Anda di halaman 1dari 3

PENGEMBANGAN KEPROFESIAN GURU BERKELANJUTAN

A. Latar Belakang
Lahirnya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen merupakan
penegasan bentuk nyata terhadap pengakuan guru sebagai profesi. Guru adalah pendidik
professional yang mempunyai tugas, fungsi, dan peran penting dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa. Guru yang professional diharapkan mampu berpartisipasi dalam
pembangunan nasional untuk mewujudkan insan Indonesia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Mahaesa, unggul dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,
berbudi pekerti yang luhur dan berkepribadian. Tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa
masa depan masyarakat, bangsa, dan Negara, sebagian besar ditentukan oleh guru.
Profesi guru perlu dikembangkan secara terus menerus dan proporsional menurut
jabatan fungsional guru. Selain itu, agar fungsi dan tugas yang melekat pada jabatan
fungsional guru dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku, maka diperlukan Penilaian
Kinerja Guru (PK Guru) yang menjamin terjadinya proses pembelajaran yang berkualitas di
semua jenjang pendidikan.
B. Konsep Dasar Profesi
Di kalangan profesi-profesi yang ada, terdapat kesepakatan tentang pengertian profesi.
Profesi menunjuk pada suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut kehlian, tanggung
jawab, dan kesetiaan terhadap profesi (Saud:2009).
Menurut Hornby (1962), secara leksikal perkataan profesi mengandung berbagai
makna. Pertama, profesi itu menunjukkan dan mengungkapkan suatu keprcayaan (to profess
means to trust) bahkan suatu keyakinan (to belief in) atau sesuatu kebenaran (ajaran agama)
atau kredibilitas seseorang. Kedua, profesi itu dapat pula menunjukkan dan mengungkapkan
suatu pekerjaan atas urusan tertentu (particular business).
Cogan dalam Peter Jarwis (1983) menyatakan bahwa profesi adalah suatu
keterampilan yang dalam praktiknya didasarkan atas suatu struktur teoretis tertentu dari
beberapa bagian pelajaran atau ilmu pengetahuan. Selanjutnya, profesi disebut juga sebagai
suatu pekerjaan yang didasarkan atas studi intelektual dan latihan yang khusus. Tujuannya
untuk menyediakan pelayanan keterampilan atau advis terhadap orang lain dengan bayaran
atau upah tertentu (Vollmer & Mills dalam Peter Jarwis, 1983).
C. Jenis-Jenis Kegiatan Pengembangan Profesi Guru
Menurut Glatthorm (1991) sebagaimana dikutip Akhmad Sudrajat, (2014) secara garis
besar kegiatan pengembangan profesi guru dapat dibagi kedalam tiga jenis, yaitu : (1)
pengembangan intensif (intensive development), (2) pengembangan kooperatif (cooperative
development), dan (3) pengembangan mandiri (self directed development).
1. Pengembangan intensif (intensive development) adalah bentuk pengembangan yang
dilakukan pimpinan terhadap guru yang dilakukan secara intensif berdasarkan
kebutuhan guru. Model ini biasanya dilakukan melalui langkah-langkah yang sistematis,
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasi dan pertemuan balikan
atau refleksi. Teknik pengembangan yang digunakan antara lain melalui pelatihan,
penataran, kursus, lokakarya, dan sejenisnya.
2. Pengembangan kooperatif (cooperative development) adalah suatu bentuk
pengembangan guru yang dilakukan melalui kerja sama dengan teman sejawat dalam
suatu tim yang bekerja sama secara sistematis. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
kemampuan profesioanl guru melalui pemberian masukan, saran, nasihat, atau bantuan
teman sejawat. Teknik pengembangan yang digunakan bias melalui pertemuan KKG
atau MGMP/MGBK. Teknik ini disebut juga dengan istilah peer supervision atau
collaborative supervision.
3. Pengembangan mandiri (self directed development) adalah bentuk pengembangan yang
dilakukan melalui pengembangan diri sendiri. Bentuk ini memberikan otonomi secara
luas kepada guru. Guru berusaha untuk merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan,
dan menganalisis balikan untuk pengembangan diri sendiri. Teknik yang digunakan bias
melalui evaluasi diri (self evaluation/self supervision)
D. Sertifikasi Guru
Sebagai bentuk dari pengakuan legal formal tentang profesionalisme seseorang untuk
melakukan berbagai tugas profesinya sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan,
maka diberikanlah sertifikat profesi. Dalam tugas mendidik, membelajarkan, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, maka guru yang
professional akan mendapatkan sertifikat profesi sebagai guru professional. Professional
menunjuk pada dua hal. Pertama, orang yang menyandang suatu profesi. Kedua,
penampilan seseorang sesuai dengan tuntutan yang seharusnya.
Profesionalisasi berasal dari kata professionalization, yang berarti upaya
meningkatkan kemampuan professional hingga mencapai jenjang tertentu. Profesionalisasi
merupakan proses peningkatan kualitas atau kemampuan para anggota penyandang suatu
profesi untuk mencapai kriteria standar ideal dari penampilan atau perbuatan yang
diinginkan oleh profesinya itu. Dengan demikian, melalui profesionalisasi maka akan terjadi
peningkatan status, peningkatan kemampuan praktis.
Profesionalisme secara leksikal berarti sifat professional untuk menunjukkan derajat
atau standar performa (ability and attitude) anggota profesi yang mencerminkan adanya
kesesuaian dengan kode etik profesi yang bersangkutan. Dalam kaitan dengan profesi guru,
maka profil kompetensi pendidik diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005,
meliputi : (1) kompetensi pedagogic, berkaitan dengan kemampuan menyelenggarakan
pembelajaran dan berinteraksi dengan peserta didik; (2) Kompetensi kepribadian, berkaitan
dengan kemampuan menata dan mengendalikan diri sebagai manusia dewasa; (3)
kompetensi professional, berkaitan dengan kemampuan melaksanakan fungsi dan tugas
pokok berdasarkan keahlian; dan (4) Kompetensi social, berkaitan dengan kemampuan
berinteraksi dengan lingkungan dan masyarakat.
Depdiknas (2000: 12) menyatakan bahwa guru professional mempunyai 10
kompetensi professional, yaitu : (1) Menguasai bahan pengajaran; (2) Mengelola program
belajar mengajar; (3) Mengelola kelas; (4) Menggunakan media dan sumber pembelajaran;
(5) Menguasai landasan-landasan kependidikan; (6) Mengelola proses belajar mengajar; (7)
Melaksanakan evaluasi pengajaran; (8) Melaksanakan layanan bimbingan dan konseling; (9)
Membuat administrasi pembelajaran; dan (10) Melaksanakan penelitian tindakan kelas
(Classroom Action Research).
Dengan pengakuan pekerjaan dan jabatan guru sebagai profesi memiliki konsekuensi
serta implikasi terhadap guru professional harus : (1) memiliki kualifikasi akademik minimal
yang sama; (2) mengikuti pendidikan profesi; (3) memiliki sertifikat profesi; (4) lulus uji
kompetensi; (5) membacakan sumpah profesi; dan (6) melakukan pengembangan
keprofesian berkelanjutan (continuous professional development).

Anda mungkin juga menyukai