ABSTRAK
Latar Belakang : Asma merupakan peradangan kronik yang terjadi pada saluran pernapasan
dimana pasien memerlukan perawatan baik dirumah sakit maupun dirumah. Kombinasi non-
farmakologis yang dapat diberikan pada pasien asma salah satunya olah napas yaitu penerapan
teknik pernafasan buteyko. Tujuan : Untuk menggambarkan bagaimana teknik pernapasan
buteyko dengan diagnosis keperawatan pola napas tidak efektif. Metode : Metode penelitian ini
dengan desain deskriptif studi kasus yang dilakukan mulai 18 Mei sd 29 Mei 2022. Kedua
subjek yang mempunyai riwayat asma, sebelum dan sudah diberi penerapan kedua subjek
mengisi lembar kuesioner yaitu Pre dan Post Asthma Control Test untuk skrining terkontrol
tidaknya asma pada kedua subjek. Hasil : Setelah diterapkan teknik pernapasan buteyko pada
kedua pasien mengalami keadaan yang membaik. Hal ini terlihat dari hasil point kuesioner Post
Asthma Control Test kedua pasien yaitu 25 point yang artinya asma pada pasien Terkontrol
Penuh Kesimpulan : Teknik pernapasan buteyko efektif diberikan kepada 2 subjek dalam
memperbaiki pola napas dan bisa dijadikan sebagai intervensi nonfarmakologi untuk penderita
asma. Kata Kunci : Asma, Buteyko, Frekuensi Kekambuhan Asma. Pustaka (2018-2021).
ABSTRACT
Background: Asthma is a chronic inflammation that occurs in the respiratory tract where
patients require treatment both in hospital and at home. One of the non-pharmacological
combinations that can be given to asthma patients is breathing, namely the application of the
Buteyko breathing technique. Objective : To describe how the Buteyko breathing technique
with a nursing diagnosis of ineffective breathing patterns. Methods: This research method is a
descriptive case study design conducted from May 18 to May 29 2022. Both subjects who have a
history of asthma, before and have been given the application of both subjects fill out a
questionnaire sheet, namely Pre and Post Asthma Control Test for screening whether asthma is
controlled or not in both subjects. Results: After applying the Buteyko breathing technique to
both patients, their condition improved. This can be seen from the results of the Post Asthma
Control Test questionnaire points for both patients, namely 25 points, which means asthma in
the patient is fully controlled. Conclusion: The Buteyko breathing technique was effectively
given to 2 subjects in improving breathing patterns and could be used as a non-pharmacological
masalah actual pada saat penelitian Studi kasus ini dilakukan pada
berjalan yaitu bagaimana manfaat pasien 1 dan 2 selama 6 hari, dengan
Penerapan Teknik Pernapasan Buteyko masing-masing pasien menerima 3
untuk Mengurangi Frekuensi kunjungan, seperti yang dijelaskan pada
Kekambuhan pada Pasien Penderita bab sebelumnya. Berdasarkan studi
Asma di Rumah Sakit TK II 020501 kasus ini bertujuan untuk mengedukasi
dr.Ak Gani Palembang di Ruang latihan pernapasan buteyko dalam
Flamboyan. Dengan subjek sebanyak 2 asuhan keperawatan asma dengan Pola
orang. Metode yang dilakukan dengan nafas tidak efektif untuk mengurangi
memberikan lembar permohonan frekuensi kekambuhan pada penderita
menjadi subyek kemudian subyek asma. Berdasarkan hasil evaluasi awal
dianjurkan mengisi infomed consent, didapatkan bahwa pasien 1 maupun 2
lalu menjelaskan prosedur dan tujuan ditentukan memiliki pola nafas tidak
tindakan setelah itu lakukan observasi efektif. Oleh karena itu penulis
pada subyek, pengkajian data dengan melakukan intervensi dan implementasi
wawancara dan menjelaskan cara sesuai dengan tujuan studi kasus yaitu
pengisian lembar penelitian sebelum penerapan teknik pernapasan Buteyko.
dan setelah diberikan penerapan terapi Pada hari pertama keluhan
pernapasan buteyko selama ±20 menit utama pasien 1 dan 2 terdiri dari
dengan menggunakan lembar Asthma dispnea, pengguaan otot bantu
Control Test pada pasien asma yang pernafasan, nafas panjang fase ekspirasi
sering mengalami kekambuhan asma. dan suara nafas mengi. Pasien 2
Selanjutnya memberikan teknik mengeluh sesak nafas saat berbaring.
pernapasan buteyko dan Pada hari ke-2, baik pasien 1 dan 2
mendemonstrasikan kepada responden. mengalami penurunan gejala yaitu sesak
Responden diminta untuk mengulangi naas berkurang, penggunaan otot bantu
teknik yang telah diajarkan dan pernapasan berkurang, Pepanjangan
diobservasi oleh peneliti. fase ekspirasi berkurang, dan frekuensi
pernapasan membaik. Pada pasien 2
HASIL DAN PEMBAHASAN pernapasan ortostatik berkurang cukup
signifikan.Pada hari-3 baik pasien 1 dan
giver pasien. Pada pasien 1 yang klinis seorang penderita asma agar
menjadi care givernya adalah anak dari mengetahui terkontrol atau tidaknya
saudara kandungnya dan pasien 2 yang asma yang diderita. Kursioner ini terdiri
menjadi care givernya adalah anaknya. dari 5 pertanyaan dikeluarkan oleh
Pada studi kasus ini peran care giver American Lung Association. (Sabri &
adalah sebagai untuk memantau, Chan, 2014) dimana hasil dari point
memotivasi dan melakukan latihan pasien 1 dan 2 adalah 25 point =
pernapasan buteyko sesuai yang Terkontrol penuh.
diajarkan penulis kepada keluarga. Berdasarkan studi kasusyang
Keduanya sama-sama dianjurkan dilakukan penulis, setiap pasien
melakukan latihan pernapasan buteyko mendapat 3 kali kunjungan dengan
sebanyak 3x sehari selama 15-20 menit. menggunakan pendekatan proses
Untuk latihan pernapasan teknik keperawatan dan pola pernapasan dari
Buteyko menurut Susanto,2018 (Pratiwi 2 pasien yang diwawancarai dalam studi
& Chanif, 2021) metode pernapasan kasus ini sesuai dengan penggunaan
buteyko diberikan selama ± 15 menit teknik pernapasan buteyko. Sejalan
setelah pasien menerima terapi dengan penelitian (Mohamed et al.,
bronkodilator. Penulis tidak akan bisa 2019) mengatakan ada efek positif dari
untuk menerapkan latihan pernapasan latihan teknik pernapasan buteyko ini
buteyko 3x sehari selama 15-20 menit nilai frekuensi dan pernapasan pasien
oleh karena itu penulis melibatkan menjadi lebih baik. Oleh karena itu,
keluarga dan mengedukasi keluarga penulis menyimpulkan bahwa tujuan
untuk menjadi care giver dalam dari studi kasus tercapai. Yaitu untuk
melakukan latihan pernapasan buteyko mengkaji bagaimana petunjuk
terhadap pasien. Sebelum dan sesudah penggunaan teknik pernapasan buteyko
melakukan penerapan teknik mengatasi masalah frekuensi
pernapasan buteyko penulis kekambuhan asma pada pasien asma
memberikan sebuah lembar kuesioner dengan diagnosis keperawatan pola
yaitu Pre dan Post Asthma Control test napas tidak efektif.
(ACT) yang merupakan Uji Skrining
KESIMPULAN
berbentuk Kuesioner tentang penilaian