Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KIMIA

IMPLEMENTASI KIMIA PADA INDUSTRI KONSTRUKSI


KELAS G

Penyusun :

Prayoga Mulad Suasana / D100221325

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2023
ABSTRAK

Makalah ini bertujuan memberi informasi tentang beberapa pengaruh kimia dalam
industri konstruksi beserta implementasinya. Implementasi kimia pada industri
konstruksi di era modern ini sangat berkembang pesat. Hal ini juga merupakan pengaruh
dari semakin banyaknya inovasi-inovasi yang memerlukan rekayasa bahan konstruksi
dengan bahan kimia. Selain untuk merekayasa dalam produksi, peran bahan kimia juga
diperlukan untuk meningkatkan ketahanan, menemukan solusi masalah di lapangan, dan
lain sebagainya. Sistematika penulisan makalah ini di dasarkan pada beberapa sumber
buku, jurnal, dan informasi di pencarian. Beberapa hal yang berkaitan dengan kimia
dalam industri konstruksi adalah perihal mengenai korosi, reaksi yang terjadi pada semen,
produksi aspal, beton, zat tambahan pada beton, dan lain sebagainya.

1
DAFTAR ISI

ABSTRAK …………………………………………………………………… 1
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. 2
PENDAHULUAN……………………………………………………………. 3
PEMBAHASAN …………………………………………………………….. 4
Korosi Logam …………………………………………………………. 4
Reaksi Semen ………………………………………………………….. 6
Aspal…………………………………………………………………… 8
Beton…………………………………………………………………… 9
Zat Admixture …………………………………………………………. 11
SIMPULAN DAN SARAN …………………………………………………. 14
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 15

2
PENDAHULUAN

Kimia merupakan ilmu yang sangat erat dalam kehidupan sehari-hari bahkan tanpa
manusia menyadari pun, salah satu implementasinya adalah dalam industri konstruksi.
Hal yang melatar belakangi pembahasan dalam makalah ini adalah mengulas mengenai
beberapa pengaruh kimia pada industri konstruksi, sebab masih begitu banyak yang
terjadi di lapangan yaitu keterbatasan pengetahuan tentang manfaat zat kimia hingga
pengaruh negatif dari suatu proses kimiawi. Materi yang akan dibahas dalam makalah ini
meliputi tentang beberapa hal yang berkaitan dengan kimia pada korosi, reaksi pada
semen, aspal, beton, dan zat tambah pada beton.
Tujuan penulisan makalah
1. Mengulas proses kimiawi pada suatu material
2. Mengulas kandungan dan reaksi kimiawi pada suatu material
3. Memberikan informasi tentang pengaruh positif dan negatif zat kimia pada industri
konstruksi.

3
PEMBAHASAN
Korosi Logam
Korosi adalah proses rusaknya material khususnya logam akibat adanya reaksi dari
logam tersebut dengan lingkungan sekitarnya. Korosi banyak terjadi pada bahan-bahan
yang terbuat dari logam yang biasa dikenal dengan pengkaratan sehingga korosi dapat
diartikan sebagai proses kembalinya logam bersenyawa dengan oksigen.
Proses korosi dapat dikatakan sebagai proses kembalinya logam ke bentuk
alamiahnya karena proses korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi metallurgy pada
pembuatan logam. Secara umum proses mekanisme terjadinya korosi terdiri dari:
1. Logam menjadi elektron positif dan teroksidasi (pelepasan elektron oleh sebuah
molekul, atom, atau ion)
2Fe (s) → 2Fe2+ (aq) + 4e-
2. Faktor lingkungan menjadi elektron negatif dan tereduksi (penambahan elektron
oleh sebuah senyawa molekul, atom, atau ion)
O2 (g) + 2H2O (I) + 4e- → 4OH-
3. Reaksi oksidasi lanjutan yang nantinya menghasilkan karat merupakan senyawa
oksida atau karbonat yang berupa hidrat (F2O3 . xH2O)
Laju korosi biasanya dapat diukur dengan metode kehilangan berat dengan menghitung
selisih kehilangan berat setelah pencelupan dan metode elektrokimia. Beberapa jenis
korosi yang biasa terjadi di lingkungan sekitar antara lain:
1. Pitting Corrosion
Sesuai dengan namanya, pitting corrotion merupakan korosi pada suatu titik
tertentu yang biasanya berbentuk lubang dengan ukuran yang cukup kecil. Korosi
ini dapat menimbulkan bahaya karena menimbulkan perubahan tegangan pada
suatu material.

4
Gambar 1 Pitting Corrosion
2. Korosi Erosi
Merupakan korosi yang disebabkan karena keausan yang menimbulkan suatu
permukaan tertentu menjadi tajam dan kasar. Biasanya korosi ini terjadi pada pipa
besi.

Gambar 2 Korosi Erosi

3. Korosi Tegangan
Merupakan korosi yang disebabkan dari adanya perlakuan tertentu terhadap suatu
material misalnya diregang, ditekuk, dan lain-lain, dan biasanya dilakukan secara
terus-menerus.

Gambar 3 Korosi tegangan

5
4. Korosi jenis lainnya, seperti korosi seragam, korosi galvanis, korosi lelah, korosi
mikrobiologi, dan korosi celah.

Reaksi Semen
Semen adalah suatu bahan perekat pada material bangunan yang secara kimiawi
bekerja setelah berhubungan dengan air. Jika dilihat dari sejarahnya, awal mula
diproduksinya semen ketika seseorang dari Inggris menemukan bahwa kapur yang
mengandung lempung dan dibakar akan mengeras dalam air. Semen sendiri terdiri dari
dua kelompok yaitu:
1. Semen non-Hidrolik
Merupakan semen yang tidak dapat mengikat dan mengeras dalam air tetapi dapat
mengeras di udara, seperti kapur. Jenis kampur yang baik yaitu yang mengandung
kalsium oksida tinggi ketika belum berhubungan dengan air. Kapur ini dihasilkan
dari pembakaran kalsium karbonat beserta bahan pengotornya. Reaksi yang terjadi
ketika kalsium karbonat terurai sebagai berikut:
CaCO3 → CaO + CO2
Pengikatan kapur terjadi akibat penyerapan air oleh bata atau penguapan sehingga
terjadilah kehilangan air. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Ca(OH)2 + CO2 → CaCO3 + H2O
2. Semen Hidrolik
Merupakan semen yang dapat mengikat dan mengeras dalam air. Contoh semen
hidrolik yaitu:
a. Kapur Hidrolik
Komposisi penyusunnya sekitar 65% - 75% adalah batu gamping yaitu kalsium
karbonat dan bahan pengikutnya seperti silika, alumina, magnesia, dan oksida
besi.
b. Semen Pozzollan
Semen pozzolan merupakan semen yang apabila bercampur dengan kapur akan
membentuk benda padat yang keras karena semen jenis ini mengandung silika
amorf.

6
Gambar 4 Semen Pozzolan

c. Semen Terak
Semen terak merupakan semen hidrolik yang campurannya seragam dan kuat
dari terak tanur kapur tinggi (60%) dan kapur tohor.
d. Semen Alam
Dihasilkan dari pembakaran batu kapur yang memiliki kandungan lempung.
Semen alam biasanya memiliki komposisi sebagai berikut:
SiO2 22% - 29%
CaO 31% - 57%
MgO 1,5% - 2,2%
Fe2O3 1,5% - 3,2%
Al2O3 5,2% - 8,8%
e. Semen Portland
Semen portland merupakan jenis semen hidrolik yang paling banyak digunakan
dalam industri konstruksi saat ini. Bahan utama penyusunnya terdiri dari kapur
(CaO), silika (SiO3), alumina (Al2O3), magnesia (MgO) dan alkali. Secara garis
besar, terdapat beberapa senyawa kimia utama penyusun semen portland:
- Trikalsium Silikat (3CaO. SiO2) disingkat menjadi C3S
C3S akan cepat bereaksi dan menghasilkan panas ketika tercampur air dan
mempengaruhi kecepatan pengerasan sebelum umur beton.
- Dikalsium Silikat (2CaO. SiO2) disingkat menjadi C2S
C2S berperan melindungi terhadap serangan kimia dan faktor susut akibat
temperatur.
- Trikalsium Aluminat (3CaO. Al2O3) disingkat menjadi C3A

7
Bereaksi secara eksotermal dan cepat sehingga memberikan kekuatan awal
yang cepat dalam 24 jam pertama.
- Tetrakalsium aluminoferrit (4CaO. Al2O3. Fe2O3) disingkat menjadi C4AF
Hanya berkontribusi kecil dalam proses reaksi semen.
Semen dan air akan saling bereaksi dan persenyawaan ini disebut proses hidrasi
dan hasilnya disebut hidrasi semen. C2S berperan menahan terhadap serangan
kimia dan mempengaruhi susut akibat temperatur.

Aspal
Aspal adalah jenis perkerasan lentur yang berupa perekat berwarna hitam atau
coklat tua dengan unsur utama bitumen yang diperoleh dari residu hasil pengilangan
minyak bumi. Aspal memiliki sifat pekat dan tahan terhadap pelapukan namun tidak
begitu kohesif dengan air. Kandungan aspal terdiri dari 85% karbon (C), 11% hidrogen
(H), 5% belerang (S), dan sisanya oksigen (O2), nitrogen (N), renik besi, nikel, dan
vanadium. Secara singkat aspal terbuat dari minyak mentah yang disuling.

Gambar 5 Aspal

Berikut ini adalah senyawa utama penyusun aspal:


1. Asphaltenes
Merupakan komponen penyusun aspal yang memiliki warna coklat tua, bersifat
keras, padat, dan mudah terurai. Memiliki perbandingan 1:1 dengan berat
molekulnya 1000 – 100000, dan tidak larut dalam heptan. Semakin banyak
asphaltenes maka semakin tinggi bitumennya dan semakin kental, sehingga titik
lembeknya tinggi.

8
2. Maltenes
Maltenes (C6H6O6) terdiri dari tiga komponen penyusun utamanya, yaitu:
a. Resin
Terdiri dari atom karbon (C), hidrogen (H) dan sedikit atom oksigen, belerang,
dan nitrogen dengan perbandingan H/C = 1,3 – 1,4. Senyawa ini memiliki
warna coklat tua dengan sifat yang padat dan polar.
b. Aromatis
Terdiri dari senyawa naften aromatis 40% - 65% dari total bitumen, memiliki
warna coklat rua, kental dan non polar.
c. Saturate
Terdiri dari campuran hidrokarbon lurus, bercabang, alkil naften, fan aromatis
sekitar 5% - 20% dari total bitumen. Berupa cairan kental dan non polar yang
mirip dengan aromatis.

Beton
Beton adalah campuran yang terdiri dari air, semen, pasir, dan kerikil. Di era
modern ini beton banyak digunakan sebagai material utama dari berbagai jenis konstruksi
seperti gedung, jembatan, jalan, dan lain-lain. Proses campuran beton dimulai dari proses
hidrasi pasta semen yaitu antara air dengan semen, lalu ditambahkan dengan agregat halus
jadilah mortar, dan ditambah agregat kasar jadilah beton.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan beton yaitu:
1. Faktor Air Semen
Faktor air semen merupakan perbandingan jumlah air dan jumlah semen. Selain
terjadi proses hidrasi, faktor air semen sangat mempengaruhi mutu dari beton, sebab
semakin tinggi faktor air semen maka mutu beton akan semakin rendah tetapi
semakin rendah faktor air semen bukan berarti mutu beton yang didapatkan
semakin bagus. Biasanya faktor air semen minimum adalah 40% dan maksimum
65%.

9
Gambar 6 Hubungan Faktor Air Semen

2. Kehalusan Butir Semen


Semakin halus butiran semen akan semakin cepat waktu proses pengerasan dari
beton.
3. Komposisi Kimia
Komposisi kimia beton diperlukan sesuai dengan kebutuhan, jika menghendaki
proses pengerasan lebih cepat maka perlu diperbanyak kandungan senyawa C 3S
begitu juga sebaliknya. Komposisi kimia juga erat kaitannya dengan bahan tambah
yang biasanya digunakan dalam campuran beton.
Kasus yan terjadi di lapangan, beton sangat rentan terhadap serangan kimia suatu
larutan karena beton menggunakan bahan pengikat yaitu semen yang bersifat mudah
bereaksi dengan berbagai zat kimia disekelilingnya yang juga akan berpengaruh pada
beton itu sendiri.
Larutan asam seperti asam sulfat (H2SO4), asam klorida (HCl), dan asam nitrat
(HNO4) adalah zat yang paling mempengaruhi dan berdampak buruk pada beton sebab
kandungan basa pada semen cukup tinggi dengan pH berisar 11,8 – 18 sehingga sangat

10
rentan. Senyawa amonium sulfat juga bersifat agresif terhadap beton karena munculnya
pertambahan dari susunan kalsium sulfat alumina pada larutan air dan semen.
Selain itu, banyak senyawa-senyawa lain yang turut mempengaruhi mutu beton
seperti air laut, limbah industri, limbah rumah tangga, air suling, dan lain-lain. Sehingga
dari kasus ini disimpulkan bahwa pentingnya penggunaan bahan campuran atau bahan
tambahan beton yang sesuai dengan penggunaan bangunan yang direncanakan meskipun
serangan kimia beton juga dipengaruhi oleh konsentrasi zat dan lamanya kontak dengan
zat kimia tersebut.

Zat Admixture
Zat admixture adalah zat atau bahan tambah yang ditambahkan pada campuran
beton saat proses pencampuran berlangsung dengan tujuan untuk mengubah sifat atau
karakteristik beton tersebut agar efisien dan sesuai dengan pekerjaan. Jenis bahan tambah
antara lain:
1. Bahan Tambah Kimia
a. Water Reducing Admixtures
Merupakan bahan tambah untuk mengurangi penggunaan air pada campuran
beton. Bahan ini dapat berasal dari bahan organik maupun bahan anorganik.
Beberapa komposisi bahan water reducing admixture antara lain:
- Asam lignosulfonic beserta kandungan garam dan modifikasinya
- Hydroxylated carboxylic acids beserta kandungan garam dan modifikasinya
- Material inorganik seperti seng, barak, posfat, dan klorida
- Asam amino
Tujuan penggunaan bahan ini adalah untuk mengurangi kadar semen tanpa
mengurangi faktor air semen dan kekentalan sehingga diperoleh kuat tekan
beton yang lebih tinggi.
b. Retarding Admixtures
Merupakan bahan tambah untuk memperlambat waktu pengikatan pada beton.
Biasanya digunakan untuk beton yang tidak diproduksi di lokasi pekerjaan. Zat
tambahan yang dipakai seperti sukrosa, sodium glukonat, glukosa, dan lain-
lain.

11
c. Accelerating Admixtures
Merupakan bahan tambah untuk mempercepat waktu pengikatan pada beton.
Zat tambahan yang dipakai adalah kalsium klorida (CaCl2), selain itu terdapat
bahan senyawa lain yaitu kalsium nitrat (Ca(NO3)2), sodium nitrat (NaNO3),
bromida (Br), karbonat, dan silikat. Pada pencampuran zat ini perlu diwaspadai
bahwa kalsium klorida sangat rentan menyebabkan korosi terhadap tulangan
sehingga dapat ditambahkan lagi zat nitrat
2. Bahan Tambah Mineral
a. Abu terbang
Merupakan butiran halus hasil pembakaran dari batu bara atau bubuk batu bara.
Terdapat dua jenis abu terbang yaitu abu terbang normal dan abu terbang kelas
C. Berikut ini adalah kandungan pada dua jenis abu terbang tersebut

Tabel 1 Kandungan Abu Terbang


Kandungan Senyawa Jenis F Jenis C
Oksida Silika (SiO2) + Oksida Alumina (Al2O3) + Min 70% Min 50%
Oksida Besi (Fe2O3)
Trioksida Sulfur (SO3) Max 5% Max 5%
Kadar air Min 3% Min 3%
Kehilangan panas Max 6% Max 6%

b. Slag
Merupakan butiran halus hasil pembakaran dari tanur tinggi
c. Silika fume
Merupakan bahan pozzolan yang banyak mengandung silika dan mampu
bereaksi dengan kalsium hidroksida untuk membentuk gel kalsium silikat.
Biasanya digunakan sebagai bahan tambah untuk memperoleh kuat tekan beton
yang tinggi. Berikut ini adalah komposisi silika fume:

12
Tabel 2 Komposisi Kimia Silika Fume
Komposisi Kimia Berat (%)
Oksida Silika (SiO2) 92-94
Karbon (C) 3-5
Oksida Besi (Fe2O3) 0,10-0,50
Kalsium Oksida (CaO) 0,10-0,15
Oksida Alumina (Al2O3) 0,20-0,30
Magnesium Oksida (MgO) 0,10-0,20
Mangan Oksida (MnO) 0,008
Kalium Oksida (K2O) 0,10
Natrium Oksida (Na2O) 0,10

13
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Begitu banyak implementasi, manfaat, dan pengaruh negatif kimia dalam industri
konstruksi, bahkan sering kali manusia mengabaikan hal tersebut dimana bahaya bisa saja
mengikuti, seperti halnya korosi yang menyebabkan penurunan mutu material. Selain itu,
implementasi kimia dalam industri konstruksi juga memiliki peran positif dalam
merekayasa material atau bahan sehingga didapatkan material atau bahan tersebut yang
efisien, mudah dalam pengerjaan, dan tanpa mengurangi mutu, seperti halnya
penambahan zat kimia pada pembuatan beton, inovasi-inovasi baru dalam material
konstruksi, dan lain-lain. Oleh sebab itu, sangat diperlukannya tenaga-tenaga yang ahli
dalam merekayasa industri konstruksi dengan ilmu kimia agar didapatkan pengaruh yang
baik dan bisa meminimalisir pengaruh yang buruk.

Saran
Perkembangan teknologi sangat menarik dan harus dipelajari agar manusia sebagai
penggerak utama dalam industri dapat memaksimalkan pemanfaatannya. Penulis pun
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, sebab masih
sangat sedikit sumber yang membahas materi secara detail dan menyeluruh. Besar
harapan agar lebih banyak materi yang bisa diakses baik secara kualitas maupun
kuantitas, terlebih bagi yang menggeluti bidang tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

[1] K. J. Pattireuw, F. A. Rauf dan R. Lumintang, “Analisis Laju Korosi pada Baja
Karbon dengan Menggunakan Air Laut dan H2SO4,” Jurnal Teknik Mesin, pp. 1-
10, 2013.

[2] T. Mulyono, Teknologi Beton, Yogyakarta: Andi Offset, 2019.

[3] K. Tjikrodimuljo, Teknologi Beton, Yogyakarta: Nafiri, 1996.

[4] A. Basuki, “Serangan Kimia pada Beton,” Departement of Civil Engineering


Sebelas Maret University, 14 November 2017. [Online]. Available:
https://sipil.ft.uns.ac.id/?p=866. [Diakses 13 Januari 2023].

[5] A. DPU, “Aspal, Bahan Utama Pembuat Jalan,” DPU Kabupaten Kulon Progo, 8
Februari 2022. [Online]. Available:
https://dpu.kulonprogokab.go.id/detil/660/aspal-bahan-utama-pembuat-jalan.
[Diakses 9 Januari 2023].

[6] D. M. Laboratory, “Pengujian Korosi: Pengertian, Mekanisme, Jenis dan Prosedur,”


Detech Material Testing Laboratory, 27 Agustus 2021. [Online]. Available:
https://www.detech.co.id/pengujian-korosi/. [Diakses 9 Januari 2023].

[7] A. Basuki, “Bahan Tambah pada Campuran Beton,” Departement of Civil


Engineering Sebelas Maret University, 24 November 2017. [Online]. Available:
https://sipil.ft.uns.ac.id/?p=853. [Diakses 13 Januari 2023].

[8] P. Suraneni, L. Burris, C. R. Shearer dan R. D. Hooton, “ASTM C618 Fly Ash
Specification: Comparison with Other Specification, Shortcomings, and Solution,”
ACI Material Journal, no. 118-M15, pp. 157-167, 2021.

[9] A. Yunus, “Korosi Logam dan Pengendaliannya,” Jurnal Polimesin, vol. IX, no. 1,
pp. 847-852, Februari 2011.

[10] B. Utomo, “Jenis Korosi dan Penanggulangannya,” Kapal, vol. VI, no. 2, pp. 138-
141, 2009.

[11] H. F. Campos, N. S. Klein dan J. M. Filho, “Comparison of the Silica Fume Content
for High-Strenght Concrete Production,” Material Research, vol. III, pp. 1-13,
2020.

15

Anda mungkin juga menyukai