Laporan2app D-03 Ipo 68
Laporan2app D-03 Ipo 68
No Perusahaan Alamat
1 PT Sriboga Flour Mill JL. Deli No. 10, Tanjung Mas,
50174, Tj. Mas, Kec. Semarang
Utara, Kota Semarang, Jawa
Tengah 50174
2 Istana Telur Jogja Paker, Mulyodadi,
Bambanglipuro, Bantul
Regency, Special Region of
Yogyakarta 55764
3 UD Buah Baru Impor pasar buah dan sayur gemah
ripah gamping, Patukan,
Ambarketawang, Kec. Gamping,
Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta 55294
4 PT Sedia Mesin Indonesia Kaliurang St No.KM. 10,
Gondangan, Sardonoharjo,
Ngaglik, Sleman Regency,
Special Region of Yogyakarta
55581
5 Sayuran Jogja (Say_Yours) Gg. Nakula Jl. Celeban,
Tahunan, Kec. Umbulharjo,
Kota Yogyakarta, Daerah
Istimewa Yogyakarta 55151
Kondisi Pasar 7 3 1
Berdasarkan tabel 2.9 dapat diketahui bahwa nilai Alt. Weight Evaluation
pada Daerah Kaliurang sebesar 0,693 ; Daerah Bantul sebesar 0,181 ; dan
Kulon Progo sebesar 0,126. Dari hasil tersebut pemilihan alternatif
didasarkan pada nilai tertinggi yaitu pada Daerah Kaliurang sebesar 0,693.
Proses bisnis pada usaha Roti dimulai dari mempersiapkan produksi yang
kemudian setelah persiapan sudah matang selanjutnya akan disampaikan bagian
produksi, dimana pembelian bahan baku sebelumnya dilakukan oleh bagian
pengadaan kemudian setelah pembelian bahan baku, maka proses produksi dapat
dilakukan oleh bagian produksi. Setelah produk telah selesai produksi dilakukan
pemeriksaan dan pengepakan terlebih dahulu sebelum didistribusikan kepada
pelanggan yang dilakukan oleh bagian pemasaran. Dimana dalam pemeriksaan
sebagai penjagaan dari kualitas produk itu sendiri.
Nama
Proses pembuatan pakaian
Proses
Proses
Persiapan Produksi Proses Produksi Proses Distribusi
Utama
- Proses
pengadonan
dan
- Memperkirakan
pengembanga
Demand
n
- Persiapan - Proses
- Proses
Mesin pengepakan
Aktivitas pencetakan
- Membuat - Pendataan
Proses adonan
Standar Produk - Distribusi ke
- Proses
- Merencanakan toko
memasak dan
Kebutuhan
pengukuran
Bahan Baku
- Proses QC
(quality
control)
Kegiatan - Menuntukan - Melakukan - Melakukan
Proses jumlah produk pencampuran packaging
yang akan bahan baku terhadap
diproduksi yang sudah produk yang
sesuai disiapkan. sudah jadi
kebutuhan Dimana bahan kedalam
konsummen baku yang wadah yang
dan kondisi dicampur akan sudah
perusahaan menjadi ditentukan
- Melakukan sebuah adonan - Menghitung
pengecekkan - Memasukan jumlah roti
adonan
kedalam
cetakan sesuai
dengan jenis
produk roti
yang
mesin apakah yang di
ditentukan
sudah siap produksi
- Memasukan
dipakai sudah sesuai
roti kedalam
- Menentukan atau belum
oven lalu
produk dengan serta
mengukur
kualitas yang menghitung
apakah roti
diinginkan produk cacat
yang sudah
konsumen yang ada,
matang sesuai
- Mempersiapka dimana
dengan ukuran
n bahan baku nantinya akan
yang
sesuai dengan diperhitungka
diinginkan.
produk yang n
- Melakukan
akan dibuat, - Melakukan
pengecekan
dengan pengiriman
terhadap
melakukan produk
produk yang
pembelian menuju toko
cacat dan
bahan baku utama
melakukan
inspeksi
terhadap
produk yang
tidak sesuai
kualitas
Keterangan :
Level 0 : Proses bisnis Level 2 : Sub proses
Level 1 : Proses kunci Level 3 : Aktivitas
Berikut merupakan peta proses bisnis dalam usaha Roti :
Memperkiraka Menentukan
n Demand jumlah produksi
Pengecekan
Persiapan
mesin yang
Mesin
digunakan
Penerimaan Menentukan
Produksi Membuat
Produk yang
Standar
akan di
Leve Leve Leve
Produk
Leve
produksi
l0 l1 l2 l3
Merencanakan pemebelian
Bahan Baku bahan baku
Proses
Pengadonan Pencampuran
dan Bahan baku
pengembangan
Pembuatan
Memasukan
Rooti proses
adonan
pencetakan
Proses kedalam
adonan
Produksi cetakan
Proses
Memasukan
memasak dan roti ke oven
pengukuran
Inspeksi
Proses QC
produk cacat
Memasukan
Proses
rote kedalam
Pengepakan
kemasan
Pengantaran
Proses
Pendataan kopi ke
Dsitribusi
konsumen
Mengirim roti
Distribusi ke toko
Produk roti dibuat dengan mengikuti permintaan pasar dan membuat produk
dengan berbagai varian rasa yang halal, berkualitas tinggi, higinis dengan harga
yang terjangkau. Dimana produk yang sudah jadi juga akan dipromosikan
melalui media social. Luaran dari proses bisnis yang dilakukan adalah produk
sesuai dengan standar produk yang telah ditetapkan perusahaan dan sesuai
dnegan keinginan konsumen.
BOM adalah daftar komponen yang lengkap, formal, dan terstruktur yang
mencantumkan keanggotaan hierarkis dan hubungan kuantitas dari bahan baku ke
bagian, komponen hingga produk akhir. Bill of Material meliputi daftar barang
atau material yang diperlukan bagi perakitan, pencampuran, dan pembuatan
produk akhir. BOM (Bill of Material) dibuat untuk menentukan barang mana
yang harus dibeli dan barang mana yang harus dibuat. Bill Of Material (BOM)
digunakan untuk Material Requirement Planning (MRP) (Zhang, 2018). Pada
pembuatan produk akan dijabarkan dengan BOM sebagai berikut:
Dari penjabaran diatas dapat diketahui proses tiap bahan sebelum menjadi
roti wortel yang siap dipasarkan. Produk roti wortel memiliki dua level BOM,
dimana pada level 2 adalah semua bahan sebelum diolah dan barang barang
terbebut dibeli dari vendor makanan untuk pembuatan roti, dan vendor
percetakan untuk kemasan. Dari level 2 juga dapat menentukan jumlah material
yang akan dibeli dan kapan dijadwalkan untuk datang maupun diolah.
Simbo Waktu
Jumlah
l (detik)
8 3000
5 1080
1 600
1
Total 15 4680
Dapat dilihat pada peta operasai diatas dimana untuk total waktu
penyelesaian pembuatan roti wortel dibutuhkan waktu sebesar 4680 detik arau
selama 78 menit total waktu prosesnya dari awal sampai ke pengemasan,
material-material yang digunakan bermasalah dari Bill of Material sebelumnya.
Untuk mesin yang digunakan dalam pembuatan roti wortel yaitu ada mesin mixer
untuk mencampu semua bahan yang ada dan juga mesin oven sebagai alat untuk
memanggang roti wortel tersebut. Setelah roti wortel telah selesai diproses
kemudian dimasukan kedalam kemasan lalu dapat langsung dijual ke pelanggan.
Sehingga diketahui untuk kebutuhan setiap mesin untuk lima periode selanjutnya
adalah sebagai berikut:
Tabel 2. 13 Kebutuhan Mesin
Pada perusahaan roti ini kapasitas produksi akan dihitung dengan rumus:
Untuk jumlah jam kerja, durasi mesin, dan jumlah mesin berdasarkan pada
pembahasan sebelumnya ketika membahas kebutuhan mesin. Maka untuk
kapasitas produksi sebesar:
= (2 x 7 x 60 x 24 menit/bulan x 1) : 45
= 224 unit/bulan
Sehigga, dapat disimpulkan bahwa perusahaan mempunyai kapasitas
produksi sebesar 224 unit per bulannya.
Pada perancangan perusahaan kali ini, tata letak produksi mengutamakan aliran
proses yang efektif sehingga tata letak yang hasilkan adalah sebagai berikut:
Berdasarkan gambar layout produksi diatas bisa kita lihat dimana tempat
produksi berada disatu tempat dengan penjualan produk. Pada bagian produksi
setiap tempat diletakkan berdasarkan urutan pengerjaan sehigga meminimalisir
ongkos material handling, memiliki satu pintu untuk keluar dan masuk pada
bagian produksi dengan terdapat tempat cuci tangan supaya pekerja tetap bersih
saat proses produksi. Lokasi pertama adalah untuk bahan baku, memiliki ruangan
sendiri karena untuk menjaga mutu bahan baku, dibagian terdekat adalah tempat
pencampuran semua bahan dimana terdapat mixer, ketika bahan sudah tercampur
menjadi adonan pekerja tidak jauh mengambil Loyang, maka dari itu lokasi
penyimpanan Loyang berada tepat disebelah ruang pencampuran bahan. Masuk
pada proses pemanggangan oven berada ditepi ruangan agar udara panas dapat
keluar ruangan. Pengemasan dilakukan setelah pemanggangan, dan setelah
dikemas produk diletakkan di toko, sehingga tempat pengemasan dekat dengan
pintu yang mengarah keluar agar produk tidak jauh ketika dipindahkan.
Pada bagian penjualan, memiliki tempat yang berisi rak roti untuk dipajang,
selanjutnya kursi untuk konsumen dan meja kasir yang mengarah pintu utama.
Memiliki parkiran untuk motor dan mobil, dan juga terdapat toilet dibagian luar
dikarenakan untuk menjaga kelembaban ruang produksi sehingga untuk toilet
dibagian luar.
Assauri, S. (2008). Manajemen Produksi dan Operasi edisi revisi. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Heizer, J. (2010). Manajemen operasi buku 2 / Jay Heizer, Barry Render. Jakarta:
Salemba Empat .
Hendrawati, T. Y., & Utomo, S. (2015). PEMILIHAN PRIORITAS LOKASI
INDUSTRI SUSU STERILISASI DI JAWA TENGAH DENGAN METODE
ANALYTICAL HIERARKHI PROCESS (AHP). Jurnal Teknologi, Vol 7
No 2.
Husnan, S., & Muhammad, S. (2005). Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta: UPP
AMP YKPN Edisi 4.
IZ. Sutalaksana, d. (2001). Teknik dan Tata Cara Kerja. Bandung: Departemen
Teknik Industri ITB.
Saaty T, L. ( 1993). Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin : Proses Hirarki
Analitik untukPengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. Jakarta:
Pustaka Binaman Pressindo.
Sarwono, S. (1992). Psikologi Lingkungan. Jakarta: Gramedia.
Suliyanto. (2010). Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta: ANDI.
Umar, D. H. (2015). Studi Kelayakkan Bisnis Edisi 3. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Yun Chank, B. (2011). Business Process Management of Telecommunication
Companies: Fulfillment and Operations Support and Readiness Cases.
International Journal of Future Generation Communication and Networking,
73-74 Vol 4 No 3.
Zhang, H. (2018). Development of cost management and aided decision system for
casting enterprises based on ERP. 3010, 1-5.