Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Stroke didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana ditemukan tanda-tanda klinis yang
berkembang cepat berupa defisit neurologik fokal dan global, yang dapat memberat dan
berlangsung lama selama 24 jam atau lebih dan atau dapat menyebabkan kematian, tanpa
adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular.1 Prevalensi stroke diketahui terus meningkat
tiap tahunnya. Menurut data World Stroke Organization (WSO) 2022, dari 100.000 penduduk
terdapat 150 orang yang menderita stroke.2 Di Indonesia sendiri, prevalensi stroke juga
meningkat dari 7% pada tahun 2013 menjadi 10.7% pada tahun 2018.3 Stroke iskemik
merupakan salah satu klasifikasi stroke yang paling umum, mencakup 71% dari semua tipe
stroke secara global.4 Faktor resiko stroke iskemik meliputi faktor yang bisa dimodifikasi
maupun yang tidak. Dari sekian banyak faktor resiko yang bisa dimodifikasi, fibrilasi atrial
merupakan salah satu yang terpenting. Fibrilasi atrial terbukti meningkatkan kemungkinan
resiko mengalami stroke iskemik sebesar 4-5 kali.5

Fibrilasi atrial merupakan suatu gangguan irama jantung yang cukup sering ditemui,
disebabkan oleh adanya aktivitas abnormal dari sistem kelistrikan jantung yang menyebabkan
atrium jantung mengalami fibrilasi. Gejala utama dari fibrilasi atrial adalah peningkatan
denyut jantung atau dikenal sebagai takiaritmia6. Prevalensi kasus fibrilasi atrial di dunia
adalah 1% dan meningkat hingga 9% pada usia diatas 75 tahun 7. Fibrilasi atrial merupakan
penyebab utama dari stroke iskemik. Akibat adanya irama jantung yang ireguler, fibrilasi
atrial sangat berisiko terjadi pembentukan bekuan darah atau trombus, yang dapat
menyumbat pembuluh darah dan menyebabkan terjadinya stroke iskemik8.

Hubungan antara keduanya sudah banyak diteliti oleh studi diluar negeri, dengan luaran
yang lebih buruk pada pasien stroke iskemik yang memiliki fibrilasi atrial. Prevalensi fibrilasi
atrial pada stroke iskemik pun telah lama menjadi perdebatan. Hal ini dikarenakan metode
masing-masing studi yang berbeda, serta perbedaan pola hidup dan epidemiologi dari
bermacam-macam negara, sehingga persentase angka yang selama ini tertera dinilai belum
dapat digeneralisir untuk populasi umum. Penelitian yang dilakukan di India menunjukan
sebanyak 25% stroke iskemik mengalami fibrilasi atrial, lebih umum pada usia diatas 60
tahun dan wanita dengan pembesaran atrium jantung9. Sebanyak 28% pasien penderita stroke
iskemik di Spanyol memiliki riwayat fibrilasi atrial sebagai diagnosis sekunder 10. Studi lain
yang dilakukan di Mesir menunjukan sebanyak 44% pasien yang dirawat dengan stroke
iskemik menunjukan gambaran fibrilasi atrial pada pemeriksaan elektrokardiografi dan
sebanyak 26% dari pasien tersebut belum pernah terdiagnosis dengan fibrilasi atrial
sebelumnya11.

Meskipun begitu, data prevalensi fibrilasi atrial pada pasien stroke iskemik di dalam
negeri masih sangat terbatas. Di Indonesia saat ini belum banyak peneliti yang mencoba
mencari prevalensi fibrilasi atrial pada stroke iskemik. Satu studi yang dilakukan di Indonesia
menemukan bahwa pasien stroke dengan fibrilasi atrial membutuhkan perawatan yang lebih
lama, memiliki derajat disabilitas yang lebih tinggi dan secara umum terkait dengan luaran
yang lebih buruk, jika dibandingkan dengan pasien stroke tanpa fibrilasi atrial.12

Masih terbatasnya studi terkait di Indonesia, mendorong untuk dilakukannya studi ini
yang bertujuan untuk mengetahui prevalensi fibrilasi atrial pada pasien dengan stroke
iskemik, serta faktor-faktor risiko apa yang membuat pasien fibrilasi atrial lebih rentan
mengalami stroke iskemik.

II. Rumusan Masalah

Dari situasi dan pemaparan masalah tersebut, maka dirumuskan pertanyaan penelitian
sebagai berikut:

1. Berapakah prevalensi fibrilasi atrial pada pasien stroke iskemik di Kalimantan


Barat?
2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi munculnya stroke iskemik pada pasien
dengan dan tanpa fibrilasi atrial di Kalimantan Barat?
3. Berapakah prevalensi pasien stroke iskemik dengan fibrilasi atrial yang
mendapatkan pengobatan antikoagulan?
4. Bagaimanakah respon terapi antikoagulan pada pasien stroke iskemik dengan
fibrilasi atrial?
5. Apakah terdapat perbedaan luaran pada pasien stroke iskemik dengan dan tanpa
fibrilasi atrial?
III. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Mengetahui prevalensi serta faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya fibrilasi atrial
pada pasien stroke iskemik di Kalimantan Barat, mengetahui prevalensi pasien fibrilasi
atrial yang mendapatkan pengobatan antikoagulan, dan mengetahui perbedaan luaran
pasien stroke iskemik dengan dan tanpa fibrilasi atrial, serta mengetahui karakteristik
data penunjang lain.

1.3.2 Tujuan Khusus (sesuaikan dengan rumusan)


1. Mengetahui jumlah prevalensi fibrilasi atrial pada pasien stroke iskemik di
Kalimantan Barat
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya stroke iskemik pada
pasien dengan dan tanpa fibrilasi atrial di Kalimantan Barat
3. Mengetahui prevalensi pasien stroke iskemik dengan fibrilasi atrial yang
mendapatkan pengobatan antikoagulan di Kalimantan Barat
4. Mengetahui respon terapi antikoagulan pada pasien stroke iskemik dengan
fibrilasi atrial di Kalimantan Barat
5. Mengetahui perbedaan luaran pada pasien stroke iskemik dengan dan tanpa
fibrilasi atrial di Kalimantan Barat

IV. Manfaat Penelitian

IV.1.1 Manfaat bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan


1. Mengevaluasi angka kejadian fibrilasi atrial pada pasien stroke iskemik di
Kalimantan Barat.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya stroke iskemik pada
pasien fibrilasi atrial di Kalimantan Barat
3. Mengetahui perbedaan luaran pada pasien stroke iskemik dengan dan tanpa
fibrilasi atrial.
IV.1.2 Manfaat Terapan
1. Sebagai dasar untuk meningkatkan skrining dan tatalaksana komorbiditas
fibrilasi atrial pada pasien stroke iskemik di Kalimantan Barat
IV.1.3 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan kajian pustaka peneliti lain yang ingin melakukan penelitian
dalam bidang serupa.

Anda mungkin juga menyukai