Anda di halaman 1dari 1

Etika Menurut Ronggowarsito

Leonardo Hendra Bernanda, S.Fil

Sebuah kehidupan manusia tidak dapat jauh dari etika, bahkan etika merupakan sesuatu hal yang
berada dalam kehidupan manusia. Terdapat banyak pemikiran tentang etika manusia, salah satunya
adalah pemikiran Ronggowarsito. Ronggowarsito adalah seorang pujangga Kerajaan Surakarta yang
cerdas dan memiliki pemikiran yang cemerlang. Dalam kehidupannya, Ronggowarsito dikenal juga
sebagai Raden Bagus Burhan.1 Pada masa kecilnya, Ronggowarsito merupakan pribadi yang nakal
karena ia senang sekali berjudi. Namun, karena kenakalannya itu merugikan dirinya sendiri, akhirnya
ia bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Ia melakukan tirakat selama 40 hari dan hasilnya
merubah Ronggowarsito menjadi seseorang yang sangat luar biasa. Bahkan, ia mampu melihat masa
depan dan menuliskannya dalam bentuk sastra dan karya-karya yang lain.
Salah satu pemikiran Ronggowarsito adalah tentang etika manusia. Ronggowarsito berpendapat
bahwa etika manusia merupakan cerminan dari Allah. Dalam salah satu karya Ronggowarsito yaitu
serat Wirid Hidayat Jati tertulis demikian, “Sebagai bentuk ajaran union-mistik (faham mistik yang
mengajarkan kesatuan antara manusia dan Tuhan), uraian tentang Tuhan tak dapat dipisahkan
dengan uraian manusia.”2 Hal tersebut juga menekankan bahwa manusia merupakan tempat di mana
Allah hidup dan manusia tidak bisa jauh dari Allah karena Allah merupakan “zat mutlak” dalam
kehidupan manusia. Inti dari ajaran Ronggowarsito dalam Wirid Hidayat Jati adalah gabungan
antara ajaran mistik islam tentang martabat tujuh dengan ajaran gaib Dewaruci. Salah satu hal yang
khas dari ajaran Ronggowarsito adalah adanya sinkretisme dengan kebudayaan setempat, sehingga
dalam ajaran tersebut membuahkan dua wejangan dari Ronggowarsito, yaitu:3
1. Wejangan Pertama: Segala sesuatu merupakan berasal dari Allah atau Citra Allah dan Allah
adalah Mahakuasa. Segala aspek kehidupan manusia merupakan berasal dari Allah, entah itu
sebelum, sekarang, maupun dalam kehidupan selanjutnya.
2. Wejangan yang kedua: Segala sesuatu tentang manusia merupakan berasal dari Allah, entah
itu secara qodrat dan iradat.4 Di mana hal tersebut di wujudkan dalam bentuk Martabat
Tujuh.
Manusia merupakan ciptaan Allah, di mana manusia memiliki atau dianugerahi akal budi dan
perasaan untuk menjalani hidup di dunia ini. Dalam pemikiran Ronggowarsito menjadi sebuah
pengingat atau menjadi sebuah kesadaran bahwa manusia tidak dapat jauh dari Sang Pencipta. Oleh
karenanya, sebagai umat manusia, kita harus selalu mengarahkan diri kepada Sang Mahakuasa
dengan menjalankan hal-hal baik, seperti kerendahan hati, kesabaran, sopan santun, tolong
menolong, setia, dan lain sebagainya. Maka dari itu. Kita sebagai manusia haruslah menyadari
bahwa kita tidak dapat hidup tanpa Allah, sebab Allah yang menciptakan segala sesuatu demi
kelangsungan hidup manusia. Terutama dalam beretika kepada siapapun. Sebab, kita (umat manusia)
merupakan cerminan dari Allah untuk menyebarkan kebaikan bersama dan alam semesta.
Refrensi:
Junaidi, Mahbud. “Pemikiran Etika Ronggowarsito,” (2021): 199-215,
https://www.scribd.com/document/549263956/2319-Article-Text-3824-1-10-20210322.

1
Mahbud Junaidi, “Pemikiran Etika Ronggowarsito,” (2021): 199-215,
https://www.scribd.com/document/549263956/2319-Article-Text-3824-1-10-20210322.
2
Mahbud Junaidi, “Pemikiran Etika Ronggowarsito,” (2021): 199-215,
https://www.scribd.com/document/549263956/2319-Article-Text-3824-1-10-20210322.
3
Mahbud Junaidi, “Pemikiran Etika Ronggowarsito,” (2021): 199-215,
https://www.scribd.com/document/549263956/2319-Article-Text-3824-1-10-20210322.
4
Mahbud Junaidi, “Pemikiran Etika Ronggowarsito,” (2021): 199-215,
https://www.scribd.com/document/549263956/2319-Article-Text-3824-1-10-20210322.

Anda mungkin juga menyukai