Anda di halaman 1dari 15

Konsep Pengembangan Profesi Bimbingan Konseling (BK) Sekolah

Ani Rahayu
0142S1B109002
Surel : rahayuani400@gmail.com

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


STKIP Muhammadiyah Bogor

Abstrak
Tujuan makalah ini adalah mengetahui tentang konsep pengembangan profesi
bimbingan konseling (BK) di sekolah, dengan manfaat memberi pengetahuan
pengembangan terhadap profesi bimbingan konseling (BK) di sekolah. Teknik
kajian dalam makalah ini adalah menggunakan kajian pustaka atau library research.
Adapun simpulannya adalah konsep pengembangan guru BK adalah upaya yang di
lakukan oleh guru BK untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas Guru BK
sehingga pelayanan yang diberikan dapat tercapai secara maksimal. Pelayanan
konseling yang dapat diberikan kepada peserta didik biasa berupa layanan BK dan
kegiatan pendukung BK dengan masing- masing bidang pengembangan.

A. PENDAHULUAN

Guru Bimbingan dan Konseling yang atau sering disebut dengan Guru BK
merupakan komponen yang sangat penting dan memiliki peran besar dalam
memberikan bantuan kepada peserta didik berupa layanan bimbingan dan
konseling. Layanan bimbingan dan konseling ini bertujuan untuk membantu
peserta didik agar dapat mengeksplorasi dan mengembangkan beberapa aspek
dalam kehidupan, yang meliputi kepribadian, sosial, kemampuan belajar dan
karir. Selain itu, guru bimbingan konseling juga bertugas untuk membina moral
peserta didik (Depdiknas No. 74 Tahun 2008). Hal ini sesuai dengan undang-
undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang
menyatakan bahwa, “Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”. (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3).
Guru bimbingan konseling memiliki aneka ragam jenis tugas namun tidak
mudah dalam menjalankannya dikarenakan terdapat beberapa permasalahan yang
terkait dengan terbatasnya jam masuk kelas bagi guru bimbingan konseling untuk
bertatap muka dengan para peserta didik. Sementara itu permasalahan yang terjadi
pada peserta didik sekarang sudah semakin kompleks. Dan bukan hanya
permasalahan itu, di era sekarang jumlah guru bimbingan konseling semakin
terbatas bahkan tak tabu lagi jika ada sekolahan yang masih belum memiliki guru
bimb ingan konseling karena kurangnya kesadaran dari masyarakat dan guru-guru
lain akan pentingnya guru bimbingan konseling bagi perkembangan peserta didik
(Kusmaryani, 2009:2). Sehingga kondisi ini menyebabkan beban tugas guru
bimbingan konseling menjadi berat yakni yang seharusnya 1 guru bimbingan
konseling mengampu minimal 150 peserta didik menjadi diharuskan maksimal
250 peserta didik (Depdiknas, 2009:14). Permasalahan yang tidak kalah penting
adalah, banyaknya guru bimbingan konseling yang tidak memiliki latarbelakang
pendidikan bimbingan dan konseling maupun psikologi sehingga kurangnya
pengetahuan dan pengalaman yang terkait sebagai guru bimbingan konseling
(Kusmaryani, 2009:2). Berkaitan dengan hal tersebut, agar seorang guru
bimbingan konseling dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan baik maka
seorang guru bimbingan konseling hendaknya memiliki salah satu prinsip yang
melandasi guru dalam melaksanakan tugas yaitu komitmen terhadap pekerjaan
yang telah tercantum pada undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen pada Bab1 pasal 7 ayat 1 yakni: (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa,
dan idealisme; (2) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,
keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; (3) memiliki kualifikasi akademik dan
latarbelakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; (4) memiliki kompetensi
yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; (5) memiliki tanggung jawab atas
pelaksanaan tugas keprofesionalan; (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan
sesuai dengan prestasi kerja; (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; (8)
memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan; (9) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru (UU No. 14
Tahun 2005 Bab 1 Pasal 7 Ayat 1).
Menurut Robbins (1998:140), komitmen terhadap pekerjaan adalah suatu
keadaan yang menyebabkan seorang guru memihak suatu pekerjaan dan
tujuantujuan pekerjaan tersebut serta berniat memelihara keanggotaannya dalam
pekerjaannya. Hodge & Anthony (1988:540) juga menambahkan bahwa
komitmen terhadap pekerjaan adalah kondisi yang menggambarkan pemberian
usaha, kemampuan dan kesetiaan individu kepada pekerjaannya serta penerimaan
terhadap nilai-nilai dan tujuan pekerjaan.
Konselor pendidikan adalah konselor yang bertugas dan
bertanggungjawab memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta
didik di satuan pendidikan. Konselor pendidikan merupakan salah satu profesi
yang termasuk ke dalam tenaga kependidikan seperti yang tercantum dalam
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional maupun Undang-undang tentang Guru dan Dosen.
Konselor pendidikan semula disebut sebagai Guru Bimbingan Penyuluhan
(Guru BP). Seiring dengan perubahan istilah penyuluhan menjadi konseling,
namanya berubah menjadi Guru Bimbingan Konseling (Guru BK). Untuk
menyesuaikan kedudukannya dengan guru lain, kemudian disebut pula sebagai
Guru Pembimbing.
Setelah terbentuknya organisasi profesi yang mewadahi para konselor,
yaitu Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN), maka profesi ini
sekarang dipanggil Konselor Pendidikan dan menjadi bagian dari asosiasi
tersebut.
Bimbingan dan Konseling merupakan pelayanan yang menunjang
pelaksanaan pendidikan di sekolah, karena program-program bimbingan dan
konseling meliputi aspek-aspek tugas perkembangan individu, khususnya
menyangkut kawasan kematangan personal dan emosional, sosial pendidikan serta
kematangan karir. Guru BK atau Konselor Sekolah guru yang memiliki standar
kualifikasi akademik konselor dalam satuan pendidikan pada jalur pendidikan
formal dan nonformal adalah Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan
dan Konseling atau berpendidikan Profesi Konselor.

B. ARTI DAN CIRI JABATAN PROFESIONAL KEPENDIDIKAN


Guru merupakan seorang profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak jalur pendidikan formal. Profesi guru
dihubungkan dengan kualitas manusia yang dibentuknya.
Pengembangan sumber daya manusia pendidik, khususnya pengembangan
profesional guru, merupakan usaha mempersiapkan guru agar memiliki berbagai
wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan memberikan rasa percaya diri untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai petugas profesional.
Pengembangan atau peningkatan kemampuan profesional harus bertolak pada
kebutuhan atau permasalahan nyata yang dihadapi oleh guru, agar bermakna.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen pasal 20, mengamanatkan bahwa dalam rangka melaksanakan tugas
keprofesionalannya, guru berkewajiban meningkatkan dan mengembangkan
kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni [1]. Kompetensi merupakan
prilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang di prasyaratkan sesuai dengan
kondisi yang diharapkan, artinya bahwa kompetensi adalah the state of being
legally competent or qualified, yakni keadaan berwenang atau memenuhi syarat
menurut ketentuan hukum. Kompetensi guru (tenaga pendidik) atau “teacher
competence” ialah the ability of a teacher to responsibly perform his or her duties
appropriately. Kompetensi guru merupakan kemampuan seseorang guru dalam
melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara tanggungjawab dan layak[2].
Istilah profesionalisme guru tentu bukan sesuatu yang asing dalam dunia
pendidikan. Secara sederhana, profesional berasal dari kata profesi yang berarti
jabatan. Orang yang profesional adalah orang yang mampu melaksanakan tugas
jabatannya secara mumpuni, baik secara konseptual maupun aplikatif. Guru yang
profesional adalah guru yang memiliki kemampuan mumpuni dalam
melaksanakan tugas jabatan guru.
Bila ditinjau secara lebih dalam, terdapat beberapa karakteristik
profesionalisme guru. Rebore (1991) mengemukakan enam ciri-ciri
profesionalisme guru, yaitu:

1) Pemahaman dan penerimaan dalam melaksanakan tugas,


2) Kemauan melakukan kerja sama secara efektif dengan siswa, guru,
orang tua siswa, dan masyarakat,
3) Kemampuan mengembangkan visi dan pertumbuhan jabatan secara
terus menerus,
4) Mengutamakan pelayanan dalam tugas,
5) Mengarahkan, menekan dan menumbuhkan pola perilaku siswa, serta
6) Melaksanakan kode etik jabatan.

Sementara itu, Glickman (1981) memberikan ciri profesionalisme guru


dari dua sisi, yaitu kemampuan berpikir abstrak (abstraction) dan komitmen
(commitment). Guru yang profesional memiliki tingkat berpikir abstrak yang
tinggi, yaitu mampu merumuskan konsep, menangkap, mengidentifikasi, dan
memecahkan berbagai macam persoalan yang dihadapi dalam tugas, dan juga
memiliki komitmen yang tinggi dalam melaksanakan tugas. Komitmen adalah
kemauan kuat untuk melaksanakan tugas yang didasari dengan rasa penuh
tanggung jawab.
Lebih lanjut, Welker (1992) mengemukakan bahwa profesionalisme guru
dapat dicapai bila guru ahli (expert) dalam melaksanakan tugas, dan selalu
mengembangkan diri (growth). Glatthorm (1990) mengemukakan bahwa dalam
melihat profesionalisme guru, disamping kemampuan dalam melaksanakan tugas,
juga perlu mempertimbangkan aspek komitmen dan tanggung jawab
(responsibility), serta kemandirian (autonomy).

C. KONSEP PENGEMBANGAN PROFESI BIMBINGAN KONSELING


(BK) SEKOLAH
a. Konsep Pengembangan Guru BK
Konsep pengembangan guru BK adalah upaya yang di lakukan oleh guru
BK untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas Guru BK sehingga pelayanan
yang diberikan dapat tercapai secara maksimal. Pelayanan konseling yang dapat
diberikan kepada peserta didik biasa berupa layanan BK dan kegiatan pendukung
BK dengan masing- masing bidang pengembangan. Layanan yang dapat diberikan
dalam rangka pengembangan kualitas guru Bimbingan dan Konseling adalah:
1) Layanan orientasi,
2) Layanan informasi,
3) Layanan penempatan dan penyaluran,
4) Layanan penguasaan konten,
5) Layanan konseling individual,
6) Layanan bimbingan kelompok,
7) Layanan konseling kelompok,
8) Layanan konsultasi,
9) Layanan mediasi,
10) Layanan advokasi.
Dan juga Kegiatan pendukung dalam membantu proses pelayanan BK
yang bisa dilakukan adalah:
1) Instrumentasi BK,
2) Himpunan data,
3) Konferensi kasus,
4) Kunjungan rumah,
5) Tampilan kepustakaan,
6) Alih tangan kasus.
b. Kompetensi Guru BK
Dalam Permendiknas tentang SKAKK menegaskan tentang sejumlah
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru BK , diantaranya yang tersebut
dalam table dibawah ini:
a) Kompetensi Pedagogik:
1) Menguasai teori dan praksis pendidikan,
2) Mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta perilaku
konseli,
3) Menguasai esensi layanan BK dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan
pendidikan.
b) Kompetensi Kepribadian:
1) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
2) Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian, individualitas
dan kebebasan memilih,
3) Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat,
4) Menampil-kan kinerja berkualitas tinggi.
c) Kompetensi Sosial:
1) Mengimplementasikan kolaborasi internal di tempat bekerja,
2) Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi BK,
3) Mengimplementasi kolaborasi antar profesi.
d) Kompetensi Profesional:
1) Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi,
kebutuhan dan masalah konseli,
2) Menguasai kerangka teoritik dan praksis BK,
3) Merancang program BK,
4) Mengimplementasikan program BK yang komprehensif,
5) Menilai proses dan hasil kegiatan BK,
6) Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika professional,
7) Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam BK.
c. Pendidikan akademik dan professional
1) Pendidikan akademik adalah pendidikan yang harus dilalui oleh seseorang
sehingga memliki kemampuan dalam pelayanan konseling.
2) Pendidikan profesi adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi setelah program sarjana (S1) yang linear dalam bidang
profesi tersebut, setelah melalui pendidikan profesi tersebut seseorang bisa
memgang gelar profesi konselor yang secara resmi bersertifikat profesi
dan memiliki kompetensi serta kewenangan sebagai persyaratan untuk
berpraktik privat profesi.
Dalam hal ini pendidikan profesi yang harus diikuti oleh guru BK adalah
pendidikan profesi konselor (PPK). Lulusan program PPK berkewanangan
bekerja untuk arah:
a) Pengangkatan “formal” dalam satuan pendidikan formal dan nonformal
serta dalam kelembagaan kerja/ kedinasan
b) Kegiatan penugasan nonformal dalam setting keluarga dan satuan
kelembagaan nonformal social-kemasyarakatan
c) Praktik mandiri

d. Sasaran Pengembangan Guru BK


Sasaran pengembangan guru BK yang paling pokok adalah peserta didik
dengan cara meningkatkan mutu layanan yang diberikan kepada peserta didik
serta sarana dan prasarana yang mendukung pelayanan konseling.

e. Implikasi pengelolaan di sekolah


a) Mengikuti MGBK
Dengan mengikuti musyawarah guru BK dengan berbagai guru BK dari
sekolah lain dapat mengembangkan kualitas guru BK sehingga guru BK bias lebih
maksimal alam memberikan pelayanan konseling
b) Melakukan kerjasama dengan personil sekolah
Dengan melakukan kerjasama antara guru BK dan personil sekolah
lainnya diharapkan dapat memperlancar kerja guru BK, selain itu dengan adanya
kerjasama dengan personil sekolah secara tidak langsung juga lebih
mensosialisasikan BK disekolah.
c) Melakukan evaluasi setelah pelaksanaan program oleh pengawas BK
Dengan adanya evaluasi yang dilakukan setelah pelaksanaan program,
guru BK dapat memperbaiki kinerja BK disekolah.

f. Masalah dan solusi


a) Masalah
1. Masih ada guru BK disekolah yang tidak memiliki latar belakang
pendidikan BK
2. Kurangnya pemahaman personil sekolah tentang BK
3. Kurangnya keterampilan guru BK dalam memberikan layanan
b) Solusi
1. Mengangkat guru BK yang memang berlatar belakag BK
2. Orientasi BK kepada personil sekolah
3. Mengikuti pelatihan, seminar bahkan pendidikan profesi

1. Kegiatan Pengembangan Diri


Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh
oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada konseli
untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat,
dan minat setiap konseli sesuai dengan kondisi Sekolah/Madrasah. Kegiatan
pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau
tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling
yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan
pengembangan karir konseling.
Dari penjelasan yang disebutkan itu ada beberapa hal yang perlu
memperoleh penegasan dan reposisi terkait dengan pelayanan bimbingan dan
konseling dalam jalur pendidikan formal, sehingga dapat menghindari kerancuan
konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor.
Pengembangan diri bukan sebagai mata pelajaran, mengandung arti bahwa
bentuk, rancangan, dan metode pengembangan diri tidak dilaksanakan sebagai
sebuah adegan mengajar seperti layaknya pembelajaran bidang studi. Namun,
manakala masuk ke dalam pelayanan pengembangan minat dan bakat tak dapat
dihindari akan terkait dengan substansi bidang studi dan/atau bahan ajar yang
relevan dengan bakat dan minat konseli dan disitu adegan pembelajaran akan
terjadi. Ini berarti bahwa pelayanan pengembangan diri tidak semata-mata tugas
konselor, dan tidak semata-mata sebagai wilayah bimbingan dan konseling.
Pelayanan pengembangan diri dalam bentuk ekstra kurikuler mengandung
arti bahwa di dalamnya akan terjadi diversifikasi program berbasis minat dan
bakat yang memerlukan pelayanan pembina khusus sesuai dengan keahliannya.
Inipun berarti bahwa pelayanan pengem-bangan diri tidak semata-mata tugas
konselor, dan tidak semata-mata sebagai wilayah bimbingan dan konseling.
Kedua hal di atas menunjukkan bahwa pengembangan diri bukan
substitusi atau pengganti pelayanan bimbingan dan konseling, melainkan di
dalamnya mengandung sebagian saja dari pelayanan (dasar, responsif,
perencanaan individual) bimbingan dan konseling yang harus diperankan oleh
konselor.
2. Kegiatan Publikasi Ilmiah
Publikasi ilmiah dapat dimaknai sebagai upaya untuk menyebarluaskan
suatu karya pemikiran seseorang atau sekelompok orang dalam bentuk laporan
penelitian, makalah, buku atau artikel. Publikasi ilmiah yang dilakukan guru pada
dasarnya merupakan wujud dari profesionalisme guru. Steven R.Covey,
(BPSDM-Kemendikbud, 2012) menyebutkan bahwa kegiatan publikasi ilmiah
adalah salah satu bentuk upaya untuk memperbaharui mental.
Di Indonesia, kegiatan publikasi ilmiah di kalangan guru tampaknya
mulai populer pada pertengahan tahun 90-an, seiring dengan dikukuhkannya guru
sebagai jabatan fungsional (Kepmenpan No. 84/1993). Jika ditelaah lebih dalam,
Isi Keputusan Menteri ini sebenarnya telah memberikan pesan tidak langsung
kepada kita bahwa pada dasarnya guru adalah seorang ilmuwan. Hal ini sejalan
dengan pemikiran Oemar Hamalik (2003) bahwa salah satu peran guru adalah
sebagai ilmuwan, yang berkewajiban tidak hanya menyampaikan pengetahuan
yang dimiliki kepada muridnya, akan tetapi juga berkewajiban mengembangkan
pengetahuan itu dan terus menerus memupuk pengetahuan yang dimilikinya.
Dengan kata lain, guru berkewajiban untuk membangun tradisi dan budaya
ilmiah, salah satunya dalam bentuk Publikasi Ilmiah.
Kegiatan publikasi ilmiah guru semakin diperkuat dengan hadirnya
Permenpan dan RB No. 16 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya. Semula kewajiban publikasi ilmiah hanya dikenakan kepada guru yang
akan naik pangkat dari Golongan IV.a ke atas. Namun berdasarkan Permenpan
dan RB ini, kegiatan publikasi ilmiah guru harus dilakukan oleh guru yang akan
naik ke golongan III.c
Merujuk pada Permenpan dan RB No. 16 tentang Jabatan Fungsional Guru
dan Angka Kreditnya, berikut ini disajikan bentuk-bentuk kegiatan publikasi
ilmiah yang dapat dilakukan guru dalam rangka pengembangan keprofesian
berkelanjutan:
a. Presentasi pada forum ilmiah:
 Menjadi pemrasaran/nara sumber pada seminar atau lokakarya ilmiah
 Menjadi pemrasaran/nara sumber pada koloqium atau diskusi ilmiah
b. Melaksanakan publikasi Ilmiah hasil penelitian atau gagasan ilmu pada
bidang pendidikan formal.
 Membuat karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada bidang
pendidikan di sekolahnya, diterbitkan/dipublikasikan dalam bentuk
buku ber ISBN dan diedarkan secara nasional atau telah lulus dari
penilaian BNSP
 Membuat karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada bidang
pendidikan di sekolahnya, diterbitkan/dipublikasikan dalam
majalah/jurnal ilmiah tingkat nasional yang terakreditasi.
 Membuat karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada bidang
pendidikan di sekolahnya, diterbitkan/dipublikasikan dalam
majalah/jurnal ilmiah tingkat provinsi.
 Membuat karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada bidang
pendidikan di sekolahnya, diterbitkan/dipublikasikan dalam majalah
ilmiah tingkat kabupaten/ kota.
 Membuat karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada bidang
pendidikan di sekolahnya, diseminarkan di sekolahnya, disimpan di
perpustakaan.
 Membuat makalah berupa tinjauan ilmiah dalam bidang pendidikan
formal dan pembelajaran pada satuan pendidikannya, tidak diterbitkan,
disimpan di perpustakaan.
 Membuat Tulisan Ilmiah Populer di bidang pendidikan formal dan
pembelajaran pada satuan pendidikannya:
 Membuat Artikel Ilmiah Populer di bidang pendidikan formal dan
pembelajaran pada satuan pendidikannya dimuat di media masa tingkat
nasional.
 Membuat Artikel Ilmiah Populer di bidang pendidikan formal dan
pembelajaran pada satuan pendidikannya dimuat di media masa tingkat
provinsi (koran daerah).
 Membuat Artikel Ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan
pembelajaran pada satuan pendidikannya.
 Membuat Artikel Ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan
pembelajaran pada satuan pendidikannya dan dimuat di jurnal tingkat
nasional yang terakreditas.
 Membuat Artikel Ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan
pembelajaran pada satuan pendidikannya dan dimuat di jurnal tingkat
nasional yang tidak terakreditasi/tingkat provinsi.
 Membuat Artikel Ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan
pembelajaran pada satuan pendidikannya dan dimuat di jurnal tingkat
lokal (kabupaten/kota/ sekolah/madrasah dst.nya).

c. Melaksanakan publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, dan


pedoman guru:
Membuat buku pelajaran per tingkat/buku pendidikan per judul:
 Buku pelajaran yang lolos penilaian oleh BSNP
 Buku pelajaran yang dicetak oleh penerbit dan ber ISBN
 Buku pelajaran dicetak oleh penerbit tetapi belum ber-ISBN.
 Membuat modul/diktat pembelajaran per semester:
 Digunakan di tingkat Provinsi dengan pengesahan dari Dinas
Pendidikan Provinsi.
 Digunakan di tingkat kota/kabupaten dengan pengesahan dari
Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten.
 Digunakan di tingkat sekolah/madrasah setempat.
 Membuat buku dalam bidang pendidikan:
 Buku dalam bidang pendidikan dicetak oleh penerbit dan ber-
ISBN.
 Buku dalam bidang pendidikan dicetak oleh penerbit tetapi belum
ber-ISBN.
 Membuat karya hasil terjemahan yang dinyatakan oleh kepala
sekolah/madrasah tiap karya.
 Membuat buku pedoman guru.

Dari uraian di atas tampak bahwa sesungguhnya banyak pilihan publikasi


ilmiah yang bisa diambil guru dalam rangka mewujudkan profesionalismenya.
Dadang S. Anshori (2008) mengatakan bahwa mempublikasikan tulisan berarti
mengibarkan bendera keilmuan. Oleh karena itu, mari kita kibarkan keilmuan kita
masing-masing kepada khalayak melalui aneka karya tulis kita. Dengan membaca
kita mengenal dunia, dan dengan menulis dunia mengenal kita.
3. Kegiatan Karya Inovatif
Penciptaan inovasi dalam bidang bimbingan dan konseling, pada dasarnya
akan berpijak dari fenomena yang terjadi di lapangan sebagai dasar pemikiran
untuk menciptakan ide tau metode inovatif yang bisa dimanfaatkan dalam BK itu
sendiri. Adapun beberapa ranah dalam bimbingan dan konseling yang sekiranya
perlu pemikiran yang inovatif oleh konselor untuk menciptakan inovasi baru, baik
berupa ide, metode maupun strategi baru yang berbeda dari sebelumnya.
Nantinya, apa yang tercetus dapat menciptakan image baru dalam bimbingan dan
koseling itu sendiri.
a. Mendirikan tempat Pendidikan Khusus Konselor
Salah satu inovasi yang sudah dijalankan adalah dengan mengikuti
Pendidikan Profesi Konselor (PPK) yang dikemangkan dalam Perguruan Tinggi.
Lewat PPK ini, calon konselor akan mendapatkan bidang keilmuan khusus yang
dapat meningkatkan kualitas pribadi konselor terutama kemampaun untuk
memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada klien secara
profesional.Sehingga bagi konselor secara pribadi memiliki nilai plus
dibandingkan bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan khusus tersebut.
Inovasi lain yang bisa dikembangkan adalah memberikan lebih banyak
praktek kepada calon konselor ketimbang pemberian teori yang sifatnya kurang
aplikatif. Dari hasil praktek, calon konselor dituntut untuk membuktikan bukti
fisik sesuai dengan format yang sudah disepakati. Dengan demikian mereka akan
mendapatkan pengalaman langsung di lapangan yang sifatnya aplikatif untuk
bekalnya nanti ketika menjadi konselor.
b. Inovasi terhadap Penampilan Konselor
Salah satu pemikiran inovatif untuk merubah cara pandang siswa atau
masyarakat di lapangan yang mengganggap guru bimbingan dan konseling
sebagai polisi sekolah adalah dengan mengubah penampilan konselor. Dalam
kondisi ini, bagaimana konselor berupaya tampil beda dengan guru mata pelajaran
misalnya, menunjukkan kepribadian yang ramah, sopan dan berkepribadian yang
mantap sehingga bisa “disenangi” oleh siswa. Disamping itu, konselor juga bisa
membuat kesepakatan bersama untuk membuat seragam khusus yang
menunjukkan jati dirinya sebagai konselor. Sehingga bisa tampil beda dengan
guru mata pelajaran di sekolah.
Supaya konselor disenangi oleh siswa, maka penampilan yang sifatnya
wishdem atau bijaksana dalam setiap melakukan layanan perlu dikembangkan.
Misalnya penggunaan attending yang tepat (tatap, senyum, sapa, salam, sopan dan
santun) dalam memberikan layanan.

D. SIMPULAN
Konsep pengembangan guru BK adalah upaya yang di lakukan oleh guru
BK untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas Guru BK sehingga pelayanan
yang diberikan dapat tercapai secara maksimal. Pelayanan konseling yang dapat
diberikan kepada peserta didik biasa berupa layanan BK dan kegiatan pendukung
BK dengan masing- masing bidang pengembangan.

E. DAFTAR PUSTAKA

Kelompok Kerja Guru (KKG) Terhadap Peningkatan Kompetensi Pedagogik dan


Kemampuan Menulis Karya Ilmiah. Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia (JPDI) 4
(2), 53 – 58
https://riyadiscorpio.wordpress.com/2014/01/03/profesionalisme-bimbingan-dan-
konseling-di-sekolah/
Permendiknas Nomor 27 tahun 2008 tentang standar kualifikasi akademik dan
kompetensi konselor
Prayitno, dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling, Jakarta
:Depdiknas.
https://lenterakonseling.blogspot.com/2016/03/pengembangan-guru-bimbingan-
dan.html
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/11/07/tentang-profesionalisme-guru/
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/14/posisi-pengembangan-diri-
dalam-bimbingan-dan-konseling/
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2012/11/08/publikasi-ilmiah-guru/
https://id.wikipedia.org/wiki/Konselor_pendidikan
https://adoc.tips/bab-i-pendahuluan-guru-bimbingan-dan-konseling-yang-atau-
ser.html
http://tresnacounselor.blogspot.com/2010/10/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html?m=1
https://eventkampus.com/blog/detail/1641/artikel-tentang-guru-profesional

Anda mungkin juga menyukai