Anda di halaman 1dari 11

PERTEMUAN KE VII

FUNGSI DAN MODEL PERAN WIRAUSAHA

1.1. Model Peran Wirausaha


Roopke, 1995, mengelompokkan ke wirausahaan berdasarkan perannya, yaitu :
1. Kewirausahaan rutin
Wirausaha yang dalam melakukan kegiatan sehari- harinya cenderung menekankan pada
pemecahan masalah dan perbaikan standar prestasi tradisional. Menghasilkan barang, pasar,
dan teknologi. Dibayar dalam bentuk gaji

2. Kewirausahaan arbitrase
Wirausaha yang selalu mencari peluang melalui kegiatan penemuan (pengetahuan) dan
pemanfaatan (pembukaan). Kegiatan ini tidak perlu melibatkan pembuatan barang dan tidak
perlu menyerap dana pribadi

3. Wirausaha inovatif
Wirausaha yang menghasilkan ide- ide dan kreasi baru yang berbeda.
Pengelompokkan kewirausahaan berdasarkan intensitas pekerjaan dan status (Zimerer, 1996):
1. Part time Entreprenuer
Wirausaha yang melakukan usahanya hanya sebagian waktu saja dan mengerjakannya sebagai
hobi
2. Home-base New Ventures
Usaha yang dirintis dari rumah/tempat tinggalnya
3. Family Own Business
Usaha yang dilakukan/dimiliki oleh beberapa anggota keluarga secara turun-temurun
4. Copreneurs
Usaha yang dijalankan oleh dua orang wirausaha yang bekerja sama sebagai pemilik dan
menjalankan usahanya bersama-sama
1.2. Fungsi Makro dan Mikro Usaha
a. Fungsi Makro
Wirausaha berperan sebagai penggerak, pengendali, dan pemacu perekonomian suatu bangsa.
Hasil- hasil dari penemuan ilmiah, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, dan kreasi-
kreasi baru dalam produk barang dan jasa-jasa yang berskala global, hal ini merupakan proses
dinamis wirausaha yang kreatif. Bahkan wirausahalah yang berhasil menciptakan lapangan
kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

J.B Say berpendapat bahwa wirausahawan adalah orang yang menggeser sumber-sumber
ekonomi dari produktivitas terendah menjadi produktivitas tertinggi, menurutnya
wirausahawanlah yang menghasilkan perubahan. Perubahan itu tidak dilakukan dengan
mengerjakan sesuatu yang lebih baik tetapi dengan melakukan sesuatu yang berbeda

Secara kualitatif fungsi makro ini diperankan oleh usaha kecil. Berikut adalah peranannya
dalam perekonomian nasional:
1. Usaha kecil memperkokoh perekonomian nasional yang berperan sebagai fungsi pemasok,
fungsi produksi, fungsi penyalur, dan pemasar bagi hasil produk-produk industri besar
2. Usaha kecil dapat meningkatkan efisiensi ekonomi khususnya dalam menyerap sumber
daya yang ada
3. Usaha kecil yang dipandang sebagai sarana pendistribusian pendapatan nasional, alat
pemerataan dalam berusaha dan pemerataan dalam pendapatan

b. Fungsi Mikro
Peran wirausaha adalah penanggung resiko dan ketidakpastian, mengkombinasikan sumber-
sumber ke dalam cara yang baru dan berbeda untuk menciptakan nilai tambah dan usaha-usaha
baru.
Menurut Marzuki Usman (1997), secara umum wirausaha adalah menciptakan nilai barang dan
jasa dipasar melalui proses pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara baru yang berbeda
untuk dapat bersaing. Nilai tambah tersebut diciptakan melalui:
 Pengembangan teknologi baru
 Penemuan pengetahuan baru
 Perbaikan produk dan jasa yang ada
 Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menyediakan barang dan jasa dengan jumlah
yang lebih banyak dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit

Selain entreprenuer, istilah lain yang juga dikenal adalah konsep intraprenuer dan
benchmarking:
 Intraprenuer, ialah wirausaha yang menggunakan temuan orang lain pada unit usahanya.
Fungsinya adalah imitating technology dan duplicating product
 Benchmarking adalah meniru dan mengembangkan produk baru melalui perkembangan
teknologi

Selama ini orang lebih sering membicarakan dan mengadakan pelatihan seputar Entrepreneur.
Pelatihan entrepreneur juga lebih berorientasi personal, mendorong seseorang untuk mulai
berani mengambil resiko usaha mandiri, karena memang secara terminologi entrepreneur
bermakna demikian:
a person who sets up a business or businesses, taking on greater than
normal financial risks in order to do so.
Ada satu hal yang sebenarnya jauh lebih kuat dan efektif jika dipupuk terus- menerus dalam
sebuah organisasi, entah itu organisasi laba maupun nirlaba, yakni Budaya Intrapreneurial.

Hermawan Kartajaya menjelaskan tentang Intrapreneurial Culture ini sebagai berikut :


Organisasi yang dibangun harus bisa menciptakan iklim yang memungkinkan tumbuh
suburnya internal entrepreneur (intrapreneur). Di dalam organisasi semacam ini, manajemen
harus mendorong dan mengembangkan inisiatif individu, intuitive thinking, take risk
mentality, dan ide-ide orisinil yang kontroversial. Orang-orang di dalam organisasi harus juga
selalu berpikir untuk merealisasikan setiap ide yang muncul mencapai tahap komersialisasi.
Jadi perbedaan mendasar Entrepreneur dan Intrapreneur adalah dari sisi “kelompok” (team).
Karena pengertian organisasi sangatlah luas, maka intrapreneur sesungguhnya bisa
dikembangkan secara fleksibel di berbagai tingkatan, mulai dari keluarga, RT, hingga
perusahaan besar. Walaupun dilakukan ”berkelompok”, bukan berarti intrapreneur lebih
mudah daripada ”wirausaha mandiri”. Perpaduan antara kepemimpinan (leadership) dan
manajemen akan menentukan keberhasilan organisasi dalam mewujudkan hal ini.

Untuk menuju sebuah organisasi intrapreneur yang mapan, harus ada pula budaya
pembelajaran di organisasi yang dikembangkan bersama-sama pemimpin dan pasukannya.
Sehingga langkah pertama membangun sebuah organisasi intrapreneur dapat disimpulkan
kemudian adalah membentuk terlebih dahulu sebuah “learning organization”.Dalam sebuah
learning organization, amanah terbesar di setiap personalnya adalah mengembangkan
kemampuan masing- masing di bidang yang telah diberikan dalam bentuk job description di
struktur organisasi. Pemilihan orang yang tepat di posisi yang tepat pada saat awal
pembentukan organisasi juga diperlukan, tidak asal menempatkan orang sesukanya di posisi-
posisi strategis. Tidak hanya orang yang tepat, tapi juga orang yang memiliki semangat
pengembangan diri (self development). Jika alur ini dari awal diperhatikan dengan baik, maka
budaya intrapreneur akan terbentuk dengan sendirinya di organisasi tersebut.

Wirausaha adalah perintis dan pengembang perusahaan yang berani mengambil resiko dalam
menghadapi ketidakpastian dengan cara mengelola sumber daya manusia, material, dan
keuangan untuk mencapai tingkat keberhasilan tertentu yang diinginkan. Salah satu kunci
keberhasilan adalah memiliki tujuan dan visi untuk mencapainya (Steinhoff dan Burges,
1993).

1.3. Tantangan Ke wirausahaan dalam Konteks Global

Negara- negara yang unggul dalam sumber dayanya akan memenangkan persaingan, sebaliknya
negara-negara yang tidak memiliki keunggulan bersaing dalam sumber daya akan kalah dalam
persaingan. Negara-negara yang memiliki keunggulan bersaing adalah negara-negara yang
mampu memberdayakan sumber daya manusianya secara nyata.

Demikian juga pertumbuhan penduduk dunia yang semakin cepat disertai persaingan yang
tinggi akan menimbulkan berbagai angkatan kerja yang kompetitif dan akan menimbulkan
pengangguran bagi sumber daya manusia yang tidak memiliki keunggulan daya saing yang
kuat.

Dalam konteks persaingan global, yang semakin terbuka seperti saat ini, banyak tantangan
yang harus dihadapi. Setiap negara harus bersaing, dengan menonjolkan keunggulan
sumber daya masing-‐masing. Negara-‐negara yang unggul dalam sumber dayanya, maka
akan memenangkan persaingan. Sebaliknya, negara-‐negara yang tidak memiliki
keunggulan bersaing, maka akan kalah dalam persaingan dan tidak akan mencapai banyak
kemajuan.

Negara-‐negara yang memiliki keunggulan bersaing adalah negara-‐ negara, yang dapat
memberdayakan sumber daya ekonomi dan sumber daya manusianya secara nyata.
Sumber-‐sumber ekonomi dapat diberdayakan, apabila manusia memiliki keterampilan
kreatif dan inovatif. Di Indonesia, sumber daya manusia benar-‐benar menghadapi
tantangan dan persaingan yang kompleks. Tantangan tersebut, terlihat seperti pada Gambar
berikut ini :
Tantangan persaingan global, pertumbuhan penduduk, pengang-guran, tanggung jawab
sosial, keanekaragaman ketenaga kerjaan, etika, kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan
dan gaya hidup, serta kecende-‐ rungannya merupakan tantangan yang saling terkait. Dalam
persaingan global, semua sumber daya antar negara, akan bergerak bebas melewati batas-‐batas
yang ada. Hanya sumber daya yang memiliki keunggulanlah yang dapat bertahan dalam
persaingan. Demikian juga, dengan pertum-‐ buhan penduduk dunia yang cepat, disertai
dengan persaingan yang tinggi, akan menimbulkan berbagai angkatan kerja yang kompetitif
dan pengangguran bagi sumber daya manusia yang tidak memiliki keunggulan dan daya saing
yang kuat.

Gambar 7 diatas memperlihatkan ada delapan tantangan sumberdaya kewirausahaan dalam


konteks global yaitu
1. Tantangan Persaingan Global
Sumberdaya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam persaingan global, yakni
bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing
tinggi dalam persaingan global yang selama ini kita abaikan.

2. Tantangan Penganguran
Pengangguran merupakan masalah yang tiada ujungnya dan menjadi salah satu masalah
mendasar dalam bangunan perekonomian. Oleh karenanya, kewirausahaan merupakan alternatif
agar lulusan yang dihasilkan perguruan tinggi dapat memberdayakan kemampuannya dengan
membangun lahan usahanya sendiri.

3. Tantangan Tanggung jawab Sosial


Wirausaha yang unggul merasa bertanggungjawab secara pribadi atas hasil usaha yang dia
lakukan. Mereka lebih dapat mengendalikan sumberdaya sumberdaya yang dimiliki dan
menggunakan sumberdaya tersebut untuk mencapai cita-cita.

4. Tantangan Kemajuan Teknologi


Jiwa kewirausahaan yang berbasis teknologi atau biasa disebut technopreneurship merupakan
satu alternatif mutakhir untuk menjawab tantangan itu. Proses pengembangan unit usaha dan
produksi dengan memanfaatkan teknologi dapat melipatgandakan hasil sekaligus performa dari
unit usaha tersebut.
5. Tantangan Gaya hidup dan kecenderungannya
Para wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai
kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang di butuhkan
guna mengambil keuntungan dari padanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan
sukses.Para wirausaha adalah individu-individu yang berorientasi kepada tindakan, dan
bermotivasi tinggi yang mengambil resiko dalam mengejar tujuannya.

6. Tantangan Etika
Etika ialah suatu studi mengenai yang benar dan yang salah dan pilihan moral yang dilakukan
seseorang. Keputusan etika ialah suatu hal yang benar mengenai perilaku standar. Etika bisnis
mencakup hubungan antara perusahaan dengan orang yang menginvestasi uangnya dalam
perusahaan, dengan konsumen, pegawai kreditur, saingan dan sebagainya.

7. Tantangan Keanekaragaman Angkatan Kerja


Secara umum dan singkat keaneka ragaman angkatan kerja memilik berbagai tipe kepribadian,
dan ini menjadi sesuatu yang harus dicermati agar bisa menjadi padu dalam suatu tim kerja atau
organisasi

8. Tantangan Pertumbuhan Penduduk


Pertumbuhan penduduk dapat menimbulkan dampak yang sangat luas, apalagi jika pertumbuhan
penduduk yang terjadi di indonesia, yang cenderung berdampak negatif , hal ini di sebabkan
karena pertumbuhan penduduk yang terjadi tidak di imbangi oleh saran dan prasaran yang
memadai, banyak sekali dampak negatif yang dapat di timbulkan

Untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut, tentunya diperlukan sumber daya berkualitas,
yang dapat menciptakan berbagai keunggulan, baik keunggulan komparatif maupun
keunggulan kompetitif, diantaranya melalui proses kreatif dan inovatif berwirausaha.

Wirausaha adalah orang yang menciptakan kesejahteraan untuk orang lain dengan menemukan
cara-cara baru untuk menggunakan sumber daya mengurangi pemborosan dan membuka
lapangan kerja yang disenangi masyarakat. Dan wirausaha yang unggul merasa
bertanggungjawab secara pribadi atas hasil usaha yang dia lakukan.
Adapun kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai pengambilan risiko untuk menjalankan
usaha sendiri dengan memanfaatkan peluang-peluang untuk menciptakan usaha baru atau
dengan pendekatan yang inovatif sehingga usaha yang dikelola berkembang menjadi besar dan
mandiri dalam menghadapi tantangan-tantangan persaingan.

Wirausaha yang mampu menciptakan keunggulan bersaing, melalui kemampuannya


menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dalam menghadapi berbagai tantangan tersebut,
tentunya diperlukan sumber daya berkualitas, yang dapat menciptakan berbagai keunggulan,
baik keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif, diantaranya melalui proses
kreatif dan inovatif berwirausaha. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi, hanya dapat
ditentukan oleh sistem pendidikan, yang menghasilkan sumber daya yang kreatif dan inovatif.

Era globalisasi, setiap negara dapat saling berinteraksi, baik untuk kerja sama dalam mencapai
tujuan tertentu maupun saling berkompetisi satu sama lain. Kompetisi global menuntut kita
untuk memiliki kemandirian. Oleh karena itu, dibutuhkan peran pendidikan tinggi dalam
rangka meningkatkan daya saing bangsa agar mampu menjadi yang terdepan pada setiap
kesempatan.

“Untuk mencapai (kemandirian), kita harus memiliki daya saing yang tinggi dan mampu
memenangkan akses terhadap berbagai peluang yang tercipta dari globalisasi. Dalam hal ini,
lembaga pendidikan tinggi memiliki peranan yang sangat signifikan,” tegas Wakil Presiden
(Wapres) K.H. Ma’ruf Amin (2022).

“Pendidikan tinggi memiliki peranan yang krusial bagi kemakmuran masyarakat dan bangsa,
karena pendidikan tinggi adalah faktor penentu pertumbuhan ekonomi jangka panjang,
kemajuan teknologi, dan peningkatan keahlian praktis,”

Terkait dengan kemajuan teknologi, revolusi digital telah mengubah seluruh sektor kehidupan,


diantaranya pelayanan publik, perbankan, kesehatan, dan transportasi. Perguruan tinggi harus
dapat beradaptasi dan menciptakan berbagai inovasi untuk mempercepat pembangunan
ekonomi. Oleh karena itu Universitas harus mampu menjadi lokomotif inovasi, sebagai
katalisator pembangunan ekonomi di masa depan, serta bertindak sebagai akselerator dalam
terciptanya penemuan-penemuan baru yang melibatkan berbagai disiplin keilmuan.

Selanjutnya untuk dapat bersaing di pasar global, sangat diperlukan barang dan jasa yang
berdaya saing tinggi, yaitu barang dan jasa yang memiliki keunggulan-‐keunggulan tertentu.
Untuk menghasilkan barang dan jasa yang berdaya saing tinggi, maka diperlukan tingkat
efisiensi yang tinggi. Tingkat efisiensi yang tinggi, ditentukan oleh kualitas sumber daya
manusia yang tinggi, yaitu sumber daya manusia yang profesional dan terampil, sehingga
dapat menciptakan nilai tambah baru dan mampu menjawab tantangan baru.

Kualitas sumber daya manusia yang tinggi tersebut, hanya dapat ditentukan oleh sistem
pendidikan, yang menghasilkan sumber daya yang kreatif dan inovatif. Sumber daya kreatif
dan inovatif, hanya terdapat dalam wirausaha. Oleh karena itu, wirausahalah yang mampu
menciptakan keunggulan bersaing, melalui kemampuannya menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda.

C. LATIHAN SOAL DAN DISKUSI

Saudara diminta untuk menjelaskan dari siklus dalam pengembangan sumber daya di perusahaan
saudara bekerja, dan implikasikan kedalam kewirausahaan, selamat berdiskusi?
D. DAFTAR PUSTAKA

Abrams, Rhonda. 2008. Business Plan In A Day. Cara Jitu Membuat Rencana Bisnis. Jakarta :
Penerbit Kanisius.
Alma, Buchari. 2011. Kewirausahaan. Edisi Revisi. Cetakan Ketujuhbelas.
Bandung : Alfabeta.
Dun Steinhoff, John F. Burgess. 1993. Small Business Management Fundamentals 6th ed. New
York : McGraw hill Inc
Dun & Broadstreet dan Business Credit, Inc. 1989. The Challenges of Managing a Small Business.
Small Business Department. Winconsin : Murray Hill
…………1993. The Strategic Plan and Business Plan. New York : Prentice Hall
Ebert J. Ronald dan Ricky Griffin. 2000. Business Essentials. New Jersey :
Prentice Hall, IEbert, R.J. dan Griffin, R.W. 2011. Business Essentials. New Jersey : Pearson
Education, Inc.
Forum Human Capital Indonesia. 2007. Excellent People. Excellent Business. Pemikiran Strategik
Mengenai Human Capital Indonesia. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
Franz Magnis-‐Suseno. 1987. Etika Dasar : Masalah-‐masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta :
Kanisius
Kementerian Perindustrian. 2010. Panduan Pelaksanaan Kemitraan Industri Kecil dan Menengah
dengan Usaha Besar. Jakarta : Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian
Perindustrian.
Kuriloff, Arthur H, dkk. 1993. Starting and Managing the Small Business 3rd ed. New York :
McGraw Hill
Levinson, J.C. dan Lautenslager, Al. 2006. Guerrilla Marketing in 30 Days.
Penerjemah : Dwi Prabantini. Yogyakarta : Andi.
Nugroho, Riant. 2009. Memahami Latar Belakang Pemikiran Entrepreneurship Ciputra. Jakarta :
PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
Rangkuti, Freddy. 2006. Business Plan. Teknik Membuat Perencanaan Bisnis dan Analisis Kasus.
Cetakan Ketujuh. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Scarborough, Norman M, Thomas W. Zimmerer. 1993. Effective Small Business Management 4th
ed. New York : Mac-‐Millan Publishing Company
Saiman, Leonardus. 2009. Kewirausahaan. Teori, Praktik dan Kasus-‐kasus.
Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Sarosa, Pietra. 2004. Langkah Awal Menjadi Entrepreneur Sukses. Cetakan Keempat. Jakarta : PT.
Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
Sugiyanto, . And Luh Nadi, . And I Ketut Wenten, . (2020) Studi Kelayakan Bisnis. Yayasan
Pendidikan Dan Sosial Indonesia Maju (Ypsim), Serang. Isbn 978-623-7815563
Sugiyanto, . And Anggun Putri Romadhina, . (2020) Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro Dan
Makro. Yayasan Pendidikan Dan Sosial Indonesia Maju (Ypsim), Banten. Isbn 978-623-
92764-4-7
Sugiyanto, . (2020) Manajemen Pemasaran : Inspiring The Salesmanship. Yayasan Pendidikan Dan
Sosial Indonesia Maju (Ypsim), Banten. Isbn 9786237815853

Anda mungkin juga menyukai