Anda di halaman 1dari 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/363406182

PRESIDENSI INDONESIA DALAM G20 UNTUK PEMBANGUNAN EKONOMI


HIJAU DAN DEKARBONISASI INDONESIA 2060

Article · June 2022

CITATIONS READS

0 1,143

1 author:

Frendy Ahmad Afandi


Coordinating Ministry for Economic Affairs, Republic of Indonesia
12 PUBLICATIONS   29 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Environment Communication View project

All content following this page was uploaded by Frendy Ahmad Afandi on 09 September 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ISSN : 2580-4383
INTEGRITAS PROFESIONAL INOVATIF PEDULI

Volume 6 | Nomor 1 | Januari - Juni 2022

PENGARUH PRESIDENSI G20 TERHADAP MANAJEMEN TALENTA NASIONAL BIDANG RISET DAN INOVASI DI INDONESIA
Anita Widi Astuti dan Hendy Arsyad Rahindra

ISU STRATEGIS KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN UMKM PADA PRESIDENSI G20 INDONESIA


Atiqa Azza El Darman

PRESIDENSI G20 INDONESIA SEBAGAI MOMENTUM PERCEPATAN PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK
Fajar Kurniawan Firdaus dan Carina Fritsca Utomo
IMPLEMENTASI SISTEM PENGELOLAAN FOOD LOSS AND WASTE (FLW) DI INDONESIA SEBAGAI INISIATIF
PRESIDENSI G20
Prima Luna dan Esty Asriyana Suryana
AKANKAH PRESIDENSI G20 INDONESIA MENJADI MILESTONE PETA JALAN PEMBANGUNAN EKONOMI PERDESAAN
YANG BERKELANJUTAN?
Siti Khoeriyah
KEBIJAKAN MITIGASI MIDDLE INCOME TRAP MELALUI INVESTASI SEKTOR TRANSPORTASI YANG BERKELANJUTAN
Decky Subarja dan Asropi

PEMANFAATAN PRESIDENSI INDONESIA DALAM G20 UNTUK PEMBANGUNAN EKONOMI HIJAU DAN DEKARBONISASI
INDONESIA 2060
Frendy Ahmad Afandi

STRATEGI PENINGKATAN PELAYANAN KESEHATAN BALITA DALAM MENDUKUNG PERCEPATAN KESEHATAN GLOBAL
Sulistianingsih

Diterbitkan oleh
Pusat Pembinaan Analis Kebijakan | Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara
Lembaga Administrasi Negara
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 6 No.1 Tahun 2022

JURNAL ANALIS KEBIJAKAN


Volume 6 No.1 Januari – Juni 2022

Pengarah
Dr. Adi Suryanto, M.Si.

Penanggung Jawab
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, SH., MA.

Pemimpin Redaksi
Yogi Suwarno, MA., Ph.D.

Redaktur
Dr. Sri Wahyu Wijayanti, SE., MSE.
Dr. Suwatin Miharti, S.Sos., MA.

Mitra Bebestari
1. Dr. Adi Suryanto, M.Si.
2. Prof. Dr. Agus Pramusinto, MDA.
3. Prof. Dr. Irfan Ridwan Maksum, M.Si.
4. Prof. Dr. R. Siti Zuhro, MA.
5. Dr. Sunarto, M.Si.
6. Dr. Bevaola Kusumasari, M.Si.

Desain dan Tata Letak


Toofik Dwi Nugroho, S.Sos.
Pardamean Panjaitan, S.Kom, M.Ikom.

Alamat Redaksi
Pusat Pembinaan Analis Kebijakan
Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara,
Lembaga Administrasi Negara
Gedung B Lantai 4
Jl. Veteran, No. 10, Jakarta, 10110
Telp: (021) 3868201-5 ext. 136
Website: jak.lan.go.id
Email: pusaka@lan.go.id dan analiskebijakan@gmail.com

i
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 6 No.1 Tahun 2022

JURNAL ANALIS KEBIJAKAN

Volume 6, Nomor 1, Januari – Juni 2022


ISSN (cetak) : 2580-4383

DAFTAR ISI
Keredaksian ……………………………………………………………………. i
Daftar Isi ……………………………………………………………………. ii
Sambutan ……………………………………………………………………. iii
Sekapur Sirih ……………………………………………………………………. iv
Salam Redaksi ……………………………………………………………………. v

PENGARUH PRESIDENSI G20 TERHADAP MANAJEMEN TALENTA


NASIONAL BIDANG RISET DAN INOVASI DI INDONESIA
Anita Widi Astuti dan Hendy Arsyad Rahindra ………………………………..... 1
ISU STRATEGIS KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN UMKM PADA PRESIDENSI
G20 INDONESIA
Atiqa Azza El Darman …………………………………………………………..... 18
PRESIDENSI G20 INDONESIA SEBAGAI MOMENTUM PERCEPATAN
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK
Fajar Kurniawan Firdaus dan Carina Fritsca Utomo …………………………….. 35
IMPLEMENTASI SISTEM PENGELOLAAN FOOD LOSS AND WASTE (FLW) DI
INDONESIA SEBAGAI INISIATIF PRESIDENSI G20
Prima Luna dan Esty Asriyana Suryana ……………………………………….... 46
AKANKAH PRESIDENSI G20 INDONESIA MENJADI MILESTONE PETA JALAN
PEMBANGUNAN EKONOMI PERDESAAN YANG BERKELANJUTAN?
Siti Khoeriyah …………………………………………………………………..... 62

POLICY BRIEF ………………………………………………………………… 76


KEBIJAKAN MITIGASI MIDDLE INCOME TRAP MELALUI INVESTASI
SEKTOR TRANSPORTASI YANG BERKELANJUTAN
Decky Subarja dan Asropi ……………………………………………………….. 77
PEMANFAATAN PRESIDENSI INDONESIA DALAM G20 UNTUK
PEMBANGUNAN EKONOMI HIJAU DAN DEKARBONISASI INDONESIA 2060
Frendy Ahmad Afandi ……………………………………………………………. 86
STRATEGI PENINGKATAN PELAYANAN KESEHATAN BALITA DALAM
MENDUKUNG PERCEPATAN KESEHATAN GLOBAL
Sulistianingsih ……………………………………………………………………. 96

EDITORIAL OF CONCERN …………………………………………………... 104

ii
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 6 No.1 Tahun 2022

POLICY BRIEF

76
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 6 No.1 Tahun 2022

PEMANFAATAN PRESIDENSI INDONESIA DALAM G20 UNTUK


PEMBANGUNAN EKONOMI HIJAU DAN DEKARBONISASI INDONESIA 2060
UTILIZING THE INDONESIA G20 PRESIDENCY FOR THE DEVELOPMENT OF
THE GREEN ECONOMY AND DECARBONIZATION OF INDONESIA 2060

Frendy Ahmad Afandi


Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI

ABSTRAK
Perubahan iklim untuk menjaga kenaikan suhu bumi pada rentang 1,5-2 oC sejak revolusi
industri sudah menjadi perhatian utama banyak negara di dunia. Semakin penting bagi setiap
negara untuk melakukan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dalam pembangunan
ekonominya di tengah kondisi saat ini di mana suhu bumi rata-rata sudah mencapai 1,1oC dari
tahun acuan. Potensi tutupan hutan dan laut yang luas serta masyarakat yang sebagian besar
berpencaharian di sektor pertanian dapat menjadi peluang Indonesia untuk mengajukan
ekonomi hijau dalam memitigasi bersama dampak dari perubahan iklim tersebut. Terdapat
empat teori yang digunakan untuk menjelaskan fenomena tersebut, yaitu ekonomi valuasi
perubahan iklim Stern (2006), kutukan sumberdaya alam, pembangunan rendah karbon, dan
SDG’s 2030. Indonesia sebagai presidensi G20 di tahun 2022 ini dapat dimanfaatkan untuk
menyepakati upaya bersama di antara negara-negara G20 dalam pembangunan ekonomi hijau
dan dekarbonisasi/ pembangunan nol emisi yang sudah ditargetkan dunia pada tahun 2050 atau
2060. Hal tersebut bersesuaian dengan tema yang diusung dalam G20 tahun 2022 ini yaitu
kesatuan sistem kesehatan global, transformasi digital, dan transisi energi. Desain riset
menggunakan teknik purposive sampling dan review literatur. Metode yang digunakan dalam
menyusun rekomendasi kebijakan ini adalah wawancara mendalam dengan pakar, diskusi
kelompok terfokus dan rapat koordinasi yang dinarasikan secara kualitatif. Hasil analisis
menunjukkan Indonesia perlu terlibat secara aktif dalam perdagangan karbon dunia melalui
implementasi Perpres No. 98 Tahun 2021 tentang Nilai Ekonomi Karbon dan peraturan
lainnya yang terkait. Pembangunan rendah karbon melalui perdagangan karbon berbasis
praktik pertanian ramah lingkungan diharapkan dapat menjadi keunggulan komparatif yang
dapat dimanfaatkan dengan baik. Secara ringkas, pemanfaatan skema perdagangan karbon
yang ada baik cap and trade, clean development mechanism, dan REDD+ yang didukung
dengan kebijakan penerapan pajak karbon dapat dilakukan secara sinergi dengan praktik
pertanian modern berwawasan lingkungan, melibatkan masyarakat melalui kemitraan, dan
praktik agroforestri.
Kata Kunci: ekonomi sirkular, G20, pembangunan berkelanjutan, perubahan iklim,
pembangunan rendah karbon
ABSTRACT
Climate change to keep the earth's temperature rising in the range of 1.5-2 oC since the
industrial revolution has been a concern for many countries in the world. It was progressively
important for every country to adapt and mitigate the climate change in its economic
development in the midst of current conditions where the average earth temperature has
reached 1.1oC from the reference year. The potential for extensive forest and marine cover as
well as people who mostly make a living in the agricultural sector could be an opportunity for
Indonesia to propose a green economy in mitigating the impacts of climate change. There were
four theories used to explain this phenomenon: the economic valuation of climate change Stern

86
(2006), the curse of natural resources, low-carbon development, and SDG's 2030. The chance
of G20 Indonesia Presidency in 2022 could be used to make agreement on joint efforts between
the countries involved in the development of a green economy and decarbonization/zero
emission development that the world has targeted in 2050 or 2060. This topic was in line with
the theme carried out in the G20 in 2022: The unity of the global health system, digital
transformation, and energy transition. The research design used purposive sampling technique
and literature review. The methods used in formulating these policy recommendations were in-
depth interviews with experts, focus group discussions, and qualitatively narrated coordination
meetings. The results of the analysis showed that Indonesia needs to be actively involved in
world carbon trading through the implementation of Presidential Regulation No. 98 of 2021
on the Economic Value of Carbon and other related regulations. Low carbon development
through carbon trading based on environmentally friendly agricultural practices is expected
to be a comparative advantage that could be put to good use. In summary, the use of existing
carbon trading schemes, including cap and trade, clean development mechanisms, and
REDD+ supported by policies on the application of carbon taxes could be done synergistically
with environmental modern agricultural practices, involving communities through
partnerships, and agroforestry practices.
Keywords: circular economy, G20, sustainable development, climate change, low carbon
development
K. Pendahuluan maupun memasok kebutuhan pangan untuk
negara-negara maju (Ritchie dan Roser
Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020). Negara-negara dengan PDB terbesar
tahun 2021 secara year on year (yoy) di dunia tahun 2021 adalah Amerika
sebesar 3,69%. Sektor yang menyumbang Serikat, Tiongkok, Jepang, Jerman, dan
PDB 2021 pada peringkat lima besar adalah Inggris. Negara-negara dengan emisi
industri (18,80%), perdagangan (12,71%), karbon terbesar di dunia tahun 2021 adalah
pertanian (11,39%), konstruksi (10,48%), Tiongkok, Amerika Serikat, India, Rusia,
dan pertambangan (10,43%). Sektor dan Jepang. Data menunjukkan 20 negara
dengan pertumbuhan PDB paling besar terkaya di dunia (G20) menyumbang emisi
adalah jasa kesehatan (12,16%), karbon global sebesar 78%.
transportasi dan pergudangan (7,93%),
pengadaan listrik dan gas (7,81%), Ekonomi di masa depan tidak dapat
informasi dan komunikasi (6,21%), serta bergantung lagi kepada sumber daya alam
perdagangan (5,56%) (BPS 2022). yang melimpah, terlebih lagi fakta
menunjukkan negara dengan sumberdaya
Pembangunan ekonomi suatu negara alam yang melimpah bukanlah menjadi
biasanya berbanding lurus dengan emisi negara yang terkaya bahkan sebaliknya. Hal
karbon yang dikeluarkan. Pembangunan tersebut dikenal dengan istilah kutukan
ekonomi berkaitan dengan jumlah negara kaya sumberdaya alam atau
penduduk, kemakmuran, dan lain-lain. Hal fenomena natural resource curse. Rahma
tersebut menuntut adanya penyediaan dkk (2021) melakukan penelitian terkait
energi baik yang berasal dari bahan bakar Fenomena Natural Resource Curse dalam
fosil dan non-fosil untuk kebutuhan industri Pembangunan Wilayah di Indonesia.
manufaktur, transportasi, maupun Hasilnya menunjukkan provinsi dengan
kebutuhan rumah tangga. Selain itu, pada sumberdaya alam yang melimpah
negara yang masih mengandalkan sektor cenderung menghadapi fenomena resource
ekstraktif (baik negara miskin maupun curse yang lebih tinggi dibandingkan
negara berkembang), pembukaan lahan dengan provinsi yang miskin sumberdaya
untuk pertanian tidak dapat dielakkan baik alam.
untuk mencukupi kebutuhan pangannya

87
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 6 No.1 Tahun 2022

Negara-negara maju hampir agar dalam pembangunan tidak ada yang


semuanya miskin sumberdaya alam. boleh tertinggal dan berkeseimbangan
Mereka cenderung mengandalkan dalam seluruh aspek, baik ekonomi, sosial,
keunggulan sumber daya manusianya untuk lingkungan, dan tata kelola.
menghasilkan ekonomi yang kreatif, Transformasi ekonomi menjadi
bertopangkan pada produk berteknologi ekonomi hijau merupakan strategi agar
tinggi, dan berbasiskan sektor jasa dan Indonesia dapat keluar dari middle income
perdagangan. Hal tersebut sesuai dengan trap (jebakan negara berpenghasilan
konsep pembangunan rendah karbon yang menengah). Hal tersebut dilakukan untuk
digaungkan dunia saat ini. Pembangunan mendorong pertumbuhan ekonomi dan
rendah karbon yang menjadi tren dunia saat meningkatkan kesejahteraan sosial
ini merupakan kerangka dasar dalam bersamaan dengan menjaga kualitas
menuju ekonomi hijau (MoEF 2021). lingkungan. Indonesia memiliki
Data normatif menunjukkan keunggulan komparatif dalam membangun
Indonesia memiliki tutupan hutan yang ekonomi berbasis lingkungan baik melalui
sangat luas, yaitu 95,6 juta ha. Luas hutan ekonomi hijau maupun ekonomi biru.
Indonesia merupakan terluas ke delapan di Perkembangan penelitian terkini
dunia. Namun data empiris menunjukkan yang relevan menunjukkan bencana alam
sektor kehutanan belum teroptimalkan berpengaruh terhadap faktor pembangunan
potensi nilai ekonomi dari jasa
dan resiliensi ekonomi makro suatu negara
lingkungannya sebagai penyerap emisi (Lazzaroni dan Van Bergeijk 2014).
karbon. Ada gap antara perkiraan potensi Penelitian lain Lavrinenko dkk (2019)
pendapatan dari perdagangan karbon menyebutkan ekonomi hijau berperan
Indonesia sebesar 5,2 miliar USD dengan dalam pembangunan berkelanjutan di
pendapatan Indonesia dari perdagangan negara-negara Uni Eropa 2016-2017. Hal
karbon yang diperoleh, yaitu sekitar 58 juta senada juga diutarakan oleh Al-Taai (2021)
USD. Sehingga pada awal pelantikan yang menyatakan ekonomi hijau berkaitan
Menteri KLHK jilid II tahun 2019, Presiden
erat dengan pembangunan berkelanjutan
memberikan tugas khusus untuk mengurus terhadap semua aspek dan Zhao dkk (2020)
perdagangan karbon dengan potensi nilai
yang menyatakan konsumsi hijau
sebesar Rp 1400-1500 T per tahun (Afandi
berdampak pada perubahan iklim dan
dan Fikri 2021). Oleh karena itu, perlu ekonomi berkelanjutan suatu negara.
dibuat rekomendasi kebijakan untuk dapat
mendorong pemanfaatan kerjasama Konsep tersebut bersesuaian dengan
perdagangan karbon dengan negara-negara tema G20 tahun ini, yaitu global one health,
G20. digital transformation, dan energi
transition. Global one health sangat
Beberapa teori yang digunakan untuk berkaitan erat dengan pengelolaan tutupan
menjelaskan dan memahami masalah di hutan agar tetap terjaga lestari sehingga
atas, selain teori kutukan sumberdaya alam hewan liar yang bersifat reservoar tidak
dan pembangunan rendah karbon adalah berkontak erat dengan manusia.
teori ekonomi valuasi perubahan iklim dan Transformasi digital berkaitan erat dengan
SDG’s 2030. Teori ekonomi valuasi meminimalkan emisi dari mobilitas dan
perubahan iklim menekankan bahwa jika transportasi. Transisi energi berkaitan
manusia tidak mampu mengendalikan dengan peralihan dari penggunaan bahan
kenaikan suhu pada rentang 1,5-2oC bakar fosil ke energi terbarukan yang ramah
melalui penyediaan pembiayaan maka lingkungan termasuk penggunaan biogas
kerugian yang ditimbulkan akibat
metana dari sektor peternakan.
perubahan iklim akan lebih besar.
Sedangkan teori SDG’s 2030 menekankan

88
L. Rumusan Masalah dekarbonisasi Indonesia 2060. Data primer
diperoleh dari hasil wawancara, hasil FGD,
Potensi serapan karbon yang sangat
dan rapat koordinasi. Adapun data sekunder
besar dari tutupan hutan dan laut yang luas
diperoleh dari hasil review literatur. Data
serta praktik agroforestri masyarakat belum
tersebut selanjutnya dirangkai menjadi
dilakukan perhitungan sertifikasi
informasi sistematis dan dihubungkan satu
penurunan emisi oleh konsultan profesional
sama lain berdasarkan perkembangan
dengan output berupa certified emission
informasi terkini di berbagai literatur jurnal
reductions (CERs). Hal tersebut
ilmiah, hasil webinar, maupun media cetak.
mengakibatkan potensi ekonomi hijau yang
besar dari keunggulan komparatif
Indonesia belum berdampak pada O. Deskripsi Masalah
pendapatan nasional APBN.
Ada beberapa isu global yang
Di saat dunia internasional memerlukan tindak lanjut secara serius dan
memberikan perhatian penuh terhadap hal tersebut juga sejalan dengan konsep
upaya-upaya dalam memitigasi dampak pembangunan ekonomi hijau dan
perubahan iklim, maka sudah saatnya dekarbonisasi 2060, yaitu:
Indonesia dapat memanfaatkan presidensi
G20 untuk bekerjasama dalam perdagangan 1. Ekonomi Valuasi Perubahan Iklim.
karbon dengan dua puluh negara-negara Stern (2006) menyebutkan jika suhu
ekonomi terbesar di dunia. Terlebih Perpres bumi tidak dapat dikendalikan kenaikannya
No. 98 Tahun 2021 tentang Nilai Ekonomi pada rentang 1,5-2oC pada tahun 2050
Karbon sudah berlaku sejak tanggal 29 maka GDP global akan turun 3-10%.
Oktober 2021. Disamping adanya bencana hidrometeoro-
logis dan krisis pangan akibat gagal panen
dan ledakan hama akibat perubahan iklim.
M. Tujuan Tulisan Namun, hal tersebut dapat dicegah jika
Tulisan ini bertujuan memberikan negara-negara di dunia melakukan aksi
rekomendasi kebijakan kepada pembuat bersama dengan mengelola emisi karbon
kebijakan agar ekonomi hijau dapat pada taraf yang dapat dikelola dengan
menjadi tulang punggung dan lokomotif mengeluarkan biaya sebesar 1% GDP
dalam pembangunan ekonomi nasional ke global.
depan. Ekonomi hijau menjadi keunggulan Negara-negara Uni Eropa sangat
komparatif Indonesia sehingga dapat ketat dalam menerapkan standar lingku-
dimanfaatkan dalam forum G20 untuk ngan baik untuk sektor energi maupun
bekerjasama dalam perdagangan karbon. perdagangan komoditasnya. Hal tersebut
Hal tersebut sejalan dengan semangat dari dikarenakan negara mereka sangat sensitif
negara-negara maju yang sangat terdampak dari perubahan iklim ini secara
memberikan perhatian terhadap upaya signifikan. Di negara-negara subtropis yang
mitigasi dampak dari perubahan iklim. notabene merupakan negara-negara maju,
bencana hidrometeorologis seperti banjir
dan angin tornado merupakan ancaman
N. Metode Tulisan
serius bagi warganya secara periodik. Jika
Metode yang digunakan dalam perubahan iklim terjadi hal tersebut
penulisan ini adalah wawancara mendalam membuat frekuensinya semakin meningkat.
dengan pakar lingkungan yang memahami
Uni Eropa sebagai negara konsumen
tentang ekonomi karbon, diskusi kelompok
yang memiliki daya beli yang baik sudah
terfokus mengenai ekonomi hijau, rapat
tentu akan mengeluarkan kebijakan-
koordinasi persiapan G20, dan review
kebijakan yang berdampak bagi negara-
literatur terkait ekonomi hijau dan

89
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 6 No.1 Tahun 2022

negara berkembang seperti Indonesia. kehutanan dan lahan (land use change and
Kebijakan tersebut seperti European Green forestry/ LUCF), pertanian, energi dan
Deal dan REDD+. Uni Eropa memiliki transportasi, limbah, dan proses industri
target penurunan emisi 55% di tahun 2030 dan penggunaan produk (The Industrial
untuk mencapai dekarbonisasi tahun 2050. Processes and Product Use/IPPU) (Adi
Uni Eropa menuntut agar komoditas yang dkk 2011). Dari sumber emisi tersebut,
dijual kepada mereka bersifat sustainable kontribusi penurunan emisi pada sektor
agar dampak negatif (eksternalitas) energi sebesar 66,67%, sektor pemanfaatan
perubahan iklim yang tidak mereka lakukan lahan sebesar 24,9%, sektor limbah 8%,
dapat diminimalisir. dan proses industri dan penggunaan produk
sebesar 2%. Konsep ekonomi sirkular dan
2. Protokol Kyoto 1992, Paris reduksi food loss and waste menjadi sangat
Agreement 2015, dan CoP 26 relevan.
Isu perubahan iklim yang berdampak 3. Target Tujuan Pembangunan
luas pada ekonomi dunia menuntut agar Berkelanjutan/ SDG’s 2030
seluruh negara-negara di dunia dapat
Indonesia telah meratifikasi SDG’s
menekan kenaikan suhu kritis bumi pada
2030 melalui Perpres No. 59 Tahun 2017
rentang 1,5-2 oC (Afandi dan Fikri 2021).
tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan
Awalnya di Protokol Kyoto 1992
Pembangunan Berkelanjutan. Indonesia
kewajiban penurunan emisi hanya
sudah berkomitmen untuk mencapai SDG’s
dilakukan oleh negara-negara emiter.
pada 2030 dan mencapai visi Indonesia
Namun pada Paris Agreement 2015
2045. Grand design yang dilakukan ada 2
kewajiban penurunan emisi dilakukan oleh
tahap. Pertama, dari pendekatan business as
semua negara. Pada forum CoP 26 di
usual menuju pembangunan yang
Glasgow salah satunya disepakati
mengedepankan keseimbangan ekonomi,
komitmen dari negara maju untuk
sosial, dan lingkungan. Hal tersebut
menggelontorkan dana yang besar dalam
dilakukan melalui lima strategi, yaitu
rangka mitigasi perubahan iklim kepada
pemulihan lahan berkelanjutan,
negara-negara berkembang.
penanganan limbah dan ekonomi sirkular,
Indonesia sendiri telah menetapkan pengembangan industri hijau, rendah
target pengurangan emisi gas rumah kaca karbon pesisir dan laut, dan pembangunan
(nationally determined contribution/ NDC) energi berkelanjutan. Kedua, pembangunan
sebesar 29% jika dengan usaha sendiri dan rendah karbon sebagai instrumen transisi
41% jika dengan dukungan internasional menuju ekonomi hijau dan pembangunan
pada tahun 2030. Target dekarbonisasi berkelanjutan. Hal tersebut dilakukan
adalah di tahun 2060 jika dengan usaha melalui ekonomi hijau sebagai bagian dari
sendiri dan tahun 2050 jika dengan transformasi ekonomi, ekonomi rendah
dukungan internasional. karbon, ekonomi biru, dan transisi energi.
Penerapan kebijakan net zero 4. Komitmen Indonesia terhadap
emissions (NZE) dilakukan melalui Ekonomi Hijau melalui
skenario puncak emisi gas rumah kaca Pembangunan Rendah Karbon dan
(GRK) akan terjadi pada tahun 2024 (1,8Gt Ketahanan Iklim
CO2e) namun kemudian akan mengalami
Visi Indonesia maju 2045 dicapai
penurunan. Selama periode 2021-2060,
melalui dua tahapan. Pertama, Indonesia
skenario NZE akan menurunkan emisi
keluar dari jebakan “middle income trap”
sebesar 87-98Gt CO2e (Bappenas 2021).
sebelum Indonesia emas 2045. Kedua,
Lima sektor penyumbang emisi Indonesia mencapai target penurunan emisi
karbon yang perlu dikendalikan, yaitu

90
sesuai Paris Agreement, dan mencapai nol mandatory (G to G) atau result based
emisi sebelum 2060. payment melalui wilayah potensi karbon
(WPK) dan ada yang bersifat voluntary
Indonesia pada RPJMN 2020-2024
carbon market (B to B) melalui non-WPK
telah menetapkan pada prioritas nasional
(Afandi dan Fikri 2021).
(PN) ke-1 dan ke-6 berupa penguatan
ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan 2. Tahapan pembangunan proyek karbon
yang berkualitas serta membangun Tahapan teknis pembangunan proyek
lingkungan hidup, meningkatkan karbon terdiri dari pengembangan proyek
ketahanan bencana, dan perubahan iklim. dan pengembangan carbon offset.
Keduanya dilakukan melalui penguatan Pengembangan proyek terdiri dari lima
ekonomi sirkular sebagai sumber dari tahap, yaitu konsep, analisis kelayakan,
efisiensi dan pertambahan nilai dan penutupan keuangan, konstruksi, dan
implementasi pembangunan rendah karbon operasi. Pengembangan carbon offset
untuk mencapai potensi pertumbuhan terdiri dari 3 tahapan, yaitu inisiasi,
dengan mempertahankan aktivitas rendah registrasi proyek, dan penerbitan kredit.
emisi. Inisiasi merupakan penentuan ruang
lingkup awal. Registrasi proyek terdiri dari
empat tahap, yaitu dokumentasi proyek,
P. Hasil dan Pembahasan
persetujuan negara penyelenggara, validasi,
Perdagangan karbon dunia menjadi dan memasukkan registrasi karbon publik.
ekonomi masa depan dunia. Hal tersebut Penerbitan kredit terdiri dari monitoring
dikarenakan fokus negara-negara di dunia dan verifikasi dan penerbitan kredit karbon
ke depan adalah bagaimana dapat (UNDP 2018).
melakukan adaptasi dan mitigasi perubahan
3. Bioekonomi sebagai back bone
iklim dalam kegiatan ekonominya
perekonomian masa depan dan
(Lamphiere dkk 2021). Ada pandangan
kelembagaan yang mendukung
pakar perubahan iklim mengatakan jika
Konsep bioekonomi adalah dengan
ekonomi hijau tidak dilakukan saat ini,
memanfaatkan sumberdaya secara tepat/
maka lebih baik tidak dilakukan sama
pada level optimal tanpa merusak
sekali. Mitigasi perubahan iklim tidak dapat
lingkungan (OECD 2006). Bioekonomi
dilakukan secara parsial sehingga
mencakup praktik pertanian zero waste dan
pendanaan iklim harus sepenuhnya dapat
ekonomi sirkular. Konsep pertanian
dipenuhi untuk mencapai target
terpadu, pertanian presisi dan smart
pengendalian iklim bersama.
farming menjadi bagian penting terkait hal
1. Mekanisme Perdagangan Karbon ini. Pengalokasian sumberdaya termasuk
Dalam kaitannya dengan perubahan ketersediaan tutupan hutan juga dapat
iklim, negara-negara di dunia dapat dilakukan optimasi dengan program linier.
dikelompokkan menjadi dua, yaitu negara
Praktik agroforestri perkebunan
emiters dan negara yang masih mempunyai
merupakan jawaban yang tepat dalam
lahan dan hutan yang menyerap emisi.
penerapan bioekonomi ke depan. Model
Konsekuensi untuk menekan emisi adalah
yang sudah dikembangkan dalam kaitannya
merubah teknologi atau memberi
kompensasi. dengan perhitungan serapan karbon adalah
model kebun agroforestri kakao. Sejalan
Pemberian kompensasi diberikan dengan model agroforestri ada maka
kepada negara yang tidak mengubah Indonesia sebagai salah satu negara yang
tutupan lahannya, menanam lebih banyak memiliki tutupan lahan hutan dan pertanian
pohon, atau memperbaiki tata kelola sektor yang luas sudah selayaknya dapat terlibat
berbasis lahan. Ada yang bersifat aktif dalam perdagangan karbon dunia

91
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 6 No.1 Tahun 2022

melalui implementasi Perpres No. 98 iklim 2018 sebesar Rp 132,47 T, 2019


Tahun 2021 tentang Nilai Ekonomi Karbon sebesar Rp 97,66 T, dan 2020 sebesar Rp
dan peraturan lainnya yang terkait. 77,81 T. Hal tersebut berdampak pada tidak
optimalnya program adaptasi dan mitigasi
iklim sehingga dampak perubahan iklim
Q. Kesimpulan semakin parah dan dapat menimbulkan
Pemanfaatan skema perdagangan kerugian yang lebih besar.
karbon yang ada dapat dimanfaatkan Pemenuhan dari pendanaan
dengan sebaik-baiknya oleh Indonesia pada internasional lainnya berasal dari Green
forum G20. Hal tersebut didukung dengan Climate Fund (GCF) melalui program
kebijakan penerapan pajak karbon dan Reducing Emissions from Deforestation
bersinergi dengan praktik-praktik pertanian and Forest Degradation, role of
modern dengan melibatkan masyarakat conservation, sustainable management of
melalui kemitraan serta praktik forest and enhancement of forest carbon
agroforestri. Keterlibatan aktif masyarakat stocks in developing countries (REDD+)
melalui kemitraan dapat dilakukan secara sebesar Rp 1,5 T. Indonesia juga memiliki
masif melalui program perhutanan sosial kesepakatan dengan pemerintah Norwegia
yang menjadi salah satu program prioritas untuk melakukan moratorium penebangan
pemerintah di bidang reformasi agraria. hutan dengan dukungan dana senilai Rp
14,26 T. Pendanaan perubahan iklim
lainnya adalah sukuk hijau global dan ritel
R. Rekomendasi Kebijakan senilai Rp 55 T, pengenaan pajak karbon
Beberapa strategi yang dapat per 1 April 2022 untuk pembangkit listrik
dilakukan Indonesia pada forum G20 untuk batubara, APBD, dan perdagangan karbon
pembangunan ekonomi hijau dan global (Kompas 2022).
dekarbonisasi Indonesia 2060 yaitu:
a. Pemanfaatan pembiayaan perubahan b. Pengefektifan implementasi Perpres
iklim yang ada No. 98 Tahun 2021 tentang
Pada Konferensi Perubahan Iklim Penyelenggaraan Nilai Ekonomi
ke-26/COP-26 di Glasgow Skotlandia pada Karbon dan Peraturan Lainnya terkait
bulan November 2021, negara-negara maju pengurangan emisi karbon
telah berkomitmen untuk menggelontorkan Dalam dokumen NDC, target
dana 100 miliar USD per 2020 untuk pengurangan emisi gas rumah kaca
diberikan kepada negara-negara miskin dan Indonesia adalah 29% jika dengan usaha
berkembang. Forum G20 dapat sendiri dan 41% jika dengan dukungan
dimanfaatkan untuk menagih komitmen internasional pada tahun 2030. Indonesia
negara-negara maju dalam pendanaan juga menetapkan target net zero emission
perubahan iklim di Indonesia. pada tahun 2060 jika dengan usaha sendiri
atau lebih cepat pada tahun 2050 jika
Kebutuhan biaya adaptasi dengan bantuan internasional.
perubahan iklim negara-negara
berkembang sekitar 140-300 miliar USD/ Beberapa peraturan terkait
tahun pada 2030 dan akan meningkat pengurangan emisi karbon antara lain UU
menjadi 280-500 miliar USD/ tahun pada No. 7 Tahun 2021 mengenai pajak karbon,
2050. Kebutuhan pendanaan perubahan Perpres No. 98 Tahun 2021 mengenai tata
iklim Indonesia mencapai Rp 3.799 T atau laksana Nilai Ekonomi Karbon, dan Perpres
sekitar Rp 200-300 T/tahun jika mengikuti No. 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi
Nationally Determined Contribution Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah
(NDC). Di sisi lain, dana yang tersedia Kaca. Target penurunan emisi untuk sektor
untuk mitigasi dan adaptasi perubahan pertanian adalah 0,008 atau 0,011 giga ton

92
CO2e; sektor kehutanan dan lahan gambut dengan dana yang dipakai untuk mencegah
sebesar 0,672 atau 1,039 giga ton CO2e; kerusakan hutan di negara penghasil
energi dan transportasi sebesar 0,038 atau karbon. Perusahaan yang sukses menjaga
0,056 giga ton CO2e; industri sebesar 0,001 hutan akan diberikan tambahan jatah atau
atau 0,005 giga ton CO2e; dan pengolahan kredit karbon bagi industri mereka.
limbah sebesar 0,048 atau 0,078 giga ton Tutupan yang dijaga mencakup
CO2e. Total target pengurangan emisi hutan, gambut, rawa, atau high value
sebesar 0,767 atau 1,189 giga ton CO2e. carbon stock (HVCS). Indonesia sebagai
Pengefektifan pengimplementasian negara tropis memiliki kawasan konservasi
peraturan akan mempercepat Indonesia REDD+ terbesar di dunia yaitu Katingan
bertransisi ke ekonomi hijau. Bentuknya Mentaya Project di Kalimantan Tengah.
dapat berupa transaksi perdagangan karbon Proyek tersebut bertugas memastikan agar
baik mandatory maupun voluntary atau hutan tetap dikelola secara asri, tidak
pengenaan pajak karbon. Dana yang tersentuh manusia.
terkumpul digunakan untuk pemberian Indonesia sebagai negara dengan
insentif fiskal program pengurangan emisi. hutan hujan tropis terbesar ketiga di dunia,
setelah Brazil dan Kongo memiliki peluang
c. Aktif dalam berbagai skema besar dalam tren dunia ke arah ekonomi
perdagangan karbon global dan hijau tersebut. Pengelolaan perkebunan
mendorong pemanfaatan potensi secara agroforestri maupun program
tutupan tanaman serta lautan dalam perhutanan sosial dapat dimanfaatkan
penyerapan karbon melalui ekonomi dalam kerangka perdagangan karbon
hijau dan ekonomi biru dengan sebaik-baiknya.
Skema perdagangan karbon ada
tiga, yaitu cap and trade, clean Perkiraan potensi perdagangan
development mechanism (CDM), dan karbon dari 10 Provinsi di luar WPK
REDD+. Pertama, mekanisme cap and (Wilayah Potensi Karbon) sebesar USD 5,2
trade dilakukan dengan memberikan batas M. Selain itu, kemampuan penyerapan
offset emisi karbon yang dapat dilepaskan karbon selain tutupan hutan seperti bakau,
oleh perusahaan. Hak berpolusi dibuat tumbuhan atau alga yang ada di laut juga
menjadi eksklusif dan terbatas. Sertifikat perlu dapat segera diperhitungkan dalam
atau surat berharga dibagikan secara merata mendukung tren adaptasi dan perubahan
kepada perusahaan-perusahaan dalam iklim, yang biasa disebut dengan ekonomi
bentuk karbon kredit. biru.
Bagi perusahaan yang melakukan
pencemaran melebihi batas offset maka
melakukan pembayaran pembelian ke
perusahaan yang dapat mengurangi emisi
karbonnya di bawah offset dengan membeli
sertifikat atau surat berharga hak berpolusi.
Kedua, mekanisme CDM dilakukan dengan
perusahaan membangun pembangkit energi
terbarukan di negara berkembang, seperti
pembangkit listrik tenaga angin atau surya.
Bantuan pembangunan pembangkit energi
pembangunan tersebut akan diberikan
sertifikat untuk menambal offset emisi.
Ketiga, mekanisme REDD+ dilakukan
dengan cara perusahaan berinvestasi

93
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 6 No.1 Tahun 2022

DAFTAR PUSTAKA Lazzaroni S, Van PAG. 2014. “Natural


Disasters' Impact, Factors of
Buku
Resilience and Development: A
Afandi FA, Fikri A. (2021). Pertanian Meta-analysis of the Macroeconomic
Indonesia dan Perdagangan Karbon Literature”. Ecological Economics.
Dunia di dalam Komunikasi Vol. 107, 333-346.
Lingkungan (eds. Agustina dkk).
Rahma H, Fauzi A, Juanda B, Widjojanto
Jakarta: Cosdev.
B. 2021. “Fenomena Natural
Ministry of Environment and Forestry Resource Curse dalam Pembangunan
(MoEF). (2021). Indonesia Long- Wilayah di Indonesia”. Jurnal
Term Strategy for Low Carbon and Ekonomi dan Pembangunan
Climate Resilience 2050. Jakarta: Indonesia Vol. 21, No. 2, 148–163.
MoEF. ISSN 1411-5212. Fakultas Ekonomi
OECD. 2006. The Bioeconomy to 2030: Universitas Indonesia.
Designing Policy Agenda. Paris: Zhao G, Geng Y, Sun H, Tian X, Chen W,
OECD. Wu D. 2020. “Mapping the
UNDP. 2018. Pengantar Pasar Karbon Knowledge of Green Consumption: A
untuk Pengendalian Perubahan Meta-analysis”. Environmental
Iklim. Jakarta: PMR Indonesia. Science and Pollution Research. Vol.
27, 44937-44950.

Jurnal
Dokumen
Adi S, Aldrian E, Nuraini D, Saroja D,
Tejakusuma IG. 2011. “Analisis Badan Pusat Statistik [BPS]. 2022. Berita
Pembangunan Rendah Karbon Studi Resmi Statistik No. 14/02/Th.XXV, 7
Kasus Propinsi Lampung”. Jurnal Februari 2022 tentang Pertumbuhan
Sains dan Teknologi Indonesia Vol. Ekonomi 2021. Jakarta: BPS.
13, No. 2, 95-102. Bappenas. 2021. “Pembangunan Rendah
Al-Taai SHH. 2021. “Green Economy and Karbon sebagai “backbone”
Sustainable Development”. IOP mencapai Ekonomi Hijau Indonesia
Conf. Ser.: Earth Environ. Sci. Vol. dan Net Zero Emissions”. Jakarta:
779, 1-12. Bappenas.

Lampheire M, Blackledge J, Kearney D.


Peraturan Perundang-Undangan
2021. “Carbon Futures Trading and
Short-Term Price Prediction: An Peraturan Presiden Republik Indonesia No.
Analysis Using the Fractal Market 98 Tahun 2021 Tentang
Hypothesis and Evolutionary Penyelenggaraan Ekonomi Karbon
Computing”. Mathematics Vol. 9, 1- untuk Pencapaian Target Kontribusi
32. yang Ditetapkan secara Nasional dan
Pengendalian Emisi Gas Rumah
Lavrinenko O, Ignatjeva S, Ohotina A,
Kaca dalam Pembangunan Nasional.
Rybalkin O, Lazdans D. 2019. “The
29 Oktober 2021. Lembar Negara
Role of Green Economy in
Republik Indonesia Tahun 2021
Sustainable Development (Case
Nomor 249. Jakarta
Study: The EU States)”. Journal of
Enterpreneurship and Sustainability
Issues. Vol. 6, No. 3, 1113-1126.

94
Undang-Undang Republik Indonesia No. 7
Tahun 2021 Tentang Harmonisasi
Peraturan Perpajakan. 29 Oktober
2021. Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 246.
Jakarta

Website
Kompas.id. Upaya Pendanaan Perubahan
Iklim di Indonesia. 4 Februari 2022.
https://www.kompas.id/baca/telaah/2
022/02/04/upaya-pendanaan-peruba-
han-iklim-di-indonesia. Akses 30
Maret 2022.
Ritchie H dan Roser M. 2020 - "CO₂ and
Greenhouse Gas Emissions". Pub-
lished online at OurWorldInData.
org. Diakses dari : 'https://our-
worldindata.org/co2-and-other-
greenhouse-gas-emissions'. Akses 30
Maret 2022

95

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai