Anda di halaman 1dari 7

REVIEW JURNAL

JUDUL Pemisahan dan Pemurnian Phthalic acid ester


dari Minyak Nyamplung
NAMA JURNAL Jurnal Teknik Pomits
VOLUME DAN Vol. 2, No. 2, ISSN: 2337-3539 (2301-9271
HALAMAN Print)
TAHUN 2013
PENULIS William Ekaputra Taifan, Hadryan Ivander,
Setiyo Gunawan
REVIEWER Ajuwi

ABSTRAK Minyak nyamplung dikenal sebagai minyak yang


tidak dapat dikonsumsi. Oleh sebab itu,
penelitian tentang minyak ini hanya fokus pada
konversi minyak menjadi biodiesel. Pada
penelitian ini, kami berusaha untuk memisahkan
resin beracun dari fraksi metanol menggunakan
ekstraksi pelarut diikuti kolom kromatografi.
Resin beracun ini diidentifikasi sebagai phthalic
acid ester (PAE). PAE ini biasanya digunakan
sebagai zat aditif di industri polimer. Minyak
nyamplung mengandung 1,8% PAE, yang masih
jauh melebihi nilai ambang batas. Isolasi PAE
dari minyak ini diharapkan dapt mengubah
minyak yang tidak dapat dikonsumsi menjadi
suplemen makanan yang bernilai. Proses isolasi
PAE dimulai dengan memisahkan senyawa yang
diinginkan dari lipid menggunakan ekstraksi
pelarut bertingkat dengan metanol dan n-heksan.
Analisa mass spectra dari fraksi pertama dan
fraksi kedua metanol menunjukkan kandungan
PAE sebesar 60% dan 6% pada tiap fraksi. Fraksi
heksan tidak mengandung PAE. PAE yang
terkandung pada fraksi metanol diisolasi lebih
lanjut dari asam lemak menggunakan liquid
column chromatography dengan n-heksan – etil
asetat sebagai mobile phase. Bis- 2ethylhexyl
phthalate diidentifikasi pada ketiga fraksi sesuai
dengan hasil analisa GC-MS. Fraksi pertama
diambil pada kondisi mobile phase 5% etil asetat,
sedangkan fraksi kedua merupakan campuran 5%
etil asetat dan 10% etil asetat. Fraksi ketiga
diambil pada kondisi mobile phase 10% etil
asetat mengandung PAE sebesar 98%. Fraksi
keempat merupakan campuran 10% dan 15%
mobile phase dan mengandung PAE sebesar 97.
Akhirnya, kandungan PAE pada fraksi metanol
sebesar 58%. Dari hasil analisa, dapat
disimpulkan bahwa mobile phase yang optimum
untuk kromatografi adalah 10- 15% etil asetat
dalam n-heksan.
TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah mengisolasi phthalic
acid esterdari minyak nyamplung menggunakan
metode saponifikasi, ekstraksi pelarut, dan kolom
kromatografi dan memilih metode yang terbaik
untuk mengisolasi senyawa tersebut. Selain itu,
mengetahui kandungan phthalic acid ester dalam
minyak dan mengetahui perbandingan pelarut
yang paling optimum. Kandungan dari minyak
ditentukan dengan analisa TLC untuk analisa
kualitatif dan GC-MS untuk analisa kuantitatif.
PENDAHULUAN Tanaman nyamplung tumbuh pada wilayah
pantai berpasir yang marginal dan toleran
terhadap kadar garam serta pada tanah yang
mengandung liat berdrainase baik, pH 4 sampai
dengan 7,4. Bagian-bagian dari tanaman
nyamplung ternyata memiliki khasiat terhadap
kesehatan antara lain getah yang diekstrak dari
tanaman nyamplung berfungsi untuk mengobati
luka, kulit kayu berfungsi sebagai antiseptik dan
disinfektan, akar berfungsi untuk mengobati luka
dan aplikasi untuk penyakit serangan jantung,
daun yang direndam di air dan menghasilkan
warna kebitu-biruan dan bau alami dapat
mengobati penyakit radang mata, minyak dari biji
nyamplung dapat digunakan sebagai antirematik,
pembuatan sabun, mengobati luka bakar pada
kulit. Proses produksi minyak didapat melalui
proses penghancuran biji nyamplung dan
menghasilkan minyak berwarna kehijauan
dengan bau aromatik dan berasa hambar. Minyak
nyamplung ini akan berubah warna menjadi
kuning jika mengalami saponifikasi. Minyak
nyamplung yang diekstrak dari biji mengandung
resin beracun. Oleh sebab itu, minyak ini tidak
dapat dikonsumsi manusia. Resin beracun
tersebut adalah phthalic acid ester. Phthalic acid
ester merupakan kontaminan utama pada
lingkungan dan rantai makanan di negara-negara
industri maju.
METODOLOGI A. Bahan yang digunakan
PENELITIAN Minyak nyamplung diperoleh dari Koperasi Tani
Jarak Lestari, yang berada di Jawa Tengah.
Bahan-bahan kimia seperti heksan, metanol
dibeli dari PT. Bratachem; soda api, etanol 98%
PA, akuades, dan iodin diperoleh dari
laboratorium Teknologi Biokimia ITS; silika gel
dibeli dari Merck.
B. Prosedur Penelitian
1. Pemisahan PAE melalui saponifikasi
2. Pemisahan PAE dengan ekstraksi pelarut
HASIL PENELITIAN A. Tahap Saponifikasi
Dari hasil eksperimen menggunakan proses
saponifikasi, phthalic acid ester tidak dapat
diisolasi dari minyak nyamplung. Hal ini dapat
dibuktikan dengan tidak adanya senyawa yang
terlarut pada fraksi heksan dan semua sabun larut
ke dalam air sehingga proses isolasi tidak terjadi.
Hal ini disebabkan senyawa yang diisolasi dalam
bentuk ester sehingga dengan proses saponifikasi
semua senyawa yang terkandung dalam minyak
nyamplung akan berubah menjadi sabun. Reaksi
pembentukan ester dari proses saponifikasi
sebagai berikut:
Triglyceride + NaOH Sabun + Gliserol
Diglyceride + NaOH Sabun + Gliserol
Monoglyceride + NaOH Sabun + Gliserol
Free Fatty Acid + NaOH Sabun
Phthalic acid ester + NaOH Sabun + Alkohol

B. Tahap Ekstraksi Pelarut


Metode ini menggunakan heksan dan metanol
sebagai pelarut. Pemilihan pelarut ini
berdasarkan polarity index. Metanol merupakan
senyawa agak polar dengan polarity Index
sebesar 5,1 sedangkan n-heksan merupakan
senyawa Non polar dengan polarity index sebesar
0. Dengan dua Sifat polaritas yang berbeda
diharapkan senyawa polar yang terkandung
dalam minyak nyamplung akan terlarut pada
pelarut polar begitupun sebaliknya.
Proses ekstraksi pelarut dimulai dengan
mengambil minyak nyamplung sebanyak 480
gram yang kemudian dicampur dengan metanol
teknis dan heksan teknis dengan perbandingan
1:1:1. Perbandingan 1:1:1 digunakan karena pada
perbandingan ini fraksi heksan dan fraksi
metanol dapat terpisah dan membentuk 2 lapisan
dengan perbedaan warna yang jelas sedangkan
apabila perbandingan tidak 1:1:1, maka tidak
terjadi proses pemisahan tidak sempurna ditandai
dengan hanya terbentuk satu lapisan saja. Kedua
lapisan yang terbentuk dipisahkan menggunakan
corong pemisah, dengan lapisan bawah berupa
fraksi metanol 1, lapisan atas merupakan fraksi
heksan. Kedua fraksi dikeringkan dari
pelarutnya, dan didapat fraksi metanol sebanyak
394,2 gram, sedangkan fraksi heksan sebanyak
85,8 gram. Kemudian fraksi metanol diekstraksi
lagi dengan metanol 80% dan heksan teknis
dengan perbandingan yang sama dengan
sebelumnya. Tujuan penggunaan metanol: air
dengan perbandingan 80%: 20% adalah untuk
meningkatkan index polaritas dari pelarut yang
pada awalnya 5,1 menjadi 5,88. Dengan naiknya
polaritas ini diharapkan phthalic acid ester dapat
larut pada fraksi metanol 80% dan semakin
banyak senyawa-senyawa yang ingin dipisahkan
seperti hidrokarbon dan asam lemak dapat larut
pada fraksi heksan. Setelah dipisahkan dalam
corong pemisah, kedua fraksi kembali
dihilangkan solventnya. Didapat fraksi metanol
kedua sebanyak 13,14 gram, dan fraksi heksan
kedua sebanyak 381,06 gram. Fraksi heksan
kemudian dicuci lagi menggunakan metanol
teknis dengan perbandingan 1:1. Dari sini akan
terbentuk dua lapisan akhir, dimana lapisan
bawah merupakan lapisan residu minyak
sebanyak 368,86 gram, sedangkan lapisan atas
adalah fraksi metanol sebanyak 12,17 gram.
Dari hasil analisa dapat diketahui bahwa pada
awalnya c1rude oil mengandung triglyceride,
diglyceride, monoglyceride, dan free fatty acid.
Hal ini dibuktikan dengan adanya spot yang
terpisah pada TLC plate. Setelah crude oil
mengalami proses ekstraksi, senyawa-senyawa
seperti asam lemak mengalami penurunan. Hal
ini dapat dilihat pada fraksi metanol kedua yg
jumlah spotnya semakin sedikit dibandingkan
crude oil. Pada fraksi heksan hasil pencucian,
terdapat spot-spot yang mirip dengan spot yang
ada di crude oil. Hal ini menunjukkan senyawa-
senyawa yang tidak diinginkan seperti asam
lemak dan hidrokarbon larut pada fraksi heksan.
Pada fraksi metanol hasil pencucian ketiga, spot
yang didapat hampir mirip dengan fraksi metanol
cuci kedua. Akan tetapi, spot yang terlihat lebih
pekat. Analisa TLC ini hanya secara kualtitatif.
Untuk menentukan kandungan phtalic acid ester
dalam minyak nyamplung maka dilakukan
analisa secara kuantitatif. Analisa secara
kuantitatif dilakukan menggunakan GC-MS.
Dari analisa GC-MS, phthalic acid ester terdapat
pada fraksi metanol kedua dan ketiga. Menurut
rujukan, ester ptalat akan mengalami collision-
Induced dissociation (CID), dimana senyawa
PAE akan terpecah menjadi senyawa baru. Snow
meneliti DEHP, dimana alkanoatnya sama
dengan salah satu gugus ester ptalat yang ada
salam minyak nyamplung. Dalam kasus DEHP,
salah satu gugus alkanoat akan putus dari ester
dan digantikan dengan atom H. Setelah itu,
senyawa baru ini akan mengalami pemotongan
lagi menjadi phthalic acid. Hasil analisa GC-MS
juga menunjukkan bahwa fragmentasi ion yang
utama pada DEHP adalah m/z 149, 167, dan 279,
serupa dengan ester yang ada dalam minyak
nyamplung. Fragmentasi utama yang serupa ini
mengindikasikan adanya kesamaan dalam
fragmentasi ester ptalat ini dengan DEHP.
Kandungan phthalic acid ester pada fraksi
metanol cuci kedua sebesar 60% dan pada fraksi
metanol cuci ketiga sebesar 6%, sedangkan pada
fraksi heksan tidak ditemui adanya senyawa
tersebut. Dari hasil penimbangan diketahui massa
fraksi metanol kedua sebesar 13,14 gr dan fraksi
metanol ketiga sebesar 368,86 gr
KELEBIHAN Penelitian ini menggunakan dua metode untuk
proses pemisahan dan pemurnian pthalic acid
ester, yaitu tahap saponifikasi dan tahap
ekstraksi pelarut. Hal tersebut menjadi kelebihan
dikarekan melalui kedua metode tersebut, kita
dapat menentukan metode mana yang lebih
efektif dan efisien dalam proses pemisahan dan
pemurnian pthalic acid ester tersebut. Adapun
metode yang paling efektif adalah tahap
ekstraksi pelarut.
KEKURANGAN Ada beberapa istilah yang sebaiknya lebih baik
jika diberi penjelasan mengenai pengertiannya
agar para pembaca,terlebih lagi pembaca awam
bisa dapat memahami maksud dari istilah
tersebut. Istilah yang saya maksud disini
misalnya adalah embryotoxicity,
spermatoxicity, carcinogecity, mass spectra,
mobile phase.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-296

Pemisahan dan Pemurnian Phthalic acid ester


dari Minyak Nyamplung
William Ekaputra Taifan, Hadryan Ivander, Setiyo Gunawan
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: gunawan@chem-eng.its.ac.id

Abstrak— Minyak nyamplung dikenal sebagai minyak yang dari tanaman nyamplung berfungsi untuk mengobati luka,
tidak dapat dikonsumsi. Oleh sebab itu, penelitian tentang minyak kulit kayu berfungsi sebagai antiseptik dan disinfektan, akar
ini hanya fokus pada konversi minyak menjadi biodiesel. Pada berfungsi untuk mengobati luka dan aplikasi untuk penyakit
penelitian ini, kami berusaha untuk memisahkan resin beracun serangan jantung, daun yang direndam di air dan
dari fraksi metanol menggunakan ekstraksi pelarut diikuti kolom
menghasilkan warna kebitu-biruan dan bau alami dapat
kromatografi. Resin beracun ini diidentifikasi sebagai phthalic acid
ester (PAE). PAE ini biasanya digunakan sebagai zat aditif di mengobati penyakit radang mata, minyak dari biji
industri polimer. Minyak nyamplung mengandung 1,8% PAE, nyamplung dapat digunakan sebagai antirematik, pembuatan
yang masih jauh melebihi nilai ambang batas. Isolasi PAE dari sabun, mengobati luka bakar pada kulit[2].
minyak ini diharapkan dapt mengubah minyak yang tidak dapat Tidak seperti kebanyakan minyak nabati, minyak
dikonsumsi menjadi suplemen makanan yang bernilai. Proses nyamplung tidak terkandung dalam buah nyamplung . Proses
isolasi PAE dimulai dengan memisahkan senyawa yang produksi minyak didapat melalui proses penghancuran biji
diinginkan dari lipid menggunakan ekstraksi pelarut bertingkat nyamplung dan menghasilkan minyak berwarna kehijauan
dengan metanol dan n-heksan. Analisa mass spectra dari fraksi dengan bau aromatik dan berasa hambar. Minyak nyamplung ini
pertama dan fraksi kedua metanol menunjukkan kandungan PAE
akan berubah warna menjadi kuning jika mengalami
sebesar 60% dan 6% pada tiap fraksi. Fraksi heksan tidak
mengandung PAE. PAE yang terkandung pada fraksi metanol saponifikasi[3].
diisolasi lebih lanjut dari asam lemak menggunakan liquid column Minyak nyamplung yang diekstrak dari biji mengandung
chromatography dengan n-heksan – etil asetat sebagai mobile resin beracun. Oleh sebab itu, minyak ini tidak dapat
phase. Bis- 2ethylhexyl phthalate diidentifikasi pada ketiga fraksi dikonsumsi manusia. Resin beracun tersebut adalah phthalic
sesuai dengan hasil analisa GC-MS. Fraksi pertama diambil pada acid ester. Phthalic acid ester merupakan kontaminan utama
kondisi mobile phase 5% etil asetat, sedangkan fraksi kedua pada lingkungan dan rantai makanan di negara-negara
merupakan campuran 5% etil asetat dan 10% etil asetat. Fraksi industri maju. Phthalic acid ester juga memiliki efek
ketiga diambil pada kondisi mobile phase 10% etil asetat merugikan pada tubuh manusia seperti embryotoxicity,
mengandung PAE sebesar 98%. Fraksi keempat merupakan
spermatoxicity, carcinogecity. Akan tetapi, hampir semua
campuran 10% dan 15% mobile phase dan mengandung PAE
sebesar 97%. Akhirnya, kandungan PAE pada fraksi metanol
phthalate memiliki sifat plastification dan adhesion yang baik
sebesar 58%. Dari hasil analisa, dapat disimpulkan bahwa mobile sehingga digunakan dalam produksi kabel listrik, film, lem, cat,
phase yang optimum untuk kromatografi adalah 10- 15% etil tinta, kosmetik, dan pestisida[4].
asetat dalam n-heksan. Tujuan penelitian ini adalah mengisolasi phthalic acid ester
Kata Kunci— bis-2 ethylhexyl phthalate, GC-MS, nyamplung, dari minyak nyamplung menggunakan metode saponifikasi,
phthalic acid ester ekstraksi pelarut, dan kolom kromatografi dan memilih metode
yang terbaik untuk mengisolasi senyawa tersebut. Selain itu,
I. PENDAHULUAN mengetahui kandungan phthalic acid ester dalam minyak dan
mengetahui perbandingan pelarut yang paling optimum.
yamplung tersebar hampir di seluruh dunia seperti Asia Kandungan dari minyak ditentukan dengan analisa TLC
N Tenggara, Afrika, India, Australia Utara, Queensland
Utara, dan lain-lain. Penyebaran nyamplung di
untuk analisa kualitatif dan GC-MS untuk analisa kuantitatif.

Indonesia terutama pada daerah-daerah pesisir pantai antara


lain Taman Nasional(TN) Alas Purwo, TN Kepulauan II. URAIAN PENELITIAN
Seribu, TN Baluran, TN Ujung Kulon, Cagar Alam(CA) A. Bahan yang digunakan
Pananjung Pangandaran, Kawasan Wisata Batu Karas, Minyak nyamplung diperoleh dari Koperasi Tani Jarak
Pantai Carita Banten, P. Yapen, Jayapura, Biak, Nabire, Lestari, yang berada di Jawa Tengah. Bahan-bahan kimia
Manokwari, Sorong, Fakfak(wilayah Papua), Halmahera, dan seperti heksan, metanol dibeli dari PT. Bratachem; soda
Ternate(Maluku Utara), TN Berbak(Pantai Barat Sumatera). api, etanol 98% PA, akuades, dan iodin diperoleh dari
Tanaman nyamplung tumbuh pada wilayah pantai berpasir laboratorium Teknologi Biokimia ITS; silika gel dibeli dari
yang marginal dan toleran terhadap kadar garam serta pada Merck.
tanah yang mengandung liat berdrainase baik, pH 4 sampai
dengan 7,4[1]. B. Prosedur Penelitian
Bagian-bagian dari tanaman nyamplung ternyata memiliki
khasiat terhadap kesehatan antara lain getah yang diekstrak 1. Pemisahan PAE melalui saponifikasi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-297

Proses pemisahan PAE melalui saponifikasi diadopsi


seperti pada penelitian sebelumnya oleh Gunawan, 2013 [5].

2. Pemisahan PAE dengan ekstraksi pelarut


Pemisahan dengan metode ekstraksi merujuk pada
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gunawan, 2013
[5].

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tahap Saponifikasi
Dari hasil eksperimen menggunakan proses saponifikasi, Gambar. 1. Tabel Polaritas Pelarut [6].
phthalic acid ester tidak dapat diisolasi dari minyak
nyamplung. Hal ini dapat dibuktikan dengan tidak adanya Dari gambar 1 dapat dilihat ester merupakan senyawa
senyawa yang terlarut pada fraksi heksan dan semua sabun agak polar sehingga diharapkan phthalic acid ester yang
larut ke dalam air sehingga proses isolasi tidak terjadi. Hal ini merupakan senyawa ester dapat larut dalam pelarut agak
disebabkan senyawa yang diisolasi dalam bentuk ester polar yaitu metanol dan hidrokarbon dan asam lemak dapat
sehingga dengan proses saponifikasi semua senyawa yang larut dalam pelarut non polar yaitu n-heksan.
terkandung dalam minyak nyamplung akan berubah menjadi Proses ekstraksi pelarut dimulai dengan mengambil
sabun. Reaksi pembentukan ester dari proses saponifikasi minyak nyamplung sebanyak 480 gram yang kemudian
sebagai berikut: dicampur dengan metanol teknis dan heksan teknis dengan
Triglyceride + NaOH Sabun + Gliserol perbandingan 1:1:1. Perbandingan 1:1:1 digunakan karena
Diglyceride + NaOH Sabun + Gliserol pada perbandingan ini fraksi heksan dan fraksi metanol
Monoglyceride + NaOH Sabun + Gliserol dapat terpisah dan membentuk 2 lapisan dengan perbedaan
Free Fatty Acid + NaOH Sabun warna yang jelas sedangkan apabila perbandingan tidak
Phthalic acid ester + NaOH Sabun + Alkohol 1:1:1, maka tidak terjadi proses pemisahan tidak sempurna
ditandai dengan hanya terbentuk satu lapisan saja. Kedua
Selain itu, menurut rujukan[1], calophyllolide, senyawa lapisan yang terbentuk dipisahkan menggunakan corong
bioaktif utama dalam minyak nyamplung, juga akan pemisah, dengan lapisan bawah berupa fraksi metanol 1,
mengalami saponifikasi menjadi calophyllic acid. Maka dari lapisan atas merupakan fraksi heksan. Kedua fraksi
itu, proses saponifikasi tidak disarankan apabila senyawa dikeringkan dari pelarutnya, dan didapat fraksi metanol
bioaktif juga ingin diisolasi. Hasil analisa TLC sebanyak 394,2 gram, sedangkan fraksi heksan sebanyak
mengindikasikan tidak adanya senyawa yang terkandung dalam 85,8 gram.
fraksi heksan setelah fraksinasi, besar kemungkinan Kemudian fraksi metanol diekstraksi lagi dengan metanol
disebabkan oleh sabun yang terbentuk. Sabun merupakan 80% dan heksan teknis dengan perbandingan yang sama
surfaktan yang akan menurunkan tegangan permukaan antara air dengan sebelumnya. Tujuan penggunaan metanol: air dengan
dan heksan, sehingga senyawa yang nonpolar dapat larut dalam perbandingan 80%: 20% adalah untuk meningkatkan index
air. Karena proses saponifikasi tidak berhasil, maka polaritas dari pelarut yang pada awalnya 5,1 menjadi 5,88.
digunakan metode alternatif, yaitu metode ekstraksi pelarut. Dengan naiknya polaritas ini diharapkan phthalic acid ester
dapat larut pada fraksi metanol 80% dan semakin banyak
B. Tahap Ekstraksi Pelarut senyawa-senyawa yang ingin dipisahkan seperti hidrokarbon
Metode ini menggunakan heksan dan metanol sebagai dan asam lemak dapat larut pada fraksi heksan. Setelah
pelarut. Pemilihan pelarut ini berdasarkan polarity index. dipisahkan dalam corong pemisah, kedua fraksi kembali
Metanol merupakan senyawa agak polar dengan polarity dihilangkan solventnya. Didapat fraksi metanol kedua
index sebesar 5,1 sedangkan n-heksan merupakan senyawa sebanyak 13,14 gram, dan fraksi heksan kedua sebanyak
non polar dengan polarity index sebesar 0 [6]. Dengan dua 381,06 gram. Fraksi heksan kemudian dicuci lagi
sifat polaritas yang berbeda diharapkan senyawa polar yang menggunakan metanol teknis dengan perbandingan 1:1. Dari
terkandung dalam minyak nyamplung akan terlarut pada pelarut sini akan terbentuk dua lapisan akhir, dimana lapisan bawah
polar begitupun sebaliknya. Polar atau tidak polarnya senyawa merupakan lapisan residu minyak sebanyak 368,86 gram,
dapat dilihat pada gambar berikut. sedangkan lapisan atas adalah fraksi metanol sebanyak 12,17
gram.
Untuk membuktikan kebenaran adanya senyawa phthalic
acid ester maka dilakukan analisa secara kuantitatif dan
kualitatif. Analisa secara kualitatif dilakukan menggunakan
TLC plate. Hasil analisa TLC sebagai berikut:
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-298

etilheksil akan mengalami fragmentasi yang sama dengan


DEHP.
Kandungan phthalic acid ester pada fraksi metanol cuci
kedua sebesar 60% dan pada fraksi metanol cuci ketiga
sebesar 6%, sedangkan pada fraksi heksan tidak ditemui
adanya senyawa tersebut. Dari hasil penimbangan diketahui
massa fraksi metanol kedua sebesar 13,14 gr dan fraksi
metanol ketiga sebesar 368,86 gr.
Gambar. 2. Hasil Analisa TLC dari kiri ke kanan(crude oil, fraksi metanol
cuci kedua, fraksi sisa heksan, dan fraksi metanol cuci ketiga)
IV. KESIMPULAN
Dari hasil analisa dapat diketahui bahwa pada awalnya Dari hasil penelitian yang telah disimpulkan bahwa
crude oil mengandung triglyceride, diglyceride, monoglyceride, konsentrasi PAE dalam minyak nyamplung sebesar 1,79%,
dan free fatty acid. Hal ini dibuktikan dengan adanya spot metode yang paling efektif untuk pemisahan senyawa PAE
yang terpisah pada TLC plate. Setelah crude oil mengalami dari minyak nyamplung adalah proses ekstraksi pelarut
proses ekstraksi, senyawa-senyawa seperti asam lemak bertingkat. Pelarut yang efektif untuk tahap awal pada proses
mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat pada fraksi ekstraksi pelarut adalah metanol sebagai pelarut polar dan n-
metanol kedua yg jumlah spotnya semakin sedikit heksan sebagai pelarut non polar.
dibandingkan crude oil. Pada fraksi heksan hasil pencucian,
terdapat spot-spot yang mirip dengan spot yang ada di crude
oil. Hal ini menunjukkan senyawa- senyawa yang tidak UCAPAN TERIMA KASIH
diinginkan seperti asam lemak dan hidrokarbon larut pada
Penulis W.E.T dan H.I mengucapkan terima kasih kepada
fraksi heksan. Pada fraksi metanol hasil pencucian ketiga, spot
Jurusan Teknik Kimia ITS terutama Laboratorium Teknologi
yang didapat hampir mirip dengan fraksi metanol cuci kedua.
Biokimia karena telah mendukung penuh penelitian ini.
Akan tetapi, spot yang terlihat lebih pekat. Analisa TLC ini
hanya secara kualtitatif. Untuk menentukan kandungan phtalic
acid ester dalam minyak nyamplung maka dilakukan analisa DAFTAR PUSTAKA
secara kuantitatif. Analisa secara kuantitatif dilakukan [1] Departemen Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan
menggunakan GC-MS. Dari analisa GC-MS, phthalic acid Kehutanan, Nyamplung(Calophyllum inophyllum L.) Sumber Energi
ester terdapat pada fraksi metanol kedua dan ketiga. Biofuel yang Potensial, Jakarta: Litbang Kehutanan(2008).
Menurut rujukan [4], ester ptalat akan mengalami collision- [2] A.C. Dweck and T. Meadows, T., “Tamanu,” International Journal of
Cosmetic Science, No. 24 (2002) 1-8.
induced dissociation (CID), dimana senyawa PAE akan [3] L. Snyder and J.J. Kirkland, Introduction to Modern of Liquid
terpecah menjadi senyawa baru. Snow meneliti DEHP, dimana Chromatography. United States of America: John Willey & Sons
alkanoatnya sama dengan salah satu gugus ester ptalat yang ada Inc(1979).
dalam minyak nyamplung. Dalam kasus DEHP, salah satu [4] A. Jarosova, “Phthalic acid esters (PAEs) in the food chain,” Czech J.
Food Sci., Vol. 24(2006), 223–231.
gugus alkanoat akan putus dari ester dan digantikan dengan [5] S. Gunawan, W. E. Taifan, H. Ivander, “Isolation of Phthalic acid ester
atom H. Setelah itu, senyawa baru ini akan mengalami from Calophyllum inophyllum Oil,” International Conference on
pemotongan lagi menjadi phthalic acid. Hasil analisa GC-MS Natural Dyes, (2013)
juga menunjukkan bahwa fragmentasi ion yang utama pada [6] P. Sadek, The HLPC Solvent Guide, United States of America: Wiley of
Interscience (2002).
DEHP adalah m/z 149, 167, dan 279, serupa dengan ester [7] T. Snow, A., Conaway, M. P., Bui, H., Fasano, and W.J., Manning, “The
yang ada dalam minyak nyamplung. Fragmentasi utama yang Distribution of Metabolites of Di-(2-ethylhexyl) Phthalate on a Whole
serupa ini mengindikasikan adanya kesamaan dalam Rat by Imaging MS Using a MALDI Ion Trap,"Thermo Scientific
fragmentasi ester ptalat ini dengan DEHP. Di bawah ini Application Note: 413 (2011).
merupakan proses CID pada DEHP:

Gambar. 3. Proses collision-induced dissociation pada DEHP [7]

Pada gambar 5, senyawa mono-(2-etilheksil) phthalate akan


mengalami protonasi sehingga berat molekulnya menjadi 279.
Senyawa ketiga pada gambar 5 juga akan mengalami protonasi
sehingga memiliki berat molekul 167. Sedangkan menurut
rujukan[4], m/z 149 adalah phthalic acid yang mengalami
protonasi setelah kehilangan H2O. PAE yang ditemukan dalam
minyak nyamplung adalah 1,4 dietilheksil – 2-etilheksil ptalat,
yang mana salah satu gugus esternya adalah 2-etilheksil,
sehingga besar kemungkinan ester ptalat yang mengandung 2-

Anda mungkin juga menyukai