Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS PERANCANGAN PERUSAHAAN


TEKNIS DAN TEKNOLOGI

Arum Dwi Cahyani


(17522141)
Fikri Kalbarqi Tanggal
Nama / NIM : : 11 Mei 2020
(17522210) Praktikum
Cut Rizki Artsitella
(17522236)
Hari Praktikum : Senin
Batas
Kelompok : D-03 : 17 Mei 2020
Pengumpulan
Yogyakarta, 17 Mei 2020
Kode Asisten : IPO-68
Kriteria Penelitian Asisten
Format :
Isi :
Analisa :
Ainayyah Fatihah
TOTAL : IPO-68

LABORATORIUM INOVASI DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI


JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2020
BAB II
TEKNIS DAN TEKNOLOGI

2.1 Tujuan Tutorial


1. Mahasiswa mengetahui manfaat dari masing-masing aspek dalam kegiatan
operasional kelayakan investasi.
2. Mahasiswa mampu menerapkan dan mengevaluasi Aspek Teknis dan
Teknologi dalam Studi Kelayakan Investasi.

2.2 Lokasi Produksi


Lokasi produksi merupakan bagian yang penting dalam perusahaan. Diamana
dalam penentuan lokasi yang tepat akan berpengaruh terhadap kelangsungan dan
efisiensi perusahaan. Beberapa hal yang harus dipertimbangan dalam pemilihan
lokasi pabrik adalah ketersediaan bahan mentah, letak pasar yang dituju, tenaga
listrik dan air, suplai tenaga kerja, dan fasilitas transportasi (Husnan &
Muhammad, 2005). Lokasi pendirian pabrik juga diusahakan agar tidak
berdekatan dengan industry sejenis sehingga akan dapat terhindar dari persaingan
yang tidak sehat yang akan menyebabkan kualitas bahan baku tidak baik. Selain
itu lokasi pendirian produksi juga harus berada didaerah dimana supplier yang
akan bekerjasama jaraknya tidak jauh dari lokasi produksi (Hendrawati &
Utomo, 2015).
Tujuan penentuan lokasi suatu perusahaan atau pabrik dengan tepat adalah
untuk dapat membantu perusahaan atau pabrik beroperasi dengan lancar, efektif
dan efisien. Maka dari itu penilaian serta keputusan yang diambil harus berdasar
pada masalah yang erat kaitannya dengan perkiraan terhadap pendapatan dan
modal yang akan dikeluarkan. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan selain aspek
kesiapan modal dan mental, juga harus dengan cermat, matang dan penuh
perhitungan dalam kaitannya dengan prospek bisnis yang akan dijalani.
Pemilihan lokasi yang kurang tepat dapat mengakibatkan bisnis tak berjalan
sesuai keinginan atau yang diharapkan. Dari arti penting pemilihan lokasi
tersebut adalah untuk mendapatkan keuntungan pendapatan secara maksimal.
Dalam menentukan lokasi produksi, metode yang digunakan yaitu metode
AHP (Analytic Hierarchy Process). Metode AHP sendiri merupakan suatu
model pengambilan keputusan yang komprehensif dengan memperhitungkan hal
hal yang bersifat kualitatif dan kantitatif. Analytical Hierarchy Process (AHP)
adalah suatu teori pengambilan keputusan multikriteria dengan beberapa faktor
yang dikelola dalam struktur hierarki (Saaty T, 1993). Berikut adalah proses
pemilihan lokasi produksi dengan menggunakan metode AHP (Analytic
Hierarchy Process):
2.2.1 Membangun Hirarki
Tahapan pertama dalm pengambillan keputusan menggunakan AHP adalah
dengan memmbuat struktur hirarki. Dimana dalam membuat hiaraki
dibutuhkan tujuan, kriteria , alternative, dan sub kriteria jika dibutuhkan.
Dalam penelitian ini tujuannya adalah menentukan lokasi terbaik dalam
lokasi pabrik perusabhan yang akan digunakan. Dan alternativ dalam
penelitian mengacu pada lokasi distributor atau supplier bahan baku yang
ditentukan dalam penelitian sebelumnya serta beberapa faktor lain yang
mempengaruhi. Berikut adalah data supplier sebelunya:
Tabel 2. 1 Daftar Supplier

No Perusahaan Alamat
1 PT Sriboga Flour Mill JL. Deli No. 10, Tanjung Mas,
50174, Tj. Mas, Kec. Semarang
Utara, Kota Semarang, Jawa
Tengah 50174
2 Istana Telur Jogja  Paker, Mulyodadi,
Bambanglipuro, Bantul
Regency, Special Region of
Yogyakarta 55764
3 UD Buah Baru Impor pasar buah dan sayur gemah
ripah gamping, Patukan,
Ambarketawang, Kec. Gamping,
Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta 55294
4 PT Sedia Mesin Indonesia Kaliurang St No.KM. 10,
Gondangan, Sardonoharjo,
Ngaglik, Sleman Regency,
Special Region of Yogyakarta
55581
5 Sayuran Jogja (Say_Yours) Gg. Nakula Jl. Celeban,
Tahunan, Kec. Umbulharjo,
Kota Yogyakarta, Daerah
Istimewa Yogyakarta 55151

Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa terdapat 3 lokasi supplier yang


digunakan. Supplier sangat perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi
nantinya. Di daerah Yogyakarta, lokasi yang cocok untuk pembangunan
sebuah pabrik adalah lokaksi yang jauh dari pemukiman atau dapat
dikatakan daerah yang penduduknya masih jarang. Sehingga lokasi produksi
tersebut tidak akan mengganggu pemukiman warga. Maka dari itu
berdasarkan pemukiman yang jarang tersebut maka terbentuklah 3
alternative yang akan dipilih nantinya yaitu, Daerah Bantul, Kulon Progo,
Dan Daerah Kaliurang. Sedangkan kriteria yang harus diperhatikan dalam
penentuan lokasi adalah Kondisi Pasar, Ketersediaan Tenaga Kerja, dan
Sarana Prasarana. Dimana penentuan alternative tersebut
mempertimbangkan beberapa aspek yang dikatakan Husnan & Muhammad
(2005) dalam bukunya mengenai beberapa hal yang harus dipertimbangan
dalam pemilihan lokasi pabrik. Berikut adalah struktur hirarki yang
terbentuk berdasarkan alternative dan kriteria yang telah ditentukan:
Gambar 2. 1 Struktur Hierarki

Berikut penjelasan mengenai kriteria yang dipilih :


1. Ketersediaan Tenaga Kerja
Dalam menentukan lokasi produksi, tenaga kerja yang ada pada suatu
daerah perlu diperhatikan, dimana dengan banyaknya tenaga kerja yang
dapat ditampung maka akan mempermudah produksi tersebut berjalan.
2. Ketersediaan Bahan Baku
Seperti yang dikatakan Hendrawati & Utomo (2015) dalam jurnalnya
mengenai lokasi pendirian produksi yang juga harus berada didaerah
dimana supplier yang akan bekerjasama jaraknya tidak jauh dari lokasi
produksi. Maka dari itu kriteria ini juga perlu dipertimmbangkan guna
kelancaran produksi nantinya.
3. Kondisi Pasar
Kondisi pasar juga merupakan faktor yang perlu diperhatikan dimana
apabila pendirian pabrik atau lokasi produksi sesuai dengan kondisi pasar
yang dituju maka pengembangan produk juga menjadi meningkat. Dimana
kondisi pasar ini juga dapat dilihat melalui lingkungan masyarakatnya.
Lingkungan sendiri merupakan semua benda atau kondisi dimana manusia
dan aktivitasnya termasuk di dalamnya, yang terdapat di dalam ruang
dimana manusia tersebut mempengaruhi kelangsungan hidupnya
(Sarwono, 1992). Mengingat gaya hidup masyarakat berbeda-beda, maka
kondisi pasar juga dapat dilihat melalui gaya hidup masyarakatnya.
2.2.2 Perbandingan Berpasangan
Setelah membuat struktur hirarki yang dilakukan selanjutnya adalah
membuat perbandingan berpasangan. Dimana expert yang digunakan dalam
penelitian ini adalah owner dari perusahaan ini dengan melihat faktor yang
berpengaruh. Berikut adalah perbandingan berpasangan yang telah dilakukan
:
Tabel 2. 2 Perbandingan Berpasangan Antar Alternatif
Tenaga Kebutuhan Kondisi
Kriteria
Kerja Bahan Baku Pasar
Tenaga Kerja 1 1/5 1/7
Kebutuhan
5 1 1/3
Bahan Baku

Kondisi Pasar 7 3 1

Tabel 2. 3 Perbandingan Berpasangan Alternatif terhadap Kriteria Tenaga


Kerja
Tenaga Bantu
Kaliurang Kulon Progo
Kerja l
Kaliurang 1 5 7
Bantul 1/5 1 3

Kulon Progo 1/7 1/3 1

Tabel 2. 4 Perbandingan Berpasangan Alternatif terhadap Kriteria


Kebutuhan Bahan Baku
Kebutuhan Bahan Bantu
Kaliurang Kulon Progo
Baku l
Kaliurang 1 5 4
Bantul 1/5 1 1/3
Kulon Progo 1/4 3 1
Tabel 2. 5 Perbandingan Berpasangan Alternatif terhadap Kriteria Kondisi
Pasar
Kondisi Bantu
Kaliurang Kulon Progo
Pasar l
Kaliurang 1 4 7
Bantul 1/4 1 3
Kulon Progo 1/7 1/3 1

2.2.3 Perhitungan Consistency Rasio


Setelelah melakukan perbandingan berpasangan maka Langkah selanjutnya
adalah perhitungan Consistency Rasio. Berikut adalah perhitungannya :

Tabel 2. 6 Consistency Rasio Antar Alternatif

Tabel 2. 7 Consistency Rasio Tenaga Kerja

Tabel 2. 8 Consistency Rasio Bahan Baku


Tabel 2. 9 Consistency Rasio Bahan Baku

Berdasarkan nilai CR atau Consistency Rasio maka dapat dikatakan semua


data kriteria maupun alternative sudah konsisten, dikarenakan nilai CR ≤ 0,1
dan dikatakan konsisten.

2.2.4 Pengambilan Keputusan


Dan tahap terakhir dalam penentuan lokasi menggunakan metode AHP
adalah tahap pengambilan keputusan. Berikut hasil perhitungan dari
akumulasi data perbandingan berpasangan:
Tabel 2. 10 Penngambilan Keputusan

Berdasarkan tabel 2.9 dapat diketahui bahwa nilai Alt. Weight Evaluation
pada Daerah Kaliurang sebesar 0,693 ; Daerah Bantul sebesar 0,181 ; dan
Kulon Progo sebesar 0,126. Dari hasil tersebut pemilihan alternatif
didasarkan pada nilai tertinggi yaitu pada Daerah Kaliurang sebesar 0,693.

2.3 Proses Bisnis


Proses bisnis adalah serangkaian atau sekumpulan aktifitas yang dirancang
untuk menyelesaikan tujuan strategik sebuah organisasi, seperti pelanggan dan
pasar. Proses bisnis dijelaskan secara terinci dalam bentuk aktifitas tertentu yang
disebut peristiwa (event). Seluruh peristiwa terdiri dari aktifitas-aktifitas yang
lebih rinci lagi, yang dapat berupa bagian dari proses operasi, proses informasi,
dan proses manajemen (Ritchi, 2009). Secara sederhana proses bisnis dapat
diartikan sebagai aliran aktifitas kegiatan (Yun Chank, 2011). Proses bisnis
terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Proses Utama (Primary processes)
Proses-proses yang menghasilkan nilai, mulai dari penerimaan material dari
supplier sampai aktivitas ke pelanggan. Proses utama pada perusahan Roti,
antara lain :
1. Mempersiapkan produksi
2. Memproduksi produk
3. Distribusi produk
b. Proses Pendukung (Support processes)
Proses-proses yang tidak langsung menghasilkan nilai tetapi diperlukan untuk
mendukung proses utama. Meliputi aktivitas finansial dan manajemen
personalia. Proses pendukung pada perusahaan Roti, antara lain:
1. Pengadaan bahan baku
2. Pemeriksaan bahan baku
3. Pemeriksaan quality control
4. Pengelolaan sumber daya manusia
5. Kesehatan dan keselamatan kerja (K3)

Proses bisnis pada usaha Roti dimulai dari mempersiapkan produksi yang
kemudian setelah persiapan sudah matang selanjutnya akan disampaikan bagian
produksi, dimana pembelian bahan baku sebelumnya dilakukan oleh bagian
pengadaan kemudian setelah pembelian bahan baku, maka proses produksi dapat
dilakukan oleh bagian produksi. Setelah produk telah selesai produksi dilakukan
pemeriksaan dan pengepakan terlebih dahulu sebelum didistribusikan kepada
pelanggan yang dilakukan oleh bagian pemasaran. Dimana dalam pemeriksaan
sebagai penjagaan dari kualitas produk itu sendiri.

Berikut proses bisnis dari perusahaan Roti, antara lain:


Tabel 2. 11 Identifikassi Proses Bisnis

Nama
Proses pembuatan pakaian
Proses
Proses
Persiapan Produksi Proses Produksi Proses Distribusi
Utama
- Proses
pengadonan
dan
- Memperkirakan
pengembanga
Demand
n
- Persiapan - Proses
- Proses
Mesin pengepakan
Aktivitas pencetakan
- Membuat - Pendataan
Proses adonan
Standar Produk - Distribusi ke
- Proses
- Merencanakan toko
memasak dan
Kebutuhan
pengukuran
Bahan Baku
- Proses QC
(quality
control)
Kegiatan - Menuntukan - Melakukan - Melakukan
Proses jumlah produk pencampuran packaging
yang akan bahan baku terhadap
diproduksi yang sudah produk yang
sesuai disiapkan. sudah jadi
kebutuhan Dimana bahan kedalam
konsummen baku yang wadah yang
dan kondisi dicampur akan sudah
perusahaan menjadi ditentukan
- Melakukan sebuah adonan - Menghitung
pengecekkan - Memasukan jumlah roti
adonan
kedalam
cetakan sesuai
dengan jenis
produk roti
yang
mesin apakah yang di
ditentukan
sudah siap produksi
- Memasukan
dipakai sudah sesuai
roti kedalam
- Menentukan atau belum
oven lalu
produk dengan serta
mengukur
kualitas yang menghitung
apakah roti
diinginkan produk cacat
yang sudah
konsumen yang ada,
matang sesuai
- Mempersiapka dimana
dengan ukuran
n bahan baku nantinya akan
yang
sesuai dengan diperhitungka
diinginkan.
produk yang n
- Melakukan
akan dibuat, - Melakukan
pengecekan
dengan pengiriman
terhadap
melakukan produk
produk yang
pembelian menuju toko
cacat dan
bahan baku utama
melakukan
inspeksi
terhadap
produk yang
tidak sesuai
kualitas

Keterangan :
Level 0 : Proses bisnis Level 2 : Sub proses
Level 1 : Proses kunci Level 3 : Aktivitas
Berikut merupakan peta proses bisnis dalam usaha Roti :

Memperkiraka Menentukan
n Demand jumlah produksi

Pengecekan
Persiapan
mesin yang
Mesin
digunakan

Penerimaan Menentukan
Produksi Membuat
Produk yang
Standar
akan di
Leve Leve Leve
Produk
Leve
produksi

l0 l1 l2 l3
Merencanakan pemebelian
Bahan Baku bahan baku

Proses
Pengadonan Pencampuran
dan Bahan baku
pengembangan
Pembuatan
Memasukan
Rooti proses
adonan
pencetakan
Proses kedalam
adonan
Produksi cetakan
Proses
Memasukan
memasak dan roti ke oven
pengukuran

Inspeksi
Proses QC
produk cacat

Memasukan
Proses
rote kedalam
Pengepakan
kemasan
Pengantaran
Proses
Pendataan kopi ke
Dsitribusi
konsumen

Mengirim roti
Distribusi ke toko

Gambar 2. 2 Peta Proses Bisnis

Produk roti dibuat dengan mengikuti permintaan pasar dan membuat produk
dengan berbagai varian rasa yang halal, berkualitas tinggi, higinis dengan harga
yang terjangkau. Dimana produk yang sudah jadi juga akan dipromosikan
melalui media social. Luaran dari proses bisnis yang dilakukan adalah produk
sesuai dengan standar produk yang telah ditetapkan perusahaan dan sesuai
dnegan keinginan konsumen.

2.4 Perencanaan Produk


Proses produksi adalah cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau
menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-
sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan, dana) yang ada (Assauri, 2008). Pada
proses produksi pembuatan roti yang telah direncanakan sebelumnya, maka
bahan baku pembuatan roti ini adalah tepung terigu, air, telur,wortel dan
margarin, produk akan dikemas sebaik mungkin sebelum dipasarkan.

2.4.1 Bill Of Material

BOM adalah daftar komponen yang lengkap, formal, dan terstruktur yang
mencantumkan keanggotaan hierarkis dan hubungan kuantitas dari bahan baku ke
bagian, komponen hingga produk akhir. Bill of Material meliputi daftar barang
atau material yang diperlukan bagi perakitan, pencampuran, dan pembuatan
produk akhir. BOM (Bill of Material) dibuat untuk menentukan barang mana
yang harus dibeli dan barang mana yang harus dibuat. Bill Of Material (BOM)
digunakan untuk Material Requirement Planning (MRP) (Zhang, 2018). Pada
pembuatan produk akan dijabarkan dengan BOM sebagai berikut:

Gambar 2. 3 Bill Of Material

Dari penjabaran diatas dapat diketahui proses tiap bahan sebelum menjadi
roti wortel yang siap dipasarkan. Produk roti wortel memiliki dua level BOM,
dimana pada level 2 adalah semua bahan sebelum diolah dan barang barang
terbebut dibeli dari vendor makanan untuk pembuatan roti, dan vendor
percetakan untuk kemasan. Dari level 2 juga dapat menentukan jumlah material
yang akan dibeli dan kapan dijadwalkan untuk datang maupun diolah.

2.4.2 Operation Process Chart


Peta proses operasi menggambarkan langkah langkah operasi dan
pemeriksaan yang dialami bahan atau bahan-bahan dalam urutan-urutannya sejak
awal sampai menjadi barang jadi utuh maupun sebagai bagian setengah jadi dan
memuat informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa lebih lanjut, seperti:
waktu yang dihabiskan, material yang digunakan, dan tempat atau alat atau mesin
yang dipakai (IZ. Sutalaksana, 2001).

Simbo Waktu
Jumlah
l (detik)
8 3000
5 1080
1 600
1
Total 15 4680

Gambar 2. 4 Operational Process Chart

Dapat dilihat pada peta operasai diatas dimana untuk total waktu
penyelesaian pembuatan roti wortel dibutuhkan waktu sebesar 4680 detik arau
selama 78 menit total waktu prosesnya dari awal sampai ke pengemasan,
material-material yang digunakan bermasalah dari Bill of Material sebelumnya.
Untuk mesin yang digunakan dalam pembuatan roti wortel yaitu ada mesin mixer
untuk mencampu semua bahan yang ada dan juga mesin oven sebagai alat untuk
memanggang roti wortel tersebut. Setelah roti wortel telah selesai diproses
kemudian dimasukan kedalam kemasan lalu dapat langsung dijual ke pelanggan.

2.5 Mesin dan Peralatan


Pada proses produksi selain material, perusahaan membutuhkan mesin dan
perlatan untuk mengolah material tersebut menjadi produk jadi yang nantinya
akan dijual. Untuk memproduksi roti wortel mesin yang digunakan adalah oven
dan mixer, untuk ketentuan jam kerja terdiri dari 1 shift dengan waktu kerja
efektif 7 jam kerja tiap shift, untuk hari kerja selama 24 hari efektif per bulan.
Untuk jumlah roti yang akan diproduksi sebanyak hasil forecast yang telah
dihitung sebelumnya. Yaitu masing masing periode sebagai berikut:
Tabel 2. 12 Rencana Penjualan

Period Rencana Penjualan


e (kotak)
1 45
2 45
3 45
4 45
5 45

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tiap bulannya untuk rencana


penjualan yang dilakukan oleh perusahaan yaitu sebesar 45 kotak. Pada produksi
yang dilakukan terdapat tiga line produksi, dengan 2 mesin yang dibutuhkan
yaitu, mixer untuk mencapur semua bahan roti hingga menjadi adonan, Oven
untuk memanggang Roti, selanjutnya roti dikemas kedalam kotak secara manual.
Dengan masing masing waktu mesin mixer dan oven adalah 11 menit dan 45
menit.
Dari data diatas, kebutuhan mesin dalam perusahaan ini akan dihitung
menggunakan rumus:

Gambar 2. 5 Rumus Kebutuhan Mesin

Sehingga diketahui untuk kebutuhan setiap mesin untuk lima periode selanjutnya
adalah sebagai berikut:
Tabel 2. 13 Kebutuhan Mesin

Periode Mesin Mixer Mesin Oven


1 0,04910714 0,200893
2 0,04910714 0,200893
3 0,04910714 0,200893
Periode Mesin Mixer Mesin Oven
4 0,04910714 0,200893
5 0,04910714 0,200893

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat hasil yang didapatkan bahwa


kebutuhan masing masing mesin mixer dan oven adalah masing-masing sebanyak
1 buah mesin. Nilai tersebut diambil dari nilai terbesar dari kebutuhan mesin
dengan mempertimbangkan frekuensi nilai tersebut berdasarkan prediksi volume
penjualan.

2.6 Kapasitas Produksi


Kapasitas produksi merupakan salah satu parameter kemampuan industri
dalam menghasilkan produk terkait dengan ketersediaan mesin, tenaga kerja dan
jam kerja dalam satuan waktu tertentu. Menurut Heizer dan Render, mengartikan
kapasitas adalah hasil produksi (out put) maksimal dari sistem pada suatu periode
tertentu (Heizer, 2010). Kapasitas biasanya dinyatakan dalam angka per satuan
waktu

Pada perusahaan roti ini kapasitas produksi akan dihitung dengan rumus:

Gambar 2. 6 Rumus Kapasitas Produksi

Untuk jumlah jam kerja, durasi mesin, dan jumlah mesin berdasarkan pada
pembahasan sebelumnya ketika membahas kebutuhan mesin. Maka untuk
kapasitas produksi sebesar:
= (2 x 7 x 60 x 24 menit/bulan x 1) : 45
= 224 unit/bulan
Sehigga, dapat disimpulkan bahwa perusahaan mempunyai kapasitas
produksi sebesar 224 unit per bulannya.

2.7 Layout Produksi


Tata letak lantai produksi dirancang dengan harapan untuk memudahkan
dalam aliran proses produksi, sehingga meminimalisir jumlah gerakan dan
membuat produksi efektif dan efisien. Menurut (Jauhari et al., 2019) penting
untuk menempatkan fasilitas sesuai dengan perhitungan total jarak, ongkos
material handling, mulai dari mesin, peralatan, bahan baku hingga aliran proses.

Pada perancangan perusahaan kali ini, tata letak produksi mengutamakan aliran
proses yang efektif sehingga tata letak yang hasilkan adalah sebagai berikut:

Gambar 2. 7 Layout produksi

Berdasarkan gambar layout produksi diatas bisa kita lihat dimana tempat
produksi berada disatu tempat dengan penjualan produk. Pada bagian produksi
setiap tempat diletakkan berdasarkan urutan pengerjaan sehigga meminimalisir
ongkos material handling, memiliki satu pintu untuk keluar dan masuk pada
bagian produksi dengan terdapat tempat cuci tangan supaya pekerja tetap bersih
saat proses produksi. Lokasi pertama adalah untuk bahan baku, memiliki ruangan
sendiri karena untuk menjaga mutu bahan baku, dibagian terdekat adalah tempat
pencampuran semua bahan dimana terdapat mixer, ketika bahan sudah tercampur
menjadi adonan pekerja tidak jauh mengambil Loyang, maka dari itu lokasi
penyimpanan Loyang berada tepat disebelah ruang pencampuran bahan. Masuk
pada proses pemanggangan oven berada ditepi ruangan agar udara panas dapat
keluar ruangan. Pengemasan dilakukan setelah pemanggangan, dan setelah
dikemas produk diletakkan di toko, sehingga tempat pengemasan dekat dengan
pintu yang mengarah keluar agar produk tidak jauh ketika dipindahkan.

Pada bagian penjualan, memiliki tempat yang berisi rak roti untuk dipajang,
selanjutnya kursi untuk konsumen dan meja kasir yang mengarah pintu utama.
Memiliki parkiran untuk motor dan mobil, dan juga terdapat toilet dibagian luar
dikarenakan untuk menjaga kelembaban ruang produksi sehingga untuk toilet
dibagian luar.

2.8 Aspek Hukum (Yuridish)


Pendirian sebuah usaha harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah, sebagai suatu bentuk
tanggung jawab untuk mendukung kemajuan ekonomi. Pada sebuah perusahaan
roti ada beberapa aturan hukum yang harus dilengkapi agar mendapat legalitas
dari pemerintah setempat sehingga dapat melakukan aktivitas yang telah
ditentukan. Menurut (Suliyanto, 2010) Ketentuan hukum untuk setiap jenis usaha
berbeda-beda, tergantung pada kompleksitas bisnis tersebut. Adanya otonomi
daerah menyebabkan ketentuan hukum dan perizinan antara daerah yang satu
dengan daerah yang lain berbeda-beda. Terdapat juga aspek hukum yang dikenal
dengan istilah CSR (Corporate Social Responsibility) dimana agar sebuah
perusahaan tidak hanya memiliki orientasi ekonomis namun juga mempunyai
nilai sosial, yaitu mengelola hubungan dengan masyarakat.
Berikut merupakan izin usaha yang harus dipenuhi perusahaan roti agar
mendapat pengakuan resmi dan alat bukti penegesahan dari pemerintah:
1. SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan)
Siup adalah surat izin yg diberikan oleh menteri atau pejabat yang ditunjuk
kepada pengusaha untuk melaksanakam kegiatan usaha di bidang
perdagangan dan jasa. SIUP diberikan kepada para pengusaha, baik
perseorangan, firma, CV, PT, koperasi, BUMN. SIUP wajib dimiliki karena
sebagai alat atau bukti pengesahan dari usaha perdagangan yang dilakukan.
Peraturan Menteri Perdagangan Permendag No. 36/M-DAG/PER/9/2007
tentang PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN. Peraturan
Menteri Perdagangan Permendag No. 46/M-DAG/PER/9/2009 tentang
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/M-DAG/PER/9/2007 TENTANG
PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN
2. SITU (Surat Izin Tempat Usaha)
Dasar hukum Surat Izin Tempat Usaha (SITU) biasanya dikeluarkan oleh
pemerintah dalam bentuk Perda (Peraturan Daerah). Di dalam peraturan
daerah tersebut diatur mengenai bagaimana sistem untuk mendapatkan SITU
dan informasi lainnya yang terkait dengan SITU (Surat Izin Tempat Usaha)
tersebut.
3. BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan)
BPOM sendiri telah memiliki jaringan nasional dan internasional yang
memiliki kewenangan dalam penegakan hukum dan memiliki kredibilitas
profesional yang tinggi. Tugas Utama BPOM Berdasarkan Pasal 67
Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 adalah  melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan
ketentuan peraturan per Undang-Undangan yang berlaku.

2.9 Aspek Lingkungan (AMDAL)


AMDAL adalah singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan,
dan Undang- Undang 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup disebutkan bahwa AMDAL merupakan kajian mengenai
dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
Maksud pelaksanaan dan penyusunan dokumen AMDAL adalah:
1. Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah.
2. Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan
hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan.
3. Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup.
4. Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu
rencana usaha dan atau kegiatan.
5. Mengetahui dampak penting dari suatu rancangan usaha/kegiatan.
Dampak lingkungan yang dapat terjadi berdasarkan pemilihan lokasi terhadap
pembangunan perusahaan ini adalah sebagai berikut :
a. Dimana dengan lokasi yang terpilih adalah di daerah Kaliurang, maka
untuk kondisi lingkungan didaerah tersebut bisa dikatakan masih terdapat
banyakk loahan kosong yang jauh dari pemukiman.
b. Kondisi suhu yang dapat dibilang suhu dingin mungkin akan
memerlukan sedikit adaptasi untuk karyawan yang berasal dari daerah
luar. Serta perubahan gaya hidup mungkin akan terjadi apabila terdapat
tenaga kerja dari luar daerah yang memiliki gaya hidup berbeda.
c. Polusi udara dan Polusi kebisingan suara dapat terjadi dalam suatu
perusahaan industri, begitupun perusahaan roti. Maka dari itu untuk
polusi udara perlu dialakukan observasi lebih lanjut dalam
penanganannya.
d. Pencemaran lingkungan seperti limbah sisa industri dan ppencemaran air
juga merupakan dampak yang mungkin terjadi. Maka dalam sebuah
perusahaan industri haruslah memiliki solusi dari limbah yang dihasilkan
untuk dibuat sesuatu yang bermanfaat dan tidak langsung membuangnya
kelingkungan hidup yang masih bagus.

AMDAL harus ilakuakan agar kualitas lingkungan tidak rusak dengan


beroperasinya proyek-proyek industri. Manusia dalam usahanya untuk memenuhi
kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan melakukan aktivitas yang makin
lama makin mengubah lingkungannya. Pada awalnya perubahan lingkungan itu
belum menjadi masalah, namun setelah perubahan itu menjadi di luar ambang
batas, maka manusiia tidak dapat mentolerir lagi perubahan yang dirugikan itu
(Umar, 2015). Dalam AMDAL terdapat 5 dokummen yang terdiri dari :
1. PIL (Penyajian Informasi Lingkungan)
2. KA (Kerangka Acuan)
3. ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan)
4. RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan)
5. RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan
2.10 Kesimpulan
1. Dalam kegiatan operasional kelayakan investasi, terdapat beberapa aspek yaitu
teknis dan teknologi, hukum dan Amdal. Aspek teknik dan teknologi memiliki
manfaat untuk membuat produksi menjadi lebih efektif dan efisien dengan
memperhitungankan kapasitas produksi, jumlah mesin, material dan alur proses
produksi. Pada aspek hukum bermanfaat sebagai legalitas berdirinya suatu usaha,
serta mengelola hubungan dengan masyarakat. Sedangkan aspek Amdal
berfungsi memperkirakan besaran dampak dari komponen kegiatan serta perlu
tidaknya prakiraan tersebut dikendalikan terhadap lingkungan tempat perusahaan
berdiri.
2. Dalam analisis kelayakan teknis pada perusahaan roti, aspek teknis dan
tekonologi yang diterapkan adalah sebagai berikut:
a) Penentuan Kapasitas Produksi
b) Perencanaan produk
c) Mesin dan peralatan
d) Lokasi Produksi, Layout produksi dan Letak Pabrik
e) Aspek hukum dan aspek lingkungan
DAFTAR PUSTAKA

Assauri, S. (2008). Manajemen Produksi dan Operasi edisi revisi. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Heizer, J. (2010). Manajemen operasi buku 2 / Jay Heizer, Barry Render. Jakarta:
Salemba Empat .
Hendrawati, T. Y., & Utomo, S. (2015). PEMILIHAN PRIORITAS LOKASI
INDUSTRI SUSU STERILISASI DI JAWA TENGAH DENGAN METODE
ANALYTICAL HIERARKHI PROCESS (AHP). Jurnal Teknologi, Vol 7
No 2.
Husnan, S., & Muhammad, S. (2005). Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta: UPP
AMP YKPN Edisi 4.
IZ. Sutalaksana, d. (2001). Teknik dan Tata Cara Kerja. Bandung: Departemen
Teknik Industri ITB.
Saaty T, L. ( 1993). Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin : Proses Hirarki
Analitik untukPengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. Jakarta:
Pustaka Binaman Pressindo.
Sarwono, S. (1992). Psikologi Lingkungan. Jakarta: Gramedia.
Suliyanto. (2010). Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta: ANDI.
Umar, D. H. (2015). Studi Kelayakkan Bisnis Edisi 3. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Yun Chank, B. (2011). Business Process Management of Telecommunication
Companies: Fulfillment and Operations Support and Readiness Cases.
International Journal of Future Generation Communication and Networking,
73-74 Vol 4 No 3.
Zhang, H. (2018). Development of cost management and aided decision system for
casting enterprises based on ERP. 3010, 1-5.

Anda mungkin juga menyukai