Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM KOROSI

Nama Anggota Kelompok:

- Birgita Palempangan

- Muh. Faiz Hidayat

- Ralf Williams Panggalo Tonapa

- Rena Khaerunnisa

- Sity Fatimashari Abdillah

KELAS XII IPA 3


SMAN 17 MAKASSAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menjumpai penggunaan besi, misalnya untuk
membangun jembatan, kendaraan dan gedung. Disisi lain, kita ketahui bahwa besi sangat
mudah mengalami korosi atau yang biasa disebut berkarat. Perkaratan (korosi) besi banyak
menimbulkan kerugian karena sifat mudah rapuh yang dimiliki oleh besi berkarat. Akibatnya
bangunan keropos dan tidak dapat digunakan kembali jika besi yang digunakan untuk
membangunnya sudah berkarat. Sebenarnya korosi merupakan reaksi redoks antara logam dan
lingkungannya sehingga dihasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki.
Pada peristiwa perkaratan, besi teroksidasi oleh oksigen yang ada di udara. Perkaratan dapat
dipercepat dengan adanya air. Itulah sebabnya, rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.xH2O.
Warna karat besi jauh berbeda dengan besi yang mengkilap, yaitu berwarna coklat kemerahan.
Karat besi sangat berpori dan selalu mengelupas sehingga perkaratan dapat terjadi terus
menerus. Oleh karena ini perlu dilakukannya praktikum ini.

B. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam laporan ini adalah :
Agar pembatasan masalah dalam praktikum ini memiliki ruang lingkup yang jelas maka
pembatasan masalahnya adalah pengaruh kandungan dalam larutan dalam proses perkaratan
besi.

C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam praktikum ini adalah :
1. Bagaimana proses perkaratan paku dengan berbagai perlakuan?
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan paku mengalami korosi?
3. Bagaimana cara pencegahan korosi pada paku?

D. Tujuan Praktikum
Tujuan  praktikum ini adalah :
1. Mengetahui proses perkaratan paku dengan berbagai perlakuan
2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan paku mengalami korosi
3. Mengetahui cara pencegahan korosi pada paku
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Korosi adalah degradasi atau penurunan mutu logam akibat reaksi kimia suatu logam
dengan lingkungannya. Korosi merupakan masalah besar bagi bangunan dan peralatan yang
menggunakan material dasar logam seperti gedung, jembatan, mesin, pipa, mobil, kapal dan lain
sebagainya. Terdapat dua macam proses korosi, yakni :

1. Korosi Proses kimia


2. Korosi Elektrokimia
Korosi proses kimia merupakan serangan korosi secara langsung, tanpa adanya aliran listrik
pada logam. Contohnya adalah berkaratnya baja dalam udara terbuka. Korosi oleh proses kimia
biasanya menyebar secara merata pada seluruh permukaan logam. Sedangkan korosi elektrokimia
terjadi pada permukaan logam yang akan terbentuk daerah–daerah anoda dan katoda, yang satu
dengan yang lainnya dipisahkan oleh jarak–jarak tertentu. Karena potensial anoda “kurang mulia”
atau tinggi drajatnya dibanding potensial katoda, maka akan terjadi arus listrik diantara kedua
elektroda tersebut, electron–electron akan berpindah dari anoda ke katoda, sehingga anoda larut
dan katoda mendapat perlindungan (Amsori, 2012). Terdapat beberapa faktor yang dapat
menyebabkan korosi, yakni sebagai beriku :

a. Faktor pH
pH netral adalah 7, sedangkan ph < 7 bersifat asam dan korosif, sedangkan untuk pH > 7
bersifat basa juga korosif. Tetapi untuk besi, laju korosi rendah pada pH antara 7 sampai 13.
Laju korosi akan meningkat pada pH < 7 dan pada pH > 13.
b. Faktor temperatur
Penambahan temperatur umumnya menambah laju korosi walaupun kenyataannya kelarutan
oksigen berkurang dengan meningkatnya temperatur. Apabila metal pada temperatur yang
tidak uniform, maka akan besar kemungkinan terbentuk korosi.
c. Faktor gas terlarut
 Oksigen (O2), adanya oksigen yang terlarut akan menyebabkan korosi pada metal seperti
laju korosi pada mild stell alloys akan bertambah dengan meningkatnya kandungan
oksigen. Reaksi korosi secara umum pada besi karena kelarutan oksigen adalah sebagai
berikut :
- Reaksi anoda : Fe → Fe2- + 2e
- Reaksi katoda : O2 + 2H2O+ 4e 4 → OH
 Karbondioksida (CO2), jika karbon dioksida dilarutkan dalam air maka akan terbentuk asam
karbonat (H2CO3) yang dapat menurunkan pH air dan meningkatkan korosifitas, biasanya
bentuk korosinya berupa pitting yang secara umum reaksinya adalah:
- CO2 + H2O → H2CO3
- Fe + H2CO3 → FeCO3+H2
d. Faktor padatan terlarut
 Klorida (Cl), klorida menyerang lapisan mild steel dan lapisan stainless steel. Padatan ini
menyebabkan terjadinya pitting, crevice corrosion, dan juga menyebabkan pecahnya
alooys.
 Karbonat (CO3), kalsium karbonat sering digunakan sebagai pengontrol korosi dimana film
karbonat diendapkan sebagai lapisan pelindung permukaan metal, tetapi dalam produksi
minyak hal ini cenderung menimbulkan masalah scale.
 Sulfat (SO4), ion sulafat ini biasanya terdapat dalam minyak. Dalam air, ion sulfat juga
ditemukan dalam konsentrasi yang cukup tinggi dan bersifat kontaminan, dan oleh bakteri
SRB sulfat diubah menjadi sulfide yang korosif.
BAB III METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat

Praktikum Korosi ini saya lakukan di :

Waktu : 27-32 Agustus 2020

Tempat : Di rumah masing-masing

B. Alat dan Bahan

o 5 buah paku
o 5 gelas plastik
o larutan air keran
o larutan asam cuka
o larutan garam (NaCl)
o larutan oli
o larutan minyak dapur

C. Prosedur Kerja atau Cara Kerja

1) Beri tanda berbeda A, B, C, D, dan F pada masing-masing gelas plastik


2) Masukkan air keran pada gelas A, oli pada gelas B, larutan asam cuka pada gelas C, larutan garam
pada gelas D, dan minyak dapur pada gelas E
3) Masukkan paku pada masing-masing gelas, dengan setiap gelas berisi 1 paku
4) Amati dan catat perubahan selama 1 minggu
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun pembahasan dalam laporan praktikum korosi ini adalah sebagai berikut :

Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan korosi pada paku. Diberikan enam perlakuan yang
berbeda pada masing-masing gelas plastik yang berisi paku, yaitu diberikan cairan yang berbeda.

Dari hasil pengamatan selama 7 hari, didapatkan pada pada medium gelas plastik yang diberi air
biasa pada hari pertama dan kedua tidak terjadi korosi. Namun pada hari ketiga mulai terlihat sedikit
korosi pada paku, dan korosi bertambah banyak dimulai pada hari keenam. Pada gelas plastik kedua
diberi oli, tidak terjadi korosi selama satu minggu pengamatan. Pada gelas plastik ketiga dimasukkan
larutan asam cuka. Tidak terjadi korosi pada hari pertama hingga hari ketiga. Lalu setelah hari keempat
mulai terjadi korosi, namun korosi yang ditimbulkan tidak banyak hingga hari keenam dan pada hari
ketujuh korosi bertambah banyak melingkupi hampir semua sisi paku.

Pada gelas plastik keempat dimasukkan larutan garam, sama seperti gelas sebelumnya pada hari
pertama tidak terjadi perubahan. Pada hari kedua mulai terjadi korosi dan korosi tidak terlalu bertambah
hingga hari ketujuh. Dan pada gelas plastik terakhir, pada medium ini tidak terjadi korosi pada paku
hingga heri ketujuh.
BAB V PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1) Korosi adalah reaksi pada logam menjadi ion pada permukaan logam yang terkontak langsung pada
penyebab korosi seperti oksigen, lingkungan berair serta faktor kepada pelarut.
2) Agar tidak terjadi korosi pada besi jangan sampai besi terkontaminasi dengan air atau larutan yang
dapat menyebabkan oksidasi sehingga besi dapat berkarat. Jika kita menghindarkan besi dari air,
maka besi tidak dapat bereaksi dengan oksigen yang  dapat membuatnya berkarat.

Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai