Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Bisnis internasional merupakan suatu aktivitas berupa transaksi bisnis
diantara lebih dari dua negara yang melibatkan pihak individu perorangan, individu
perusahaan, kelompok perusahaan dan atau agen internasional. Dari sekian banyak
aktivitas bisnis internasional yang paling sering kita dengar adalah aktivitas ekspor
dan impor dalam bentuk barang atau merchandise. Dalam artian,bisnis semacam ini
menitiberatkan pada kegiatan jasa pengiriman dan logistik di segmen komoditi.
Kegiatan ekspor impor tersebut memungkinkan terjadinya pertumbuhan ekonomi
akibat lalu lintas alur komoditi yang semakin meningkat pada bidang bisnis logistik
di kepelabuhanan. Berkaitan dengan pengiriman barang dari suatu negara ke negara
lain tentu melalui media yang tidak biasa karena jarak yang menghubungkan kedua
negara tersebut cukup jauh dan penuh hambatan, baik itu melalui jalur darat, udara
maupun laut dalam hal ini yakni terminal petikemas.
Keberadaan terminal petikemas memiliki peran yang strategis dalam suatu
sistem rantai pasok dan logistik untuk meningkatkan kinerja arus barang dari dan ke
suatu wilayah. Peran utama dari terminal petikemas adalah sebagai sarana
transportasi barang dari tempat asal pengiriman menuju tempat tujuan. Peran
terminal petikemas sebagai sarana transportasi barang ini meliputi pelayanan dalam
penyediaan akses transportasi bongkar muat petikemas dari kapal ke darat maupun
sebaliknya dan juga sebagai tempat pelayanan dalam penumpukkan petikemas.
Kualitas dari pelayanan jasa bongkar muat maupun penumpukkan yang diberikan
terminal petikemas sangat erat kaitannya dengan beberapa faktor baik internal
maupun eksternal. Jika dipandang dari sisi eksternal semakin baik kualitas jasa
pelayanan bongkar muat dan penumpukkan di terminal petikemas akan
memberikan dampak dalam hal kepuasan yang dirasakan pelanggan. Tingginya
kepuasan yang dirasakan pelanggan akan memberikan dorongan kepada pelanggan
untuk menjalin ikatan yang kuat dengan perusahaan terminal petikemas. Sementara
dari sisi internal, keberadaan alat bongkar muat menjadi suatu hal yang paling
dominan dalam rangka menjamin kualitas pelayanan. Alat bongkar muat yang

Institut Transportasi dan Logistik Trisakti


2

selalu dalam kondisi pengelolaan yang baik akan senantiasa dapat meningkatkan
produktivitas bongkar muat sehingga kualitas pelayanan akan semakin baik. Saat
ini bisnis terminal petikemas telah mengalami perubahan baik dari segi
perdagangan maupun transportasi dimana dari tahun ke tahun terjadi kenaikan arus
petikemas dan semakin padatnya arus transportasi. Perubahan ini akan
menimbulkan persaingan antar perusahaan terminal petikemas. Persaingan dalam
bisnis ini semakin ketat seiring dengan bertambahnya terminal-terminal petikemas
yang lain. Sehingga dalam menghadapi persaingan bisnis, perusahaan harus lebih
kompetitif dan memberikan pelayanan jasa dengan kualitas yang terbaik.
PT Pelabuhan Indonesia IV yang berkantor pusat di Jalan Soekarno
Makassar, merupakan salah satu pintu gerbang keluar masuk kapal dan barang baik
secara domestik maupun ekspor-impor dan tergolong pelabuhan kelas utama
keempat setelah Pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan sebagai
pelabuhan laut terbesar di Kawasan Timur Indonesia yang terletak di selat
Makassar, memegang peran utama dalam pendistribusian barang yang telah
dilengkapi dengan fasilitas bongkar muat barang dari dan ke kapal sampai di
gudang penerima.
Rantai Logistik Dengan Menggunakan Kontainer

Publik
(Konsumen)

Pemerintah

Perusahaan Pelayaran PT. Pelindo IV( (Penyedia Consignee


(Ekspedisi) Layanan kontainer) (pengusaha)

Sumber : Penulis
Gambar 1.1 Rantai Logistik Sederhana

Namun, pada tahun 2019 telah terjadi pada wabah virus yang melanda
seluruh dunia yakni Pandemi, membuat aktivitas logistik di sejumlah pelabuhan di

Institut Transportasi dan Logistik Trisakti


3

dunia dihentikan, karena beberapa negara masih melakukan lockdown. Di Indonesia


pemerintah telah melakukan berbagai kebijakan untuk meminimalisir pandemi
tersebut.
Pada awal tahun 2020 untuk menangani kasus pandemi, pemerintah
membuat aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Selanjutnya, terdapat
kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sejak awal
tahun 2021. Pemberlakuan Pembatas Kegiatan Masyarakat (PPKM) berlangsung di
beberapa wilayah yang menjadi titik penyebaran infeksi COVID-19, yakni di Pulau
Jawa dan Bali.
Selanjutnya, Pemerintah memutuskan memperpanjang dan memperluas
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro mulai 20 April
hingga 3 Mei 2021. Telah dilaksanakan di 25 provinsi, yaitu DKI Jakarta, Banten,
Jawa Barat, DI Yogyakarta,Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sumatra Utara,
Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara. Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro diperpanjang karena dinilai
mampu menekan laju kasus aktif Covid-19 di Indonesia.
Kemudian Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)
berskala mikro diterapkan kembali sejak 1 Juni 2021 hingga 14 Juni 2021. Berbeda
dengan sebelumnya, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)
berbasis mikro ini diterapkan di seluruh provinsi di Indonesia. Keputusan ini
disampaikan Menko Perekonomian sekaligus Ketua Komite Penanganan Covid-19
dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) Airlangga Hartarto dalam
konferensi pers yang disiarkan di kanal YouTube Sekretariat Presiden. Dampak
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) membuat kegiatan
masyarakat dan lembaga usaha menjadi tidak stabil dan tidak efektif. Kebijakan
tersebut dinilai dari dampak menurunya aktivitas ekonomi dan terbatasnya aktivitas
kerja.
Pemerintah memberikan pengecualian bagi layanan untuk fasilitas
transportasi laut dalam hal ini seperti di kepelabuhanan yang merupakan jembatan
untuk mengangkut barang logistik, seperti barang pokok, obat, peralatan medis, dan
barang strategis lainnya. Dengan demikian layanan distribusi logistik melalui
transportasi laut beserta konektivitasnya dengan moda transportasi lain akan tetap

Institut Transportasi dan Logistik Trisakti


4

berjalan dengan lancar. Meskipun dalam kondisi yang cukup sulit karena pandemi
wabah Covid-19. Pemerintah akan terus memberikan pelayanan yang terbaik
kepada masyarakat dengan tetap mengoperasikan pelabuhan dan pelayaran kapal-
kapal, khususnya kapal kargo atau kapal barang dengan menerapkan Standard
Operational Procedure (SOP) berdasarkan protokol pencegahan penyebaran
Covid-19.
Sebelumnya, pelayaran logistik internasional pun kekurangan logistik. Hal
ini diperparah oleh China yang ekonominya bergerak tidak stabil dimana China
adalah salah satu negara yang sangat berkontribusi dalam kegiatan logistik di
tengah krisis ekonomi global. Pemerintah mengakui kinerja ekspor Indonesia
sempat terganggu karena fenomena menurunnya kegiatan ekspedisi logistik yang
mengakibatkan berkurangnya ketersediaan kontainer di Pelabuhan. Selain
Indonesia, di beberapa pelabuhan seperti Cina, Singapura, inggris, dan Amerika
juga mengalami hal yang sama bahkan di antara beberapa dari mereka mengalami
kongesti yaitu, terjadinya penundaan keberangkatan dan perubahan jadwal
pelayaran. Hal itu terjadi di tengah-tengah pandemi Covid-19.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono
Moegiarso mengatakan pada saat terjadi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM), para pelaku usaha Indonesia pada dasarnya sudah siap
melakukan ekspor di beberapa produk, namun disisi lain dengan adanya kebijakan
Pemberlakuan Pembatas Kegiatan Masyarakat (PPKM) ini membuat pelaku usaha
tersebut ikut terhambat dalam mendistribusikan produknya, sehingga perusahaan
pealayaran juga mengalami penurunan aktivitas mobilisasi dalam bisnis ekspedisi
logistik yang berdampak pada ketersediaan kontainer, .Perbaikan Keseimbangan
level ketersediaan kontainer atau container shortage ini semakin kuat menggejala
dimana-mana. Selama pandemi, sektor usaha logistik atau transportasi dan
pergudangan terdampak cukup dalam. Pertumbuhannya minus 13,42% pada kuartal
IV-2020.

Institut Transportasi dan Logistik Trisakti


5

Rantai Logistik Dengan Menggunakan Kontainer Setelah Adanya PPKM

Publik
(Konsumen)

PPKM

Pemerintah

PPKM PPKM PPKM


dikecualikan

Perusahaan Pelayaran PT. Pelindo IV( (Penyedia Consignee


(Ekspedisi) Layanan kontainer) (pengusaha)

Sumber : Penulis
Gambar 1.2 Proses terhambatnya distribusi logistik

Sekalipun segmen esensial seperti pelayanan angkutan laut (PT. Pelindo IV)
dikecualikan atas kebijakan PPKM, akan tetapi proses distribusi dari perusahaan
pelayaran ke penerima sampai ke publik (Konsumen) akan memungkinkan
mengalami penghambatan.
Selain itu, juga terjadinya kenaikan harga sewa petikemas diakibatkan
ketersediaan kontainer secara global. Permasalahan tersebut bukan hanya terjadi di
Indonesia saja, sehingga mengakibatkan harga kontainer naik. Saat ini
permasalahan menurunnya ketersediaan kontainer diakibatkan dari pola permintaan
dan pengiriman yang terjadi di masa pandemi covid-19 dimana terdapat fluktuasi
permintaan space pengiriman di seluruh dunia, ketidaksamaan tipe kontainer impor
dan ekspor juga menjadi penyebab menurunnya ketersediaan kontainer.

Institut Transportasi dan Logistik Trisakti


6

Desakan penurunan biaya penanganan kontainer di pelabuhan masih relatif


jauh dari komponen biaya (freight) kontainer pelayaran internasional yang
menaikan minimal 250 persen. Selain itu, tidak ada jaminan akan adanya
penurunan biaya yang juga mendorong penurunan freight, mungkin ada sensitivitas
penurunan tetapi tidak dominan.
Namun saat ini ada upaya yang dilakukan oleh Direktur Lalu Lintas dan
Angkatan Laut Capt. Wisnu Handoko. Menyatakan pihaknya telah meminta kepada
pihak operator pelabuhan baik yang dioperasikan secara komersial oleh BUMN PT
Pelindo I, II, III, IV dan BUP Swasta yang lain maupun pelabuhan belum komersial
yang dioperasikan oleh Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) untuk dapat
menerapkan insentif atau stimulus bagi pelaku usaha pelayaran dengan memberikan
potongan (diskon) tarif maupun lama waktu penumpukan kontainer atau muatan di
pelabuhan selama terjadinya pandemi Covid-19.
Misalnya PT Pelindo IV Terminal Petikemas Makassar sebagai salah satu
perusahaan penyedia jasa kepelabuhanan plat merah berkomitmen memaksimalkan
pelaksanaan pelayanan jasa kepelabuhanan utamanya pada segmen penyediaan
penumpukan barang dan logistik. PT Pelindo IV sangat berperan penting dalam
memberikan stimulus dan insentif tersebut kepada perusahaan-perusahaan logistik
berupa pemberian diskon atau menurunkan tarif jasa penanganan petikemas serta
pemberian waktu yang longgar bagi pengguna jasa lapangan penumpukan sehingga
dapat melancarkan dan memudahkan alur pergerakan logistik yang memungkinkan
meningkatnya ketersediaan kontainer di lapangan penumpukan (Container Yard).
(Pembahasan Latar Belakang ini saya buat dengan skema Deskripsi dari general ke
spesifik. Artinya, Situasi ketersediaan kontainer sangat dipengaruhi oleh
menurunnya kegiatan ekspor impor secara skala internasional, dan mengakibatkan
juga kegiatan logistik di domestik ikut terhambat.)
Secara umum sistem logistik di Indonesia saat ini belum memiliki kesatuan
visi yang mampu mendukung peningkatan daya saing pelaku bisnis dan
peningkatan kesejahteraan rakyat, bahkan pembinaan dan kewenangan terkait
kegiatan logistik relatif masih bersifat parsial dan sektoral di masing-masing
kementerian atau lembaga terkait, sementara koordinasi yang ada belum memadai.

Institut Transportasi dan Logistik Trisakti


7

Hal ini dapat dilihat dari belum meratanya infrastruktur, kepercayaan dan
privasi dari konsumen, hambatan dalam proses pengiriman logistik, masalah
keamanan, dan hambatan geografis. Ditambah dengan pelayanan yang berbasis
manual melibatkan pelayanan dilakukan secara langsung dan tatap muka antar
pengguna jasa dan pelayan penyedia jasa di pelabuhan dimana sangat bertentangan
dengan kebijakan pemerintah yaitu Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM). Oleh karenanya, diperlukan sarana dan prasarana atau
infrastruktur yang dapat menunjang kegiatan para pelaku bisnis utamanya dalam
kegiatan logistik tersebut dengan menghadirkan system relevan dengan kebijakan
yang ada seperti, pelayanan berbasis elektronik yang disebut “E-Logistik System”.

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti menarik beberapa hal yang meliputi


latar belakang masalah dalam penelitian ini yakni; “KETERSEDIAAN
KONTAINER DALAM SISTEM E-LOGISTIK SELAMA PENERAPAN
PEMBERLAKUAN PEMBATASAN KEGIATAN MASYARAKAT DI
TERMINAL PETIKEMAS PT. PELINDO IV MAKASSAR”

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana ketersediaan kontainer sebelum dan selama Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berlangsung di Terminal
Petikemas PT. Pelindo IV Makassar?
1.2.2 Bagaimana pengguna jasa dari sistem-Logistik Container Terminal
Operation System selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat
(PPKM) berlangsung di Terminal Petikemas PT. Pelindo IV Makassar?
1.2.3 Bagaimana dampak Ketersediaan kontainer dalam sistem E-Logistik pada
Terminal Handling Cargo dan Utilitas Lapangan penumpukan sebelum dan
selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)
berlangsung di Terminal Petikemas PT. Pelindo IV Makassar?

1.3 Tujuan Penelitian

Institut Transportasi dan Logistik Trisakti


8

1.3.1 Untuk mengetahui ketersediaan kontainer sebelum dan selama


Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berlangsung di
Terminal Petikemas PT. Pelindo IV Makassar
1.3.2 Untuk mengetahui kondisi pengguna jasa dari sistem E-Logistik Container
Terminal Operation System selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM) berlangsung di Terminal Petikemas PT. Pelindo IV
Makassar.
1.3.3 Untuk menjelaskan dampak Ketersediaan kontainer dalam sistem E-Logistik
pada Terminal Handling Cargo dan Utilitas Lapangan penumpukan sebelum
dan selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)
berlangsung di Terminal Petikemas PT. Pelindo IV Makassar.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara
teoritis maupun secara praktis. Secara praktis makalah ini diharapkan
bermanfaat bagi :
1.4.1 Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan mengenai Pemberlakuan
Pebatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan E-logistik yang berlangsung
selama masa pandemi serta pengaruh yang ditimbulkannya terhadap
kurangnya ketersediaan kontainer.
1.4.2 Pembaca/Dosen, sebagai media informasi tentang adanya kebijakan
pemerintah yakni Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)
serta E-logistik yang terjadi di masa pandemi ini baik secara teoritis maupun
secara praktis.
1.4.3 Perusahaan PT. Pelabuhan Indonesia IV dan Instansi terkait, sebagai bahan
masukan dan saran jika terdapat hal-hal yang bisa dijadikan bahan evaluasi.
1.4.4 Pemerintah dan negara, sebagai informasi atas hasil kebijakan makro yang
berdampak pada perusahaan, pengguna jasa, dan seluruh elemen masyarakat
terkait.
1.4.5 Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan literatur dan bahan kajian
yang berkaitan dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat dan

Institut Transportasi dan Logistik Trisakti


9

E-Logistik terhadap ketersediaan kontainer pada terminal petikemas PT.


Pelindo IV makassar

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Pada penelitian ini peniliti melakukan penelitian pada wilayah Terminal


Petikemas Makassar milik PT. Pelindo IV Makassar (Persero) tepatnya di lapangan
penumpukan dan Stacking Operation Office. Metode deskriptif kualitatif yang
digunakan untuk menggambarkan situasi ketersediaan kontainer pada masa
kebijakan PPKM berlaku dan pelayanan e-logistik bagi pengguna jasa terminal
petikemas. Data yang digunakan adalah data primer dilakukan melalui wawancara
kepada pengguna jasa terminal petikemas, petugas pelayanan e-logistik, serta
wawancara kepada supervisor dari PT. Pelindo IV Makassar.

1.6 Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang


penelitian yang dilakukan sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang uraian mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pada bab ini membahas tentang teori-teori penyusun permasalahan pada penelitian
ini meliputi pengembangan hipotesis, dan kerangka konseptual.

BAB 3 METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang pendekatan dan jenis penelitian, desain penelitian,
variabel penelitian, serta teknik analisis data.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagian ini berisi analisis dari hasil penelitian dan pembahasan tentang penelitian.

BAB 5 SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Institut Transportasi dan Logistik Trisakti


10

Pada bab ini berisikan mengenai kesimpulan hasil penelitian

Institut Transportasi dan Logistik Trisakti

Anda mungkin juga menyukai