Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

DAURAH MARHALAH 3

THE ART OF COMMUNICATION : KADER KAMMI SEBAGAI


PEJUANG LITERASI DI ERA GHAZWUL FIKRI
Diajukan untuk memenuhi penugasan Daurah Marhalah 3 KAMMI DKI Jakarta

Disusun Oleh
Adhisty Khoerunnisa Fitri Septiani Priyanto Putri, S.I.Kom

KAMMI DAERAH BANDUNG


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur terhatur atas kehadirat Allah SWT yang dengan
kasih sayang-Nya, tercurah rahmat dan karunia kepada penulis sehingga bisa
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada utusan terakhir, yang membawa cahaya bagi umat manusia
Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan pengikutnya hingga
akhir zaman.
Penulisan makalah ini diajukan untuk memenuhi penugasan Daurah
Marhalah 3 KAMMI DKI Jakarta. Adapun judul makalah yang penulis uraikan
yaitu “The Art of Communication : Kader KAMMI Sebagai Pejuang Literasi
Di Era Ghazwul Fikri”. Judul tersebut merupakan hasil dari korelasi tema dan sub
tema yang ada pada SOP Pelaksanaan DM3 KAMMI DKI Jakarta. Sesuai dengan
kepakaran dan jurusan masing-masing peserta. Adapun penulis sendiri merupakan
sarjana Ilmu Komunikasi dan saat ini berkarya di bidang media digital, literasi dan
jurnalistik.
Dalam proses penyelesaian makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal
mungkin dan tidak lepas dari bimbingan, dukungan serta doa dari berbagai pihak
yang sangat berperan penting. Seperti kehadiran senior KAMMI Daerah Bandung,
rekan seperjuangan, juga para panitia pelaksana DM3 KAMMI DKI Jakarta yang
sedia membimbing. Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih memiliki
kekurangan. Karenanya, penulis sangat terbuka dengan saran dan masukan yang
membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat
memberikan manfaat dan menjadi literatur bagi peserta DM3 selanjutnya.
Khususnya untuk kepakaran di bidang media, literasi dan jurnalistik yang
berkorelasi dengan kiprah KAMMI untuk membangun Indonesia.

Bandung, 14 November 2022

Adhisty Khoerunnisa Fitri S P P, S.I.Kom

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 3
D. Manfaat Penulisan ..................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 4
E. Ghazwul Fikri dalam Framing Media ........................................................ 4
F. Media Sebagai Senjata Ghazwul Fikri ....................................................... 7
G. Evaluasi Kritis dan Tawaran Solusi Pergerakan KAMMI dalam
Menghadapi Ghazwul Fikri ....................................................................... 8
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hakikat manusia melakukan komunikasi untuk menyampaikan pesan
kepada lawan bicaranya atau oranglain untuk mencapai tujuan tertentu. Jika
menarik perkataan Effendy (2004) bahwa komunikasi tersebut dilakukan bukan
hanya untuk memberikan informasi dan pesan kepada oranglain, namun untuk
mengubah sikap, pendapat dan perilaku baik secara langsung maupun
menggunakan media perantara. Media yang dimaksudkan disini, seperti media
social, media digital dan media massa. Adapun yang saat ini terjadi, media sosial
menjadi ruang komunikasi bagi semua golongan dari berbagai latarbelakang.
Berbicara tentang media massa, yang secara definitif merupakan sarana
komunikasi dalam penyampaian pesan-pesan dan juga sebagai alat komunikasi
untuk menyebarkan berita ke masyarakat luas. Dengan menggunakan alat-alat
komunikasi seperti radio, surat kabar, TV dan film. Diperkuat dengan yang
disampaikan Bungin (2006) media massa diartikan sebagai media komunikasi dan
informasi yang melakukan penyebaran informasi secara masal dan dapat diakses
oleh masyarakat banyak.
Adapun kenyataan hari ini, media massa menjadi senjata ampuh dalam
mentransfer pemahaman dan membuat suatu perubahan. Dalam literaturnya
Straubhaar (2008) menyebutkan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada
media akan selalu disertai oleh perubahan pada masyarakatnya. Karena media
memiliki kekuatan untuk mempengaruhi manusia; membentuk karakter, pemikiran,
dan sikap mereka. Opini yang disebar media massa ibarat sihir, bisa tiba-tiba
menjadi opini publik padahal belum teruji kebenarannya.
Menilik dari begitu besarnya pengaruh media, hal ini menjadikan musuh-
musuh Islam memakainya sebagai senjata untuk merusak umat muslim. Tak cukup
memberangus kaum Muslimin secara fisik dengan invasi militer di beberapa negara
berpenduduk Muslim. Kini orang-orang musyrik pun menggencarkan strategi
mematikan ghirah keislaman di dalam internal ummat Islam sedunia melalui penggunaan
media social. Dengannya, mereka lebih mudah menjajah mulkiyah Allah, baik di dunia

1
nyata maupun dunia maya, mencaploki wilayah Muslim diawali dengan pelucutan budaya,
pola pikir, dan akidah ummat Islam tanpa banyak perlawanan.
Salah satu proses pelemahan ummat adalah dengan menggencarkan
kampanye ghozwul fikri (perang pemikiran) melalui mindset plotting. Dimana
pemahaman berpikir ummat akan digiring sesuai dengan keinginan musuh Islam.
Salah satu tekniknya adalah dengan menghembuskan isu yang dapat memecah
belah ummat melalui strategi namimah atau adu domba.
Namimah yang biasa mereka hembuskan tak jauh dari anggapan bahwa
Muslim yang baik adalah yang duduk manis, beribadah ritual dan anti politik.
Sebaliknya, ummat yang kritis, bulat tekad menggenggam risalah
sunnatullah dilabeli fundamentalis, ekstrimis, bahkan teroris. Maka dapat
dipastikan, sesuai harapan “Barat”, satu Muslim akan berpikir lebih baik dari
Muslim lainnya dan berpecah belah.
Seperti halnya pelabelan lain, yakni “teroris”. Pada era 80-an, kata ‘teroris’
dikenal masyarakat lewat film-film Hollywood untuk menandai tokoh jahat
berkebangsaan Rusia. Namun tengok hari ini, kata itu bergeser, mengerucut kepada
para “pejuang Islam radikal”, sesuai label yang dituduhkan “Barat”. Maka dari
sanalah muncul musuh dunia yang baru yakni “teroris”, dan perang guna
melawannya yang disebut “kontra-terorisme”.
Satu kata majemuk itu dapat menghancurkan kekuatan Muslim sedunia.
Kontra-terorisme menjadi upaya yang diseriusi oleh banyak negara anti-Muslim.
Selama hampir beberapa dekade, strategi yang diberlakukan masih tetap sama,
mulai dari memata-matai, hingga menggiring opini publik. Namun, sesuai dengan
evolusi teknologi, mekanismenya mengalami pergeseran secara signifikan.
Lewat apa pergeseran itu? Berfokus pada pencitraan Islam sebagai agama
“penebar kebencian dan kekerasan”. Negara-negara anti-Muslim tidak hanya
meracuni non-Muslim yang gandrung akan informasi, namun juga memecah belah
ummat Islam yang turut memanfaatkan media digital sebagai alat berjihad. Mereka
melakukan kampanye pencitraan buruk Islam melalui beragam perangkat media,
seperti media massa, media sosial dan lain sebagainya. Pada intinya, yang menjadi
target atau sasaran dari Ghazwul Fikri adalah pola pikir, akhlak (perilaku), dan
aqidah dari umat Islam.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan ghazwul fikri yang berkolerasi dengan media?;
2. Bagaimana pemanfaatan media sebagai senjata untuk memenangkan perang
pemikiran?;
3. Apa strategi yang dapat dilakukan oleh kader KAMMI dalam
memanfaatkan media di era ghazwul fikri?.

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan secara komprehensif mengenai ghazwul fikri;
2. Melahikan ide dan inovasi untuk memanfaatkan media sebagai sanjata
utama kader KAMMI menghadapi ghazwul fikri;
3. Memaparkan strategi konkret untuk menjaga Indonesia dan umat Islam di
era ghazwul fikri.

D. Manfaat Penulisan
1. Segi Kebijakan
Penulisan makalah ini difokuskan agar bisa memberikan sudut pandang
baru sekaligus memberikan wacana mengenai gerakan KAMMI
kedepannya dalam merawat Indonesia dengan memperkuat peranan kader
di bidang Media
2. Segi Praktik
Makalah ini diharapkan dapat menjadi wacana sebagai bahan rujukan serta
acuan guna riset setelahnya. Tidak hanya itu, hasil penulisan ini pula
diharapkan dapat memberikan informasi dan meningkatkan kesadaran
kepada para kader KAMMI dalam upaya merawat Indonesia.

3
BAB II
PEMBAHASAN

Pada BAB ini penulis akan membahas dan menguraikan hasil bacaan
literatur mengenai perkembangan dan dinamika cadar ghazwul fikri khususnya di
Indonesia. Kemudian setelah itu, dikorelasikan dengan peranan dan strategi
KAMMI, sebagai organisasi kepemudaan muslim dalam merawat Indonesia dan
mewujudkan cita-cita kejayaan 2045. Adapun dalam penulisan makalah ini,
peranan dan strategi tersebut difokuskan pada bidang media. Hal tersebut karena
berdasarkan SOP Pelaksanaan DM3 KAMMI DKI Jakarta, diarahkan untuk sesuai
dengan kepakaran dan jurusan masing-masing.
Profil penulis sendiri, merupakan mahasiswa lulusan dari Program Studi
Ilmu Komunikasi dengan konsentrasi Jurnalistik di Universitas Pendidikan
Indonesia. Selain itu, penulis juga pernah mendapatkan pengalaman semasa kuliah,
sebagai reporter magang di CNN Indonesia dan news anchor di Radio MQFM.
Selaras dengan kepakaran yang digeluti saat ini di dunia professional, sebagai Head
of Crowdfunding Direktorat Digital Growth & Strategy (DGS) di Daarut Tauhiid
Peduli (DT Peduli). Selain itu berkarya juga sebagai Project Manager Personal
Branding di PT Citra Niaga Abadi, dalam mengusung salah satu tokoh dari PKS
untuk maju sebagai Walikota Bandung 2024.
Adapun poin pembahasan pada BAB ini, sesuai dengan rumusan masalah
yang sudah dipaparkan pada BAB 1. Berikut juga dengan latarbelakang alasan
mengapa memilih judul dan pembahasan tersebut. Diawali dengan pembahasan
ghazwul fikri, media, dan peran kader Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim
Indonesia.
E. Ghazwul Fikri dalam Framing Media
Peradaban saat ini sering disebut sebagai peradaban informasi. Bagaimana
tidak? Informasi telah menjadi komoditas bahkan sumber utama kekuasaan.
Informasi tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk membentuk opini publik
yang mempengaruhi dan mengendalikan pikiran, sikap, dan perilaku manusia
Bahkan sebagai sarana untuk melancarkan misi ghazwul fikri, selain
pendidikan, hiburan & olah raga, yayasan & LSM. Maka pers dan media, dalam

4
dunia digital di era ini menempati posisi yang sangat penting. Antara lain salah satu
dampak terbesarnya, dapat membentuk opini umat Islam. Hingga pada akhirnya,
muncul sebuah anggapan yang disampaikan Romly (2003) bahwa sumber baru
kekuasaan saat ini adalah “informasi di tangan banyak orang” (the new source of
power is information in the hand of many), dan siapa yang menguasai media massa
maka dialah pengendali atau penguasa dunia.
Kenyataan yang membuktikan, di dunia ini tak sedikit pers yang menaikan
aneka bentuk tulisan yang substansi isinya bukan hanya memojokkan Islam,
menyakiti hati kaum mukmin, menghina Nabi serta melecehkan Al-Quran, tetapi
lebih dari sekedar itu. Musuh-musuh Islam telah menggunakan media sebagai
corong yang efektif untuk merontokkan keislaman kita. Dan keadaan bisa
bertambah buruk lagi, kalau para pemimpin umat islam bukanya memihak Islam,
tapi justru memihak dan membela musuh-musuh Allah SWT.
Disinilah peran media Islam sangat dibutuhkan dan diharapkan mampu
menjadi alternatif berita yang lebih banyak menyudutkan Islam dan selalu bersikap
anti terhadap para aktivisnya. Dan mau tidak mau kita harus mengakui bahwa umat
Islam harus menguasai media. Maka dengan potensi umat Islam yang sangat besar
ini, alangkah baiknya bila umat Islam diajak bersatu dan memperjuangkan
berdirinya sebuah media.
Agar aspirasi dan pandangan umat Islam akan nasibnya sendiri bisa
didengarkan oleh orang-orang yang mempunyai pandangan miring terhadap Islam,
terutama masyarakat awam yang bertahun-tahun dicekoki oleh media yang
notabene dikelola oleh musuh-musuh Islam. Agar masyarakat awam mendapat
informasi yang jelas tentang agamanya sendiri. Peran umat dalam mendukung
proyek ini harus diberdayakan dari kalangan pengusaha, ulama dan aktivis Islam
seperti para kader KAMMI.
Maka sebelum lebih lanjut merancang strategi kader KAMMI dalam
menguatkan peranan di media, kita kenali lebih dulu bagaimana muslihat para
musuh Islam dalam melancarkan misi ghazwul fikri, sebagai berikut:
1. Tasykik (keraguan)
Menimbulkan keragu-raguan dan pendangkalan dalam jiwa umat Islam
terhadap agamanya. Yang menjadi sasaran utama dalam metode ini adalah

5
validitas sumber-sumber hukum islam, yaitu Al-Quran dan Hadis. Berbagai
teori bohong diungkapkan oleh para orientalis untuk menimbulkan keragu-
raguan akan kebenaran wahyu Allah. Mereka menuduh bahwa isi Al-quran
sudah tidak rasional agar umat Islam tidak lagi mengkajinya.
2. Tasywih (pengaburan)
Adalah upaya orang kafir untuk menghilangkan kebanggaan kaum
muslimin terhadap Islam dengan cara menggambarkan Islam secara buruk.
Seringkali mereka menyematkan gelar seperti teroris, fundamentalis,
ekstrimis, Islam garis keras dan lain-lain. Tentunya julukan tersebut tidak
hanya sebagai hinaan semata bagi kaum muslimin, melainkan juga salah
satu bentuk tasywih agar umat Islam mulai tidak bangga terhadap agamanya
sendiri.
3. Tadzwiib (pelarutan)
Mencampuradukan antara pemikiran dan budaya Islam dengan pemikiran
dan budaya jahiliyah. Tujuanya jelas yaitu agar tidak lagi ada jarak
pemikiran dan budaya Islam dengan pemikiran dan budaya kufur. Sehingga
umat Islam tidak tahu lagi mana pemikiran dan budaya islam dan mana yang
bukan.
4. Taghrib (westernisasi)
Mendorong umat Islam untuk menyenangi dan menerima pemikiran,
kebudayaan dan gaya hidup orang-orang barat. Taghrib berusaha keras
untuk mengeringkan nilai-nilai islam dari jiwa umat Islam dan mengisinya
dengan nilai-nilai barat yang menyimpang.

Ghazwul fikri sering tidak dirasakan umat Islam. Bahkan, cendekiawan dan
intelektual Muslim sendiri bisa terjebak dengan model pemikiran yang
menyesatkan. Menurut mereka, semua pemikiran ala Barat dianggap lebih modern
dan maju. Kenyataannya, mereka telah disesatkan tanpa sadar. Karenanya sebagai
pribadi Muslim Negarawan, kita petakan strategi dan peranan kita untuk
memenangkan perang pemikiran ini, dalam rangka menjaga umat Islam dan
merawat Indonesia.

6
F. Media Sebagai Senjata Ghazwul Fikri
Persatuan dan rasa persaudaraan umat Islam yang sangat kuat membuat
Islam tidak dapat dikalahkan dalam perang fisik. Bukan itu saja, hal utama yang
menjadi titik kekutan Islam adalah keyakinan yang mendalam terhadap ajaran Islam
dan kecintaannya terhadap Allah SWT dan Rasulullah. semua itu terbukti dari
beberapa perang yang dilakukan umat muslimin mulai dari Perang Badar hingga
Perang Salib.
Kekuatan Islam yang tidak dapat dihadapi oleh musuh, membuat musuh
Islam menjadi geram. Segala cara dilakukan seperti penghinaan, pemboikotan,
ancaman hingga penyerangan fisik dalam jumlah besar. Tapi atas berkat rahmat dan
izin Allah SWT semua itu dapat dihadapi kaum muslim. Puncak dari kegeraman
musuh Islam terjadi ketika kaum muslimin memukul mundur pasukan Perang Salib.
Kekalahan tersebut membuat musuh berpikir ekstra keras untuk menyusun kembali
strategi. Didorong kedengkian yang tekun, akhirnya musuh Islam mendapatkan
strategi yang jitu yakni dengan perang pemikiran (ghazwul fikri).
Perang pemikiran (ghazwul fikri) sifatnya berbeda dengan perang fisik. Jika
pada perang fisik musuh menggunakan senjata untuk menyerang umat
Islam, perang pemikiran menggunakan logika dan ilmu pengetahuan untuk
menyerang umat Islam. Dengan perang pemikiran mereka mengacak-acak aqidah
umat muslim dan membuat aqidah umat muslim ragu.
Berbagai cara yang dilakukan oleh musuh Islam dalam menjalankan
ghazwul fikri, salah satu yang paling efektif adalah melalui media massa. Dewasa
ini, kekuatan-kekuatan media massa sebagian besar dimiliki oleh musuh-musuh
Islam. Mereka menguasai informasi dari berbagai sudut. Hal itu dikarenakan
keunggulan sistem, teknik dan media informasi yang tersebar luas di dunia. Peran
media dalam pembuatan opini publik sangatlah efektif. Dengan mudah sebagian
besar penikmat media dapat menyerap informasi yang belum tentu kebenarannya.
Seringkali isi berita memojokkan umat Islam bahkan yang paling parah mereka
memelintir isi berita. Teringat sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Qs. Al
Hujurat ayat 6

‫صبِ ُحوا عل َٰى ما فع ْلت ُ ْم َٰن ِدمِين‬ ِ ُ ‫َٰيٓأيُّها ٱلَّذِين ءامنُ ٓوا ِإن جآءكُ ْم فاس ًِۢق بِنبإ فتبيَّنُ ٓوا أن ت‬
ْ ُ ‫صيبُوا ق ْو ًۢما بِج َٰهلة فت‬

7
Artinya : “Wahai orang-orang yang Beriman, apabila datang seorang fasiq dengan
membawa suatu informasi, maka periksalah dengan teliti agar kalian tidak
menimpakan musibah kepada suatu kaum karena suatu kebodohan. Sehingga
kalian menyesali perbuatan yang telah kalian lakukan”.
Turunnya ayat tersebut untuk mengajarkan kepada kaum muslimin agar
berhati-hati dalam menerima berita dan informasi. Sebab informasi sangat
menentukan mekanisme pengambilan keputusan, dan bahkan entitas keputusan itu
sendiri. Keputusan yang salah akan menyebabkan semua pihak merasa menyesal.
Pihak pembuat keputusan merasa menyesal karena keputusannya itu menyebabkan
dirinya mendhalimi orang lain. Pihak yang menjadi korban pun tak kalah
sengsaranya mendapatkan perlakuan yang dhalim. Maka jika ada informasi yang
berasal dari seseorang yang integritas kepribadiannya diragukan harus diperiksa
terlebih dahulu.
Dewasa ini, musuh-musuh Islam telah menguasai sebagian besar link media
massa utama di dunia. Sebagaimana yang disampaikan Syamsul (2000) mencakup
kantor-kantor berita terkemukan di dunia (news agency), surat kabar (press) dan
jaringan TV/radio, industri sinema dan program TV, serta industri percetakan,
penerbitan (publishing) dan penyaluran.
Berdasarkan pemaparan diatas yang diperkuat dengan beberapa literatur,
menunjukan dahsyatnya peran media sebagai senjata dalam memenangkan perang
pemikiran ini. Maka selanjutnya secara strategis penulis akan memaparkan peranan
kami, berikut juga dengan evaluasi kritis dan tawaran solusi. Sesuai dengan
ketentuan poin bahasan yang tercantum dalam SOP Pelaksanaan DM3 KAMM DKI
Jakarta.
G. Evaluasi Kritis dan Tawaran Solusi Pergerakan KAMMI dalam Menghadapi
Ghazwul Fikri
Dunia dakwah dewasa ini mengalami tantangan yang semakin berat,
terutama dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta
kompleksnya problem sosial yang dihadapi manusia. Di sisi lain perkembangan
media komunikasi yang semakin modern tampaknya akan sangat membantu
aktivitas dakwah Islam. Peluang dakwah Islam akan semakin terbuka lebar ketika
para da’i dan aktivis muslim seperti kader KAMMI mampu memanfaatkan media

8
dala bentuk apapun (massa, digital dsb). Karena peluang penyebaran pesan-pesan
dakwah akan semakin masif dengan perantara media yang ada.
Karenanya berikut ini langkah-langkah strategis yang dapat menjadi
tawaran solusi dalam memenangkan perang pemikian melalui penguasaan media
khususnyaoleh kader KAMMI. Penuhilah beranda media sosial dan tayangan media
massa juga bacaan media cetak masyarakat Indonesia, oleh informasi yang
menambah kecintaan mereka pada Islam. Rumus yang penulis gagas “3 Action for
1 Revolution”. Adapun tiga langkah nyata yang dapat dilakukan adalah :

▪ Kenali potensi diri sendiri, dan buatlah


Create Your Personal
Branding oranglain mengetahuinya.
▪ Menampilkan pribadi Muslim Negarawan di
profiling media sosial setiap kader KAMMI.
▪ Aktif menyuarakan, menanggapi dan
mengawal isu umat dan Indonesia, kemudian
membagikannya ke media sosial.
▪ Izinkan oranglain untuk mengenal KAMMI
melalui personal branding setiap kadernya
yang menghasilkan karya.

▪ Setelah terbangun personal branding, maka


Collaboration is Key perluas ‘kolam’ mad’u nya dengan
kolaborasi sesame kader KAMMI.
▪ Buatlah karya yang mengunggulkan potensi
masing-masing untuk disebarkan melalui
media.
▪ Challenge diri sendiri untuk aktif
mengirimkan opini ke beberapa media massa
untuk dimuat di kanal mereka setiap
bulannya.

9
▪ Modal utama memulai kebaikan itu niat yang
Put Your Heart Into
Your Creations suci dan berpusat pada Allah. Maka ikut
sertakan hati kita dalam setiap karya yang
kita bagikan.
▪ Amalkan terlebih dahulu ilmunya sebelum
disampaikan pada public.
Adapun program yang secara konkret dapat di terapkan pada setiap
komisariat, daerah maupun wilayah adalah OKOC (One Kader One Creation).
Minimal setiap bulannya secara konsisten setiap elemen kader KAMMI baik yang
di tingkat kampus, daerah maupun wilayah, dapat membagikan 1 konten/karya di
media. Program tersebut menjadi instruksi langsung secara terpusat, dan dapat
dilaksanakan dengan suka hati oleh setiap kader KAMMI.

10
BAB III
PENUTUP

Dalam ajaran Islam, memberikan informasi yang benar dan bermanfaat


sangat dianjurkan, dan ini dinilai termasuk bagian dari dakwah. Demikian pula
dalam menggunakan media sosial pada masa kini, wajib menghasilkan faidah.
Sebagaimana sepenggal kalimat indah yang tercantum dalam kredo gerakan
KAMMI bahwa “..kami adalah putra-putri kandung dakwah, akan beredar
bersama dakwah ini ke mana pun perginya, menjadi pembangunnya yang paling
tekun, menjadi penyebarnya yang paling agresif, serta penegaknya yang paling
kukuh”.
Maka menghadapi ghazwul fikri ini sudah bukan saatnya lagi kader
KAMMI topang dagu dan hanya menjadi penonton menyaksikan identitas
keislaman umat dilucuti. Salah satu upaya memenangkan peran ini dengan
menguasai media, seminimal mungkin adalah aktif menggunakan media sosial
pribadi sebagai etalase dakwah.
Tampilkan secara rapi, indah dan menggugah, setiap kebesaran Allah
kepada saudara kita diluar sana. Agar menambkan kecintaan pada Islam, pada
agamanya. Karena menghadapi perang pemikiran ini kita perlu saling bahu
membahu, setiap kader KAMMI perlu sadar dan aware akan hal ini.
Maka bersamaan dengan itu, semoga kita Allah jaga untuk tetap ada dijalan
dakwah ini, sampai akhir hayat nanti. Tentunya kita semua berharap, tercatat
sebagai pejuang yang ikut dalam gelombang besar proyek kemenangan Islam dan
merawat negeri tercinta, Indonesia.

11
DAFTAR PUSTAKA

Asep Syamsul. 2000. Demologi Islam: Upaya Barat Membasmi Kekuatan Islam.
Jakarta: Gema Insan Press.
Bungin, Burhan, 2006. Sosiologi komunikasi. Jakarta: Kencana Pranada Media
Group.
Effendy, Onong Uchjana. 2004. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:
Rosdakarya.
Romly. 2003. Jurnalistik Dakwah; Visi dan Misi Dakwah bil Qalam. Bandung:
Remadja Rosdakarya.
Straubhaar, Joseph D., dan Robert LaRose. 2008. Media Now: Understanding
Media, Culture, and Technology. Belmont, CA: Thomson Higher
Education.

12

Anda mungkin juga menyukai