Anda di halaman 1dari 372

DASAR- DASAR K3

SEJARAH K3

• Pra-sejarah (paleolithic dan neolithic)


– Alat-alat berburu
• Bangsa Babylonia (dinasti Summeria/irak)
– Sarung kapak, saluran air (sanitasi)
• Ramses II (1500 BC)
– Pelayanan kesehatan
• Hippocrates (460 BC)
– Penyakit tetanus di kapal
• Bernardino Ramazinni (1664-1714)
– Korelasi penyakit dengan pekerjaan (akibat bahan dan
gerakan janggal)
SEJARAH K3
Sejak zaman purba pada awal kehidupan manusia, untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya manusia bekerja. Pada saat bekerja
mereka mengalami kecelakaan dalam bentuk cidera atau luka. Dengan
akal pikirannya mereka berusaha mencegah terulangnya kecelakaan
serupa dan ia dapat mencegah kecelakaan secara preventif.

> Pra Sejarah (paleolithic dan neolithic)

Kesadaran umat manusia terhadap keselamatan kerja telah mulai ada


sejak jaman pra-sejarah. Ditemukan tulisan tertua tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) berasal dari jaman manusia pra-sejarah di
jaman batu dan goa (paleolithic dan neolithic), ketika itu manusia telah
mulai membuat kapak dan tombak untuk berburu.
SEJARAH K3
> Bangsa Babylonia (Dinasti Summeria/Irak)

Kemudian bangsa Babylonia pada dinasti Summeri (Irak) membuat disain


pegangan dan sarung kapak, membuat tombak yang mudah untuk
digunakan agar tidak membahayakan pemakainya serta pembawanya
menjadi aman. Selain itu mereka juga telah mulai membuat saluran air dari
batu untuk sanitasi. Kurang lebih 1700 tahun sebelum masehi, Hamurabi,
raja Babylonia, telah mengatur dalam Code Hamurabi, apabila suatu
bangunan rumah roboh karena tidak dibangun dengan baik dan menimpa
orang, maka pemilik bangunan tersebut akan dihukum. Demikian pula
pada jaman Mozai, lebih kurang lima abad setelah Hamurabi, telah ada
ketentuan bahwa ahli bangunan bertanggungjawab atas keselamatan para
pelaksana dan pekerjaanya. Pada waktu itu telah ada kewajiban untuk
memasang pagar pengaman pada setiap sisi luar atap rumah.
SEJARAH K3
> Ramses II (1500 BC)

Sekitar 80 tahun sesudah Masehi, Plinius seorang ahli


Encyclopedia bangsa Roma, mensyaratkan agar para pekerja tambang
memakai tutup hidung. Pada tahun 1450, Dominico Fontana yang diserahi
tugas membangun obelisk ditengah lapangan St.Pieter Roma, selalu
menyarankan agar para pekerja memakai topi baja. Pemahaman atas
kesehatan kerja yang paling tua ditemukan pada bangsa Mesir, ketika
Ramses II pada tahun 1500 sebelum Masehi, membangun terusan dari
mediterania ke laut merah dan juga ketika membangun Rameuseum. Saat
itu Ramses II menyediakan tabib untuk menjaga kesehatan para
pekerjanya.
SEJARAH K3
> Hippocrates (460 BC)

Pada tahun 460 sebelum Masehi, Hippocrates menemukan penyakit


tetanus di kapal yang sedang mengangkutnya berlayar. Pemahaman
mengenai pentingnya kesehatan kerja secara khusus, dimulai pada abad
ke 16 oleh Paracelsus dan Agricola. Paracelsus pada jaman renaissance
mulai memperkenalkan penyakit yang menimpa para pekerja tambang.
Keduanya menguraikan mengenai pekerjaan dalam tambang, cara
mengolah biji tambang dan penyakit yang diderita oleh para pekerja.
Keduanya telah mulai melakukan upaya pencegahan terhadap penyakit
akibat kerja. Agricola misalnya, telah menganjurkan penggunaan ventilasi
dan tutup muka yang longgar. Paracelus lebih banyak menguraikan
tentang bahan-bahan kimia, sehingga dia dianggap sebagai bapak
toksikologi modern.
SEJARAH K3
> Bernardino Ramazinni (1633-1714)

Bernardine Ramazzini (1633-1714) dari Universitas Modena di


Italia, dianggap sebagai bapak kesehatan kerja. Beliau yang pertama
menguraikan hubungan berbagai macam penyakit dengan jenis
pekerjaannya. Ramazzini menganjurkan agar seorang dokter dalam
memeriksa pasien, selain menanyakan riwayat penyakitnya, juga harus
menanyakan pekerjaan pasien dimaksud. Ramazzini menulis mengenai
kaitan antara penyakit yang diderita seorang pasien dengan pekerjaannya.
Mengamati bahwa para dokter pada waktu itu jarang mempunyai perhatian
terhadap hubungan antara pekerjaan dan penyakit. Oleh Ramazzini mulai
mengembangkan ilmu kedokteran dari sudut pandang ilmu sosial (Socio
medicine). Ia juga menemukan bahwa terdapat dua kelompok besar
penyebab penyakit akibat kerja, yaitu bahaya yang terkandung di dalam
SEJARAH K3
bahan yang digunakan kertika bekerja dan adanya gerakan janggal yang
dilakukan oleh pekerja ketika bekerja (ergonomic factor).

> Era Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja

Dalam perkembangannya kemudian sejak tahun 1925 pemeriksaan


kesehatan tenaga kerja telah digunakan sebagai titik awal bagi upaya
perlindungan keselamatan kerja dari aspek kesehatan tenaga kerja. Pada
masa revolusi industri, di Inggris banyak terjadi kecelakaan kerja yang
membawa korban. Pada waktu itu para pengusaha beranggapan bahwa
kecelakaan yang menimbulkan penderitaan dan kerugian bagi pekerja,
merupakan bagian dari resiko pekerjaan yang harus ditanggung sendiri
oleh para pekerja. Bagi pengusaha kehilangan pekerjaan karena
kecelakaan akan akan mudah diatasi, menggantinya dengan pekerja baru.
SEJARAH K3
Keadaan yang tidak adil ini telah menimbulkan kesadaran
masyarakat bahwa hal itu tidak sesuai dengan asas perikemanusiaan,
karena kecelakaan dan pengorbanan pekerja dalam hubungan kerja yang
terus dibiarkan, pada dasarnya adalah perbuatan yang tidak manusiawi.
Kesadaran masyarakat yang berkembang ini, mebuka peluang dan
mendorong pekerja untuk menuntut perlindungan, dengan meminta agar
pengusaha melakukan tindakan pencegahan dan menaggulangi
kecelakaan yang terjadi. Sejak itu, bagi pekerja yang mengalami
kecelakaan dilakukan perawatan.
SEJARAH K3
• Era revolusi industri (abad 18)
Perubahan sistem kerja :
– Penggunaan tenaga mesin
– Pengenalan metode baru pengolahan bahan baku
– Pengorganisasian pekerjaan
– Muncul penyakit yg berhubungan dengan pemajanan
• Era industrialisasi
– Perkembangan K3 mengikuti penggunaan teknologi
(APD, safety device dan alat-alat pengaman)
• Era Manajemen
– Heirich (1941), teori domino
– Bird and German, teori Loss Causation Model
– ISO, SMK3 dll
Hal penting

• Perkembangan safety engineering dan


ergonomic
• Perkembangan kesehatan kerja dan
pelayanan sanitasi
• Manajemen terpadu (safety, Health,
environment)
• Ruang lingkup tidak hanya di industri
Perkembangan orientasi dari
metode dan program K3
• Negatif indicators  positive indicators
• Pendekatan program K3, topdown 
participatory approach
• Pelaksanaan program lebih terpadu
• Kinerja program K3  image perusahaan
• Isu HAM, mewajibkan perusahaan sesuai
dengan standar yg mengacu pada kualitas
hidup
Pengertian Dasar

ILO/WHO Joint Safety and Health Committee


ILO / WHO Joint Keselamatan dan Komite Kesehatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah promosi dan
pemeliharaan derajat tertinggi fisik, mental dan kesejahteraan
sosial semua pekerja di semua pekerjaan; pencegahan antara
pekerja dari keberangkatan dari kesehatan yang disebabkan
oleh kondisi kerja mereka; perlindungan pekerja dalam
pekerjaan mereka dari risiko akibat faktor yang merugikan
kesehatan; penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam
lingkungan kerja disesuaikan dengan peralatan fisiologis dan
psikologis dan meringkas adaptasi kerja kepada manusia dan
setiap orang untuk pekerjaannya.
ILO dalam resolusinya menyatakan ada 3 prinsip dasar K3,
yaitu :
1. Bekerja harus dilakukan dalam lingkungan kerja yang aman
dan sehat
2. Kondisi kerja harus konsisten dengan pekerja kesejahteraan
dan martabat manusia
3. Pekerjaan harus menawarkan kemungkinan nyata untuk
prestasi pribadi, pemenuhan diri dan pelayanan kepada
masyarakat
Pengertian Dasar

OSHA (Occupational Safety and Health Administration,


USA)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja menyangkut penerapan
prinsip-prinsip ilmiah dalam memahami sifat risiko
terhadap keselamatan orang dan properti di kedua
lingkungan industri industri dan non. Ini adalah profesi
multi-disiplin berdasarkan fisika, kimia, biologi dan ilmu
perilaku dengan aplikasi di bidang manufaktur, transportasi,
penyimpanan, dan penanganan bahan berbahaya dan
kegiatan domestik dan rekreasi.
Points of concern

1. Penerapan prinsip-prinsip sains (application of


scientific principles)
2. Pemahaman pola risiko (understanding the nature of
risk)
3. Ruang lingkup keilmuan K3 cukup luas baik didalam
maupun diluar industri
4. K3 merupakan multidisiplin profesi
5. Ilmu-ilmu dasar yang terlibat dalam keilmuan K3
adalah fisik, kimia, biologi, dan ilmu-ilmu perilaku
6. Area garapan : industri, transportasi,
penyimpanan dan pengelolaan material, domestik
dan kegiatan lainnya seperti rekreasi
Definisi K-3
Filosofi
Pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan :
- tenaga kerja dan manusia pada umumnya, baik jasmani
maupun rohani,
- hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil, makmur
dan sejahtera;

Keilmuan
Suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya
mencegah kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran,
penyakit, dll
(ACCIDENT PREVENTION)
Tujuan K3

• Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat


kerja
• Menjamin agar setiap sumber produksi dapat
dipakai secara aman dan efisien
• Menjamin proses produksi berjalan lancar
Keselamatan (Safety)

• Mengendalikan kerugian dari kecelakaan (control of


accident loss)

• Kemampuan untuk mengidentifikasikan dan


menghilangkan (mengontrol) resiko yang tidak bisa
diterima (the ability to identify and eliminate
unacceptable risks)
Kesehatan (Health)

Derajat/tingkat keadaan fisik dan psikologi individu


(the degree of physiological and psychological well
being of the individual)
1. Safety Hazard 1. Health Hazard
• Mechanic • Physic
• Electric • Chemical
• Kinetic • Biologic
• Substances  Flammable • Ergonomics
 Explosive Accidental • Psychosocial
 Combustible release
 Corrosive
2. Konsekuensi  Minor 2. Konsekuensi
• Accident  Injuries  Mayor • Terpapar  kontak  penyakit
(cidera)  Fatal mendadak, menahun, kanker dan
 Assets  Damage dampak terhadap masyarakat umum
(Prolonged Reaction)
• Mendadak, dramatis, bencana
(Sudden Reaction) 3. Konsentrasi kepedulian
• Environment (bahan • Titik berat pd
3. Konsentrasi kepedulian pencemar) bahaya tersembunyi
• Process • Titik berat pd
• Exposure • Sepertinya kurang
• Equipment, facilities, kerusakan asset,
• Work hours urgent (laten)
tools fatality
• PPE • Prinsip pendekatan
• Working practices • Sepertinya urgen
• Pendidikan • Pengkajian
• Guarding(menjaga) (bahaya mendadak)
• Karir jab. Sesuai kepaparan
• Pengalaman • Prinsip pendekatan
pendidikan • Utk
• Karir lapangan + • Pengkajian resiko
memperkecil
pelatihan • Utk memperkecil
kepaparan
resiko
FAKTOR-FAKTOR ANCAMAN
RESIKO KECELAKAAN KERJA

TENAGA
KERJA

KESEHATAN KESELAMATAN
PROSES

BAHAN ALAT

LINGKUNGAN
GUNUNG ES - BIAYA KECELAKAAN

BIAYA KECELAKAAN DAN PENYAKIT


• Pengobatan/ Perawatan
• Gaji (Biaya Diasuransikan)
$1
• Kerusakan gangguan
• Kerusakan peralatan dan perkakas
• Kerusakan produk dan material

$5 $50
• Terlambat dan ganguan produksi
HINGGA • Biaya legal hukum
• Pengeluaran biaya untuk penyediaan
BIAYA DALAM PEMBUKUAN: fasilitas dan peralatan gawat darurat
KERUSAKAN PROPERTI • Sewa peralatan
(BIAYA YANG TAK • Waktu untuk penyelidikan
DIASURANSIKAN)
• Gaji terusdibayar untuk waktu yang hilang
$1 HINGGA $3 • Biaya pemakaian pekerja pengganti dan/
BIAYA LAIN YANG atau biaya melatih
TAK DIASURANSIKAN • Upah lembur
• Ekstra waktu untuk kerja administrasi
• Berkurangnya hasil produksi akibat dari
sikorban
• Hilangnya bisnis dan nama baik
KEGAGALAN MANAJEMEN

FAKTOR MANUSIA

FAKTOR SITUASIONAL FAKTOR LINGKUNGAN

KECELAKAAN

KERUGIAN

* NEGARA
MATERI * MASYARAKAT NON MATERI
* PERUSAHAAN
* PEKERJA

LANGSUNG TDK LANGSUNG SOSIAL PSIKOLOG


* COST * SDM * KEMATIAN/CACAT * RASA AMAN
* PROPERTI * COMPANY IMAGE
* MARKET
1
Fatal

29
Cidera berat

300
Kasus P3K, kerusakan properti
(keadaan hampir celaka / nearmiss

3000
Sumber bahaya, unsafe act, unsafe condition
“HAZARD”
Adalah sumber bahaya potensial yang
dapat menyebabkan kerusakan
(harm).

Hazard dapat berupa bahan-


bahan kimia, bagian-bagian mesin,
bentuk energi, metode kerja atau
situasi kerja.
HARM

Adalah kerusakan atau bentuk kerugian


berupa kematian, cidera, sakit fisik atau
mental, kerusakan properti, kerugian
produksi, kerusakan lingkungan atau
kombinasi dari kerugian-kerugian tadi.
DEFINISI INCIDENT

Suatu kejadian yang tidak


diinginkan, bilamana pada
saat itu sedikit saja ada
perubahan maka dapat
mengakibatkan terjadinya
accident.
DEFINISI ACCIDENT

Suatu kejadian yang tidak


diinginkan berakibat cedera
pada manusia, kerusakan
barang, gangguan terhadap
pekerjaan dan pencemaran
lingkungan.
DANGER

Merupakan tingkat bahaya dari


suatu kondisi dimana atau kapan
muncul sumber bahaya.
Danger adalah lawan dari aman atau
selamat.
AMAN (SELAMAT)

Aman (safe) adalah suatu


kondisi dimana atau kapan
munculnya sumber bahaya telah
dapat dikendalikan ke tingkat
yang memadai, dan ini adalah
lawan dari bahaya (danger).
“RISK”

risicare
“RISK”
Resiko adalah ukuran kemungkinan
kerugian yang akan timbul dari sumber
bahaya (hazard) tertentu yang terjadi.

Untuk menentukan resiko membutuhkan


perhitungan antara konsekuensi/ dampak
yang mungkin timbul dan probabilitas,
yang biasanya disebut sebagai
tingkat resiko (level of risk).
PENILAIAN RESIKO

Adalah pelaksanaan metode-metode untuk


menganalisa tingkat resiko, mempertimbang-
kan resiko tersebut dalam tingkat bahaya
(danger) dan mengevaluasi apakah sumber
bahaya itu dapat dikendalikan secara memadai
serta mengambil langkah-langkah yang tepat.
KEPARAHAN KEMUNGKINAN TERJADI
SULIT TERJADI JARANG SERING
SERIOUS SEDANG TINGGI TINGGI
SEDANG RENDAH SEDANG TINGGI
RINGAN RENDAH RENDAH SEDANG
Logika terjadinya kecelakaan
Setiap kejadian kecelakaan, ada hubungan
mata rantai sebab-akibat (Domino Sequen)

LACK BASIC
(LEMAHNYA) CAUSES IMMIDIATE INSIDENT
OF (tidak langsung)
CONTROL
LOSSES
CAUSES
• Kerugian akibat kecelakaan kerja

Kerugian langsung Kerugian tak langsung :


• Penderitaan pribadi • Kerusakan material
• Rasa kehilangan • Hilangnya peralatan
keluarga korban • Biaya akibat
berhentinya produksi

• Teori Gunung Es :
Kerugian yang timbul akibat adanya kecelakaan ada
yang terlihat jelas, ada juga yang tidak jelas terlihat
( H.W. HEINRICH, 1931)

ENVIRON INJURY
PERSON HAZARD ACCIDENT
MENT (cidera)

SOCIAL
ENVIRONMEN FAULT OF UNSAFE ACT
T(LINGKUNGA PERSON / UNSAFE
N SOSIAL ) CONDITION
(KESALAH
(TINDAKAN
AN TIDAK AMAN
ORANG) / KONDISI
TIDAK AMAN)
PERKEMBANGAN

1949 : GORDON
1967 : HADDON
1970 : Frank Bird JR
1972 : Wigglesworth
1976 : Bird and Loftus
1978 : Petersen
1980 : Johnson
1985 : Bird and German
( FRANK BIRD JR, 1970 )

Lack of
ORIGIN SYMPTOM CONTACT Loss
Control

LACK OF
CONTROL BASIC IMMEDIATED
CAUSES INCIDENT / INJURY /
(KURANG ACCIDEN
CAUSES DAMAGE
KONTROL) INSIDEN /
(SEGERA CEDERA /
KECELAKA KERUSAKA
PENYEBAB) AN N
LEMAHNYA SEBAB PENYEBAB
TAK INSIDEN KERUGIAN
KONTROL DASAR
LANGSUNG (Kontak)
PROGRAM
TAK SESUAI FAKTOR PERBUATAN <KEJADIAN> KECELAKAAN
PERORANGAN TAK AMAN KONTAK
STANDAR DENGAN ATAU
&
TAK SESUAI FAKTOR KONDISI ENERGI KERUSAKAN
KERJA TAK AMAN ATAU YANG TAK
KEPATUHAN BAHAN/ ZAT
PELAKSANAAN DIHARAPKAN

THE ILCI LOSS CAUSATION MODEL


Bird & German, 1985
LEMAHNYA PENYEBAB PENYEBAB TAK
INSIDEN KERUGIAN
KONTROL DASAR LANGSUNG

• MANUSIA
KERUGIAN

• PERALATAN
• MATERIAL
• LINGKUNGAN
LEMAHNYA PENYEBAB PENYEBAB TAK
INSIDEN KERUGIAN
KONTROL DASAR LANGSUNG

KONTAK  STRUCK AGAINST  menabrak/bentur benda diam/bergerak


 STRUCK BY  terpukul/tabrak oleh benda bergerak
 FALL TO  jatuh dari tempat yang lebih tinggi
 FALL ON  jatuh di tempat yang datar
 CAUGHT IN  tusuk, jepit, cubit benda runcing
 CAUGHT ON  terjepit,tangkap,jebak diantara obyek besar
INSIDEN

 CAUGHT BETWEEN  terpotong, hancur, remuk


 CONTACT WITH  listrik, kimia, radiasi, panas, dingin
 OVERSTRESS  terlalu berat, cepat, tinggi, besar
 EQUIPMENT FAILURE  kegagalan mesin, peralatan
 EVIRONMENTAL RELEASE  masalah pencemaran
LEMAHNYA PENYEBAB PENYEBAB TAK
INSIDEN KERUGIAN
KONTROL DASAR LANGSUNG

PERBUATAN TAK AMAN KONDISI TAK AMAN


 OPERASI TANPA OTORISASI  PELINDUNG/PEMBATAS TIDAK LAYAK
 GAGAL MEMPERINGATKAN
 APD KURANG, TIDAK LAYAK
 GAGAL MENGAMANKAN
 KECEPATAN TIDAK LAYAK SEBAB LANGSUNG  PERALATAN RUSAK
 MEMBUAT ALAT PENGAMAN  RUANG KERJA SEMPIT/TERBATAS
TIDAK BERFUNGSI  SISTEM PERINGATAN KURANG
 PAKAI ALAT RUSAK  BAHAYA KEBAKARAN
 PAKAI APD TIDAK LAYAK
 KEBERSIHAN KERAPIAN KURANG
 PEMUATAN TIDAK LAYAK
 PENEMPATAN TIDAK LAYAK  KEBISINGAN
 MENGANGKAT TIDAK LAYAK  TERPAPAR RADIASI
 POSISI TIDAK AMAN  TEMPERATUR EXTRIM
 SERVIS ALAT BEROPERASI  PENERANGAN TIDAK LAYAK
 BERCANDA, MAIN-MAIN
 VENTILASI TIDAK LAYAK
 MABOK ALKOHOL, OBAT
 GAGAL MENGIKUTI PROSEDUR  LINGKUNGAN TIDAK AMAN
LEMAHNYA PENYEBAB PENYEBAB TAK
INSIDEN KERUGIAN
KONTROL DASAR LANGSUNG

FAKTOR PRIBADI FAKTOR KERJA


 KEMAMPUAN FISIK ATAU SEBAB DASAR  PENGAWASAN / KEPEMIMPINAN
PHISIOLOGI TIDAK LAYAK  ENGINEERING
 KEMAMPUAN MENTAL TIDAK  PENGADAAN (PURCHASING)
LAYAK  KURANG PERALATAN
 STRESS FISIK ATAU PHISIOLOGI  MAINTENANCE
 STRESS MENTAL  STANDAR KERJA
 KURANG PENGETAHUAN  SALAH PAKAI/SALAH
 KURANG KEAHLIAN MENGGUNAKAN
 MOTIVASI TIDAK LAYAK
LEMAHNYA PENYEBAB PENYEBAB TAK
INSIDEN KERUGIAN
KONTROL DASAR LANGSUNG

LEMAHNYA PENGENDALIAN

 PROGRAM TIDAK SESUAI


LACK OF CONTROL

 STANDARD TIDAK SESUAI


 KEPATUHAN TERHADAP
 STANDAR
PENGENDALIAN KERUGIAN

PRE CONTACT CONTACT POST


CONTROL CONTROL CONTACT
CONTROL
Subsitusi &
minimisasi Menerapkan
Pengembangan dan peninjauan sistem energi, Rencana
manajemen, pelatihan, penetapan barricade, Penanggulangan
program dan memeliharanya perbaikan Darurat
permukaan objek
penyebab
Langkah Penanggulangan
Kecelakaan Kerja
(Menurut ILO)
 PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
• Ketentuan & syarat K3 mengikuti perkemb ilmu
pengetahuan, tehnik & teknologi
• Penerapan ketentuan & syarat K3 sejak tahap
rekayasa
• Penyel pengawasan & pemantauan pelak K3
 STANDARISASI
• Standar K3 maju akan menentukan tkt kemajuan
pelak K3
 INSPEKSI / PEMERIKSAAN
• Suatu kegiatan pembuktian sejauh mana kondisi
tempat kerja masih memenuhi ketentuan &
persyaratan K3
Langkah Penanggulangan
Kecelakaan Kerja
(Menurut ILO)
 RISET TEKNIS, MEDIS, PSIKOLOGIS &
STATISTIK
• Riset/penelitian untuk menunjang tkt kemajuan
bid K3 sesuai perkemb ilmu pengetahuan, tehnik &
teknologi
 PENDIDIKAN & LATIHAN
• Peningkatan kesadaran, kualitas pengetahuan &
ketrampilan K3 bagi TK
 PERSUASI
• Cara penyuluhan & pendekatan di bid K3, bukan
melalui penerapan & pemaksaan melalui sanksi-
sanksi
Langkah Penanggulangan
Kecelakaan Kerja
(Menurut ILO)

 ASURANSI
• Insentif finansial utk meningkatkan
pencegahan kec dgn pembayaran premi yg
lebih rendah terhdp peusahaan yang
memenuhi syarat K3

 PENERAPAN K3 DI TEMPAT KERJA


• Langkah-langkah pengaplikasikan di tempat
kerja dlm upaya memenuhi syarat-syarat K3
di tempat kerja
syahbardia

LAMBANG K3

KECELAKAAN AKIBAT KERJA


Kecelakaan kerja menurut beberapa sumber, diantaranya:
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/Men/98 adalah suatu kejadian
yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan
korban manusia dan atau harta benda.
 OHSAS 18001:2007 menyatakan bahwa kecelakaan kerja didefinisikan
sebagai kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat
menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya),
kejadian kematian, atau kejadian yang dapat menyebabkan kematian.
 Kejadian yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan atau yang
berpontensi menyebabkan merusak lingkungan.Selain itu, kecelakaan
kerja atau kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak
terencana dan tidak terkendali akibat dari suatu tindakan atau reaksi
suatu objek, bahan, orang, atau radiasi yang mengakibatkan cidera atau
kemungkinan akibat lainnya (Heinrich et al., 1980).

1
syahbardia

KECELAKAAN AKIBAT KERJA


 Menurut AS/NZS 4801: 2001, kecelakaan adalah semua kejadian yang
tidak direncanakan yang menyebabkan atau berpotensial menyebabkan
cidera, kesakitan, kerusakan atau kerugian lainnya
 Kecelakaan yang terjadi ditempat kerja atau dikenal dengan kecelakaan
industri kerja. Kecelakaan industri ini dapat diartikan suatu kejadian yang
tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses
yang diatur dari suatu aktifitas (Husni, 2003).
 Menurut Pemerintah c/q Departemen Tenaga Kerja RI, arti kecelakaan
kerja adalah suatu kejadian yang tiba-tiba atau yang tidak disangka-
sangka dan tidak terjadi dengan sendirinya akan tetapi ada penyebabnya.
 Sesuatu yang tidak terencana, tidak terkendali, dan tidak diinginkan yang
mengacaukan fungsi fungsi normal dari seseorang dan dapat
mengakibatkan luka pada pada seseorang (Hinze, 1997)
 Kejadian yang tidak terencana, dan terkontrol yang dapat menyebabkan

KECELAKAAN AKIBAT KERJA


atau mengakibatkan luka-luka pekerja, kerusakan pada peralatan dan
kerugian lainya (Rowislon dalam Endroyo, 2007)

1. Klasifikasi Kecelakaan Kerja


Pengertian kejadian menurut standar (Australian AS 1885, 1990)
adalah suatu proses atau keadaan yang mengakibatkan kejadian cidera
atau penyakit akibat kerja. Ada banyak tujuan untuk mengetahui klasifikasi
kejadian kecelakaan kerja, salah satunya adalah dasar untuk
mengidentifikasi proses alami suatu kejadian seperti dimana kecelakaan
terjadi, apa yang karyawan lakukan, dan apa peralatan atau material yang
digunakan oleh karyawan. Penerapan kode-kode kecelakaan kerja akan
sangat membantu proses investigasi dalam meginterpretasikan informasi-
informasi yang tersebut diatas. Ada banyak standar yang menjelaskan refe-

2
syahbardia

KECELAKAAN AKIBAT KERJA


rensi tentang kode-kode kecelakaan kerja, salah satunya adalah standar
Australia AS 1885-1 tahun 1990. Berdasarkan standar tersebut, kode yang
digunakan untuk mekanisme terjadinya cidera/sakit akibat kerja dibagi
sebagai berikut:
- Jatuh dari atas ketinggian
- Jatuh dari ketinggian yang sama
- Menabrak objek dengan bagian tubuh
- Terpajan oleh getaran mekanik
- Tertabrak oleh objek yang bergerak
- Terpajan oleh suara keras tiba-tiba
-Terpajan suara yang lama
-Terpajan tekanan yang bervariasi (lebih dari suara)
- Pergerakan berulang dengan pengangkatan otot yang rendah

KECELAKAAN AKIBAT KERJA


- Otot tegang lainnya
-Kontak dengan listrik
- Kontak atau terpajan dengan dingin atau panas
- Terpajan radiasi
- Kontak tunggal dengan bahan kimia
- Kontak jangka panjang dengan
- Kontak lainnya dengan bahan kimia
- Kontak dengan, atau terpajan faktor biologi
- Terpajan faktor stress mental
- Longsor atau runtuh
- Kecelakaan kendaraan/Mobil
- Lain-lain dan mekanisme cidera berganda atau banyak
- Mekanisme cidera yang tidak spesifik

3
syahbardia

KECELAKAAN AKIBAT KERJA


Cidera Akibat Kecelakaan Kerja
Pengertian cidera berdasarkan Heinrich et al. (1980) adalah patah,
retak, cabikan, dan sebagainya yang diakibatkan oleh kecelakaan. Bureau
of Labor Statistics, U.S. Department of Labor (2008) menyatakan bahwa
bagian tubuh yang terkena cidera dan sakit terbagi menjadi:
- Kepala; mata.
- Leher.
- Batang tubuh; bahu, punggung.
- Alat gerak atas; lengan tangan, pergelangan tangan, tangan selain jari,jari
tangan.
- Alat gerak bawah; lutut, pergelangan kaki, kaki selain jari kaki,
- Sistem tubuh.
- Banyak bagian

KECELAKAAN AKIBAT KERJA


Tujuan menganalisa cidera atau sakit yang mengenai anggota bagian
tubuh yang spesifik adalah untuk membantu dalam mengembangkan program
untuk mencegah terjadinya cidera karena kecelakaan, sebagai contoh cidera
mata dengan penggunaan kaca mata pelindung. Selain itu juga bisa
digunakan untuk menganalisis penyebab alami terjadinya cidera karena
kecelakaan kerja.

4. Klasifikasi Jenis Cidera Akibat Kecelakaan Kerja


Jenis cidera akibat kecelakaan kerja dan tingkat keparahan yang
ditimbulkan membuat perusahaan melakukan pengklasifikasian jenis cidera
akibat kecelakaan. Tujuan pengklasifikasian ini adalah untuk pencatatan dan
pelaporan statistik kecelakaan kerja. Banyak standar referensi penerapan
yang digunakan berbagai oleh perusahaan, salah satunya adalah standar

4
syahbardia

KECELAKAAN AKIBAT KERJA


Australia AS 1885-1 (1990)1. Berikut adalah pengelompokan jenis cidera dan
keparahannya:
S Cidera fatal (fatality)
Adalah kematian yang disebabkan oleh cidera atau penyakit akibat kerja
S Cidera yang menyebabkan hilang waktu kerja (Loss Time Injury)adalah
suatu kejadian yang menyebabkan kematian, cacat permanen, atau
kehilangan hari kerja selama satu hari kerja atau lebih. Hari pada saat
kecelakaan kerja tersebut terjadi tidak dihitung sebagai kehilangan hari
kerja.
S Cidera yang menyebabkan kehilangan hari kerja (Loss Time Day)adalah
semua jadwal masuk kerja yang mana karyawan tidak bisa masuk kerja
karena cidera, tetapi tidak termasuk hari saat terjadi kecelakaan. Juga
termasuk hilang hari kerja karena cidera yang kambuh dari periode sebe-

KECELAKAAN AKIBAT KERJA


lumnya. Kehilangan hari kerja juga termasuk hari pada saat kerja alternatif
setelah kembali ke tempat kerja. Cidera fatal dihitung sebagai 220
kehilangan hari kerja dimulai dengan hari kerja pada saat kejadian tersebut
terjadi.
S Tidak mampu bekerja atau cidera dengan kerja terbatas (Restrictedduty)
Adalah jumlah hari kerja karyawan yang tidak mampu untuk mengerjakan
pekerjaan rutinnya dan ditempatkan pada pekerjaan lain sementara atau
yang sudah di modifikasi. Pekerjaan alternatif termasuk perubahan
lingungan kerja pola atau jadwal kerja.
S Cidera dirawat di rumah sakit (Medical Treatment Injury)
Kecelakaan kerja ini tidak termasuk cidera hilang waktu kerja, tetapi
kecelakaan kerja yang ditangani oleh dokter, perawat, atau orang yang
memiliki kualifikasi untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan.

5
syahbardia

KECELAKAAN AKIBAT KERJA


S Cidera ringan (first aid injury)
Adalah cidera ringan akibat kecelakaan kerja yang ditangani menggunakan
alat pertolongan pertama pada kecelakaan setempat, contoh luka lecet,
mata kemasukan debu, dan lain-lain.
S Kecelakaan yang tidak menimbulkan cidera (Non Injury Incident)
Adalah suatu kejadian yang potensial, yang dapat menyebabkan
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja kecuali kebakaran, peledakan
dan bahaya pembuangan limbah.

6. Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja


Faktor penyebab terjadinya kecelakaankerja ada beberapa pendapat.
Faktor yang merupakan penyebab terjadinya kecelakaan pada umumnya
dapat diakibatkan oleh 4 faktor penyebab utama (Husni:2003) yaitu :

KECELAKAAN AKIBAT KERJA


a. Faktor manusia yang dipengaruhi oleh pengetahuan,ketrampilan, dan
sikap.
b. Faktor material yang memiliki sifat dapat memunculkan kesehatan atau
keselamatan pekerja.
c. Faktor sumber bahaya yaitu:
Perbuatan berbahaya, hal ini terjadi misalnya karena metode kerja yang
salah, keletihan/kecapekan, sikap kerja yang tidak sesuai dan sebagainya;
Kondisi/keadaan bahaya, yaitu keadaan yang tidak aman dari keberadaan
mesin atau peralatan, lingkungan, proses, sifat pekerjaan
d. Faktor yang dihadapi, misalnya kurangnya pemeliharaan/perawatan
mesin/peralatan sehingga tidak bisa bekerja dengan sempurna
Selain itu, faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja menurut
Bennet dan Rumondang (1985) pada umumnya selalu diartikan sebagai

6
syahbardia

KECELAKAAN AKIBAT KERJA


"kejadian yang tidak dapat diduga". Sebenarnya, setiap kecelakaan kerja itu
dapat diramalkan atau diduga dari semula jika perbuatan dan kondisi tidak
memenuhi persyaratan. Oleh karena itu kewajiban berbuat secara selamat
dan mengatur peralatan serta perlengkapan produksi sesuaidengan standar
yang diwajibkan. Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh perbuatan yang
tidak selamat memiliki porsi 80 %dan kondisi yangtidak selamat sebayak
20%. Perbuatan berbahaya biasanya disebabkan oleh:
a. Sikap dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap
b. Keletihan
c. Gangguan psikologis

PENYEBAB KECELAKAAN KERJA

7
syahbardia

KECELAKAAN AKIBAT KERJA


7. Teori penyebab kecelakaan kerja
a. Teori domino
Teori ini diperkenalkan oleh H.W. Heinrich pada tahun 1931. Menurut
Heinrich, 88% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan/tindakan tidak aman
dari manusia (unsafe act), sedangkan sisanya disebabkan oleh hal-hal yang
tidak berkaitan dengan kesalahan manusia, yaitu 10 % disebabkan kondisi
yang tidak aman (unsafe condition) dan 2% disebabkan takdir Tuhan.
Heinrich menekankan bahwa kecelakaan lebih banyak disebabkan oleh
kekeliruan atau kesalahan yang dilakukan oleh manusia. Menurutnya,
tindakan dan kondisi yang tidak aman akan terjadi bila manusia berbuat suatu
kekeliruan. Hal ini lebih jauh disebabkan karena faktor karakteristik manusia
itu sendiri yang dipengaruhi oleh keturunan (ancestry) dan lingkungannya
(environment).

KECELAKAAN AKIBAT KERJA


Menurut Teori Efek Domino oleh H.W Heinrich, kecelakaan kerja terjadi
melalui hubungan mata-rantai sebab-akibat dari beberapa faktor penyebab
kecelakaan kerja yang saling berhubungan sehingga menimbulkan
kecelakaan kerja serta beberapa kerugian lainnya. Terdapat faktor-faktor
penyebab kecelakaan kerja antara lain penyebab langsung kecelakaan kerja,
penyebab tidak langsung kecelakaan kerja dan penyebab dasar kecelakaan
kerja. (Ridley, 2008).
Faktor penyebab langsung kecelakaan kerja ialah kondisi tidak aman atau
berbahaya (unsafe condition) dan tindakan tidak aman atau berbahaya
(unsafe action). Kondisi tidak aman, beberapa contohnya adalah tidak
dipasang (terpasangnya) pengaman (safeguard) pada bagian mesin yang
berputar, terdapat instalasi kabel listrik yang kurang standar (isolasi
terkelupas, tidak rapi), alat kerja/mesin/kendaraan yang kurang layak pakai,

8
syahbardia

KECELAKAAN AKIBAT KERJA


tidak terdapat label pada kemasan bahan (material) berbahaya, dsb.
Termasuk dalam tindakan tidak aman antara lain kecerobohan, meninggalkan
prosedur kerja, tidak menggunakan alat pelindung diri (APD), bekerja tanpa
perintah, mengabaikan instruksi kerja, tidak mematuhi rambu-rambu di tempat
kerja, tidak melaporkan adanya kerusakan alat/mesin ataupun APD, tidak
mengurus izin kerja berbahaya sebelum memulai pekerjaan dengan
resiko/bahaya tinggi.
Termasuk dalam faktor penyebab tidak langsung kecelakaan kerja
ialah faktor pekerjaan dan faktor pribadi. Faktor pekerjaan sendiri meliputi
pekerjaan yang tidak sesuai dengan tenaga kerja, pekerjaan tidak sesuai
sesuai dengan kondisi sebenarnya, pekerjaan beresiko tinggi namun belum
ada upaya pengendalian di dalamnya, beban kerja yang tidak sesuai, dsb.
Sedangkan faktor pribadi antara lain mental atau kepribadian tenaga kerja ti-

KECELAKAAN AKIBAT KERJA


naga kerja tidak sesuai dengan pekerjaan, konflik, stress, keahlian yang tidak
sesuai, dsb. Terakhir, faktor penyebab dasar kecelakaan kerja adalah
lemahnya manajemen dan pengendaliannya, kurangnya sarana dan
prasarana, kurangnya sumber daya, kurangnya komitmen, dsb.
Menurut teori efek domino H.W Heinrich juga bahwa kontribusi
terbesar penyebab kasus kecelakaan kerja adalah berasal dari faktor
kelalaian manusia yaitu sebesar 88%. Sedangkan 10% lainnya adalah dari
faktor ketidaklayakan properti/aset/barang dan 2% faktor lain-lain.
Domino pada Gambar 3.1 menggambarkan rangkaian penyebab tersebut
(kejadian atau situasi) yang mengawali kecelakaan yang menimbulkan
cedera atau kerusakan (Ridley, 2008).
Keterangan:
1. Situasi kerja, berupa:

9
syahbardia

KECELAKAAN AKIBAT KERJA

a. pengendalian manajemen yang kurang,


b. standar kerja yang minim,
c. tidak memenuhi standar, dan
d. perlengkapan yang gagal atau tempat kerja yang tidak
mencukupi.
2. Kesalahan manusia, berupa:
a. keterampilan dan pengetahuan yang minim,
b. masalah phisik atau mental

KECELAKAAN AKIBAT KERJA


c. motivasi yang minim atau salah penempatan, dan
d. perhatian yang kurang.
3. Tindakan tidak aman, berupa:
a. tidak mengikuti metode kerja yang telah disetujui,
b. mengambil jalan pintas, dan
c. tidak menggunakan perlengkapan keselamatan kerja.
4. Kecelakaan, berupa:
a. kejadian yang tidak terduga,
b. akibat kontak dengan mesin atau listrik yang berbahaya,
c. terjatuh, dan
d. terhantam mesin atau material yang jatuh.
Dampak kerugian, yaitu:
a. terhadap pekerja:

10
syahbardia

KECELAKAAN AKIBAT KERJA


1) sakit atau penderitaan,
2) kehilangan pendapatan, dan
3) kehilangan kualitas hidup.
b. Terhadap majikan:
1) kerusakan pabrik,
2) pembayaran kompensasi,
3) kerugian produksi, dan
4) kemungkinan proses pengadilan.
Apabila satu domino jatuh, maka akan mengenai semua, akhirnya
sama sama jatuh sesuai arah panah, lihat Gambar 3.2. Teori Domino Heinrich
ini membawa perubahan besar dalam cara berpikir orang yang berkecimpung
dalam usaha pencegahan kecelakaan dan dianut di berbagai negara. Dengan
melaksanakan teori ini terjadi penurunan kecelakaan kerja di USA.

KECELAKAAN AKIBAT KERJA

a. pengendalian manajemen yang kurang,


b. standar kerja yang minim,
c. tidak memenuhi standar, dan
d. perlengkapan yang gagal atau tempat kerja yang tidak
mencukupi.
2. Kesalahan manusia, berupa:
a. keterampilan dan pengetahuan yang minim,
b. masalah phisik atau mental

11
syahbardia

KECELAKAAN AKIBAT KERJA


Sebagai tambahan, Ridley (2008) mengatakan bahwa teori lain yang
diajukan tentang penyebab dan pencegahan kecelakaan adalah teori Frank
E. Bird Petersen. Petersen mengatakan bahwa terdapat kesalahan prinsipil
dalam teori Heinrich, dimana orang terpaku pada pengambilan domino yang
seolah-olah menjadi penyebab utama kecelakaan, yakni perbuatan yang tidak
aman, tetapi mereka lupa untuk menelusuri sumber yang mengakibatkan
kecelakaan.
Teori yang dikemukakan Petersen adalah teori manajemen yang
menyatakan bahwa pencegahan kecelakaan kerja yang hanya berhasil
apabila dimulai dari memperbaiki manajemen tentang keselamatan dan
kesehatan kerja. Kemudian praktek dan kondisi di bawah standar merupakan
penyebab terjadinya kecelakaan dan merupakan gejala penyebab utama
akibat kesalahan manajemen.

Logika terjadinya kecelakaan


Setiap kejadian kecelakaan, ada hubungan
mata rantai sebab-akibat (Domino Sequen)

LACK BASIC
(LEMAHNYA) CAUSES IMMIDIATE INSIDENT
OF (tidak langsung)
CONTROL
LOSSES
CAUSES

12
syahbardia

TEORI DOMINO
(William W. Heinrich 1930)

A B C D E

LINGKUNGAN SIFAT PERBUATAN/ KECELAKAAN


SOSIAL CIDERA/RUSAK
INDIVIDU KONDISI
BERBAHAYA

(Diluar perusahaan) (Dalam perusahaan)

( H.W. HEINRICH, 1931)

ENVIRON
PERSON HAZARD ACCIDENT INJURY
MENT

SOCIAL
ENVIRONME FAULT OF UNSAFE ACT
NT PERSON / UNSAFE
CONDITION

13
syahbardia

PERKEMBANGAN

1949 : GORDON
1967 : HADDON
1970 : Frank Bird JR
1972 : Wigglesworth
1976 : Bird and Loftus
1978 : Petersen
1980 : Johnson
1985 : Bird and German

( FRANK BIRD JR, 1970 )

Lack of
ORIGIN SYMPTOM CONTACT Loss
Control

LACK OF
CONTROL BASIC IMMEDIATED
CAUSES INCIDENT / INJURY /
CAUSES ACCIDEN DAMAGE

14
syahbardia

( ILCI model - Bird & German, 1985 )

Lack of Basic Immediate


Insident Loss
Control Causes Causes

Inadequate
Program Personal Substandar
Factors Contact People
Inadequate d Acts With Property
Standard Job Substandar Energy or Process
Factors d Substance
Inadequate (Profit)
Compliance Conditions

TEORI DOMINO
(Bird & Germain (1986):

Lemah Penyeb
Penyeb
nya ab INSID KERU
ab
Kontro Langsu EN GIAN
Dasar
l ng

15
syahbardia

LEMAHNYA SEBAB PENYEBAB


TAK INSIDEN KERUGIAN
KONTROL DASAR (Kontak)
LANGSUNG
PROGRAM
TAK SESUAI FAKTOR PERBUATAN <KEJADIAN> KECELAKAAN
PERORANGAN TAK AMAN KONTAK
STANDAR DENGAN ATAU
&
TAK SESUAI FAKTOR KONDISI ENERGI KERUSAKAN
KERJA TAK AMAN ATAU YANG TAK
KEPATUHAN BAHAN/ ZAT
PELAKSANAAN DIHARAPKAN

THE ILCI LOSS CAUSATION MODEL


Bird & German, 1985

LEMAHNYA PENYEBAB PENYEBAB TAK


INSIDEN KERUGIAN
KONTROL DASAR LANGSUNG

• MANUSIA
KERUGIAN

• PERALATAN
• MATERIAL
• LINGKUNGAN

16
syahbardia

LEMAHNYA PENYEBAB PENYEBAB TAK


INSIDEN KERUGIAN
KONTROL DASAR LANGSUNG

KONTAK  STRUCK AGAINST  menabrak/bentur benda diam/bergerak


 STRUCK BY  terpukul/tabrak oleh benda bergerak
 FALL TO  jatuh dari tempat yang lebih tinggi
 FALL ON  jatuh di tempat yang datar
 CAUGHT IN  tusuk, jepit, cubit benda runcing
 CAUGHT ON  terjepit,tangkap,jebak diantara obyek besar
INSIDEN

 CAUGHT BETWEEN  terpotong, hancur, remuk


 CONTACT WITH  listrik, kimia, radiasi, panas, dingin
 OVERSTRESS  terlalu berat, cepat, tinggi, besar
 EQUIPMENT FAILURE  kegagalan mesin, peralatan
 EVIRONMENTAL RELEASE  masalah pencemaran

LEMAHNYA PENYEBAB PENYEBAB TAK


INSIDEN KERUGIAN
KONTROL DASAR LANGSUNG

PERBUATAN TAK AMAN KONDISI TAK AMAN


 OPERASI TANPA OTORISASI  PELINDUNG/PEMBATAS TIDAK LAYAK
 GAGAL MEMPERINGATKAN
 APD KURANG, TIDAK LAYAK
 GAGAL MENGAMANKAN
 KECEPATAN TIDAK LAYAK  PERALATAN RUSAK
SEBAB LANGSUNG

 MEMBUAT ALAT PENGAMAN  RUANG KERJA SEMPIT/TERBATAS


TIDAK BERFUNGSI  SISTEM PERINGATAN KURANG
 PAKAI ALAT RUSAK  BAHAYA KEBAKARAN
 PAKAI APD TIDAK LAYAK
 KEBERSIHAN KERAPIAN KURANG
 PEMUATAN TIDAK LAYAK
 PENEMPATAN TIDAK LAYAK  KEBISINGAN
 MENGANGKAT TIDAK LAYAK  TERPAPAR RADIASI
 POSISI TIDAK AMAN  TEMPERATUR EXTRIM
 SERVIS ALAT BEROPERASI  PENERANGAN TIDAK LAYAK
 BERCANDA, MAIN-MAIN
 VENTILASI TIDAK LAYAK
 MABOK ALKOHOL, OBAT
 GAGAL MENGIKUTI PROSEDUR  LINGKUNGAN TIDAK AMAN

17
syahbardia

LEMAHNYA PENYEBAB PENYEBAB TAK


INSIDEN KERUGIAN
KONTROL DASAR LANGSUNG

FAKTOR PRIBADI FAKTOR KERJA


 KEMAMPUAN FISIK ATAU
SEBAB DASAR

 PENGAWASAN / KEPEMIMPINAN
PHISIOLOGI TIDAK LAYAK  ENGINEERING
 KEMAMPUAN MENTAL TIDAK  PENGADAAN (PURCHASING)
LAYAK  KURANG PERALATAN
 STRESS FISIK ATAU PHISIOLOGI  MAINTENANCE
 STRESS MENTAL  STANDAR KERJA
 KURANG PENGETAHUAN  SALAH PAKAI/SALAH
 KURANG KEAHLIAN MENGGUNAKAN
 MOTIVASI TIDAK LAYAK

LEMAHNYA PENYEBAB PENYEBAB TAK


INSIDEN KERUGIAN
KONTROL DASAR LANGSUNG

LEMAHNYA PENGENDALIAN

 PROGRAM TIDAK SESUAI


LACK OF CONTROL

 STANDARD TIDAK SESUAI


 KEPATUHAN TERHADAP
 STANDAR

18
syahbardia

PENGENDALIAN KERUGIAN

PRE CONTACT CONTACT POST


CONTROL CONTROL CONTACT
CONTROL
Subsitusi &
minimisasi Menerapkan
Pengembangan dan peninjauan sistem energi, Rencana
manajemen, pelatihan, penetapan barricade, Penanggulangan
program dan memeliharanya perbaikan Darurat
permukaan objek
penyebab

Langkah Penanggulangan
Kecelakaan Kerja
(Menurut ILO)
 PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
• Ketentuan & syarat K3 mengikuti perkemb ilmu
pengetahuan, tehnik & teknologi
• Penerapan ketentuan & syarat K3 sejak tahap
rekayasa
• Penyel pengawasan & pemantauan pelak K3
 STANDARISASI
• Standar K3 maju akan menentukan tkt kemajuan
pelak K3
 INSPEKSI / PEMERIKSAAN
• Suatu kegiatan pembuktian sejauh mana kondisi
tempat kerja masih memenuhi ketentuan &
persyaratan K3

19
syahbardia

Langkah Penanggulangan
Kecelakaan Kerja
(Menurut ILO)
 RISET TEKNIS, MEDIS, PSIKOLOGIS &
STATISTIK
• Riset/penelitian untuk menunjang tkt kemajuan
bid K3 sesuai perkemb ilmu pengetahuan, tehnik &
teknologi
 PENDIDIKAN & LATIHAN
• Peningkatan kesadaran, kualitas pengetahuan &
ketrampilan K3 bagi TK
 PERSUASI
• Cara penyuluhan & pendekatan di bid K3, bukan
melalui penerapan & pemaksaan melalui sanksi-
sanksi

Langkah Penanggulangan
Kecelakaan Kerja
(Menurut ILO)

 ASURANSI
• Insentif finansial utk meningkatkan
pencegahan kec dgn pembayaran premi yg
lebih rendah terhdp peusahaan yang
memenuhi syarat K3

 PENERAPAN K3 DI TEMPAT KERJA


• Langkah-langkah pengaplikasikan di tempat
kerja dlm upaya memenuhi syarat-syarat K3
di tempat kerja

20
syahbardia

RESIKO K3

RESIKO K3

21
syahbardia

HIERARKI
PENGENDALIAN RISIKO

Eliminasi

Subtitusi
Rekayasa Teknis
Rekayasa
Administrasi

APD

43

HIERARKI
PENGENDALIAN RISIKO
Eliminasi

Subtitusi

Rekayasa Teknis

Rekayasa Administrasi

Alat Pelindung Diri

44

22
syahbardia

HIERARKI
PENGENDALIAN RISIKO
• Memindahkan Hazard yang bisa
Eliminasi menyebabkan tersandung
• Membuang bahan kimia yang
tidak diperlukan
• Menghilangkan proses-proses
yang berbahaya

45

HIERARKI
PENGENDALIAN RISIKO
Contoh :
 Mengganti bahan bentuk serbuk dengan
bentuk pasta
 Proses menyapu diganti dengan vakum
Subtitusi  Bahan solvent diganti dengan bahan
deterjen
 Proses pengecatan spray diganti dengan
pencelupan

46

23
syahbardia

HIERARKI
PENGENDALIAN RISIKO

Contoh :
 Pemasangan alat pelindung
mesin
Rekayasa Teknis  Pemasangan general dan
local ventilation
 Pemasangan alat sensor
otomatis

47

HIERARKI
PENGENDALIAN RISIKO

Contoh :
 Pemisahan lokasi
Rekayasa
 Pergantian shift kerja
Administrasi
 Pembentukan sistem
kerja
 Pelatihan karyawan

48

24
syahbardia

HIERARKI
PENGENDALIAN RISIKO

Contoh :
 Helmet
APD  Safety Shoes
 Ear plug/muff
 Safety goggles
49

RESIKO K3

25
2/17/2021

LATAR BELAKANG
INDUSTRIALISASI DAN DAMPAKNYA
Perkembangan w 1.000 bhn kimia baru dipasarkan
Tekhnologi : mesin, setiap tahun
peralatan, ¾ ribuan kategori bahaya (B3)
bahan & sistem kj ¾ ratusan
t bersifat
b if t karsinogenik
k i ik

(+) PROGRAM K3 KURANG Æ Dampak (-)


Masalah P
Kes. Umum pd Pekerja: R
• HIV & AIDS O Tenaga Kerja :
• NARKOBA G • Kecelakaan kerja
• Tuberculosis/TB R • Peny.Akibat Kerja
• Flu Baru dll. A • Ggn Kes. lainnya
M
K3
Lingkungan :
PRODUKTIVITAS Perusahaan : • Pencemaran
(Kuantitas, Kualitas, • Bbg kerugian/Loss • Efek rumah kaca
Efisiensi) • Kualitas-kuantitas • Penyakit pd masy.
& produk
KESEJAHTERAAN • Kelangsungan usaha

Berbagai Kondisi Berbahaya di Tempat Kerja

1
2/17/2021

Berbagai Kondisi Berbahaya di Tempat Kerja

Efek Potensi Bahaya B3 & Radiasi Mengion


Terhadap Kesehatan Reproduksi
TERATOGENIC
EFFECT (kelainan TERATOGENIC
bawaan))

MUTAGENIC EFFECT
EFFECT (mutasi)
mutasi) TERATOGENIC
EFFECT

MOTHER E (telur)
Egg telur)

CHILD
zygote embryo Fetus(janin)
MUTAGENIC
EFFECT
FATHER sperm
p Malformations

Prenatal(sebelum
Reduced Spontaneous death
melahirkan) Childhood (
fertility(subur) abortions neoplasias(
apnormal)

2
2/17/2021

9 Kerugian (SDM, properti, finansial dll.)


9 Biaya/cost meningkat
9 Turn over pekerja meningkat
9 Produktivitas menurun
9 (Kualitas & Kuantitas produk)
9 Imageg & dayay saingg psh menurun
9 Kerusakan lingkungan

Kemiskinan, rendahnya Kualitas SDM dan


Lingkungan Hidup

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/HDI &


Daya saing bangsa rendah
5

Keterkaitan K3 dg Millenium Development Goal’s (MDGs)

8 Tujuan
T j MDGs
MDG TTahun
h 2015
2015::
1. Pemberantasan kemiskinan dan kelaparan
2. Pendidikan dasar untuk semua
3. Promosi kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan
p p
4. Penurunan angka kematian Anak/Balita
5. Meningkatkan kesehatan ibu hamil
6. Perang terhadap HIV/AIDS
HIV/AIDS,, Malaria dan penyakit
lainnya
7 Menjamin lingkungan hidup secara
7.
berkesinambungan
8. Membangun kerjasama global dalam pembangunan

3
2/17/2021

A. Dasar-Dasar Kesehatan Kerja

1) Pengertian
2) Tujuan Kesehatan Kerja
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan
pekerja
4) Upaya Kesehatan Kerja

1) Pengertian
KESEHATAN KERJA

¾ Kesehatan kerja adalah keadaan sejahtera dari badan,


jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap pekerja dapat
bekerja produktif secara sosial ekonomi tanpa
membahayakan
b h k diridi i sendiri,
di i tteman sekerja,
k j kkeluarga,
l
masyarakat, dan lingkungan sekitarnya.

¾ Ilmu terapan tentang kesehatan yang menyangkut tenaga


kerja dan lingkungan kerja serta faktor-faktor yang
berkaitan.

4
2/17/2021

2) Tujuan Kesehatan Kerja :

Tujuan Kesehatan Kerja menurut Joint ILO/WHO


Committee tahun 1995 :
1. Promosi dan pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan
sosial dari pekerja
2. Pencegahan gangguan kesehatan disebabkan oleh
kondisi kerja
3. Perlindungan pekerja dari resiko faktor-faktor yang
mengganggu kesehatan
4. Penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam
lingkungan kerja yang sesuai kemampuan fisik dan
psikologisnya
5. Penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap
manusia kepada pekerjaannya.

Definisi Kesehatan Kerja


Joint ILO/WHO Committee on Occupational Health at its First Session (1950) and
revised at its 12th Session (1995):

Occupational health should aim at: the promotion and


maintenance of the highest degree of physical, mental
and social well-being of workers in all occupations;
the prevention amongst workers of departures from
h lth caused
health d by
b th
their
i working
ki conditions;
diti th
the
protection of workers in their employment from risks
resulting from factors adverse to health; the
placing and maintenance of the worker in an
occupational environment adapted to his physiological
and ppsychological
y g capabilities;
p ; and,, to summarize,,
the adaptation of work to man and of each man to his
job.

5
2/17/2021

Fokus utama kesehatan kerja menurut


Joint ILO/WHO Committee tahun 1995 :

1. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan pekerja


dan kapasitas kerjanya;
2. Peningkatan lingkungan dan kondisi kerja untuk
menciptakan situasi keselamatan dan kesehatan
kerja yang kondusif; dan
3. Pengembangan organisasi dan budaya kerja yang
mendukung :
a) keselamatan dan kesehatan kerja,
b) peningkatan situasi sosial yang positif,
c) kelancaran proses kerja dan
d) peningkatan produktivitas.

3) Faktor-faktor Yg Mempengaruhi
Kesehatan & Produktifitas Tenaga Kerja

A. Beban B. Lingk.Ker
• Fisikja
kerja
• Fisik • Kimia
• Mental • Biologi
• Ergonomi
• Psikologi

C. Kapasitas
9 Ketrampilan kerja
9 Kesegaran jasmani & rohani
9 Status kesehatan/gizi
9 Usia
9 Jenis kelamin
9 Ukuran tubuh
12

6
2/17/2021

4) Upaya/Program Kesehatan Kerja


a. Optimalisasi beban kerja
b. Pengendalian lingkungan kerja
9 Teknis (eliminasi, substitusi, isolasi, enclosing,
ventilasi,, p
penyempurnaan
y p proses,,
p
housekeeping)
9 Administratif (pengurangan waktu kerja
terpapar, rotasi)
9 APD/PPE
c. Peningkatan kapasitas kerja

Program Kesehatan Kerja dilakukan melalui Penyelenggaraan


Pelayanan Kesehatan Kerja/PKK (Occupational Health Services)

Æ PKK merupakan upaya kesehatan kerja yang


mencakup :
y pencegahan (preventif),
y peningkatan (promotif),
y pengobatan (kuratif) dan
y pemulihan (rehabilitatif)
dengan mempertimbangkan faktor2 bahaya yang ada
di ttempatt kerja
k j yang berpengaruh
b h terhadap
t h d kesehatan
k h t
tenaga kerja.

14

7
2/17/2021

B. PENGAWASAN NORMA KESEHATAN KERJA

1) Pengertian
2) Tujuan pengawasan norma kesehatan kerja
3) Peraturan Pelaksanaan/Norma Kesehatan Kerja

1) Pengertian Pengawasan Norma Kesehatan Kerja :

Pengawasan Eksternal :
Serangkaian kegiatan pembinaan & pengawasan yang
dilakukan oleh Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan
terhadap pemenuhan pelaksanaan peraturan perundang-
undangan atas objek pengawasan norma kesehatan
kerja.

Pengawasan internal Æ dilakukan oleh AK3/Dokter


Perusahaan

8
2/17/2021

2) Tujuan pengawasan norma kesehatan kerja :

a. Menjamin hak perlindungan kesehatan bagi tenaga


kerja,
b. Mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja untuk
meningkatkan
g p
produktifitas dan kesejahteraan
j p
pekerja,
j ,
c. Mengembangkan kebijakan dan peraturan perundangan di
bidang pengawasan K3 umumnya dan kesehatan kerja
khususnya.

3) Peraturan Pelaksanaan Norma Kesehatan Kerja

a. UU yang mengamanatkan pengawasan Norma Kesehatan


Kerja
b. Norma yang khusus mengatur Kesehatan Kerja,
c Norma yang sebagian mengatur Kesehatan Kerja.
c. Kerja
d. Norma yang berkaitan dengan kesehatan kerja

9
2/17/2021

DASAR/LANDASAN PELAKSANAAN K3

• Setiap pekerja membutuhkan


perlindungan dari risiko bahaya di
LANDASAN tempat kerja
FILOSOFIS : • Pelaksanaan K3 mempunyai dimensi
perlindungan dan dimensi produktivitas
& kesejahteraan

• UUD 1945 (Psl 27)


LANDASAN • UU No. 13 Tahun 2003 Ttg
KONSTITUSIONIL Ketenagakerjaan
• UU No. 1 Tahun 1970 Ttg Keselamatan
Kerja

LANDASAN • Peraturan Pelaksanaan K3


OPERASIONIL : • Standar, Pedoman, Petunjuk
Pelaksanaan Teknis K3 dll

19

a. UU yg mengamanatkan pengawasan Norma Kesehatan Kerja

1. UU No.
No. 3 Th 1951 tentangg Pengawasan
g Ketenagakerjaan
g j
2. UU No.
No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
3. UU No
No.. 21 Th 2003 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan
pada Industri dan Perdagangan
4. UU No.
No. 3 Tahun 1969 tentang Ratifikasi Konvensi ILO
No.. 120 tentang Higiene Dalam Perniagaan Dan
No
Kantor2
Kantor2

5 UU No
5. No.. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
6. UU No.
No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

10
2/17/2021

Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 :


Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan

Pasal 86 UU No 13 Th 2003 ttg Ketenagakerjaan :


(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas :
a. keselamatan dan kesehatan kerja;
b. moral dan kesusilaan; dan
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat
manusia serta nilai-nilai agama;
(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya
keselamatan dan kesehatan kerja
(3) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sesuai peraturan perundang2an yg berlaku

Penjelasan Pasal 86 :
Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk
memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat
kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di
tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.

Pasal 87
• Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan
sistem manajemen perusahaan
• Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah

11
2/17/2021

Syarat2 Keselamatan Kerja (Ps 3 UU No 1 tahun 1970)


1. Mencegah & (-) kecelakaan
2. Mencegah, (-) & memadamkan kebakaran,
3
3. Mencegah & ((-)) bahaya peledakan
4. Memberikan kesempatan atau jalan menyelamatkan diri dari keadaan
berbahaya
5. Memberikan P3K
6. Memberikan alat2 perlindungan diri pekerja
7. Mencegah & mengendalikan suhu, kelembaban, debu, asap, uap, gas,
radiasi, suara , getaran
8. Mencegah & mengendalikan timbulnya PAK
9. Penerangan yg cukup & sesuai
10. Suhu & kelembaban udara yg baik
11. Penyegaran udara yg cukup
12. Kebersihan, kesehatan ketertiban
13. Keserasian : tenaga kerja, lingk., cara dan proses kerja
14
14. B
Bongkar
k muat, t perlakuan
l k & penyimpanan
i b
barang
15. Mengamankan & memelihra segala jenis bangunan
16. Mencegah terkena aliran listrik berbahaya
17. Menyesuaikan & menyempurnakan pengamanan kerja

Syarat-syarat K3 (UU No.1/70 pasal 3) yg berkaitan


dg Kesehatan Kerja & Lingkungan Kerja :

1. Memberikan P3K
2 Memberikan
2. M b ik APD
3. Mencegah & mengendalikan timbul/menyebar luasnya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, gas,
hembusan
4. Mencegah dan mengendalikan PAK
5 Memperoleh
5. M l h penerangan yang cukup
k & sesuaii
6. Menyelenggarakan suhu & lembab udara yang baik
7. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
8. Memelihara kebersihan, kesehatan & ketertiban.
9. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja,
lingkungan, cara kerja & proses kerjanya.

12
2/17/2021

KEWAJIBAN PENGURUS PERUSAHAAN


(Ps 8, 9, 10 UU No 1 tahun 1970)

Ps 8 :
• Pemeriksaan kesehatan badan, kondisi mental &
kemampuan fisik TK yang akan diterima & akan
dipindahkan sesuai sifat pekerjaan
• Pemeriksaan kes TK secara berkala oleh dokter yg
ditunjuk pgsh & dibenarkan oleh Direktur

Pasal 9
(1) Pengurus wajib menunjukan dan menjelaskan kpd
TK baru :
• Kondisi2 & bahaya2 yg dapat timbul dalam tempat kerja
• Semua alat pengaman dan alat2 perlindungan yg
diharuskan
• Alat2 perlindungan diri (APD) bagi tenaga kerja ybs.
• Cara2 dan sikap kerja yang aman
(2) Hanya
Han a mempekerjakan TK apabila sudah
s dah me
meyakini
akini
bahwa tenaga kerja telah memahami syarat2 K3
(3) Pengurus wajib memberikan pembinaan K3
(4) Pengurus wajib memenuhi dan mentaati semua
ketentuan yang berlaku bagi usaha & tempat kerja
yg dijalankan

Pasal 10
Adanya Panitia Pembina K3
K3 (Permenaker No. 04
04/Men/
/Men/1987
1987))

13
2/17/2021

b. Norma yang khusus mengatur Kesehatan Kerja

1. Norma Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja


2
2. Norma Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
3. Norma Penanggulangan Penyakit Akibat Kerja
4. Norma P3K Di Tempat Kerja
5. Norma Gizi Kerja & Penyelenggaraan Makan Di Tempat Kerja
6. Norma Program Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan
AIDS (P2-HIV & AIDS) di Tempat Kerja.
7. Norma Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan
dan Peredaran Gelap Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
Lainnya (P4GN) di Tempat Kerja

‰ Norma Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja :


9 Permennakertrans No. Per. 03/Men/
03/Men/1982
1982 tentang Pelayanan
Kesehatan Kerja
9 Permenakertranskop No 01 tahun
tahun1976
1976 tentang Kewajiban latihan
H
Hyperkes
k Bagi
B i Dokter
D kt Perusahaan
P h
9 Permenakertrans No 01 tahun 1979 tentang Kewajiban Latihan Hygiene
Perusahaan dan K3 Bagi Tenaga Para Medis
9 Kepdirjen Binwasnaker No. 22 Th 2008 ttg Juknis
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja

‰ Norma Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja :


9 Permennakertrans No. Per. 02/Men/
02/Men/1980
1980 tentang pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan
Kerja
9 Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE. 07/BW/1997 tentang
Pengujian Hepatitis B Dalam Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja.

14
2/17/2021

‰ Norma Penanggulangan Penyakit Akibat Kerja :


9 Kepres R.I No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan
Kerja
9 Permenakertrans No. Per. 01/Men/
01/Men/1981
1981 tentang Kewajiban
Melapor Penyakit Akibat Kerja
9 Permen Nakertrans No. Per 333
333/Men/
/Men/1989
1989 tentang Diagnosis dan
Pelaporan penyakit Akibat Kerja
9 Kepmenakertrans No. Kep. Kep. 25/Men/
25/Men/2008
2008 tentang Pedoman Diagnosis
Dan Penilaian Cacat Karena Kecelakaan Dan Penyakit Akibat Kerja

‰ Norma P3K Di Tempat Kerja :


9 Permenakertrans No. 15 Tahun 2008 tentang P3K di Tempat Kerja,
9 Kepdirjen Binwasnaker No 53 Th 2009 ttg Juknis Pelatihan dan
Lisensi Petugas P3K Di Tempat Kerja

‰ Norma Gizi Kerja & Penyelenggaraan Makan Di Tempat Kerja :


9 Surat Edaran Menaker No. SE 01/Men/1979 tentang Pengadaan Kantin
dan Ruang Makan
9 SE. Dirjen Binawas No. SE. 86/BW/1989 tentang Perusahaan Catering Yang
Mengelola Makanan Bagi Tenaga Kerja
9 Instruksi Menaker No. Ins. 03/M/BW/1999 tentang pengawasan terhadap
Pengelolaan Makanan di Tempat Kerja

‰ Norma Program Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS


(P2-HIV & AIDS) di Tempat Kerja :
9 Kepmenakertrans No. Kep
Kep.. 68/Men/
68/Men/IV/
IV/200
20044 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja.
Kerja.
9 Kepdirjen Binwasnaker No 20 Th 2005 ttg Juknis Pelaksanaan
Program P2-HIV/AIDS Di Tempat Kerja
9 Kepdirjen Binwasnaker No 44 Th 2012 tentang Pedoman
Pemberian Penghargaan Program P2-HIV dan AIDS Di Tempat
Kerja

‰N
Norma Pencegahan
P h d
dan Penanggulangan
P l P
Penyalahgunaan
l h d
dan
Peredaran Gelap Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya
(P4GN) di Tempat Kerja :
9 Permenakertrans No. 11 Tahun 2005 tentang P4GN di Tempat
Kerja
9 Kepdirjen
p j No. III Tahun 2006 tentangg Petunjuk
j Teknis
Pelaksanaan P4GN di Tempat Kerja

15
2/17/2021

LANDASAN HUKUM
1. Konvensi ILO No. 120 (UUNo. 3/1969 ) tentang
Higiene dalam perniagaan dan kantor-kantor
2. UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja
3. Kepres R.I No. 22 tahun 1993 tentang penyakit yang
timbul karena hubungan kerja
4. Permen No. 01 tahun 1976 tentang kewajiban latihan
Hyperkes bagi Dokter Perusahaan
5. Permen No. 01 tahun 1979 tentang g kewajiban
j latihan
Hyperkes bagi paramedis perusahaan
6. Permen No. 03 tahun 1982 tentang Pelayanan
keselamatan dan kesehatan kerja
7. Permen No. 02 tahun 1980 tentang pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja dalam penyelenggaraan
keselamatan kerja
8. Permen No. 15 tahun 2010 tentang P3K

10. Permen No. 01 tahun 1981 tentang kewajiban melapor


penyakit akibat kerja
11. Permen No. 03 tahun 1982 tentang pelayanan
kesehatan kerja
12
12. Permen No.
No 03 tahun 1986 tentang keselamatan dan
kesehatan kerja di tempat kerja yang mengelola
pestisida
13. Kepmen No. 333 tahun 1989 tentang Diagnosis dan
pelaporan penyakit akibat kerja
14
14. Permen No.
No 01 tahun 1998 tentang penyelenggaraan
jaminan pemeliharaan kesehatan dengan manfaat
lebih baik
15. Kepmen No. 79/Men/2003 tentang pedoman
diagnosis dan penilaian cacat karena kecelakaan dan
penyakit akibat kerja
16. Kepmen No. 187/Men/1999 tentang Pengendalian
Bahan Kimia Berbahaya Di Tempat Kerja
17. Permen No. 13/Men/2011 tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja

16
2/17/2021

18. SE. Men No. 01 tahun 1979 tentang Pengadaan Kantin


dan Ruang Makan
20. SE. Dirjen Binawas No. 86 tahun 1989 tentang
perusahaan catering yang mengelola makanan bagi
tenaga kerja
21. Kepts. Dirjen Binawas No. 157 tahun 1989 tentang
Tata Cara dan Bentuk Laporan Penyelenggaraan
Pelayananan Kesehatan Kerja

c. Norma yang sebagian mengatur Kesehatan Kerja

‰ PP No. No. 7 tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran,


Peredaran, Penyimpanan dan
Penggunaan Pestisida.
Pestisida.
‰ P
Peraturan
t Menteri
M t i Perburuhan
P b h N 7 Tahun
No. T h 1964 tentang
t t S
Syarat
t
Kesehatan,, Kebersihan
Kesehatan Kebersihan,, Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja
‰ Permennaker No. Per. 03/Men/
03/Men/1985
1985 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Pemakaian Asbes
‰ Permenaker No. Per. 03/Men/
03/Men/1986
1986 tentang Ke
Keselamatan
selamatan Dan Kesehatan
Kerja
j Di Tempat
p Kerja j Yangg Mengelola
g Pestisida
‰ Kepmenaker No. Kep
Kep.. 187/Men/
187/Men/1999
1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya Di Tempat Kerja
‰ Permenakertrans No. 13 Men/2011 tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja
‰ Instruksi menaker No. Ins. 01/Men/
01/Men/1988
1988 tentang Peningkatan Pengawasan dan Penertiban
t h d Pengadaan
terhadap P d K ti dan
Kantin d Toilet
T il t di Perusahaan
P h

17
2/17/2021

d. Norma yang berkaitan dengan Kesehatan Kerja

‰ Permenaker No.
No. Per.
Per. 01/Men/
01/Men/1998
1998 tentang Penyelenggaraan
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dengan Manfaat Lebih Baik
‰ Kepmenaker No 147 Th 1998 tentang Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Kerja bagi Program JPK Jamsostek
‰ Pasal 79 UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
dan peraturan pelaksanaannya yang memuat tentang
pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat
‰ P
Pasall 81 UU No.
N 13 Tahun
T h 2003 tentang
t t K t
Ketenagakerjaan
k j
yang memuat perlindungan pekerja perempuan dalam masa
haid dan merasakan sakit tidak wajib bekerja pada hari
pertama dan kedua waktu haid

KERANGKA HUKUM PERLINDUNGAN K3 BIDANG KESEHATAN KERJA


PASAL 27 (2) UUD 1945
Setiap Warga Negara Berhak Atas Pekerjaan Dan Penghidupan Yang Layak
Bagi Kemanusiaan.

Ps 86 & 87 UU No. 13 Th 2003 ttg Ketenagakerjaan :


Perlindungan K3 dan penerapan SMK3

Ps 3, 8, 9 UU No. 1 Th 1970 ttg Keselamatan Kerja :


Syarat2 K3.
Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja.

Permenaker 01 Th 1976, 01 Th 1979 : Dr & P Medis Psh


Permenaker 03 Th 1982 : Ply. Kes. Kerja
Permenaker No 02 Th 1980 : Px Kes TK
Permenaker No. 15 Th 2008 : P3K di Tpt Kerja
Permenaker 01 Th 1981 : Wajib Lapor PAK

JUKLAK/JUKNIS :
Kepdirjen No 22 Th 2008 : Peny. Ply. Kes. Kerja
Kepdirjen No. 53 Th 2009 : Pelatihan & Lisensi Ptgs P3K
36

18
2/17/2021

POKOK PERHATIAN DALAM PENGAWASAN


NORMA KESEHATAN KERJA

€ Sumber bahaya (Potensial Health


Hazards) di tempat kerja yang
p g
mempengaruhi kesehatan pekerja
p j

€ Pemenuhan terhadap
Persyaratan/Norma Kesehatan Kerja

I. Sumber bahaya kesehatan (Health


Hazard) di tempat kerja :

1. Peralatan dan bahan :


¾ Mesin, perkakas, instalasi dll,
¾ Bahan Baku, hasil produksi, hasil antara, hasil
sampingan, limbah

2 Proses produksi :
2.
Æ penanganan bahan, pengolahan, pengemasan,
penyimpanan, pengangkutan, pemusnahan dll.

3. Kondisi pekerja :
Æ pengetahuan, keterampilan, Cara kerja, sikap
kerja,
k j k kedisiplinan,
di i li k
kondisi
di i k
kesehatan,
h tingkat
i k
kelelahan dll

19
2/17/2021

Jenis-Jenis Sumber Bahaya


Di Tempat Kerja

A. Faktor Bahaya Fisik,


B. Faktor Bahaya Kimia,
C. Faktor Bahaya Biologi,
D. Faktor Bahaya Ergonomi,
E. Faktor Bahaya Psikologi.

II. Pemenuhan Terhadap Persyaratan/Norma


Kesehatan Kerja
Norma Kesehatan Kerja dilaksanakan dg Pola Utama :
1. Diselenggarakan oleh lembaga/organisasi K3 bidang
kesehatan kerja
ƒ Pelayanan Kesehatan Kerja (Permennakertrans No. Per. 03/Men/1982),
bekerjasama dg lembaga terkait :
ƒ P2K3 (Permenaker No. Per.05/Men/1985)
ƒ PJK3 Bidang
Bid Kesehatan
K h K j (Permenaker
Kerja P k No.
N Per.
P 04/Men/1995)
04/M /1995)
2. Dilaksanakan oleh personil yang memiliki kualifikasi dan
kompetensi yang sesuai
ƒ Dokter dan paramedis dengan sertifikat hiperkes (Permennaker No.
01/1976, Permennaker No. 01/1979)
3. Program
g / Kegiatan
g harus bersifat komprehensif,
p meliputi
p :
ƒ Preventif
ƒ Promotif
ƒ Kuratif
ƒ rehabilitatif

20
2/17/2021

Pemenuhan Persyaratan/Norma
Kesehatan Kerja

1. SDM Kesehatan Kerja :


a. Utama (Medis)
Medis) :
¾Dokter Perusahaan
¾Dokter Pemeriksa Kesehatan Tenaga Kerja
¾Paramedis perusahaan
b. Pendukung (Non Medis)
Medis) :
9Petugas P3P3K di Tempat Kerja
9Petugas Penyelenggara Makan Bagi Tenaga
Kerja
9Ahli K3
K3 Umum
9Ahli K3 Kimia
9Petugas K3
9Dll
Dll..

Pengertian
€ Dokter Perusahaan
dokter yang ditunjuk atau bekerja di perusahaan yang
bertugas atau bertanggung jawab atas higiene
perusahaan keselamatan dan kesehatan kerja
(Permenakertrans NoNo. 01 Th 1976)
€ Paramedis perusahaan
tenaga paramedis yang ditunjuk atau ditugaskan untuk
melaksanakan atau membantu penyelenggaraan tugas-
tugas higiene perusahaan keselamatan dan kesehatan
kerja di perusahaan atas petunjuk dokter perusahaan.
(Permenakertrans No. 01 Th 1979)

21
2/17/2021

Pengertian
€ Dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja :
dokter yang ditunjuk oleh pengusaha yang telah
mengikuti training hiperkes dan dibenarkan/mendapat
pengesahan oleh Direktur Jenderal Binwasnaker, untuk
melakukan
l k k pemeriksaik kkesehatan
h t ttenaga kkerja
j (ps 8 UU
No.1 Th 1970, Permenakertrans No. 02 Th 1980)

Pemenuhan Persyaratan/Norma
Kesehatan Kerja

1 SDM Kesehatan Kerja


1.
2. Fasilitas Kesehatan Kerja :
a. Utama :
¾ PKK (klinik/rumah sakit perusahaan)
¾ Fasilitas P
P33K di Tempat
p Kerja j
b. Pendukung :
9 Penyediaan APD
9 Penyediaan makan-
makan-minum di tempat
kerja (dapur
(dapur,, kantin, katering)
katering)
9 Tata ruang,
ruang kebersihan dan kesehatan
tempat kerja
9 Fasilitas emergency (sistim
(sistim tanggap
darurat)
dar urat)

22
2/17/2021

Pemenuhan Persyaratan/Norma
Kesehatan Kerja
1 SDM Kesehatan Kerja
1.
2. Fasilitas & SDM Kesehatan Kerja
3. Program Kesehatan Kerja (Preventif, Promotif, Kuratif,
Rehabilitatif))
Rehabilitatif
a. Utama :
¾ Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
¾ Pemberian P3K
¾ Penanganan penyakit
penyakit//gangguan kesehatan
¾ Promosi kesehatan kerja
¾ Gizi Kerja dan peny.
peny. makan di tempat kerja
¾ Program P2P2-HIV & AIDS di Tempat Kerja
¾ Program P4P4GN di Tempat Kerja
b. Pendukung :
9 Pengukuran lingkungan kerja
9 Penggunaan APD
9 Pengendalian lingkungan kerja

TARGET UTAMA
PROGRAM KESEHATAN KERJA
Melalui :
‹ Pelayanan kesehatan
kerja
€ MEMELIHARA KESEHATAN ‹ Pemeriksaan kesehatan
TK tenaga kerja
€ MENCEGAH DAN ‹ Gizi kerja & PMTK
MENANGGULANGI PAK & ‹ Promosi Kesehatan
KEC KERJA Kerja
‹ Pengendalian
lingkungan kerja
‹ Penerapan Higiene
industri
‹ APD

23
2/17/2021

PRINSIP UTAMA
Penerapan Norma Kesehatan Kerja

1. Sbg. Pelaksanaan syarat2 K3 Æ UU No. 1/


1970 pasal 3, pasal 8
2. Dilaksanakan melalui Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Kerja (12 Tugas Pokok
PKK) Æ Permenaker No. 03 /1982
3. Program berbasis risiko (Risk Based
Program) Æ disesuaikan potensi bahaya
(Potential Health Hazards)

Program Kesehatan Kerja Berbasis Risiko


(Risk Based Program)

PENCAPAIAN
Perencanaan PELAKSANAAN TUJUAN

Identifikasi : PEDOMAN
• PERMASALAHAN STANDAR • QUALITY OF PRODUCT
• FAKTOR RISIKO • ON TIME DELIVERY
• KEBUTUHAN (SKALA • TURN OVER PEKERJA
PRIORITAS) MONITORING & • EFISIENSI
(COST & BENEFIT)
EVALUASI

PERATURAN
PERUNDANGAN
TERKAIT
PRODUKTIVITAS
KESEJAHTERAAN

24
2/17/2021

Kesimpulan
€ Setiap
p tenaga
g kerjaj selalu berhadapan
p dengang kondisi kerjaj
yang berisiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja
(PAK)
€ Untuk menjaga kondisi tenaga kerja agar tetap sehat dan
produktif dilakukan upaya kesehatan kerja secara
komprehensif yang meliputi upaya kesehatan preventif,
promotif, kuratif dan rehabilitatif
€ Upaya kesehatan kerja dilakukan melalui penyelenggaraan
pelayanan kesehatan kerja dengan mengacu pada peraturan
perundangan K3 bidang Kesehatan Kerja
€ Untuk menjamin penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja
telah dilakukan sesuai dg ketentuan peraturan perundangan,
maka
k pengawasan norma k kesehatan
h t kkerja
j mutlak
tl k dil
dilakukan
k k
oleh setiap pegawai pengawas ketenagakerjaan

49

25
UNDANG-UNDANG
UNDANG-
NO. 1 TAHUN 1970
TENTANG
KESELAMATAN KERJA
Lembaran Negara No.
No 1 Tahun 1970
(Tambahan Lembaran Negara No. 1918)

SEJARAH
PERATURAN KESELAMATAN KERJA

A. MASA PURBA
Sejarah keselamatan kerja dan kecelakaan kerja pada umumnya sama
tuanya dengan kehidupan manusia.

Masalah keselamatan kerja dikenal mulai sejak saat manusia bekerja untuk
g g
memenuhi dan melangsungkan kehidupannya.
p y

Sejak jaman purba, dalam bekerja manusia telah mulai mengenal akan
adanya kecelakaan terutama dalam bekerja untuk berburu.

Atas pengalaman itulah maka manusia yang secara alamiah dibekali oleh
akal dan pikiran mulai mencari jala bagaimana caranya agar dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya/bekerja tidak tertimpa kecelakaan yang
dapat merugikan dan kecelakaan yang sama tidak terulang lagi di masa
yang akan datang.

1
Terdapat catatan kuno tentang keselamatan bangunan yang telah diatur
oleh Raja Hamurabi dari Babilonia pada abad ke 17SM.
Raja Hamurabi mengatur dalam undang-undang negaranya tentang
hukuman bagi para ahli bangunan yang membuat bangunan rumah yang
ternyata bangunannya tidak kokoh sehingga dapat mencelakakan
penghuninya.

Lima abad kemudian yaitu pada jaman Mosai para ahli bangunan harus
bertanggung jawab terhadap keselamatan kerja para pelaksana dan
pekerja pekerjanya kemudian masalah-masalah
pekerja-pekerjanya, masalah masalah keselamatan kerja
meluas ke daratan Yunani, Romawi, Mesir dan lain-lain hanya belum
tersusun dan terkodifikasi dengan baik.

B. MASA MODERN
Perubahan besar dalam bentuk maupun jenis kecelakaan dalam
industri dimulai setelah berhasilnya revolusi industri pada abad 18,
setelah pemakaian mesin-mesin baru seperti tenaga uap dan tenaga
listrik dalam proses mekanisasi dan elektrifikasi di kalangan industri
secara otomatis pula muncul berbagai macam bahaya yang baru
barang tentu akan menimbulkan jenis kecelakaan kerja yang baru.

Penggunaan teknologi maju untuk keperluan meningkatkan


kehidupan manusia selalu bersifat ambivalen, di satu pihak akan
meningkatkan
i k tk efisiensi
fi i i dan
d produktifitas,
d ktifit namun di lain
l i pihak
ih k
menimbulkan masalah-masalah baru yang berhubungan dengan
keselamatan tenaga kerja.

Gerakan perbaikan terhadapa masalah kondisi kerja, waktu kerja


dan kesehatan kerja terus meningkat kepada masalah keselamatan
kerja sejalan dengan meningkatnya kecepatan serta pemakaian
mesin yang menyebabkan semakin meningkatnya suber bahaya di
pabrik-pabrik.

2
Dengan adanya Undang-Undang Pabrik (Factory Act) pada tahun 1844
maka pemilik pabrik dibebani tanggung jawab terhadap kecelakaan
dan cacat yang menimpa pekerjanya.

Dari sejarah perkembangan gerakan keselamatan dan kesehatan kerja


tersebut, tercermin pula proses perkembangan pola pikir manusia
dalam pemikiran dan pengetahuan tentang keselamatan dan
kesehatan kerja yang terkait dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan penggunaan teknologi.

C. USAHA PENCEGAHAN KECELAKAAN


Dewasa ini berbagai macam usaha telah dilakukan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja di perusahaan-perusahaan industri atau di
tempat-tempat kerja dengan cara :
1. Peraturan peraturan yaitu peraturan perundangan yang bertalian
dengan syarat-syarat kerja, perencanaan, konstruksi, pengawasan,
pengujian, pemakaian peralatan industri, kewajiban pengusaha dan
para pekerja, pelatihan pengawasan keselamatan dan kesehatan
kerja, dll.
2. Standarisasi yaitu menyusun standar-standar yang bersifat wajib
(compulsary) maupun yang bersifat sukarela (voluntary) yang
bertalian dengan konstruksi yang aman dari peralatan industri, hasil
produksi, pelindung diri, alat pengaman.
3. Pengawasan yaitu pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

3
4. Penelitian Teknik yaitu meliputi penelitian terhadap benda dan
karakteristik bahan-bahan berbahaya, mempelajari pengaman mesin,
pengujian alat pelindung diri, penyelidikan tentang desain yang cocok
untuk instalasi industri.
5. Penelitian Medis yaitu meliputi hal-hal khusus yang berkaitan dengan
penyakit akibat kerja dan akibat medis terhadap manusia dari
berbagai kecelakaan kerja.
6. Penelitian Psikologis yaitu penelitian terhadap pola-pola psikologis
yang dapat menjurus ke arah kecelakaan kerja.
7 Penelitian
7. P liti St ti tik yaitu
Statistik it menentukan
t k k
kecenderungan
d k
kecelakaan
l k
yang terjadi melaui pengamatan terhadap jumlah, jenis orangnya
(korban), jenis kecelakaan, faktor penyebab sehingga dapat
ditentukan pola pencegahan kecelakaan yang serupa.
8. Pendidikan yaitu pemberian pengajaran dan pendidikan cara
pencegahan kecelakaan kerja dan teori-teori keselamatan dan
kesehatan kerja.
kerja

9. Training (Latihan) yaitu pemberian instruksi atau petunjuk-petunjuk


melalui praktek kepada para pekerja mengenai cara kerja yang
aman.
10. Persuasi yaitu menanamkan kesadaran akan pentingnya
keselamatan dan kesehatan kerja dalam upaya untuk mencegah
terjadinya kecelakaan, sehingga semua ketentuan keselamatan kerja
dapat diikuti oleh semua tenaga kerja.
11. Asuransi yaitu upaya pemberian insentif dalam bentuk reduksi
terhadap premi asuransi kepada perusahaan yang melakukan
usaha-usaha
h h keselamatan
k l t d
dan k
kesehatan
h t k j atau
kerja t yang berhasil
b h il
menurunkan tingkat kecelakaan di perusahaan.

Efektifitas usaha keselamatan kerja sangat tergantung dengan


penerapannya di tempat kerja secara konsisten.

4
UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970
TENTANG
KESELAMATAN KERJA

A. PENDAHULUAN
1. Nama dan Waktu Berlakunya
Undang-Undang No.1 tahun 1970 ini disebut “Undang-Undang
Keselamatan Kerja”. Hal ini dapat dilihat dari judulnya.

Di samping itu secara tegas pasal 18 Undang


Undang-Undang
Undang ini menetapkan
nama dan penyebutannya.

Walaupun namanya Undang-Undang Keselamatan Kerja akan tetapi materi


yang diatur di dalamnya termasuk kesehatan kerja.

Undang-Undang No. 1 tahun 1970 ini mulai berlaku sejak tanggal


ditetapkan,
p , y
yaitu tanggal
gg 12 Januari 1970. Tanggal
gg tersebut kemudian
ditetapkan sebagai Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, juga
merupakan dasar penetapan dimulainya Kampanye Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Nasional, yang diteruskan menjadi Gerakan Nasional
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

2. Bagian-bagian Undang-Undang No. 1 tahun 1970

Seperti halnya peraturan perundang-undangan lainnya maka UU No. 1 tahun


1970 mempunyai bagian
bagian-bagian
bagian pokok sebagai berikut :
a. Pembukaan, berisi pertimbangan-pertimbangan dikeluarkannya UU
No.1 tahun 1970 dan dasar hukumnya. Di dalam pertimbangan
sebenarnya telah tersirat tujuan dari upaya Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, yaitu sebagai aturan untuk menjamin hak tenaga kerja
mendapatkan perlindungan atas keselamatan dalam melakukan
pekerjaan juga keselamatan orang lain yang berada di tempat kerja,
pekerjaan, kerja
disamping menjamin setiap sumber produksi agar dapat dipergunakan
secara aman dan efisien.

b. Batang tubuh, berisikan ketentuan materinya yang dikelompokan dalam


10 bab dan 14 pasal.

c. Penutup, berisikan ketentuan tentang sanksi dan pasal peralihan. Bagian


ini terdiri dari 1 bab dan 4 pasal.

5
3. Latar Belakang dikeluarkannya UU No.1 tahun 1970

Sebelum dikeluarkanya Undang-Undang No.1 tahun 1970 di Indonesia


sebenarnya sudah terdapat peraturan yang mengatur tentang keselamatan
kerja yaitu Veiligheids Reglement (VR) Stbl.406
Stbl 406 tahun 1910 sebagai warisan
dari pemerintah HIndia Belanda, perkembangan yang terjadi di masyarakat,
peraturan tersebut dinilai tidak sesuai lagi dan perlu diadakan perubahan.
Hal-hal yang mendasar tentang ketidaksesuaian dimaksud antara lain
meliputi :
a. Veiligheids Reglement Stbl.406 tahun 1910 (VR) dinilai tidak sesuai
dengan perkembangan peraturan perlindungan tenaga kerja yaitu dengan
berlakunya UU No. 14/1969 dimana dalam peraturan tersebut dinyatakan
bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas
keselamatan dan kesehatannya.

b. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja tidak hanya terbatas pada


tenaga kerja yang bekerja di pabrik dan bengkel saja sebagaimana diatur
dalam VR, akan tetapi setiap orang yang berada di tempat kerja berhak
mendapat perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerjanya.

c. Teknik, teknologi dan penerapannya, industrialisasi, administrasi


pemerintah dan kondisi serta situasi tenaga kerja telah berkembang
pesat. Di dalam beberapa hal VR tidak mampu menampung
perkembangan tersebut.

d. Sifat represif dan polisional pada VR dinilai kurang sesuai dan kurang
mendukung perkembangan ekonomi pada umumnya dan
penggunaan sumber-sumber produksi serta penanggulangan
kecelakaan pada khususnya, serta alam negara Indonesia yang
merdeka berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
4. Perbedaan UU No. 1 tahun 1970 dan VR Stbl.406 tahun 1910 bila
dibandingkan antara UU No.1 tahun 1970 dengan VR Stbl.406 tahun 1910
maka terdapat beberapa perbedaan yang bersifat prinsip antara lain :
a. Perluasan ruang lingkup ;
b. Perubahan pengawasan represif menjadi preventif ;
c. Perumusan teknis yyang
g lebih tegas
g ;
d. Penyesuaian tata usaha ;
e. Tambahan pengaturan tentang pembinaan ;
f. Tambahan pengaturan tentang retribusi.

6
™ Secara ETIMOLOGIS
Memberikan upaya perlindungan agar tenaga kerja dan orang lain di
tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat dan agar setiap
sumber produksi perlu dipakai dan digunakan secara aman dan efisien

™ Secara FILOSOFI
Suatu konsep berpikir dan upaya nyata untuk menjamin kelestarian
tenaga kerja dan setiap insan pada umumnya beserta hasil karya dan
budaya dalam upaya mencapai adil, makmur dan sejahtera.

™ Secara KEILMUAN
Suatu cabang ilmu pengetahuan dan penerapan yang mempelajari
tentang cara penanggulangan kecelakaan di tempat kerja.

DASAR HUKUM
UUD 1945 Pasal 27 ayat (2)
“Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan ”
kemanusiaan.

UU. No. 14 tahun 1969


Tentang ketentuan pokok ketenagakerjaan
Pasal 9 : Tiap tenaga kerja berhak mendapatkan atas keselamatan,kesehatan,
kesusilaan pemeliharaan moral kerja,
kesusilaan, kerja serta perlakuan yang sesuai
dengan martabat dan moral agama.
Pasal 10 : Pemerintah membina norma perlindungan tenaga kerja yang meliputi
Norma keselamatan kerja, Norma kesehatan kerja dan Higiene
perusahaan, Norma kerja dan Pemberian ganti rugi, perawatan dan
rehabilitasi dalam kecelakaan kerja

UU NO. 1 TAHUN 1970


Tentang
Keselamatan Kerja

7
UU No.1 tahun 1970

OBJEK PERLINDUNGAN : a. Tenaga Kerja


b. Orang Lain
c. Sumber Produksi

SUSUNAN : 11 BAB
: 18 PASAL
: 33 AYAT

• SISTIMATIKA :
• UU NO.1 TAHUN 1970

BAB I. ISTILAH
II. RUANG LINGKUP
III. SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA
IV. PENGAWASAN
V
V. PEMBINAAN
VI. PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
VII. KECELAKAAN
VIII. KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA
IX. KEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJA
X
X. KEWAJIBAN PENGURUS
XI. KETENTUAN PENUTUP

8
™ Pasal 1 ayat (1) :
“ Tempat Kerja” ialah tiap ruangan atau lapangan baik tertutup maupun
terbuka, bergerak, tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering
dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber
atau sumber-sumber bahaya, sebagaimana dirinci dalam pasal 2. Termasuk
tempat kerja adalah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya
yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja
tersebut.
Penjelasan praktis :
Ciri-ciri
Ci i i i tempat
t t kerja
k j pada
d dasarnya
d adalah
d l h tempat
t t bekerja,
b k j dimana
di t d
terdapat
t3
unsur pokok yaitu adanya tenaga kerja, adanya bahaya kerja dan dilakukan
suatu usaha.
Tenaga kerja disini tidak harus sehari-hari berada atau bekerja dalam tempat
kerja yang bersangkutan (sewaktu-waktu memasuki ruangan untuk
mengontrol, menyetel, menjalankan dan lain-lain).
Pengertian usaha disini tidak selalu mempunyai motif ekonomi atau
keuntungan, tetapi dapat juga merupakan usaha sosial.

™ Pasal 1 ayat (2) :

Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung


suatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.

Penjelasan Praktis :

Ciri-ciri p
pengurus,
g adalah mempunyai
p y kewajiban
j dan bertanggung
gg g
jawab terhadap pelaksanaan semua ketentuan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di tempat kerjanya.

Pengurus dalam pengertian umum adalah pucuk pimpinan suatu tempat


kerja yang berdiri sendiri.

9
™ Pasal 1 ayat (3) :
Pengusaha adalah :
a. Orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik
sendiri dan untuk keperluan itu menggunakan tempat kerja.
b. Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan
suatu usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu menggunakan
tempat kerja ;
c. Orang atau badan hukum yang di Indonesia mewakili orang atau
badan hukum termaksud pada (a) dan (b), jikalau yang diwakili
berkedudukan di luar Indonesia.

Penjelasan Praktis :

Pengertian pengusaha, adalah lain dengan pengertian pengurus.


Sebagaimana telah dijelaskan di atas yaitu kalau pengurus adalah
pimpinan tempat kerja sedangkan pengusaha adalah orang atau badan
hukum yang memiliki atau mewakili pemilik suatu tempat kerja. Bisa saja
pengusaha dan pengurus suatu tempat kerja adalah satu orang, yaitu
terutama pada perusahaan-perusahaan berskala kecil.

™ Pasal 1 ayat (4) :


“Direktur adalah Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
melaksanakan Undang
Undang-Undang
Undang ini.
ini.”

Penjelasan Praktis :

Pengertian Direktur, dinyatakan cukup jelas seperti tertulis pada bunyi


ayat ini, tetapi untuk menghindarkan penafsiran yang keliru perlu
dijelaskan lebih lanjut bahwa dalam prakteknya yang disebut Direktur
adalah Direktur Jendral Pembinaan dan Pengawasan Norma
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

10
™ Pasal 1 ayat (5) :

“Pegawai Pengawas” adalah pegawai teknis bekeahlian khusus dari


Depnaker yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

Penjelasan Praktis :

Berkeahlian Khusus, artinya menguasai pengetahuan dasar dan praktis


pada bidang keilmuan yang menyangkut perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam mengantisipasi bahaya kerja karena mesin,
peralatan,, lingkungan
p g g dan lain-lain.

Keahlian Khusus yang dimakud misalnya spesialis K3 listrik, spesialis


K3 Pesawat Uap, spesialis K3 radiasi, spesialis K3 kimia, spesialis
K3 Penyelaman, spesialis K3 Kesehatan Kerja, yang hanya dapat
diperoleh melalui proses pendidikan. Oleh karena itu untuk dapat
menjadi pegawai pengawas harus terlebih dahulu mengikuti pendidikan
tertentu.

Dalam perkembangannya, pengawas keselamatan dan kesehatan


kerja merupakan bagian atau spesialisasi tersendiri dari sistem
pengawasan ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Menaker No. 03 tahun 1984.

11
™ Pasal 1 ayat (6) :

Ahli Keselamatan Kerja adalah tenaga teknis berkeahlian khusus


dari luar Depnaker yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
mengawasi ditaatinya Undang-undang ini.

Penjelasan Praktis :

Rumusan pengertian Ahli Keselamatan Kerja, pada ayat tersebut


tercakup juga Ahli Kesehatan Kerja.

Dari rumusan tersebut perlu dimengerti bahwa untuk pengawasan


terhadap pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1970, Disnaker dapat
melibatkan tenaga teknis dari luar Disnaker, baik yang berada di
instansi/lembaga pemerintah maupun swasta yang memenuhi
persyaratan, sebagaimana ditetapkan didalam Permen Tenaga Kerja
N 02/MEN/1992.
No. 02/MEN/1992

Latar belakang pemikiran atau konsep tersebut adalah karena Disnaker


tidak mungkin mampu membentuk pegawai pengawas dalam jumlah
maupun kemampuan dalam berbagai bidang keahlian seperti contoh
di t
diatas t di sesuaii dengan
tadi d perkembangan
k b t k l i walaupun
teknologi, l
pengawasan terhadap pelaksanaan UU No. 1 tahun 1970 dapat
dilakukan oleh tenaga dari luar Disnaker, namun Kebijaksanaan
Nasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja tetap berada pada Menteri
Tenaga Kerja.

Catatan :

Didalam ayat (5) dan (6) disebutkan bahwa yang mengangkat baik
pegawai pengawas maupun ahli keselamatan kerja adalah Menaker,
akan tetapi dalam pelaksanaannya diangkat oleh Dirjen Binawas sesuai
keputusan Mentri Tenaga Kerja, Trasmigrasi dan Kopersi No. Kep.
599/MEN/SJ/D/1979.

12
™ Pasal 2 ayat (1) :

Yang diatur oleh Undang-Undang ini adalah keselamatan kerja dalam


g
segala tempat
p kerja,
j , baik di darat,, di dalam tanah,, di p
permukaan air,,
di dalam air, maupun di udara yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia.

Penjelasan Praktis :

Didalam ayat ini ditetapkan ruang lingkup UU No.1 tahun 1970, yaitu
tempat kerja dimanapun berada, selama dalam wilayah kekuasaan
negara Republik Indonesia, baik milik swasta,perseorangan atau badan
hukum maupun milik pemerintah, yang memenuhi kriteria seperti tersebut
dalam pasal 1 ayat (1).

Tempat kerja tersebut mencakup semua tempat kegiatan usaha baik


yang bersifat ekonomis maupun sosial.
sosial Tempat kerja yang bersifat sosial
seperti ;
a. Bengkel tempat untuk pelajaran praktek

b. Tempat rekreasi ;
c. Rumah Sakit ;
d. Tempat ibadah ;
e
e. Tempat berbelanja dan pusat hiburan.
hiburan

13
™ Pasal 2 ayat (2) :

Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja


dimana : ( huruf a s.d. r ) :

Penjelasan Praktis :

Ayat ini merinci jenis tahapan kegiatan dalam tempat-tempat kerja yang
termasuk pengertian tempat kerja sebagaimana dimaksud ayat (1) yaitu butir
a s.d. r dimana di dalamnya terdapat bahaya kerja yang berhubungan
dengan :

1. Keadaan mesin/ alat/ bahan


2. Lingkungan kerja
3. Sifat pekerjaan
4. Cara kerja
5. Proses produksi

™ Pasal 2 ayat (3) :

Dengan
g p peraturan p
perundangan
g dapatp ditunjuk
j sebagai
g tempat
p kerja,
j ruang-g
ruang atau lapangan lainnya yang dapat membahayakan keselamatan atau
kesehatan yang bekerja dan yang berada di ruangan atau lapangan itu dan
dapat dirubah rincian tersebut dalam ayat (2).

Penjelasan Praktis :

Ayat ini
A i i memberikan
b ik kemungkinan
k ki untuk
k mengatur tempat kerja
k j selain
l i yang
telah ditetapkan dan mempunyai ciri-ciri di atas dalam penetapan ruang
lingkup UU No. 1 Tahun 1970 ini.

Sebab dimungkinkan untuk waktu yang akan datang ditemukan tempat kerja
baru selain yang terinci pada ayat (2).

14
™ Pasal 3 ayat (1) :

Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat


syarat-syarat
syarat keselamatan kerja
untuk :
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
j
kebakaran atau kejadian-keadian lain yg berbahaya
y .
e. memberi pertolongan pada kecelakaan .
huruf f s/d r .

Penjelasan Praktis :

Ayat ini berisikan arah dan sasaran yang akan dicapai melalui persyaratan-
persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan pelaksanaan UU No. No 1 tahun
1970 yaitu butir (a s.d. r) yang bilamana diambil intisarinya adalah untuk
mewujudkan tujuan keselamatan dan kesehatan kerja.

™ Pasal 3 ayat (2) :

Dengan
g p peraturan p
perundangan
g dapat
p diubah rincian seperti
p tersebut dalam
ayat (1) sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan
teknologi.

Penjelasan Praktis :

Ayat ini merupakan usaha yang memungkinkan untuk menambah rincian


dari apa yang telah ditetapkan pada ayat (1) sesuai dengan perkembangan
teknik dan teknologi serta penemuan-penemuan baru di kemudian hari.

15
™ Pasal 4 ayat (1) :

Dengan
g pperaturan p
perundangan
g ditetapkan
p syarat-syarat
y y keselamatan kerja
j
dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran,
perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan
dan penyimpanan bahan, barang produk teknis dan aparat produksi
yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.

Penjelasan Praktis :

Ayat ini menegaskan bahwa syarat atau ketentuan keselamatan dan


kesehatan kerja ditetapkan sejak tahap perencanaan, pembuatan,
pemakaian.

Dari ayat ini pula terlihat sifat preventif UU ini dan merupakan salah satu
perbedaan yang bersifat prinsipil bila dibandingkan dengan UU yang
digantikannya.

™ Pasal 4 ayat (2) :

Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi suatu


kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang
mencakup bidang konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan,
perlengkapan alat-alat perlindungan, pengujian dan pengesahan,
pengepakan atau pembungkusan, pemberian tanda-tanda pengenal atas
bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi guna menjamin
g
keselamatan barang-barangg itu sendiri,, keselamatan tenagag kerja
j y yang
g
melakukannya dan keselamatan umum.

Penjelasan Praktis :

Ayat ini menjelaskan isi dari setiap ketentuan atau syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yaitu akan berisi prinsip-prinsip teknis ilmiah yang mengatur
tentang konstruksi,
konstruksi bahan dan lain sebagainya.
sebagainya

16
™ Pasal 4 ayat (3) :

Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut


dalam ayat (1) dan (2), dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa
yang berkewajiban memenuhi dan mentaati syarat-syarat keselamatan
tersebut.

Penjelasan
j Praktis :

Ayat ini merupakan kekecualian ayat (1) dan (2) apabila terjadi
perkembangan-perkembangan di kemudian hari.

™ Pasal 5 ayat (1) :


Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap Undang-Undang ini,
sedangkan para pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja ditugaskan
menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya Undang-Undang ini
dan membantu pelaksanaannya

Penjelasan Praktis :

Ayat ini menjelaskan tugas pokok Direktur yaitu sebagai pelaksana umum
UU No.
N 1 tahun h 19 0 dan
1970 d tugas pokok
k k pegawaii pengawas serta ahli hli
keselamatan kerja yaitu mengawasi langsung terhadap ditaatinya UU ini dan
peraturan pelaksananya.

™ Pasal 5 ayat (2) :


Wewenang dan
W d k
kewajiban
jib di kt
direktur, pegawaii pengawas dan
d ahli
hli
keselamatan kerja dalam melaksanakan UU ini diatur dengan peraturan
perundangan.

17
™ Pasal 6 :

(1) Barang siapa tidak dapat menerima keputusan direktur dapat


mengajukan permohonan banding kepada Panitia Banding.
(2) Tata cara permohonan banding, susunan panitia banding dan lain-
lainnya ditetapkan oleh menteri Tenaga Kerja.
(3) Keputusan Panitia Banding tidak dapat dibanding lagi.

j
Penjelasan Praktis :

Pasal ini mengatur tentang Panitia Banding yaitu sebagai upaya hukum dan
mekanisme penyelesaian persoalan apabila pengurus tempat kerja tidak
dapat menerima putusan direktur .

Keputusan Panitia Banding tidak dapat diajukan banding lagi artinya


mengikat.
mengikat

Susunan Panitia Banding akan ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja .

™ Pasal 7 :

Untuk pengawasan berdasarkan Undang-Undang ini pengusaha harus


membayar retribusi menurut ketentuan-ketentuan yang akan diatur dengan
peraturan perundangan.

Penjelasan Praktis :

Pasal ini mengatur kewajiban pengusaha untuk membayar retribusi yaitu


sejumlah uang sebagai imbalan jasa pengawasan yang dilakukan oleh
pemerintah.

(Perda Kota Bandung No. 19 Tahun 2002 tentang Retribusi


Ketenagakerjaan) *

* Tidak diberlakukan.
diberlakukan

18
™ Pasal 8 ayat (1) :
Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan
kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan
dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya.

Penjelasan Praktis :

Ayat ini menetapkan kewajiban pengurus untuk memeriksakan kesehatan


badan, kondisi mental dan kesehatan fisik baik secara awal bagi tenaga
k j yang baru
kerja b di i
diterimanya ataupun dipindahkan
di i d hk kek tempat/bagian
/b i lain.
l i

Ayat ini menghendaki penyesuaian kemampuan fisik dan mental tenaga


kerja dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan untuk mendapatkan
produktivitas yang tinggi dan menghargai harkat dan martabat tenaga kerja.

™ Pasal 8 ayat (2) :

Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang berada di


bawah pimpinannya, secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh
pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur.

Penjelasan Praktis :

Ayat ini menjelaskan disamping untuk mengetahui kemampuan fisik dan


mental tenaga kerja,
kerja pemeriksaan kesehatan secara berkala ini juga
bertujuan untuk mendeteksi secara dini timbulnya penyakit akibat kerja.

Ketentuan ini juga menunjukkan sifat preventif dari UU ini dan menjamin
adanya usaha perlindungan di bidang kesehatan dilakukan secara
profesional dan bertanggung jawab.

19
™ Pasal 8 ayat (3) :

Norma-norma mengenai pengujian kesehatan ditetapkan dengan peraturan


per ndangan
perundangan.

Penjelasan Praktis :

Pengujian kesehatan terutama untuk pemeriksaan kesehatan baik awal


maupun secara berkala dilakukan sesuai dengan lingkungan tempat kerja
dimana tenaga kerja tersebut akan ditempatkan.
ditempatkan

™ Pasal 9 ayat (1) :

Pengurus diwajibkan
P di jibk menunjukan
j k dand menjelaskan
j l k pada d tiap
ti tenaga
t k j
kerja
baru tentang :
a. kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam
tempat kerjanya.
b. semua pengaman dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam
tempat kerjanya.
c Alat-alat
c. Alat alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
bersangkutan
d. cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.

Penjelasan Praktis :

Kewajiban pengurus untuk melakukan pembinaan terhadap tenaga kerja


baru yaitu menunjukan dan menjelaskan 4 (empat) hal pokok tersebut diatas
yang harus dipahami, diketahui dan dilaksanakan oleh tenaga kerja yang
baru diterima sebelum dipekerjakan.

20
™ Pasal 9 ayat (2) :
Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan
setelah ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat
t
tersebut
b t diatas.
di t

Penjelasan Praktis :

Inti dari ayat ini adalah pengurus tidak dapat mempekerjakan tenaga kerja
yang baru diterima sebelum tenaga kerja yang bersangkutan memahami 4
hal dimaksud dalam ayat y ((1).
)

™ Pasal 9 ayat (3) :


Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga
kerja yang berada di bawah pimpinannya dalam pencegahan kecelakaan
dan p pemberantasan kebakaran serta p peningkatan
g keselamatan dan
kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada
kecelakaan.

Penjelasan Praktis :

Pengurus juga wajib melakukan pembinaan bagi tenaga kerjanya secara


berkala tentang :
a. pencegahan kecelakaan
b. pemadaman kebakaran
c. pertolongan pertama pada kecelakaan
d. Hal-hal lain dalam rangka peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja
di tempat kerjanya.

™ Pasal 9 ayat
y ((4)) :
Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang
dijalankannya.

Penjelasan Praktis :

Inti dari ayat ini adalah pengurus harus terus secara berkesinambungan
untuk melaksanakan usaha-usaha atau kegiatan-kegiatan yang dapat
meningkatkan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat
kerja.

21
™ Pasal 10 ayat (1) :

Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembina Keselamatan


dan Kesehatan Kerja guna mengembangkan kerjasama, saling pengertian
dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja
dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban
dibidang keselamatan dan kesehatan kerja, dalam rangka melancarkan
usaha berproduksi.

P j l
Penjelasan P kti :
Praktis

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan kepentingan dan kewajiban


semua pihak, khususnya pengurus dan tenaga kerja. Menteri berwenang
membentuk P2K3 pada tempat-tempat kerja tertentu, sebagai wadah guna
memperkembangkan kerjasama, saling pergertian dan partisipasi efektif dari
pengusaha
p g atau p
pengurus
g dan tenaga
g kerja
j dalam melaksanakan tugasg dan
kewajiban bersama di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, serta dalam
rangka melancarkan usaha produksi.

™ Pasal 10 ayat (2) :


Susunan P2K3, tugas dan lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.

Penjelasan Praktis :

Dalam ayat ini disebutkan bahwa susunan, tugas dan lain-lainnya yang
berkaitan dengan P2K3 akan ditetapkan oleh Menaker.
Untuk itu telah diatur dalam Peraturan Menteri sebagaimana tersebut
diatas, No. 04/Men/1987.

™ Pasal 11 ayat (1) :


Pengurus wajib melaporkan setiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat
kerja yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga
kerja

22
™ Pasal 11 ayat (2) :

Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai


y ((1)) diatur dengan
termaksud dalam ayat g p peraturan p
perundangan.
g

Penjelasan Praktis :

Pasal ini menetapkan kewajiban pengurus untuk mencatat dan


melaporkan kecelakaan yang membawa korban dan terjadi ditempat
kerja yang dipimpinnya.
Namun demikian untuk upaya pencegahan kecelakaan yang serupa
maka pengurus juga diwajibkan mencatat dan menganalisa kecelakaan-
kecelakaan yang tidak membawa korban manusia disamping kecelakaan
yang membawa korban.

™ Pasal 12 :
Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja
untuk :

a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas


dan atau ahli keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja
yang diwajibkan.
d. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat-syarat
keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang
diwajibkan, diragukan olehnya, kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan
oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat
dipertanggungjawabkan.
e. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan
dan kesehatan kerja yang diwajibkan.
diwajibkan

23
Penjelasan Praktis :

Didalam pasal ini secara jelas dan tegas diatur kewajiban dan hak tenaga
kerja. Oleh karena itu, apabila tenaga kerja tidak melaksanakan
kewajibannya atau mentaati syarat-syarat
syarat syarat keselamatan dan kesehatan
kerja dapat dikenakan sanksi hukum sesuai dengan pasal 15 Undang-
undang No. 1 tahun 1970.

™ Pasal 13 :

Barangsiapa
g p akan memasuki suatu tempatp kerja,
j diwajibkan
j mentaati
semua petunjuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan memakai alat-
alat perlindungan yang diwajibkan.

Penjelasan Praktis :

Menetapkan bahwa siapapun dalam hal ini orang lain selain tenaga
kerja akan memasuki suatu tempat kerja harus mentaati dan
melaksanakan ketentuan yang berlaku bagi tempat kerja tersebut,
termasuk pemakaian alat pelindung diri yang diwajibkan.

™ Pasal 14 ayat (2) :

Pengurus diwajibkan :
a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua
syaratt keselamatan
k l t k j yang diwajibkan,
kerja di jibk sesuaii Undang-Undang
U d U d i i dan
ini d
semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang
bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan
menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan dan kesehatan
kerja.
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinya, semua gambar
keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya,
lainnya
pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk
pengawas atau ahli keselamatan dan kesehatan keja.
c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang
diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan
menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut,
disertai
d se a pe petunjuk-petunjuk
u ju pe u ju yayang
g d
diperlukan
pe u a menurut
e u u pepetunjuk
u ju pega
pegawai a
pengawas atau ahli keselamatan dan kesehatan kerja.

24
Penjelasan Praktis :

Pasal ini menetapkan kewajiban pengurus untuk secara tertulis


menempatkan Undang-Undang No.1 tahun 1970 dan peraturan-peraturan
lain dan gambar-gambar keselamatan dan kesehatan kerja yang sesuai
dengan jenis dan sifat pekerjaan pada tempat kerja yang bersangkutan.
Bahan-bahan tersebut dimaksudkan sebagai bahan pembinaan dan
peringatan bagi siapapun yang berada ditempat kerja tersebut, disamping
itu pengurus wajib menyediakan alat perlindungan diri secara cuma-cuma
bagi siapapun yang memasuki tempat kerja.

™ Pasal 15 ayat (1) :


Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal-pasal diatas diatur lebih lanjut
dengan peraturan perundangan.

Penjelasan Praktis :

A t ini
Ayat i i menjelaskan
j l k pada d kita
kit bahwa
b h sebagian
b i besar
b k t t
ketentuan yang ada
d
didalam Undang-Undang No.1 tahun 1970 masih bersifat pokok yang masih
perlu diatur lebih lanjut dengan peraturan perundang-undangan.

™ Pasal 15 ayat (2) :

Peraturan Perundangan tersebut pada ayat (1) dapat memberikan ancaman


pidana.

Penjelasan Praktis :

Menetapkan sanksi bagi pelanggaran terhadap Undang-Undang No. 1 tahun


1970 dan peraturan pelaksanaannya, yaitu :
a. Hukuman kurungan selama-lamanya 3 bulan, atau
b. Denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah).

™ Pasal 15 ayat (3) :

Tindak pidana tersebut adalah pelanggaran.

Penjelasan Praktis :

Adalah mengklasifikasikan pelanggaran dimaksud sebagi tindakan pidana


pelanggaran.

25
™ Pasal 16 :

Pengusaha yang mempergunakan tempat-tempat kerja yang sudah ada


pada waktu Undang-Undang ini mulai berlaku wajib mengusahakan didalam
satu tahun sesudah Undang-Undang ini mulai berlaku , untuk memenuhi
ketentuan-ketentuan menurut atau berdasarkan Undang-Undang ini.

Penjelasan Praktis :

Pasal ini diwajibkan kepada pengusaha untuk memenuhi ketentuan Undang-


Undang No. 1 tahun 1970 paling lama (satu) tahun setelah Undang-Undang
N 1 tahun
No. t h 1970 diundangkan,
di d k yaitu
it tanggal
t l 12 Januari
J i 1970.
1970

™ Pasal 17 :

Selama peraturan perundangan untuk melaksanakan ketentuan dalam


Undang-Undang
g g ini belum dikeluarkan,, maka pperaturan dalam bidangg
keselamatan kerja yang ada pada waktu undang-undang ini berlaku, tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini.

Penjelasan Praktis :

Merupakan pasal yang mengatur tentang peralihan yaitu memberlakukan


kembali semua peraturan perundangan yang telah ada selama tidak
bertentangan dengan Undang-Undang No. 1 tahun 1970 ini, antara lain :
a. Peraturan Khusus.
b. Undang-Undang dan Peraturan Uap.
c. Undang-Undang dan Peraturan Petasan
d. Undang-Undang dan Peraturan Rel Industri.
e. Undang-Undang dan Peraturan Timah Putih Kering.

™ Pasal 18 :
Undang-Undang ini disebut “Undang-Undang Keselamatan Kerja.”

Penjelasan Praktis :

Menetapkan nama pemyebutan dari Undang


Undang-Undang
Undang No. 1 tahun 1970,
yaitu Undang-Undang Keselamatan Kerja dan mulai berlaku pada hari
diundangkannya dalam lembaran negara R.I. No. 1 tanggal 12 Januari
1970.

26
KEDUDUKAN HUKUM UU NO. 1 TAHUN 1970

HUKUM
KETENAGAKERJAAN

HUKUM PERDATA HUKUM PIDANA

LEX SPESIALIST
• UU UAP 1930 LEX GENERALIS
• UU PETASAN UU NO. 1 TH.1970
• UU REL INDUSTRI
• UU BARANG
• UU LING.HIDUP PERATURAN
PELAKSANAAN

• Secara
S sektoral
kt l

- Per.Menaker No. 01/1978


K3 Dalam Penebangan dan Pengangkutan
Kayu
- Per.Menaker No. 01/1980
K3 Pada Konstruksi Bangunan

27
• Pembidangan
P bid T
Teknis
k i
- PP No. 7/1973 - Pestisida
- PP No. 11/ 1975 - Keselamatan Kerja Radiasi
- Per.Menaker No. 04/1980 - APAR
- Per.Menaker No. 01/1982 - Bejana Tekan
- Per.Menaker No. 02/1983 - Instalasi Alarm
Kebakaran Otomatik
- Per.Menaker No. 03/1985 - Pemakaian Asbes
- Per.Menaker No. 04/1985 - Pes. Tenaga & Prod.
- Per.Menaker No. 05/1985 - Pes. Angkat &
Angkut

• Pendekatan SDM
‐ Per.Menaker No. 01/1976‐ Wajib Latih Hiperkes
Bagi Dokter Perusahaan
‐ Per.Menaker No. 01/1979 ‐ Wajib Latih Hiperkes Bagi

Paramedis
‐ Per.Menaker No. 02/1980 ‐ Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja
‐ Per.Menaker No. 02/1982 ‐ Syarat dan
Kwalifikasi Juru Las
‐ Per.Menaker No. 01/1988 ‐ Syarat dan
Kwalifikasi Oparetor Pesawat Uap

28
• Pendekatan SDM

- Per.Menaker No. 09/2010 - Operator dan petugas


pesawat Angkat dan Angkut
- Per.Menaker No. 02/1992 - Ahli K3
- Kep.Menaker No. 407/1999 - Kompetensi
Tehnisi Lift
- Kep.Menaker No. 186/1999 - Pengorganisasian
Penanggulangan Kebakaran

• Pendekatan Kelembagaan 
dan Sistem

‐ PP.No. 50 tahun 2012 ttg penerapan SMK3.
‐ Per.Menaker No. 04/1987 ‐ P2K3
‐ Per.Menaker No. 04/1995 ‐ Perusahaan Jasa K3
‐ Per.Menaker No. 186/1999 ‐ Pelaporan Kecelakaan

29
3/2/2021

PANITIA PEMBINA KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA
(P2K3)

P2K3

Wadah kerjasama antara


unsur pimpinan
perusahaan
h d tenaga
dan t g
kerja dalam menangani
masalah K3 di
perusahaan

1
3/2/2021

LATAR BELAKANG

• Meningkatkan komitmen pimpinan perusahaan


• Mempercepat birokrasi
• Mempercepat pengambilan keputusan
• Pengawasan tidak langsung

DASAR HUKUM

1. Pasal 10, Undang


Undang--undang No. 1 tahun 1970
2. Per. Menaker No. 04/Men/1987 tentang P2K3
serta tata cara penunjukan AK3
3. Per. Menaker No. 02/Men/1992 tentang
penunjukan kewajian dan wewenang AK3
4. Per. Menaker No. 04/Men/1995 tentang PJK3

2
3/2/2021

MANFAAT
• Mengembangkan
g g kerjasama
j bidang
g
K3
• Meningkatkan kesadaran dan
partisipasi tenaga kerja terhadap K3
• Forum komunikasi dalam bidang g K3
• Menciptakan tempat kerja yang nihil
kecelakaan dan penyakit akibat kerja

TUGAS POKOK

Memberikan
saran dan
pertimbangan
di bidang K3
kepada
pengusaha/pe
ngurus tempat
kerja (diminta
maupun tidak)

3
3/2/2021

FUNGSI

• Menghimpun dan mengolah data K3

• Membantu, menunjukan dan menjelaskan :

9 Faktor bahaya
9 Faktor yang mempengaruhi efisiensi dan prod’s
9 APD
9 Cara dan sikap kerja yang benar dan aman

FUNGSI
• Membantu p
pengusaha
g atau p
pengurus
g :
9 Mengevaluasi cara kerja, proses danlingkungan kerja
9 Tindakan koreksi dan alternatif
9 Mengembangkan sistem pengendalian bahaya
9 Mengevaluasi penyebab kec. dan PAK
9 Mengembangkan
g g penyuluhan
p y dan penelitian
p
9 Pemantauan gizi kerja dan makanan
9 Memeriksa kelengkapan peralatan K3
9 Pelayanan kesehatan tenaga kerja
9 Mengembangkan lab. Dan interpretasi hasil pem.
9 Menyelenggarakan administrasi K3

• Membantu menyusun kebijakan manajemen K3


dan pedoman kerja

4
3/2/2021

PERAN

• Sebagai sekretaris
pada P2K3 di lini
f
fungsional
i l
• Memfollow up
rekomendasi atau
saran dan
perkembangan
k b yang
telah disepakati
kedua belah pihak di
lini struktural

PROGRAM KERJA

• Safety meeting
• Inventarisasi permasalahan K3
• Indentifikasi dan inventarisasi
sumber bahaya
• Penerapan norma K3
• Inspeksi secara rutin dan
teratur
• Penyelidikan dan analisa
kecelakaan
• Pendidikan dan latihan
• Prosedur dan tata cara
evakuasi
• Catatan dan data K3
• Laporan pertanggungjawaban
• Penelitian

5
3/2/2021

OUT COME

• Rekomendasi K3
• Laporan
L

KEANGGOTAN P2K3
UNSUR :
‐ PENGUSAHA
‐ TENAGA KERJA
SIFAT TIDAK TETAP
SIFAT TIDAK TETAP PERIODIK
SUSUNAN :
‐ KETUA : PIMPINAN PERUSAHAAN 
(DECISION MAKER)
SEKRETARIS : AHLI / PETUGAS K3
SEKRETARIS : AHLI / PETUGAS K3
‐ ANGGOTA : SUPERVISOR / FOREMAN 
/PIMPINAN UNIT KERJA/    
TENAGA KERJA YANG        
12
DIPANDANG MAMPU

6
3/2/2021

PERUSAHAAN YANG
DAPAT MEMBENTUK P2K3

„ JUMLAH TENAGA KERJA > 100 ORANG

„ JUMLAH TENAGA KERJA < 100 ORANG DENGAN TINGKAT 
BAHAYA BESAR
„ JUMLAH TENAGA KERJA < 100 ORANG DALAM KEL. CENTRA 
INDUSTRI KECIL DAPAT BERGABUNG DALAM SATU WADAH 
P2K3

13

PROSES PEMEBENTUKAN
INVENTARISASI
CALON ANGGOTA 
&
PENGARAHAN
PERUSAHAAN

KONSULTASI 
A. PERSIAPAN KE DISNAKER
INVENTARISASI
PERUSAHAAN
PEMERINTAH
PENGARAHAN
PERUSAHAAN 14

7
3/2/2021

PROSES PEMEBENTUKAN
MEMBETUK
PENGURUS
P2K3

LAPOR KE
PERUSAHAAN
DISNAKER

PERMOHONAN
TERTULIS
B. PEMBENTUKAN UNTUK 
PENGESAHAN
PENERBITAN SK

PEMERINTAH

PELANTIKAN
15

PEMBINAAN

• INTERN
‐ PERSONIL
‐ PROGRAM
‐ OPERASIONAL
„ EXTERN
‐ SEMINAR
‐ LOKAKARYA
‐ KURSUS
‐ STUDY TOUR
„ PEMERINTAH
‐ KUNJUNGAN PEGAWAI 
PENGAWAS 
‐ MONITORING LAPORAN
16

8
3/2/2021

KESIMPULAN

„ P2K3 MERUPAKAN SARANA PENUNJANG 
PENERAPAN K3 DI PERUSAHAAN

„ MENCEGAH DAN MENGURANGI TERJADINYA 
KECELAKAAN TERMASUK KEBAKARAN, 
PELEDAKAN DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA

17

LAMPIRAN I

No. : Kepada
Lampiran : Yth. Kepala Kantor
Departemen
Hal : Tenaga Kerja

LAPORAN P2K3

1. Nama Perusahaan : ………………………………


2. Alamat : ………………………………
Telp………………………..
3. Jumlah tenaga kerja : laki-laki = ………………
perempuan = ………………
jumlah = ………………

9
3/2/2021

4. P2K3 dibentuk : tanggal ………….tahun ………..


5. Jumlah pengurus : …………………………………orang
(lampiran struktur organisasi P2K3)
6. Jabatan dalam perusahaan :
a. Ketua : …………………..
b. Sekretaris : …………………..
7. Keanggotaan P2K3 :
tetap
berganti/tidak tetap
8. Bila berganti/tidak tetap, berapa lama masa pergantian
= …………………bulan/tahun
9. Kebijaksanaan K3/safety policy : ada ………………
tidak ……………..

10. Pelaksanaan kegiatan


1) Program K3 : Ada ……………..
Tidak …………...
2) Pelaksanaan evaluasi K3 dilakukan ……………….
tidak dilakukan …………
meliputi : -proses produksi
-peralatan mesin
-alat pengaman/pelindung diri
-tenaga kerja
-pencegahan kebakaran
-lingkaran perusahaan
3) Analisa
A li kecelakaan
k l k dil k k ………………
dilakukan
tidak dilakukan ……….

10
3/2/2021

4) Pelaporan dan pendataan kecelakaan


dilakukan ……………..
tidak dilakukan……….
dilakukan
5) Apakah P2K3 melaksanakan …………..
-latihan K3 ………………ya…..tidak……..
-penyuluhan K3 ………..ya…..tidak……..
-ceramah h K3 bagi
b i karyawan
k ya….tidak….
tid k
6) Apakah diadakan rapat anggota secara rutin
ya…………tidak………………
7) Apakah disusun jadwal persidangan secara tetap
ya…………tidak………………
8) Apakah hasil sidang di arsipkan/
didokumentasikan ya………tidak…………….

9) Apakah hasil putusan sidang selalu dapat di


follow up ya………………..tidak…………..
10)) Apakah
p diadakan inspeksi
p lapangan
p g :
ya…………….tidak…………….
-secara berkala(berapa kali dalam 1 tahun)……kali
-sesudah terjadi kecelakaan ya…….tidak…….
11) Kerjasama antar unit kerja dalam masalah K3 :
12) Partisipasi dalam kegiatan P2K3……..aktif……..
tidak aktif
13) Koordinasi dalam kegiatan P2K3 dengan
badan/instansi lain…………………
aktif……………….pasif…………....
14) Rekomendasikan kepada pimpinan, ada…….
tidak ada…………

11
3/2/2021

11. Hambatan : ……………………………………………..


……………………………………………..
12. Saran : ……………………………………………..
……………………………………………..

Keterangan : ………………20…..
* Diisi dengan tanda pada Ketua P2K3
kolom yang dimaksud
** Coret yang tidak perlu

__________________

Tembusan kepada Yth.


Yth
1. Ka. Kanwil ………………
2. Sekretariat DK3W

LAMPIRAN I

PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


PERUSAHAAN :
ALAMAT :
KEPADA
YTH. PIMPINAN PERUSAHAAN
DI…………………
DI
________________

12
3/2/2021

REKOMENDASI
NO :
NO Bahaya Potensial Kemungkinan Usulan/Pemecaha
kecelakaan n/ Rekomendasi
1 2 3 4

………………………………….
PANITIA PEMBINA KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA
KETUA,

Tembusan kepada Yth:


1. Ka. Disnaker Kota Bandung _____________________

LAMPIRAN III

REKAPITULASI LAPORAN KECELAKAAN


D t Korban
Data K b

Waktu Akibat
kejadia Jenis  Umur
n/tgl/bl Sementara 
n Nama KelaminKorban Mati Cacat  tak  Cedera 
(L/P) tetap mampu  ringan
bekerja

13
3/2/2021

F kt Kecelakaan
Faktor K l k P ki
Perkiraan K
Kerugian
i Sebab
S b b
kecela-
Luka   Sumber  Tipe  Kondisi  Tindaka MaterialHari  kaan
pada Kecelakaankecelakaanmekanik  n  kerja
fisik   berbaha
berbahayaya

TERIMA KASIH………

14
3/2/2021

PROGRAM KERJA P2K3


NO. SASARAN RENCANA KEGIATAN REALISASI

1. MENCIPTAK 1. IDENTIFIKASI SUMBER BAHAYA


AN KONDISI 2. PENYULUHAN K.3
AMAN 3 PELATIHAN-PELATIHAN TEKNIS
3.
UNTUK
MENCAPAI 4. PEMERIKSAAN PERALATAN
KECELAKAA 5. PENEMPATAN TABUNG APAR
N NIHIL 6. PENGADAAN P2K3
7. PELATIHAN REGU DAMKAR
8. PENYUSUNAN ATURAN K3
9 PENERAPAN NORMA K3
9.
10. LOMBA K3

NO SASARAN RENCANA KEGIATAN REALISASI

2. MENCIPTAK 1. PEMBERIAN MAKANAN UNTUK


AN KERJA TENAGA KERJA PADA BAGIAN
YANG SEHAT WAKTU TERTENTU
PRODUKTIF
TANPA
PENYAKIT 2. PEMERIKSAAN TERHADAP
AKIBAT MAKANAN YANG DIKONSUMSI
KERJA OLEH PEGAWAI BAIK SECARA
VISUAL MAUPUN LABORATORIS

3. PEMERIKSAAN KESEHATAN AWAL,


BERKALA DAN SECARA KHUSUS

15
3/2/2021

IDENTIFIKASI SUMBER BAHAYA


RUANG POTENSI
NO. TEMPAT KEGIATAN OBJEK MESIN, BAHAYA
KERJA ALAT (AKIBAT)
1. DAPUR MEMASAK & - KOMPOR GAS - KEBAKARAN
PENGOLAHAN - SLANG GAS - PELEDAKAN
- BOTOL TABUNG
LPG

- ALAT & PERALAT - SENTUHAN


AN LISTRIK LANGSUNG/TIDAK
LANGSUNG

- LINGKUNGAN
KERJA :
. PENERANGAN - GANGGUAN
. LANTAI LICIN PENGLIHATAN
-TERPELESET

RUANG POTENSI
NO. TEMPAT KEGIATAN OBJEK MESIN, BAHAYA
KERJA ALAT (AKIBAT)
2
2. BENGKEL PEMBUBUTAN - MESIN BUBUT - PERCIKAN GRAM

- PUTARAN - ANGGOTA BADAN


BENDA KERJA TERLUKA
- TERKENA PERCIKAN
GRAM

- LINGKUNGAN
KERJA :
- PENCAHAYAAN - GANGGUAN PENGLI-
HATAN
- PERALATAN - SENTUHAN
LISTRIK LANGSUNG/TIDAK
LANGSUNG

16
3/2/2021

RUANG POTENSI
NO. TEMPAT KEGIATAN OBJEK MESIN, BAHAYA
KERJA ALAT (AKIBAT)
3
3. RUANGAN PENGOPERA - BOILER - PELEDAKAN
BOILER SIAN - KEBAKARAN
- TERKENA SEM-
BURAN UAP,
AIR PANAS

- PERALATAN - SENTUHAN
LISTRIK LANGSUNG/
TIDAK
LANGSUNG

- LINGKUNGAN
KERJA :
. PENERANGAN - GANGGUAN
PENGLIHATAN
. LANTAI LICIN - TERPELESET
. KEBISINGAN - GANGGUAN
PENDENGARAN

SASARAN 1
„ Menciptakan kondisi aman dan selamat
b i
bagi seluruh
l h k
karyawan d
dan orang
lainnya yang ada ditempat kerja &
untuk mencapai kecelakaan Nihil

17
3/2/2021

RENCANA KEGIATAN
A. PENGGANTIAN DAN
PEMASANGAN TABUNG APAR

REALISASI

- Div. TC =………tabung
- Gedung …. =
=………tabung
tabung
- Marketing =………tabung

B. PELATIHAN K3
REALISASI
„ KARYAWAN DI DIVISI… Sebanyak 15 orang

C. INSPEKSI KESELAMATAN KERJA


REALISASI
z DIVISI ……………….
z DEP. …………………
- SUBDEP………………….
- SUBDEP………………….

18
3/2/2021

D. PENYEDIAAN ALAT PELINDUNG DIRI


REALISASI
„ U t k Di
Untuk Divisi………
i i
E. PEMBUATAN POSTER K3
REALISASI
z Untuk unit-unit produksi

F. PERBAIKAN MOBIL AMBULANCE


REALISASI
z Service mesin
z Penggantian wiper

G. SERTIFIKASI PERALATAN,
MESIN, INSTALASI

REALISASI
Telah dilaksanakan pengujian berkala terhadap :
a. Overhead traveling crane
b. Forklift
c. Instalsi listrik
d. B j
Bejana bertekanan
b t k
e. Instalasi proteksi kebakaran
f. Instalasi penyalur petir

19
3/2/2021

H. PENYEDIAAN PERLENGKAPAN
PERTOLONGAN PERTAMA
Pengadaan obat-obatan Pertolongan Pertama

I IMPLEMENTASI SMK3
I.
Realisasi : Dalam proses penjajagan

J. PENCAPAIAN JAM KERJA TANPA


KECELAKAAN
Sampai dengan bulan Desember 2015

SASARAN 2

Menciptakan tenaga kerja


yang sehat dan produktif
serta mencegah penyakit
akibat kerja
j

20
3/2/2021

RENCANA KEGIATAN

A. PENGUJIAN KESEHATAN

Realisasi :

Telah dilaksanakan pengujian kesehatan


khusus bagi pegawai sebanyak 280 orang
di bagian…

B. PEMERIKSAAN KUALITAS MAKANAN


/MINUMAN DAN AIR BERSIH

SECARA VISUAL
Pemeriksaan sampel :
- Menu makan siang

- Air minum

- Kran air bersih dari proses pengolahan

- Susu
S murnii dari
d i CV…………….
CV

21
3/2/2021

C. PELAYANAN MAKAN SIANG DAN


PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
Realisasi
„ Makan siang (bentuk natura)
„ Makanan tambahan

D. PENYULUHAN KESEHATAN KERJA


Evaluasi pemberian makanan tambahan sesuai
prioritas bagi pegawai

SASARAN 3

Menciptakan kondisi lingkungan

perusahaan dan sekitarnya yang

sehat, aman & bebas pencemaran

22
3/2/2021

RENCANA KEGIATAN. A

PENGAMANAN LIMBAH BAHAN


BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

REALISASI
Telah diajukan untuk penerbitan SPK
pembuangan limbah untuk periode
tahun 2015

RENCANA KEGIATAN. B

PEMANTAUAN LINGKUNGAN SESUAI


ARAHAN DOKUMEN AMDAL

REALISASI
- Pemantauan kualitas air limbah
- proses pelaporan dilaksanakan rutin tiap bulan
ke laboratorium yang telah ditentukan

23
3/2/2021

RENCANA KEGIATAN. C
PEMELIHARAAN KEBERSIHAN
(CELANING SERVICE

REALISASI
- Pemeliharaan kebersihan oleh Cleaning
Service dilaksanakan secara rutin
- T l h dibuat
Telah dib t kontrak
k t k baru
b untuk
t k periode
i d
Nompeber 2014 – Oktober 2015 dengan
Cleaning Service

RENCANA KEGIATAN. D

HYGIENE DAN SANITASI LINGKUNGAN

REALISASI
Telah dilaksanakan fogging dan
penyemprotan untuk penanggulangan
kutu di Dep Logistik, bekerjasama
dengan Dinas Kesehatan Kab. Bandung

24
3/2/2021

RENCANA KEGIATAN. E
BINA LINGKUNGAN

REALISASI
Telah dilaksanakan penyerahan sebanyak
6680 pohon siap tanam dalam rangka
Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis (GRLK)
untuk
t kKKab/Kota…………………………………..
b/K t

- Telah dilaksanakan penyerahan batuan


pohon siap tanam untuk Kelurahan……,
Kelurahan
dalam rangka mendukung Program
Bandung Hijau tahun 2015

- Pelaksanaan pembibitan tanaman Jarak

25
3/2/2021

SASARAN KE 4
MEMENUHI KEBUTUHAN PAKAIAN
SERAGAM KERJA
RENCANA KEGIATAN
Pengajuan Kebutuhan Pakaian Seragam
Kerja tahun 2015
REALISASI
Telah
T l h dibuat
dib t kontrak
k t k pengadaan
d
Pakaian Seragam Kerja Umum untuk
tahun 2015 (2 Stel per orang)

26
KEBIJAKAN PEMBINAAN
AHLI KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

LATAR BELAKANG

Penjelasan pasal 1 ayat (6) :


‰ desentraliasi pelaksanaan pengawasan
‰ diataati UU secara meluas
‰ terjaminnya pelaksanaan secara seragam di seluruh
Indonesia
‰ perlu staf tenaga pengawasan :
* Σ cukup
* berkualitas
‰ tidak dapat dari Depnakertrans sendiri
‰ wewenang Menteri untuk menunjuk Ahli K3 di :
* instansi pemerintah
* swasta

1
PENGERTIAN
AHLI K3
Tenaga tehnis berkeahlian khusus dari luar Depnaker
yang ditunjuk oleh Menaker untuk mengawasi
ditaatinya UU Keselamatan Kerja

PEGAWAI PENGAWAS
Pegawai tehnis berkeahlian khusus dari Depnaker
yang ditunjuk oleh Menaker

DIREKTUR
Pejabat yang ditunjuk oleh Menaker untuk
melaksanakan UUKK

PENUNJUKAN AHLI K3
Pasal 2 Per.Menaker No.02/MEN/1992
MENAKER

DIRJEN
BINAWAS

AHLI K3

PERUSAHAAN PERUSAHAAN
JASA k3

TK > 100 orang


TK < 100 orang dengan : bahan,proses,alat,instalasi - resiko besar

2
TATA CARA PENUNJUKAN AHLI K3

PERSYARATAN (Ps.3 Bab II)

9 S 1 + pengalaman 2 tahun
9 SARMUD +pengalaman 4 tahun
9 Sehat
9 Kelakuan baik
9 Bekerja penuh
9 Lulus seleksi Tim Penilai

MEKANISME PENUNJUKAN AHLI K3

PERMOHONAN MENAKER SK
Ps. 4 cq. Dirjen Binawas PENUNJUKAN
Ps. 7

• 3 tahun
TIM PENILAI • dapat diperpanjang
Ps. 5,6 • dapat dicabut

3
MEKANISME PENUNJUKAN AHLI K3

PERMOHONAN MENAKER cq.


TERTULIS DIRJEN Binawas
Ps.4 (1)

Lampiran Ps.4 (2)


a. C.V TIM PENILAI
b. Pengalaman K3 Ps.6
c
c. Ket Sehat
Ket.Sehat
(1) Syarat administrasi
d. Ket.Psikotest
(2) Kemampuan teknis *
e. Ket.Kelakuan baik
f. Pernyataan bekerja penuh
g. Salinan ijasah/STTB
PERTIMBANGAN
h. Sertifikat diklat K3
Ps.5 (1)
i. Pas Foto (berwarna)

MEKANISME PENUNJUKAN AHLI K3

KEMAMPUAN TEKNIS Ps.6 ayat


y ((2))
• Identifikasi
• Evaluasi
• Pengendalian
masalah-
masalah
l h-masalah
l h K3

4
PERPANJANGAN PENUNJUKAN AHLI K3
Ps. 7

SESUAI PROSEDUR Ps.4 ayat (1),(2)


• Salinan SK Penunjukan
• Evaluasi pengurus/pimpinan
• Rekapitulasi laporan
Tim Penilai dapat menguji kembali

PENCABUTAN SK
Ps. 8
(1) Tidak berlaku :
• mutasi
• mengundurkan diri
• meninggal dunia

(2) Dicabut
Di b t :
• melanggar peraturan K3
• kesalahan
• membuka rahasia

5
KEWAJIBAN DAN WEWENANG
Bab III

KEWAJIBAN (Ps.
(P 9) :
• melaksanakan SK
• melapor ke Menaker cq. Dirjen Binawas
- P2K3 : 3 bulan;
- PJK3 : setiap pemeriksaan
• tembusan laporan :
- IPK3 setempat;
- Propinsi
- Dir. PNKK

WEWENANG (Ps. 10) :


• memasuki tempat kerja
• meminta keterangan
• memonitor, memeriksa, menguji, menganalisis,
mengevaluasi, memberi syarat, pembinaan K3 :
• keadaan & fasilitas kerja;
• keadaan mesin pesawat, alat-alat kerja, instalasi,
peralatan;
• penanganan bahan;
• proses produksi;
• sifat pekerjaan;
• cara kerja;
• lingkungan kerja;

6
LAPORAN AHLI K3
Ps. 9

1 LAPORAN RENCANA PEMERIKSAAN


1.

2. PERSETUJUAN KEGIATAN

PENGAWAS
SPESIALIS
AHLI K3

3. LAPORAN KEGIATAN

4. IJIN, PENGESAHAN, SERTIFIKAT

ISI LAPORAN RENCANA


PEMERIKSAAN

ˆ JADWAL PEMERIKSAAN
ˆ OBYEK PEMERIKSAAN
ˆ METODE PEMERIKSAAN
ˆ STANDAR/PEDOMAN TEHNIS (REF.)
ˆ SARANA/ALAT BANTU :
- merk alat
- nomor serie
- tahun pembuatan
- kalibrasi terakhir

7
Peduli HIV & AIDS
Di Tempat Kerja

LATAR BELAKANG
• Pelaksanaan tata cara pengajuan, penilaian dan pemberian penghargaan
pengawasan ketenagakerjaan belum seragam
• Keputusan Dirjen No. 723 tentang Tata cara Penilaian Kecelakaan Nihil dianggap
sudah tidak sesuai dengan
g pperkembangang sehingga
gg pperlu disempurnakan
p
• Mekanisme penilaian penghargaan perlu disempurnakan
• Penilaian penghargaan kecelakaan nihil (Zero Accident Award) belum
membedakan perusahaan dengan potensi bahaya dan risiko maupun sektor
”prinsip apple to apple”
• Penghargaan yang sudah berjalan secara rutin baru penghargaan kecelakaan
nihil di tingkat
g pperusahaan,, untuk ggubernur/Bupati/Walikota
p sebagai
g ppembina K3
dan karyawan peduli K3 belum diatur dan belum ada dasar hukumnya
• Meningkatkan motivasi dan partisipasi pengusaha dan berbagai pihak terkait
dalam pelaksanaan Program Pencegahan HIV dan AIDS di tempat kerja

8
Dasar Hukum
“ Pedoman Penghargaan K3 diatur
dalam Permenakertrans No.
01/Men/2007
“ Program Pencegahan & Penanggulangan
HIV & AIDS di tempat kerja diatur Kep
Dirjen PPK No
No. Kep
Kep. 75/DJPPK/IX/2010

Ruang Lingkup Per. 01/Men/2007


1. Penghargaan
• Jenis
• Bentuk
• Pemberian penghargaan

2. Tata cara untuk memperoleh penghargaan


• Pengajuan dan penilaian kecelakaan nihil
• Pengajuan dan penilaian sertifikasi SMK3
• Pengajuan pemerduli K3

3. Kriteria Penilaian Penghargaan


• Kecelakaan Nihil
• S 3
SMK3
• Pembina K3
• Pemerduli K3

4. Pembiayaan
5. Penyelenggaraan

9
TUJUAN

Untuk memberikan apresiasi bagi perusahaan-perusahaan,


daerah propinsi/kabupaten/kota dan tenaga kerja yang telah
berhasil menerapkan program keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) dan memberikan motivasi kepada yang lain

JENIS PENGHARGAAN
1. Kecelakaan Nihil (Zero Accident Award)
2. SMK3 (sertifikat dan bendera)
3. Pembina K3
4. Pemerduli K3

10
BENTUK PENGHARGAAN
 SERTIFIKAT DAN BENDERA SMK3
 PIAGAM DAN PLAKAT PENGHARGAAN
KECELAKAAN NIHIL (ZERO ACCIDENT)
 TROPHY PENGHARGAAN KECELAKAAN
NIHIL TERBAIK
 MEDALI DAN LENCANA PEMBINA K3
 PIAGAM DAN PLAKAT PEMERDULI k3

KRITERIA PENILAIAN

Jenis
No Diberikan kpd Kriteria Penilaian
Penghargaan
1 Kecelakaan Perusahaan ‰ ∑ tenaga kerja
Nihil ‰ KLUI
‰ Potensi bahaya dan tingkat resiko dengan
pembobotan 1 s/d 5
2 SMK3 Perusahaan ‰ Kalsifikasi perusahaan besar, menengah,
kecil
‰ Tingkat resiko
‰ Kriteria audit
3 Pembina K3 Gubernur/ ‰ Rasio ∑ perusahaan yg menerima
Bupati/ penghargaan K3 tingkat nasional sebanyak
Walikota 0.05 % ∑ perusahaan di wilayah ybs
4 Pemerduli K3 1. Tenaga ‰ Prestasi di bidang K3 shg prsh ybs
kerja mendapat penghargaan tingkat nasional
2. Anggota ‰ Punya keperdulian, jasa dan prestasi
masyarakat menggerakan penerapan K3

 Penyelenggaran penyerahan dpt dilaksanakan pihak-III

11
KRITERIA PENILAIAN PENGHARGAAN ZERO
ACCIDENT
I. Pengelompokan Perusahaan
dikategorikan
g sebagai
g berikut :
1. Perusahaan besar, dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100
orang;
2. Perusahaan menengah, dengan jumlah tenaga kerja 50 s/d 100
II. Sektor Usaha
orang;
Berdasarkan
3. Perusahaan klasifikasi
kecil,lapangan usahatenaga
dengan jumlah Indonesia
kerja(KLUI)
s/d 49dan bobot
orang.
risiko terhadap variabel :
1. Mesin-mesin, pesawat-pesawat, alat-alat kerja, peralatan
lainnya, bahan-bahan dan sebagainya
2. Lingkungan
3. Sifat pekerjaan
4. Cara kerja

Batasan Penilaian
a. Kecelakaan yang menghilangkan waktu kerja selama 2 x 24 jam
b Kehilangan waktu kerja dihitung berdasarkan kenyataan tidak mampu bekerja,
b. bekerja
bagian tubuh yang cacat dihitung sesuai ketentuan berlaku
c. Kecelakaan/kejadian yang menyebabkan terhentinya proses dan atau rusaknya
peralatan tanpa korban jiwa dapat merupakan kehilangan waktu kerja jika melebihi
shift berikutnya;
d. Telah mencapai jumlah jam kerja orang selama 3 tahun berturut-turut sesuai
dengan KLUI dan bobot risiko bahaya
e. Tdk diperhitungkan selama korban dalam proses medis, akibat perang, bencana
alam
f. Dihitung sejak terjadi kecelakaan yang mengakibatkan angka 0

12
Persyaratan lain :
1. Perusahaan telah melaksanakan program SMK3 dan Audit SMK3
sekurang-kurangnya selama 3 (tiga) tahun;
2. Perusahaan peserta Jamsostek;
3. Telah dilakukan verifikasi klaim Jamsostek (cross check) sesuai
periode perhitungan jam kerja.

Pemeriksaan dan verifikasi di perusahaan oleh Tim


Penilai daerah :

1. Dukungan dan kebijaksanaan manajemen secara umum


terhadap program K3 di dalam maupun di luar perusahaan;
2. Organisasi dan administrasi K3
3. Pengendalian bahaya industri;
4. Pengendalian kebakaran dan hygiene industri;
5. Partisipasi, motivasi, pengawasan dan pelatihan;
6 Pendataan,
6. Pendataan pemeriksaan kecelakaan,
kecelakaan statistik dan prosedur
pelaporan .

13
Penghargaan Pembina K3 :

Penghargaan sebagai Pembina K3 diberikan kepada


Gubernur/Bupati/Walikota yang telah berhasil melaksanakan
program pembinaan K3 kepada perusahaan sehingga memperoleh
penghargaan kecelakaan nihil dan atau SMK3 sebanyak 0,05 % dari
jumlah perusahaan pada daerah tersebut .

Penghargaan Tenaga Kerja/Pekerja pemerduli K3 :

1. Mempunyai prestasi dalam bidang K3 yang dapat meningkatkan


penerapan K3,
K3 dan mampu secara signifikan dalam mendorong
pelaksanaan K3 sehingga perusahaan yang bersangkutan
mendapatkan penghargaan tingkat nasional atau

2. Mempunyai kepedulian, jasa dan prestasi yang dapat


menggerakkan masyarakat untuk meningkatkan penerapan K3

14
TATA CARA MEMPEROLEH PENGHARGAAN
TIM PENILAI KABUPATEN/KOTA PERUSAHAAN
• melakukan verifikasi mengajukan ke Disnaker
setempat di kabupaten/
• Berita Acara : kota
• Hari, Tanggal, Tahun, Nama & Alamat
• Jumlah TK, Jam Kerja Nihil, Periode
• Tanda tangan anggota Tim Penilai,
Pengurus Prsh
• Pejabat pengawasan ketenagakerjaan

TIM PENILAI PROPINSI


melakukan uji petik

TIM PENILAI PUSAT


melakukan uji petik

Usulan Dinas Kab/Kota


9 Dinas yg membidangi KK di Kab/Kota mengajukan permohonan
penghargaan kepada Dinas yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan di Provinsi.

9 Surat permohonan dilengkapi data pendukung yang diperlukan


untuk penilaian Pembina K3 dan pemerduli K3.

9 Bentuk surat permohonan dan rekapitulasi daftar perusahaan


serta lampiran data pendukung menggunakan Lampiran VII,
Lampiran VIII, Lampiran IX dan Lampiran X di lamp pedoman
pemb. Penghargaan pd Permen. 01/Men/2007

15
Usulan Dinas Provinsi
9 Dinas yg membidangi KK di Prov. mengajukan permohonan
penghargaan ke Ditjen Binwasnaker.

9 Surat permohonan dilengkapi data pendukung yang diperlukan


untuk penilaian Pembina K3 dan pemerduli K3.

9 Bentuk surat permohonan dan rekapitulasi daftar perusahaan


serta lampiran data pendukung menggunakan Lampiran XI,
Lampiran XII
XII, Lampiran XIII dan Lampiran XIV di lamp pedoman
pemb. Penghargaan pd Permen. 01/Men/2007

Prinsip “Apple to apple ”

Penilaian perusahaan didasarkan :


aa. Jumlah TK denga klasifikasi perusahaan besar,
besar menengah dan kecil
b. Dikelompokan berdasarkan kelompok usaha
c. Potensi bahaya dan tingkat resiko kecelakaan dengan variabel :
1. mesin, pesawat, alat kerja, peralatan lainnya, bahan-bahan dsb
2. lingkungan
3. sifat pekerjaan
4. cara kerja
5. pproses pproduksi
d. Pembobotan resiko bahaya diberikan dari nilai 1 s/d 5 dengan rumus penetapan
standar minimal JKO

16
RUMUS PENETAPAN STANDAR MINIMAL JAM KERJA ORANG
(JKO) PENGHARGAAN KECELAKAAN NIHIL

KALSIFIKASI ∑ TENAGA JAM/ MIINGGU/


PERUSAHAAN KERJA MINGGU TAHUN
TAHUN JKO

Besar 1000 40 50 3 6.000.000

Menengah 100 40 50 3 600.000

Kecil 50 40 50 3 300.000

RUMUS PENETAPAN STANDAR MINIMAL JKO


PENGHARGAAN KECELAKAAN NIHIL
STANDAR
MINIMAL
∑ JKO JUMLAH TENAGA KERJA
BOBOT
RESIKO
BESAR MENENGAH KECIL
6.000.000 600.000 300.000
1 6.000.000 600.000 300.000
5/5 x 6.000.000 5/5 x 600.000 5/5 x 300.000

2 4.800.000 480.000 240.000


6.000.000 – (1/5x6.000.000) 600.000 – (1/5x600.000) 300.000 – (1/5x300.000)

3 3 600 000
3.600.000 360 000
360.000 180 000
180.000
6.000.000 – (2/5x6.000.000) 600.000 – (2/5x600.000) 300.000 – (2/5x300.000)

4 2.400.000 240.000 120.000


6.000.000 – (3/5x6.000.000) 600.000 – (3/5x600.000) 300.000 – (3/5x300.000)

5 1.200.000 120.000 60.000


6.000.000 – (4/5x6.000.000) 600.000 – (4/5x500.000) 300.000 – (4/5x300.000)

17
∑ JAM KERJA ORANG (JKO) SELAMA 3 TAHUN

JKO tahun I = jumlah jam kerja nyata selama 1 tahun


1 (X) JKO
( + ) jumlah jam lembur nyata ( - ) jumlah jam absen

JKO tahun II = jumlah jam kerja nyata selama 1 tahun


2 (Y) JKO
( + ) jumlah jam lembur nyata ( - ) jumlah jam absen

JKO tahun II = jumlah jam kerja nyata selama 1 tahun


3 (Z) JKO
( + ) jumlah jam lembur nyata ( - ) jumlah jam absen

Jumlah JKO selama 3 tahun = JKO tahun I ( + ) JKO


4 (XYZ) JKO
tahun II ( + ) JKO tahun III

TABEL PENILAIAN PENGHARGAAN


Jam Kerja Orang pada Perusahaan
Jenis Usaha Bobot
Besar Menengah Kecil
1 1.1 Pertanian tanaman pangan 2 4,8 juta 480.000 240.000
1.2 Pertanian tanaman lainnya 2 4,8 juta 480.000 240.000
13
1.3 Jasa pertanian dan peternakan 2 4 8 juta
4,8 480 000
480.000 240 000
240.000
1.4 Kehutanan dan penebangan hutan 4 2,4 juta 240.000 120.000
1.5 Perburuan, pembiakan binatang liar 5 1,2 juta 120.000 60.000
1.6 Perikanan laut 4 2,4 juta 240.000 120.000
1.7 Perikanan darat 3 3,6 juta 360.000 180.000
2 2.1 Pertambangan batubara 5 1,2 juta 120.000 60.000
2.2 Pertambangan minyak dan gas bumi 5 1,2 juta 120.000 60.000
2.3 Pertambangan bijih logam 5 1,2 juta 120.000 60.000
2.4 Penggalian batu, tanah liat dan pasir 2 4,8 juta 480.000 240.000
2.5 Penambangan dan penggalian garam 1 6 juta 600.000 300.000
2.6 Pertambangan bahan kimia dan pupuk 5 1,2 juta 120.000 60.000
mineral
2.7 Pertambangan dan penggalian lain 2 4,8 juta 480.000 240.000

18
3 3.1 Industri makanan, minuman dan 4 2,4 juta 240.000 120.000
tembakau
3.2 Industri tekstil, pakaian jadi dan 4 2,4 juta 240.000 120.000
kulit
3.3 Industri kayu dan barang dari 3 3,6 juta 360.000 180.000
kayu, termasuk perabot rumah
tangga
3.4 Industri kertas, barang dari kertas, 5 1,2 juta 120.000 60.000
percetakan dan penerbitan

3.5 Industri kimia dan barang-barang 5 1,2 juta 120.000 60.000


dari bahan kimia, minyak bumi,
batubara, karet dan plastik
3.6 Industri barang galian bukan 5 1,2 juta 120.000 60.000
l
logam, kkecualili minyak
i k ddan
batubara
3.7 Industri logam dasar 5 1,2 juta 120.000 60.000
3.8 Industri barang dari logam, mesin 4 2,4 juta 240.000 120.000
dan peralatannya
3.9 Industri pengolahan lainnya 4 2,4 juta 240.000 120.000

4 4.1 Listrik 5 1,2 juta 120.000 60.000

4.2 Gas dan uap 5 1,2 juta 120.000 60.000


4.3 Penjernihan, penyediaan dan 2 4,8 juta 480.000 240.000
penyaluran air
5 5.1 Bangunan sipil 5 1,2 juta 120.000 60.000
5.2 Bangunan listrik dan komunikasi 5 1,2 juta 120.000 60.000
6 6.1 Perdagangan besar 3 3,6 juta 360.000 180.000
6.2 Perdagangan eceran 2 4,8 juta 480.000 240.000
6.3 Rumah makan dan minum 1 6 juta 600.000 300.000
6.4 Hotel dan penginapan 2 4,8 juta 480.000 240.000
7 7.1 Angkutan darat, angkutan 4 2,4 juta 240.000 120.000
dengan
g saluran ppipa
p
7.2 Angkutan air 4 2,4 juta 240.000 120.000
7.3 Angkutan udara 5 1,2 juta 120.000 60.000
7.4 Penggudangan dan jasa 3 3,6 juta 360.000 180.000
penunjang angkutan
7.5 komunikasi 2 4,8 juta 480.000 240.000

19
8 8.1 Lembaga keuangan 2 4,8 juta 480.000 240.000

8.2 Asuransi 2 4,8 juta 480.000 240.000


8.3 Usaha persewaan/jual beli tanah, 2 4,8 juta 480.000 240.000
gedung dan jasa perusahaan

9 9.1 Jasa pemerintahan dan 3 3,6 juta 360.000 180.000


pertahanan keamanan
9.2 Jasa kebersihan dan sejenisnya 2 4,8 juta 480.000 240.000
9.3 Jasa sosial dan kemasyarakatan 2 4,8 juta 480.000 240.000
9.4 Jasa hiburan dan kebudayaan 4 2,4 juta 240.000 120.000
9.5 Jasa perorangan dan rumah 2 4,8 juta 480.000 240.000
tangga
gg
9.6 Badan international dan badan 2 4,8 juta 480.000 240.000
ekstra teritorial
10 00 Kegiatan yang belum jelas
batasannya

BENTUK PIAGAM DAN PLAKAT


PENGHARGAAN KECELAKAN NIHIL (ZERO ACCIDENT)

DEPARTEMEN
TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA

PENGHARGAAN KECELAKAAN NIHIL

diberikan kepada :
NAMA PERUSAHAAN
Alamat

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER-


/MEN/ /200..... pada tanggal ........... diberikan Penghargaan Kecelakaan Nihil
(Zero Accident Award) atas prestasinya dalam melaksanakan program
keselamatan dan kesehatan kerja sehingga mencapai ......jam kerja orang tanpa
kecelakaan kerja, terhitung sejak tanggal .......... sampai dengan ................

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I


Nomor : Kep/ /Men/ /
Tanggal :

MENTERI
TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
Ttd/cap
Nama Jelas
Utamakan Keselamatan dan Sistem Manajemen
Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kerja

20
TROPHY PENGHARGAAN KECELAKAN NIHIL TERBAIK
PERSEKTOR

SERTIFIKAT SMK3

21
MEDALI DAN LENCANA PEMBINA
K3

MEDALI PEMBINA K3 LENCANA PEMBINA K3

Peduli HIV & AIDS
Di Tempat Kerja

PENGHARGAAN PROGRAM PENCEGAHAN


DAN PENANGGULANGAN HIV dan AIDS (P2-
(P2-HIV & AIDS)
DI TEMPAT KERJA

(“ AIDS AWARD ” D
DII TEMPAT KERJA)

44

22
Latar Belakang
‰ HIV dan AIDS telah menjadi masalah besar di Dunia
maupun di Indonesia, karena :
9 Merupakan penyakit yang belum ditemukan obatnya
9 J l h
Jumlahnya tterus meningkat
i k t (I
(Indonesia
d i ttercepatt di A
Asia)
i )
9 Sebagian besar pada usia produktif (> 85 %)
9 Memberikan dampak luas : kesehatan, sosial, ekonomi termasuk
pada dunia usaha
‰ Setiap tenaga kerja berhak atas perlindungan
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja termasuk dari
permasalahan HIV dan AIDS;
‰ Dunia usaha harus mengambil peran dalam program P2-
HIV dan AIDS di Tempat Kerja sebagai bagian dari
program K3.
‰ Untuk meningkatkan motivasi dan partisipasi pengusaha
dan berbagai pihak perlu pemberian penghargaan dalam 45
program P2 HIV/AIDS di Tempat Kerja

Landasan Hukum
‰ Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
‰ Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
‰ Peraturan Presiden No 75 Tahun 2006 tentang Komisi Penanggulangan
AIDS Nasional
‰ Keputusan Menakertrans No KEP-68/MEN/IV/2004 tentang Pencegahan
Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja;
‰ Keputusan Dirjen Binwasnaker No. KEP-20/DJPPK/VI/2005 tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pencegahan dan Penanggulangan
HIV/AIDS di Tempat Kerja
‰ Keputusan Dirjen Binwasnaker No. KEP-44/DJPPK/2012 tentang
Pedoman Pemberian Penghargaan Program P2- HIV dan AIDS Di
Tempat Kerja

46

23
Ruang Lingkup Pedoman AIDS
Award
1. Penghargaan
“ Jenispenghargaan
p g g
“ Bentuk penghargaan
“ Pemberian penghargaan
2. Tata cara untuk memperoleh penghargaan
“ Pengajuan dan penilaian penghargaan
“ Proses administrasi pengajuan
penghargaan
“ Penilaian
“ Tim penilai
3. Indikator dan kriteria penilaian penghargaan
4. Penyelenggaraan penyerahan penghargaan
47
5 Pembiayaan

Jenis Penghargaan

1
1. Penghargaan Perusahaan dengan Program
P2-HIV dan AIDS Di Tempat Kerja;
2. Penghargaan Pemerduli Program P2-HIV
dan AIDS di Tempat Kerja;
3. Penghargaan Pembina Program P2-HIV dan
AIDS di Tempat Kerja.
Kerja

48

24
Bentuk Penghargaan
“ Piagam;
“ Plakat;
“ Lencana dan;
“ Pin

Model Dasar Piagam, Plakat, Lencana dan Pin


sebagaimana Lampiran II A, B, C dan D pedoman ini.

49

TATA CARA MEMPEROLEH PENGHARGAAN


A. Proses administrasi pengajuan penghargaan
perusahaan
1 Pengajuan usulan
1.
“ Perusahaan dan pihak terkait/pemerduli mengajukan
permohonan Disnaker /Instansi ketenagakerjaan
pada Pemerintah Kabupaten/Kota;
“ Disnaker Kabupaten/Kota melakukan pemeriksaan

dan penilaian untukt diusulkan kepada instansi


ketenagakerjaan
g j Pemerintah Provinsi;;
“ Disnaker Provinsi melakukan penilaian dan uji petik
untuk diusulkan kepada Direktur Jenderal
Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan;

50

25
TATA CARA MEMPEROLEH PENGHARGAAN
A. Proses administrasi pengajuan penghargaan
2. Kelengkapan dokumen pengajuan usulan

“ Surat permohonan pemberian penghargaan


(Lampiran III);
“ Data pendukung dalam bentuk hard copy atau
soft copy, sesuai format (lampiran III);
“ Hasil penilaian lapangan atau uji petik bila ada

3. Mekanisme pengajuan usulan dan kelengkapan


dokumen sebagaimana angka 1 dan 2 dapat
digunakan untuk pengajuan usulan bagi pembina
Program P2 HIV dan AIDS di Tempat Kerja

51

TATA CARA MEMPEROLEH PENGHARGAAN


B. Penilaian
“ Dilakukan oleh tim penilai Kabupaten/Kota, Provinsi dan
Pusat (secara berjenjang)
“ Tim penilai melakukan pemeriksaan dan penilaian
secara langsung terhadap seluruh permohonan;
“ Hasil penilaian dituangkan dalam berita acara
pemeriksaan yang sekurang-kurangnya memuat:
9 Hari, tanggal dan tahun penilaian
9 Nama dan alamat pihak yang memenuhi kriteria;
9 Tingkat pencapaian peringkat penilaian (Silver, Gold atau
Platinum) dari perusahaan yang memenuhi kriteria untuk
mendapatkan penghargaan;
9 Tanda tangan anggota tim penilai dan pejabat yang
bertanggung jawab
“ Berita acara pemeriksaan dilengkapi data pendukung
52

26
Penilaian
“ Data pendukung berita acara
pemeriksaan sekurang-kurangnya
meliputi :
9 Dokumen kebijakan,
9 Rencana kegiatan/program dan

9 Hasil kegiatan yang telah dicapai;

53

TATA CARA MEMPEROLEH PENGHARGAAN


C. Tim Penilai
1. Penunjukan Tim Penilai :
2 Keanggotaan Tim Penilai
2.
3. Tugas Tim penilai :

54

27
INDIKATOR DAN KRITERIA PENILAIAN
PENGHARGAAN

A. Indikator Perusahaan y yang


g memiliki kriteri untuk
mendapatkan AIDS Award
• Penghargaan diberikan kepada perusahaan yang
telah memiliki komitmen dan kebijakan serta
implementasi program P2-HIV/AIDS di tempat kerja
sekurang-kirangnya dalam periode 1 (satu) tahun
pada saat dilakukan penilaian; dengan indikator dan
kriteria penilaian sebagaimana tabel 1 :

55

Tabel 1.
Indikator dan Kriteria Penilaian Penghargaan Perusahaan dengan Program
P2-HIV dan AIDS Di Tempat Kerja
Nilai/
No. Indikator Penilaian Bobot Kriteria Penilaian
Skor
1. Memiliki dokumen tertulis kebijakan 15 % a) Kebijakan 100
Program P2-HIV dan AIDS di Tempat Kerja. dicantumkan dalam
PP/PKB
b) Kebijakan belum 60
dicantumkan dalam
PP/PKB
2. Mensosialisasikan isi Kebijakan Program P2-HIV 5% Ada 100
dan AIDS di tempat kerja kepada seluruh
karyawan

2. Melakukan program pendidikan dan 15 % a) Perusahaan telah 100


pelatihan : melakukan poin 3.a
3a
a) Melakukan program sosialisasi atau s.d 3.c
diklat b) perusahaan telah 60
b) Mempunyai petugas/ personil yang melakukan poin 3.a
dilatih sebagai penyuluh/ peer dan 2.b atau poin 3.a
educator/ trainer/ petugas K3 HIV dan dan 3.c
AIDS, dll. c) perusahaan telah 30
c) Membentuk komite atau sub komite HIV melakukan poin 3.a
dan AIDS dalam kepengurusan P2K3

56

28
4. Melakukan upaya untuk 15.% a) Perusahaan dengan ODHA telah 100
menghindari sikap dan tindakan melakukan poin 4.a s.d. 4.d atau
stigma dan diskriminasi yang perusahaan tanpa ODHA telah
dibuktikan dengan : melakukan poin 4.a dan 4.b
a) Tidak melakukan test HIV b) Perusahaan dengan ODHA telah 60
secara wajib *) melakukan tindakan poin 4.a s.d.
b)) Memiliki sistem atau pprosedur 4.c atau p
perusahaan tanpa
p ODHA
baku untuk menjaga telah melakukan poin 4.a saja
kerahasiaan (confidentiality) c) Perusahaan dengan ODHA telah 30
status HIV pekerja melakukan poin 4.a dan 4.c
c) Pekerja dg HIV dan AIDS
diperlakukan sama **)
d) Pekerja dg HIV dan AIDS
diberi dukungan & difasilitasi
untuk mendapatkan
pengobatan/perawatan ***)

*) untuk tempat kerja Layanan Kesehatan / Rumah Sakit termasuk


terhadap pasien / masyarakat
**) untuk tempat kerja Layanan Kesehatan / Rumah Sakit tidak pernah
melakukan penolakan terhadap pasien ODHA
***) Untuk tempat kerja Layanan Kesehatan / Rumah Sakit memberikan
pelayanan gratis terhadap pekerja / karyawan yang mengidap HIV dan
AIDS
57

5. Memiliki program dukungan 15% a) Memiliki fasilitas VCT lengkap 100


dan perawatan (support and atau memiliki fasilitas VCT
care) untuk karyawan dengan terbatas dan sistem rujukan
HIV dan AIDS, seperti b) VCT dilakukan dengan rujukan
60
dukungan sosial, konseling
atau VCT,
VCT pengobatan,
pengobatan sistem
rujukan, dll.
30
*) Untuk tempat kerja
Layanan Kesehatan /
Rumah Sakit telah ditunjuk
sebagai layanan kesehatan
rujukan VCT dan perawatan
ODHA (CST)

6. Telah mengalokasikan 10 % a) Sudah ada secara khusus 100


anggaran untuk program P2- b) Sudah ada tetapi belum secara
HIV AIDS dan AIDS di tempat khusus 60
kerja

58

29
7. Jumlah pekerja/Karyawan yang 5% a) > 75% 100
pernah diberi b) 50 – 75% 60
penyuluhan/mengikuti diskusi c) < 50% 30
/pelatihan tentang HIV dan AIDS di
tempat kerja dalam satu tahun
terakhir
8. Melakukan evaluasi secara 5% a) Dilakukan 1(satu) 100
regular terhadap efektifitas tahun sekali thd
pelaksanaan program melalui poin a, b, dan c
b) Dilakukan lebih
kuesioner terhadap karyawan /
dari satu tahun 60
pekerja di perusahaan untuk sekali terhadap
mengetahui: poin a, b, dan c
a. Tingkat pengetahuan tentang c) Dilakukan hanya
cara pencegahanh d dan satu atau dua
d 30
penularan HIV; poin a atau b atau
b. Tingkat pemahaman tentang c.
larangan stigma dan
diskriminasi terkait HIV &
AIDS ;
c. Tingkat perubahan perilaku
59
berisiko terkait HIV dan

9. Memiliki prosedur K3 khusus 5% Ada 100


dalam pencegahan penularan
HIV di tempat kerja*)
*) Untuk tempat kerja Layanan
Kesehatan / Rumah Sakit telah
memiliki :
a. Prosedur dan
menyediakan obat untuk
pemberian Profilaksis
Pasca Pajanan atau Post
Exposure Prophylaxtic
(PEP).
b. Prosedur baku
pencegahan
h kontaminasi
k t i i
atau penularan HIV bagi
pasien dan pekerjanya.
c. Prosedur baku
penanganan limbah yang
dapat menularkan HIV
60

30
10. Pelaporan kegiatan kepada 5% ada 100
instansi yang membidangi
pengawasan ketenagakerjaan
setempat.
11. Memiliki
l k program/kegiatan
/k 5% a)) > 2 kali/tahun
k l/ h 100
P2-HIV dan AIDS terhadap b) 1 - 2 60
masyarakat di luar perusahaan kali/tahun
(sekolah, tempat ibadah, c) Pernah dalam 30
posyandu, lokalisasi) 3 tahun
terakhir

61

Cara perhitungan hasil penilaian


“ Setiap skor yang diperoleh dikalikan dengan prosentase
bobot masing-masing kriteria penilaian sebagaimana
tabel di atas,
“ C
Contohh:
“ Perusahaan yang telah memiliki dokumen tertulis kebijakan
Program P2-HIV dan AIDS di Tempat Kerja yang telah
dicantumkan dalam PP/PKB, nilanya = 100 (skor) X 15%
(bobot) = 15
“ perusahaan yang telah mengalokasikan anggaran untuk
program P2-HIV dan AIDS di tempat kerja secara khusus,
nilainya = 100 (skor) X 10 % (bobot) = 10
“ perusahaan memiliki kegiatan P2-HIV dan AIDS bagi
masyarakat sebanyak 2 kali/tahun, nilainya = 60 (skore) X 5 %
(bobot) = 3
“ Nilai Total = Jumlah seluruh nilai hasil perhitungan
sebagaimana poin 2 dari 11 indikator sebagaimana
62
Tabel 1

31
Tabel 2
Kriteria Pencapian Penghargaan Perusahaan dengan Program P2-
HIV dan AIDS (AIDS Award) Di Tempat Kerja

Peringkat
No. Nilai Total Keterangan
Pencapaian
Tingkat
1 > 85 Platinum pelaksanaan tinggi

Tingkat
2 70 – 85 Gold pelaksanaan cukup
tinggi
Tingkat
3 56 - 69 Silver pelaksanaan sedang

Catatan :
bagi perusahaan yang nilai totalnya masih < 56, maka perlu dibina lebih intensif
oleh pengawas ketenagakerjaan setempat bersama pihak terkait lain.
63

B. Penghargaan Pembina Program P2-HIV dan AIDS Di


Tempat Kerja
“ Penghargaan Pembina Program P2-HIV dan AIDS di
Tempat Kerja diberikan kepada
Gubernur/Bupati/Walikota yang memenuhi kriteria
sebagai berikut :
“ Memiliki kebijakan yang terkait/mendukung Program P2-
HIV dan AIDS Di Tempat Kerja berupa Visi dan Misi atau
Peraturan Daerah atau Renstra Daerah;
“ Memiliki Pokja HIV dan AIDS Di Tempat Kerja (Pokja
Workplace) dalam struktur kepengurusan KPA
Provinsi/Kabupaten/Walikota;
“ Melaksanakan Program P2-HIV dan AIDS Di Tempat Kerja;
“ Mengalokasikan anggaran untuk Program P2-HIV dan AIDS
Di Tempat Kerja;
“ Jumlah perusahaan yang berhasil memperoleh
penghargaan Program P2-HIV dan AIDS (AIDS Award) Di
Tempat Kerja sekurang-kurangnya telah mencapai 5% dari 64
j l h h b di il h

32
C. Penghargaan pihak terkait/pemerduli Program P2-
HIV dan AIDS Di Tempat Kerja
“ Penghargaan pihak terkait/pemerduli Program P2-HIV
dan AIDS di Tempat
p Kerjaj diberikan kepada
p
lembaga/instansi atau perseorangan yang telah
memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Melakukan upaya secara terus menerus dan konsisten
sekurang-kurangnya dalam waktu 3 tahun terakhir untuk
mendorong atau bekerjasama dengan perusahaan dan/atau
instansi Pemerintah dalam melaksanakan program P2-HIV dan
AIDS di Tempatp Kerja;
j ;
b. Mempunyai prestasi dalam program P2-HIV dan AIDS di tempat
kerja seperti sebagai nara sumber dalam kegiatan advokasi,
kampanye, penyuluhan, seminar, lokakarya, dan pelatihan yang
dibuktikan dengan sertifikat dan/atau membuat karya tulis yang
dipublikasikan pada media resmi;

65

PENYELENGGARAAN PENYERAHAN PENGHARGAAN

“ Penyerahan penghargaan AIDS Award di


Tempat Kerja dilakukan dalam rangka
memperingati Hari AIDS Sedunia (HAS) atau
Peringatan Hari K3 Nasional atau Internasional.
“ Diberikan di tingkat :
“ Nasional
“ Provinsi
“ Kabupaten/Kota

66

33
34
35
36
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disebut


dengan SMK3 merupakan bagian dari sistem manajemen secara
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan
kebijakan K3 dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efiisien, dan produktif (Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER/05/MEN/1996)

Berdasarkan definisi tersebut, maka SMK3 juga terjadi atas


komponen- komponen yang saling terkait dan terintegrasi satu dengan
lainnya. Komponen- komponen ini sering disebut elemen sistem manajemen
K3.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Manfaat penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(SMK3) bagi perusahaan menurut Tarwaka (2008) adalah sebagai berikut.

1. Pihak manajemen dapat mengetahui kelemahan-kelemahan unsur sistem


operasional sebelum timbul gangguan operasional, kecelakaan, insiden,
dan kerugian-kerugian lainnya.

2. Mengetahui gambaran secara jelas dan lengkap tentang kinerja K3 di


perusahaan.

3. Meningkatkan pemenuhan terhadap peraturan perundangan di bidang K3.

4. Meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran tentang K3,


khususnya bagi karyawan yang terlibat dalam pelaksanaan audit.

5. Dapat meningkatkan produktivitas kerja

1
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Gambar 7.1: Lima Prinsip SMK3


Sumber: Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER/05/MEN/1996, Bab 3, Pasal 4

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

7.1. Peraturan SMK3

7.1.1.Tahapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(SMK3)

Penerapan SMK3 dilakukan berdasarkan kebijakan nasional tentang


SMK3, dalam aplikasi penerapannya ada beberapa tahapan seperti
tercantum dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor:
PER.05/ MEN/1996 sebagai berikut ini.

1.Penetapan Komitmen dan Kebij akan

Pengusaha dan pengurus tempat kerja harus menetapkan komitmen dan


kebijakan K3 serta organisasi K3, menyediakan anggaran dan tenaga kerja di
bidang K3. Di samping itu, pengusaha dan pengurus juga melakukan
koordinasi terhadap perencanaan K3. Dalam hal ini yang perlu menjadi

2
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

perhatian penting terdiri atas 3 hal yaitu:

a. kepemimpinan dan komitmen,

b. tinjauan awal K3, meliputi:

identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko,

perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain yang


lebih baik,

peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan,

c. kebijakan K3

Muatan kebijakan K3 paling sedikit memuat visi, tujuan perusahaan,


komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan, serta kerangka dan program
kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat
umum.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

2.Perencanaan

Dalam perencanaan ini, secara lebih rinci dibagi menjadi beberapa hal yaitu:

a. perencanaan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko dari


kegiatan, produk barang dan jasa,

b. pemenuhan akan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya


kemudian memberlakukan kepada seluruh pekerja,

c. menetapkan sasaran dan tujuan dari kebijakan K3 yang harus dapat


diukur, menggunakan satuan atau indikator pengukuran, sasaran
pencapaian dan jangka waktu pencapaian,

d. menggunakan indikator kinerja sebagai penilaian kinerja K3 sekaligus


menjadi informasi keberhasilan pencapaian SMK3,

e. menetapkan sistem pertanggungjawaban dan saran untuk penetapan

3
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

kebijakan K3, dan

f. keberhasilan penerapan dan pelaksanaan SMK3 memerlukan suatu


proses perencanaan yang efektif dengan hasil keluaran yang terdefinisi
dengan baik serta dapat diukur.

3.Penerapan Rencana K3

Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan


kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai
kebijakan, tujuan, dan sasaran K3. Suatu tempat kerja dalam menetapkan
kebijakan K3 harus dapat mengintegrasikan Sistem Manajemen Perusahaan
yang ada.

4.Pengukuran dan Evaluasi.

Penjelasan mengenai pengukuran dan evaluasi kinerja K3 sebagai

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

berikut ini.

a. Melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran dan audit internal SMK3


dilakukan oleh sumber daya manusia yang kompeten. Audit SMK3 adalah
suatu proses verifikasi secara sistematis dan terdokumentasi untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif untuk menentukan
apakah sistem manajemen K3 organisasi perusahaan telah sesuai
dengan kriteria audit SMK3 yang dibuat oleh perusahaan dan menentukan
kelemahan unsur sistem sehingga dapat dilakukan langkah perbaikan
sebelum timbul dampak atau kecelakaan/ kerugian. Kriteria audit meliputi
kebijakan, praktek, prosedur atau persyaratan jika memungkinkan setiap
persyaratan SMK3 yang dibandingkan dengan bukti audit yang
dikumpulkan oleh auditor selama audit.

4
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

b. Dalam hal perusahaan tidak mempunyai SDM dapat menggunakan pihak


lain.

c. Hasil pemantauan dilaporkan kepada pengusaha.

d. Hasil tersebut digunakan untuk untuk melakukan tindakan pengendalian.

e. Pelaksanaan pemantauan & Evaluasi dilakukan berdasarkan peraturan


Perundang-undangan.

5. Tinjauan Ulang dan Peningkatan oleh Pihak Manajemen.

Untuk menjamin kesesuaian dan efektifitas penerapan SMK3,


dilakukan peninjauan terhadap komitmen dan kebijakan, perencanaan,
penerapan, pengukuran dan evaluasi. Hasil peninjauan digunakan untuk
perbaikan dan peningkatan kinerja. Perbaikan dan peningkatan kinerja
dilaksanakan dalam beberapa hal, yaitu:

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


a. terjadi perubahan peraturan perundang-undangan,

b. adanya tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar,

c. adanya perubahan produk dan kegiatan perusahaan,

d. terjadi perubahan struktur organisasi perusahaan,

e. adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk


epidemiologi,

f. adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja,

g. adanya pelaporan, dan adanya masukan dari pekerja atau buruh.

7.1.2 Proses Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


Kerja (SMK3)

Konsep dasar pelaksanaan SMK3 mencakup ketentuan pola tahapan

5
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
"Plan- Do-Check-Action'" sebagai berikut ini.

1. Komitmen pimpinan yang akan menerapkan Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di perusahaan diwujudkan
dalam komitmen K3.

2. Implementasi SMK3 di perusahaan harus sesuai dengan Peraturan


Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor: PER.05/ MEN/1996
yang di dalamnya terdapat 12 unsur penerapan dengan 166 kriteria.

3. Pengukuran dan Pemantauan harus dilakukan secara berkala, agar


penerapan SMK3 dapat berkembang dan berkelanjutan.

4. Tinjauan Manajemen berupa evaluasi atas penerapan SMK3 di


perusahaan.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Gambar 7.2: Siklus Manajemen SMK3


Sumber: Google, 2017

7.1.3 Pengukuran Tingkat Penerapan SMK3

Sesuai yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik


Indonesia Nomor: PER.05/ MEN/1996 Lampian IV tentang Penetapan Kriteria Audit
Tingkat Pencapaian Penerapan SMK3 bahwa pelaksanaan penilaian dilakukan ber-

6
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
berdasarkan tingkatan penerapan SMK3 yang terdiri dari 3 tingkatan, yaitu
sebagai berikut ini.

1. Penilaian Tingkat Awal

Perusahaan kecil atau dengan tingkat resiko rendah. Pada tingkat awal
ini, perusahaan harus dapat menerapkan 64 kriteria audit.

2. Penilaian Tingkat Transisi

Perusahaan besar atau perusahaan dengan resiko tinggi. Pada tingkat


transisi ini perusahaan harus dapat menerapkan 64 kriteria tingkat awal
ditambah dengan 58 kriteria, total keseluruhan adalah 122 kriteria audit.

3. Penilaian Tingkat Lanjutan

Perusahaan besar atau perusahaan dengan tingkat resiko tinggi. Pada


tingkat lanjutan ini, perusahaan harus dapat menerapkan keseluruhan 64

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


kriteria tingkat awal, ditambah 58 kriteria tingkat transisi, dan ditambah
dengan 44 kriteria lanjutan, total keseluruhan berjumlah 166 kriteria audit.
Selanjutnya untuk penilaian perusahaan dalam menerapkan SMK3
dibagi dalam 3 kategori, yaitu:
1. kriteria emas (sertifikat dan bendera emas)
Untuk tingkat pencapaian keberhasilan penerapan SMK3 85-100% dari
kriteria audit yang digunakan.
2. kriteria perak (sertifikat dan bendera perak)
Untuk tingkat pencapaian keberhasilan penerapan SMK3 60-84% dari
kriteria audit yang digunakan.
3. tingkat pembinaan (pelanggaran peraturan)
Untuk tingkat pencapaian keberhasilan penerapan SMK3 0-59% dari.
kriteria audit yang digunakan.

7
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
kriteria tingkat awal, ditambah 58 kriteria tingkat transisi, dan ditambah
dengan 44 kriteria lanjutan, total keseluruhan berjumlah 166 kriteria audit.

Selanjutnya untuk penilaian perusahaan dalam menerapkan SMK3


dibagi dalam 3 kategori, yaitu:

1. kriteria emas (sertifikat dan bendera emas)

Untuk tingkat pencapaian keberhasilan penerapan SMK3 85-100% dari


kriteria audit yang digunakan.

2. kriteria perak (sertifikat dan bendera perak)

Untuk tingkat pencapaian keberhasilan penerapan SMK3 60-84% dari


kriteria audit yang digunakan.

3. tingkat pembinaan (pelanggaran peraturan)

Untuk tingkat pencapaian keberhasilan penerapan SMK3 0-59% dari.

PELAKSANA AUDIT SISTEM MANAJEMEN


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
(AUDITOR SMK3)

8

siAPA auditor SISTEM MANAJEMEN K3 ?

AUDITOR SEBAGAI INDIVIDU

Persyaratan menjadi auditor SMK3 :


1. Memenuhi syarat sbg auditor SMK3
2. Telah ikut dan lulus pelatihan auditor SMK3
3. Diusulkan oleh prsh/Badan Audit SMK3
4. Ditunjuk oleh Menakertrans

9
MEKANISME PENUNJUKAN AHLI K3

PERMOHONAN MENAKER cq.


TERTULIS DIRJEN Binawas

Lampiran
a. C.V TIM PENILAI
b. Pengalaman K3
c. Ket. sehat
d. Ket. psikotest
(1) Syarat administrasi
e. Ket. kelakuan baik (2) Kemampuan teknis *
f. Pernyataan bekerja penuh
g. FC ijasah/STTB
h. Sertifikat Ahli K3/SK Pengawas KK
i. Pas Foto (berwarna) PERTIMBANGAN

SYARAT BADAN AUDIT SMK3


1. Status perusahaan sbg Badan Usaha Milik Negara atau Swasta
2. Berbadan Hukum
3. Memiliki SIUP
4. Memiliki NPWP
5. Talah melaksanakan UU No.7/1981 di tingkat Pusat dan atau
cabang
5. Memilki jaringan luas
6. Telah diakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional atau
Internasional
7. Memilki sekurang-kurangya 10 orang auditor eksternal senior
dan 20 orang auditor eksternal yunior
8. Pengalaman di bidang sertifikasi sistem manajemen
9. Mengacu pada ketentuan penunjukan PJK3

10
AUDITOR SECARA FUNGSIONAL

TUPOKSI/Fungsi :

– Ahli K3 Umum
– Ahli K3 Spesialis
– Auditor SMK3
– Pengawas KK

MAPING SMK3

SMK3 terhadap standar lain yang relevan :


• SMK3 vs OSHAS 18000, Safety Map dan standar lainya
• SMK3 dalam skema BSN
• SMK3 dalam skema BNSP

11
Peranan Standardisasi Dalam Sistem Pengawasan K3

TEKNIS K3 KOMPETENSI
• Produk UU No.1/1970
• Mesin
Metode uji

PP No.102/2000
BNSP
STANDAR • Std. & Sertf.
PP No.25 /2000
• Akreditasi
BSN SNI • Koordinasi

KONSENSUS
PANTEK
LDP LSP

• USER UJK
• ASOSIASI
• CENDIKIAWAN
SERTIFIKASI
KONSENSUS
DUNIA KERJA
RSNI

Terima kasih ……
atas perhatiannya …….

12
syahbardia file 08042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
BAB l.PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kebakaran dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Tidak ada
t
tempat
t kerja
k j yang dapat
d t dijamin
dij i bebas
b b resiko
ik (imun)
(i ) dari
d i bahaya
b h
kebakaran. Kebakaran ditempat kerja dapat membawa konsekwensi yang
berdampak merugikan banyak pihak baik bagi pengusaha, tenaga kerja
maupun masyarakat luas.
Akibat yang ditimbulkan dari peristiwa kebakaran ditempat kerja dapat
mengakibatkan
kib tk k b
korban ji
jiwa, k
kerugian
i material,
t i l hilangnya
hil l
lapangan k j
kerja
dan kerugian lain yang tidak langsung, apalagi kalau terjadi kebakaran
pada obyek vital maka dapat berdampak lebih luas lagi.
Berdasarkan data kasus kebakaran dari Pusat Laboratcrium Fisika
Forensik Mabes Polri dari tahun 1990-2001, adalah sebagai berikut:

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Th. 1990-1996
Jumlah kebakaran. 2033 kasus
80% kasus ditempat kerja
20% kasus
k b k tempat
bukan t t kerja
k j

Th. 1997-2001
Jumlah kejadian : 1121 kasus
76,1 % terjadi ditempat kerja
23 9 % bukan
23,9 b k tempat
t t kerja
k j

Dari data tersebut dapat ternyata tempat kerja lebih besar


peluangnya untuk terjadi kebakaran, karena semua unsur yang dapat
memicu kebakaran terdapat ditempat kerja.

1
syahbardia file 08042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Dan ternyata teridentifikasi pula, bahwa 20 % dari kejadian
kebakaran berakibat habis total. Gambaran ini menunjukan bahwa,
ditempat kejadian tersebut tidak tersedia sumberdaya yang memadai untuk
menghadapi
h d i kejadian
k j di kebakaran.
k b k
Informasi penting lainnya yang perlu diperhatikan adalah data
faktor penyebab kebakaran adalah seperti digambarkan sbb.:

Api terbuka 415 (37,19%)


Listrik 297 (26,6 %)
Pembakaran 80 (7,17%)
Peralatan panas 35 (3,14%)
Mekanik 24 (2,15%)
Kimia 15 (1.34%)
Proses biologi 5 (0,45 % )
Alam 2 (0,18%)
Tidak dpt diteniukan 218 (19.53%)
Lain lain 25 (0,24 %)

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Data penyebab kebakaran diatas, adalah fakta lapangan yang
dapat dijadikan sebagai referensi bahwa ada dua faktor penyebab yang
menonjol, yaitu api terbuka dan listrik.
G b
Gambaran d t diatas
data di t adalah
d l h sebagai
b i pelajaran
l j yang sangatt
berharga bagi jajaran pengawasan K3 khususnya dibidang
penanggulangan kebakaran. Faktor-faktor penyebab kegagalan perlu dikaji
secara baik untuk diambil langkah yang tepat.
Faktor-faktor kegagalan dan kendala dapat karena faktor peralatan
proteksi
t k i kebakaran
k b k yang kurang
k memadai,
d i sumber
b daya
d manusia
i yang
tidak dipersiapkan, atau hambatan dari manajemen. Disisi lain dapat pula
disebabkan karena lemahnya sistem pembinaan dan pengawasan dari
instansi yang berwenang termasuk pengawasan terhadap peraturan
perundangan K3.

2
syahbardia file 08042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Peraturan perundangan K3 dibidang penanggulangan kebakarann
walaupun masih terbatas, namun hal yang mendasar sudah cukup
memadai apabila ditunjang dengan kemampuan teknis para pegawai
pengawas.
Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan peraturan perundangan
dan standar teknis keselamatan dan kesehatan, termasuk masalah
penanggulangan kebakaran, adalah menjadi tugas dan tanggung jawab
para pegawai pengawas, dan karena itu pula para pegawai pengawas
dit t t memiliki
dituntut iliki kemampuan
k t k i yang cukup
teknis k memadai.
d i
Dari fakta lapangan yang ada, maka pegawai pengawas dalam
kegiatan inspeksi dapat diarahkan pada masalah yang menonjoi. Dari sisi
penyebab kebakaran ada dua hal yaitu api terbuka dan listrik harus selalu
menjadi perhatian, disamping faktor khusus yang ada disetiap tempat kerja.

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Penggunaan api terbuka pada umumnya dalam pelaksanaan
pekerjaan yang bersifat sementara, misalnya pekerjaan perbaikan dengan
mesin las. Dalam K3 setiap pekerjaan panas harus dikendalikan secara
administratif
d i i t tif dengan
d iji kerja
ijin k j panas (Hot
(H t Work
W k Permit).
P it) Ijin
Iji ini
i i diterbitkan
dit bitk
oleh penanggung jawab K3 di setiap tempat kerja.
Pengawasan Norma K3 penanggulangan kebakaran ditujukan
untuk mencegah atau mengurangi tingkat resiko seminimal mungkin.
Karena itu seorang pegawai pengawas harus memiliki pengetahuan teknis
K3 penanggulangan
l k b k
kebakaran, sehingga
hi mampu menilai
il i kesesuaian
k i
sistem proteksi kebakaran pasif, aktif dan manajemen penanggulangan
kebakaran.

3
syahbardia file 08042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
B. Tujuan pembelajaran
1.Tujuan Pembelajaran Umum
Melalui program pembelajaran ini diharapkan anda dapat
memahami
h i k t t
ketentuan peraturan
t perundangan
d t t
tentang
pengawasan K3 penanggulangan kebakaran, sehingga diharapkan
mampu menjalankan tugas pembinaan dan pengawasan
sebagaimana diamanatkan o!eh pasa! 5 Lindang Undang No 1
tahun 1370 tentang Keselamatan kerja

2.Tujuan Pembelajaran Khusus


Melalui program pembelajaran ini anda diharapkan dapat:
a. Menjelaskan dasar hukum pengawasan K3 penanggulangan
kebakaran

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
b. Menjelaskan pengertian yang berkaitan dengan pengawasan
penanggulangan kebakaran
c. Menjelaskan ruang lingkup pengawasan penanggulangan
k b k
kebakaran
d. Menjelaskan fenomena kebakaran
e. Menjelaskan sistem proteksi kebakaran
f. Menjelaskan manajemen penanggulangan kebakaran
g. Menjelaskan sistem tanggap darurat penanggulangan kebakaran
h
h. M j l k
Menjelaskan t k ik pemeriksaan
teknik ik d
dan pengujian
ji sistem
i t proteksi
t k i
kebakaran

4
syahbardia file 08042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
C. Ruang Lingkup
Dalam kegiatan pembelajaran modul ini adalah memberikan
pembekalan pengetahuan K3 dibidang penanggulangan kebakaran, agar
mampu menjalankan
j l k t
tugas d
dan f
fungsi
i sebagai
b i pegawaii pengawas.
Pembahasan dalam modul ini mencakup aspek normatif, administratif dan
aspek dasar teknik K3 Penanggulangan kebakaran. Aspek normatif adalah
yang berkaitan dengan ketentuan peraturan perundangan. Aspek
administratif adalah yang berkaitan dengan prosedur dan kelengkapan
d k
dokumen. S d
Sedangkan
k aspekk teknis
t k i adalah
d l h berkaitan
b k it d
dengan k
konsep
desain sistem proteksi kebakaran.

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
BAB II POKOK BAHASAN
A. DASAR HUKUM PENGAWASAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Tugas pokok pegawai pengawas adalah menjalankan pengawasan
peraturan
t perundangan
d dibid
dibidang k t
ketenagakerjaan,
k j t
termasuk
k ketentuan
k t t K3
dibidang penanggulangan kebakaran. Kebakaran ditempat kerja adalah
termasuk kategori kecelakaan kerja, dimana kejadian kebakaran dapat
membawa konsekuensi mengancam keselamatan jiwa tenaga kerja dan
berdampak dapat merugikan banyak pihak baik pengusaha, tenaga kerja
maupun masyarakat
k t luas.
l
Pertimbangan hukum, tujuan dan sasaran K3 adalah dalam rangka
melindungi pekerja dan orang lain, menjamin kelancaran proses produksi,
menjaga keamanan asset usaha serta perlindungan terhadap lingkungan.
Ketentuan pokok yang berkaitan dengan K3 penanggulangan keba-

5
syahbardia file 08042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
karan adalah sebagaimana diamanatkan oieh Undang-undang No 1 tahun
1970, - pahami jiwanya mulai dari konsideran, isi dan penjelasannya serta
tinjauan akademiknya.
B b
Beberapa h l yang mendasar
hal d kh
khususnya yang berkaitan
b k it l
langsung
dengan penanggulangan kebakaran adalah sbb. :
• Tujuan K3 pada umumnya termasuk masalah penanggulangan
kebakaran (Fire safety objective) adalah tersirat dalam konsideran
UU 1/70, yaitu bertujuan melindungi tenaga kerja dan orang lain,
assett dan
d lingkungan
li k masyarakat;
k t
• Syarat-syarat K3 penanggulangan kebakaran sesuai ketentuan
pasal 3 ayat (1) huruf b, d, q dalam undang undang No 1 th 1970,
adalah merupakan sasaran yang ingin diwujudkan di setiap tempat
kerja, yang berbunyi:

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat syarat keselamatan kerja
untuk:
b. mencegah1), mengurangi2) dan memadamkan kebakaran3)
d memberikan
d. b ik kesempatan
k t jalan
j l untuk
t k menyelamatkan
l tk diri
di i
pada waktu kebakaran 4) q. mengendalikan penyebaran
panas 5) asap 6) dan gas 7]

• Pasal 9 ayat (3), mengatur kewajiban pengurus menyelenggarakan


latihan perianggulangan kebakaran.
Ketentuan-ketentuan tersebut diatas, dijabarkan lebih lanjut dengan
peraturan dan standar yang lebih teknis yang meliputi aspek teknis
dan administratis

6
syahbardia file 08042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN

Gambar 1 ILUSTRASI FIRE SAFETY MANAGEMENT

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
K3 Penanggulangan kebakaran dilandasi dengan ilmu pengetahuan
menemukenali potensi bahaya kebakaran, membobot resiko dan metoda
pengendaliannya serta menyiapkan sumber daya untuk mengantisipasi bila
t j di kebakaran
terjadi k b k sepertiti ilustrasi
il t i pada
d gambar
b 1

B.PENGERTIAN PENGAWASAN K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN


Pengertian "pengawasan" dapat diartikan sebagai suatu aktifitas
untuk menilai kesesuaian persyaratan yang telah ditentukan, yang dalam hal
i i adalah
ini d l h persyaratan
t K3 penanggulangan
l k b k
kebakaran yang bertujuan
b t j untuk
t k
mencegah atau menekan resiko sampai pada level yang memadai.
Asas pengawasan K3 pada dasarnya adalah pembinaan,
sebagaimana yang digambarkan pada pasal 4 Undang undang No 1 tahun
1970. Pengertian pembinaan rnenurut penjelasan pasal 10 Undang- undang

7
syahbardia file 08042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
No 14 th 1969 adalah mencakup : pembentukan, penerapan, pengawasan.
Norma yang belum ada dipersiapkan, norma yang telah ada terus
disosialisasikan dengan diberikan batas waktu, dan apabila dalam batas
waktu
kt yang disepakati
di k ti belum
b l j
juga dil k
dilaksanakan,
k maka
k diberikan
dib ik peringatan
i t
pertama dan kedua. Apabila peringatan pertama dan kedua dilanggar maka
dapat dibuatkan BAP projustisia.
Beberapa pengertian dan istilah yang berkaitan dengan ruang
lingkup tugas pengawasan K3 dibidang penanggulangan kebakaran berikut
i i harus
ini h anda
d pahami
h i secara baik
b ik yaitu
it antara
t l i :
lain
1). Kebakaran, adalah api yang tidak dikehendaki. Boleh jadi api itu
kecil, tetapi apabila tidak dikehendaki adalah termasuk kebakaran.
Hampir terbakarpun artinya adalah kebakaran.

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Mencegah kebakaran1) , - adalah segala upaya untuk
menghindarkan terjadinya kebakaran. Seorang pengawas harus
mampu menetapkan rekomendasi syarat apa yang sesuai dengan
k d
keadaan yang ditemukan
dit k dilapangan
dil sewaktu
kt inspeksi.
i k i
2) Resiko kebakaran, - adalah perkiraan tingkat keparahan apabila
terjadi kebakaran. Besaran yang mempengaruhi tingkat resiko
adalah ada 3 faktor yaitu :
a. tingkat kemudahan terbakarnya (flammablelity) dari bahan
yang diolah
di l h atau
t disimpan,
di i
b. jumlah dan kondisi penyimpanan bahan tersebut, sehingga
dapat digambarkan kira-kira kecepatan laju pertumbuhan
atau menjalarnya api.
c. tingkat paparan seberapa besar nilai material yang

8
syahbardia file 08042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
terancam. Tingkat resiko kebakaran seperti digambarkan pada
grafik gambar 2.

Fire risk = Flammablelity


y x Quantity
y x Probabilityy

Gambar 2 fire risk matrix

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Mengurangi resiko kebakaran 2) , - adalah pertimbangan syarat
K3 untuk dapat menekan resiko ketingkat level yang lebih rendah.
Seorang pengawas harus mampu menetapkan rekomendasi syarat
d
dan strategi
t t i apa yang diperlukan
di l k untuk
t k meminimalkan
i i lk ti k t
tingkat
ancaman ke level yang lebih rendah.
3) Memadaman kebakaran, - adalah suatu teknik menghentikan
reaksi pembakaran/nyala api. Nyala api adalah suatu proses
perubahan zat menjadi zat yang baru melalui reaksi kimia oksidasi
eksotermal.
k t l Nyala
N l yang tampak
t k adalah
d l h gejala
j l zatt yang sedang
d
memijar. Pada nyala api yang sedang berlangsung, ada 4 elemen
yang berinteraksi, yaitu : unsur 1- bahan bakar (Fuel) -padat, cair
atau gas - umumnya mengandung karbon (C) dan atau hidrogen
(hi), unsur Z - bahan pengoksidan yaitu Oksigen bisa berasal dari

9
syahbardia file 08042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
udara atau terikat pada bahan tertentu (bahan oksidator), unsur 3-
surnber panas yang dapat berasal dari dalam sistem maupun dari
luar sistem, unsur 4 adalah rantai reaksi kimia.
rnemadamkan
d k k b k
kebakaran 3) ; dapat
d t dilakukan
dil k k d
dengan prinsip
i i
menghilangkan salah satu atau beberapa unsur dalam proses nyala
api yaitu : pendinginan (Cooling), penyelimutan (Smothering),
mengurangi bahan (Stavation), memutuskan rantai reaksi api
(Mencekik) dan melemahkan (Dilution). Teknik pemadaman
dil k k
dilakukan d
dengan media
di yang sesuaii dengan
d prinsip-prinsip
i i i i
pemadaman tersebut.
4) Jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran 4),atau disebut
"Means of escape" adalah sarana berbentuk konstruksi permanen
pada bangunan gedung dan tempat kerja yang dirancang aman

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
untuk waktu tertentu sebagai jalan atau rute penyelamatan penghuni
apa bila terjadi keadaan darurat kebakaran.
5) Panas, asap dan gas adalah produk kebakaran yang pada
h k k t
hakekatnya j i bahaya
jenis b h yang akan
k mengancam keselamatan
k l t baik
b ik
materia! maupun jiwa, karena itu masalah ini yang harus
dikendalikan.penyebaran panas 5) dapat melalui radiasi, konveksi
dan konduksi seperti ilustrasi gambar 3. Perpindahan panas secara
radiasi adalah paparan langsung kearah tegak lurus melalui
pancaran gelombang
l b elektro
l kt maknetik.
k tik Seperti
S ti contoh
t h panas
matahari sampai kebumi melalui radiasi.
Perpindahan panas secara konveksi adaiah perpindahan panas
melalui gerakan udara seperti cerobong, melewati setiap lobang
atau celah.

10
syahbardia file 08042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN

KONDUKSI
Gambar 3 Perpindahan panas
Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas
melalui media. Seperti dibalik ruangan yang terbakar dapat
membakar material diruangan sebelahnya, panasnya menembus
melalui tembok. Hal 11

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
penyebaran asap 6) dan gas 7) ; Asap sisa pembakaran adalah
karbon dioksida ( C02) dan uap air (H20) serta gas ikutan lainnya.
Dalam kebakaran asap dan gas adalah pembunuh utama. Boleh jadi
k b matiti dalam
korban d l k b k
kebakaran k
karena mengisap
i asap.
Penyebaran asap dan gas cenderung akan keatas melalui setiap
celah (shaft) yang ada, karena itu pada bangunan gedung bertingkat
lantai yang paling alas akan lebih dulu penuh asap. Bila dalam
bangunan yang menggunakan sistem AC sentral maka asap dan
gas akan
k menyebar
b keseluruh
k l h ruangan melalui
l l i sirkulasi
i k l i udara
d AC
AC.
Apabila dalam bangunan yang terbakar menyimpan bahan-bahan
yang dapat terurai menjadi gas racun, maka resiko akan bertambah
besar karena gas racun.
Seorang pengawas harus mampu menganalisis kemungkinan ada-

11
syahbardia file 08042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
nya bahaya gas racun, sehingga diharapkan mampu menetapkan
rekomendasi syarat untuk menghindarkan bahaya dari asap dan gas
beracun. Dampak lain boleh jadi ada resiko ledakan dari bahan
ki i atau
kimia t tabung
t b k t i
kontainer yang berisi
b i i gas yang dapat
d t meledak.
l d k
C.RUANG LINGKUP PENGAWASAN K3 PENANGGULANGAN
KEBAKARAN
Mengutip pasal 5 undang undang No 1 tahun 1970, "Pegawai
pengawas dan ahli keselamatan kerja ditugaskan menjalankan
pengawasan langsung
l t h d
terhadap dit ti
ditaatinya undang
d undang
d i i dan
ini d
membantu pelaksanaannya".
Kapan pegawai pengawas menjalankan tugas mengawasi.
Perhatikan pasal 4 undang-undang No. 1 th 1970, yaitu dirnulai dari
pra kondisi sampai operasionalisasi yang diharapkan mampu

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
mengidentifikasi, menganalisis, supervisi dan memberikan rekomendasi.
Harus disadari bahwa rekomendasi pegawai pengawas mengandung
konsekuensi wajib dilaksanakan, karena itu harus memiliki dasar dan
l d
landasan h k
hukum.
• Identifikasi potensi bahaya (fire hazard identification); sumber-
sumber potensi bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya
kebakaran yaitu setiap bentuk energi seperti listrik, petir, mekanik,
kimia dan bentuk energi lainnya yang dipakai dalam proses kegiatan
h
harus t id tifik i untuk
teridentifikasi t k dikendalikan
dik d lik sesuaii ketentuan
k t t peraturan
t
dan standar yang berlaku.
• Analisa resiko (fire risk assessment): berbagai potensi bahaya yang
te!ah teridentifikasi dilakukan pembobotan tingkat resikonya.
apakah kategori ringan, sedang, berat atau sangat serius, dengan

12
syahbardia file 08042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
parameter kecepatan menjalarnya api, tingkat paparan, konsekuensi
kerugian dan jumlah jiwa yang terancam.
• Sarana proteksi kebakaran aktif: yaitu berupa alat atau instalasi
yang dipersiapkan
di i k untuk
t k mendeteksi
d t k i dan
d memadamkan
d k k b k
kebakaran
seperti sistem deteksi dan alarm, APAR, hydrant, springkler, house
rell, dll yang dirancang berdasarkan standar sesuai dengan tingkat
bahayanya.
• Sarana proteksi kebakaran pasif: yaitu berupa alat, sarana atau
metoda
t d mengendalikan
d lik penyebaran
b asap panas dan
d gas berbahaya
b b h
bi!a terjadi kebakaran seperti sistem kompartementasi, treatment
atau clotting fire retardant, sarana pengendalian asap (smoke
control system), sarana evakuasi, sistem pengendali asap dan api
(smoke damper, fire damper), alat bantu evakuasi dan rescue dll.

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
D. FENOMENA KEBAKARAN
Pendekatan dalam penerapan K3 penanggulangan kebakaran
meliputi teknik dan strategi pengendalian sumber energi, teknik dan strategi
pemadaman,
d serta
t konsep
k manajemen
j penanggulangan
l k b k
kebakaran adalah
d l h
didasarkan pada analisis fenomena terjadinya api atau kebakaran.
Pada bagian ini akan mengkaji gejaia gejala pada proses terjadinya
api dan kebakaran antara lain menjelaskan fase-fase penting seperti source
energy, initiation, growth, flashover, full fire dan bahaya-bahaya spesifik
pada
d peristiwa
i ti k b k
kebakaran sepertiti : back
b k draft,
d ft penyebaran
b asap panas dan
d
gas dIl
1. Fenomena kebakaran
Fenomena kebakaran atau gejala pada setiap tahapan mulai awal
terjadinya penyalaan sampai kebakaran padam, dapat diamati beberapa

13
syahbardia file 08042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
fase tertentu seperti dilukiskan pada gambar 4

Gambar 4. Diagram Fenomena kebakaran

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Penjelasan :
1) Tidak diketahui kapan dan dimana awal terjadinya api/kebakaran,
tetapi yang pasti ada sumber awal pencetusnya (source energy),
yaitu
it adanya
d potensi
t i energii yang tidak
tid k terkendali.
t k d li
2) Apabila energi yang tidak terkendali kontak dengan zat yang dapat
terbakar, maka akan terjadi penyalaan tahap awal (initiation)
bermula dari sumber api/nyala yang relatif kecil;
3) Apabila pada periode awal kebakaran tidak terdeteksi, maka nyala
apii akan
k b k b
berkembang l bih besar
lebih b (
(growth)
th) sehingga
hi apii akan
k
menjalar bila ada media disekelilingnya;
4) Intensitas nyala api meningkat dan akan menyebarkan panas
kesemua arah secara konduksi, konveksi dan radiasi, hingga pada
suatu saat kurang lebih sekitar setelah 3 — 10 menit atau setelah

14
syahbardia file 08042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
temperatur mencapai 300 °C akan terjadi penyalaan api serentak
yang disebut Flashover, yang biasanya ditandai pecahnya kaca;
5) Setelah flash over, nyala api akan membara yang disebut periode
k b k
kebakaran mantap
t (Stedy
(St d / full
f ll development
d l t fire).
fi ) Temperatur
T t pada
d
saat kebakaran penuh (full fire) dapat mencapai 600 -1000 °C.
Bangunan denaan struktur konstruksl baja akan runtuh pada
temperatur 700 °C. Bangunan dengan konstruksi beton bertulang
setelah terbakar lebih dari 7 jam dianggap tidak layak lagi untuk
di
digunakan.
k
6) Setelah melampaui puncak pembakaran, intensitas nyala akan
berkurang/surut dan berangsur angsur akan padam), yang disebut
periode surut (decay).

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
2. Teori dan Anatomi Api
2.1. Teori api
Nyala api adalah suatu fenomena yang dapat diamati gejalanya
yaitu
it adanya
d cahaya
h d
dan panas dari
d i suatu
t bahan
b h yang sedang
d
terbakar. Gejala lainnya yang dapat diamati adalah, bila suatu bahan
telah terbakar maka akan mengalami perubahan baik bentuk
fisiknya maupun sifat kimianya. Keadaan fisik bahan yang telah
terbakar akan berubah menjadi arang, abu atau hilang menjadi gas
d
dan sifat
if t kimianya
ki i akan
k b b h pula
berubah l menjadi
j di zatt baru.
b G j l
Gejala
perubahan tersebut menurut teori perubahan zat dan energi adalah
perubahan secara kimia.
2.2. Teori segitiga api (Triangle of fire)
Unsur pokok terjadinya api dalam teori klasik yaitu teori segitiga api

15
syahbardia file 08042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
(Triangle of fire) menjelaskan bahwa untuk dapat berlangsungnya proses
nyala api diperlukan adanya tiga unsur pokok yaitu adanya unsur : bahan
yang dapat terbakar (Fuel), oksigen (02)yang cukup dari udara atau dari
bahan oksidator, dan panas yang cukup.

Dengan teori itu maka apabila salah


satu unsur dari segitiga api tersebut
tidak berada pada keseimbangan
yang cukup, maka api tidak akan
terjadi.
Bahan yang dapat terbakar jenisnya
dapat berupa bahan padat, cair

Gambar 5: segitiga api maupun gas.

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Sifat penyalaan dari jenis-jenis bahan tadi terdapat perbedaan, yaitu gas
lebih mudah terbakar dibandingkan dengan bahan cair maupun padat,
demikian juga bahan cair lebih mudah terbakar dibandingkan dengan bahan
padat,
d t disini
di i i menggambarkan
b k adanya
d ti k t suhu
tingkat h yang berbeda
b b d pada
d
setiap jenis bahan.
Mengambil sari uraian dalam buku Fire Investigation yang ditulis Paul L. Kirk
dapat lebih dijelaskan yang apa yang dimaksud “fire dynamic" . Nyala api
akan dapat berlangsung apabila ada keseimbangan besaran angka-angka
yang h b
hubungan segitiga
iti api.i B
Besaran-besaran
b angka
k fi ik
fisika yang
menghubungkan sisi-sisi pada segitiga api tersebut antara lain "flash point,
ignition temperature dan flammable range" 1) yang dapat diterangkan
seperti pada gambar berikut

16
syahbardia file 08042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN

"Flash point“, adalah suhu


minimal yang diperlukan untuk
menghasilkan sejumlah uap
minimal dari bahan bakar dan
apabila

Gambar 6 Siktus Segitiga api

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
uap tersebut diberi sumber nyala akan terbakar sesaat, karena jumlah uap
yang terbentuk belum cukup untuk terus menyala.
"Flammable range" adalah persentasi uap bahan bakar diudara - antara
b t
batas atas
t d
dan b t
batas b
bawah-
h dimana
di pada
d batas
b t it uap tersebut
itu t b t dapat
d t
terbakar bila ada sumber pemicu nyala.
"Ignition temperature" adalah suhu terendah dimana suatu bahan akan
terbakar atau menyala sendiri tanpa diberikan sumber nyala.
Pada gambar 6, dilukiskan hubungan segitiga api dan siklus panas
yang membuat
b t nyala
l apii dapat
d t berlangsung
b l t
terus menerus sepanjang
j masih
ih
daiam keseimbangan yang tepat. Keseimbangan siklus panas yang sanggup
membangkitkan generasi uap secara terus menerus disebut "fire point“.
Dari uraian diatas, pada intinya adalah bahwa hubungan sisi-sisi
dalarn segitiga api terdapat besaran angka-angka yang menghubungkan .

17
syahbardia file 08042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Ketiga unsur api tersebut, yaitu : "flash point, flammable range, fire point dan
ignition temperature."
Besaran angka tersebut diatas dapat dijadikan indikator pada setiap
t h
tahapan proses sehingga
hi t j di
terjadinya k b k
kebakaran d
dapat
t dihindarkan.
dihi d k Pi i
Prinsip
segitiga api ini juga dapat diterapkan dalam teknik-teknik pemadaman
kebakaran, yaitu menghilangkan salah satu unsur atau lebih dari syarat-
syarat keseimbangannya.

2 3 T i Piramida
2.3.Teori Pi id bidang
bid E
Empat
t (Tetrahedron
(T t h d off fire)
fi )
Fenomena pada suatu bahan yang terbakar adalah terjadi
perubahan bentuk dan sifat-sifatnya yang semula menjadi zat baru, maka
proses ini adalah perubahan secara kimia.

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Proses pembakaran ditinjau dengan teori kimia, adalah reaksi satu
unsur atau satu senyawa dengan oksigen yang disebut oksidasi atau
pembakaran. Produk yang terbentuk disebut oksida..
Ok id i dapat
Oksidasi d t berjalan
b j l l b t dan
lambat d d
dapat
t berlangsung
b l cepat.
t
Oksidasi yang berjalan lambat, panas yang timbul hampir tidak dapat
terdeteksi oleh indera kita. Proses oksidasi yang berlangsung cepat seperti
pembakaran batubara, atau pembakaran dalam motor bakar, disertai
dengan pembentukan panas yang tinggi dan disertai cahaya. Temperatur
selama
l d l
dalam proses pembakaran
b k b l
berlangsung di b t panas pembakaran,
disebut b k
seperti beberapa conioh reaksi pembakaran seperti diterangkan VoIIrath
Hopp 2), berikut ini .
Dalam reaksi 1 mo! karbon vaitu 12 gram karbon dengan 1 mol
oksigen yaitu 32 gram oksigen, ..

18
syahbardia file 08042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
akan terbentuk 1 mol carbondioksida yaitu 44 gram carbon monoksida ( CO
) dan dibebaskan sejumlah panas sebesar 393,5 kJ energi panas
Persamaan reaksi karbon dan oksigen adalah :

2 C + O2 − − − − − − > 2 CO + energi panas

24 g karbon 32 g oksigen 56 g karbonmonoksida


Karbonmonoksida (CO) dapat bereaksi dengan oksigen (02) pada
temperatur 700° C akan terbakar, menjadi karbondioksida (C02) seperti
dalam persamaan reaksi sebagai berikut.
2 CO + O2 − − − − − − > 2 CO2 + energii panas

karbonmonoksida oksigen karbondioksida

56 g 32 g 88 g
Reaksi antara hidrogen dengan oksigen tidak akan terjadi pada suhu kamar,
Untuk dapat bereaksi molekul-molekul hidrogen

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
dan oksigen terlebih dulu diaktifkan pada suhu sekitar 600 C akan terbentuk
reaksi gas letup.
2 H2 + O2 − − − − − − > 2 H 2O(1) + energi panas

hidrogen oksigen uap air

4 g 32 g 36 g
Proses reaksi bahan bakar hidrocarbon sama halnya dengan reaksi karbon
dengan oksigen menjadi karbon dioksida, dan hidrogen dengan oksigen
akan menjadi air akan menghasilkan energi panas
Dit
Diterangkan
k oleh
l h P.Thiery
P Thi 3) , Pada
P d reaksi
k i pembakaran
b k Eth
Ethane (C2H6)
dituliskan se'oagai berikut:

C2 H 6 + 3,5 O2 × 0,882 / 0,118 × N2

→ 2 CO2 + 3 H 2O + 3,5 × 0,882 / 0,118 × N 2 + panas 13630 C

19
syahbardia file 08042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Dalam persamaan reaksi bahan bakar hydrocarbon dengan oksigen
akan menghasilkan bentuk senyawa baru yaitu H20 (uap air) dan C02 (gas
asam arang). Proses reaksi tersebut melalui tahapan proses yang panjang
d
dan di l k
diperlukan waktu
kt tertentu
t t t walaupun
l proses reaksinya
k i b l
berlangsung
cepat.
Pada saat berlangsung nyala api, terjadi mata rantai reaksi yang
panjang. Gambaran mata rantai reaksi pembakaran seperti ditunjukkan
dalam bagan reaksi pembakaran ethane (C2H6 ), dimana gugusan atom C2
H6 bila
bil diberikan
dib ik panas maka
k atom-
t atomnya
t akan
k b
bergetar
t dan
d t l
terlepas
bebas dari ikatannya menjadi unsur dan senyawa seperti H*. OH\ HOO*, O*.
Atom atom yang terlepas bebas dari ikatannya akan saling bereaksi, dan
pada hakekatnya adalah reaksi dari atom-atom bebas tersebut yang
menjadikan berlangsungnya nyala api.

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Dalam nyala api yang sedang berlangsung, terjadi proses saling
bereaksi secara berantai, misalnya dari 2 buah hydroxil radicals bebas yang
berlambang OH* atau OH* dengan Carbonmonoxide (CO), seperti dalam
persamaan reaksi
k i sebagai
b i berikut:
b ik t

OH + + OH + − − − − − − > 2 H 2 O + O + + panas ( Exothermic)

HO + + CO − − − − − − > CO2 + H + + panas ( Exothermic)

H+ + O2 − − − − − − > HO + + O+ (Re generation)

Dari teori persamaan reaksi diatas, bila dilukiskan dengan chart seperti pada
gambar 8;

20
syahbardia file 08042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN

Gambar 8 Rantai reaksi pembakaran

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Mata rantai reaksi pada gambar 8, akan terus berlangsung sepanjang
proses nyala api belum padam. Dari fenomena rantai reaksi dalam nyala
api, maka diyakini ada unsur penting yang menyempurnakan teori segitiga
api,i yang digambarkan
di b k dengan
d piramida
i id bidang
bid empatt sepertiti pada
d gambar
b
9 yang dikenal sebagai teori "Tetra hedron of fire"

3. Prinsip teknik memadamkan api

21
syahbardia file 08042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Dalam uraian bagian kedua diatas dapat ditarik tiga pemahaman
penting yang terkait dengan pembahasan tentang prinsip memadamkan api
yaitu: Pemahaman pertama
B d
Berdasarkan
k t i Triangle
teori Ti l off Fire,
Fi ada
d 3 elemen
l pokok
k k untuk
t k dapat
d t
terjadinya nyala api yaitu :
□ bahan bakar,
□ oksigen dan
□ panas / sumber penyala

Pemahaman kedua
Dari ketiga elemen dalam segi tiga api, menuntut adanya
persyaratan besaran fisika tertentu yang menghubungkan sisi-sisi segitiga
api itu, yaitu :

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
□Flash point;
□Flammable range
□Fire point
□Ignition
I iti point
i t
Dari besaran angka diatas maka tindakan pengendalian bahaya kebakaran
dapat dilakukan dengan penerapan sistem pengendalian dengan peralatan
deteksi besaran angka angka tersebut.

P
Pemahaman
h k ti
ketiga
Unsur-unsur terjadinya api seperti diterangkan dalam teori Tetrahedron of
Fire ada elemen keempat yaitu reaksi radikal bebas yang ternyata
mempunyai peranan besar dalam proses berlangsungnya nyala api.
Berdasarkan pemahaman teori diatas, maka teknik untuk mema-

22
syahbardia file 08042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
damkan api dapat dilakukan dengan cara empat prinsip yaitu:
□ Prinsip mendinginkan (Cooling), misalnya dengan menyemprotkan
air
□ Pi i
Prinsip menutup
t b h
bahan yang t b k (St
terbakar(Starvation),
ti ) misalnya
i l
menutup dengan busa,
□ Prinsip mengurangi oksigen (Dilution), misalnya menyemprotkan gas
C02
□ Prinsip memutus rantai reaksi api(Mencekik), dengan media kimia

Penerapan prinsip-prinsip pemadaman kebakaran diatas, tidak


dapat disamaratakan, akan tetapi harus diperhatikan jenis bahan apa yang
terbakar, kemudian baru dapat ditentukan metoda apa yang cocok untuk
diterapkan dan media jenis apa yang sesuai.

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
4. Klasifikasi kebakaran
Setiap jenis bahan yang terbakar memiliki karakteristik yang
berbeda, karena itu harus dibuat prosedur yang tepat dalam melakukan
ti d k
tindakan pemadaman
d d
dan j i media
jenis di yang diterapkan
dit k h
harus di
disesuai
i
dengan karakteristiknya, mengacu pada standar.
Klasifikasi jenis kebakaran terdapat dua versi standar yang sedikit
agak berbeda. Klasifikasi jenis kebakaran menurut Standar Inggris yaitu LPC
(Loss Prevention Comittee) yang sebelumnya adalah FOC (Fire Office
C itt ) menetapkan
Comittee) t k kl ifik i kebakaran
klasifikasi k b k dib i Klas
dibagi Kl A B,
A, B C,
C D,
D E
sedangkan Standar Amerika yaitu NFPA (National Fire Prevention
Assosiation), menetapkan klasifikasi kebakaran menjadi klas A, B, C, D.
Pengklasifikasian jenis kebakaran yang didasarkan menurut jenis material
yang terbakar seperti dalam daftar tabel 1

23
syahbardia file 08042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
TABEL1 KLASIFIKASI KEBAKARAN.
Standar Amerika (NFPA) Standar Inggris (LPC)

Klas Jenis Kebakaran Klas Jenis Kebakaran

Bahan padat kecuali logam, Bahan padat kecuali logam, seperti


A seperti kayu, arang, kertas, A kayu, arang, kertas, tekstil, plastik dan
tekstil, plastik dan sejenisnya sejenisnya
Bahan cair dan gas, seperti
bensin, solar, minyak tanah, Bahan cair, seperti bensin, solar ,
B B
aspal, gemuk alkohol gas alam, minyak tanah dan sejenisnya
gas LPG dan sejenisnya. *)
Peralatan listrik yang
C C Bahan gas, seperti gas alam, gas LPG,
bertegangan
Bahan logam, seperti :
Bahan logam, seperti : Magnesium,
D Magnesium, aluminium, kalium, D
aluminium, kalium, dan Iain-Iain
dan Iain-Iain
E - E Peralatan listrik yang bertegangan
*) Dalam standar NFPA bahan cair dan gas digolongkan dalam klas yang sama sedangkan menurut Britihs klasifikasinya
dibedakan.

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Klasifikasi kebakaran di Indonesia mengacu Standar NFPA, yang dimuat
dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Sif t if t dari
Sifat-sifat d i masing
i masing
i klasifikasi
kl ifik i kebakaran
k b k di t adalah:
diatas d l h
□ Klas A, terbakar sampai bagian dalam atau terdapat bara,
□ Klas B (cair), terbakar pada permukaan ,
□ Klas B (gas), terbakar pada titik sumber gas mengalir,
□ Klas C atau klas E menurut Standar British, adalah ditiniau dari
aspekk bahaya
b h t k
terkena aliran
li li t ik bagi
listrik b i petugas;
t
□ Klas D, pada kebakaran logam akan bertemperatur tinggi, sehingga
bila dipadamkan dapat terjadi peledakan karena perubahan fase
media pemadam menjadi gas

24
syahbardia file 08042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
5. Jenis-jenis media pemadam kebakaran
Pertimbangan pertama dalam merencanakan sistem proteksi
kebakaran adalah klasifikasi potensi resiko bahaya (hazard) dari jenis hunian
yang akan dilindungi yang ditinjau dari beberapa aspek, antara lain
klasifikasi potensi bahaya, tingkat vitalitas, jenis bahan dan peralatan ,
jumlah dan sifat penghuni. Pertimbangan klasifikasi ini sebagai dasar
menentukan sistem instalasi yang sesuai dan media pemadam yang cocok.
Media pemadam kebakaran yang umum digunakan adalah air,
karena mempunyai efek pendinginan yang baik, mudah diperoleh, murah
dan dapat dirancang dengan teknik teknik tertentu. Sistem instalasinya dapat
dipasang permanen dan dirancang otomatik dan desain bentuk pancarannya
dapat bervariasi antara lain pancaran jet, spray, fog (embun).

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Media pemadam air tidak dapat digunakan secara efektif dan aman
untuk semua jenis kebakaran. Jenis-jenis media pemadam kebakaran selain
air antara lain berbentuk busa (foam), serbuk kimia kering (dry chemical
powder),
d ) Carbondioxida,
C b di id Inergent,
I t Halocarbon
H l b (Halon)
(H l ) dan
d lain
l i lain.
l i Masing-
M i
masing dari jenis media pemadam tersebut memiliki keunggulan dan
kekurangan tertentu.
Sistem klasifikasi kebakaran membedakan karakteristik setiap jenis
bahan yang terbakar, dikaitkan pemilihan jenis media pemadam yang efektif
d
daya pemadamannya
d d
dan k
keselamatan
l t b i petugas
bagi t yang melakukan
l k k
pemadaman, dan menghindarkan kerusakan peralatan dan material akibat
penerapan media pemadam yang digunakan .
Dengan memahami klasifikasi kebakaran dan karakteristik tiap jenis
media pemadam kebakaran, maka dapat ditentukan jenis media pemadam

25
syahbardia file 08042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
yang sesuai.Jenis-jenis media pemadam kebakaran dan aplikasinya seperti
contoh dalam tabel 2 .
Sistem peralatan pemadam kebakaran dapat dirancang dalam
bentuk peralatan tubing bertekanan (portable) atau dalam bentuk sistem
instalasi yang dipasang permanen (fixed sytem). Jenis jenis instalasi
pemadam fixed syatem anatara lain : sistem hidran (water hydrant), sistem
springkler (water spinkler), dan instalasi khusus lainnya dengan media busa,
serbuk kimia, C02, halon dan sebagainya yang dapat dirancang secara
manual, semi otomatik, fully automatic integrated system.
Tipe rancangan instalasi pemadam kebakaran sistem permanen
dapat dirancang otomatik sistem perlindungan lokal (local aplication) atau
sistem perlindungan total dengan pancaran serentak (total flooding).

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
TABEL 2
JENiS MEDIA PEMADAM KEBAKARAN DAN APLIKASINYA
Klasifikasi Jenis kebakaran Jenis media pemadam kebakaran
Tipe basah Tipe kering
Air Busa Powder Gas Clean Agent
C02
Klas A Bahan p
padat seperti
p kayu
y VVV V VV V VVV*)

Bahan berharga atau penting XX XX VV**) VV VVV

Klas B Bahan cair XXX VW VV V VVV


Bahan gas X X VV V VVV
Klas C Panel listrik, XXX XXX VV Vv VVV
Klas D Kalium, litium, magnesium XXX XXX Khusus X XXX

Keterangan : VVV : Sangat efektif


VV : Dapat digunakan
V : Kurang tepat/tidak dianjurkan
X : Tidak tepat
XX : Merusak
XXX : Berbahaya
*) : Tidak efisien
**) : Kotor/korosif (batas kuliah02052017)

26
syahbardia file 08042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Dari data analisis aplikasi media pemadam kebakaran untuk
ruangan khusus yang menyimpan bahan dan material berharga yang paling
sesuai adalah jenis Clean Agent

6.Media pemadam jenis halocarbon (Halon)


Media pemadam api jenis halocarbon (halon), adalah bekerja secara
kimia memotong rantai reaksi pembakaran yaitu mengikat unsur-unsur
carbon dan hydrogen yang berdiri bebas, dan sifat ikatannya sangat kuat
sehingga akan menghentikan rantai reaksi pembakaran secara kimia. Sifat
lain yang dimiliki pada bahan halogen adalah bersifat radikal sehingga akan
bereaksi secara berantai.
Halon 1211 (CF2 CI Br), mengandung unsur halogen F, CI dan Br,

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
dapat diterangkan proses reaksinya bahwa F, CI dan Br memiliki
sifat radikal. Contoh reaksi Br* dengan unsur hydrogen bebas (H*) dalam
nyala api akan menjadi Hydrogen Bromide (HBr*). Pada fase reaksi
b ik t
berikutnya akan
k muncull kembali
k b li Br
B yang bebas,
b b sepertiti dalam
d l reaksi
k i
sebagai berikut.
H∗ + Br ∗ − − − − − − > HBr

HO ∗ + HBr − − − − − − > H 2 O2 + Br ∗

Br ∗ + RH − − − − − − > HBr ∗ + + R ∗ (Re generation)


R t i reaksi
Rantai k i F* dengan
d unsur hydrogen
h d (H*) dari
d ib bahan
h bakar
b k adalah
d l h akan
k
menjadi Hydrogen Florida (HF*)

R−H + F∗ − − − − − − > R∗ + HF ∗
+
HF + OH ∗ − − − − − − > H 2O + F∗

27
syahbardia file 08042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Rantai reaksi Br* dengan unsur Carbon (C) dari bahan bakar adalah akan
menjadi Hydrogen Bromide (CH2Br*)

R − CH ∗ + Br ∗ + HOO ∗ − − − − − − > R ∗ + CHBr ∗ + CHBr ∗


+

CH 2 Br ∗ + HOO ∗ − − − − − − > H 2O + Br ∗

Rantai reaksi CI* dengan unsur Radikal Hidrogen (H*) dari nyala api akan
menghasilkan sebuah Radikal dan HCI radikal dan HCI* bila bereaksi
dengan OH* akan menghasilkan air (H20) dan CI*
R−H + Cl ∗ − − − − − − > R∗ + HCl ∗
+
HCl + OH ∗ − − − − − − > H 2O + Cl ∗
Rantai reaksi CI* dengan unsur carbon (C*) dari bahan bakar akan
membentuk Carbontetraclorida (CCI4) atau gas phosgen yang sangat
beracun.

28
syahbardia file 15042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Dari gambaran reaksi media halocarbon diatas, bahwa bahan
halogen bereaksi secara berantai, dimana selalu muncul kembali setelah
bereaksi. Sifat inilah yang membuat daya pemadaman menjadi sangat
efektif.

7. Media pemadam kebakaran jenis Clean Agent.


Media pemadam kebakaran kategori jenis Clean agent sesuai persyaratan
standar harus memenuhi beberapa kriteria antara lain :
□ Bersih tidak meninggalkan berkas / noda
□ Tidak konduktif
□ Tidak korosif
Media pemadam kebakaran jenis clean agent sebagai alternatif pengganti

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
halon adalah seperti dalam tabel 3 yang dipublikasikan dalam NFPA2001
Tabel 3
MEDIA PEMADAM CLEAN AGENT (Dikutip dari NFPA 2001)
FC-3-1-10 Perfluorobutane c4F10
HBFC-22B-1 Bromodifluoromethane CHF2Br
Dichlorotrifluoroethane HCFC-123 (4. 75 %)
CHCI2CF2
HCFC Blend A Chlorodifluoromethane HCFC-22 (82%)
CHCIF2
Chlorotetrafluoroethane HCFC-124 ( 9. 5%)
CHCIFCF3
lsopropenyl-1-methylcyclohexene 3. 75 %)
HCFC-124 Chlorotetrafluoroethane CHCIFCFa
HFC-125 Pentafluoroethane CHF2CF3
HFC 227 ea
HFC-227 H t3fl
Hept3fluoropropane CF3CHFCF3

HFC-23 Triflouromethane CHF3


N2
IG-541 Nitrogen (52%) Argon (40%) Carbondioxide (8%) Ar
C02

1
syahbardia file 15042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Jenis-jenis media pemadam kebakaran clean agent seperti dalam-
daftar tabel 3 yang telah direkomendasikan sebagai alternatif pengganti
halon 1211 dan halon 1301. Bila dilihat dari unsur kimia yang terkandung
pada semua jenis bahan diatas masih menunjukan adanya unsur bahan
halogen, yang patut dicurigai adanya efek racun (toxic) yang dapat
membahayakan. Karena itu pertimbangan utama adalah faktor toxic dan
lebih lanjut adalah kinerjanya.
8.Analisis penerapan clean agent sebagai alaternatif pengganti halon
1301
8.1. Faktor bahaya keracunan
Dalam Standar NFPA 2001 diinformasikan adanya efek bahaya
dalam tingkat konsentrasi tertentu pada setiap jenis media clean agent

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
tersebut seperti dalam daftar label 4. Memperkalikan dan membandingkan
angka-angka dalam daftar tabel 4, terdapat 2 jenis media pemadam yang
menunjukan doses consentrasi (LC 50) yang dinilai paling aman
dib di k dengan
dibandingkan d yang lainnya
l i yaitu
it : FC-3-1
FC 3 1 -10
10 dan
d HFC-227
HFC 227 ea
TABEL 4 TOXICITY INFORMATION (Dikutip dari NFPA 2001)
Clean agent LC 50 NOAEL LOAEL
FC-3-1-10 > 80.0 % 40.0 % >40.0%
HBFC-22B-1 10.8% 2.0 % 3.9 %
HCFC Blend A 64,0% 10% > 10,0%
HCFC-124 23-29 % 1.0% 2.5 %
HFC-125 >70.0 % 7.5 % 10.0 %
HFC-227 ea >80.0 % 9.0 % 10.5 %
HFC-23 > 65.0 % 50 0 % > 50 0 %
IG-541 N/A 43.0 % 7.5 %
Halon 1301 >80.0 % 5.0 % 5.0 %

Keterangan:
LC 50 : Concentration lethal 50 % tikus percobaan mati dalam 4 jam

2
syahbardia file 15042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
NOAEL: No Obser.able Adverse Effect Level
LOAEL: Lowest Observable Adverse Effect Level
Bila membandingkan angka level effect HFC-227ea dengan
konsentrasi 9% telah teramati adanya pengaruh secara psikolois, lebih
rendah dibandingkan FC-3-1-10 dimana berpengaruh psikologis mulai
teramati setelah lebih dari 40 %, maka FC-3-1-10 adalah yang dipilih.
8.2. Tingkat kinerja
Prinsip penerapan media clean agent adalah berdasarkan prinsip
persamaan keseimbangan reaksi kimia. Suatu proses reaksi kimia akan
sempurna apabila terpenuhi proses keseimbangan reaksinya.
Data percobaan tingkat kinerja media clean agent seperti yang
dipublikasikan dalam NFPA 2001 seperti dalam daftar tabel 5 dan tabel 6

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Tabel 5
DATA HASIL UJI COBA TERHADAP HEPTANE FLAME TOTAL
FLOODING QUANTITY (W/V: Ib/cu ft)
(Dikutip dari NFPA 2001)

MEDIA INVESTIGATOR
NRL 3M NMERI FERVA L GLCC ANSUL
FC-3-1-10 5.2 5.9 5.0 5.5 - -
HFC 124 - - - 6.4 - -
HFC 227ea 6.6 - 6.3 5.8 5.9 -
HBFC 22B1 4.1 - 4.4 3.9 3.9 -
HFC 23 12 - 12.6 12 12.7 -
HFC-125 9 - 9.4 8.1 - -
IG 541 - - - - - 29.1
HALON 1301 3.1 3.9 2.9 3 3.5 -

3
syahbardia file 15042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
KETERANGAN
NRL : NAVAL RESEARCH LABORATORY
NMERI: NEW MEXICO ENGINEERING RESEARCH INSTITUTE I
GLCC : GREAT LAKES CHEMICAL COMPANY
Tabel 6 DATA HASH UJI COBA INERTING CONCENTRATION (VA/: %)
(Dikutip dari NFPA 2001)
MEDIA VOLUME % INERTING
I- BUTANE METHANE PROPANE
FC-3-1-10 6.7 10.3
HFC 124 - - -
HFC 227ea 11.3 - -
HBFC 22B1 - - 11.3
HFC 23 - 20.2 20.2
HFC-125 - 14.7 15.7
IG 541 - 43.0 49.0
HALON 13C1 6.7 - 7.7

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Berdasarkan data sifat bahaya yang ada, tingkat efektifitas
kinerjanya baik berdasarkan konsentrasi inerting (V/V), konsentrasi total
flooding seperti pada daftar tabel 4, tabel 5 dan tabel 6, maka dapat
disimpulkan jenis media alternatif pengganti halon 1301 yang edial adalah
FC-3-1-10
9. Klasifikasi hunian
Faktor faktor yang mempengaruhi sifat dan gejala kebakaran dan
tingkat resiko bahaya antara lain dipengaruhi oleh faktor faktor antara lain:
1. Peruntukan bangunan / Jenis kegiatan
2. Jenis konstruksi bangunan
3. Bahan bahan yang disimpan, diolah atau dikerjakan
4. Karakteristik penghuni

4
syahbardia file 15042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
□ Alarm audible atau visible (Signal output))

Gambar 10
Diagram sistem instalasi alarm kebakaran otomatik
Penjelasan :
•Detektor, adalah alat untuk memdeteksi kebakaran secara otomatik,

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Tabel. 7
Physical properties of Clean Halocarbon Agent
(Dikutip dari NFPA 2001)
UNITS FC-3-1-10 HFC- 125 HFC- HFC-23
227EA
Molecular Weight N/A 238.03 120.02 170.03 70.01
Boiling Point {760 mm Hg) UF 28.4 -55.3 2.6 -115.7
Freeing Point UF -198.8 -153 -204 -247.4
Critical Temperature UF 235.8 150.8 215.0 78.6
Critical Pressure Psia 337 521 422 701
jj Critical Volume Ft3/lbm 0.0250 0.0281 0.0258 0.0305
| Critical Density Lbm/ft3 39.30 35.68 38.76 32.78
Specific heat liq id @77u F
heat, liquid. BTU/lb UF 0 25
0.25 0 301
0.301 0 2831
0.2831 0 370
0.370
Specific heat, vapor. @ Constant BTU/lb UF 0.192 0.191 0.1932 0.176
pressure 1 atm 77° F
Heat of Vaporization At Boiling point BTU/lb 41.4 70.8 . 57.0 103.0
Thermal conductivity Of liquid @ 77° F BTU/h ft °F 0.0310 0.0376 0.040 0.0450
Velocity liquid @77uF Lb/ft hr 0.783 0.351 0.547 0.201 |
Vapor pressure (70UF) (psig) Psi 42.0 199 66.4 686.0

5
syahbardia file 15042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
5. Lingkungan
Atas dasar pertimbangan faktor-faktor tersebut diatas, tingkat resiko
bahaya kebakaran dapat dikelompokan atau diklasifikasikan berdasarkan
j i hunian.Perimbangan
jenis h i P i b d l
dalam perencanaan penerapan sistem
i t proteksi
t k i
kebakaran didasarkan atas klasifikasi resiko bahaya kebakaran jenis hunian
yang akan dilindungi.
Klasifikasi hunian atau jenis usaha ditinjau dari resiko bahaya kebakaran
dibagi dalam tingkatan kategori sebagai berikut:
H i bahaya
Hunian b h k b k
kebakaran ringan
i
- Hunian bahaya kebakaran sedang, (Kategori I, II dan III)
- Hunian bahaya kebakaran berat
Jenis-jenis hunian menururut klasifikasi tersebut diatas lihat dalam lampiran
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No Kep 186/Men/1S99.

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
E.SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
I. Konsep sistem proteksi kebakaran
Penerapan sistem proteksi kebakaran atau sumber daya yang
di
direncanakan
k untuk
t k mengantisipasi
ti i i bahaya
b h k b k
kebakaran, yang harus
h
direncanakan sesuai dengan tingkat resiko bahaya pada hunian
yang bersangkutan. Pada bagian diatas telah difahami pengertian
klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran.
Perencanaan sistem proteksi kebakaran yang direncanakan ada 3
sistem
i t strategi
t t i yaitu
it :
• Sarana proteksi kebakaran aktif yaitu berupa alat atau
instalasi yang dipersiapkan untuk mendeteksi dan
memadamkan kebakaran seperti sistem deteksi dan alarm,
APAR, hydrant, springkler, house rell, dll.

6
syahbardia file 15042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
• Sarana proteksi kebakaran pasif yaitu berupa alat, sarana atau
metoda mengendalikan penyebaran asap panas dan gas berbahaya
bila terjadi kebakaran seperti sistem kompartementasi, treatment
atau
t clotting
l tti fi
fire retardant,
t d t sarana pengendalian
d li asap (smoke
( k
control system), sarana evakuasi, sistem pengendali asap dan api
(smoke damper, fire damper, fire stopping), alat bantu evakuasi dan
rescue dll
* Fire safety manajemen

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
2.Sistem deteksi dan alarm kebakaran
Strategi yang pertama dalam menghadapi bahaya kebakaran adalah
berpacu dengan waktu, - api yang masih awal lebih mudah
di d k dibandingkan
dipadamkan dib di k yang telah
t l h lama
l t b k karena
terbakar- k it perlu
itu l
adanya sistem pendeteksian dini dan sistem tanda bahaya serta
sistem komunikasi darurat
Ketentuan yang mewajibkan adanya sistem deteksi dan alarm
antara lain disebutkan dalam peraturan khusus EE, peraturan
kh
khusus K dan
d K
Kepmenaker
k N
No. 186/
186/men/199,
/199 secara umum
menyebutkan sbb.::

Harus diadakan penjagaan terus menerus selama 24 jam termasuk


hari libur, sehingga apabila terjadi kebakaran dapat segera diatasi.

7
syahbardia file 15042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Dengan perkembangan teknologi, peran penjagaan tempat kerja
dapat digantikan dengan memasang sistem instalasi deteksi dan
alarm kebakaran otomatik. Apabila instaiasi alarm kebakaran.
otomatik
t tik mengambil
bil alih
lih peran tersebut,
t b t maka
k untuk
t k menjamin
j i
kehandalan sistem tersebut diharuskan mengikuti ketentuan yang
diatur dalan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 02/Men/1983.
Klasifikasi sistem alarm
■ Manual
■ Ot
Otomatik
tik (semi
( i addressable
dd bl atau
t fully
f ll addressable)
dd bl )
■ Otomatik integrated system, (deteksi, alarm dan pemadam)
Komponen sistem alarm kebakaran otomatik terdiri dari::
□ Detektor dan tombol manual (input signal)
□ Panel indikator kebakaran (Sistem control)

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
yang dapat dipilih tipe yang sesuai dengan karakteristik
ruangan, diharapkan dapat mendeteksi secara cepat akurat
dan tidak memberikan informasi palsu.
J i jenis
Jenis j i detektor
d t kt berdasarkan
b d k cara kerjanya
k j antara
t l i :
lain
• Detektor panas, (tipe suhu tetap dan tipe kenaikan
suhu)
• Detektor asap, (tipe foto elektrik dan ionisasi)
• Detektor nyala, (tipe ultra violet dan imfra merah)
D t kt dipasang
Detektor di dit
ditempat
t yang tepat
t t sehingga
hi memiliki
iliki
jarak jangkauan penginderaan yang efektif sesuai
spesifikasinya.
•Tombol manual, adalah alat yang dapat dioperasikan secara manual yang
dilindungi dengan kaca, yang dapat diaktifkan secara manual

8
syahbardia file 15042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
yang dilindungi dengan kaca, yang dapat diaktifkan secara manual
dengan memecahkan kaca terlebih dahulu, apabila ada yang
melihat kebakaran tetapi detektor otomatik belum bekerja.
• Panel
P k d li adalah
l kendali, d l h pusatt pengendali
d li sistem
i t d t k i dan
deteksi d alarm,
l yang
dapat mengindikasi status standby normal, mengindikasi signal input
dari detektor maupun tombol manual dan mengaktifkan alarm tanda
kebakaran. Pada panel kendali dapat diketahui aiamat atau lokasi
datangnya panggilan detektor yang aktif atau tombol manual yang
di ktifk
diaktifkan.
•Signal alarm, adalah indikasi adanya bahaya kebakaran yang dapat
didengar (audible alarm) berupa bell berdering, sirene, atau yang
dapat dilihat (visible alarm) berupa lampu.
• Sistem instalasi alarm kebakaran otomatik, dapat diintegrasikan dengan

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
peralatan yang ada di dalam bangunan yang bersangkutan antara
lain dengan Lift, AC, pressurized fan, indikator aliran sistem
springkler dll.
P
Persyaratan
t sesuaii Peraturan
P t M t i Tenaga
Menteri T K j No
Kerja N 02/Men/1983.
02/M /1983
• Sistem alarm kebakaran otomatik Pengendalian administratif
harus ada gambar yang disyahkan dan memiliki akte pengawasan
• Harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian secara teratur Setiap
kejadian harus dicatat dalam fog book;
• Si t
Sistem d t k i alarm
deteksi, l d pemadam
dan d i t
integrated,
t d harus
h memiliki
iliki ijin
iji

9
syahbardia file 15042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
3. Alat pemadam api ringan
Referensi Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
Per 04/Men/1980
Al t pemadam
Alat d apii ringan,
i di
direncanakan
k untuk
t k memadamkan
d k apii
pada awal kebakaran. Desain konstruksinya dapat dijinjing dan
mudah dioperasikan oleh satu orang.
Syarat pemasangan pemasangan alat pemadam api ringan
□ Ditempat yang mudah dilihat dan mudah dijangkau, mudah
di bii (tidak
diambii (tid k diikat
diik t matiti atau
t digembok).
di b k)
□ Jarak jangkauan maksimum 15 m
□ Tinggi pemasangan maksimum 125 cm
□ Jenis media dan ukurannya harus sesuai dengan klasifikasi
kebakaran dan beban api

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
□ Secara berkala harus diperiksa,
□ Media pemadam harus diisi ulang sesuai batas waktu yang
ditentukan
□ K k t
Kekuatan k
konstruksi
t k i tabung
t b h
harus di ji padat
diuji d t dengan
d air
i
sesuai ketentuan.
Jenis-jenis media pemadam telah dibahas pada bagian sebelumnya.
Setiap jenis alat pemadam api ringan memiliki daya kemampuan untuk
memadamkan api jenis dan ukuran tertentu. Untuk menilai kemampuan
pemadaman
d dil k k
dilakukan pengujian
ji secara laboralatoris
l b l t i dengan
d mengacu
Standar pengujian Klasifikasi dan rating.
Pengujian rating A, digunakan standar uji kayu dengan kubikasi
tertentu. Hasil pengujian klas A dinyatakan dengan notasi : 1A, 2A, 3A, 4A,
6A,10A, 20A dan 40 A. Nilai 1 A setara dengan 5 liter air, 2A setara dengan

10
syahbardia file 15042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Seterusnya. Pengujian rating B, digunakan standar uji cairan dengan
ukuran luasan tertentu. Hasil pengujian klas B dinyatakan dengan notasi :
1B, 2B, 3B, 4B, 6B, 10B, 20B dan 40B. Nilai 1 B dengan ukuran luas bujur
sangkar
k 475 mm x 475 mm. Nialai
Ni l i 2B,
2B 3B seterusnya
t adalah
d l h perkalian
k li dari
d i
luasan 1A.
Pengujian rating C, adalah pengujian konduktivitas listrik dengan
standar uji disemprotkan pada sasaran yang bertegangan 10.000 Volt
dengan jarak 10 mm tidak terindikasi adanya arus Iistrik. Pada pengujian
kl C tidak
klas tid k diberikan
dib ik angka
k rating.
ti
Tidak semua tabung Alat pemadam api ringan, dilengkapi dengan
label klasifikasi ratingnya. Karena itu dapat menggunakan petunjuk daftar
perkiraan kemampuannya seperti pada tabel..
Seorang pegawai pengawas dituntut memiliki kemampuan untuk

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
menentukan jenis dan ukuran APAR setelah mempertimbangkan keadaan
setempat.

C t t khusus.
Catatan kh
Hal yang harus anda perhatikan adalah jenis, dan tipe
konstruksinya, yaitu: tipe stored pressure atau tipe gas cartridge.
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No Per
04/Men/1980 terdapat petunjuk pemeriksaan dan pengujian yang
d
dapat
t menyesatkan,
tk yaitu
it tidak
tid k semua jenis
j i APAR dapat
d t diperiksa
di ik
dengan membuka tutup kepalanya. Yang dapat dilakukan dengan
cara ini adalah jenis tabung tipe gas cartridge.

11
syahbardia file 15042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
3) Hydrant
Hydrant adalah instalasi pemadam kebakaran yang dipasang
permanen berupa jaringan perpipaan berisi air bertekanan terus menerus
yang siap
i untuk
t k memadamkan
d k kebakaran.
k b k
Kornponen utama sistem hydrant terdiri dari:
□ Persediaan air yang cukup;
□ Sistem pompa yang handal, pada umumnya terdiri 3 macam pompa
yaitu : Pompa jockey, Pompa utama dan Pompa cadangan;
□ Si
Siamese connection
ti atau
t sambungan
b untuk
t k mensupiai
i i air
i dari
d i mobil
bil
kebakaran;
□ Jaringan pipa yang cukup
□ Slang dan nozle yang cukup melindungi seluruh bangunan

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN

Gambar 11
Skematik instalasi Hydran

12
syahbardia file 15042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Perencanaan instaiasi hydrant harus memenuhi ketentuan standar
yang berlaku dan perhitungsn hydroiik kebuiunan debit air dan tekanan ideal
sesuai klasifikasi bahaya pada bangunan atau obyek yang dilindungi.
B b
Beberapa k it i dasar
kriteria d untuk
t k perencanaan hydrant
h d t antara
t l i sbb.:
lain bb

Kriteria Klasifikasi sistem hydrant

Klas I Klas II Klas III


Debit air minimal 500 US 500 US GPM 500 US GPM
GPM
Tekanan pada 4,5 - 7 4,5 - 7 kg/Cm2 4,5 - 7 kg/Cm2
nosel terjauh kg/Cm2
Ukuran slang 1 1/2 2 1/2 Inc 1 1/2 dan 2 1/2 Inc
inc
Persediaan air 45 60 menit 90 menit
menit

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Standar persyaratan penempatan titik hydrant adalah didasarkan
klasifikasi resiko bahaya jenis hunian.

Resiko ringan Luas 1000 - 2000 m2, 2 titik hidrant, dan


tambahan 1 titik setiap 1000 m2
Resiko sedang Luas 800 - 1600 m2, 2 titik hidrant, dan
tambahan 1 titik setiap 800 m2
Resiko berat Luas 600 - 1200 m2, 2 titik hidrant, dan
tambahan 1 titik setiap 600 m2

Untuk menjamin kesesuaian terhadap ketentuan dan persyaratan teknis,


setiap perencanaan dan pemasangan instalasi hydrant dikendalikan secara
administratif melalui pemeriksaan, pengujian dan pengesahan

13
syahbardia file 15042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
4) Springkler
Pengertian Springkler - adalah instalasi pemadam kebakaran yang
dipasang secara permanen untuk melindungi bangunan dari bahaya
kebakaran yang akan bekerja secara otomatik memancarkan air,
air apabila
(nosel / pemancar/kepala springkler) terkena panas pada temperatur
tertentu. Dasar perencanaan sistem springkler berbasis pada jumlah air
yang dipancarkan oleh kepala springkler mampu menyerap kalor yang
dihasilkan dari bahan yang terbakar, dengan mengacu pada standar klasifik
asi hunian.
hunian
Klasifikasi hunian: -Ringan
-Sedang I, II, III,
-Berat
-Khusus

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Variabel : -Peruntukan bangunan
-Jumlah dan sifat penghuni
-Konstruksi bangunan
-Fiammability
Fi bilit dan
d Quantity
Q tit Material
M t i l (Fire
(Fi loads)
l d )
Standard desain : Ukuran kepala springkler dan Kepadatan pancaran
Komponen utama sistem springkler seperti pada gambar .. Terdiri dari::
□ Persediaan air
□ Pompa
□ Si
Siamese connection
ti
□ Jaringan pipa
□ Kepala springkler

14
syahbardia file 15042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN

High zone
Medium Zone
Low zone

RESERVOAR
29
Gambar 12 :Diagram sistem springkler

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Klasifikasi kepala springkler
Standar ukuran kepala springkler sesuai klasifikasi hunian:
●Ringan : 10 mm-3/8 in
●Sedang:
S d 15 mm-1/2
1/2 in
i
●Ringan : 20 mm-132 in

Standar Kode warna dan temperatur kerja kepala springkler:


Jingga 530C Merah 680C
K i
Kuning 790C Hij
Hijau 930C
Biru 1410C Ungu 1820C
Hitam 201 – 260 0C

15
syahbardia file 15042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN

53o C 141o C

182o C
68o C

79o C 182o C

Gambar13 Kepala springkler


Syarat teknis perencanaan instalasi springkler berpedoman pada
perhitungan hydrolik kebutuhan tekanan dan debit air (kepadatan pancaran)
sesuai klasifikasi bahaya pada bangunan atau obyek yang dilindungi.

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Tekanan kerja maka pada kepala springkler 10 kg/cm2 dan minimal 0,9 -
2,2 kg/cm2
Gambar 13: Kepala springkler

Kapasitas aliran ( Q : gpm)


Tekanan (Psi)
3/8” ½” 17/32”
10 9 18 25
15 11 22 32
20 13 25 5
25,5 36
25 14,5 28,5 40
35 17 34 47
50 20 40 56,5
75 25 49,5 69
100 28,5 57 80
Perhitungan hydrolik Kepadatan pancaran

16
syahbardia file 15042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN

Gambar 14 :Desaian pancaran springkler

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Sarana evakuasi
Evakuasi - adatah usaha menyelamatkan diri sendiri dari tempat
berbahaya menuju ketempat yang aman.
S
Sarana evakuasi
k i - adalah
d l h sarana dalam
d l b t k konstruksi
bentuk k t k i dari
d i
bagian bangunan yang dirancang aman sementara ( minimal 1jam) untuk
jalan menyelamatkan diri bila terjadi kebakaran bagi seluruh penghuni
didalamnya tanpa dibantu orang lain

K t t
Ketentuan h k
hukum (P
(Peraturan
t kh
khusus EE)
Setiap tempat kerja harus tersedia jalan selain pintu keluar-masuk
utama untuk menyelamatkan diri bila terjadi kebakaran. Pintu tersebut harus
membuka keluar dan tidak boleh dikunci
Petunjuk arah evakuasi harus terlihat jelas pada waktu keadaan gelap.

17
syahbardia file 15042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
■ Perhitungan teknis

□ Percobaan rate of flow 40 orang/menit

□ Standar waktu evakuasi 2, 2 , ½, 3 menit sesuai klasifikasi bahaya

ringan, sedang, berat

□ Lebar Unit Exit 21 inchi

■ Berapa unit exit yang dibutuhkan untuk mengevakuasi orang sebanyak

350 orang dalam waktu 2 ½ menit

Jumlah orang dibagi 40 kaii 2 1/2menit

350/40 x 2 1/2 = 3 1/2 Unit exit

Bila hasiinya pecahan harus dibulatkan keatas, seperti pada contoh

diatas harus dibulatkan menjadi 4 unit exit

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
■Untuk menjamin keamanan minimal 1 jam maka konstruksinya harus
dirancang tahan api dan dilengkapi sarana pengendalian asap dengan
tekanan udara positif (pressurized fan)

6).Kompartementasi
■ Metoda pengaturan tata ruang untuk menghambat penjalaran kebakaran
ke bagian lain. Metoda dapat menerapkan jarak tertentu atau dengan
dinding pembatas dan mengatur posisi bukaan tidak saling berhadapan
Ref Peraturan khusus EE dan K
Ref.
Tempat kerja harus dibagi menurut jenis dan sifat pekerjaannya.
Daerah untuk menyimpan atau mengolah bahan yang dapat
meledak atau terbakar harus terpisah dengan ruangan yang
menggunakan alat yang dapat menirnbuikan sumber panas.

18
syahbardia file 15042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Jarak aman harus diperhitungkan agar apabila terjadi kebakaran
tidak mudah merambat ketempat lain.
Bukaan antara bangunan agar tidak saling berhadapan.
Sistem kompartemenisasi juga dapat dengan cara dibatasi dengan
tembok yang tahan api.

7).Sistem pengendalian asap dan panas


Asap dan gas pada waktu kejadian kebakaran adalah saiah satu
produk kebakaran yang sangat membahayakan bagi manusia
manusia.
Kecenderungan asap dan gas akan menyebar keatas, karena itu terutama
pada gedung bertingkat harus direncanakan sedemikian rupa. Jalur atau
bukaan vertikal merupakan cerobong asap, karena itu harus ada sistem
mekanik yang dapat mengendalikan asap dan gas.

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Pada bangunan gedung dengan sistem AC sentral, apabila terjadi
kebakaran akan menyebarkan asap keseluruh ruangan. Karena itu harus
ada sistem deteksi asap yang dapat mengontrol mekanik penutup asap
(smoke damper) dan atau mematikan AC sentral

8).Pressurized fan
Pada ruangan atau pada bagian proses yang terdapat emisi gas
atau uap dapat terbakar, perlu adanya sistem mekanik pressurized fan
untuk memecah konsentrasi uap berada dibawah flammable range,
penyalaan.

19
syahbardia file 15042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN

Gambar15 Sistem pressurized fan

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
9).Tempat penimbunan Bahan cair atau gas mudah terbakar
Tempat (tanki) penimbunan bahan cair yang mudah terbakar harus
ditempatkan diluar bangunan dengan jarak tertentu dari bangunan di
sekitarnya. Tangki penimbunan di atas tanah harus dilindungi dengan
tanggul di sekelilingnya untuk membatasi meluasnya cairan bahan mudah
terbakar tersebut apabila terjadi kebocoran.
Persyaratan kapasitas pelindung untuk melindungi 1 tangki min.
mampu menampung 80% dari kapasitas tangki, apabila 2 tangki min. 60 %
dan bila lebih dari 3 tangki min. 40 %. (seperti gambar)
Persediaan bahan bakar cadangan didalam ruangan harus dibatasi
maksima! 20 liter dengan tempat yang tidak mudah terbakar dan ditutup.
Tempat (tanki) penimbunan bahan gas yang mudah menyala harus
ditempatkan diluar bangunan dengan jarak tertentu dari bangunan disekitar-

20
syahbardia file 15042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN

nya. Tangki penimbunan di atas tanah harus dilindungi dengan water spray
sistem yang dapat bekerja otomatik untuk membatasi meningkatnya suhu
yang dapat menyebabkan tangki meledak.

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Water spray sistem bukan ditujukan untuk memadamkan api, tetapi
untuk mendinginkan tangki agar tidak meledak karena peningkatan tekanan
akibat paparan panas dari luar.
Kasus ledakan tangki gas cair yang mendidih mengalami dua
kejadian ledakan. Ledakan pertama adalah secara fisika karena dinding
tabung tidak mampu menahan tekanan. Ledakan yang kedua adalah secara
kimia oksidasi eksotermal. Kasus ini dikenal dengan istilah BLEVE yaitu
Boiling Liquid Expanding Vapor Explosion . seperti ilustrasi pada gambar
dibawah

21
syahbardia file 15042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
BLEVE
(Boiling Liquid Expanding
Vapor
p Explosion)
p )

peledakan tangki gas cair


yang mendidih akibat paparan panas

PAPARAN TANKI BAHAN BAKAR


PANAS GAS CAIR

Gambar17: Ilustrasi ledakan


tangki bahan bakar

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
WATER SPRAY SYSTEM
GAS
CONTROL DETEKTOR
PANEL

GAS CAIR
MUDAH TERBAKAR
ACTUATOR

Gambar 18 :Proteksi tangki gas

22
syahbardia file 15042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
F. MANAGEMEN PENANGGULANGAN KEBAKARAN
1.Konsep Managemen Penanggulanagn Kebakaran
Konsep manajemen penangguiangan kebakaran berdasarkan
pendekatan
d k t t k ik dengan
teknik d mencermatiti fenomena
f k b k
kebakaran, adalah
d l h
mencakup semua aktifitas dari prakondisi sampai dengan pasca kejadian.

PRE FIRE CONTROL


-Identifikasi potensi bahaya kebakaran
-Identifikasi
Id tifik i tingkat
ti k t ancaman bahaya
b h k b k
kebakaran
-Identifikasi skenario
-Perencanaan tanggap darurat
-Perencanaan system proteksi kebakaran
-Pelatihan

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
IN CASE FIRE CONTROL
-Deteksi
-Alarm
-Padamkan
P d k
-Lokalisir
-Evakuasi
-Rescue
-Amankan

POST FIRE CONTROL


Setiap terjadi kebakaran baik besar maupun kecil, termasuk hampir
terbakar harus dilakukan langkah

23
syahbardia file 15042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
INVESTIGASI Æ ANALISIS Æ REKOMENDASI Æ
REHABILITASI
Penerapan mariajemen K3 Pendekatan
- Pendekatan Hukum : K3 merupakan ketentuan perundangan yang
bersifat wajib.
- Pendekatan Ekonomi: K3 mencegah kerugian dan meningkatkan
produktivitas
- Pendekatan Kemanusiaan :Kecelakaan menimbulkan penderitaan
bagi korban dan K3 melindungi pekerja dan masyarakat
2. Rujukan
- Undang-undang No 1 Th 1970 tentang Keselamatan Kerja
- Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per G4/Men/1987 Tentang
P2K3

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
- Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 05/Men/1996 Tentang
SMK3
- Keputusan Menteri Tenaga Kerja No Kep 186/Men/1999 Tentang
U it Penanggulangan
Unit P l K b k
Kebakaran dit
ditempat
t kerja
k j

3.Untuk menangani masalah K3 penanggulangan kebakaran diperlukan


adanya petugas, atau unit organisasi yang bertanggung jawab
terhadap usaha pencegahan kebakaran, pemeliharaan sistem
proteksi
t k i kebakaran
k b k d melakukan
dan l k k usaha
h pemadaman
d pertolongan
t l
koran dan penyelamatan harta berada apabiia terjadi kebakaran.
4.Tempat kerja yang berpotensi bahaya kebakaran tinggi mutlak diperlukan
adanya unit khusus yang mengelola masalah kebakaran secara
manajerial (Fire safety manajemen)

24
syahbardia file 15042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
G. SISTEM TANGGAP DARURAT
Keadaan darurat adalah situasi/kondisi/kejadian yang tidak normal,
beberapa cirinya adalah :
-Terjadi
T j di tiba-tiba
tib tib
-Mengganggu kegiatan/organisasi/komunitas
-Perlu segera ditanggulangi karena keadaan darurat dapat berubah
menjadi bencana (disaster) yang mengakibatkan banyak korban
atau kerusakan

Jenis-jenis keadaan darurat


-Natural hazard (Bencana Alamiah)
-Banjir
-Kekeringan

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
-Angin topan
-Gempa
-Petir

Technological Hazard (KegagalanTeknis)


-Pemadaman listrik
-Bendungan bobol
-Kebocoran nuklir
-Peristiwa
P i ti K b k
Kebakaran/ledakan
/l d k
-Kecelakaan kerja/lalulintas
Huru hara
-Perang
-Kerusuhan Keadaan darurat

25
syahbardia file 15042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Keadaan Darurat kebakaran
Situasi dalam kejadian kebakaran pada suatu bangunan akan
melibatkan semua orang yang ada didalam bagunan yang terbakar, semua
orang merasa terancam
t d l
dalam b h
bahaya d
dan i i menyelamatkan
ingin l tk di i
diri
masing- masing. Ada kalanya yang sudah keluar ditempat yang aman
masih ada kemungkinan masuk kembali. Apabila ada orang asing (tamu/
pengunjung) mereka lebih tidak familier dengan lingkungan setempat.
Mengatasi situasi panik dapat difakukan dengan cara iatihan secara
t t
teratur. D l
Dalam pelaksanaan
l k I tih
Iatihan h
harus ada
d skenario
k i yang baku
b k dan
d
diulang ulang.
Sistem tanggap darurat penanggulangan kebakaran tertuang dalam
buku panduan yang berisikan siapa berbuat apa.

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Penyusunan FEP harus dikerjakan oleh tim yang melibatkan semua unsur
manajemen, tetapi tidak terlalu banyak orang dan muatan FEP harus
memuat uraian lengkap terintegrasi dalam manajemen secara menyeluruh
T h
Tahapan perencanaan keadaan
k d d
darurat,
t sbb.
bb :
1. Identifikasi bahaya dan Penaksiran resiko
2. Penakaran sumber daya yang dimiliki
3. Tinjau ulang rencana yang telah ada
4. Tentukan tujuan dan lingkup
5
5. Pilih tipe
ti perencanaan yang akan
k dibuat
dib t
6.. Tentukan tugas-tugas dan tanggung jawab
7. Tentukan konsep operasi
8. Tulis dan perbaiki

26
syahbardia file 15042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Kerangka FEP.
1.Rencana dasar
• Pendahuluan
• Tujuan kebijakan dan dasar hukum
Tujuan,
• Ruang lingkup
• Konsep operasi darurat
• Organisasi dan uraian tugas
• Distribusi
2.Pencegahan
• Kebijakan K3 umum
• Kebijakan pencegahan kebakaran
• Tinjauan K3 umum
• Inspeksi/kontrol
• P2K3

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
3.Persiapan darurat
• Program pelatihan
• Pelaksanaan pelatihan
• Fasiiitas Pasokan dan Peralatan
Fasiiitas,
• Kerja sama
• Sistem informasi
4.Tanggap darurat
• Komunikasi darurat untuk tim inti
• Komunikasi darurat untuk umum
• Evakuasi
• Koordinasi dengan instansi terkait
5.Pemulihan
• Penjelasan umum
• Tim pemulihan

27
syahbardia file 15042021

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
• Investigasi
• Analisis
• Perhitungan Kerugian
• Rehabilitasi

H. PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN


(Ref. Instruksi Kepmenaker No. Inst 11/M/BW/1997)
Instruksi Kepmenaker No. Inst 11/M/BW/1997, memuat perintah
kepada jajaran pengawasan K3 penanggulangan kebakaran dengan
dilengkapi petunjuk teknis dan formulir contoh bentuk surat laporan
pemeriksaan pengujian serta bentuk pengesahannya.
Kegiatan secara teknis hanya dapat dilakukan oleh pegawai
pengawas spesialis, namun semua pegawai pengawas minimal mengetahui
prosedur secara administratifnya.

28
DASAR HUKUM PEMBINAAN KETENAGAKERJAAN
TERKAIT DGN Undang2 KESELAMATAN KERJA
SESUAI UU.13/2003 Psl 86 dan Psl 87

RL. K3 Mekanik
BAB II PASAL 2 huruf
h fa
Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas, peralatan atau
instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran, atau peledakan.
BAB III SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3

Dengan Peraturan Perundangan ditetapkan syarat2


K3 untuk:
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
f. Memberi alat-alat perlindungan dari pada
pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau
y
menyebar luasnya
y suhu,, kelembaban,, debu,,
kotoran asap,uap, gas, hembusan angin,cuaca,
sinar atau radiasi suara dan getaran:
m. Memperoleh keserasian antara tenaga
kerja,alat kerja lingkungan kerja dan proses
kerja 1
penutup area kerja

DASAR HUKUM PEMBINAAN


MEKANIK DAN PESAWAT ANGKAT ANGKUT

1.
1 UU No.
No 1 Tahun 1970
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja :
a). No. Per.04/Men/1985
b). No. Per.05/Men/1985
c). No. Per.09/Men/VII/2010
d). No. Per.08/Men/2010
e).
) No.
N Per.02/Men/1992
P 02/M /1992
f). No. Per.02/Men/1982
g). No. Per.04/Men/1995
Sistemttg
h). No. Per.03/Men/1988 (Wewenang Kanwil/Kandep ventilasi
perizinan pes. uap,BT, PA & A)
i) Keputusan Menteri No. Kep. 168/Men/2000 Mencabut Kep.1897/M/87
Pelimpahan wewenang penggunaan Pes uap,Lift dan ijin kerja
Tenaga asing di Tmpt Pariwisata. Menteri Pariwisata.
j. SKB Dirjen Hubla dan Binawas No. PP.72/3/1999-KEP.507/BW/1999

1
www.norma-k3.com

Pembinaan dan pengawasan


K3 Mekanik
• Menjamin keselamatan
kerja operator & orang
lain
• Menjamin penggunaan
perlatan mekanik aman
dioperasikan
• Menjamin proses
produksi aman dan
binaan
wasan

MEKANIK lancar
• Pesawat tenaga & Tujuan
produksi
dan pengaw
Obyek pemb

• Pesawat angkat &


Bagaimana
angkut
• Operator cara membina
dan • Konstruksi harus kuat
• Safety device terpasang
mengawasinya dan berfungsi baik
• Alat perlindungan
• Layak
L k operasii
• Riksa uji
• Perawatan dengan baik
• Pengoperasian sesuai
manual / SOP dan oleh
orang yang berwenang
• APD

www.norma-k3.com

SUMBER BAHAYA
PEMBINAAN DAN
PENGAWASAN

Pesawat Tenaga dan Produksi


• Penggerak mula
• Mesin perkakas
• Mesin produksi
• Dapur / Tanur Analisa
K3 MEKANIK Pesawat Angkat dan Angkut
• Peralatan angkat
Kecelakaan
• Pita transport
• Pesawat angkutan di atas
landasan dan permukaan
• Alat angkutan jalan ril • Terjungkit/terguling
Operator • Terjepit / terpotong
• Peledakan /
kebakaran
Potensi Bahaya • Tertimpa/ tertimbun
• Roboh
• Bagian bergerak • PAK
• Bagian yang mempunyai
peran
• Bagian yang menanggung Penanggulangan
beban dan Pencegahan
• Gas buang, suhu tinggi
• Kebisingan, debu
• Kemampuan/ ketrampilan

2
Hazard Pada Pek.Mekanik

“HAZARD”
Adalah kondisi yang berpotensi dapat
menjadi sumber penyebab
cidera/luka/kematian, kerusakan,
gangguan , atau kerugian

H
Hazard
d dapat
d b
berupa :
bahan, bagian mesin, bentuk energi,
1
K3 MEKANIKAL &
ELEKTRIKAL
metode kerja atau situasi kerja.
5

Tahap pertama dalam kegiatan manajemen risiko dimana


kita melakukan identifikasi bahaya yang terdapat dalam
suatu kegiatan atau proses.
proses.

Ada tiga pertanyaan yang dapat dipakai sebagai panduan


panduan;;

• Apakah ada sumber untuk menimbulkan cedera/loss


cedera/loss ?
• Target apa saja yang terkena
terkena//terpengaruh bahaya ?
• Bagaimana mekanisme cedera/loss
cedera/loss dapat timbul ?

3
Target yang mungkin terkena/
terkena/terpengaruh
sumber bahaya ;

• manusia
• produk

• peralatan
peralatan//fasilitas
• lingkungan

• proses

• reputasi

RUANG LINGKUP PENGAWASAN


K3 MEKANIK 04/M/1985

1. Sumber2 Bahaya
2 Syarat2 K3 Mekanik dan
2.
3. Teknik pemeriksaan pengujian

Pesawat Tenaga dan Produksi


1 Penggerak
1. P k mula
l
2. Perlengkapan transmisi
tenaga mekanik
3. Mesin produksi
4. Mesin perkakas kerja
5. Dapur

4
PENGERTIAN
PERLENGKAPAN TRANSMISI :
BAGIAN PERALATAN MESIN YANG
BERFUNGSI UNTUK MEMINDAHKAN
DAYA ATAU GERAKAN MEKANIK DARI
PENGGERAK MULA KE PS ATAU MESIN
LAINNYA

ANTARA LAIN :
PULI DENGAN BAN ATAU PITA, RODA GIGI
DENGAN RODA GIGI, BATANG BERULIR
DENGAN RODA GIGI, RANTAI DENGAN
RODA GIGI RODA-RODA GESEK,
RODA, GESEK POROS
TRANSMISI DAN BARANG SILINDER
HIDROLIS

DD PNK3

PENGERTIAN
• 3. Mesin Produksi ialah semua
mesin peralatan kerja yang digunakan
untukk menyiapkan,
i k membentuk
b k atau
membuat, merakit finishing, barang
atau produk teknis antara lain:
lain: mesin
pak dan bungkus, mesin jahit dan
rajut,
j mesin ppintal dan tenun.
tenun.

5
PENGERTIAN (lanjutan)
4.Mesin Perkakas Kerja suatu
pesawat atau alat untuk membentuk
suatu bahan, barang, produk teknis
dengan cara memotong, mengepres,
menarik atau menumbuk antara lain: lain:
mesin asah, poles dan pelicin, alat tuang
dan tempa, mesin pelubang, mesin pres,
pres,
mesin rol, mesin gergaji, mesin ayak
d
dan mesin
i pemisah,
i h mesin i gunting,
ti
mesin pengeping dan pembelah
pembelah..

PENGERTIAN (lanjutan)
5. Dapur ialah suatu pesawat yang
dengan cara pemanasan
digunakan untuk mengolah,
memperbaiki sifat, barang, atau
produk teknis, antara lain
lain:: dapur
tinggi, dapur
dapur--dapur baja,
convertor dan oven.
oven.

6
PENGERTIAN
Penggerak mula
Suatu pesawat yang mengubah suatu
energi menjadi tenaga kerja mekanik dan
di gunakan untuk menggerakan pesawat
atu mesin atara lain :
* Motor pembakaran luar
* Motor pembakaran dalam.
*T
Turbin
bi air
i
* Kincir angin

Motor bakar : suatu alat penghasil


tenaga melalui proses pembakaran
bahan bakar.

STUDY KASUS MEKANIK


Analisa Faktor penyebab
kecelakaan KERJA

4/21/2021 14

7
PERMENAKER No. 5 /M/1985
tentang PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT
PENGERTIAN (ps.1)
1 Pesawat angkat angkut ialah suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk
memindahkan, mengangkat muatan baik bahan atau barang atau orang secara
vertikal dan atau horizontal dalam jarak yang ditentukan.
ditentukan
2. Pesawat angkutan diatas landasan dan diatas permukaan ialah pesawat atau
alat yang digunakan untuk memindahkan muatan atau orang dengan
menggunakan kemudi baik didalam atau diluar pesawat dan bergerak diatas
suatu landasan maupun permukaan.
3
3. Pita transport ialah suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk memindahkan
muatan secara continue dengan menggunakan bantuan pita;
4. Peralatan angkat ialah alat yang dikonstruksi aau dibuat khusus untuk
mengangkat naik dan menurunkan muatan;
5. Alat angkutan jalan ril ialah suatu alat angkutan yang bergerak diatas jalan ril;
Jalan ril ialah jaringan ril dan perlengkapannya yang dipasang secara permanen
yang digunakan untuk jalan lokomotif, gerbong dan peralatan lainnya guna
mengangkut muatan.

PERMENAKER No. 5 /M/1985


tentang PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT
Ruang lingkup (psl 5 )
1. Peralatan Angkat
g
2. Pita transport
3. Pesawat angkutan diatas landasan dan
diatas permukaan
4.Alat angkutan jalan ril

PERSYARATAN OPERATOR
Setiap pesawat angkat dan angkut
harus dilayani oleh operator yang
mempunyai kemampuan dan telah
memiliki ketrampilan khusus tentang
Pesawat Angkat dan Angkut (ps. 4)

8
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 5

(1) Peraturan ini berlaku untuk perencanaan, pembuatan,


pemasangan, peredaran, pemakaian, perubahan, dan atau
perbaikan tehnis serta pemeliharaan pesawat angkat dan angkut
(2) Pesawat angkat dan angkut dimaksud ayat (1) adalah :

a. peralatan angkat;
b. pita transport;

c. pesawat angkut diatas landasan dan diatas permukaan;


d. alat angkut jalan ril.

Permenaker 05-1985 17

BAB III
PERALATAN ANGKAT ialah alat yang dikonstruksi atau dibuat
khusus untuk mengangkat naik dan menurunkan muatan;
Pasal 6
RUANG LINGKUP

Peralatan angkat antara lain adalah


lier, takel, pperalatan angkat
g listrik,
pesawat pneumatik, gondola, keran
angkat, keran magnit, keran
lokomotif, keran dinding dan keran
sumbu putar.

9
Contoh PERALATAN ANGKAT

K3 LIFT
SYSTEM PENGGERAK LIFT ;
1. LIFT HYDROLIK
2. LIFT TRACXY

JENIS JENIS LIFT ;

1. PASSENGER LIFT
2. SERVICE LIFT
3. CARGO LIFT ( SNI 1718 )

10
Ruang
Mesin

Pintu
Luar

Buffe
4/21/2021 r created by PNK3 21

PERALATAN ANGKAT

11
STUDY KASUS Coba analisa
faktor penyebab kecelakaan
pada pes.angkat & angkut

BAB IV PITA TRANSPORT


ialah suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk
memindahkan muatan secara continue dengan
menggunakank bantuan
b pita;
i
Pasal 75
Pita transport antara lain adalah : ekskalator, ban berjalan dan rantai
berjalan.
Pasal 76
(1) Kontruksi mekanis pita transport harus cukup kuat untuk
menunjang muatan yang telah ditetapkan baginya;
(2) Semua pita transport harus dibuat sedemikian rupa sehingga titik-
titik geser yang berbahaya antara bagian-bagian atau benda yang
pindah atau tetap ditiadakan dan atau dilindungi.

Permenaker 05-1985 dede.supriatna Drs 24

12
PITA TRANSPORT

ESCALATOR

26 4/21/2021 created by PNK3

13
A. Penyebab Kecelakaan
Karena Kerusakkan Eskalator
1. Kerusakkan Eskalator bisa
menyebabkan
a. Terjepit diantara 2 anak tangga.
b. Terjepit antara anak tangga dan
skirt guard.
c Terjepit antara anak tangga dengan
c.
plat landas.
d. Terjepit Celah Inlet Hand Rail.

27 4/21/2021 created by PNK3

B. Pencegahan.
• Pengahan kecelakaan
Karena Kerusakkan :
- Lakukan Pemerik-
saan harian.

28 4/21/2021 created by PNK3

14
Pemeriksaan Peralatan Pengaman

Beban nominal eskalator pada kecepatan 0.5 m/s atau 180 m/jam
dan sudut kemiringan 30°
Escalator
lebar step
Kapasitas teoritis
Beban/kapasitas nominal
% kapasitas teoritis
600 mm
800 mm
1000 mm
5100 P/j
6800 P/j
8160 P/j
0 0o
2040 orang/jam
a g/ja
3060 orang/jam
4080 orang/jam
40%
45%
50%

15
BAB V
PESAWAT ANGKUT DIATAS LANDASAN DAN DIATAS PERMUKAAN ialah
pesawat atau alat yang digunakan untuk memindahkan muatan atau orang dengan
menggunakan kemudi baik didalam atau diluar pesawat dan bergerak diatas suatu
landasan maupun permukaan.

BAB V
Pasal 98

Pesawat angkut diatas landasan dan diatas permukaan


antara lain adalah : truk, truk derek, traktor, gerobak,
forklift dan kereta gantung.
Pasal 99
Semua peralatan pelayanan pesawat angkutan diatas landasan dan
diatas permukaan harus dibuat sedemikian rupa sehingga mempunyai
keseragaman dalam fungsi, gerak dan warnanya.

Permenaker 05-1985 32

16
BAB VI
ALAT ANGKUTAN JALAN RIL
ialah suatu alat angkutan yang bergerak diatas jalan ril;
Jalan ril ialah jaringan ril dan perlengkapannya yang
di
dipasang secara permanen yang digunakan
di k untukk jalan
j l
lokomotif, gerbong dan peralatan lainnya guna mengangkut
muatan.
Pasal 116
Alat angkutan jalan ril antara lain adalah : lokomotif, gerbong dan lori.

Pasal 117
Bahan, kontruksi dan perlengkapan jalan ril harus cukup kuat, tidak
cacat dan memenuhi syarat.

Permenaker 05-1985 dede.supriatna Drs 33

RUANG LINGKUP
D. Alat angkut jalan riil (ps. 116)
- Lokomotif
- Gerbongg
- Lori

DD PNK3 34

17
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

1. Jenis Riksa dan Uji berdasarkan peraturan perundang


perundang--undangan
• Pemeriksaan dan pengujian dalam pembuatan
• Pemeriksaan dan pengujian pertama dalam pemakaian peralatan/
instalasi baru dan atau setelah selesai pemasangan
• Pemeriksaan dan pengujian berkala sesuai dengan peraturan
perundang--undangan yang berlaku
perundang
2.
2 Kriteria
K it i teknis
t k i jjenis
i riksa
ik d dan uji
ji (t
(tahapan)
h )
a. Pemeriksaan data/ verifikasi
• Data umum
• Data teknis
b. Pemeriksaan visual
• Pemeriksaan
P ik visual
i ld dengan menggunakank checklist
h kli
• Dimensi check
c. Pemeriksaan NDT
• Seluruh komponen utama atau komponen yang menerima beban
atau komponen yang diragukan kekuatannya / kemampuannya

www.norma-k3.com

d. Pengujian
• Dinamis (Running Test)
• Statis
e. Pemeriksaan setelah pengujian
f. Laporan
a. Bentuk 51 (pesawat angkat dan angkut)
b. Bentuk 54B (penggerak mula)
c. Bentuk 55B (mesin berbahaya)
d Bentuk 56B (dapur/ Tanur)
d.
Formulir tersebut di lengkapi dengan formulir/ chesklist dari hasil
riksa uji /NDT/NDE

3. Pelaksanaan riksa uji


• Ahli K3 Spesialis → PJIT / Perusahaan
• Peg.
P Pengawas
P i li → daerah
K3 Spesialis
S d h otonom setempat
4. Mekanisme pengesahan peralatan mekanik dan sertifikasi operator
dalam format Otoda

18
PROSEDUR PENGUJIAN
1. PENGUJIAN TANPA BEBAN
Contohnya : - Gerakan Boom Turun – Naik
g kanan – kiri
- Gerakan Swing
- Gerakan Hoist Utama naik – turun
- Gerakan Hoist Tambahan Naik – Turun

2. PENGUJIAN DENGAN BEBAN


a. Pengujian Statis
- Beban yang diangkat sebesar 110 % atau 125% dari kapasitas
maksimum.
ki
- Waktu pengujian selama 15 menit.
- Tinggi pengangkatan 25 cm dari landasan.
b. Pengujian Dinamis
- Beban yang diangkat sebesar 100%.
- Tahapan pengangkatan sebesar 25%, 50%, 75% dan 100%.
- Ketinggian angkat dan radius kerja disesuaikan dengan daftar
beban.
- Dioperasikan naik – turun dan bergerak swing kanan – kiri.

19
KASUS KECELAKAAN MOBILE CRANE

20
Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No. 09/Men/2010
Tentang
Kualifikasi dan Syarat
Syarat--syarat Operator dan Petugas Pesawat angkat
dan angkut

DASAR HUKUM

• UU No
No.. 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja

• Permen No.
No. 05
05/Men/
/Men/1985
1985
tentang Pesawat Angkat dan Angkut

21
RUANG LINGKUP BAB I Pasal 2

• Penggolongan Operator
• Syarat--syarat operator untuk masing
Syarat masing--
masing kelas
• Kewenangan operator dan Petugas
• Sertifikasi operator
• Kewajiban operator
• sanksi

BAB II
Pasal 5
• Kwalifikasi dan Syarat
Syarat--syarat operator //petugas
petugas
untuk masing
masing--masing kelas
• Operator PA&A
Pesawat angkat dan angkut harus dioperasikan
oleh operator pesawat angkat angkut yang
mempunyai lisensi K3 dan buku kerja sesuai
dengan jenis dan kualifikasinya
Pasal 6
Operator Peralatan angkat mempunyai
kualifikasi I , II dan III
P l9
Pasal
Operator Pesawat pita transport

22
BAB II

Pasal 12
Operator Pesawat angkutan diatas landasan dan
permukaan Operator Forklift /lift truk kualifikasi
I dan
d II
Pasal 16
Operator alat angkutan jalan rel Operator lokomotif dan
lori
Pasal 18
Petugas pesawat angkat dan angkut Riger dan teknisi

BAB III
Pasal 21
Tata cara memperoleh lisensi K3 dan buku kerja Operator atau petugas Pesawat angkat
dan angkut Pengusaha atau Pengurus mengajukan permohonan tertulis Ke Dirjen
Binwasnakertrans
BAB IV
Pasal 28
Operator Kls I Peralatan angkat mengoperasikan kap 100 T atau tinggi menara lebih
dari 60 meter dan tugas mengawasi,membimbing OPA Kls II dan III

Operator Kls II Peralatan angkat mengoperasikan kap>


kap> 25 s/d < 100 T atau tinggi
menara lebih 40 meter s/d 60 meter tugas mengawasi ,membimbing OPA kls III

Operator Kls III Peralatan angkat mengoperasikan kap < 25 T atau tinggi menara
kurang 40 meter

Pasal 30
Operator Kls I Pes.angkutan diatas landasan ( Forklift dan Lift Truk
Truk)) mengoperasikan
kap >15 dan tugas mengawasi membimbing OPA Kls II

Operator Kls II Pes.angkutan diatas landasan ( Forklift dan Lift Truk


Truk)) mengoperasikan
kap <15
Pasal 32
Juru ikat (Rigger) dan Teknisi mempunyai lisesnsi sebagai petugas

23
BAB V
Pasal 34
KEWAJIBAN OPERATOR DAN PETUGAS
BAB VI
P l 35
Pasal
PELAKSANAAN PEMBINAAN K3 OPA DAN PETUGAS PA & A
(1) Oleh Instansi yang lingkup tugas dan tanggung jawab dibidang
ketenagakerjaan Pemerintah Propinsi/Kab dan kota

Ol h PJK3 P
Oleh Pembinaan
bi mempunyaii SKP bberkoordinasi
k di i dengan
d
Instansi yang lingkup tugas dan tanggung jawab dibidang
ketenagakerjaan Pemerintah Propinsi/Kab dan kota

(2) Dalam Perusahaan akan melaksanakan pembinaan mandiri (in


house training) mengajukan permohonan Instansi yang lingkup
tugas dan tanggung jawab dibidang ketenagakerjaan
Pemerintah Propinsi/Kab dan kota

BAB VII
Pasal 36
PENGAWASAN OLEH PENGAWAS
KETENAGAKERJAAN
BAB VIII
Pasal 37
SANKSI
PENGUSAHA ATAU PENGURUS YG MEMPERKERJAKAN OPA
ATAU PETUGAS sesuai UU 1 1970 Ps 3 dan Psl 4
BAB IX
Pasal 38
ATURAN PERALIHAN
BAGI OPA YG TELAH MEMILIKI SIO SEBELUM BERLAKUNYA
PERMENAKER INI TETP BERLAKU SAMPAI DENGAN
JANGKA WAKTU LISENSI K3 BERAKHIRBAB IX
BAB X
Pasal 39
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 40
Ditetapkan berlakunya permenaker ini

24
SYAHBAR file4/28/2021

Disampaikan pada :

PELATIHAN K3 UNTUK CALON AHLI K3 UMUM

I. DASAR HUKUM

1. UNDANG-UNDANG UAP TAHUN 1930


2. PERATURAN UAP TAHUN 1930
3. UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESE-
LAMATAN DAN KESEHATAN KERJA.
4. PERMEN NAKER NO. 02/MEN/1982 TENTANG KLASIFI-
KASI JURU LAS.
5. PERMEN NAKER NO. 01/MEN/1988 TENTANG
KLASIFIKASI DAN SYARAT-SYARAT OPERATOR
PESAWAT UAP.

6. SE 01 /DJPPK/VI/2009 pembinaan petugas & operator

1
SYAHBAR file4/28/2021

UNDANG-UNDANG UAP 1930


PASAL 1
1. DALAM UNDANG-UNDANG INI YANG DIMAKSUD DENGAN
PESAWAT UAP IALAH KETEL UAP DAN ALAT-ALAT
LAINNYA YANG DENGAN PERATURAN PEMERINTAH
DITETAPKAN DEMIKIAN, LANGSUNG ATAU TIDAK
LANGSUNG BERHUBUNGAN (ATAU TERSAMBUNG)
DENGAN SUATU KETEL UAP DAN DIPERUNTUKKAN
BEKERJA DENGAN TEKANAN YANG LEBIH BESAR (TINGGI)
DARI PADA TEKANAN UDARA.

2. KETEL UAP IALAH SUATU PESAWAT, DIBUAT GUNA


MENGHASILKAN UAP YANG DIPERGUNAKAN DILUAR
PESAWATNYA.

2
SYAHBAR file4/28/2021

PASAL 4
◙ KETEL UAP TETAP IALAH : SEMUA
PESAWAT YANG DITEMBOK ATAU
DALAM TEMBOKAN.

◙ KETEL UAP BERPINDAH IALAH :


SEMUA PESAWAT-PESAWAT YANG
TIDAK DITEMBOK.

Ketel uap darat tembokan


horizontal

Ketel uap berpindah


6

3
SYAHBAR file4/28/2021

KETEL UAP MENURUT SELINDER (SUMBU)


A. KETEL UAP SELINDER TEGAK (Sumbu tegak)
B. KETEL UAP SELINDER MENDATAR (Sumbu mendatar)

VERTICAL PACKAGE BOILER TYPE “VW”


Steam Capacity : 100 kg/hr ~ 1000 kg/hr
Steam Pressure : 10 kg/cm2
Steam Temperature : Saturated

HORIZONTAL PACKAGE BOILER TYPE “FL”


Steam Capacity : 100 kg/hr ~ 10,000 kg/hr
Steam Pressure : 10 kg/cm2 ~ 15 kg/cm2
Steam Temperature : Saturated, Superheated

FIRE TUBE
PACKAGE BOILER

Design,
Manufacture & Installation
by INDOMARINE

4
SYAHBAR file4/28/2021

MENURUT KONSTRUKSI DAN ALIRAN PANAS :

A. KETEL UAP TANGKI/DRUM DILENGKAPI LORONG API

B. KETEL UAP MENGGUNAKAN ANAK KETEL

C. KETEL UAP DILENGKAPI LORONG API DAN PIPA API

D. KETEL UAP DILENGKAPI SATU ATAU DUA DRUM DAN


SEJUMLAH PIPA AIR ( KETEL PIPA AIR)

E. KETEL UAP YANG DILENGKAPI PIPA AIR DAN PIPA API


(KETEL UAP COMBI)

PERATURAN UAP 1930


PASAL 1
KETEL-KETEL UAP YANG DIMAKSUD DALAM PASAL
1 DARI UNDANG-UNDANG UAP 1930 DIBAGI ATAS :
a.KETEL-KETEL UAP DALAM MANA TEKANAN
YANG DITIMBULKAN OLEH UAPNYA ADALAH
LEBIH BESAR DARI ½ KG TIAP CM² MELEBIHI
TEKANAN UDARA LUAR.

b.KETEL-KETEL UAP DALAM MANA TEKANAN


YANG DITIMBULKAN OLEH UAPNYA PALING
TINGGI ½ KG TIAP CM² MELEBIHI TEKANAN
UDARA LUAR (KETEL-KETEL UAP TEKANAN
RENDAH).

5
SYAHBAR file4/28/2021

PASAL 2
PESAWAT-PESAWAT UAP YANG DIMAKSUD DALAM PASAL 1
DARI UNDANG-UNDANG UAP 1930 ADALAH :
a. PEMANAS-PEMANAS AIR (EKONOMISER).
b. PENGERING-PENGERING UAP (SUPER HEATER).
c. PENGUAP-PENGUAP (SULINGAN).
d. BEJANA-BEJANA UAP.

PASAL 3
1. PIPA UAP PENGHUBUNG TERMASUK BEJANA-BEJANA UAP
HANYA BILA GARIS TENGAH UKURAN DALAM MELEBIHI
450 m.m. (> 450 mm).
2. CILINDER-CILINDER DAN SALUT-SALUT UAP DARI MESIN-
MESIN UAP TIDAK TERMASUK BEJANA UAP DAN PIPA-PIPA
UAP DIPERUNTUKKAN GUNA MEMANASI BAHAN CAIR
PULA TIDAK TERMASUK BEJANA-BEJANA UAP.

ALAT-ALAT LAIN MELIPUTI :

a. PEMANAS AIR (EKONOMISER) ATAU PEMANAS PENDAHULUAN


IALAH SUATU PESAWAT YANG DIBUAT GUNA MENAIKKAN
TEMPERATUR AIr PENGISI KETEL UAP.
CARA PEMANASAN DAPAT MENGGUNAKAN GAS/HAWA
PEMBAKARAN(GAS BEKAS PEMBAKARAN) ATAU MEDIA LAIN
YANG BERSUHU TINGGI.
b. PENGERING UAP (SUPERHEATER) IALAH SUATU PESAWAT
YANG DIBUAT GUNA MEMPERTINGGI TEMPERATUR UAP DARI
KETEL UAP.
c. PENGUAP IALAH SUATU PESAWAT YANG DIBUAT GUNA
MEMBUAT AIR SULINGAN DAN PEMANASNYA MENGGUNAKAN
UAP DARI KETEL UAP.
d. BEJANA UAP IALAH BEJANA YANG DIMASUKI UAP DARI KETEL
UAP SECARA LANGSUNG ATAU TIDAK LANGSUNG.

6
SYAHBAR file4/28/2021

PASAL 7
TIDAK DIPERLUKAN AKTE IZIN UNTUK :
1. KETEL UAP LP (M2) x P (Kg/cm2) ≤ 0,2

2. PEMANAS AIR => BILA TERBUAT DARI PIPA


Ød ≤ 50 mm

3. PENGERING UAP => BILA TERBUAT DARI PIPA


Ød ≤ 25 mm (MANDIRI)

4. BEJANA-BEJANA UAP => Ød ≤ 450 mm.


(BUKAN PEMANAS) => V (dm³) x P (Kg/Cm²) ≤ 600
=> V < 100 dm³
5. BEJANA-BEJANA UAP => V (dm³) x P (Kg/Cm²) ≤ 300
(PEMANAS) => V < 75 dm³

7
SYAHBAR file4/28/2021

Gambar V – 13 Bagan ketel pipa api vertikal Gambar V – 14 Bagan ketel pipa silang

III. PERLENGKAPAN KETEL UAP TEKANAN TINGGI

UNTUK MENJAGA KEAMANAN KETEL UAP SEWAKTU KETEL UAP


DIOPERASIKAN KETEL UAP HARUS DILENGKAPI DENGAN
PERLENGKAPAN SEBAGAI BERIKUT :
a. SEKURANG-KURANGNYA 2 (DUA) TINGKAP PENGAMAN.

8
SYAHBAR file4/28/2021

b. SEKURANG-KURANGNYA 1 (SATU) PEDOMAN TEKANAN.


c. SEKURANG-KURANGNYA 2 (DUA) GELAS PEDOMAN AIR
DENGAN KERANGAN SEMBUR.

d. SEKURANG-KURANGNYA 2 (DUA) ALAT PENGISI AIR KETEL


UAP YANG TIDAK BERGAN-TUNGAN SATU SAMA LAIN.
e. SUATU ALAT YANG DAPAT MEMBERITAHUKAN KEKURANGAN
AIR DALAM KETEL UAP.
f. TANDA BATAS AIR TERENDAH YANG DIPERBOLEHKAN.
g. KERANGAN CABANG TIGA DENGAN PLENDES COBA.
h. KERANGAN PEMBUANG ATAU KATUB YANG DIPASANG PADA
KETEL UAPNYA.
i. PELAT NAMA.
j. LOBANG LALU ORANG DAN LUMPUR SEPERLUNYA

9
SYAHBAR file4/28/2021

KETEL UAP TEKANAN RENDAH

1. Sekurang kurangnya satu gelas pedoman air.


2. Sekurang kurangnya satu alat pengisi.
3. Satu pipa pengaman terbuka panjang max 5 M
diameter 50 mm.
4. Satu kerangan pembuangan.
5. Satu pelat nama.

IV. STANDARD DAN PERATURAN UNTUK PEMERIKSANAAN


DAN PENGUJIAN

STANDARD DAN PERATURAN UNTUK TAHAP RANCANG


BANGUN, PEMBUATAN, PEMASANGAN, PEMERIKSAAN DAN
PENGUJIAN PERTAMA, BERKALA MAUPUN KHUSUS YANG
DILAKUKAN ATAU YANG DAPAT DITERIMA OLEH PEMERINTAH
ADALAH SEBAGAI BERIKUT :

a. UNDANG UNDANG UAP /PERATURAN UAP 1930


b. PERATURAN MENAKER .
c. SURAT EDARAN DAN INSTRUKSI DIREKTUR PNKK

10
SYAHBAR file4/28/2021

d. STANDART NEGARA LAIN :


- ASME : (AMERIKA)
- JIS : (JEPANG)
- DIN : (JERMAN)
- BS : (INGGRIS)
- NEN : (BELANDA)
- AS : (AUSTRALIA)
- NBN : (BELGIA)
- AFNOR : (PERANCIS)

e. PETUNJUK KERJA DARI PABRIK PEMBUAT

V. BAHAYA KECELAKAAN YANG MUNGKIN DAPAT TERJADI

PESAWAT UAP BESERTA INSTALASINYA MERUPAKAN SALAH


SATU SUMBER BAHAYA YANG DAPAT MENIMBULKAN
KECELAKAAN YANG DAPAT BERUPA :
- SEMBURAN API, AIR PANAS, UAP, GAS
- PENCEMARAN LINGKUNGAN
- SENTUHAN LISTRIK
- PELEDAKAN
- KEBAKARAN
- GANGGUAN KESEHATAN
- DAN LAIN-LAIN.

11
SYAHBAR file4/28/2021

VI. PENYEBAB KECELAKAAN PADA KETEL UAP

1. RANCANGAN PEMBUATAN
2. BAHAN BAKU
3. PROSES PEMBUATAN
4. PEMASANGAN
5. PEMAKAIAN :
• OPERATOR
• AIR PENGISI
• PEMBAKARAN
• APPENDAGES DAN ALAT KONTROL
6. KOROSI
7. PENGAWASAN :
• PERENCANAAN
• PEMBUATAN
• PENGUJIAN
• PERBAIKAN

Gambar : 2-1 Kelainan-kelainan permukaan

12
SYAHBAR file4/28/2021

Gambar 7 – 13 Kegagalan tube ketel akibat penggetasan hidrogen

Gambar 7 – 14 Pembentukan kerak/batu ketel yang mengawali penggetasan hidrogen

13
SYAHBAR file4/28/2021

VII. PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

1. PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN PERTAMA PADA


PERAKITAN/PEMASANGAN.
1.1. PEMERIKSANAAN DAN PENGUJIAN DILAKUKAN OLEH
PEGAWAI PENGAWAS BIDANG UAP ATAU AHLI K3 UAP
DARI JASA INSPEKSI TEKNIK (PIHAK KE TIGA).
1.2. UNTUK PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN YANG
DILAKUKAN OLEH AHLI K3 BERLAKU KETENTUAN :
a. PELAKSANAANNYA HARUS SEPENGETAHUAN
DISNAKER SETEMPAT.
b. SELAMA PERAKITAN/PEMASANGAN PEGAWAI
PENGAWAS BERHAK UNTUK MELAKUKAN
PEMERIKSAAN SEPERLUNYA.
c. AHLI K3 BIDANG UAP YANG MELAKUKAN
PEMERIKSAAN HARUS MEMBUAT LAPORAN
SESUAI KETENTUAN.

14
SYAHBAR file4/28/2021

2. PROSEDUR MENDAPATKAN AKTE IZIN PENGGUNAAN


PESAWAT UAP

2.1. TAHAP PENGAJUAN PERMOHONAN.


a. MENGAJUKAN SURAT PERMOHONAN (FORMULIR
BENTUK 6)
b. GAMBAR KONSTRUKSI PESAWAT UAP, LENGKAP.
c. SERTIFIKAT BAHAN DARI BAGIAN-BAGIAN PESAWAT
UAP
d. LEMBARAN PERHITUNGAN KONSTRUKSI PESAWAT
UAP
e. KETERANGAN LAINNYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PROSES. PELAKSANAAN PEMBUATAN/FABRIKASI.

2.2. TAHAP PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN PERTAMA

a. PENGECEKAN DOKUMEN
b. PENGECEKAN PERHITUNGAN KONSTRUKSI
c. PEMERIKSAAN VISUAL DISESUAIKAN DENGAN GAMBAR.
d. PENGUJIAN PEMADATAN DENGAN AIR
e. PENGUJIAN DENGAN UAP
f. MENGECEK/MENGUJI ALAT PENGAMAN/
PERLENGKAPANNYA
g. PENYETELAN/PENYEGELAN ALAT PENGAMAN.

15
SYAHBAR file4/28/2021

3. PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN BERKALA

3.1. ATAS PERMINTAAN PEMAKAI


a. MENGAJUKAN SURAT PERMOHONAN PEMERIKSAAN
b. JELASKAN SIAPA YANG AKAN MELAKUKAN
PEMERIKSAAN.

3.2. ATAS PEMBERITAHUAN PEGAWAI PENGAWAS


ATAU AHLI K3 UAP
a. ATAS PEMBERITAHUAN PEGAWAI PENGAWAS
(DENGAN SURAT).
b. ATAS PEMBERITAHUAN AHLI K3 UAP (DENGAN
SURAT) TEMBUSAN KE KANTOR DEPNAKER
SETEMPAT

3.3. PELAKSANAAN PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN


BERKALA

a. DILAKSANAKAN OLEH PEGAWAI PENGAWAS ATAU AHLI K3


b. PEMERIKSAAN YANG DILAKUKAN OLEH AHLI K3 UAP :
• PELAKSANAANNYA HARUS SEPENGETAHUAN
DISNAKER SETEMPAT.
• SELAMA PEMERIKSAAN PEGAWAI PENGAWAS
BERHAK UNTUK MELAKUKAN PEMERIKSAAN
SEPERLUNYA.
c. SETELAH SELESAI PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN AHLI K3
YANG BERSANGKUTAN HARUS MEMBUAT LAPORAN.

16
SYAHBAR file4/28/2021

3.4. KETENTUAN PEMERIKSAAN BERKALA

PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN HARUS


DILAKUKAN SEKURANG-KURANGNYA DALAM
WAKTU :
a. 1 (SATU) TAHUN SEKALI UNTUK PESAWAT UAP
KAPAL
b. 2 (DUA) TAHUN SEKALI UNTUK PESAWAT UAP DI
DARAT
c. 3 (TIGA) TAHUN SEKALI UNTUK PESAWAT UAP
LOKOMOTIP
d. 4 (EMPAT) TAHUN SEKALI UNTUK PESAWAT UAP
SELAIN KETEL UAP.

4. PEMERIKSAAN/PENGUJIAN SETELAH BERUMUR 35 TAHUN.


KETEL UAP SESUDAH MENCAPAI UMUR 35 TAHUN HARUS
DILAKUKAN UJI MATERIAL - PELAT BADAN (PB), UNTUK
MENDAPATKAN KEPASTIAN PEMAKAIAN LEBIH LANJUT. DENGAN
CARA DI PEMBOKOKAN MENGGUNAKAN BOR SEBESAR
(DIAMEETER 10 Cm)

5. PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN KHUSUS.


PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN KHUSUS ADALAH
PEMERIKSAAN YANG SIFATNYA INSIDENTIL DAN
DIKELOMPOKKAN DALAM TIGA KELOMPOK JENIS
PEKERJAAN :
a. PESAWAT UAP YANG DIPERBAIKI.
b. PESAWAT UAP YANG DIMODIFIKASI
c. PESAWAT UAP TUA (BERUMUR DIATAS 35 TAHUN).

17
SYAHBAR file4/28/2021

PB . (UJI MATERIAL PELAT BNADAN)


PEMBOBOKAN MENGGUNAKAN BOR TANGAN

HAK DAN KEWAJIBAN PEGAWAI


PENGAWAS BIDANG UAP & BEJANA TEKAN
1. Memasuki secara BEBAS tempat Pesawat Uap / Bejana
Tekan/ Alat Perlengkapan
2. Meminta KETERANGAN yang diperlukan kepada
pemakai dan operator
3. Memberi SAYART-SYARAT yang dianggap perlu untuk
menjamin keselamatan
4. Melarang OPERATOR yang tidak cakap
5. Melarang PEMAKAIAN yang tidak menjamin
keselamatan
6. Melarang pemakaian yang tidak punya AKTE IJIN /
PENGESAHAN PEMAKAIAN
7. MENCATAT pada akte ijin hasil dari pemeriksaan
dan pengujian sertaRHtindakan
& @zm yang harus diambil.36

18
SYAHBAR file4/28/2021

HAK DAN KEWAJIBAN PEMAKAI

1. Memiliki AKTE IJIN / PEGESAHAN pemakaian untuk


SETIAP PESAWAT UAP / BEJANA TEKAN
2. MENYEDIKAN pekerja dan alat-alat yang diperlukan
untuk pemeriksaan dan pengujian
3. Memberikan semua KETERANGAN yang diperlukan
PEGAWAI PENGAWAS / AHLI K3 bidang pesawat uap
dan bejana tekan
4. Operator Pesawat Uap HARUS yang MAMPU & TERAMPIL
5. Terjadinya PELEDAKAN harus SEGERA memberitahukan
6. MERAWAT pesawat uap baik dipakai ataupun tidak
7. Melaksanakan PEMERIKSAAN BERKALA tepat waktu
RH & @zm 37

HAK DAN KEWAJIBAN PEMAKAI…………..lanjutan

8. Menjaga agar pemakaian AMAN


9. Penggantian KERUGIAN disebabkan kesalahan prosedur
pengujian
10. Menyatakan KEBERATAN atas jadwal pemeriksaan

11. Menyatakan KEBERATAN atas syarat-syarat yang


diberikan
12. Menyatakan KEBERATAN atas dilarangnya operator
13. Menyatakan KEBERATAN atas dilarangnya pesawat
uap dipakai

RH & @zm 38

19
SYAHBAR file4/28/2021

HAK DAN KEWAJIBAN OPERATOR

1. MEMBERIKAN semua KETERANGAN yang


diperlukan Pegawai Pengawas / Ahli K3 Bidang
Pesawat Uap dan Bejana Tekan
2. TIDAK MENINGGALKAN Pesawat Uap yang sedang
dioperasikan
3. MENJAGA Pesawat Uap dan Alat Perlengkapan
baik dipakai atau tidak

RH & @zm 39

PERALATAN / PERLENGKAPAN
PESAWAT UAP
1. KETEL UAP
 Sekurang-kurangnya dua tingkap pengaman /pressure safety valve
 Sekurang-kurangnya satu pedoman tekanan / pressure gauge
 Sekurang-kurangnya dua gelas pedoman air
 Sekurang-kurangnya dua pompa pengisi
 Alat memberitahukan kekurangan air / pluit bahaya / alarm
 Tanda batas air terendah
 Kerangan / katup untuk dipasangkan pedoman tekanan coba
 Kerangan/katup pembuang
 Pelat nama / name plate
 Lubang lalu orang / manRHhole
& @zm 40

20
SYAHBAR file4/28/2021

2. KETEL UAP TEKANAN RENDAH (TEKANAN ≤ ½ kg/cm2)

 Sekurang-kurangnya satu gelas pedoman air


 Sekurang-kurangnya satu pompa pengisi
 Satu pipa pengaman terbuka tinggi Max 5 m
 Kerangan/katup pembuang
 Pelat nama

3. KETEL UAP VOLUME ≤ 500 LITER, TEKANAN KERJA ≤ 3 kg/cm2

 Sesuai pasal 12 (point 1 di atas) kecuali tingkap pengaman


cukup satu

RH & @zm 41

4. PESAWAT UAP SELAIN KETEL UAP (ALAT-ALAT LAINNYA)

● Pemanas Air
 Satu tingkap pengaman / pressure safety value
 Satu kerangan / katup pembuang
 Satu katup yang menutup sendiri pada lubang pengisi
 Lubang lalu orang
 Lubang pemeriksaan

● Pengering Uap

 Satu tingkap pengaman (bila dapat ditutup terpisah dari ketel


uapnya)
 Kerangan pembuang air seperlunya
 Lubang lalu orang
 Lubang pemeriksaan
RH & @zm 42

21
SYAHBAR file4/28/2021

● Penguap
 Satu tingkap pengaman
 Satu pedoman tekanan
 Satu gelas pedoman air
 Satu kerangan pembuang
● Bejana Uap
 Satu tingkap pengaman
Bila : Tekanan kerja maksimal yang diijinkan untuknya <
tekanan tertinggi dari pesawat uap pemberi uap.
 Dua tingkap pengaman
Bila : Tekanan maksimal yang diijinkan untuknya < ½
tekanan tertinggi dari pesawat uap pemberi uap.
 Satu pedoman tekanan
 Lubang lalu orang
 RH & @zm
Lubang pemeriksaan 43

5. BEJANA TEKAN

 Satu tingkap pengaman/pelat pecah


 Satu pedoman tekanan
 Satu kerangan pembuang
 Alat anti guling
 Pelat nama

RH & @zm 44

22
SYAHBAR file4/28/2021

PESAWAT UAP DAN BEJANA TEKAN YANG TIDAK


PERLU AKTE IJIN / PENGESAHAN PEMAKAIAN

1. Ketel Uap

 Luas pemanas (m2) X tekanan tertinggi (Kg/cm 2) ≤ 0,2

2. Pemanas Air

 Diameter dalam ≤ 50 mm

3. Pengering Uap Tidak Langsung Bersatu Dengan Ketel Uap

 Diameter dalam ≤ 25 mm

RH & @zm 45

4. Bejana Uap (peti embun / penampung uap)

 Diameter Dalam ≤ 450 mm atau volume (liter) x tekanan kerja


(Kg/cm 2) ≤ 600 atau volume ≤ 100 liter.

5. Bejana Uap Untuk Memanasi Bahan Cair

 Misal : Penguap pertama air tebu

◘ Volume (liter) x tekanan kerja (Kg/cm 2) ≤ 300


◘ Volume ≤ 75 liter
6. Bejana Tekan

 Tekanan < 2 kg/cm2 dan atau volume < 220 ml

RH & @zm 46

23
SYAHBAR file4/28/2021

PROSEDUR PENERBITAN
AKTE IJIN / PENGESAHAN PEMAKAIAN

1. PERMOHONAN DENGAN LAMPIRAN


A. Dokumen Teknis Gambar Rencana Yang Telah Disyahkan
 Gambar rencana
 Sertifikat material
 Perhitungan kekuatan konstruksi
 Pengesahan gambar rencana

B. Dokumen Teknis Riksa Uji Saat Pembuatan/Perakitan Pemasangan


 Pemeriksaan material
 Pemeriksaan visual las-lasan
 Pemeriksaan ketebalan
 Pemeriksaan dimensi
RH & @zm 47

 Pemeriksaan ketidakbulatan
 Pemeriksaan tidak merusak (NDT)
 Pengujian hydrotest / padat dengan air
 Pemeriksaan pengembangan menetap (botol baja)
 Pemeriksaan berat (botol baja)

C. Dokumen Teknis Lain

 SKP dari pabrik pembuat


 Sertifikat juru las
 WPS / PQR
 DLL

RH & @zm 48

24
SYAHBAR file4/28/2021

2. PEMERIKSAAN PERTAMA
 Pemeriksaan dokumen teknis A, B, C di atas
 Pemeriksaan visual
 Pengujian hydrotest
 Pengujian dengan uap (Steam Test)

RH & @zm 49

2. Prosedur Pemeriksaan

 Pemberitahuan ke Disnaker setempat


 Pemeriksaan dokumen teknis (akte ijin)
 Pemeriksaan visual
 Pemeriksaan Ketebalan (bila diperlukan)

 Pemeriksaan NDT (bila diperlukan)


 Pemeriksaan DT (bila diperlukan)
 Pengujian hydrotest
 Pengujian dengan uap (Steam Test)
 Pengisian lembar pemeriksaan

RH & @zm 50

25
SYAHBAR file4/28/2021

PEMERIKSAAN KHUSUS

Syarat Pemeriksaan Khusus

 Tidak mempunyai/hanya mempunyai sebagaian dokumen


teknis

 Terjadi cacat kerusakan

 Terjadi peledakan

 Permintaan si pemakai

 Saran dari pengawas bidang pesawat uap dan bejana


tekan

 Karena reparasi / modifikasi

 Karena mutasi / pemindahan

 RH & @zm
Ketel berusia 35 tahun (Ketel Pelat Tua) 51

OPERATOR PESAWAT UAP


Kwalifikasi Operator Pesawat Uap

1. Operator Kelas I
Wewenang :

 Melayani Ketel Uap semua Kapasitas


 Pesawat uap selain ketel uap untuk semua ukuran
 Mengawasi kegiatan operator kelas II

2. Operator Kelas II
Wewenang :
 Melayani Ketel Uap Kapasitas ≤ 10 Ton/jam
 Pesawat uap selain ketel uap untuk semua ukuran
 Mengawasi kegiatan operator kelas II
RH & @zm 52

26
SYAHBAR file4/28/2021

JUMLAH OPERATOR UNTUK SETIAP


SHIFT
1. Satu ruangan satu Ketel Uap
Jumlah Operator Untuk I Ketel
Uap
Kapasitas Uap
Operator Kelas
Operator Kelas I
II

≤10 Ton / jam 1 Orang -

>10 Ton / jam - < 20 Ton / jam - 1 Orang

>20 Ton / jam - < 40 Ton / jam 1 Orang 1 Orang

>40 Ton / jam - < 60 Ton / jam 2 Orang 1 Orang

>60 Ton / jam - < 80 Ton / jam


3 Orang 1 Orang

>80 Ton / jam 3 Orang 2 Orang

RH & @zm 53

Lanjutan
JUMLAH OPERATOR UNTUK SETIAP
SHIFT
2. Satu ruangan beberapa Ketel Uap

Kapasitas Setiap Ketel Uap Jumlah Operator pada setiap Ruangan


(Q) Operator Kelas II Operator Kelas I
Jumlah K Uap
EQ < 20 Ton/ jam -
< 10 2
Ton/jam Jumlah K Uap
EQ > 20 Ton/ jam 1 Orang
2
>10 Ton / jam - < Jumlah K Uap Jumlah K Uap
20 Ton / jam 2 2
>20 Ton / jam - < Jumlah K Uap
40 Ton / jam Jumlah K Uap
2
>40 Ton / jam - < Jumlah K Uap
60 Ton / jam 2 x Jumlah K Uap
2
>60 Ton / jam - < Jumlah K Uap
80 Ton / jam 3 x Jumlah K Uap
2
>80 Ton / jam 3 x Jumlah K Uap Jumlah K Uap
RH & @zm 54

27
SYAHBAR file4/28/2021

UNDANG-UNDANG TIDAK BERLAKU

1. Bila dipasang pada kapal angkatan laut RI


2. Bila dipasang pada kapal dinas pembasmian
penyelundupan candu
3. Bila dipasang pada kapal komunikasi dan polisi daerah
4. Bila dipasang pada kapal luar negeri dan telah
memenuhi peraturan uap di negaranya.

RH & @zm 55

PENERAPAN HUKUM
1. Pemakai pesawat uap di hukum kurungan 3 (tiga) bulan dan
denda paling tinggi Rp. 500,- bila :
• Mengoperasikan tidak mempunyai A.I/A.I telah dicabut
• Tidak menjaga alat pengaman
• Tidak mengindahkan syarat istimewa dari pegawai pengawas
bidang pesawat uap dan bejana tekan
• Terjadi peledakan tapi tidak memberitahukan
2. Operator menginggalkan pesawat uap yang sedang bekerja di
hukum penjara paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling
banyak Rp. 300,-
3. Pengurus/pengusaha yang menggunakan bejana tekan tidak
mentaati Permenaker No. Per.01/Men/1982 hukuman kurungan 3
(tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,-

RH & @zm 56

28
SYAHBAR file4/28/2021

TABEL POSISI LAS


Posisi las Tanda Gambar Penjelasan
Pelat :
Kedudukan pelat
horizontal,
pengelasan dari
atas
Pipa :
Dibawah Kedudukan
1G
Tangan sumbu pipa
horizontal, pada
waktu
pengelasan pipa
diputar-putar,
pengelasan dari
atas

RH & @zm 57

Lanjutan

Posisi las Tanda Gambar Penjelasan


Pelat :
Kedudukan pelat
vertikal dengan
sumbu las
horizontal
Pipa :
2G Kedudukan sumbu
pipa vertikal
dengan sumbu las
horizontal, pada
waktu pengelasan
pipa tidak boleh
diputar.

RH & @zm 58

29
SYAHBAR file4/28/2021

Lanjutan

Posisi las Tanda Gambar Penjelasan

Pelat :
Kedudukan pelat
Vertikal 3G vertikal dengan
sumbu las vertikal.

Pelat :
Kedudukan pelat
Diatas kepala 4G horizontal
pengelasan dari
bawah.

Pipa :
Kedudukan sumbu
pipa horizontal,
dengan
Horizontal 5G sambungan las
vertikal, pada
waktu pengelasan
pipa tidak boleh
diputar-putar

RH & @zm 59

Lanjutan

Posisi las Tanda Gambar Penjelasan


This image cannot currently be display ed.

Pipa :
Kedudukan Pipa
miring 45 dari
horizontal, pada
Miring 45° 6G waktu pengelasan
pipa tidak boleh di
putar-putar

Penyimpangan kedudukan benda kerja yang diperkenankan tidak boleh


lebih dari keterangan sebagai berikut :

- Untuk 1G, 2G, 3G, 4G, dan 5G : 150 terhadap bidang – bidang
horizontal dan Vertikal.

- Untuk 6G. 450 terhadap bidang horizontal.


RH & @zm 60

30
SYAHBAR file4/28/2021

Catatan :

 Bila hasil pembagian pada daftar di atas


menghasilkan angka pecahan maka jumlah operator
harus dibulatkan ke atas
 EQ = Jumlah kapasitas Uap seluruh ketel uap yang
ada dalam ruang yang bersangkutan

RH & @zm 61

TABUNG DIKATAKAN GAGAL / TIDAK LAYAK PAKAI

A. Menurut Permenakertrans No. Per. 01/Men/1982


1. Adanya kebocoran / retak
2. Beratnya lebih kecil / lebih besar 5 % dari berat semula
3. Perubahan bentuk menetap lebih dari 0,2 % dari isi semula
No Jenis Ilustrasi/Gambar/Defenisi Batasan-Batasan dan
Kerusakan Penanganannya
1 Perubahan Perubahan dinding tabung Tabung dinyatakan
Diameter tidak layak bila
perubahan diameter
Diameter A tabung (menonjol
keluar) lebih dari 1 %
Diameter Maks dari diameter tabung
Diperbolehkan 1,01 x A awal

62 @ZM

31
5/5/2021

Pasal 3
Tujuan K3 Listrik
1. Melindungi Keselamatan Kesehatan Kerja TK
dan orang lain (lingker, potensi bahaya listrik)
2. Menjamin kehandalan dan akurasi serta aman
instalasi listrik ,penyalur petir dan
pesawat lift sesuai tujuan penggunaannya.
2. Mencegah timbulnya bahaya akibat listrik
N bahaya sentuhan langsung
N bahaya sentuhan tidak langsung
N bahaya kebakaran

5/5/2021 created by PNK3 2

History K3 Listrik
1. Zaman Sebelum Merdeka
- VR 1910 STBL No. 406
2. Zaman Merdeka
- UU No. 14 Th 1969 digantikan dgn UU No. 13 Th 2003
tentang Ke-TK-an)
- UU No. 1 Th 1970 (UU KK)

Kepmenaker No.75/M/2002 Pemberlakuan PUIL 2000


- Permenaker No.12/M/2015 Pengawasan K3 listrik

- S.Kepdirjen PPK No. 48/DJPPK/2015 Tenisi K3 Listrik

- - S.Kepdirjen PPK No. 47/DJPPK/2015 Ahli K3 Sps Listrik

1
5/5/2021

History K3
Proteksi Petir
SKB Depnaker & BATAN Kep 08/M/79 dan No. 24/DJ/20/11/79
Pemakaian Penangkal petir radioaktif

SKB DEPNAKER & BATAN


Kep 1880/M/87-PN 00.01/193/DJ/87
Penertiban ijin penangkal RADIOAKTIF (LARANGAN PEMASANGAN BARU )

Permenaker No. 02/M/89 Pengawasan Inst penyalur petir


Sebagai rujukan untuk proteksi EXTERNAL

Permenaker No. 03/M/1999pesawat lift


SK Dirjen Binawas No. 407/BW/1999 Petugas,pemasang lift

MEKANISME DAN PEMERIKSAAN


Instalasi Listrik
(electrical installation (of building))

Adalah suatu jaringan listrik yang tersusun


secara terkoordinasi, mulai sumber
pembangkit atau titik sambungan suplai
daya listrik sampai titik beban rangkaian
akhir yang direncanakan

5/5/2021 5

2
5/5/2021

UU.K3 LISTRIK

TT/
UU.KETENAGALISTRIKAN
Kebijakan nasional Kebijakan nasional

TET
dalam hal upaya dalam hal penyediaan
menjamin tenaga listrik
tempat kerja (pengusahaan)

TM/
yang Aman dan yang Andal, Aman dan
lingkungan yang Sehat Akrap lingkungan

TR
M

Tempat kerja Bukan tempat kerja


5/5/2021 created by PNK3 6

Ketenagalistrikan

5/5/2021 created by PNK3 previous7next

3
5/5/2021

klasifikasi sistem tegangan :


a) Tegangan Ekstra Rendah - setinggi-tingginya 50 V a.b.
atau 120 V a.s.
CATATAN Tegangan ekstra rendah ialah sistem
tegangan yang aman bagi manusia.

b) Tegangan Rendah (TR) - setinggi-tingginya 1000 V a.b.


atau 1500 V a.s.

c) Tegangan di atas 1000 V a.b., yang mencakup :


1) tegangan menengah (TM), tegangan lebih dari 1 kV
sampai dengan 35 kV a.b. digunakan khususnya
dalam sistem distribusi;
2) tegangan tinggi (TT), tegangan lebih dari 35 kV a.b.
3) Tegangan extra tinggi (TET), tegangan lebih dari
70 kV a.b

5/5/2021 8

Perlengkapan listrik
a) meliputi bahan, fiting, gawai, peranti, luminair,
aparat, mesin, dan lainlain yang digunakan
sebagai bagian dari, atau dalam kaitan dengan,
instalasi listrik.
b) barang yang digunakan untuk maksud-maksud
seperti pembangkitan, pengubahan, transimisi
distribusi atau pemanfaatan energi listrik,
seperti, mesin, transformator, radas,
instrumen, gawai proteksi, perlengkapan untuk
pengawatan, peranti.

Peralatan listrik adalah setiap alat pem akai


Listrik atau pengguna

5/5/2021 9

4
5/5/2021

LANJUTAN

Kecelakaan akibat penggunaan


Instalasi penyalur petir yang tidak
memenuhi syarat dapat mengundang
bahaya terhadap obyek yang paling tinggi
seperti ; bangunan gedung, konstruksi dan
peralatan listrik maupun perlengkapan listrik
rawan terhadap sambaran petir

5/5/2021 10

Dasar hukum :
Undang undang No 1 tahun 1970
Keselamatan Kerja

Pasal 2 ayat (2) huruf q


(Ruang lingkup)
Setiap tempat dimana listrik
dibangkitkan, ditransmisikan,
dibagi-bagikan, disalurkan dan
digunakan

5/5/2021 created by PNK3 11

5
5/5/2021

SUMBER BAHAYA Menurut R.L. UU 1/70


Pasal 2 ayat (2) huruf q
Setiap tempat dimana listrikdibangkitkan,
ditransmisikan, dibagi-bagikan, disalurkan dan
digunakan

B1 = Mesin B10 = Peralatan Listrik


B2 = Penggerak Mula & B11 = Bahan Kimia
Pompa B12 = Debu Berbahaya
B3 = Lift B13 = Radiasi Bahan Radio Aktif
B4 = Pesawat Angkat B14 = Faktor Lingkungan
B5 = Conveyor B15 = Bhn Mudah Terbakar & Benda Panas
B6 = Pesawat Angkut B16 = Binatang
B7 = Alat Transmisi Mekanik B17 = Permukaan Kondisi Kerja
B8 = Perkakas Kerja Tangan B18 = Lain-lain
B9 = Pesawat Uap & Bejana

Dasar hukum :

Pasal 3 ayat (1) huruf q


Undang undang No 1 tahun 1970

(Objective)
Keselamatan Kerja

Dengan peraturan perundangan


ditetapkan syarat-syarat keselamatan
kerja untuk:
q. mencegah terkena aliran listrik
berbahaya

5/5/2021 created by PNK3 13

6
5/5/2021

Dasar ukum :

Undang undang No 1 tahun 1970


Peraturan Menteri
Tenaga Kerja RI

Keselamatan Kerja No Per. 12/Men/2015


April 2015
Pengawasan K3 L PUIL
2011

Mencabut Kepmenaker wajib


75/M/2002
Pemberlakuan PUIL
2000

5/5/2021 created by PNK3 14

STANDAR K3 LISTRIK
DI INDONESIA

Peraturan
KHUSUS B Peraturan
Khusus B
Peraturan
04/78
Peraturan
04/88

5/5/2021 created by PNK3 15

7
5/5/2021

Ditetapkan
Sebagai Standar Wajib
Kep Menteri Energi & Sumber Daya Mineral
No. : KBSN 32/KEP/BSN/2006
Dirjen listrik 01/PJK/DITTEK /II/2009
Batas waktu penyesuaian 3 tahun

•PUIL tidak berlaku :


a) bagian instalasi listrik dengan tegangan rendah yang
hanya digunakan untuk menyalurkan berita dan syarat.
b) bagian instalasi listrik yang dipergunakan untuk
keperluan komunikasi dan pelayanan kereta rel listrik
c) instalasi listrik dalam kapal laut, kapal terbang, kereta rel
listrik, dan kendaraan lain yang digerakan secara terus
menerus.
d) instalasi listrik di bawah dalam tambang.

5/5/2021 created by PNK3 16


18

RUANG LINGKUP
PERMENAKER 12/M/2015
Psl 4

Berlaku untuk persyaratan K3


Yang meliputi :
– perancangan, pemasangan, pemeriksaan,
pengujian, pelayanan, pemeliharaan maupun
pengawasannya
- Pemeriksaan dan pengujian.

- Persyaratan dlm kegiatan :


Pembangkitan,Transmisi,Distribusi dan
pemamfaatan listrik.

5/5/2021 Kajian PUIL 2011 17

8
5/5/2021

Sesuai dgn psl 5 ( Kegiatan –kegiatan di dalam


psl 4 ayat 1)

 Memenuhi standar PUIL 2011 - dengan segala


keterbatasan dan kelebihan dari standar PUIL
ini maka kami memberikan tambahan standar
listrik lain antara lain :

IEC; IEEE; NEC; ANSI; NFPA; ATEX; Manual


Handbook

5/5/2021 Kajian PUIL 2011 18

Pasal 6

Berlaku untuk persyaratan Pembinaan


Yang meliputi :
– perancangan, pemasangan, pemeriksaan, pengujian, pelayanan,
pemeliharaan maupun pengawasannya

- TEKNISI K3 LISTRIK.
- AHLI K3 LISTRIK
- PENGAWAS KETENAGAKERJAAN Spesialis

- Psl 7
- (PUIL 2011 Pengusahaan listrik)

- PJK 3

5/5/2021 Kajian PUIL 2011 19

9
5/5/2021

Inventarisasi
Jenis jabatan fungsional berbasis kompetensi K3 Listrik
1. Klas I. Teknisi ( pemasangan, pemeliharaan)
2. Klas II. Penyelia (pemasangan, pengoperasian, pemeliharaan)
3. Klas III. Ahli K3 Listrik

Teknisi Listrik Penyelia K3 Listrik Ahli K3 Listrik

Dapat melayani dan Dapat melakukan Dapat mengevaluasi


memelihara inst. pengawasan pek. potensi bahaya dan
listrik secara benar pemasangan dan tindakan koreksi
dan aman, baik bagi pemeliharaan inst. terhadap:
dirinya, peralatan dan listrik secara benar • gambar
aman dalam dan aman sesuai rancangan;
pengoperasiannya ketentuan dan • hasil
prosedur K3. pemeriksaan dan
pengujian;
5/5/2021 created by PNK3 20

B. Jenis Sertifikasi Kompetensi Personel


1. Bidang Teknisi K3 Listrik (Kepdirjrn 47/DJPPK/2015)
2. Ahli K3 Spesialis Listrik (Kepdirjen 48/DJPPK/2015.

3. Sertifikat Bidang Teknisi Lift (407/M/99)


• PENYELIA PEMASANGAN
Mengawasi pelaksanaan pekerjaan
Proyek pemasangan
• TEKNISI (Ajustment)
Melaksanakan Comissioning,
• TEKNISI PEMELIHARAAN
Merawat dan memperbaiki lift
• PENYELIA OPERASI LIFT
Mengawasi kelaikan operasi lift

Pengurus Wajib Membentuk Organisasi K3


PK dan Menyiapkan Personilnya

10
5/5/2021

Pasal 9

PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

PUIL 2011 Bagian 6 VERIFIKASI


Ruang lingkup: MEMBERIKAN PERSYARATAN UNTUK
VERIFIKASI AWAL DAN PERIODIK DARI INSTALASI
LISTRIK.

perancangan, pemasanga dilakukan pemeriksaan dan


Pengujian

22

KEMAMPUAN

HANTAR ARUS
SYARAT K3
KHA : MIN 1,25 X I
nominal

KHA kabel listrik ditentukan oleh jenis


bahan konduktornya dan ukuran
penampangnya
(Periksa tabel PUIL)

5/5/2021 created by PNK3 23

11
5/5/2021

12
5/5/2021

Resistans TAHANAN ISOLASI

PANEL R-S R-T T-S R-N R-G S-N S-G T-N T-G N-G

P1- P1.1

p1-P1.2

P1-P1.3 1000 Ohm /Volt (diruang normal)


100 Ohm / Volt (diruang lembab)
P1.P1.4

P1.P1.5

P1-P1.6

5/5/2021 created by PNK3 27

13
5/5/2021

dede.s 28

Bahaya Sentuhan Tidak


Langsung
Sentuhan tidak langsung
adalah bahaya sentuhan pada bagian
konduktif yang secara normal tidak
bertegangan, menjadi bertegangan
karena terjadi kegagalan isolasi

dede.s 29

14
5/5/2021

Proteksi bahaya
N Sentuhan tidak langsung

1. Sistem TT atau
Pembumian Pengaman (PP)
2. Sistem IT atau
Hantaran pengaman (HP)
3. Sistem TN atau
Pembumian Netral Pengaman (PNP)

dede.s 30

1. Sistem TT atau Pembumian Pengaman (PP)


L1
Membumikan titik netral di
L2
sumbernya dan membumikan
L3
N pada BKT instalasi dan BKT
perlengkapan listrik.

Bila terjadi kegagalan


isolasi, teganan suplai akan
PE
terputus karena alat
proteksi bekerja otomatik

dede.s 31

15
5/5/2021

SISTEM PEMBUMIAN PENGAMAN


L1
L2
L3
N

SATU FASE TIGA FASE

dede.s 32

2. Sistem IT atau Hantaran pengaman (HP)


Tujuan pembumian :
Bila terjadi arus bacor atau hubung singkat, arus
akan tersalur ke bumi melalui penghantar pengaman
sehingga arus meningkat dan pengaman akan terputus
secara otomatik

Fasa tunggal 3 kawat


Penghantar Aktif
Penghantar Nol/Netral
Hantaran pengaman

dede.s 33

16
5/5/2021

SISTEM HANTARAN PENGAMAN


L1/R
L2/S
L3/T
N
PE

dede.s 34

WAKTU PEMUTUSAN
SISTEM IT
WAKTU PEMUTUSAN
TEGANGAN (detik)
(volt) N tdk N terdistribusi
terdistribusi
120-240 0,8 5
230/400 0,4 0,8
400/690 0,2 0,4
580’1000 0,1 0,2

dede.s 35

17
5/5/2021

3. Sistem TN atau
Pembumian Netral Pengaman (PNP)
Fasa tunggal 3 kawat

Nol &
Ground
dihubungkan

dede.s 36

SISTEM HANTARAN NETRAL PENGAMAN


L1
L2
L3
N/PE

dede.s 37

18
5/5/2021

WAKTU PEMUTUSAN
SISTEM TN
TEGANGAN WAKTU PEMUTUSAN
(volt) (detik)

120 0,8
230 0,4
277 0,4
400 0,2
> 400 0,1

dede.s 38

Sentuhan langsung
adalah bahaya sentuhan pada bagian
konduktif yang secara normal
bertegangan

dede.s 39

19
5/5/2021

PROTEKSI BAHAYA
SENTUH LANGSUNG
METODA :
1
Isolasi bagian aktif
2
Penghalang atau Selungkup
3
Rintangan
4
Jarak aman atau diluar jangkauan
5
Gawai proteksi arus sisa
6
3
Isolasi lantai kerja.
dede.s 40

dede.s 41

20
5/5/2021

dede.s 42

TEGANGAN SENTUH YANG DIIJINKAN (IEC)

Tegangan Sentuh Waktu Maksimum Yang


(Volt) Diijinkan (Detik)

< 50 ~
50 5
75 1
90 0.5
110 0.2
150 0.1
220 0.05
280 0.03
dede.s 43

21
5/5/2021

menghentikan fungsi jantung dan menghambat pernafasan

dede.s 44

Kemungkinan jatuh dari ketinggian

Luka bakar akibat


sentuh
langsung listrik

dede.s 45

22
5/5/2021

Mengisolasi bagian aktif

dede.s 46

Menutup dg Penghalang atau


Selungkup

dede.s 47

23
5/5/2021

Memasang Rintangan

dede.s 48

Memberi Jarak Di Luar


Jangkauan

dede.s 49

24
5/5/2021

PROTEKSI BAHAYA
“JARAK AMAN”
Jarak aman atau diluar jangkauan :
TEGANGAN
JARAK (cm)
(KV)
1 50
12 60
20 75
70 100
150 125
220 160
500 300
dede.s 50

SISTEM PENGAMANAN
“ISOLASI LANTAI KERJA”
Rd 3000  V

V2
75 kg V1

Pelat logam Kayu


25 x 25 x 0,2 Cm
Kain basah 27 x 27 Cm

ISOLASI LANTAI KERJA (R1)

R1 = Rd ( V1/V2 -1) Ohm


TANAH
R1 min. 50 kilo Ohm

5/5/2021 created by PNK3 51

25
5/5/2021

PUIL 2000 VERSUS PUIL


2011
PUIL 2000 PUIL 2011
Bagian 1 Bagian 1
Pendahuluan Pendahuluan, prinsif fundamental dan
definisi
Bagian 2 Bagian 2
Persyaratan dasar Desain instalasi listrik

Bagian 3 Bagian 3
Proteksi untuk keselamatan Asesment karakteristik umum

Bagian 4 Bagian 4
Perancangan instalasi listrik Proteksi untuk keselamatan

5/5/2021 Kajian PUIL 2011 52

PUIL 2000 VERSUS PUIL


2011
PUIL 2000 PUIL 2011
Bagian 5 Bagian 5
Perlengkapan listrik Pemilihan dan pemasangan
perlengkapan listrik
Bagian 6 Bagian 6
Perlengkapan Hubung Bagi dan Verifikasi
Kendali (PHBK) serta komponennya

Bagian 7 Bagian 7
Penghantar dan pemasangannya Pemilihan dan pemasangan
perlengkapan listrik-Konduktor dan
pemasangannya
Bagian 8 Bagian 8
Ketentuan untuk berbagai ruang dan etentuan untuk berbagai ruang dan
instalasi khusus
5/5/2021 instalasi
Kajian PUIL 2011 khusus 53

26
5/5/2021

PUIL 2000 VERSUS PUIL


2011
PUIL 2000 PUIL 2011
Bagian 9 Bagian 9
Pengusahaan instalasi listrik SNI 04- Pengusahaan instalasi listrik SNI 0225-
0225-2000 2011

5/5/2021 Kajian PUIL 2011 54

Jaringan Instalasi Listrik


Industri

5/5/2021 Kajian PUIL 2011 55

27
5/5/2021

Bagian-bagian jaringan

 Trafo Distribusi
 Alat Pengukur dan Pembatas (APP)
 Generator Set
 Main Distribution Panel
 Subdistribution Panel

5/5/2021 Kajian PUIL 2011 56

28
5/30/2022

AWAN KE AWAN perintis kilat 20 msec


mencapai bumi jrk 3 km

Arus : 5.000 ~ 200.000 A


o
Panas: 20.000 C

AWAN KE BUMI perintis kilat 20 msec


mencapai bumi jrk 3 km
Return stroke BUMI ke awan 100 msec

Sasaran
KERUSAKAN
• THERMIS, OBYEK YANG TERTINGGI
• ELEKTRIS
,
5/30/2022 • MEKANIS,created by PNK3 2

BAHAYA SAMBARAN PETIR

SAMBARAN
LANGSUNG

. SAMBARAN
TIDAK LANGSUNG

1
5/30/2022

Lightning also strikes people, causing serious injury and burns and
sometimes even death :
On June 14, 1991, during one of the world’s most prestigious golf
competitions, the US Open, a spectator was killed by a lightning bolt !

More recently in October 2002, the footballer, Herman Gavaria died after
being struck while taking part in a training session with fellow players from
the Cali club in Colombia.

2
5/30/2022

How far the strikes is?


Seberapa jauh lintasannya?
By counting the seconds between the
lightning "flash" and the "bang" of
thunder, you can tell how far away the
lightning was. Each five seconds equals
one mile. If you count 15 seconds, the
flash was 3 miles away and you know
that you are in a high danger zone. Six
miles (30 second count) is still in the high
danger zone.
Dengan menghitung detik antara "kilatan"
petir dan "ledakan" guntur, Anda dapat
mengetahui seberapa jauh kilat itu. Setiap
lima detik sama dengan satu mil. Jika Anda
menghitung 15 detik, lampu kilat berjarak 3
mil dan Anda tahu bahwa Anda berada
dalam zona bahaya tinggi. Enam mil
(hitungan 30 detik) masih dalam zona
bahaya tinggi.

3
5/30/2022

Lightning desperation position,


Posisi saat ada petir

Squatting position when lightning threatens : If caught out in the open during a lightning storm with no shelter, squat lo to
the ground as quickly as possible. Do not lie flat on the ground. The aim is to get as low as possible while minimizing the area
of exposed body surface. Lying flat makes you larger target. Posisi jongkok saat petir mengancam: Jika tertangkap di tempat
terbuka saat terjadi badai petir tanpa perlindungan, jongkok lo ke tanah secepat mungkin. Jangan berbaring telentang.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan serendah mungkin sambil meminimalkan area permukaan tubuh yang terbuka. Berbaring
datar membuat target Anda lebih besar.

4
5/30/2022

Safe refuges from lightning : During a thunderstorm the safest place to be is in low-rise building. Keep the windows closed
and unplug any electrical equipment (if unprotected). If you can’t take refuge in a building, a car is a safe alternative. If a car
(or airplane for that matter) is hit by lightning you will not be harmed. However, avoid touching any metal parts of the
interior, such as the radio. Tempat perlindungan yang aman dari petir: Selama badai petir, tempat teraman adalah di gedung
bertingkat rendah. Jaga agar jendela tetap tertutup dan cabut semua peralatan listrik (jika tidak terlindungi). Jika Anda
tidak bisa berlindung di sebuah gedung, mobil adalah alternatif yang aman. Jika sebuah mobil (atau pesawat terbang dalam hal
ini) disambar petir, Anda tidak akan dirugikan. Namun, hindari menyentuh bagian logam apa pun pada interior, seperti radio

10

Unsafe refuges from lightning : Standing in open filed, on a golf course or beach, or under a tree are all wrong places to be
when lighting strikes. Lightning is attached to tall targets. If you feel your hair standing on end, lightning is about to strike
near you. Tempat perlindungan yang tidak aman dari petir: Berdiri di lapangan terbuka, di lapangan golf atau pantai, atau di
bawah pohon adalah tempat yang salah saat penerangan menyambar. Petir melekat pada target tinggi. Jika Anda merasa
rambut Anda berdiri tegak, petir akan menyambar di dekat Anda.

11

5
5/30/2022

12

Broken down conductor at tower CSM Cikarang

Lightning Event Counter (LEC) &


Alat Ukur Pita Magnetik (APM)

6
5/30/2022

Menurut
,

Tinggi 14 km
Awan Petir Diameter 3 km
(Cumulonimbus)
Nilai arus petir, berkisar
3 kA sampai 40 kA.
Tegangan petir bisa 100 MV,

SISTEM PROTEKSI BHY


LISTRIK 14 MODUL 7 K3 LISTRIK

Gamb di bawah ini adalah peristiwa petir yang dipotret oleh photographer dari
California, Don Naumann pada Maret 26 2007, yang diberi judul
“Mostly Scattered Showers”,
dapat dipakai sebagai contoh untuk membayangkan dahsyatnya peristiwa petir itu.

“Mostly Scattered Showers,”


by photographer
Don Naumann, taken on March 26, 2007 in California

Created by ganjar budiarto 15 5/30/2022

7
5/30/2022

Created by ganjar budiarto 16 5/30/2022

Created by ganjar budiarto 17 5/30/2022

8
5/30/2022

SISTEM PROTEKSI BHY


LISTRIK 18 MODUL 7 K3 LISTRIK

INSTALASI PENYALUR PETIR


PERMENAKER PER-02 MEN/1989
SISTEM FRANKLIN
BAGIAN BAGIAN PENTING

PENERIMA
Sudut perlindungan (AIR TERMINAL)
112 o

 HANTARAN PENURUNAN
(DOWN CONDUCTOR)min
BC 50mm2
 HANTARAN PEMBUMIAN
(GROUNDING)

Resistan pembumian
mak 5 ohm

created by PNK3 19 5/30/2022

9
5/30/2022

Jenis Penerima (Spitzer)

).Sistem instalasi proteksi petir dapat memanfaatkan kolom-kolom


gedung bertingkat tinggi. Sedangkan pembumiannya menggunakan tiang
pancang pada kolom-kolom tersebut. Tentu saja sambungan-sambungan
antar kolom besi betonnya harus berhubungan secara elektrik. Ini sudah
digunakan di Negeri Belanda. Metoda sistem proteksi bahaya petir
semacam ini yang disebut dengan sistem sangkkar (Faraday Cage)
Sistem sangkar faraday
seperti pada gambar

10
5/30/2022

Sistem Electrostatik dengan cara meggunakan


penerima tunggal sebagai penangkap/penerima

created by PNK3 23 5/30/2022

11
5/30/2022

created by PNK3 24 5/30/2022

created by PNK3 25 5/30/2022

12
5/30/2022

Franklin (Konventional) VS LPS


(Electrostatik/Electromagnet)

Resistans pembumian Makimal 5


Ohm. Bila dari hasil pengukuran
resistan pembumian tidak
memenuhi syarat akan dapat
mengundang bahaya, yang
disebut tegangan langkah seperti
diuraikan diatas. Perhatikan
gambar

PROTEKSI PETIR SYSTEM INTERNAL

Semua bagian konduktif dibonding


Semua fasa jaringan RSTNG dipasang Arrester
Bila terjadi sambaran petir pada jaringan instalasi listrik semua
kawat RSTN
tegangannya sama tidak ada beda potensial

RSTN RSTN

ARRESTER

GROUNDING

created by PNK3 27 5/30/2022

13
5/30/2022

LIGHTNING ARRESTER
(L.A)

Lightning arrester adalah suatu alat


untuk mencegah terjadinya perambatan
gelombang tegangan/arus yang tinggi
pada suatu peralatan akibat gangguan
petir (gangguan external).
Dalam Intalasi Tenaga listrik peralatan
ini dipasang pada line/ jala-jala untuk
mengamankan trafo, Gen-set .
created by PNK3 28 5/30/2022

PRINSIP KERJA LIGHTNING


ARRESTER (L.A)

Apabila ada gelombang petir pada jala-jala dan


melalui Lightning Arrester maka tegangan tsb
akan dipotong (Chopped) oleh LA dan dialirkan
ke bumi(dibumikan),sehingga peralatan dalam
jala-jala menjadi aman.
Komponen dalam lightning arrester yang
memotong gelombang dan mengalirkan sisa
gelombang tsb kebumi bersifat Non Linier
Resistan dan berfungsi sebagai AIR GAP.
created by PNK3 29 5/30/2022

14
5/30/2022

LIGHTNING ARRESTER

Gambar lightning Arrester yang


digunakan untuk trafo,genset dan
dipasang dalam jala2 :
1.Thyrite valve.
2.Rumah atau pelindung keramik
3.Air gap (celah udara) sebagai
pengaman yang akan mengalirkan
gelombang tegangan/arus bila melebihi
tegangan nominal LA
created by PNK3 30 5/30/2022

LIGHTNING ARRESTER UNTUK


MENGAMANKAN TRAFO

1. Unit kumparan primer dan sekunder.


2. Inti dan pegangan kerangka .
3. Hubungan tegangan tinggi dibawah permukaan
minyak untuk mencengah busur
4. Sekreing (pengaman) tegangan tinggi untuk
melindungi bila ada kesalahan di dalam.
5. Lightning arrester de.ngan air gap untuk huburgan ke
tegangan tinggi dan grounded.
6. Tegangan tinggi dan penyambung.
7. Tegangan rendah
8. Gasket seal untuk tutup
9. Penarik dan pengangkat
10. Permukaan minyak
11. Hubungan tanah
12. Isolasi antara kumparan dan inti
created by PNK3 31 5/30/2022

15
5/30/2022

PEMASANGAN PEMBUMIAN PADA


MOTOR LISTRIK

CARA PEMASANGAN
LIGHTNING ARRESTER
Lightning arrester dipasang di jala2
masuk (sisi incoming ) di dekat
perlengkapan/alat yang dilindungi
Break Down voltage LA harus
lebihtinggi dari pada nominal voltage
alat yang dilindungi.
Bisa dipasang pada single phase
ataupun three phase jala2

16
5/30/2022

++++++++
++++++++
++++++++
------------
-------------
------------

MENYAMBAR
JARINGAN LISTRIK

TYPE ARRESTER

created by PNK3 35 5/30/2022

17
5/30/2022

ALAT UKUR TAHANAN SEBARAN TANAH


(EARTH TESTER)

created by PNK3 36 5/30/2022

PERTIMBANGAN PEMASANGAN
INSTALASI PENYALUR PETIR

INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR


A : Peruntukan bangunan (-10 0 1 2 3 5 15)
B : Struktur konstruksi (0 1 2 3)
C : Tinggi bangunan (0 2 3 4 5 - 10)
D : Lokasi bangunan (0 1 2)
E : Hari guruh (0 1 2 3 4 - 7)

R =A+B+C+D+E
< 11 ABAIKAN
= 11 KECIL
= 12 SEDANG
= 13 AGAK BESAR
= 14 BESAR
> 14 SANGAT BESAR
created by PNK3 37 5/30/2022

18
5/30/2022

INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR


A: Peruntukan bangunan
Rumah tinggal : 1
Bangunan umum : 2
Banyak orang : 3
Instalasi gas,minyak, rumah sakit : 5
Gudang handak : 15

B: Struktur konstruksi
Steel structure : 0
Beton bertulang, kerangka baja atap logam: 1
Beton bertulang, atap bukan logam : 2
Kerangka kayu atap bukan logam : 3

C: Tinggi bangunan

created by PNK3 38 5/30/2022

INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR

C: Tinggi bangunan
s/d 6m : 0
12 m : 2
17 m : 3
25 m : 4
35 m : 5
50 m : 6
70 m : 7
100 m : 8
140 m : 9
200 m : 10

created by PNK3 39 5/30/2022

19
5/30/2022

INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR


D: Lokasi bangunan
Tanah datar : 0
Lereng bukit : 1
Puncak bukit : 2

E: Hari guruh per tahun


2 : 0
4 : 1
8 : 2
16 : 3
32 : 4
64 : 5
128 : 6
156 : 7

created by PNK3 40 5/30/2022

SNI 225 - 1987


Harus dipasang instalasiPUIL-1987
(820 - B.16 dan - C.4)
PROTEKSI PETIR
(Sistem internal protection)

Ruangan berpotensi
bahaya ledakan
gas/uap/debu/serat

created by PNK3 41 5/30/2022

20
5/30/2022

SENGATAN KEJUKAN LITRIK


Sering kita berpikir bahwa terkena sengatan kejutan listrik yang
serius hanya disebabkan oleh rangkaian tegangan-tinggi. Hal ini tidak benar!
Setiap tahun banyak orang terluka atau mati oleh tegangan listrik 120-V
dibanding dengan semua kecelakaan lain yang berhubungan dengan
kelistrikan. Jika anda terbebas dari sengatan listrik yang terakhir, anggap
anda beruntung. Jangan bergantung pada keberuntungan. Bekerjalah
dengan aman dengan listrik!

Terkena sengatan listrik terjadi karena badan seseorang menjadi


bagian dari rangkaian listrik. Tiga faktor-listrik yang terlibat dalam kecelakaan
listrik adalah tahanan, tegangan dan arus.

Makin rendah tahanan makin besar potensi kecelakaan terkena


sengatan listrik. Tahanan badan dapat dibagi menjadi tahanan bagian luar
(tahanan
5/30/2022 kulit) dan bagian dalam (jaringan tubuh dan aliran darah). Kulit 42

SENGATAN KEJUKAN LITRIK


kering adalah penyekat yang bagus; kelembaban dapat merendahkan
tahanan kulit, sehingga intensitas terkena sengatan listrik akan lebih besar
apabila tangan basah. Tahanan dalam adalah rendah karena kandungn
garam dan kelembaban darah. Ada variasi yang luas untuk besarnya tahanan
tubuh. Sengatan listrik yang berakibat fatal pada satu orang mungkin hanya
menyebabkan ketidakenakkan sebentar pada orang lain. Macam-macam
tahanan badan terdapat pada Tabel 1-1. Tahanan badan dapat diukur
dengan ohmmeter (gambar 1-1).
Tabel 1-1 Kondisi kulit atau Daerah dan Tahanannya
Kondisi Kulit atau Daerah Nilai Tahanan
Kulit kering 100.000 sampai 600.000 Ω
Kulit basah 1.000Ω
Tubuh bagian dalam – tangan sampai 400 sampai 600Ω
kaki

5/30/2022 Telinga ke telinga created by PNK3 Kira-kira 100Ω 43

21
5/30/2022

SENGATAN KEJUKAN LITRIK


Gambar 1-1: Mengukur tahanan badan

5/30/2022 created by PNK3 44

SENGATAN KEJUKAN LITRIK


voltase (V) adalah tekanan yang menyebabkan aliran arus listrik pada
rangkaian dan diukur dalam satuan yang disebut volt (V). Besarnya
tegangan-berbahaya bervariasi untuk tiap-tiap individu tergantung pada
tahanan tubuh dan kondisi jantung. Biasanya tegangan di atas 30 V dianggap
berbahaya.

arus listrik (I) adalah banyaknya aliran electron pada suatu rangkaian dan
diukur dalam ampere (A). Banyaknya arus yang mengalir melalui tubuh
seseorang tergantung pada tegangan dan tahanan. Arus tubuh dapat dihitung
dengan menggunakan rumus berikut:
Tegangan yang dikenakan pada tubuh = Arus melalui tubuh
Tahanan tubuh
I(Ampere) = V(Volts)
R(Ohm)
5/30/2022 45

22
5/30/2022

SENGATAN KEJUKAN LITRIK


Besarnya arus yang melewati tubuh dan lamanya waktu yang
dilewati adalah dua criteria intensitas kejutan listrik. Tidak membutuhkan arus
yang besar untuk dapat menyebabkan kesakitan atau bahkan kefatalan
karena sengatan listrik. Arus sebesar 1 mA (1/1000 dari 1 A) dapat terasa.
Arus sebesar 10 mA menghasilkan intensitas kejutan listrik yang cukup untuk
dapat mencegah kerja control otot-sadar, hal ini dapat menjelaskan,
bagaimana pada beberapa kasus korban sengatan listrik tidak dapat
melepaskan pegangan pada konduktor selama arus mengalir. Arus sebesar
100 mA yang melewati tubuh selama 1 detik atau lebih dapat mematikan.
Umumnya, setiap arus di atas 0,005 A atau 5 mA dianggap berbahaya.

Suatu baterai lampu senter aman untuk dipegang walaupun dapat


memberikan arus yang lebih dari cukup untuk membunuh makhluk hidup.

5/30/2022 46

SENGATAN KEJUKAN LITRIK


Hal ini karena tahanan kulit manusia cukup tinggi untuk membatasi aliran
listrik yang besar. Pada rangkaian tegangan yang lebih rendah, tahanan akan
membatasi arus pada nilai yang sangat rendah. Oleh karena itu, bahaya
sengatan listrik kecil. Sebaliknya, tegangan yang lebih tinggi dapat memaksa
arus yang cukup pada kulit yang menimbulkan sengatan. Bahaya pada
sengatan listrik meningkat dengan tegangan yang semakin meningkat.

Lintasan arus melewati tubuh adalah factor lain yang mempengaruhi efek dari
sengatan listrik. Misalnya, arus dari tangan ke kaki, lewat jantung dan bagian
pusat system saraf, adalah jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan
sengatan listrik antara dua titik pada lengan yang sama (gambar 1-2).

5/30/2022 47

23
5/30/2022

SENGATAN KEJUKAN LITRIK


Gambar 1-2: Macam-macam lintasan arus yang dapat menghentikan
pemompaan normal jantung

5/30/2022 created by PNK3 48

24

Anda mungkin juga menyukai