dipasarkan melalui toserba (BUMDes) kan dari peran program desa literasi.
dan platform online (e-commerce). Program literasi di Desa Ketapang menjadi
Pihak Desa yang menjadi quality sarana berkumpul dan berbagi informasi
control hingga pengemasan dan bagi masyarakat tanpa memandang latar
branding. Pemerintah Desa menerima belakang ekonomi mereka. Benih-benih
bagi hasil penjualan sebesar 10%. ekonomi lahir dari pertautan informasi
Produksi industri rumah tangga mam- yang kemudian peluang itu ditangkap oleh
pu ekspor ke Timor Leste. Gerakan Pemerintah Desa sebagai peluang pember-
industri rumah tangga berdampak dayaan. Beberapa program Desa Literasi
positif bagi ekonomi keluarga. di Desa Ketapang antara lain: Satu RW
(Wawancara, 6 Juni 2018) Satu Rumah Baca; School of Parenting
(Sekolah Pengasuhan Bagi Orang Tua);
Mahalnya sumber daya yang dibu- Street Shop (Bazar Amal Barang Layak
tuhkan dalam membangun sistem market Pakai untuk Komunitas Tertarget);
online mandiri, mereka sikapi dengan Panggung Literasi (Media Aktualisasi
menggunakan platform e-commerce yang Minat dan Bakat Masyarakat); i-Desa
saat ini tersedia secara gratis. Hingga saat (Inkubasi Informasi Ide dan Inovasi
ini tersedia media sosial Pemerintah Desa Pembangunan Desa); Eco Literasi
Ketapang di platform Facebook, Twitter, (Gerakan Kepedulian Lingkungan Alam
dan Instagram. Kapasitas jejaring ekonomi Pedesaan); Sekolah Relawan (Rekruitmen
juga dibangun dengan unsur perbankan dan Upgrading Relawan Baca); Kid Zone
dan Bulog. Tidak cukup hanya dengan (Taman Ramah Anak); Literart
memanfaatkan media online dan pember- (Pendidikan Karakter Berbasis Seni dan
dayaan masyarakat yang telah dilakukan, Budaya).
Pemerintah Desa Ketapang juga secara
aktif membangun gerakan-gerakan keman- Tabel 4 Pemanfaatan Potensi dan Aset
dirian ekonomi melalui Gerakan Membeli Desa Ketapang untuk Membangun
Desa. Ekonomi Desa
Potensi/Aset Bentuk Keterangan
Penguatan kapasitas ekonomi desa Desa Pemanfaatan
SDM Pembuatan Aplikasi
juga dilakukan melalui pengelolaan pasar berkompetensi aplikasi Sistem layanan desa
desa. Pengembangan pasar desa dilakukan Manajemen dan media
untuk mengenalkan hasil produk masyara- Desa penjualan
kat Desa Ketapang dengan masyarakat Terintegrasi online produk
lokal. Hal ini juga sebagai upaya mem- dan E- lokal
Commerce
berikan akses pasar bagi produk hasil
Sumber Daya Budidaya Ekowisata
rumah tangga dengan konsumen secara Alam (laut) rumput laut, Pantai Desa
luas (market engagement). Industri rumah keramba ikan, Ketapang
tangga berkembang dengan komoditas dan pelestarian
yang variatif, seperti peternakan lele skala terumbu
karang
rumahan dengan skema bioflox dan
(wisata)
produksi makanan ringan dengan sumber
83
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
84
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
85
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
mendatang karena menjadi ancaman bagi faatan sumber daya dan potensi ekonomi
kedaulatan ekonomi desa. Sebagai contoh, desa, munculnya inisiatif berjejaring dan
sebuah desa di Kalimantan Timur hanya melakukan kerja sama, sembari membuka
menguasai 7 % dari total aset desa yang ruang-ruang partisipasi, serta responsif
dimilikinya. Hal tersebut menunjuk-kan terhadap aspirasi dari masyarakat.
bahwa tata kelola ekonomi desa harus
mengutamakan dampak riilnya terhadap Kedua, kemampuan membangun
kesejahteraan warga desa itu sendiri. jejaring dan kerja sama. Selama ini, proses
Membuka diri terhadap pasar memang pembangunan dan pola pemberdayaan
penting, tapi jangan sampai menjadikan desa umumnya menciptakan ketergan-
desa sebagai arena eksploitasi (penghisap- tungan. Sehingga desa tidak tumbuh
an) baru oleh pihak swasta/korporasi. menjadi desa yang mandiri dalam mengu-
rus dan mengelola sumber daya dan
Selain penguatan kelembagaan potensi yang dimilikinya, termasuk
ekonomi desa dan kapasitas ekstraksi, jaringan sosial yang telah tumbuh dan
terdapat sejumlah faktor kunci yang berkembang di desa. Kekuatan dari potensi
memampukan desa menjadi aktor peng- jaringan sosial, seperti semangat kegotong-
gerak ekonomi lokal sehingga mendorong royongan dan kepercayaan (trust) belum
transformasi ekonomi desa. Berdasarkan dapat dioptimalkan untuk mengatasi
penelitian lapangan di ketiga lokus, studi berbagai persoalan yang dihadapi desa
ini menemukan bahwa keberhasilan (Arsyad, 2015: 9-10).
penerapan desa cerdas bergantung pada
sejumlah faktor kunci. Pertama, adanya Hal ini rupanya disadari betul oleh
kepemimpinan kepala desa bertipe pemerintah desa baik di Desa Panggung-
inovatif-progresif yang secara serius mela- harjo (Bantul), Desa Melung dan Desa
kukan reformasi desa tanpa melakukan Dermaji (Banyumas). Mereka memiliki
korupsi. Kepala desa inovatif-progresif kapasitas membangun jejaring dan
selalu memiliki beragam prakarsa, kerjasama tersebut. Desa Panggungharjo,
berjejaring dengan stakeholder (LSM, misalnya, berhasil menggandeng pelaku
akademisi, media, dll.), dan melek usaha dan institusi supradesa seperti PT.
teknologi, demokratis, paham hakekat UU Danone yang menjadi mitra BUMDes
Desa, dan berani melakukan advokasi Panggung Lestari dari Desa Panggung-
terhadap kebijakan pemerintah yang harjo dalam usaha pengolahan minyak
merugikan desa. Semua itu menjadi jelantah yang diolah menjadi bahan bakar
modalitas mereka untuk menjalankan pengganti solar. Panggungharjo juga
perubahan desa sehingga memberi manfaat membangun kerjasama dengan Sekolah
untuk rakyat banyak, termasuk dalam Tinggi Pemerintahan Masyarakat Desa
ranah ekonomi. Mereka memanfaatkan Akademi Pembangunan Masyarakat Desa
UU Desa untuk memperkuat agenda (STPMD APMD) Yogyakarta, yang mem-
kerakyatan, kemandirian, dan kemakmuran bantu Desa Panggungharjo dalam pengem-
desa. Pada masing-masing lokus, sosok bangan kapasitas aparatur desa. Desa
kepemim-pinan transformatif tersebut Dermaji melakukan kerjasama PT.
yang melekat pada kepala desa menjadi Perhutani dalam rangka mengembangkan
faktor yang melandasi keberhasilan objek wisata hutan desa, dan membangun
pembangunan ekonomi yang digerakkan kemitraan dengan pihak ketiga untuk
oleh desa. Baik di Panggungharjo (Bantul), mengembangkan usaha budi daya atau
Dermaji (Banyumas), atau Ketapang ayam potong. Sedangkan Desa Ketapang
(Banyuwangi), kepemimpinan desa yang mendapat dukungan dari sejumlah
mengusung semangat transformatif men- lembaga, seperti perguruan tinggi lokal
jadi pengungkit bagi optimalisasi peman- dan perusahaan BUMN, dalam hal ini
86
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
Telkom, BULOG dan PLN. Telkom antar desa, maupun antar desa dengan
membantu mengembangkan infrastruktur pihak ketiga (Eko, 2017: 128).
telekomunikasi berbasis IT di desa.
Sedangkan PLN melakukan investasi di Ketiga, adanya tradisi berdesa
bidang pertanian untuk mengakselerasi sebagai faktor yang sangat berpengaruh
pengembangan ekonomi desa. Adapun terhadap daya tahan dan keberlanjutan
BULOG menjadi mitra BUMDesa untuk BUM Desa. Jika ada bermasyarakat dan
menyalurkan produk-produk pertanian bernegara tentu juga ada berdesa. Tradisi
desa. berdesa mengandung unsur bermasyarakat
dan bernegara. Desa menjadi wadah
Tabel 5 Kemitraan Desa dengan Pihak kolektif dalam bernegara dan bermasya-
Ketiga dalam Rangka Pengembangan rakat. Pertama, desa menjadi basis sosial
Ekonomi Lokal Desa atau menjadi basis memupuk modal sosial,
Ranah Kerja yakni memupuk tradisi solidaritas, kerja-
Desa Mitra sama, swadaya, gotong royong secara
Sama
Panggungharjo, - STPMD - Pengembangan inklusif yang melampaui batas-batas
Bantul, DIY APMD kapasitas eksklusif seperti kekerabatan, suku,
Yogyakarta aparatur desa agama, aliran atau sejenisnya. Kedua, desa
- PT. Danone - Pengolahan
minyak jelantah
memiliki kekuasaan dan berpemerintahan,
yang diolah yang di dalamnya mengandung otoritas
menjadi bahan (kewenangan) dan akuntabilitas untuk
bakar pengganti mengatur dan mengurus kepentingan
solar. masyarakat setempat. Ketika mandat dari
Dermaji, - PT. - Pengembangan
rakyat koheren dengan otoritas dan
Banyumas, Perhutani wisata hutan
DIY - Pamsimas desa akuntabilitas, maka legitimasi dan keper-
Dirjen Cipta - Pengelolaan cayaan akan menguat. Desa mampu
Karya Air Bersih di menjalankan fungsi proteksi dan distribusi
Kementeria bawah pelayanan dasar kepada warga masyarakat.
n PU dan BUMDes
Perumahan
Rakyat
F. Penutup
Ketapang, - Telkom - Infrastruktur TI
Banyuwangi, - PLN - Pengembangan 1. Kesimpulan
Jawa Timur - Bulog agrobisnis Berpijak pada paparan dan analisis
- BNI46 - Distribusi di atas, terdapat beberapa kesimpulan.
- PT. ASDP produk-produk Pertama, peluang yang diberikan oleh UU
Indonesia pertanian desa Desa melalui penguatan kewenangan desa
Ferry - Program
(Persero) Kemiteraan dan tentunya memberi keleluasaan bagi desa
cabang Bina untuk mengelola dan mengoptimalkan
Ketapang Lingkungan pemanfaatan peluang-peluang ekonomi di
dalam desa berdasarkan kemampuan, prakarsa
Pengelolaan lokal, dan hasil diharapkan oleh peme-
Sampah
Sumber: diolah dari hasil penelitian PKDOD, rintah dan warga desa. Untuk mewujudkan
2018. hal tersebut, desa mengoptimalkan kapasi-
tas ekstraksi dan kemampuannya dalam
Kolaborasi dengan pihak ketiga membangun jejaring dan kolaborasi
tersebut juga sekaligus menghindarkan dengan pihak ketiga, seperti korporasi,
desa dari jebakan isolasi, lokalisme, dan perguruan tinggi, atau kelompok lainnya,
autarki. Hal ini selaras dengan UU No. sembari berupaya membuka dan memper-
6/2014 tentang Desa yang memberi luas akses dan penetrasi pasar bagi ber-
resolusi tentang membangun desa, pemba- bagai produk atau komoditas unggulan
ngunan kawasan perdesaan, kolaborasi desa.
87
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
88
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
89
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
90
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
91
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
Abstrak
Penciptaan iklim investasi yang kondusif menjadi salah satu prioritas pemerintah di era
Jokowi-JK. Lebih jauh lagi, kegiatan prioritas yang tertulis dalam Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) 2018 telah menjadikan pelaksanaan harmonisasi dan simplifikasi peraturan perizinan;
serta pengembangan layanan perizinan terpadu menjadi kegiatan prioritas. Hingga saat ini
tumpang tindihnya regulasi pada tingkatan nasional tak dapat dihindarkan, disisi lain
kebermasalahan regulasi daerah terus menjamur. Ketentuan regulasi daerah yang belum
disesuaikan dengan regulasi nasional hingga kebermasalahan substansi yang menghambat
iklim usaha masih menyisakan pekerjaan rumah. Disisi lain, pelimpahan kewenangan PTSP
yang belum sempurna turut menambah daftar masalah dalam peningkatan iklim investasi.
Keterbatasan personil, penggunaan teknologi yang rendah dan juga tidak tersedia panduan
pelayanan perizinan membuat birokrasi perizinan belum bekerja secara maksimal. Akibatnya,
jumlah prosedur perizinan semakin panjang, waktu dan biaya pun juga bertambah. Mengalir
dari kondisi tersebut, maka dibutuhkan pendekatan yang menyeluruh di mana seluruh
komponen pemerintahan saling bersinergi. The whole government approach, menjadi salah
satu rekomendasi untuk menyederhanakan regulasi dan birokrasi perizinan. Komitmen
menyeluruh, konsistensi dalam evaluasi regulasi dengan menggunakan alat pemantauan yang
sama, penguatan dan pembinaan baik untuk instansi vertikal serta horizontal perlu diinisiasi.
Pada tataran birokrasi, penguatan kapasitas personil, dukungan teknologi informasi serta
panduan pelayanan perizinan akan menjadi tahapan lanjutan yang komprehensif dalam
memperbaiki iklim investasi di daerah.
Kata kunci: regulasi, birokrasi, perizinan
Abstract
The creation of conducive investment climate has become one of government's priorities in
Jokowi-JK era. Government policy to harmonize and simplify licensing regulation and
developing integrated licensing services are listed as one of priorities in the 2018
Government Workplan. Overlapping regulation at the national level is obvious. At the same
time regional regulation remains problematic. Incoherence of local and national regulations
as well as regulations that hamper business climate remain problematic. In addition,
incomplete authority delegation to One Stop Service (OSS) adds more problems in
improving investment climate. Lack of personnel, low technological utilization and
unavailability of licensing services guidance contribute to mediocre licencing bureaucracy.
Those aspects affect in increasing number of procedures, time and cost. In consequence,
approach to synergize all components of government is required. The whole government
approach is recommended to be implemented to simplify the licensing regulation and
bureaucracy. A thorough commitment, consistency in evaluating regulation using the same
tools, strengthening vertical and horizontal level of government should to be initiated. At
92
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
93
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
94
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
95
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
96
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
Abstrak
Participating Interest 10 % (PI 10%) merupakan besaran sebesar maksimal 10% yang wajib
ditawarkan oleh Kontraktor kepada BUMD. PI 10% dimaksudkan untuk meningkatkan peran
serta daerah dalam pengelolaan industri migas di Indonesia. Ketentuan mengenai PI 10%
diatur secara rinci dalam Peraturan Menteri ESDM No. 37 Tahun 2016 (“Permen ESDM
37/2016”) tentang Ketentuan Penawaran Participating Interest 10% (Sepuluh Persen) pada
Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi. Proses penawaran PI 10% masih belum berjalan
dengan baik disebabkan sejumlah kendala seperti minimnya pemahaman pemerintah daerah
terkait PI 10%, perselisihan di daerah terkait pembagian porsi saham, penunjukan BUMD
yang belum memenuhi syarat dan permasalahan pada proses verifikasi BUMD. Mengingat
penawaran PI 10% ini sangat penting bagi daerah maka perlu dilakukan langkah-langkah
untuk mengatasi permasalahan tersebut guna mepercepat proses penawaran PI 10%.
Kata kunci: participating interest 10%, kontraktor, BUMD
Abstract
Participating Interest 10% (PI 10%) is maximum amount of 10% which must be offered by
Contractor to local company. PI 10% is intended to increase regional participation in the
management of oil and gas industry in Indonesia. The provisions of PI 10% are regulated in
detail in Regulation of the Minister of Energy and Mineral Resources No. 37 of 2016
("MEMR Regulation 37/2016") on the Terms of Participating Interest 10% (Ten Percent)
Actions on the Oil and Gas Working Area. The PI 10% offering process is not well
implemented due to obstacles such as lack of local government understanding on PI 10%,
regional disputes due to stock share, appointing unqualified local company and problems in
local company verification process. Considering the importance of PI 10% offer to the
region, government should overcome these problems in order to accelerate bidding process
of the PI 10%.
Keywords: participating interest 10%, contractor, local company
97
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
98
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
99
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
100
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
BUMD berupa PPD yang seluruh pengalihan PI 10% kepada BUMD adalah
sahamnya dimiliki oleh pemerintah sebagai berikut:
daerah atau perseroan terbatas yang 1) Sinergi antar seluruh pemangku
99% sahamnya dimiliki BUMD dan kepentingan terkait
sisa 1% sahamnya terafiliasi dengan Seluruh pemangku kepentingan
pemerintah daerah, tidak terdapat terkait baik di tingkat pusat maupun
unsur swasta dalam kepemilikan daerah diharapkan dapat bersinergi
saham dan tidak melakukam kegiatan untuk mempercepat proses penawaran
usaha lain selain pengelolaan PI 10%. dan pengalihan PI 10%, tidak boleh
Dalam beberapa kasus ternyata BUMD lagi muncul ego sektoral. Di tingkat
yang ditunjuk masih belum memenuhi daerah misalnya, diharapkan gubernur
persyaratan tersebut, misalnya ada atau bupati dapat bekerjasama dengan
BUMD yang dasar pembentukannya DPRD untuk mempercepat proses
tidak tercantum di dalam perda atau pembentukan BUMD.
BUMD yang dalam kepemilikan
sahamnya masih terdapat unsur swasta. 2) Sosialisasi kepada pemda dan
Kekeliruan dalam penunjukan BUMD
Kontraktor
ini tentunya mengakibatkan proses Ditjen Migas dan SKK Migas
penawaran PI 10% menjadi terhambat. perlu meningkatkan sosialisasi menge-
nai mekanisme penawaran dan
4) Verifikasi BUMD/PPD pengelolaan PI 10% terhadap seluruh
Selama ini SKK Migas pemangku kepentingan terkait,
menugaskan Kontraktor untuk melaku- khususnya kepada pemda dan
kan verifikasi terhadap BUMD/PPD Kontraktor.
yang diusulkan oleh gubernur padahal
tidak ada ketentuan dalam Permen 3) Pemerintah Pusat hadir menengahi
ESDM 37/2016 yang menyebutkan perselisihan di daerah
bahwa verifikasi dilakukan oleh Perselisihan di daerah akibat
Kontraktor. Hal ini menyebabkan
pembagian porsi saham akan memper-
sejumlah Kontraktor tidak melakukan lambat proses penawaran PI 10%.
verifikasi dengan baik, misalnya waktu Pemerintah pusat dalam hal ini Menteri
verifikasi menjadi lama, selain itu ESDM diharapkan dapat menengahi
Kontraktor yang berbeda-beda menye- perselisihan tersebut agar percepatan
babkan standar verifikasi menjadi tidak
penawaran PI 10% bisa terwujud dan
sama. manfaatnya segera dirasakan oleh
daerah terkait.
Rekomendasi
101
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
102
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
EDITORIAL OF CONCERN
Dear Oasisenz,
Online shopping dan credit card menjadi gaya hidup masyarakat millennial
Indonesia. Meskipun survey Bank Dunia (2014) menyebutkan hanya sekitar 36% (900 juta)
penduduk dewasa Indonesia memiliki akses terhadap perbankan (sebut memiliki rekening
bank), namun dengan berbagai alternatif prepaid credit card budaya non-tunai (cashless -
society-culture) menjadi tren dewasa ini. Pembayaran tunai (cash) bahkan disebut sebagai
anachronism (tidak seharusnya ada di ‘jaman now’) di beberapa negara.3
Apakah tren masyarakat millennial ini menjadi potret untuk masyarakat Indonesia
seluruhnya? Apakah Indonesia (ingin?) segera menjadi Cashless Society? Apa keuntungan
dan tantangannya? Kita harus akui, booming transaksi non-tunai di Indonesia ditandai dengan
maraknya transaksi online pelaku usaha baik dalam bentuk jasa transportasi ataupun belanja
kebutuhan sehari-hari. Bagaimana dengan sektor pemerintah? Beberapa kementerian,
lembaga, dan pemerintah daerah tidak ketinggalan juga mengembangkan transaksi non-tunai
ini, namun hasilnya belum secepat dan seefektif sektor swasta.
Terdapat perbedaan konsumen untuk kedua sektor ini. Sektor swasta memiliki
segmen pasar atau target yang jelas dan sifat pelayanannya seringkali voluntary atau optional
(mekanisme pasar yang berjalan, individu memiliki berbagai opsi pelayanan, dan mereka bisa
memilih tunai atau non-tunai). Keberhasilan pengenalan transaksi non-tunai tergantung pada
strategi pemasaran, penetapan segmen pasar, target, serta barang/jasa yang ditawarkan serta
faktor lain yang sifatnya untuk mempercepat, mempermudah dan juga seringkali
menawarkan harga yang murah untuk menarik konsumennya. Seringkali pelayanan yang
diberikan sektor pemerintah bersifat obligatory atau mandatory (masyarakat tidak punya
plilihan), dalam konteks kebijakan publik, pemerintah melihat kondisi ini sebagai kewajiban
sehingga harus berhati-hati dalam delivery-nya.
Kesiapan masyarakat, kesiapan pemerintah, rasa keadilan, rasa keamanan, atau
dampak kebijakan adalah beberapa faktor penting sebagai pertimbangan untuk setiap
kebijakannya. Dalam kasus transaksi non-tunai, masalah akses adalah tantangan utama.
Dalam konteks akses dan keadilan, sektor publik sering menggunakan transaksi non-tunai
sebagai alternatif solusi (selain transaksi tunai yang masih digunakan). Pemerintah memiliki
target bahwa di tahun 2019 sekitar 75% penduduk memiliki rekening bank (akses terhadap
perbankan), ini merupakan langkah awal sebagai investasi menuju masyarakat non-tunai.
Selama masalah akses ini belum dipenuhi, pelayanan kepada masyarakat masih harus
3
Di Jerman terdapat gerakan untuk melarang transaksi tunai dan supporternya menyebut pembayaran tunai
sebagai anachronism; di Swedia sebagai pioneer dalam cashless society hampir semua transaksi
menggunakan pembayaran secara elektronik (bahkan Bank-bank pada kantor cabang tidak menyediakan
fasilitas transaksi secara tunai), serta penggunaan berbagai currency alternative (nonofficial payment system)
seperti di Yunani dan Canada menjadi gambaran nyata dimulainya cashless society.
103
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
menyediakan opsi-opsi pelayanan tunai untuk menjamin keadilan dan keefektifan sebuah
pelayanan.
Apakah masyarakat Indonesia sudah siap menyambut cashless society? Keunggulan
transaksi non-tunai adalah kemampuannya untuk mencatat semua transaksi yang dilakukan
konsumen, catatan ini merupakan bank atau gudang data yang sangat berharga, yang sangat
rentan (jika dimanfaatkan untuk kepentingan yang tidak bertanggung jawab). Kewajiban
pemerintah untuk mengedukasi dan melindungi kepentingan warga akan kondisi ini.
Misalnya dengan membudayakan membaca kontrak dengan provider (baik swasta maupun
publik) tentang informasi penggunaan data-data, dan juga tanggung jawab provider terkait
dengan keamanan dan kerahasiaan data yang dikelola provider tertentu.
Apakah sektor publik juga sudah siap untuk berpartisipasi? Transaksi non tunai
menawarkan berbagai kemudahan bagi sektor publik seperti mengurangi perdagangan gelap
(black market), mempermudah kontrol terhadap wajib pajak, melacak kondisi perekonomian
masyarakat, karena semua transaksi keuangan dapat dimonitor dan dievaluasi/analisis.
Transparansi dan akuntabilitas menjadi lebih mudah mudah dilakukan serta dapat
mengurangi perilaku korup dalam transaksi langsung. Agenda menciptakan organisasi publik
yang mencintai transaksi non-tunai juga merupakan strategi jika ingin menjadi cashless
society.
Kesiapan adalah kunci utama dalam menyongsong masyarakat non tunai, baik dari
sisi masyarakat, pelaku usaha maupun pemerintah.
Erna Irawati
104
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
105