Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

KOROSI DAN PENCEGAHANNYA

OLEH
1. Catalina P.M Wonder
2. Herlina Alifya Azzahra
3. Joseph Matryo Geraldo Baru
4. Laura Patricia
5. Mary Grace Citra Singga
6. Viktoria Anna Bara

XII MIPA 1

TAHUN AJARAN 2023/2024


SMAK SYURADIKARA ENDE
JUDUL : KOROSI DAN PENCEGAHANNYA
I. LANDASAN TEORI
Korosi secara umum dapat diartikan sebagai penurunan sifat guna dari suatu material
atau bahan akibat interaksi pada lingkungannya. Material itu biasanya berupa logam,
komposit, polimer, keramik, dan lain sebagainya. Sedangkan lingkungan yang
dimaksudkan seperti asam, air, perubahan suhu, dan kondisi cuaca. Korosi ini kerap
disebut dengan sebutan karat. Hal itu sebenarnya tidak salah, tetapi tidak sepenuhnya
benar juga. Karena sebenarnya karat itu hanya terjadi pada besi. Salah satu contoh yang
paling umum ditemui dari korosi adalah besi yang berkarat, warna perak yang
mengkilap, sampai munculnya warna hijau pada tembaga.
A. Faktor penyebab korosi
Beberapa faktor penyebab korosi, seperti:
 Air dan kelembapan udara
Dilihat dari reaksi yang terjadi pada proses korosi, air merupakan salah satu faktor
yang paling berperan dalam terjadinya proses korosi. Udara lembab yang banyak
mengandung uap air akan mempercepat berlangsungnya proses korosi.
 Elektrolit
Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk terjadinya transfer
muatan. Hal ini mengakibatkan elektron lebih mudah untuk diikat oleh oksigen di
udara. Air hujan banyak mengandung asam, sedangkan air laut banyak mengandung
garam. Oleh karena itu air hujan dan air laut merupakan penyebab korosi yang utama.
 Permukaan logam yang tidak rata
Permukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub-kutub muatan, yang
akhirnya akan berperan sebagai anode dan katode. Permukaan logam yang licin dan
bersih akan menyebabkan korosi sulit terjadi, sebab kutub-kutub yang akan bertindak
sebagai anode dan katode sulit terbentuk.
 Terbentuknya sel elektrokimia
Jika dua logam yang berbeda potensial bersinggungan pada lingkungan berair atau
lembab, dapat terbentuk sel elektrokimia secara langsung. Logam yang potensialnya
lebih rendah akan segera melepaskan elektron ketika bersentuhan dengan logam yang
potensialnya lebih tinggi, serta akan mengalami oksidasi oleh oksigen dari udara. Hal
tersebut mengakibatkan korosi lebih cepat terjadi pada logam yang potensialnya
rendah, sedangkan logam yang potensialnya tinggi justru lebih awet.
B. Cara mencegah korosi
Meskipun korosi pada dasarnya terjadi secara alamiah, akan tetapi ada beberapa
tindakan yang bisa dilakukan untuk dapat menghindarkan dari terjadinya korosi, di
antaranya:
 Pengecatan
Pengecatan merupakan salah satu cara mencegah korosi yang mudah untuk
dilakukan. Dengan mengecat logam, kita bisa menghindarkan kontak langsung logam
dengan lingkungan.
 Pelumuran dengan oli
Cara mencegah korosi selanjutnya yaitu dengan pelumuran oli atau gemuk. Pada
logam
 Pembalutan dengan plastik
Cara mencegah korosi selanjutnya yakni bisa menggunakan pembalutan dengan
plastik. Pencegahan korosi pada logam dengan menggunakan plastik ini merupakan
ide yang sangat cocok untuk pelapisan bahan-bahan besi baja yang digunakan untuk
keperluan sehari-hari
 Tin plating
Tin plating merupakan sebuah proses elektrolisis yang dilakukan untuk
menghindarkan bahan dari kerusakan. Bahan yang bisa dilindungi dengan
menggunakan proses ini adalah bahan-bahan besi serta besi baja dan juga bahan-
bahan yang tidak terbuat dari besi.
 Pengorbanan anode
Perlindungan ini dilakukan dengan melapisi logam dengan bahan yang lebih mudah
berkarat. Salah satu bahan yang digunakan adalah bahan magnesium. Bahan ini
merupakan bahan yang aktif sehingga lebih mudah berkarat.

II. TUJUAN PERCOBAAN


1) Peserta didik dapat mengamati proses terjadinya korosi pada besi dengan benar.
2) Peserta didik dapat melakukan pencegahan korosi pada besi dengan tepat.
3) Peserta didik dapat mengamati, meniru, dan memodifikasi produk yang berkaitan
dengan konsep korosi dan pencegahannya dalam kehidupan sehari-hari.
4) Peserta didik dapat menciptakan ide atau rekayasa untuk menghasilkan produk
yang berkaitan dengan konsep korosi dan pencegahannya untukkehidupan sehari-
hari.
5) Peserta didik dapat menghasilkan suatu produk untuk diproduksi secara massal
dalam bentuk industry yang berkaitan dengan konsep korosi dan pencegahannya.

III. ALAT DAN BAHAN


a. Alat b. Bahan
1. Paku besi 1. Air
2. Tabung reaksi 2. Asam Cuka
3. Karet gelang 3. LArutan garam
4. Kertas 4. Minyak tanah

IV. CARA KERJA/PROSEDUR KERJA


1) Siapkan 5 tabung reaksi, kemudian masukkan ke dalam masing-masing tabung
sebatang paku besi.
2) Masukkan ke dalam masing-masing tabung I sampai IV, yaitu
I : air hingga setengah tabung
II : minyak tanah/oli hingga paku tertutup
III: asam cuka hingga setengah tabung
IV : Larutan garam hingga setengah tabung
3) Biarkan tabung V hanya berisi paku besi. Kemudian tutup tabung tersebut dengan
menggunakan kertas/plastic dan karet gelang.
4) Simpan kelima tabung reaksi tersebut selama 6 hari, kemudian amatilah hasilnya.
V. DATA HASIL PENGAMATAN

Hasil Pengamatan
No Paku Pada Tabung (Hari) Keterangan
1 2 3 4 5 6
1. I 1 2 3
Air Biasa
2. II 0 0 0
Minyak Tanah
3. III 2 3 3
Asam Cuka
4. IV 1 2 2
Larutan Garam
5. V 0 0 0
Tanpa Larutan +
penutup
Ket: 0 = tidak korosif
1 = sedikit korosif
2 = korosif
3 = sangat korosif

IV. ANALISA DATA


Pengamatan yang saya telah lakukan menghasilkan table yang ada diatas,pada hari ke-1
gelas I yang berupa larutan air sudah terjadi perkaratan pada paku besi, begitu juga
dengan gelas IV yang juga sudah menunjukan perkaratan. Berbeda dengan gelas
II yang hanya menunjukan gelembung udara di permukaan paku besi. Lalu dilanjutkan
pada gelas III yang juga menunjukan perkaratan tetapi tidak separah yang dihasilkan
pada gelas I dan IV. Pada gelas V dan IV tidak tampak reaksi perkaratan.
Pada hari ke-2, perkaratan paku besi dalam gelas I semakin menjadi dengan terlihatnya
serpihan berwarna kuning didasar gelas, tetapi ketika melihat gelas IV perkaratan
terlihat lebih parah dengan warna air yang mengkuning yang sebelumnya
berwarna bening dan serpihan kuning didasar gelas. Pertunjukan digelas II yang
berisi larutan asam asetat terlihat sama, dengan gelembung mengelilingi
permukaan paku besi. Di gelas III dengan larutan natrium klorida terjadi perkaratan
dengan intensitas yang mulai bertambah. Paku yang terdapat dalam gelas V dan VI
secara visual masih terlihat sama.
Di hari terakhir, hari ke-3 gelas I yang berisi air menjadi lebih parah dengan
ditunjukannya air yang berwarna kuning dan paku yang sudah berkarat dibagian
permukaan. Gelas II terlihat sama dengan gelembung yang bertambah banyak. Didalam
gelas III terjadi perkaratan pada besi paku yang berlanjut tetapi tidak separah
pada gelas I dan mulai menunjukan warna air yang mulai berwarna kuning.
Berbeda pada paku di dalam gelas IV yang sudah terlihat tidak layak pakai dan sangat
berkarat, warna air yang kuning, dan serpihan bertambah. Pada pokok penutup
pembahasan, selama tiga hari pengamatan, paku yang paling cepat mengalami korosi
berada pada gelas nomor IV yang berisi larutan aquades. Reaksi sangat terlihat dari hari
ke-1 yang sudah menunjukan korosi padapaku dengan terlihatnya warna
kuning/karat pada permukaan paku dan terusberlanjut hingga hari ke-3. Disusul
oleh gelas I yang berisi air dan gelas III yang berisi larutan garam. Gelas II, V, dan VI
tidak menunjukan pertanda korosi. Lalu pada gelas II apabila diperhatikan, bahwa
dihasilkannya gelembung udara merupakan pertanda bahwa terjadi reaksi di dalam sana.
Berpacu pada teori seharusnya asam asetat akan membuat korosi pada besi karena sifat
asam yang dimiliki asam asetat dan dengan teroksidasinya besi menjadi besi
(II). Tetapi dalam pengamatan kali ini, paku yang terendam larutan asam asetat tidak
terjadikorosi.

VII. KESIMPULAN
1. Larutan yang paling cepat membuat besi berkarat pada pengamatan kali iniadalah
Larutan, dengan urutan sebagai berikut:
I. Air biasa
III. Larutan Garam
IV. Larutan Asam
2. Oksigen, larutan, keektrolitan larutan, permukaan logam, sel elektrokimia,waktu, dan
perlakuan.
3. Al (alumunium) merupakan logam yang sebenarnya cenderung lebih reaktif
apabila dibandingkan dengan Fe (besi), terlihat dari potensial standar yang
lebih rendah yang memperlihatkan bahwa alumunium lebih mudah teroksidasi.
Tetapi terjadi peristiwa yang unik pada logam alumunium, di mana hasil
korosi malah melindungi alumunium dari korosilebih lanjut. Hasil korosi alumunium
menghasilkan lapiran oksida Al2O3 yang kuat dan padat. Berbeda dengan besi lapiran
oksida yang rentan dan berpori berupa Fe2O3 x H2O.

VII. SARAN
1. Paku besi di dalam gelas II yang berisi asam asetat setelah beberapa hari sebaiknya
dikeluarkan dari larutan dan dikenakan udara bebas agar terlihat peristiwa korosi.

Anda mungkin juga menyukai