Anda di halaman 1dari 25

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Pengertian Komik


Kata komik sebenarnya berasal dari bahasa Inggris “comic” yang berarti

segala sesuatu yang lucu serta bersifat menghibur. Gambar-gambar tersebut tidak

bergerak namun, disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita

(http://sembaraang.blogspot.com/2009/11/pengertian-komik.html).

2.2. Jenis-Jenis Komik

Komik ternyata banyak jenisnya, antara lain :

1. Kartun (Cartoon) adalah komik yang isinya hanya berupa satu tampilan, komik

ini didalamnya berisi beberapa gambar tokoh yang digabungkan dengan tulisan-

tulisan. Tujuan komik ini biasanya mengandung unsur kritikan, sindiran, dan

humor. Sehingga dari gambar (kartun/tokoh) dan tulisan tersebut mampu

memberikan sebuah arti yang jelas sehingga pembaca dapat memahami maksud

dan tujuannya dari komik tersebut.

Contoh komik kartun adalah komik yang ada di koran-koran ataupun majalah, di

dalam komik Koran maupun majalah biasanya menampilkan gambar kartun dari

sosok seoarang tokoh tertentu yang intinya berupa kritikan, sindiran, bahkan cerita

lucu yang menghibur.

2. Komik Potongan (Comic Strip) adalah penggalan-penggalan gambar yang di

gabungkan menjadi satu bagian / sebuah alur cerita pendek (cerpen). Tetapi  isi

dari ceritanya tidak harus selesai disitu bahkan ceritanya bisa di buat bersambung

dan di buat sambungan ceritanya lagi. Komik ini biasanya terdiri dari 3-6 panel

1
bahkan lebih. Komik Potongan (Comic Strip) ini biasanya disodorkan dalan

tampilan harian atau mingguan disebuah surat kabar, majalah maupun

tabloid/buletin. Penyajian komik potongan ini ceritanya  juga dapat berisi cerita

yang humor, cerita yang serius tetapi menarik untuk dibaca setiap epsisodenya

hingga tamat ceritanya. Contoh komik potongan : Godam gadungan di dalam

Koran, Panji Koming di dalam koran Kompas.

3. Komik Tahunan (Comic Annual). Komik ini biasanya terbit setiap 1 bulan

sekali bahkan bisa juga 1 tahun sekali. Penerbit bisanya akan menerbitkan buku-

buku komik baik itu cerita putus maupun serial. Contoh komik tahunan (Comic

Annual) adalah M&C Gramedia, PMK, Bumi Langgit, Marvel Comic dll.

4. Komik Online (Webcomic). Komik jenis ni adalah komk yang khusus ada di

internet atau biaya disebut dunia maya.Dengan menyediakan situs web maka

setiap pengunjung/pembaca dapat membaca komik. Komik jeni ini memiliki

beberapa keunggulan yatu jangkauan pembacanya bisa lebih luas dari pada media

cetak dan biaya yang sangat relatif lebih murah karena bisa disebar luaskan yang

bisa di baca siapa saja. Contoh: alamat web yang menyediakan situs komk Online

adalah www.gibug.com, www.kaptenbandung.com.

5. Buku Komik (Comic Book) adalah suatu cerita yang berisikan gambar-gambar,

tulisan dan cerita yang dikemas dalam sebuah buku. Buku Komik (Comic Book)

ini sering kita jumpai di took-toko buku maupun di perpustakaan. Buku Komik

(Comic book) sering kali disebut sebagai komik cerita pendek, yang biasanya di

dalam komik ini berisikan 32 halaman, tetapi ada juga komik yang berisi 48

2
halaman dan 64 halaman, komik ini biasanya berisikan cerita lucu, cerita cinta

(cerita remaja), superhero (pahlawan) dan lain-lain.

Buku komik (Comic Book) juga terdiri dari beberapa jenis, antara lain :

a. Komik Kertas Tipis (Trade Paperback) Buku komik ini berukuran seperti buku

biasa, tidak terlalu lebar dan besar. Walau berkesan tipis namum bisa juga

dikemas dengan menggunakan kualitas kertas yang baik/bagus sehingga

penampilan/penyajian buku ini terlihat menarik. Apalagi dengan gambar dan

warna yang cantik, membuat buku komik ini sangat digemari. Contoh: Gundala,

Godam, Si Buta Dari Gua Hantu, Lamaut, Kapten Bandung, Komik-komiknya

Marvel dan DC Comics (luar negeri), dll.

b. Komik Majalah (Comic Magazine) Buku komik berukuran seperti majalah

(ukuran besar), biasanya menggunakan tipe kertas yang tebal dan keras untuk

sampulnya. Dengan ukuran yang besar tersebut tentunya dengan misalkan 64

halaman bisa menampung banyak gambar dan isi cerita. Contoh: komik luar

negeri Tintin Lucky Luke, Asterik/Obelik

c. Komik Novel Grapis (Graphic Novel). Komik ini isi ceritanya lebih panjang

dan komplikasi serta membutuhkan tingkat berpikir yang lebih dewasa untuk

pembacanya. Isi buku bisa lebih dari 100 halaman. Bisa juga dalam bentuk seri

atau cerita putus.

d. Komik Ringan (Comic Simple). Komik yang satu ini adalah komik yang

biasanya dibuat dari hasil karya sendiri yang di fotokopi dan di jilid sehingga

menjadi sebuah komik. Alternatif ini sangat mendukung dalam pembuatan

3
komik, karena hanya dengan ide dan keahlian menggambar di tambah biaya yang

sangat ringan .Contoh:Kakek Bejo (www.pragatcomic.com)

e. Buku Instruksi dalam format Komik (Instructional Comics) komik ini biasanya

di gunakan dalam media pembelajaran. Banyak sekali sebuah buku panduan atau

instruksi yang di buat dalam format Komik, bisa dalam bentuk Buku Komik,

Poster Komik, atau tampilan lainnya. Biasanya pembaca buku ini akan lebih

mudah cepat mengerti dari pada menggunakan buku panduan yang tidak

bergambar. Dengan menggunakan gambar maka pembaca bisa mengikuti langkah

demi langkah yang tertera pada komik. Dengan adanya gambar yang di muat

dalam format komik, buku bisa menjadi lebih menarik dan menyenangkan

(http://pensilseni.wordpress.com/2011/07/22/jenis-jenis-komik)

2.3. Kelebihan Media Komik

Sebagai salah satu media visual komik memiliki kelebihan tertentu digunakan

dalam kegiatan belajar mengajar. Kelebihan komik dalam kegiatan belajar

mengajar menurut Trimo (1997:22) antara lain :

a. Komik menambah pembendaharaan kata-kata bagi si pembacanya

b. Mempermudah anak didik menangkap hal-hal atau rumusan yang abstrak

c. Dapat mengembangkan minat baca anak dan salah satu bidang studi yang

lain

2.4 Model Pembelajaran


Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan

untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang

4
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang

lain.

Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu

2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu

3. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas

4. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan : a) Urutan langkah-langkah

pembelajaran (syntax), b) Adanya prinsip-prinsip reaksi, c) Sistem sosial dan,

d) sistem pendukung.

5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran

6. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model

pembelajaran yang dipilih (Rusman, 2014 : 205)

2.5 Pengertian Pembelajaran Cooperative

Coopertive Learning biasa didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar

kelompok yang terstruktur. Menurut Johnson (dalam Rusman, 2014 :204),

struktur ini adalah lima unsur pokok Coopertive Learning (yaitu : saling

ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian

kerjasama dan proses kelompok. Belajar cooperative bukanlah sesuatu yang baru,

sebagai guru dan mungkin siswa kita pernah menggunakannya atau

mengalaminya sebagai contoh saat bekerja dalam laboratorium. Dalam belajar

5
cooperative, siswa dibentuk dalam kelompok – kelompok yang terdiri dari 4 atau

5 orang untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang diberikan guru.

Dalam belajar cooperative siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam

menyelesaikan tugas – tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama Jadi,

belajar cooperative mengajarkan setiap anggota kelompok memiliki tanggung

jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.

Pembelajarn cooperative bernaung dalam teori konstruktivis. Konsep dari

belajar cooperative, bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami

konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Mereka akan

bekerja dalam kelompok untuk saling memecahkan permasalahan.

Jadi pembelajaran cooperative yaitu kegiatan pembelajaran dengan cara

berkelompok untuk berkerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, dan

menyelesaikan permasalahan bersama.

2.6 Tujuan Pembelajaran Cooperative

Pembelajaran cooperative merupakan sebuah kelompok strategis

pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai

tujuan bersama. Jadi, dalam pembelajaran cooperative siswa berperan ganda yaitu

sebagai siswa maupun sebagai guru. Tujuan – tujuan pembelajaran ini mencakup

tiga jenis tujuan, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman,

dan pengembangan keterampilan sosial.

Pembelajaran cooperative mempunyai efek yang berarti terhadap

keragaman ras, budaya dan agama, strata social, kemampuan dan

ketidakmampuan ( Ibrahim, dkk, 2000 : 9 ). Pembelajaran cooperative

6
memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk

bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas – tugas bersama, dan melalui

penggunaan struktur penghargaan cooperative, belajar untuk menghargai satu

sama lain. Pembelajaran cooperative sangat tepat digunakan untuk melatihkan

keterampilan kerjasama dan kolaborasi, dan juga keterampilan tanya-jawab

(Ibrahim, dkk, 2000 : 9).

2.7 Lingkungan Belajar & Sistem Pengelolaan Pembelajaran Cooperative

Pembelajaran cooperative menjadikan siswa belajar di kelas lebih

demokratis secara langsung. Proses demokratis dan peran aktif merupakan ciri

yang khas dari lingkungan pembelajaran cooperative. Terlebih lagi apabila materi

pelajaran tersedia dengan lengkap siswa akan lebih produktif dalam memecahkan

sebuah permasalahan, oleh karena itu siswa sangat perlu diajarkan keterampilan –

keterampilan cooperative.

Ada tiga tingkatan ketrampilan dalam belajar cooperative (Rusman, 2014:

210) , yaitu keterampilan cooperative awal, cooperative tingkat menengah, dan

cooperative tingkat mahir.

a. Keterampilan cooperative tingkat awal, antara lain : berada dalam tugas,

mengambil giliran dan berbagi tugas, mendorong adanya partisipasi,

menggunakan kesepakatan.

b. Keterampilan cooperative tingkat menengah, antara lain : mendengarkan

dengan aktif, bertanya, menafsirkan, memeriksa ketepatan.

c. Keterampilan cooperative tingkat mahir, antara lain : mengolaborasi.

7
Pembelajaran cooperative memiliki ciri – ciri tertentu dibandingkan model

lainnya, antara lain; (a) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk

menuntaskan materi belajar, (b) Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai

kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, (c) Bila memungkinkan, anggota

kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam, (d)

Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.

Selain itu terdapat empat tahapan keterampilan cooperative yang harus ada

dalam model pembelajaran yaitu :

1. Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk

membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai norma.

2. Functioning (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk

mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina

hubungan kerja sama antar anggota kelompok.

3. Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk

pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan – bahan yang

dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berfikir yang lebih tinggi, dan

menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan.

4. Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk

merangsang pemahaman konsep sebelum embelajaran, konflik kognitif,

mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk

memperoleh kesimpulan.

8
Untuk mengefektifkan pembelajaran cooperative, harus ditumbuhkan pada

siswa niat dan kiat untuk bekerja sama dalam kegiatan belajar cooperative. Untuk

meningkatkan niat dan kiat kerjasama diperlukan pengelolaan kelas yang baik.

Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas model

Cooperative Learning, yaitu:

1. Pengelompokan

Pengelompokan yang heterogenitis (kemacam-ragaman) merupakan ciri – ciri

yang menonjol dalam metode pembelajaran cooperative. Kelompok

heterogenitas bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender,

latar belakang sosial ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis.

2. Semangat Gotong Royong

Agar kelompok bisa bekerjasama secara efektif, masing – masing anggota

kelompok perlu mempunyai semangat gotong royong. Niat siswa dibina

dengan beberapa kegiatan yang membuat relasi masing – masing anggota

lebih erat seperti; kesamaan kelompok, identitas kelompok, sapaan dan sorak

kelompok.

3. Penataan Ruang kelas

Dalam metode pembelajaran cooperative, siswa juga bisa belajar dari sesama

teman, guru lebih berperan sebagai fasilitator. Untuk menunjang proses

pembelajaran ruang kelas perlu ditata sedemikian rupa. Penataan ruang kelas

harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi ruang kelas dan sekolah.

Beberapa faktor yang dipertimabgkan yaitu; ukuran ruang kelas, jumlah

siswa, tingkat kedewasaan siswa, toleransi guru dan kelas terhadap

9
kegaduhan dan lalu lalang siswa, toleransi masing – masing siswa terhadap

kegaduhan dan lalu lalang siswa lain, pengalaman guru dalam melaksanakan

metode cooperative, pengalaman siswa dalam melaksanakan metode

pembelajaran cooperative.

2.8 Model Evaluasi Pembelajaran Cooperative

Dalam penilaian, siswa mendapat nilai pribadi dan nilai kelompok. Siswa

bekerjasama dengan metode gotong royong. Mereka saling membantu dalam

mempersiapkan diri untuk tes. Kemudian, masing – masing mengerjakan tes

sendiri – sendiri dan menerima nilai pribadi.

Nilai kelompok bisa dibentuk dengan beberapa cara yaitu; (1) Nilai

kelompok bisa diambil dari nilai terendah yang didapat oleh siswa dalam

kelompok, (2) Nilai kelompok bisa diambil dari rata – rata nilai yang diperoleh

semua anggota kelompok. Kelebihan dari kedua cara tersebut yaitu; (a) semangat

gotong royong, (b) kelompok bisa berusaha lebih keras untuk membentuk semua

nggota dalam mempersiapkan diri untuk tes, (c) Setiap siswa, pandai atau lamban

mempunyai kesempatan untuk memberikan konstribusi.

2.9 Langkah – langkah Pembelajaran Cooperative

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang

menggunakan pembelajaran cooperative (Rusman, 2014 : 211). Langkah –

langkanya sebagai berikut:

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1 Guru menyampaikan semua tujuan

pelajaran yang ingin dicapai pada

10
Menyampaikan tujuan dan pelajaran tersebut dan memotivasi

memotivasi siswa siswa belajar.

Guru menyajikan informasi kepada


Fase-2
siswa dengan jalan demonstrasi atau
Menyajikan informasi
lewat bahan bacaan.

Guru menjelaskan kepadaa siswa


Fase-3 bagaimana caranya memebntuk

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar dan membantu setiap

kelompok cooperative kelompok agar melakukan transisi

secara efisen

Fase-4 Guru membimbing kelompok belajar

pada saat mereka mengerjakan tugas


Membimbing kelompok bekerja dan
mereka.
belajar

Guru mengevaluasi hasil belajar


Fase-5 tentang materi yang telah dipelajari atau

Evaluasi masing – masing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya.

Guru mencari cara – cara untuk


Fase-6
menghargai baik upaya maupun hasil
Memberikan penghargaan
belajar individu dan kelompok.

11
2.7.5 Think Pair Share (TPS)

a. Pengertian Think Pair Share

Strategi Think Pair Share ( TPS ) atau berfikir, berpasangan, berbagi

adalah jenis pembelajaran cooperative yang dirancang untuk mempengaruhi pola

interaksi siswa. Siswa saling bekerja dan membantu dalam kelompok kecil ( 2 – 6

anggota ) dan lebih dirincikan oleh individual ( ibrahim, dkk : 2000)

Tink Pair Share ini berkembang dari penelitian belajar cooperative dan

waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di

Universitas Maryland pada tahun 1985. Think pair share merupakan suatu cara

yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi

bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan

kelas secara keseluruhan dan prosedur yang digunakan dalam think pair share

dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk merespon dan saling

membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa

membaca tugas atau situasi yang menjadi tanda tanya atau masalah yang akan

dipecahkan.

Think pair share digunakan untuk mengajarkan isi akademik atau untuk

mengecek pemahaman siswa terhadap isi tertentu. Guru menciptakan interaksi

yang dapat mendorong rasa ingin tahu, ingin meencobba, bersikap ,mandiri, dan

ingin maju. Guru memberi informasi, hanya informasi yang mendasar saja,

sebagaidasar pijakan bagi anak didik dalam mencari dan menemukan sendiri

informasi lainnya.

12
Untuk menggairahkan anak didik dalam menerima pelajaran dari guru,

anak didik diupayakan untuk belajar sambil bekerja dan belajar bersama daam

kelompok. Anak didik yang semangat belajar seorang diri akan semakin

bersemangat bila dilibatkan dalam kerja kelompok. Tugas yang berat dikerjakan

seorang diri akan menjadi mudah bila dikerjakan bersama dalam suatu kelompok.

Anak didik yang egois kan menyadari pentingnya kerja kelompok, sehingga anak

didik akan terbiasa menghormati pendapat orang lain. Dari belajar bersama atau

kerja kelompok anak didik yang belum mengerti dari hasil penjelasan dan diskusi

mereka dalam kelompok akan lebih mengerti dari pada mendengar penjelasan

guru.

Dalam pembelajaran think, pair, share, diharapkan siswa dapat

mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara

satu dengan yang lainnya, serta bekerja saling membutuhkan dalam kelompok

kecil. Hal ini sesuai dengan pengertian dari model pembelajaran think, pair, share

itu sendiri yaitu Think, Pair, Share adalah pembelajaran yang memberikan siswa

kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain. Dalam hal

ini, guru sangat berperan penting untuk membimbing siswa melakukan diskusi,

sehingga terciptanya suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan.

Dengan demikian jelas bahwa melalui model pembelajaran think, pair,

share, siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu

materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya.

13
Model pembelajaran cooperative tipe think pair share dilandasi oleh teori

belajar konstruktivisme. Teori kontruktivisme menyatakan bahwa siswa harus

menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek

informasi baru dengan aturan – aturan lama dan merevisinya apabila aturan –

aturan tersebut tidak sesuai. Bagi siswa agar memahami dan menerapkan

pengetahuan, mereka harus memecahkan masalah dan menemukan segala sesuatu

untuk dirinya.

Menurut teori kontruktivisme, siswa sebagai pemain dan guru sebagai

fasilitator. Guru mendorong siswa untuk mengembangkan potensi secara optimal.

Siswa belajar bukanlah menerima paket – paket konsep yang sudah dikemas oleh

guru, melainkan siswa sendiri yang mengemasnya. Bagian terpenting dalam teori

konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran, siswa yang harus aktif

mengembangkan kemampuan mereka, bukan guru atau orang lain, siswa sendiri

yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya.

b. Langkah –langkah Pembelajaran Think Pair Share

Langkah – langkah model pembelajaran cooperative tipe thik pair share

terdiri dari lima langkah dengan tiga langkah utama sehingga ciri khas yaitu think,

pair, dan share. Ciri utama pada model pembelajaran cooperative tipe Think Pair

Share adalah tiga langkah pembelajaran yaitu langkah think ( berfikir secara

individu), langkah pair ( berpasangan dengan teman sebangku), langkah share

( berbagi jawaban dengan pasangan lainnya ).

Kelima tahapan pembelajaran dalam model pembelajaran cooperative tipe

think pair share dilihat pada table berikut :

14
Kegiatan Pembelajaran
Langkah - langkah

 Guru menjelaskan aturan dan batasan waktu

tiap kegiatan memotivasi siswa terlibat pada


Tahap 1 Pendahuluan aktivitas pemecahan masalah.

 Guru menjelaskan kompetensi yang harus

dicapai oleh siswa.

 Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui

kegiatan demonstrasi.
Tahap 2 Think  Guru memberikan LKS kepada siswa.

 Siswa mengerjakan LKS tersebut secara

individu.

 Siswa dikelompokkan dengan teman

sebangkunya.
Tahap 3 Pair
 Siswa berdiskusi dengan teman pasangannya

mengenai jawaban tugas yang telah dikerjakan.

 Satu pasangan siswa dipanggil secara acak


Tahap 4 Share untuk berbgi pendapat kepada seluruh siswa

dikelas dengan dipandu oleh guru.

Tahap 5 Penghargaan  Siswa dinilai secara individual dan kelompok.

1) Tahap Pendahuluan

Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi sekaligus memotivasi

siswa agar terlibat pada aktivitas pembelajaran. Pada tahap ini guru juga

15
menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan waktu untuk setiap

kegiatan.

2) Tahap Think ( berfikir secara individu )

Pada tahap think, guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang

dikaitkan dengan pelajaran, dan siswa diminta untuk berfikir secara mandiri

mengenai masalah atau pertanyaan yang diajukan oleh guru. Pada tahapan ini,

siswa sebaiknya menuliskan jawaban mereka, karena guru tidak dapat memantau

semua jawaban siswa sehingga melalui catatan tersebut guru dapat mengetahui

jawaban yang harus diperbaiki atau diluruskan diakhir pembelajaran. Dalam

menentukan batasan waktu untuk tahap think, guru harus mempertimbangkan

pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, jenis dan

bentuk pertanyaan yang diberikan serta jadwal pembelajaran untuk setiap kali

pertemuan.

Kelebihan dari tahap ini adalah adanya “Think Time” atau waktu berfikir

yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir mengenai jawaban

mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa lain. Selain itu,

guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang mengobrol saat jam

pelajaran, karena tiap siswa memiliki tugas untuk dikerjakan sendiri.

3) Tahap Pair ( berpasangan dengan teman sebangku )

Langkah kedua adalah guru meminta para siswa untuk berpasangan dan

mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini

dapat menghasilkkan jawaban bersama biasanya guru mengizinkan tidak lebih

dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan. Setiap pasangan siswa saling berdiskusi

16
mengenai hasil jawaban mereka sebelumnya sehingga hasil akhir yang didapat

menjadi lebih baik, karena siswa mendapat tambahan informasi dan pemecahan

masalah yang lain. Tahap pair memiiki kelebihan dan kekurangan, kelebihannya

yaitu; (1) Meningkatkan partisipasi akan cocok untuk tugas sederhana, (2)

Memiliki lebih banyak kontribusi masing – masing anggota kelompok, (3)

Interaksi lebih mudah, (4) Lebih mudah dan cepat membentuknya.

Kekurangannya antar lain; (1) Banyak kelompok yang melapor dan perlu

dimonitor, (2) Lebih sedikit ide yang muncul, (3) Jika ada perselisihan, tidak ada

penengah.

4) Tahap Share ( berbagi jawaban dengan pasangan lainnya )

Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan – pasangan tersebut untuk

berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan lain atau dengan seluruh kelas.

Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling dari pasangan satu ke

pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separuh dari pasangan – pasangan

tersebut memperoleh kesempatan untuk bertanya kepada guru. Langkah ini

merupakan penyempurnaan dari langkah – langkah sebelumnya, dalam arti bahwa

langkah ini menolong agar semua kelompok menjadi lebih memahami mengenai

pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan kelompok lain. Hal ini

juga agar siswa benar – benar mengerti ketika guru memberikan moreksi maupun

penguat di akhir pembelajaran.

5) Tahap Penghargaan

Siswa mendapatkan penghargaan berupa nilai baik secara individual

maupun kelompok. Nilai individu berdasarkan hasil jawaban pada tahap think,

sedangkan nilai kelompok berdasarkan pada tahap pair dan tahap share.

17
c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Cooperatif Think Pair Share

Think pair share dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat

suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain, serta saling

menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum ditampilkkan didepan kelas,

dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk

berpartisipasi dalam kelas. Think pair share sebagai salah satu metode

pembelajaran cooperative yang terdiri dari tiga tahapan yaitu ; (1) thinking, (2)

Pairing, dan (3) Sharing. Guru tidak lagi sebagai satu – satunya sumber

pembelajaran (teacher oriented), tetapi justru siswa dituntut untuk dapat

menemukan dan memahami konsep – konsep baru ( student oriented).

Beberapa manfaat think pair share yaitu;(1) Para siswa menggunakan

waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan mendengarkan satu

sama lain, ketika mereka terlibat dalam kegiatan think, pair, share, lebih banyak

siswa yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam

pasangannya, (2) Para guru mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berfikir

ketika menggunakan think, pair, share. Siswa dapat berkonsentrasi mendengarkan

jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaan kritis.

Teknik belajar mengajar think, pair, share mempunyai beberapa

keuntungan yaitu; (1) Mudah dilaksanakan dalam kelas yang besar, (2)

Memberikan waktu kepada siswa untuk merefleksikan isi materi pelajaran, (3)

Memberikan waktu kepada siswa untuk melatih mengeluarkan pendapat sebelum

berbagi dengan kelompok kecil/kelas secara keseluruhan.

18
Selain itu keunggulan think, pair, share mampu mengoptamalisasi

partisipasi siswa meningkatkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya

untuk seluruh kelas, tipe think, pair, share ini member kesempatan sedikitnya

delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan

partisipasi mereka kepada orang lain.

Ada beberapa kelebihan dari metode pembelajaran think, pair, share yaitu:

a) Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan –

pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung

memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh

kesempatan untuk menukarkan materi yang diajarkan.

b) Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan

pemikiran dengan temanyya untuk mendapatkan kesempatan dalam

memecahkan masalah.

c) Siswa lebih aktif dalam pembelajaran, karena menyelesaikan tugasnya dalam

kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.

d) Siswa memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya

dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.

e) Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses

pembelajaran.

f) Siswa secara individu dapat mengembangkan pemikirannya masing – masing

karena adanya waktu berfikir ( think time) sehingga kualitas jawaban siswa

dapat meningkat.

Kelebihan metode pembelajaran think, pair, share menurut Ibrahim,dkk

(2000: 6) yaitu :

19
a) Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode

pembelajaran think, pair, share menuntut siswa menggunakan waktunya

untuk mengerjakan tugas – tugasatau permasalahan yang diberikan oleh guru

di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi

dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.

b) Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap

pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses

pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada

setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa

tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan mempengaruhi hasil belajar

mereka.

c) Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran think, pair, share

diharapkan dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil

belajar siswa dapat lebih baik dari pada pembelajaran dengan model

konvensional.

d) Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kecenderungan siswa

merasa malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang

disampaikan guru dan menjawab semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan

melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar, metode

pembelajaran think, pair, share akan lebihh menarik dan tidak monoton

dibandingkan metode konvensional.

e) Penerimaan terhadap individual lebih besar. Dalam model pembelajaran

konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang

benar – benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang disampaikan oleh

20
guru sedangkan siswa lain hanyalah “pendengar” materi yang disampaikan

oleh guru. Dengan pembelajaran think, pair, share hal ini dapat diminimalisir

sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh

guru.

f) Hasil belajar lebih medalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang

diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran think, pair, share perkembangan

hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir

pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.

g) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerja sama

yang diterapkan dalam model pembelajaran think, pair, share memuntut

siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk

dapat belajar berempat, menerima pendapat orang lain atau mengakui secara

sportif jika pendapatnya tidak diterima.

Selain banyak keunggulan maupun keuntungan terdapat pula hambatan

yang ditemukan selama proses pembelajaran metode cooperative think, pair,

share yaitu :

a) Segi siswa, yakni siswa – siswi yang pasif dengan metode ini, mereka akan

ramai dan mengganggu teman – temannya. Misalnya tahap pair , siswa yang

seharusnya menyelesaikan soal dengan berdiskusi bersama pasangan satu

bangku dengannya, tetapi msih suka memanfaatkan kegiatan ini untuk

berbicara diluar materi pelajaran, siswa tersebut menggantungkan pada

pasangan dan kurang berperan aktif dalam menemukan penyelesaian serta

menanyakan jawaban dari soal tersebut pada pasangan yang lain.

21
b) Jumlah siswa di kelas juga berpengaruh terhadap pelaksanaan metode think,

pair, share ini. Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan

kelompok. Akibatnya terdapat kelompok yang beranggotakan lebih dari dua

siswa. Hal ini akan memperlambat proses diskusi terhadap tahap pair, karena

pasangan lain telah menyelesaikan sementara satu siswa tidak mempunyai

pasangan.

c) Dari segi waktu kelemahan ini terjadi pada tahap think adalah ketidaksesuaian

antara waktu yang direncanakan dengan pelaksnaannya. Hal ini dikarenakan

siswa yang suka mengulur – ulur waktu dengan alasan pekerjaan belum

diselesaikan. Hal ini berdampak pada hasil belajar ranah kognitif yaitu siswa

kurang menunjukkan kemampuan yang sesungguhnya.

Selain itu metode pembelajaran think, pair, share memiliki kelemahan

yaitu :

1) Metode pembelajaran think, pair, share belum banyak diterapkan disekolah –

sekolah.

2) Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata – rata kemampuan siswanya

rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk

banyak.

3) Sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru ketika pembelajaran

berlangsung, guru melakukan intervensi secara maksimal.

4) Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai

dengan taraf berfikir anak dan,

22
5) Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengar ceramah

digantikan dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok,

hal ini merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

6) Sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling

menggangu antar siswa.

2.4. Pengertian Hasil belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut

Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar

mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan,

(3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia

menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan

pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

2.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari

dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari

pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan

kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981 : 21)

menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh 

kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor

23
dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas

pembelajaran (Sudjana, 2002 : 39).

"Belajar  adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan

lingkungannya" (Ali Muhammad, 204 : 14). Perubahan perilaku dalam proses

belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya

berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila

terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam

diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran.

Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru.

Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap

(afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).

Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua

faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor

dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah

sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau pikiran yang

mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan

kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak

pada diri individu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan

kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak

pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

24
25

Anda mungkin juga menyukai