SEJARAH K3
Keilmuan
Suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya
mencegah kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran,
penyakit, dll
(ACCIDENT PREVENTION)
Tujuan K3
TENAGA
KERJA
KESEHATAN KESELAMATAN
PROSES
BAHAN ALAT
LINGKUNGAN
GUNUNG ES - BIAYA KECELAKAAN
$5 $50
• Terlambat dan ganguan produksi
HINGGA • Biaya legal hukum
• Pengeluaran biaya untuk penyediaan
BIAYA DALAM PEMBUKUAN: fasilitas dan peralatan gawat darurat
KERUSAKAN PROPERTI • Sewa peralatan
(BIAYA YANG TAK • Waktu untuk penyelidikan
DIASURANSIKAN)
• Gaji terusdibayar untuk waktu yang hilang
$1 HINGGA $3 • Biaya pemakaian pekerja pengganti dan/
BIAYA LAIN YANG atau biaya melatih
TAK DIASURANSIKAN • Upah lembur
• Ekstra waktu untuk kerja administrasi
• Berkurangnya hasil produksi akibat dari
sikorban
• Hilangnya bisnis dan nama baik
KEGAGALAN MANAJEMEN
FAKTOR MANUSIA
KECELAKAAN
KERUGIAN
* NEGARA
MATERI * MASYARAKAT NON MATERI
* PERUSAHAAN
* PEKERJA
29
Cidera berat
300
Kasus P3K, kerusakan properti
(keadaan hampir celaka / nearmiss
3000
Sumber bahaya, unsafe act, unsafe condition
“HAZARD”
Adalah sumber bahaya potensial yang
dapat menyebabkan kerusakan
(harm).
risicare
“RISK”
Resiko adalah ukuran kemungkinan
kerugian yang akan timbul dari sumber
bahaya (hazard) tertentu yang terjadi.
LACK BASIC
(LEMAHNYA) CAUSES IMMIDIATE INSIDENT
OF (tidak langsung)
CONTROL
LOSSES
CAUSES
• Kerugian akibat kecelakaan kerja
• Teori Gunung Es :
Kerugian yang timbul akibat adanya kecelakaan ada
yang terlihat jelas, ada juga yang tidak jelas terlihat
( H.W. HEINRICH, 1931)
ENVIRON INJURY
PERSON HAZARD ACCIDENT
MENT (cidera)
SOCIAL
ENVIRONMEN FAULT OF UNSAFE ACT
T(LINGKUNGA PERSON / UNSAFE
N SOSIAL ) CONDITION
(KESALAH
(TINDAKAN
AN TIDAK AMAN
ORANG) / KONDISI
TIDAK AMAN)
PERKEMBANGAN
1949 : GORDON
1967 : HADDON
1970 : Frank Bird JR
1972 : Wigglesworth
1976 : Bird and Loftus
1978 : Petersen
1980 : Johnson
1985 : Bird and German
( FRANK BIRD JR, 1970 )
Lack of
ORIGIN SYMPTOM CONTACT Loss
Control
LACK OF
CONTROL BASIC IMMEDIATED
CAUSES INCIDENT / INJURY /
(KURANG ACCIDEN
CAUSES DAMAGE
KONTROL) INSIDEN /
(SEGERA CEDERA /
KECELAKA KERUSAKA
PENYEBAB) AN N
LEMAHNYA SEBAB PENYEBAB
TAK INSIDEN KERUGIAN
KONTROL DASAR
LANGSUNG (Kontak)
PROGRAM
TAK SESUAI FAKTOR PERBUATAN <KEJADIAN> KECELAKAAN
PERORANGAN TAK AMAN KONTAK
STANDAR DENGAN ATAU
&
TAK SESUAI FAKTOR KONDISI ENERGI KERUSAKAN
KERJA TAK AMAN ATAU YANG TAK
KEPATUHAN BAHAN/ ZAT
PELAKSANAAN DIHARAPKAN
• MANUSIA
KERUGIAN
• PERALATAN
• MATERIAL
• LINGKUNGAN
LEMAHNYA PENYEBAB PENYEBAB TAK
INSIDEN KERUGIAN
KONTROL DASAR LANGSUNG
LEMAHNYA PENGENDALIAN
ASURANSI
• Insentif finansial utk meningkatkan
pencegahan kec dgn pembayaran premi yg
lebih rendah terhdp peusahaan yang
memenuhi syarat K3
LAMBANG K3
1
syahbardia
2
syahbardia
3
syahbardia
4
syahbardia
5
syahbardia
6
syahbardia
7
syahbardia
8
syahbardia
9
syahbardia
10
syahbardia
11
syahbardia
LACK BASIC
(LEMAHNYA) CAUSES IMMIDIATE INSIDENT
OF (tidak langsung)
CONTROL
LOSSES
CAUSES
12
syahbardia
TEORI DOMINO
(William W. Heinrich 1930)
A B C D E
ENVIRON
PERSON HAZARD ACCIDENT INJURY
MENT
SOCIAL
ENVIRONME FAULT OF UNSAFE ACT
NT PERSON / UNSAFE
CONDITION
13
syahbardia
PERKEMBANGAN
1949 : GORDON
1967 : HADDON
1970 : Frank Bird JR
1972 : Wigglesworth
1976 : Bird and Loftus
1978 : Petersen
1980 : Johnson
1985 : Bird and German
Lack of
ORIGIN SYMPTOM CONTACT Loss
Control
LACK OF
CONTROL BASIC IMMEDIATED
CAUSES INCIDENT / INJURY /
CAUSES ACCIDEN DAMAGE
14
syahbardia
Inadequate
Program Personal Substandar
Factors Contact People
Inadequate d Acts With Property
Standard Job Substandar Energy or Process
Factors d Substance
Inadequate (Profit)
Compliance Conditions
TEORI DOMINO
(Bird & Germain (1986):
Lemah Penyeb
Penyeb
nya ab INSID KERU
ab
Kontro Langsu EN GIAN
Dasar
l ng
15
syahbardia
• MANUSIA
KERUGIAN
• PERALATAN
• MATERIAL
• LINGKUNGAN
16
syahbardia
17
syahbardia
PENGAWASAN / KEPEMIMPINAN
PHISIOLOGI TIDAK LAYAK ENGINEERING
KEMAMPUAN MENTAL TIDAK PENGADAAN (PURCHASING)
LAYAK KURANG PERALATAN
STRESS FISIK ATAU PHISIOLOGI MAINTENANCE
STRESS MENTAL STANDAR KERJA
KURANG PENGETAHUAN SALAH PAKAI/SALAH
KURANG KEAHLIAN MENGGUNAKAN
MOTIVASI TIDAK LAYAK
LEMAHNYA PENGENDALIAN
18
syahbardia
PENGENDALIAN KERUGIAN
Langkah Penanggulangan
Kecelakaan Kerja
(Menurut ILO)
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
• Ketentuan & syarat K3 mengikuti perkemb ilmu
pengetahuan, tehnik & teknologi
• Penerapan ketentuan & syarat K3 sejak tahap
rekayasa
• Penyel pengawasan & pemantauan pelak K3
STANDARISASI
• Standar K3 maju akan menentukan tkt kemajuan
pelak K3
INSPEKSI / PEMERIKSAAN
• Suatu kegiatan pembuktian sejauh mana kondisi
tempat kerja masih memenuhi ketentuan &
persyaratan K3
19
syahbardia
Langkah Penanggulangan
Kecelakaan Kerja
(Menurut ILO)
RISET TEKNIS, MEDIS, PSIKOLOGIS &
STATISTIK
• Riset/penelitian untuk menunjang tkt kemajuan
bid K3 sesuai perkemb ilmu pengetahuan, tehnik &
teknologi
PENDIDIKAN & LATIHAN
• Peningkatan kesadaran, kualitas pengetahuan &
ketrampilan K3 bagi TK
PERSUASI
• Cara penyuluhan & pendekatan di bid K3, bukan
melalui penerapan & pemaksaan melalui sanksi-
sanksi
Langkah Penanggulangan
Kecelakaan Kerja
(Menurut ILO)
ASURANSI
• Insentif finansial utk meningkatkan
pencegahan kec dgn pembayaran premi yg
lebih rendah terhdp peusahaan yang
memenuhi syarat K3
20
syahbardia
RESIKO K3
RESIKO K3
21
syahbardia
HIERARKI
PENGENDALIAN RISIKO
Eliminasi
Subtitusi
Rekayasa Teknis
Rekayasa
Administrasi
APD
43
HIERARKI
PENGENDALIAN RISIKO
Eliminasi
Subtitusi
Rekayasa Teknis
Rekayasa Administrasi
44
22
syahbardia
HIERARKI
PENGENDALIAN RISIKO
• Memindahkan Hazard yang bisa
Eliminasi menyebabkan tersandung
• Membuang bahan kimia yang
tidak diperlukan
• Menghilangkan proses-proses
yang berbahaya
45
HIERARKI
PENGENDALIAN RISIKO
Contoh :
Mengganti bahan bentuk serbuk dengan
bentuk pasta
Proses menyapu diganti dengan vakum
Subtitusi Bahan solvent diganti dengan bahan
deterjen
Proses pengecatan spray diganti dengan
pencelupan
46
23
syahbardia
HIERARKI
PENGENDALIAN RISIKO
Contoh :
Pemasangan alat pelindung
mesin
Rekayasa Teknis Pemasangan general dan
local ventilation
Pemasangan alat sensor
otomatis
47
HIERARKI
PENGENDALIAN RISIKO
Contoh :
Pemisahan lokasi
Rekayasa
Pergantian shift kerja
Administrasi
Pembentukan sistem
kerja
Pelatihan karyawan
48
24
syahbardia
HIERARKI
PENGENDALIAN RISIKO
Contoh :
Helmet
APD Safety Shoes
Ear plug/muff
Safety goggles
49
RESIKO K3
25
2/17/2021
LATAR BELAKANG
INDUSTRIALISASI DAN DAMPAKNYA
Perkembangan w 1.000 bhn kimia baru dipasarkan
Tekhnologi : mesin, setiap tahun
peralatan, ¾ ribuan kategori bahaya (B3)
bahan & sistem kj ¾ ratusan
t bersifat
b if t karsinogenik
k i ik
1
2/17/2021
MUTAGENIC EFFECT
EFFECT (mutasi)
mutasi) TERATOGENIC
EFFECT
MOTHER E (telur)
Egg telur)
CHILD
zygote embryo Fetus(janin)
MUTAGENIC
EFFECT
FATHER sperm
p Malformations
Prenatal(sebelum
Reduced Spontaneous death
melahirkan) Childhood (
fertility(subur) abortions neoplasias(
apnormal)
2
2/17/2021
8 Tujuan
T j MDGs
MDG TTahun
h 2015
2015::
1. Pemberantasan kemiskinan dan kelaparan
2. Pendidikan dasar untuk semua
3. Promosi kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan
p p
4. Penurunan angka kematian Anak/Balita
5. Meningkatkan kesehatan ibu hamil
6. Perang terhadap HIV/AIDS
HIV/AIDS,, Malaria dan penyakit
lainnya
7 Menjamin lingkungan hidup secara
7.
berkesinambungan
8. Membangun kerjasama global dalam pembangunan
3
2/17/2021
1) Pengertian
2) Tujuan Kesehatan Kerja
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan
pekerja
4) Upaya Kesehatan Kerja
1) Pengertian
KESEHATAN KERJA
4
2/17/2021
5
2/17/2021
3) Faktor-faktor Yg Mempengaruhi
Kesehatan & Produktifitas Tenaga Kerja
A. Beban B. Lingk.Ker
• Fisikja
kerja
• Fisik • Kimia
• Mental • Biologi
• Ergonomi
• Psikologi
C. Kapasitas
9 Ketrampilan kerja
9 Kesegaran jasmani & rohani
9 Status kesehatan/gizi
9 Usia
9 Jenis kelamin
9 Ukuran tubuh
12
6
2/17/2021
14
7
2/17/2021
1) Pengertian
2) Tujuan pengawasan norma kesehatan kerja
3) Peraturan Pelaksanaan/Norma Kesehatan Kerja
Pengawasan Eksternal :
Serangkaian kegiatan pembinaan & pengawasan yang
dilakukan oleh Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan
terhadap pemenuhan pelaksanaan peraturan perundang-
undangan atas objek pengawasan norma kesehatan
kerja.
8
2/17/2021
9
2/17/2021
DASAR/LANDASAN PELAKSANAAN K3
19
1. UU No.
No. 3 Th 1951 tentangg Pengawasan
g Ketenagakerjaan
g j
2. UU No.
No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
3. UU No
No.. 21 Th 2003 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan
pada Industri dan Perdagangan
4. UU No.
No. 3 Tahun 1969 tentang Ratifikasi Konvensi ILO
No.. 120 tentang Higiene Dalam Perniagaan Dan
No
Kantor2
Kantor2
5 UU No
5. No.. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
6. UU No.
No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
10
2/17/2021
Penjelasan Pasal 86 :
Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk
memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat
kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di
tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.
Pasal 87
• Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan
sistem manajemen perusahaan
• Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah
11
2/17/2021
1. Memberikan P3K
2 Memberikan
2. M b ik APD
3. Mencegah & mengendalikan timbul/menyebar luasnya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, gas,
hembusan
4. Mencegah dan mengendalikan PAK
5 Memperoleh
5. M l h penerangan yang cukup
k & sesuaii
6. Menyelenggarakan suhu & lembab udara yang baik
7. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
8. Memelihara kebersihan, kesehatan & ketertiban.
9. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja,
lingkungan, cara kerja & proses kerjanya.
12
2/17/2021
Ps 8 :
• Pemeriksaan kesehatan badan, kondisi mental &
kemampuan fisik TK yang akan diterima & akan
dipindahkan sesuai sifat pekerjaan
• Pemeriksaan kes TK secara berkala oleh dokter yg
ditunjuk pgsh & dibenarkan oleh Direktur
Pasal 9
(1) Pengurus wajib menunjukan dan menjelaskan kpd
TK baru :
• Kondisi2 & bahaya2 yg dapat timbul dalam tempat kerja
• Semua alat pengaman dan alat2 perlindungan yg
diharuskan
• Alat2 perlindungan diri (APD) bagi tenaga kerja ybs.
• Cara2 dan sikap kerja yang aman
(2) Hanya
Han a mempekerjakan TK apabila sudah
s dah me
meyakini
akini
bahwa tenaga kerja telah memahami syarat2 K3
(3) Pengurus wajib memberikan pembinaan K3
(4) Pengurus wajib memenuhi dan mentaati semua
ketentuan yang berlaku bagi usaha & tempat kerja
yg dijalankan
Pasal 10
Adanya Panitia Pembina K3
K3 (Permenaker No. 04
04/Men/
/Men/1987
1987))
13
2/17/2021
14
2/17/2021
N
Norma Pencegahan
P h d
dan Penanggulangan
P l P
Penyalahgunaan
l h d
dan
Peredaran Gelap Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya
(P4GN) di Tempat Kerja :
9 Permenakertrans No. 11 Tahun 2005 tentang P4GN di Tempat
Kerja
9 Kepdirjen
p j No. III Tahun 2006 tentangg Petunjuk
j Teknis
Pelaksanaan P4GN di Tempat Kerja
15
2/17/2021
LANDASAN HUKUM
1. Konvensi ILO No. 120 (UUNo. 3/1969 ) tentang
Higiene dalam perniagaan dan kantor-kantor
2. UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja
3. Kepres R.I No. 22 tahun 1993 tentang penyakit yang
timbul karena hubungan kerja
4. Permen No. 01 tahun 1976 tentang kewajiban latihan
Hyperkes bagi Dokter Perusahaan
5. Permen No. 01 tahun 1979 tentang g kewajiban
j latihan
Hyperkes bagi paramedis perusahaan
6. Permen No. 03 tahun 1982 tentang Pelayanan
keselamatan dan kesehatan kerja
7. Permen No. 02 tahun 1980 tentang pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja dalam penyelenggaraan
keselamatan kerja
8. Permen No. 15 tahun 2010 tentang P3K
16
2/17/2021
17
2/17/2021
Permenaker No.
No. Per.
Per. 01/Men/
01/Men/1998
1998 tentang Penyelenggaraan
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dengan Manfaat Lebih Baik
Kepmenaker No 147 Th 1998 tentang Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Kerja bagi Program JPK Jamsostek
Pasal 79 UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
dan peraturan pelaksanaannya yang memuat tentang
pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat
P
Pasall 81 UU No.
N 13 Tahun
T h 2003 tentang
t t K t
Ketenagakerjaan
k j
yang memuat perlindungan pekerja perempuan dalam masa
haid dan merasakan sakit tidak wajib bekerja pada hari
pertama dan kedua waktu haid
JUKLAK/JUKNIS :
Kepdirjen No 22 Th 2008 : Peny. Ply. Kes. Kerja
Kepdirjen No. 53 Th 2009 : Pelatihan & Lisensi Ptgs P3K
36
18
2/17/2021
Pemenuhan terhadap
Persyaratan/Norma Kesehatan Kerja
2 Proses produksi :
2.
Æ penanganan bahan, pengolahan, pengemasan,
penyimpanan, pengangkutan, pemusnahan dll.
3. Kondisi pekerja :
Æ pengetahuan, keterampilan, Cara kerja, sikap
kerja,
k j k kedisiplinan,
di i li k
kondisi
di i k
kesehatan,
h tingkat
i k
kelelahan dll
19
2/17/2021
20
2/17/2021
Pemenuhan Persyaratan/Norma
Kesehatan Kerja
Pengertian
Dokter Perusahaan
dokter yang ditunjuk atau bekerja di perusahaan yang
bertugas atau bertanggung jawab atas higiene
perusahaan keselamatan dan kesehatan kerja
(Permenakertrans NoNo. 01 Th 1976)
Paramedis perusahaan
tenaga paramedis yang ditunjuk atau ditugaskan untuk
melaksanakan atau membantu penyelenggaraan tugas-
tugas higiene perusahaan keselamatan dan kesehatan
kerja di perusahaan atas petunjuk dokter perusahaan.
(Permenakertrans No. 01 Th 1979)
21
2/17/2021
Pengertian
Dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja :
dokter yang ditunjuk oleh pengusaha yang telah
mengikuti training hiperkes dan dibenarkan/mendapat
pengesahan oleh Direktur Jenderal Binwasnaker, untuk
melakukan
l k k pemeriksaik kkesehatan
h t ttenaga kkerja
j (ps 8 UU
No.1 Th 1970, Permenakertrans No. 02 Th 1980)
Pemenuhan Persyaratan/Norma
Kesehatan Kerja
22
2/17/2021
Pemenuhan Persyaratan/Norma
Kesehatan Kerja
1 SDM Kesehatan Kerja
1.
2. Fasilitas & SDM Kesehatan Kerja
3. Program Kesehatan Kerja (Preventif, Promotif, Kuratif,
Rehabilitatif))
Rehabilitatif
a. Utama :
¾ Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
¾ Pemberian P3K
¾ Penanganan penyakit
penyakit//gangguan kesehatan
¾ Promosi kesehatan kerja
¾ Gizi Kerja dan peny.
peny. makan di tempat kerja
¾ Program P2P2-HIV & AIDS di Tempat Kerja
¾ Program P4P4GN di Tempat Kerja
b. Pendukung :
9 Pengukuran lingkungan kerja
9 Penggunaan APD
9 Pengendalian lingkungan kerja
TARGET UTAMA
PROGRAM KESEHATAN KERJA
Melalui :
Pelayanan kesehatan
kerja
MEMELIHARA KESEHATAN Pemeriksaan kesehatan
TK tenaga kerja
MENCEGAH DAN Gizi kerja & PMTK
MENANGGULANGI PAK & Promosi Kesehatan
KEC KERJA Kerja
Pengendalian
lingkungan kerja
Penerapan Higiene
industri
APD
23
2/17/2021
PRINSIP UTAMA
Penerapan Norma Kesehatan Kerja
PENCAPAIAN
Perencanaan PELAKSANAAN TUJUAN
Identifikasi : PEDOMAN
• PERMASALAHAN STANDAR • QUALITY OF PRODUCT
• FAKTOR RISIKO • ON TIME DELIVERY
• KEBUTUHAN (SKALA • TURN OVER PEKERJA
PRIORITAS) MONITORING & • EFISIENSI
(COST & BENEFIT)
EVALUASI
PERATURAN
PERUNDANGAN
TERKAIT
PRODUKTIVITAS
KESEJAHTERAAN
24
2/17/2021
Kesimpulan
Setiap
p tenaga
g kerjaj selalu berhadapan
p dengang kondisi kerjaj
yang berisiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja
(PAK)
Untuk menjaga kondisi tenaga kerja agar tetap sehat dan
produktif dilakukan upaya kesehatan kerja secara
komprehensif yang meliputi upaya kesehatan preventif,
promotif, kuratif dan rehabilitatif
Upaya kesehatan kerja dilakukan melalui penyelenggaraan
pelayanan kesehatan kerja dengan mengacu pada peraturan
perundangan K3 bidang Kesehatan Kerja
Untuk menjamin penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja
telah dilakukan sesuai dg ketentuan peraturan perundangan,
maka
k pengawasan norma k kesehatan
h t kkerja
j mutlak
tl k dil
dilakukan
k k
oleh setiap pegawai pengawas ketenagakerjaan
49
25
UNDANG-UNDANG
UNDANG-
NO. 1 TAHUN 1970
TENTANG
KESELAMATAN KERJA
Lembaran Negara No.
No 1 Tahun 1970
(Tambahan Lembaran Negara No. 1918)
SEJARAH
PERATURAN KESELAMATAN KERJA
A. MASA PURBA
Sejarah keselamatan kerja dan kecelakaan kerja pada umumnya sama
tuanya dengan kehidupan manusia.
Masalah keselamatan kerja dikenal mulai sejak saat manusia bekerja untuk
g g
memenuhi dan melangsungkan kehidupannya.
p y
Sejak jaman purba, dalam bekerja manusia telah mulai mengenal akan
adanya kecelakaan terutama dalam bekerja untuk berburu.
Atas pengalaman itulah maka manusia yang secara alamiah dibekali oleh
akal dan pikiran mulai mencari jala bagaimana caranya agar dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya/bekerja tidak tertimpa kecelakaan yang
dapat merugikan dan kecelakaan yang sama tidak terulang lagi di masa
yang akan datang.
1
Terdapat catatan kuno tentang keselamatan bangunan yang telah diatur
oleh Raja Hamurabi dari Babilonia pada abad ke 17SM.
Raja Hamurabi mengatur dalam undang-undang negaranya tentang
hukuman bagi para ahli bangunan yang membuat bangunan rumah yang
ternyata bangunannya tidak kokoh sehingga dapat mencelakakan
penghuninya.
Lima abad kemudian yaitu pada jaman Mosai para ahli bangunan harus
bertanggung jawab terhadap keselamatan kerja para pelaksana dan
pekerja pekerjanya kemudian masalah-masalah
pekerja-pekerjanya, masalah masalah keselamatan kerja
meluas ke daratan Yunani, Romawi, Mesir dan lain-lain hanya belum
tersusun dan terkodifikasi dengan baik.
B. MASA MODERN
Perubahan besar dalam bentuk maupun jenis kecelakaan dalam
industri dimulai setelah berhasilnya revolusi industri pada abad 18,
setelah pemakaian mesin-mesin baru seperti tenaga uap dan tenaga
listrik dalam proses mekanisasi dan elektrifikasi di kalangan industri
secara otomatis pula muncul berbagai macam bahaya yang baru
barang tentu akan menimbulkan jenis kecelakaan kerja yang baru.
2
Dengan adanya Undang-Undang Pabrik (Factory Act) pada tahun 1844
maka pemilik pabrik dibebani tanggung jawab terhadap kecelakaan
dan cacat yang menimpa pekerjanya.
3
4. Penelitian Teknik yaitu meliputi penelitian terhadap benda dan
karakteristik bahan-bahan berbahaya, mempelajari pengaman mesin,
pengujian alat pelindung diri, penyelidikan tentang desain yang cocok
untuk instalasi industri.
5. Penelitian Medis yaitu meliputi hal-hal khusus yang berkaitan dengan
penyakit akibat kerja dan akibat medis terhadap manusia dari
berbagai kecelakaan kerja.
6. Penelitian Psikologis yaitu penelitian terhadap pola-pola psikologis
yang dapat menjurus ke arah kecelakaan kerja.
7 Penelitian
7. P liti St ti tik yaitu
Statistik it menentukan
t k k
kecenderungan
d k
kecelakaan
l k
yang terjadi melaui pengamatan terhadap jumlah, jenis orangnya
(korban), jenis kecelakaan, faktor penyebab sehingga dapat
ditentukan pola pencegahan kecelakaan yang serupa.
8. Pendidikan yaitu pemberian pengajaran dan pendidikan cara
pencegahan kecelakaan kerja dan teori-teori keselamatan dan
kesehatan kerja.
kerja
4
UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970
TENTANG
KESELAMATAN KERJA
A. PENDAHULUAN
1. Nama dan Waktu Berlakunya
Undang-Undang No.1 tahun 1970 ini disebut “Undang-Undang
Keselamatan Kerja”. Hal ini dapat dilihat dari judulnya.
5
3. Latar Belakang dikeluarkannya UU No.1 tahun 1970
d. Sifat represif dan polisional pada VR dinilai kurang sesuai dan kurang
mendukung perkembangan ekonomi pada umumnya dan
penggunaan sumber-sumber produksi serta penanggulangan
kecelakaan pada khususnya, serta alam negara Indonesia yang
merdeka berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
4. Perbedaan UU No. 1 tahun 1970 dan VR Stbl.406 tahun 1910 bila
dibandingkan antara UU No.1 tahun 1970 dengan VR Stbl.406 tahun 1910
maka terdapat beberapa perbedaan yang bersifat prinsip antara lain :
a. Perluasan ruang lingkup ;
b. Perubahan pengawasan represif menjadi preventif ;
c. Perumusan teknis yyang
g lebih tegas
g ;
d. Penyesuaian tata usaha ;
e. Tambahan pengaturan tentang pembinaan ;
f. Tambahan pengaturan tentang retribusi.
6
Secara ETIMOLOGIS
Memberikan upaya perlindungan agar tenaga kerja dan orang lain di
tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat dan agar setiap
sumber produksi perlu dipakai dan digunakan secara aman dan efisien
Secara FILOSOFI
Suatu konsep berpikir dan upaya nyata untuk menjamin kelestarian
tenaga kerja dan setiap insan pada umumnya beserta hasil karya dan
budaya dalam upaya mencapai adil, makmur dan sejahtera.
Secara KEILMUAN
Suatu cabang ilmu pengetahuan dan penerapan yang mempelajari
tentang cara penanggulangan kecelakaan di tempat kerja.
DASAR HUKUM
UUD 1945 Pasal 27 ayat (2)
“Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan ”
kemanusiaan.
7
UU No.1 tahun 1970
SUSUNAN : 11 BAB
: 18 PASAL
: 33 AYAT
• SISTIMATIKA :
• UU NO.1 TAHUN 1970
BAB I. ISTILAH
II. RUANG LINGKUP
III. SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA
IV. PENGAWASAN
V
V. PEMBINAAN
VI. PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
VII. KECELAKAAN
VIII. KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA
IX. KEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJA
X
X. KEWAJIBAN PENGURUS
XI. KETENTUAN PENUTUP
8
Pasal 1 ayat (1) :
“ Tempat Kerja” ialah tiap ruangan atau lapangan baik tertutup maupun
terbuka, bergerak, tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering
dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber
atau sumber-sumber bahaya, sebagaimana dirinci dalam pasal 2. Termasuk
tempat kerja adalah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya
yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja
tersebut.
Penjelasan praktis :
Ciri-ciri
Ci i i i tempat
t t kerja
k j pada
d dasarnya
d adalah
d l h tempat
t t bekerja,
b k j dimana
di t d
terdapat
t3
unsur pokok yaitu adanya tenaga kerja, adanya bahaya kerja dan dilakukan
suatu usaha.
Tenaga kerja disini tidak harus sehari-hari berada atau bekerja dalam tempat
kerja yang bersangkutan (sewaktu-waktu memasuki ruangan untuk
mengontrol, menyetel, menjalankan dan lain-lain).
Pengertian usaha disini tidak selalu mempunyai motif ekonomi atau
keuntungan, tetapi dapat juga merupakan usaha sosial.
Penjelasan Praktis :
Ciri-ciri p
pengurus,
g adalah mempunyai
p y kewajiban
j dan bertanggung
gg g
jawab terhadap pelaksanaan semua ketentuan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di tempat kerjanya.
9
Pasal 1 ayat (3) :
Pengusaha adalah :
a. Orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik
sendiri dan untuk keperluan itu menggunakan tempat kerja.
b. Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan
suatu usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu menggunakan
tempat kerja ;
c. Orang atau badan hukum yang di Indonesia mewakili orang atau
badan hukum termaksud pada (a) dan (b), jikalau yang diwakili
berkedudukan di luar Indonesia.
Penjelasan Praktis :
Penjelasan Praktis :
10
Pasal 1 ayat (5) :
Penjelasan Praktis :
11
Pasal 1 ayat (6) :
Penjelasan Praktis :
Catatan :
Didalam ayat (5) dan (6) disebutkan bahwa yang mengangkat baik
pegawai pengawas maupun ahli keselamatan kerja adalah Menaker,
akan tetapi dalam pelaksanaannya diangkat oleh Dirjen Binawas sesuai
keputusan Mentri Tenaga Kerja, Trasmigrasi dan Kopersi No. Kep.
599/MEN/SJ/D/1979.
12
Pasal 2 ayat (1) :
Penjelasan Praktis :
Didalam ayat ini ditetapkan ruang lingkup UU No.1 tahun 1970, yaitu
tempat kerja dimanapun berada, selama dalam wilayah kekuasaan
negara Republik Indonesia, baik milik swasta,perseorangan atau badan
hukum maupun milik pemerintah, yang memenuhi kriteria seperti tersebut
dalam pasal 1 ayat (1).
b. Tempat rekreasi ;
c. Rumah Sakit ;
d. Tempat ibadah ;
e
e. Tempat berbelanja dan pusat hiburan.
hiburan
13
Pasal 2 ayat (2) :
Penjelasan Praktis :
Ayat ini merinci jenis tahapan kegiatan dalam tempat-tempat kerja yang
termasuk pengertian tempat kerja sebagaimana dimaksud ayat (1) yaitu butir
a s.d. r dimana di dalamnya terdapat bahaya kerja yang berhubungan
dengan :
Dengan
g p peraturan p
perundangan
g dapatp ditunjuk
j sebagai
g tempat
p kerja,
j ruang-g
ruang atau lapangan lainnya yang dapat membahayakan keselamatan atau
kesehatan yang bekerja dan yang berada di ruangan atau lapangan itu dan
dapat dirubah rincian tersebut dalam ayat (2).
Penjelasan Praktis :
Ayat ini
A i i memberikan
b ik kemungkinan
k ki untuk
k mengatur tempat kerja
k j selain
l i yang
telah ditetapkan dan mempunyai ciri-ciri di atas dalam penetapan ruang
lingkup UU No. 1 Tahun 1970 ini.
Sebab dimungkinkan untuk waktu yang akan datang ditemukan tempat kerja
baru selain yang terinci pada ayat (2).
14
Pasal 3 ayat (1) :
Penjelasan Praktis :
Ayat ini berisikan arah dan sasaran yang akan dicapai melalui persyaratan-
persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan pelaksanaan UU No. No 1 tahun
1970 yaitu butir (a s.d. r) yang bilamana diambil intisarinya adalah untuk
mewujudkan tujuan keselamatan dan kesehatan kerja.
Dengan
g p peraturan p
perundangan
g dapat
p diubah rincian seperti
p tersebut dalam
ayat (1) sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan
teknologi.
Penjelasan Praktis :
15
Pasal 4 ayat (1) :
Dengan
g pperaturan p
perundangan
g ditetapkan
p syarat-syarat
y y keselamatan kerja
j
dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran,
perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan
dan penyimpanan bahan, barang produk teknis dan aparat produksi
yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
Penjelasan Praktis :
Dari ayat ini pula terlihat sifat preventif UU ini dan merupakan salah satu
perbedaan yang bersifat prinsipil bila dibandingkan dengan UU yang
digantikannya.
Penjelasan Praktis :
Ayat ini menjelaskan isi dari setiap ketentuan atau syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yaitu akan berisi prinsip-prinsip teknis ilmiah yang mengatur
tentang konstruksi,
konstruksi bahan dan lain sebagainya.
sebagainya
16
Pasal 4 ayat (3) :
Penjelasan
j Praktis :
Ayat ini merupakan kekecualian ayat (1) dan (2) apabila terjadi
perkembangan-perkembangan di kemudian hari.
Penjelasan Praktis :
Ayat ini menjelaskan tugas pokok Direktur yaitu sebagai pelaksana umum
UU No.
N 1 tahun h 19 0 dan
1970 d tugas pokok
k k pegawaii pengawas serta ahli hli
keselamatan kerja yaitu mengawasi langsung terhadap ditaatinya UU ini dan
peraturan pelaksananya.
17
Pasal 6 :
j
Penjelasan Praktis :
Pasal ini mengatur tentang Panitia Banding yaitu sebagai upaya hukum dan
mekanisme penyelesaian persoalan apabila pengurus tempat kerja tidak
dapat menerima putusan direktur .
Pasal 7 :
Penjelasan Praktis :
* Tidak diberlakukan.
diberlakukan
18
Pasal 8 ayat (1) :
Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan
kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan
dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya.
Penjelasan Praktis :
Penjelasan Praktis :
Ketentuan ini juga menunjukkan sifat preventif dari UU ini dan menjamin
adanya usaha perlindungan di bidang kesehatan dilakukan secara
profesional dan bertanggung jawab.
19
Pasal 8 ayat (3) :
Penjelasan Praktis :
Pengurus diwajibkan
P di jibk menunjukan
j k dand menjelaskan
j l k pada d tiap
ti tenaga
t k j
kerja
baru tentang :
a. kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam
tempat kerjanya.
b. semua pengaman dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam
tempat kerjanya.
c Alat-alat
c. Alat alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
bersangkutan
d. cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
Penjelasan Praktis :
20
Pasal 9 ayat (2) :
Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan
setelah ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat
t
tersebut
b t diatas.
di t
Penjelasan Praktis :
Inti dari ayat ini adalah pengurus tidak dapat mempekerjakan tenaga kerja
yang baru diterima sebelum tenaga kerja yang bersangkutan memahami 4
hal dimaksud dalam ayat y ((1).
)
Penjelasan Praktis :
Pasal 9 ayat
y ((4)) :
Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang
dijalankannya.
Penjelasan Praktis :
Inti dari ayat ini adalah pengurus harus terus secara berkesinambungan
untuk melaksanakan usaha-usaha atau kegiatan-kegiatan yang dapat
meningkatkan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat
kerja.
21
Pasal 10 ayat (1) :
P j l
Penjelasan P kti :
Praktis
Penjelasan Praktis :
Dalam ayat ini disebutkan bahwa susunan, tugas dan lain-lainnya yang
berkaitan dengan P2K3 akan ditetapkan oleh Menaker.
Untuk itu telah diatur dalam Peraturan Menteri sebagaimana tersebut
diatas, No. 04/Men/1987.
22
Pasal 11 ayat (2) :
Penjelasan Praktis :
Pasal 12 :
Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja
untuk :
23
Penjelasan Praktis :
Didalam pasal ini secara jelas dan tegas diatur kewajiban dan hak tenaga
kerja. Oleh karena itu, apabila tenaga kerja tidak melaksanakan
kewajibannya atau mentaati syarat-syarat
syarat syarat keselamatan dan kesehatan
kerja dapat dikenakan sanksi hukum sesuai dengan pasal 15 Undang-
undang No. 1 tahun 1970.
Pasal 13 :
Barangsiapa
g p akan memasuki suatu tempatp kerja,
j diwajibkan
j mentaati
semua petunjuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan memakai alat-
alat perlindungan yang diwajibkan.
Penjelasan Praktis :
Menetapkan bahwa siapapun dalam hal ini orang lain selain tenaga
kerja akan memasuki suatu tempat kerja harus mentaati dan
melaksanakan ketentuan yang berlaku bagi tempat kerja tersebut,
termasuk pemakaian alat pelindung diri yang diwajibkan.
Pengurus diwajibkan :
a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua
syaratt keselamatan
k l t k j yang diwajibkan,
kerja di jibk sesuaii Undang-Undang
U d U d i i dan
ini d
semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang
bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan
menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan dan kesehatan
kerja.
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinya, semua gambar
keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya,
lainnya
pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk
pengawas atau ahli keselamatan dan kesehatan keja.
c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang
diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan
menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut,
disertai
d se a pe petunjuk-petunjuk
u ju pe u ju yayang
g d
diperlukan
pe u a menurut
e u u pepetunjuk
u ju pega
pegawai a
pengawas atau ahli keselamatan dan kesehatan kerja.
24
Penjelasan Praktis :
Penjelasan Praktis :
A t ini
Ayat i i menjelaskan
j l k pada d kita
kit bahwa
b h sebagian
b i besar
b k t t
ketentuan yang ada
d
didalam Undang-Undang No.1 tahun 1970 masih bersifat pokok yang masih
perlu diatur lebih lanjut dengan peraturan perundang-undangan.
Penjelasan Praktis :
Penjelasan Praktis :
25
Pasal 16 :
Penjelasan Praktis :
Pasal 17 :
Penjelasan Praktis :
Pasal 18 :
Undang-Undang ini disebut “Undang-Undang Keselamatan Kerja.”
Penjelasan Praktis :
26
KEDUDUKAN HUKUM UU NO. 1 TAHUN 1970
HUKUM
KETENAGAKERJAAN
LEX SPESIALIST
• UU UAP 1930 LEX GENERALIS
• UU PETASAN UU NO. 1 TH.1970
• UU REL INDUSTRI
• UU BARANG
• UU LING.HIDUP PERATURAN
PELAKSANAAN
• Secara
S sektoral
kt l
27
• Pembidangan
P bid T
Teknis
k i
- PP No. 7/1973 - Pestisida
- PP No. 11/ 1975 - Keselamatan Kerja Radiasi
- Per.Menaker No. 04/1980 - APAR
- Per.Menaker No. 01/1982 - Bejana Tekan
- Per.Menaker No. 02/1983 - Instalasi Alarm
Kebakaran Otomatik
- Per.Menaker No. 03/1985 - Pemakaian Asbes
- Per.Menaker No. 04/1985 - Pes. Tenaga & Prod.
- Per.Menaker No. 05/1985 - Pes. Angkat &
Angkut
• Pendekatan SDM
‐ Per.Menaker No. 01/1976‐ Wajib Latih Hiperkes
Bagi Dokter Perusahaan
‐ Per.Menaker No. 01/1979 ‐ Wajib Latih Hiperkes Bagi
Paramedis
‐ Per.Menaker No. 02/1980 ‐ Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja
‐ Per.Menaker No. 02/1982 ‐ Syarat dan
Kwalifikasi Juru Las
‐ Per.Menaker No. 01/1988 ‐ Syarat dan
Kwalifikasi Oparetor Pesawat Uap
28
• Pendekatan SDM
• Pendekatan Kelembagaan
dan Sistem
‐ PP.No. 50 tahun 2012 ttg penerapan SMK3.
‐ Per.Menaker No. 04/1987 ‐ P2K3
‐ Per.Menaker No. 04/1995 ‐ Perusahaan Jasa K3
‐ Per.Menaker No. 186/1999 ‐ Pelaporan Kecelakaan
29
3/2/2021
P2K3
1
3/2/2021
LATAR BELAKANG
DASAR HUKUM
2
3/2/2021
MANFAAT
• Mengembangkan
g g kerjasama
j bidang
g
K3
• Meningkatkan kesadaran dan
partisipasi tenaga kerja terhadap K3
• Forum komunikasi dalam bidang g K3
• Menciptakan tempat kerja yang nihil
kecelakaan dan penyakit akibat kerja
TUGAS POKOK
Memberikan
saran dan
pertimbangan
di bidang K3
kepada
pengusaha/pe
ngurus tempat
kerja (diminta
maupun tidak)
3
3/2/2021
FUNGSI
9 Faktor bahaya
9 Faktor yang mempengaruhi efisiensi dan prod’s
9 APD
9 Cara dan sikap kerja yang benar dan aman
FUNGSI
• Membantu p
pengusaha
g atau p
pengurus
g :
9 Mengevaluasi cara kerja, proses danlingkungan kerja
9 Tindakan koreksi dan alternatif
9 Mengembangkan sistem pengendalian bahaya
9 Mengevaluasi penyebab kec. dan PAK
9 Mengembangkan
g g penyuluhan
p y dan penelitian
p
9 Pemantauan gizi kerja dan makanan
9 Memeriksa kelengkapan peralatan K3
9 Pelayanan kesehatan tenaga kerja
9 Mengembangkan lab. Dan interpretasi hasil pem.
9 Menyelenggarakan administrasi K3
4
3/2/2021
PERAN
• Sebagai sekretaris
pada P2K3 di lini
f
fungsional
i l
• Memfollow up
rekomendasi atau
saran dan
perkembangan
k b yang
telah disepakati
kedua belah pihak di
lini struktural
PROGRAM KERJA
• Safety meeting
• Inventarisasi permasalahan K3
• Indentifikasi dan inventarisasi
sumber bahaya
• Penerapan norma K3
• Inspeksi secara rutin dan
teratur
• Penyelidikan dan analisa
kecelakaan
• Pendidikan dan latihan
• Prosedur dan tata cara
evakuasi
• Catatan dan data K3
• Laporan pertanggungjawaban
• Penelitian
5
3/2/2021
OUT COME
• Rekomendasi K3
• Laporan
L
KEANGGOTAN P2K3
UNSUR :
‐ PENGUSAHA
‐ TENAGA KERJA
SIFAT TIDAK TETAP
SIFAT TIDAK TETAP PERIODIK
SUSUNAN :
‐ KETUA : PIMPINAN PERUSAHAAN
(DECISION MAKER)
SEKRETARIS : AHLI / PETUGAS K3
SEKRETARIS : AHLI / PETUGAS K3
‐ ANGGOTA : SUPERVISOR / FOREMAN
/PIMPINAN UNIT KERJA/
TENAGA KERJA YANG
12
DIPANDANG MAMPU
6
3/2/2021
PERUSAHAAN YANG
DAPAT MEMBENTUK P2K3
JUMLAH TENAGA KERJA > 100 ORANG
JUMLAH TENAGA KERJA < 100 ORANG DENGAN TINGKAT
BAHAYA BESAR
JUMLAH TENAGA KERJA < 100 ORANG DALAM KEL. CENTRA
INDUSTRI KECIL DAPAT BERGABUNG DALAM SATU WADAH
P2K3
13
PROSES PEMEBENTUKAN
INVENTARISASI
CALON ANGGOTA
&
PENGARAHAN
PERUSAHAAN
KONSULTASI
A. PERSIAPAN KE DISNAKER
INVENTARISASI
PERUSAHAAN
PEMERINTAH
PENGARAHAN
PERUSAHAAN 14
7
3/2/2021
PROSES PEMEBENTUKAN
MEMBETUK
PENGURUS
P2K3
LAPOR KE
PERUSAHAAN
DISNAKER
PERMOHONAN
TERTULIS
B. PEMBENTUKAN UNTUK
PENGESAHAN
PENERBITAN SK
PEMERINTAH
PELANTIKAN
15
PEMBINAAN
• INTERN
‐ PERSONIL
‐ PROGRAM
‐ OPERASIONAL
EXTERN
‐ SEMINAR
‐ LOKAKARYA
‐ KURSUS
‐ STUDY TOUR
PEMERINTAH
‐ KUNJUNGAN PEGAWAI
PENGAWAS
‐ MONITORING LAPORAN
16
8
3/2/2021
KESIMPULAN
P2K3 MERUPAKAN SARANA PENUNJANG
PENERAPAN K3 DI PERUSAHAAN
MENCEGAH DAN MENGURANGI TERJADINYA
KECELAKAAN TERMASUK KEBAKARAN,
PELEDAKAN DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA
17
LAMPIRAN I
No. : Kepada
Lampiran : Yth. Kepala Kantor
Departemen
Hal : Tenaga Kerja
LAPORAN P2K3
9
3/2/2021
10
3/2/2021
11
3/2/2021
Keterangan : ………………20…..
* Diisi dengan tanda pada Ketua P2K3
kolom yang dimaksud
** Coret yang tidak perlu
__________________
LAMPIRAN I
12
3/2/2021
REKOMENDASI
NO :
NO Bahaya Potensial Kemungkinan Usulan/Pemecaha
kecelakaan n/ Rekomendasi
1 2 3 4
………………………………….
PANITIA PEMBINA KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA
KETUA,
LAMPIRAN III
Waktu Akibat
kejadia Jenis Umur
n/tgl/bl Sementara
n Nama KelaminKorban Mati Cacat tak Cedera
(L/P) tetap mampu ringan
bekerja
13
3/2/2021
F kt Kecelakaan
Faktor K l k P ki
Perkiraan K
Kerugian
i Sebab
S b b
kecela-
Luka Sumber Tipe Kondisi Tindaka MaterialHari kaan
pada Kecelakaankecelakaanmekanik n kerja
fisik berbaha
berbahayaya
TERIMA KASIH………
14
3/2/2021
15
3/2/2021
- LINGKUNGAN
KERJA :
. PENERANGAN - GANGGUAN
. LANTAI LICIN PENGLIHATAN
-TERPELESET
RUANG POTENSI
NO. TEMPAT KEGIATAN OBJEK MESIN, BAHAYA
KERJA ALAT (AKIBAT)
2
2. BENGKEL PEMBUBUTAN - MESIN BUBUT - PERCIKAN GRAM
- LINGKUNGAN
KERJA :
- PENCAHAYAAN - GANGGUAN PENGLI-
HATAN
- PERALATAN - SENTUHAN
LISTRIK LANGSUNG/TIDAK
LANGSUNG
16
3/2/2021
RUANG POTENSI
NO. TEMPAT KEGIATAN OBJEK MESIN, BAHAYA
KERJA ALAT (AKIBAT)
3
3. RUANGAN PENGOPERA - BOILER - PELEDAKAN
BOILER SIAN - KEBAKARAN
- TERKENA SEM-
BURAN UAP,
AIR PANAS
- PERALATAN - SENTUHAN
LISTRIK LANGSUNG/
TIDAK
LANGSUNG
- LINGKUNGAN
KERJA :
. PENERANGAN - GANGGUAN
PENGLIHATAN
. LANTAI LICIN - TERPELESET
. KEBISINGAN - GANGGUAN
PENDENGARAN
SASARAN 1
Menciptakan kondisi aman dan selamat
b i
bagi seluruh
l h k
karyawan d
dan orang
lainnya yang ada ditempat kerja &
untuk mencapai kecelakaan Nihil
17
3/2/2021
RENCANA KEGIATAN
A. PENGGANTIAN DAN
PEMASANGAN TABUNG APAR
REALISASI
- Div. TC =………tabung
- Gedung …. =
=………tabung
tabung
- Marketing =………tabung
B. PELATIHAN K3
REALISASI
KARYAWAN DI DIVISI… Sebanyak 15 orang
18
3/2/2021
G. SERTIFIKASI PERALATAN,
MESIN, INSTALASI
REALISASI
Telah dilaksanakan pengujian berkala terhadap :
a. Overhead traveling crane
b. Forklift
c. Instalsi listrik
d. B j
Bejana bertekanan
b t k
e. Instalasi proteksi kebakaran
f. Instalasi penyalur petir
19
3/2/2021
H. PENYEDIAAN PERLENGKAPAN
PERTOLONGAN PERTAMA
Pengadaan obat-obatan Pertolongan Pertama
I IMPLEMENTASI SMK3
I.
Realisasi : Dalam proses penjajagan
SASARAN 2
20
3/2/2021
RENCANA KEGIATAN
A. PENGUJIAN KESEHATAN
Realisasi :
SECARA VISUAL
Pemeriksaan sampel :
- Menu makan siang
- Air minum
- Susu
S murnii dari
d i CV…………….
CV
21
3/2/2021
SASARAN 3
22
3/2/2021
RENCANA KEGIATAN. A
REALISASI
Telah diajukan untuk penerbitan SPK
pembuangan limbah untuk periode
tahun 2015
RENCANA KEGIATAN. B
REALISASI
- Pemantauan kualitas air limbah
- proses pelaporan dilaksanakan rutin tiap bulan
ke laboratorium yang telah ditentukan
23
3/2/2021
RENCANA KEGIATAN. C
PEMELIHARAAN KEBERSIHAN
(CELANING SERVICE
REALISASI
- Pemeliharaan kebersihan oleh Cleaning
Service dilaksanakan secara rutin
- T l h dibuat
Telah dib t kontrak
k t k baru
b untuk
t k periode
i d
Nompeber 2014 – Oktober 2015 dengan
Cleaning Service
RENCANA KEGIATAN. D
REALISASI
Telah dilaksanakan fogging dan
penyemprotan untuk penanggulangan
kutu di Dep Logistik, bekerjasama
dengan Dinas Kesehatan Kab. Bandung
24
3/2/2021
RENCANA KEGIATAN. E
BINA LINGKUNGAN
REALISASI
Telah dilaksanakan penyerahan sebanyak
6680 pohon siap tanam dalam rangka
Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis (GRLK)
untuk
t kKKab/Kota…………………………………..
b/K t
25
3/2/2021
SASARAN KE 4
MEMENUHI KEBUTUHAN PAKAIAN
SERAGAM KERJA
RENCANA KEGIATAN
Pengajuan Kebutuhan Pakaian Seragam
Kerja tahun 2015
REALISASI
Telah
T l h dibuat
dib t kontrak
k t k pengadaan
d
Pakaian Seragam Kerja Umum untuk
tahun 2015 (2 Stel per orang)
26
KEBIJAKAN PEMBINAAN
AHLI KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
LATAR BELAKANG
1
PENGERTIAN
AHLI K3
Tenaga tehnis berkeahlian khusus dari luar Depnaker
yang ditunjuk oleh Menaker untuk mengawasi
ditaatinya UU Keselamatan Kerja
PEGAWAI PENGAWAS
Pegawai tehnis berkeahlian khusus dari Depnaker
yang ditunjuk oleh Menaker
DIREKTUR
Pejabat yang ditunjuk oleh Menaker untuk
melaksanakan UUKK
PENUNJUKAN AHLI K3
Pasal 2 Per.Menaker No.02/MEN/1992
MENAKER
DIRJEN
BINAWAS
AHLI K3
PERUSAHAAN PERUSAHAAN
JASA k3
2
TATA CARA PENUNJUKAN AHLI K3
9 S 1 + pengalaman 2 tahun
9 SARMUD +pengalaman 4 tahun
9 Sehat
9 Kelakuan baik
9 Bekerja penuh
9 Lulus seleksi Tim Penilai
PERMOHONAN MENAKER SK
Ps. 4 cq. Dirjen Binawas PENUNJUKAN
Ps. 7
• 3 tahun
TIM PENILAI • dapat diperpanjang
Ps. 5,6 • dapat dicabut
3
MEKANISME PENUNJUKAN AHLI K3
4
PERPANJANGAN PENUNJUKAN AHLI K3
Ps. 7
PENCABUTAN SK
Ps. 8
(1) Tidak berlaku :
• mutasi
• mengundurkan diri
• meninggal dunia
(2) Dicabut
Di b t :
• melanggar peraturan K3
• kesalahan
• membuka rahasia
5
KEWAJIBAN DAN WEWENANG
Bab III
KEWAJIBAN (Ps.
(P 9) :
• melaksanakan SK
• melapor ke Menaker cq. Dirjen Binawas
- P2K3 : 3 bulan;
- PJK3 : setiap pemeriksaan
• tembusan laporan :
- IPK3 setempat;
- Propinsi
- Dir. PNKK
6
LAPORAN AHLI K3
Ps. 9
2. PERSETUJUAN KEGIATAN
PENGAWAS
SPESIALIS
AHLI K3
3. LAPORAN KEGIATAN
JADWAL PEMERIKSAAN
OBYEK PEMERIKSAAN
METODE PEMERIKSAAN
STANDAR/PEDOMAN TEHNIS (REF.)
SARANA/ALAT BANTU :
- merk alat
- nomor serie
- tahun pembuatan
- kalibrasi terakhir
7
Peduli HIV & AIDS
Di Tempat Kerja
LATAR BELAKANG
• Pelaksanaan tata cara pengajuan, penilaian dan pemberian penghargaan
pengawasan ketenagakerjaan belum seragam
• Keputusan Dirjen No. 723 tentang Tata cara Penilaian Kecelakaan Nihil dianggap
sudah tidak sesuai dengan
g pperkembangang sehingga
gg pperlu disempurnakan
p
• Mekanisme penilaian penghargaan perlu disempurnakan
• Penilaian penghargaan kecelakaan nihil (Zero Accident Award) belum
membedakan perusahaan dengan potensi bahaya dan risiko maupun sektor
”prinsip apple to apple”
• Penghargaan yang sudah berjalan secara rutin baru penghargaan kecelakaan
nihil di tingkat
g pperusahaan,, untuk ggubernur/Bupati/Walikota
p sebagai
g ppembina K3
dan karyawan peduli K3 belum diatur dan belum ada dasar hukumnya
• Meningkatkan motivasi dan partisipasi pengusaha dan berbagai pihak terkait
dalam pelaksanaan Program Pencegahan HIV dan AIDS di tempat kerja
8
Dasar Hukum
Pedoman Penghargaan K3 diatur
dalam Permenakertrans No.
01/Men/2007
Program Pencegahan & Penanggulangan
HIV & AIDS di tempat kerja diatur Kep
Dirjen PPK No
No. Kep
Kep. 75/DJPPK/IX/2010
4. Pembiayaan
5. Penyelenggaraan
9
TUJUAN
JENIS PENGHARGAAN
1. Kecelakaan Nihil (Zero Accident Award)
2. SMK3 (sertifikat dan bendera)
3. Pembina K3
4. Pemerduli K3
10
BENTUK PENGHARGAAN
SERTIFIKAT DAN BENDERA SMK3
PIAGAM DAN PLAKAT PENGHARGAAN
KECELAKAAN NIHIL (ZERO ACCIDENT)
TROPHY PENGHARGAAN KECELAKAAN
NIHIL TERBAIK
MEDALI DAN LENCANA PEMBINA K3
PIAGAM DAN PLAKAT PEMERDULI k3
KRITERIA PENILAIAN
Jenis
No Diberikan kpd Kriteria Penilaian
Penghargaan
1 Kecelakaan Perusahaan ∑ tenaga kerja
Nihil KLUI
Potensi bahaya dan tingkat resiko dengan
pembobotan 1 s/d 5
2 SMK3 Perusahaan Kalsifikasi perusahaan besar, menengah,
kecil
Tingkat resiko
Kriteria audit
3 Pembina K3 Gubernur/ Rasio ∑ perusahaan yg menerima
Bupati/ penghargaan K3 tingkat nasional sebanyak
Walikota 0.05 % ∑ perusahaan di wilayah ybs
4 Pemerduli K3 1. Tenaga Prestasi di bidang K3 shg prsh ybs
kerja mendapat penghargaan tingkat nasional
2. Anggota Punya keperdulian, jasa dan prestasi
masyarakat menggerakan penerapan K3
11
KRITERIA PENILAIAN PENGHARGAAN ZERO
ACCIDENT
I. Pengelompokan Perusahaan
dikategorikan
g sebagai
g berikut :
1. Perusahaan besar, dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100
orang;
2. Perusahaan menengah, dengan jumlah tenaga kerja 50 s/d 100
II. Sektor Usaha
orang;
Berdasarkan
3. Perusahaan klasifikasi
kecil,lapangan usahatenaga
dengan jumlah Indonesia
kerja(KLUI)
s/d 49dan bobot
orang.
risiko terhadap variabel :
1. Mesin-mesin, pesawat-pesawat, alat-alat kerja, peralatan
lainnya, bahan-bahan dan sebagainya
2. Lingkungan
3. Sifat pekerjaan
4. Cara kerja
Batasan Penilaian
a. Kecelakaan yang menghilangkan waktu kerja selama 2 x 24 jam
b Kehilangan waktu kerja dihitung berdasarkan kenyataan tidak mampu bekerja,
b. bekerja
bagian tubuh yang cacat dihitung sesuai ketentuan berlaku
c. Kecelakaan/kejadian yang menyebabkan terhentinya proses dan atau rusaknya
peralatan tanpa korban jiwa dapat merupakan kehilangan waktu kerja jika melebihi
shift berikutnya;
d. Telah mencapai jumlah jam kerja orang selama 3 tahun berturut-turut sesuai
dengan KLUI dan bobot risiko bahaya
e. Tdk diperhitungkan selama korban dalam proses medis, akibat perang, bencana
alam
f. Dihitung sejak terjadi kecelakaan yang mengakibatkan angka 0
12
Persyaratan lain :
1. Perusahaan telah melaksanakan program SMK3 dan Audit SMK3
sekurang-kurangnya selama 3 (tiga) tahun;
2. Perusahaan peserta Jamsostek;
3. Telah dilakukan verifikasi klaim Jamsostek (cross check) sesuai
periode perhitungan jam kerja.
13
Penghargaan Pembina K3 :
14
TATA CARA MEMPEROLEH PENGHARGAAN
TIM PENILAI KABUPATEN/KOTA PERUSAHAAN
• melakukan verifikasi mengajukan ke Disnaker
setempat di kabupaten/
• Berita Acara : kota
• Hari, Tanggal, Tahun, Nama & Alamat
• Jumlah TK, Jam Kerja Nihil, Periode
• Tanda tangan anggota Tim Penilai,
Pengurus Prsh
• Pejabat pengawasan ketenagakerjaan
15
Usulan Dinas Provinsi
9 Dinas yg membidangi KK di Prov. mengajukan permohonan
penghargaan ke Ditjen Binwasnaker.
16
RUMUS PENETAPAN STANDAR MINIMAL JAM KERJA ORANG
(JKO) PENGHARGAAN KECELAKAAN NIHIL
Kecil 50 40 50 3 300.000
3 3 600 000
3.600.000 360 000
360.000 180 000
180.000
6.000.000 – (2/5x6.000.000) 600.000 – (2/5x600.000) 300.000 – (2/5x300.000)
17
∑ JAM KERJA ORANG (JKO) SELAMA 3 TAHUN
18
3 3.1 Industri makanan, minuman dan 4 2,4 juta 240.000 120.000
tembakau
3.2 Industri tekstil, pakaian jadi dan 4 2,4 juta 240.000 120.000
kulit
3.3 Industri kayu dan barang dari 3 3,6 juta 360.000 180.000
kayu, termasuk perabot rumah
tangga
3.4 Industri kertas, barang dari kertas, 5 1,2 juta 120.000 60.000
percetakan dan penerbitan
19
8 8.1 Lembaga keuangan 2 4,8 juta 480.000 240.000
DEPARTEMEN
TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
diberikan kepada :
NAMA PERUSAHAAN
Alamat
MENTERI
TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
Ttd/cap
Nama Jelas
Utamakan Keselamatan dan Sistem Manajemen
Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kerja
20
TROPHY PENGHARGAAN KECELAKAN NIHIL TERBAIK
PERSEKTOR
SERTIFIKAT SMK3
21
MEDALI DAN LENCANA PEMBINA
K3
Peduli HIV & AIDS
Di Tempat Kerja
(“ AIDS AWARD ” D
DII TEMPAT KERJA)
44
22
Latar Belakang
HIV dan AIDS telah menjadi masalah besar di Dunia
maupun di Indonesia, karena :
9 Merupakan penyakit yang belum ditemukan obatnya
9 J l h
Jumlahnya tterus meningkat
i k t (I
(Indonesia
d i ttercepatt di A
Asia)
i )
9 Sebagian besar pada usia produktif (> 85 %)
9 Memberikan dampak luas : kesehatan, sosial, ekonomi termasuk
pada dunia usaha
Setiap tenaga kerja berhak atas perlindungan
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja termasuk dari
permasalahan HIV dan AIDS;
Dunia usaha harus mengambil peran dalam program P2-
HIV dan AIDS di Tempat Kerja sebagai bagian dari
program K3.
Untuk meningkatkan motivasi dan partisipasi pengusaha
dan berbagai pihak perlu pemberian penghargaan dalam 45
program P2 HIV/AIDS di Tempat Kerja
Landasan Hukum
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Peraturan Presiden No 75 Tahun 2006 tentang Komisi Penanggulangan
AIDS Nasional
Keputusan Menakertrans No KEP-68/MEN/IV/2004 tentang Pencegahan
Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja;
Keputusan Dirjen Binwasnaker No. KEP-20/DJPPK/VI/2005 tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pencegahan dan Penanggulangan
HIV/AIDS di Tempat Kerja
Keputusan Dirjen Binwasnaker No. KEP-44/DJPPK/2012 tentang
Pedoman Pemberian Penghargaan Program P2- HIV dan AIDS Di
Tempat Kerja
46
23
Ruang Lingkup Pedoman AIDS
Award
1. Penghargaan
Jenispenghargaan
p g g
Bentuk penghargaan
Pemberian penghargaan
2. Tata cara untuk memperoleh penghargaan
Pengajuan dan penilaian penghargaan
Proses administrasi pengajuan
penghargaan
Penilaian
Tim penilai
3. Indikator dan kriteria penilaian penghargaan
4. Penyelenggaraan penyerahan penghargaan
47
5 Pembiayaan
Jenis Penghargaan
1
1. Penghargaan Perusahaan dengan Program
P2-HIV dan AIDS Di Tempat Kerja;
2. Penghargaan Pemerduli Program P2-HIV
dan AIDS di Tempat Kerja;
3. Penghargaan Pembina Program P2-HIV dan
AIDS di Tempat Kerja.
Kerja
48
24
Bentuk Penghargaan
Piagam;
Plakat;
Lencana dan;
Pin
49
50
25
TATA CARA MEMPEROLEH PENGHARGAAN
A. Proses administrasi pengajuan penghargaan
2. Kelengkapan dokumen pengajuan usulan
51
26
Penilaian
Data pendukung berita acara
pemeriksaan sekurang-kurangnya
meliputi :
9 Dokumen kebijakan,
9 Rencana kegiatan/program dan
53
54
27
INDIKATOR DAN KRITERIA PENILAIAN
PENGHARGAAN
55
Tabel 1.
Indikator dan Kriteria Penilaian Penghargaan Perusahaan dengan Program
P2-HIV dan AIDS Di Tempat Kerja
Nilai/
No. Indikator Penilaian Bobot Kriteria Penilaian
Skor
1. Memiliki dokumen tertulis kebijakan 15 % a) Kebijakan 100
Program P2-HIV dan AIDS di Tempat Kerja. dicantumkan dalam
PP/PKB
b) Kebijakan belum 60
dicantumkan dalam
PP/PKB
2. Mensosialisasikan isi Kebijakan Program P2-HIV 5% Ada 100
dan AIDS di tempat kerja kepada seluruh
karyawan
56
28
4. Melakukan upaya untuk 15.% a) Perusahaan dengan ODHA telah 100
menghindari sikap dan tindakan melakukan poin 4.a s.d. 4.d atau
stigma dan diskriminasi yang perusahaan tanpa ODHA telah
dibuktikan dengan : melakukan poin 4.a dan 4.b
a) Tidak melakukan test HIV b) Perusahaan dengan ODHA telah 60
secara wajib *) melakukan tindakan poin 4.a s.d.
b)) Memiliki sistem atau pprosedur 4.c atau p
perusahaan tanpa
p ODHA
baku untuk menjaga telah melakukan poin 4.a saja
kerahasiaan (confidentiality) c) Perusahaan dengan ODHA telah 30
status HIV pekerja melakukan poin 4.a dan 4.c
c) Pekerja dg HIV dan AIDS
diperlakukan sama **)
d) Pekerja dg HIV dan AIDS
diberi dukungan & difasilitasi
untuk mendapatkan
pengobatan/perawatan ***)
58
29
7. Jumlah pekerja/Karyawan yang 5% a) > 75% 100
pernah diberi b) 50 – 75% 60
penyuluhan/mengikuti diskusi c) < 50% 30
/pelatihan tentang HIV dan AIDS di
tempat kerja dalam satu tahun
terakhir
8. Melakukan evaluasi secara 5% a) Dilakukan 1(satu) 100
regular terhadap efektifitas tahun sekali thd
pelaksanaan program melalui poin a, b, dan c
b) Dilakukan lebih
kuesioner terhadap karyawan /
dari satu tahun 60
pekerja di perusahaan untuk sekali terhadap
mengetahui: poin a, b, dan c
a. Tingkat pengetahuan tentang c) Dilakukan hanya
cara pencegahanh d dan satu atau dua
d 30
penularan HIV; poin a atau b atau
b. Tingkat pemahaman tentang c.
larangan stigma dan
diskriminasi terkait HIV &
AIDS ;
c. Tingkat perubahan perilaku
59
berisiko terkait HIV dan
30
10. Pelaporan kegiatan kepada 5% ada 100
instansi yang membidangi
pengawasan ketenagakerjaan
setempat.
11. Memiliki
l k program/kegiatan
/k 5% a)) > 2 kali/tahun
k l/ h 100
P2-HIV dan AIDS terhadap b) 1 - 2 60
masyarakat di luar perusahaan kali/tahun
(sekolah, tempat ibadah, c) Pernah dalam 30
posyandu, lokalisasi) 3 tahun
terakhir
61
31
Tabel 2
Kriteria Pencapian Penghargaan Perusahaan dengan Program P2-
HIV dan AIDS (AIDS Award) Di Tempat Kerja
Peringkat
No. Nilai Total Keterangan
Pencapaian
Tingkat
1 > 85 Platinum pelaksanaan tinggi
Tingkat
2 70 – 85 Gold pelaksanaan cukup
tinggi
Tingkat
3 56 - 69 Silver pelaksanaan sedang
Catatan :
bagi perusahaan yang nilai totalnya masih < 56, maka perlu dibina lebih intensif
oleh pengawas ketenagakerjaan setempat bersama pihak terkait lain.
63
32
C. Penghargaan pihak terkait/pemerduli Program P2-
HIV dan AIDS Di Tempat Kerja
Penghargaan pihak terkait/pemerduli Program P2-HIV
dan AIDS di Tempat
p Kerjaj diberikan kepada
p
lembaga/instansi atau perseorangan yang telah
memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Melakukan upaya secara terus menerus dan konsisten
sekurang-kurangnya dalam waktu 3 tahun terakhir untuk
mendorong atau bekerjasama dengan perusahaan dan/atau
instansi Pemerintah dalam melaksanakan program P2-HIV dan
AIDS di Tempatp Kerja;
j ;
b. Mempunyai prestasi dalam program P2-HIV dan AIDS di tempat
kerja seperti sebagai nara sumber dalam kegiatan advokasi,
kampanye, penyuluhan, seminar, lokakarya, dan pelatihan yang
dibuktikan dengan sertifikat dan/atau membuat karya tulis yang
dipublikasikan pada media resmi;
65
66
33
34
35
36
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
1
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
2
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
c. kebijakan K3
2.Perencanaan
Dalam perencanaan ini, secara lebih rinci dibagi menjadi beberapa hal yaitu:
3
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
3.Penerapan Rencana K3
berikut ini.
4
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
5
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
"Plan- Do-Check-Action'" sebagai berikut ini.
6
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
berdasarkan tingkatan penerapan SMK3 yang terdiri dari 3 tingkatan, yaitu
sebagai berikut ini.
Perusahaan kecil atau dengan tingkat resiko rendah. Pada tingkat awal
ini, perusahaan harus dapat menerapkan 64 kriteria audit.
7
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
kriteria tingkat awal, ditambah 58 kriteria tingkat transisi, dan ditambah
dengan 44 kriteria lanjutan, total keseluruhan berjumlah 166 kriteria audit.
8
√
siAPA auditor SISTEM MANAJEMEN K3 ?
9
MEKANISME PENUNJUKAN AHLI K3
Lampiran
a. C.V TIM PENILAI
b. Pengalaman K3
c. Ket. sehat
d. Ket. psikotest
(1) Syarat administrasi
e. Ket. kelakuan baik (2) Kemampuan teknis *
f. Pernyataan bekerja penuh
g. FC ijasah/STTB
h. Sertifikat Ahli K3/SK Pengawas KK
i. Pas Foto (berwarna) PERTIMBANGAN
10
AUDITOR SECARA FUNGSIONAL
TUPOKSI/Fungsi :
– Ahli K3 Umum
– Ahli K3 Spesialis
– Auditor SMK3
– Pengawas KK
MAPING SMK3
11
Peranan Standardisasi Dalam Sistem Pengawasan K3
TEKNIS K3 KOMPETENSI
• Produk UU No.1/1970
• Mesin
Metode uji
•
PP No.102/2000
BNSP
STANDAR • Std. & Sertf.
PP No.25 /2000
• Akreditasi
BSN SNI • Koordinasi
KONSENSUS
PANTEK
LDP LSP
• USER UJK
• ASOSIASI
• CENDIKIAWAN
SERTIFIKASI
KONSENSUS
DUNIA KERJA
RSNI
Terima kasih ……
atas perhatiannya …….
12
syahbardia file 08042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
BAB l.PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kebakaran dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Tidak ada
t
tempat
t kerja
k j yang dapat
d t dijamin
dij i bebas
b b resiko
ik (imun)
(i ) dari
d i bahaya
b h
kebakaran. Kebakaran ditempat kerja dapat membawa konsekwensi yang
berdampak merugikan banyak pihak baik bagi pengusaha, tenaga kerja
maupun masyarakat luas.
Akibat yang ditimbulkan dari peristiwa kebakaran ditempat kerja dapat
mengakibatkan
kib tk k b
korban ji
jiwa, k
kerugian
i material,
t i l hilangnya
hil l
lapangan k j
kerja
dan kerugian lain yang tidak langsung, apalagi kalau terjadi kebakaran
pada obyek vital maka dapat berdampak lebih luas lagi.
Berdasarkan data kasus kebakaran dari Pusat Laboratcrium Fisika
Forensik Mabes Polri dari tahun 1990-2001, adalah sebagai berikut:
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Th. 1990-1996
Jumlah kebakaran. 2033 kasus
80% kasus ditempat kerja
20% kasus
k b k tempat
bukan t t kerja
k j
Th. 1997-2001
Jumlah kejadian : 1121 kasus
76,1 % terjadi ditempat kerja
23 9 % bukan
23,9 b k tempat
t t kerja
k j
1
syahbardia file 08042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Dan ternyata teridentifikasi pula, bahwa 20 % dari kejadian
kebakaran berakibat habis total. Gambaran ini menunjukan bahwa,
ditempat kejadian tersebut tidak tersedia sumberdaya yang memadai untuk
menghadapi
h d i kejadian
k j di kebakaran.
k b k
Informasi penting lainnya yang perlu diperhatikan adalah data
faktor penyebab kebakaran adalah seperti digambarkan sbb.:
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Data penyebab kebakaran diatas, adalah fakta lapangan yang
dapat dijadikan sebagai referensi bahwa ada dua faktor penyebab yang
menonjol, yaitu api terbuka dan listrik.
G b
Gambaran d t diatas
data di t adalah
d l h sebagai
b i pelajaran
l j yang sangatt
berharga bagi jajaran pengawasan K3 khususnya dibidang
penanggulangan kebakaran. Faktor-faktor penyebab kegagalan perlu dikaji
secara baik untuk diambil langkah yang tepat.
Faktor-faktor kegagalan dan kendala dapat karena faktor peralatan
proteksi
t k i kebakaran
k b k yang kurang
k memadai,
d i sumber
b daya
d manusia
i yang
tidak dipersiapkan, atau hambatan dari manajemen. Disisi lain dapat pula
disebabkan karena lemahnya sistem pembinaan dan pengawasan dari
instansi yang berwenang termasuk pengawasan terhadap peraturan
perundangan K3.
2
syahbardia file 08042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Peraturan perundangan K3 dibidang penanggulangan kebakarann
walaupun masih terbatas, namun hal yang mendasar sudah cukup
memadai apabila ditunjang dengan kemampuan teknis para pegawai
pengawas.
Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan peraturan perundangan
dan standar teknis keselamatan dan kesehatan, termasuk masalah
penanggulangan kebakaran, adalah menjadi tugas dan tanggung jawab
para pegawai pengawas, dan karena itu pula para pegawai pengawas
dit t t memiliki
dituntut iliki kemampuan
k t k i yang cukup
teknis k memadai.
d i
Dari fakta lapangan yang ada, maka pegawai pengawas dalam
kegiatan inspeksi dapat diarahkan pada masalah yang menonjoi. Dari sisi
penyebab kebakaran ada dua hal yaitu api terbuka dan listrik harus selalu
menjadi perhatian, disamping faktor khusus yang ada disetiap tempat kerja.
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Penggunaan api terbuka pada umumnya dalam pelaksanaan
pekerjaan yang bersifat sementara, misalnya pekerjaan perbaikan dengan
mesin las. Dalam K3 setiap pekerjaan panas harus dikendalikan secara
administratif
d i i t tif dengan
d iji kerja
ijin k j panas (Hot
(H t Work
W k Permit).
P it) Ijin
Iji ini
i i diterbitkan
dit bitk
oleh penanggung jawab K3 di setiap tempat kerja.
Pengawasan Norma K3 penanggulangan kebakaran ditujukan
untuk mencegah atau mengurangi tingkat resiko seminimal mungkin.
Karena itu seorang pegawai pengawas harus memiliki pengetahuan teknis
K3 penanggulangan
l k b k
kebakaran, sehingga
hi mampu menilai
il i kesesuaian
k i
sistem proteksi kebakaran pasif, aktif dan manajemen penanggulangan
kebakaran.
3
syahbardia file 08042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
B. Tujuan pembelajaran
1.Tujuan Pembelajaran Umum
Melalui program pembelajaran ini diharapkan anda dapat
memahami
h i k t t
ketentuan peraturan
t perundangan
d t t
tentang
pengawasan K3 penanggulangan kebakaran, sehingga diharapkan
mampu menjalankan tugas pembinaan dan pengawasan
sebagaimana diamanatkan o!eh pasa! 5 Lindang Undang No 1
tahun 1370 tentang Keselamatan kerja
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
b. Menjelaskan pengertian yang berkaitan dengan pengawasan
penanggulangan kebakaran
c. Menjelaskan ruang lingkup pengawasan penanggulangan
k b k
kebakaran
d. Menjelaskan fenomena kebakaran
e. Menjelaskan sistem proteksi kebakaran
f. Menjelaskan manajemen penanggulangan kebakaran
g. Menjelaskan sistem tanggap darurat penanggulangan kebakaran
h
h. M j l k
Menjelaskan t k ik pemeriksaan
teknik ik d
dan pengujian
ji sistem
i t proteksi
t k i
kebakaran
4
syahbardia file 08042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
C. Ruang Lingkup
Dalam kegiatan pembelajaran modul ini adalah memberikan
pembekalan pengetahuan K3 dibidang penanggulangan kebakaran, agar
mampu menjalankan
j l k t
tugas d
dan f
fungsi
i sebagai
b i pegawaii pengawas.
Pembahasan dalam modul ini mencakup aspek normatif, administratif dan
aspek dasar teknik K3 Penanggulangan kebakaran. Aspek normatif adalah
yang berkaitan dengan ketentuan peraturan perundangan. Aspek
administratif adalah yang berkaitan dengan prosedur dan kelengkapan
d k
dokumen. S d
Sedangkan
k aspekk teknis
t k i adalah
d l h berkaitan
b k it d
dengan k
konsep
desain sistem proteksi kebakaran.
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
BAB II POKOK BAHASAN
A. DASAR HUKUM PENGAWASAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Tugas pokok pegawai pengawas adalah menjalankan pengawasan
peraturan
t perundangan
d dibid
dibidang k t
ketenagakerjaan,
k j t
termasuk
k ketentuan
k t t K3
dibidang penanggulangan kebakaran. Kebakaran ditempat kerja adalah
termasuk kategori kecelakaan kerja, dimana kejadian kebakaran dapat
membawa konsekuensi mengancam keselamatan jiwa tenaga kerja dan
berdampak dapat merugikan banyak pihak baik pengusaha, tenaga kerja
maupun masyarakat
k t luas.
l
Pertimbangan hukum, tujuan dan sasaran K3 adalah dalam rangka
melindungi pekerja dan orang lain, menjamin kelancaran proses produksi,
menjaga keamanan asset usaha serta perlindungan terhadap lingkungan.
Ketentuan pokok yang berkaitan dengan K3 penanggulangan keba-
5
syahbardia file 08042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
karan adalah sebagaimana diamanatkan oieh Undang-undang No 1 tahun
1970, - pahami jiwanya mulai dari konsideran, isi dan penjelasannya serta
tinjauan akademiknya.
B b
Beberapa h l yang mendasar
hal d kh
khususnya yang berkaitan
b k it l
langsung
dengan penanggulangan kebakaran adalah sbb. :
• Tujuan K3 pada umumnya termasuk masalah penanggulangan
kebakaran (Fire safety objective) adalah tersirat dalam konsideran
UU 1/70, yaitu bertujuan melindungi tenaga kerja dan orang lain,
assett dan
d lingkungan
li k masyarakat;
k t
• Syarat-syarat K3 penanggulangan kebakaran sesuai ketentuan
pasal 3 ayat (1) huruf b, d, q dalam undang undang No 1 th 1970,
adalah merupakan sasaran yang ingin diwujudkan di setiap tempat
kerja, yang berbunyi:
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat syarat keselamatan kerja
untuk:
b. mencegah1), mengurangi2) dan memadamkan kebakaran3)
d memberikan
d. b ik kesempatan
k t jalan
j l untuk
t k menyelamatkan
l tk diri
di i
pada waktu kebakaran 4) q. mengendalikan penyebaran
panas 5) asap 6) dan gas 7]
6
syahbardia file 08042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
K3 Penanggulangan kebakaran dilandasi dengan ilmu pengetahuan
menemukenali potensi bahaya kebakaran, membobot resiko dan metoda
pengendaliannya serta menyiapkan sumber daya untuk mengantisipasi bila
t j di kebakaran
terjadi k b k sepertiti ilustrasi
il t i pada
d gambar
b 1
7
syahbardia file 08042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
No 14 th 1969 adalah mencakup : pembentukan, penerapan, pengawasan.
Norma yang belum ada dipersiapkan, norma yang telah ada terus
disosialisasikan dengan diberikan batas waktu, dan apabila dalam batas
waktu
kt yang disepakati
di k ti belum
b l j
juga dil k
dilaksanakan,
k maka
k diberikan
dib ik peringatan
i t
pertama dan kedua. Apabila peringatan pertama dan kedua dilanggar maka
dapat dibuatkan BAP projustisia.
Beberapa pengertian dan istilah yang berkaitan dengan ruang
lingkup tugas pengawasan K3 dibidang penanggulangan kebakaran berikut
i i harus
ini h anda
d pahami
h i secara baik
b ik yaitu
it antara
t l i :
lain
1). Kebakaran, adalah api yang tidak dikehendaki. Boleh jadi api itu
kecil, tetapi apabila tidak dikehendaki adalah termasuk kebakaran.
Hampir terbakarpun artinya adalah kebakaran.
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Mencegah kebakaran1) , - adalah segala upaya untuk
menghindarkan terjadinya kebakaran. Seorang pengawas harus
mampu menetapkan rekomendasi syarat apa yang sesuai dengan
k d
keadaan yang ditemukan
dit k dilapangan
dil sewaktu
kt inspeksi.
i k i
2) Resiko kebakaran, - adalah perkiraan tingkat keparahan apabila
terjadi kebakaran. Besaran yang mempengaruhi tingkat resiko
adalah ada 3 faktor yaitu :
a. tingkat kemudahan terbakarnya (flammablelity) dari bahan
yang diolah
di l h atau
t disimpan,
di i
b. jumlah dan kondisi penyimpanan bahan tersebut, sehingga
dapat digambarkan kira-kira kecepatan laju pertumbuhan
atau menjalarnya api.
c. tingkat paparan seberapa besar nilai material yang
8
syahbardia file 08042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
terancam. Tingkat resiko kebakaran seperti digambarkan pada
grafik gambar 2.
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Mengurangi resiko kebakaran 2) , - adalah pertimbangan syarat
K3 untuk dapat menekan resiko ketingkat level yang lebih rendah.
Seorang pengawas harus mampu menetapkan rekomendasi syarat
d
dan strategi
t t i apa yang diperlukan
di l k untuk
t k meminimalkan
i i lk ti k t
tingkat
ancaman ke level yang lebih rendah.
3) Memadaman kebakaran, - adalah suatu teknik menghentikan
reaksi pembakaran/nyala api. Nyala api adalah suatu proses
perubahan zat menjadi zat yang baru melalui reaksi kimia oksidasi
eksotermal.
k t l Nyala
N l yang tampak
t k adalah
d l h gejala
j l zatt yang sedang
d
memijar. Pada nyala api yang sedang berlangsung, ada 4 elemen
yang berinteraksi, yaitu : unsur 1- bahan bakar (Fuel) -padat, cair
atau gas - umumnya mengandung karbon (C) dan atau hidrogen
(hi), unsur Z - bahan pengoksidan yaitu Oksigen bisa berasal dari
9
syahbardia file 08042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
udara atau terikat pada bahan tertentu (bahan oksidator), unsur 3-
surnber panas yang dapat berasal dari dalam sistem maupun dari
luar sistem, unsur 4 adalah rantai reaksi kimia.
rnemadamkan
d k k b k
kebakaran 3) ; dapat
d t dilakukan
dil k k d
dengan prinsip
i i
menghilangkan salah satu atau beberapa unsur dalam proses nyala
api yaitu : pendinginan (Cooling), penyelimutan (Smothering),
mengurangi bahan (Stavation), memutuskan rantai reaksi api
(Mencekik) dan melemahkan (Dilution). Teknik pemadaman
dil k k
dilakukan d
dengan media
di yang sesuaii dengan
d prinsip-prinsip
i i i i
pemadaman tersebut.
4) Jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran 4),atau disebut
"Means of escape" adalah sarana berbentuk konstruksi permanen
pada bangunan gedung dan tempat kerja yang dirancang aman
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
untuk waktu tertentu sebagai jalan atau rute penyelamatan penghuni
apa bila terjadi keadaan darurat kebakaran.
5) Panas, asap dan gas adalah produk kebakaran yang pada
h k k t
hakekatnya j i bahaya
jenis b h yang akan
k mengancam keselamatan
k l t baik
b ik
materia! maupun jiwa, karena itu masalah ini yang harus
dikendalikan.penyebaran panas 5) dapat melalui radiasi, konveksi
dan konduksi seperti ilustrasi gambar 3. Perpindahan panas secara
radiasi adalah paparan langsung kearah tegak lurus melalui
pancaran gelombang
l b elektro
l kt maknetik.
k tik Seperti
S ti contoh
t h panas
matahari sampai kebumi melalui radiasi.
Perpindahan panas secara konveksi adaiah perpindahan panas
melalui gerakan udara seperti cerobong, melewati setiap lobang
atau celah.
10
syahbardia file 08042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
KONDUKSI
Gambar 3 Perpindahan panas
Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas
melalui media. Seperti dibalik ruangan yang terbakar dapat
membakar material diruangan sebelahnya, panasnya menembus
melalui tembok. Hal 11
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
penyebaran asap 6) dan gas 7) ; Asap sisa pembakaran adalah
karbon dioksida ( C02) dan uap air (H20) serta gas ikutan lainnya.
Dalam kebakaran asap dan gas adalah pembunuh utama. Boleh jadi
k b matiti dalam
korban d l k b k
kebakaran k
karena mengisap
i asap.
Penyebaran asap dan gas cenderung akan keatas melalui setiap
celah (shaft) yang ada, karena itu pada bangunan gedung bertingkat
lantai yang paling alas akan lebih dulu penuh asap. Bila dalam
bangunan yang menggunakan sistem AC sentral maka asap dan
gas akan
k menyebar
b keseluruh
k l h ruangan melalui
l l i sirkulasi
i k l i udara
d AC
AC.
Apabila dalam bangunan yang terbakar menyimpan bahan-bahan
yang dapat terurai menjadi gas racun, maka resiko akan bertambah
besar karena gas racun.
Seorang pengawas harus mampu menganalisis kemungkinan ada-
11
syahbardia file 08042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
nya bahaya gas racun, sehingga diharapkan mampu menetapkan
rekomendasi syarat untuk menghindarkan bahaya dari asap dan gas
beracun. Dampak lain boleh jadi ada resiko ledakan dari bahan
ki i atau
kimia t tabung
t b k t i
kontainer yang berisi
b i i gas yang dapat
d t meledak.
l d k
C.RUANG LINGKUP PENGAWASAN K3 PENANGGULANGAN
KEBAKARAN
Mengutip pasal 5 undang undang No 1 tahun 1970, "Pegawai
pengawas dan ahli keselamatan kerja ditugaskan menjalankan
pengawasan langsung
l t h d
terhadap dit ti
ditaatinya undang
d undang
d i i dan
ini d
membantu pelaksanaannya".
Kapan pegawai pengawas menjalankan tugas mengawasi.
Perhatikan pasal 4 undang-undang No. 1 th 1970, yaitu dirnulai dari
pra kondisi sampai operasionalisasi yang diharapkan mampu
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
mengidentifikasi, menganalisis, supervisi dan memberikan rekomendasi.
Harus disadari bahwa rekomendasi pegawai pengawas mengandung
konsekuensi wajib dilaksanakan, karena itu harus memiliki dasar dan
l d
landasan h k
hukum.
• Identifikasi potensi bahaya (fire hazard identification); sumber-
sumber potensi bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya
kebakaran yaitu setiap bentuk energi seperti listrik, petir, mekanik,
kimia dan bentuk energi lainnya yang dipakai dalam proses kegiatan
h
harus t id tifik i untuk
teridentifikasi t k dikendalikan
dik d lik sesuaii ketentuan
k t t peraturan
t
dan standar yang berlaku.
• Analisa resiko (fire risk assessment): berbagai potensi bahaya yang
te!ah teridentifikasi dilakukan pembobotan tingkat resikonya.
apakah kategori ringan, sedang, berat atau sangat serius, dengan
12
syahbardia file 08042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
parameter kecepatan menjalarnya api, tingkat paparan, konsekuensi
kerugian dan jumlah jiwa yang terancam.
• Sarana proteksi kebakaran aktif: yaitu berupa alat atau instalasi
yang dipersiapkan
di i k untuk
t k mendeteksi
d t k i dan
d memadamkan
d k k b k
kebakaran
seperti sistem deteksi dan alarm, APAR, hydrant, springkler, house
rell, dll yang dirancang berdasarkan standar sesuai dengan tingkat
bahayanya.
• Sarana proteksi kebakaran pasif: yaitu berupa alat, sarana atau
metoda
t d mengendalikan
d lik penyebaran
b asap panas dan
d gas berbahaya
b b h
bi!a terjadi kebakaran seperti sistem kompartementasi, treatment
atau clotting fire retardant, sarana pengendalian asap (smoke
control system), sarana evakuasi, sistem pengendali asap dan api
(smoke damper, fire damper), alat bantu evakuasi dan rescue dll.
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
D. FENOMENA KEBAKARAN
Pendekatan dalam penerapan K3 penanggulangan kebakaran
meliputi teknik dan strategi pengendalian sumber energi, teknik dan strategi
pemadaman,
d serta
t konsep
k manajemen
j penanggulangan
l k b k
kebakaran adalah
d l h
didasarkan pada analisis fenomena terjadinya api atau kebakaran.
Pada bagian ini akan mengkaji gejaia gejala pada proses terjadinya
api dan kebakaran antara lain menjelaskan fase-fase penting seperti source
energy, initiation, growth, flashover, full fire dan bahaya-bahaya spesifik
pada
d peristiwa
i ti k b k
kebakaran sepertiti : back
b k draft,
d ft penyebaran
b asap panas dan
d
gas dIl
1. Fenomena kebakaran
Fenomena kebakaran atau gejala pada setiap tahapan mulai awal
terjadinya penyalaan sampai kebakaran padam, dapat diamati beberapa
13
syahbardia file 08042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
fase tertentu seperti dilukiskan pada gambar 4
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Penjelasan :
1) Tidak diketahui kapan dan dimana awal terjadinya api/kebakaran,
tetapi yang pasti ada sumber awal pencetusnya (source energy),
yaitu
it adanya
d potensi
t i energii yang tidak
tid k terkendali.
t k d li
2) Apabila energi yang tidak terkendali kontak dengan zat yang dapat
terbakar, maka akan terjadi penyalaan tahap awal (initiation)
bermula dari sumber api/nyala yang relatif kecil;
3) Apabila pada periode awal kebakaran tidak terdeteksi, maka nyala
apii akan
k b k b
berkembang l bih besar
lebih b (
(growth)
th) sehingga
hi apii akan
k
menjalar bila ada media disekelilingnya;
4) Intensitas nyala api meningkat dan akan menyebarkan panas
kesemua arah secara konduksi, konveksi dan radiasi, hingga pada
suatu saat kurang lebih sekitar setelah 3 — 10 menit atau setelah
14
syahbardia file 08042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
temperatur mencapai 300 °C akan terjadi penyalaan api serentak
yang disebut Flashover, yang biasanya ditandai pecahnya kaca;
5) Setelah flash over, nyala api akan membara yang disebut periode
k b k
kebakaran mantap
t (Stedy
(St d / full
f ll development
d l t fire).
fi ) Temperatur
T t pada
d
saat kebakaran penuh (full fire) dapat mencapai 600 -1000 °C.
Bangunan denaan struktur konstruksl baja akan runtuh pada
temperatur 700 °C. Bangunan dengan konstruksi beton bertulang
setelah terbakar lebih dari 7 jam dianggap tidak layak lagi untuk
di
digunakan.
k
6) Setelah melampaui puncak pembakaran, intensitas nyala akan
berkurang/surut dan berangsur angsur akan padam), yang disebut
periode surut (decay).
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
2. Teori dan Anatomi Api
2.1. Teori api
Nyala api adalah suatu fenomena yang dapat diamati gejalanya
yaitu
it adanya
d cahaya
h d
dan panas dari
d i suatu
t bahan
b h yang sedang
d
terbakar. Gejala lainnya yang dapat diamati adalah, bila suatu bahan
telah terbakar maka akan mengalami perubahan baik bentuk
fisiknya maupun sifat kimianya. Keadaan fisik bahan yang telah
terbakar akan berubah menjadi arang, abu atau hilang menjadi gas
d
dan sifat
if t kimianya
ki i akan
k b b h pula
berubah l menjadi
j di zatt baru.
b G j l
Gejala
perubahan tersebut menurut teori perubahan zat dan energi adalah
perubahan secara kimia.
2.2. Teori segitiga api (Triangle of fire)
Unsur pokok terjadinya api dalam teori klasik yaitu teori segitiga api
15
syahbardia file 08042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
(Triangle of fire) menjelaskan bahwa untuk dapat berlangsungnya proses
nyala api diperlukan adanya tiga unsur pokok yaitu adanya unsur : bahan
yang dapat terbakar (Fuel), oksigen (02)yang cukup dari udara atau dari
bahan oksidator, dan panas yang cukup.
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Sifat penyalaan dari jenis-jenis bahan tadi terdapat perbedaan, yaitu gas
lebih mudah terbakar dibandingkan dengan bahan cair maupun padat,
demikian juga bahan cair lebih mudah terbakar dibandingkan dengan bahan
padat,
d t disini
di i i menggambarkan
b k adanya
d ti k t suhu
tingkat h yang berbeda
b b d pada
d
setiap jenis bahan.
Mengambil sari uraian dalam buku Fire Investigation yang ditulis Paul L. Kirk
dapat lebih dijelaskan yang apa yang dimaksud “fire dynamic" . Nyala api
akan dapat berlangsung apabila ada keseimbangan besaran angka-angka
yang h b
hubungan segitiga
iti api.i B
Besaran-besaran
b angka
k fi ik
fisika yang
menghubungkan sisi-sisi pada segitiga api tersebut antara lain "flash point,
ignition temperature dan flammable range" 1) yang dapat diterangkan
seperti pada gambar berikut
16
syahbardia file 08042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
uap tersebut diberi sumber nyala akan terbakar sesaat, karena jumlah uap
yang terbentuk belum cukup untuk terus menyala.
"Flammable range" adalah persentasi uap bahan bakar diudara - antara
b t
batas atas
t d
dan b t
batas b
bawah-
h dimana
di pada
d batas
b t it uap tersebut
itu t b t dapat
d t
terbakar bila ada sumber pemicu nyala.
"Ignition temperature" adalah suhu terendah dimana suatu bahan akan
terbakar atau menyala sendiri tanpa diberikan sumber nyala.
Pada gambar 6, dilukiskan hubungan segitiga api dan siklus panas
yang membuat
b t nyala
l apii dapat
d t berlangsung
b l t
terus menerus sepanjang
j masih
ih
daiam keseimbangan yang tepat. Keseimbangan siklus panas yang sanggup
membangkitkan generasi uap secara terus menerus disebut "fire point“.
Dari uraian diatas, pada intinya adalah bahwa hubungan sisi-sisi
dalarn segitiga api terdapat besaran angka-angka yang menghubungkan .
17
syahbardia file 08042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Ketiga unsur api tersebut, yaitu : "flash point, flammable range, fire point dan
ignition temperature."
Besaran angka tersebut diatas dapat dijadikan indikator pada setiap
t h
tahapan proses sehingga
hi t j di
terjadinya k b k
kebakaran d
dapat
t dihindarkan.
dihi d k Pi i
Prinsip
segitiga api ini juga dapat diterapkan dalam teknik-teknik pemadaman
kebakaran, yaitu menghilangkan salah satu unsur atau lebih dari syarat-
syarat keseimbangannya.
2 3 T i Piramida
2.3.Teori Pi id bidang
bid E
Empat
t (Tetrahedron
(T t h d off fire)
fi )
Fenomena pada suatu bahan yang terbakar adalah terjadi
perubahan bentuk dan sifat-sifatnya yang semula menjadi zat baru, maka
proses ini adalah perubahan secara kimia.
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Proses pembakaran ditinjau dengan teori kimia, adalah reaksi satu
unsur atau satu senyawa dengan oksigen yang disebut oksidasi atau
pembakaran. Produk yang terbentuk disebut oksida..
Ok id i dapat
Oksidasi d t berjalan
b j l l b t dan
lambat d d
dapat
t berlangsung
b l cepat.
t
Oksidasi yang berjalan lambat, panas yang timbul hampir tidak dapat
terdeteksi oleh indera kita. Proses oksidasi yang berlangsung cepat seperti
pembakaran batubara, atau pembakaran dalam motor bakar, disertai
dengan pembentukan panas yang tinggi dan disertai cahaya. Temperatur
selama
l d l
dalam proses pembakaran
b k b l
berlangsung di b t panas pembakaran,
disebut b k
seperti beberapa conioh reaksi pembakaran seperti diterangkan VoIIrath
Hopp 2), berikut ini .
Dalam reaksi 1 mo! karbon vaitu 12 gram karbon dengan 1 mol
oksigen yaitu 32 gram oksigen, ..
18
syahbardia file 08042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
akan terbentuk 1 mol carbondioksida yaitu 44 gram carbon monoksida ( CO
) dan dibebaskan sejumlah panas sebesar 393,5 kJ energi panas
Persamaan reaksi karbon dan oksigen adalah :
56 g 32 g 88 g
Reaksi antara hidrogen dengan oksigen tidak akan terjadi pada suhu kamar,
Untuk dapat bereaksi molekul-molekul hidrogen
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
dan oksigen terlebih dulu diaktifkan pada suhu sekitar 600 C akan terbentuk
reaksi gas letup.
2 H2 + O2 − − − − − − > 2 H 2O(1) + energi panas
4 g 32 g 36 g
Proses reaksi bahan bakar hidrocarbon sama halnya dengan reaksi karbon
dengan oksigen menjadi karbon dioksida, dan hidrogen dengan oksigen
akan menjadi air akan menghasilkan energi panas
Dit
Diterangkan
k oleh
l h P.Thiery
P Thi 3) , Pada
P d reaksi
k i pembakaran
b k Eth
Ethane (C2H6)
dituliskan se'oagai berikut:
19
syahbardia file 08042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Dalam persamaan reaksi bahan bakar hydrocarbon dengan oksigen
akan menghasilkan bentuk senyawa baru yaitu H20 (uap air) dan C02 (gas
asam arang). Proses reaksi tersebut melalui tahapan proses yang panjang
d
dan di l k
diperlukan waktu
kt tertentu
t t t walaupun
l proses reaksinya
k i b l
berlangsung
cepat.
Pada saat berlangsung nyala api, terjadi mata rantai reaksi yang
panjang. Gambaran mata rantai reaksi pembakaran seperti ditunjukkan
dalam bagan reaksi pembakaran ethane (C2H6 ), dimana gugusan atom C2
H6 bila
bil diberikan
dib ik panas maka
k atom-
t atomnya
t akan
k b
bergetar
t dan
d t l
terlepas
bebas dari ikatannya menjadi unsur dan senyawa seperti H*. OH\ HOO*, O*.
Atom atom yang terlepas bebas dari ikatannya akan saling bereaksi, dan
pada hakekatnya adalah reaksi dari atom-atom bebas tersebut yang
menjadikan berlangsungnya nyala api.
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Dalam nyala api yang sedang berlangsung, terjadi proses saling
bereaksi secara berantai, misalnya dari 2 buah hydroxil radicals bebas yang
berlambang OH* atau OH* dengan Carbonmonoxide (CO), seperti dalam
persamaan reaksi
k i sebagai
b i berikut:
b ik t
Dari teori persamaan reaksi diatas, bila dilukiskan dengan chart seperti pada
gambar 8;
20
syahbardia file 08042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Mata rantai reaksi pada gambar 8, akan terus berlangsung sepanjang
proses nyala api belum padam. Dari fenomena rantai reaksi dalam nyala
api, maka diyakini ada unsur penting yang menyempurnakan teori segitiga
api,i yang digambarkan
di b k dengan
d piramida
i id bidang
bid empatt sepertiti pada
d gambar
b
9 yang dikenal sebagai teori "Tetra hedron of fire"
21
syahbardia file 08042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Dalam uraian bagian kedua diatas dapat ditarik tiga pemahaman
penting yang terkait dengan pembahasan tentang prinsip memadamkan api
yaitu: Pemahaman pertama
B d
Berdasarkan
k t i Triangle
teori Ti l off Fire,
Fi ada
d 3 elemen
l pokok
k k untuk
t k dapat
d t
terjadinya nyala api yaitu :
□ bahan bakar,
□ oksigen dan
□ panas / sumber penyala
Pemahaman kedua
Dari ketiga elemen dalam segi tiga api, menuntut adanya
persyaratan besaran fisika tertentu yang menghubungkan sisi-sisi segitiga
api itu, yaitu :
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
□Flash point;
□Flammable range
□Fire point
□Ignition
I iti point
i t
Dari besaran angka diatas maka tindakan pengendalian bahaya kebakaran
dapat dilakukan dengan penerapan sistem pengendalian dengan peralatan
deteksi besaran angka angka tersebut.
P
Pemahaman
h k ti
ketiga
Unsur-unsur terjadinya api seperti diterangkan dalam teori Tetrahedron of
Fire ada elemen keempat yaitu reaksi radikal bebas yang ternyata
mempunyai peranan besar dalam proses berlangsungnya nyala api.
Berdasarkan pemahaman teori diatas, maka teknik untuk mema-
22
syahbardia file 08042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
damkan api dapat dilakukan dengan cara empat prinsip yaitu:
□ Prinsip mendinginkan (Cooling), misalnya dengan menyemprotkan
air
□ Pi i
Prinsip menutup
t b h
bahan yang t b k (St
terbakar(Starvation),
ti ) misalnya
i l
menutup dengan busa,
□ Prinsip mengurangi oksigen (Dilution), misalnya menyemprotkan gas
C02
□ Prinsip memutus rantai reaksi api(Mencekik), dengan media kimia
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
4. Klasifikasi kebakaran
Setiap jenis bahan yang terbakar memiliki karakteristik yang
berbeda, karena itu harus dibuat prosedur yang tepat dalam melakukan
ti d k
tindakan pemadaman
d d
dan j i media
jenis di yang diterapkan
dit k h
harus di
disesuai
i
dengan karakteristiknya, mengacu pada standar.
Klasifikasi jenis kebakaran terdapat dua versi standar yang sedikit
agak berbeda. Klasifikasi jenis kebakaran menurut Standar Inggris yaitu LPC
(Loss Prevention Comittee) yang sebelumnya adalah FOC (Fire Office
C itt ) menetapkan
Comittee) t k kl ifik i kebakaran
klasifikasi k b k dib i Klas
dibagi Kl A B,
A, B C,
C D,
D E
sedangkan Standar Amerika yaitu NFPA (National Fire Prevention
Assosiation), menetapkan klasifikasi kebakaran menjadi klas A, B, C, D.
Pengklasifikasian jenis kebakaran yang didasarkan menurut jenis material
yang terbakar seperti dalam daftar tabel 1
23
syahbardia file 08042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
TABEL1 KLASIFIKASI KEBAKARAN.
Standar Amerika (NFPA) Standar Inggris (LPC)
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Klasifikasi kebakaran di Indonesia mengacu Standar NFPA, yang dimuat
dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Sif t if t dari
Sifat-sifat d i masing
i masing
i klasifikasi
kl ifik i kebakaran
k b k di t adalah:
diatas d l h
□ Klas A, terbakar sampai bagian dalam atau terdapat bara,
□ Klas B (cair), terbakar pada permukaan ,
□ Klas B (gas), terbakar pada titik sumber gas mengalir,
□ Klas C atau klas E menurut Standar British, adalah ditiniau dari
aspekk bahaya
b h t k
terkena aliran
li li t ik bagi
listrik b i petugas;
t
□ Klas D, pada kebakaran logam akan bertemperatur tinggi, sehingga
bila dipadamkan dapat terjadi peledakan karena perubahan fase
media pemadam menjadi gas
24
syahbardia file 08042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
5. Jenis-jenis media pemadam kebakaran
Pertimbangan pertama dalam merencanakan sistem proteksi
kebakaran adalah klasifikasi potensi resiko bahaya (hazard) dari jenis hunian
yang akan dilindungi yang ditinjau dari beberapa aspek, antara lain
klasifikasi potensi bahaya, tingkat vitalitas, jenis bahan dan peralatan ,
jumlah dan sifat penghuni. Pertimbangan klasifikasi ini sebagai dasar
menentukan sistem instalasi yang sesuai dan media pemadam yang cocok.
Media pemadam kebakaran yang umum digunakan adalah air,
karena mempunyai efek pendinginan yang baik, mudah diperoleh, murah
dan dapat dirancang dengan teknik teknik tertentu. Sistem instalasinya dapat
dipasang permanen dan dirancang otomatik dan desain bentuk pancarannya
dapat bervariasi antara lain pancaran jet, spray, fog (embun).
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Media pemadam air tidak dapat digunakan secara efektif dan aman
untuk semua jenis kebakaran. Jenis-jenis media pemadam kebakaran selain
air antara lain berbentuk busa (foam), serbuk kimia kering (dry chemical
powder),
d ) Carbondioxida,
C b di id Inergent,
I t Halocarbon
H l b (Halon)
(H l ) dan
d lain
l i lain.
l i Masing-
M i
masing dari jenis media pemadam tersebut memiliki keunggulan dan
kekurangan tertentu.
Sistem klasifikasi kebakaran membedakan karakteristik setiap jenis
bahan yang terbakar, dikaitkan pemilihan jenis media pemadam yang efektif
d
daya pemadamannya
d d
dan k
keselamatan
l t b i petugas
bagi t yang melakukan
l k k
pemadaman, dan menghindarkan kerusakan peralatan dan material akibat
penerapan media pemadam yang digunakan .
Dengan memahami klasifikasi kebakaran dan karakteristik tiap jenis
media pemadam kebakaran, maka dapat ditentukan jenis media pemadam
25
syahbardia file 08042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
yang sesuai.Jenis-jenis media pemadam kebakaran dan aplikasinya seperti
contoh dalam tabel 2 .
Sistem peralatan pemadam kebakaran dapat dirancang dalam
bentuk peralatan tubing bertekanan (portable) atau dalam bentuk sistem
instalasi yang dipasang permanen (fixed sytem). Jenis jenis instalasi
pemadam fixed syatem anatara lain : sistem hidran (water hydrant), sistem
springkler (water spinkler), dan instalasi khusus lainnya dengan media busa,
serbuk kimia, C02, halon dan sebagainya yang dapat dirancang secara
manual, semi otomatik, fully automatic integrated system.
Tipe rancangan instalasi pemadam kebakaran sistem permanen
dapat dirancang otomatik sistem perlindungan lokal (local aplication) atau
sistem perlindungan total dengan pancaran serentak (total flooding).
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
TABEL 2
JENiS MEDIA PEMADAM KEBAKARAN DAN APLIKASINYA
Klasifikasi Jenis kebakaran Jenis media pemadam kebakaran
Tipe basah Tipe kering
Air Busa Powder Gas Clean Agent
C02
Klas A Bahan p
padat seperti
p kayu
y VVV V VV V VVV*)
26
syahbardia file 08042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Dari data analisis aplikasi media pemadam kebakaran untuk
ruangan khusus yang menyimpan bahan dan material berharga yang paling
sesuai adalah jenis Clean Agent
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
dapat diterangkan proses reaksinya bahwa F, CI dan Br memiliki
sifat radikal. Contoh reaksi Br* dengan unsur hydrogen bebas (H*) dalam
nyala api akan menjadi Hydrogen Bromide (HBr*). Pada fase reaksi
b ik t
berikutnya akan
k muncull kembali
k b li Br
B yang bebas,
b b sepertiti dalam
d l reaksi
k i
sebagai berikut.
H∗ + Br ∗ − − − − − − > HBr
HO ∗ + HBr − − − − − − > H 2 O2 + Br ∗
R−H + F∗ − − − − − − > R∗ + HF ∗
+
HF + OH ∗ − − − − − − > H 2O + F∗
27
syahbardia file 08042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Rantai reaksi Br* dengan unsur Carbon (C) dari bahan bakar adalah akan
menjadi Hydrogen Bromide (CH2Br*)
CH 2 Br ∗ + HOO ∗ − − − − − − > H 2O + Br ∗
Rantai reaksi CI* dengan unsur Radikal Hidrogen (H*) dari nyala api akan
menghasilkan sebuah Radikal dan HCI radikal dan HCI* bila bereaksi
dengan OH* akan menghasilkan air (H20) dan CI*
R−H + Cl ∗ − − − − − − > R∗ + HCl ∗
+
HCl + OH ∗ − − − − − − > H 2O + Cl ∗
Rantai reaksi CI* dengan unsur carbon (C*) dari bahan bakar akan
membentuk Carbontetraclorida (CCI4) atau gas phosgen yang sangat
beracun.
28
syahbardia file 15042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Dari gambaran reaksi media halocarbon diatas, bahwa bahan
halogen bereaksi secara berantai, dimana selalu muncul kembali setelah
bereaksi. Sifat inilah yang membuat daya pemadaman menjadi sangat
efektif.
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
halon adalah seperti dalam tabel 3 yang dipublikasikan dalam NFPA2001
Tabel 3
MEDIA PEMADAM CLEAN AGENT (Dikutip dari NFPA 2001)
FC-3-1-10 Perfluorobutane c4F10
HBFC-22B-1 Bromodifluoromethane CHF2Br
Dichlorotrifluoroethane HCFC-123 (4. 75 %)
CHCI2CF2
HCFC Blend A Chlorodifluoromethane HCFC-22 (82%)
CHCIF2
Chlorotetrafluoroethane HCFC-124 ( 9. 5%)
CHCIFCF3
lsopropenyl-1-methylcyclohexene 3. 75 %)
HCFC-124 Chlorotetrafluoroethane CHCIFCFa
HFC-125 Pentafluoroethane CHF2CF3
HFC 227 ea
HFC-227 H t3fl
Hept3fluoropropane CF3CHFCF3
1
syahbardia file 15042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Jenis-jenis media pemadam kebakaran clean agent seperti dalam-
daftar tabel 3 yang telah direkomendasikan sebagai alternatif pengganti
halon 1211 dan halon 1301. Bila dilihat dari unsur kimia yang terkandung
pada semua jenis bahan diatas masih menunjukan adanya unsur bahan
halogen, yang patut dicurigai adanya efek racun (toxic) yang dapat
membahayakan. Karena itu pertimbangan utama adalah faktor toxic dan
lebih lanjut adalah kinerjanya.
8.Analisis penerapan clean agent sebagai alaternatif pengganti halon
1301
8.1. Faktor bahaya keracunan
Dalam Standar NFPA 2001 diinformasikan adanya efek bahaya
dalam tingkat konsentrasi tertentu pada setiap jenis media clean agent
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
tersebut seperti dalam daftar label 4. Memperkalikan dan membandingkan
angka-angka dalam daftar tabel 4, terdapat 2 jenis media pemadam yang
menunjukan doses consentrasi (LC 50) yang dinilai paling aman
dib di k dengan
dibandingkan d yang lainnya
l i yaitu
it : FC-3-1
FC 3 1 -10
10 dan
d HFC-227
HFC 227 ea
TABEL 4 TOXICITY INFORMATION (Dikutip dari NFPA 2001)
Clean agent LC 50 NOAEL LOAEL
FC-3-1-10 > 80.0 % 40.0 % >40.0%
HBFC-22B-1 10.8% 2.0 % 3.9 %
HCFC Blend A 64,0% 10% > 10,0%
HCFC-124 23-29 % 1.0% 2.5 %
HFC-125 >70.0 % 7.5 % 10.0 %
HFC-227 ea >80.0 % 9.0 % 10.5 %
HFC-23 > 65.0 % 50 0 % > 50 0 %
IG-541 N/A 43.0 % 7.5 %
Halon 1301 >80.0 % 5.0 % 5.0 %
Keterangan:
LC 50 : Concentration lethal 50 % tikus percobaan mati dalam 4 jam
2
syahbardia file 15042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
NOAEL: No Obser.able Adverse Effect Level
LOAEL: Lowest Observable Adverse Effect Level
Bila membandingkan angka level effect HFC-227ea dengan
konsentrasi 9% telah teramati adanya pengaruh secara psikolois, lebih
rendah dibandingkan FC-3-1-10 dimana berpengaruh psikologis mulai
teramati setelah lebih dari 40 %, maka FC-3-1-10 adalah yang dipilih.
8.2. Tingkat kinerja
Prinsip penerapan media clean agent adalah berdasarkan prinsip
persamaan keseimbangan reaksi kimia. Suatu proses reaksi kimia akan
sempurna apabila terpenuhi proses keseimbangan reaksinya.
Data percobaan tingkat kinerja media clean agent seperti yang
dipublikasikan dalam NFPA 2001 seperti dalam daftar tabel 5 dan tabel 6
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Tabel 5
DATA HASIL UJI COBA TERHADAP HEPTANE FLAME TOTAL
FLOODING QUANTITY (W/V: Ib/cu ft)
(Dikutip dari NFPA 2001)
MEDIA INVESTIGATOR
NRL 3M NMERI FERVA L GLCC ANSUL
FC-3-1-10 5.2 5.9 5.0 5.5 - -
HFC 124 - - - 6.4 - -
HFC 227ea 6.6 - 6.3 5.8 5.9 -
HBFC 22B1 4.1 - 4.4 3.9 3.9 -
HFC 23 12 - 12.6 12 12.7 -
HFC-125 9 - 9.4 8.1 - -
IG 541 - - - - - 29.1
HALON 1301 3.1 3.9 2.9 3 3.5 -
3
syahbardia file 15042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
KETERANGAN
NRL : NAVAL RESEARCH LABORATORY
NMERI: NEW MEXICO ENGINEERING RESEARCH INSTITUTE I
GLCC : GREAT LAKES CHEMICAL COMPANY
Tabel 6 DATA HASH UJI COBA INERTING CONCENTRATION (VA/: %)
(Dikutip dari NFPA 2001)
MEDIA VOLUME % INERTING
I- BUTANE METHANE PROPANE
FC-3-1-10 6.7 10.3
HFC 124 - - -
HFC 227ea 11.3 - -
HBFC 22B1 - - 11.3
HFC 23 - 20.2 20.2
HFC-125 - 14.7 15.7
IG 541 - 43.0 49.0
HALON 13C1 6.7 - 7.7
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Berdasarkan data sifat bahaya yang ada, tingkat efektifitas
kinerjanya baik berdasarkan konsentrasi inerting (V/V), konsentrasi total
flooding seperti pada daftar tabel 4, tabel 5 dan tabel 6, maka dapat
disimpulkan jenis media alternatif pengganti halon 1301 yang edial adalah
FC-3-1-10
9. Klasifikasi hunian
Faktor faktor yang mempengaruhi sifat dan gejala kebakaran dan
tingkat resiko bahaya antara lain dipengaruhi oleh faktor faktor antara lain:
1. Peruntukan bangunan / Jenis kegiatan
2. Jenis konstruksi bangunan
3. Bahan bahan yang disimpan, diolah atau dikerjakan
4. Karakteristik penghuni
4
syahbardia file 15042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
□ Alarm audible atau visible (Signal output))
Gambar 10
Diagram sistem instalasi alarm kebakaran otomatik
Penjelasan :
•Detektor, adalah alat untuk memdeteksi kebakaran secara otomatik,
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Tabel. 7
Physical properties of Clean Halocarbon Agent
(Dikutip dari NFPA 2001)
UNITS FC-3-1-10 HFC- 125 HFC- HFC-23
227EA
Molecular Weight N/A 238.03 120.02 170.03 70.01
Boiling Point {760 mm Hg) UF 28.4 -55.3 2.6 -115.7
Freeing Point UF -198.8 -153 -204 -247.4
Critical Temperature UF 235.8 150.8 215.0 78.6
Critical Pressure Psia 337 521 422 701
jj Critical Volume Ft3/lbm 0.0250 0.0281 0.0258 0.0305
| Critical Density Lbm/ft3 39.30 35.68 38.76 32.78
Specific heat liq id @77u F
heat, liquid. BTU/lb UF 0 25
0.25 0 301
0.301 0 2831
0.2831 0 370
0.370
Specific heat, vapor. @ Constant BTU/lb UF 0.192 0.191 0.1932 0.176
pressure 1 atm 77° F
Heat of Vaporization At Boiling point BTU/lb 41.4 70.8 . 57.0 103.0
Thermal conductivity Of liquid @ 77° F BTU/h ft °F 0.0310 0.0376 0.040 0.0450
Velocity liquid @77uF Lb/ft hr 0.783 0.351 0.547 0.201 |
Vapor pressure (70UF) (psig) Psi 42.0 199 66.4 686.0
5
syahbardia file 15042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
5. Lingkungan
Atas dasar pertimbangan faktor-faktor tersebut diatas, tingkat resiko
bahaya kebakaran dapat dikelompokan atau diklasifikasikan berdasarkan
j i hunian.Perimbangan
jenis h i P i b d l
dalam perencanaan penerapan sistem
i t proteksi
t k i
kebakaran didasarkan atas klasifikasi resiko bahaya kebakaran jenis hunian
yang akan dilindungi.
Klasifikasi hunian atau jenis usaha ditinjau dari resiko bahaya kebakaran
dibagi dalam tingkatan kategori sebagai berikut:
H i bahaya
Hunian b h k b k
kebakaran ringan
i
- Hunian bahaya kebakaran sedang, (Kategori I, II dan III)
- Hunian bahaya kebakaran berat
Jenis-jenis hunian menururut klasifikasi tersebut diatas lihat dalam lampiran
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No Kep 186/Men/1S99.
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
E.SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
I. Konsep sistem proteksi kebakaran
Penerapan sistem proteksi kebakaran atau sumber daya yang
di
direncanakan
k untuk
t k mengantisipasi
ti i i bahaya
b h k b k
kebakaran, yang harus
h
direncanakan sesuai dengan tingkat resiko bahaya pada hunian
yang bersangkutan. Pada bagian diatas telah difahami pengertian
klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran.
Perencanaan sistem proteksi kebakaran yang direncanakan ada 3
sistem
i t strategi
t t i yaitu
it :
• Sarana proteksi kebakaran aktif yaitu berupa alat atau
instalasi yang dipersiapkan untuk mendeteksi dan
memadamkan kebakaran seperti sistem deteksi dan alarm,
APAR, hydrant, springkler, house rell, dll.
6
syahbardia file 15042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
• Sarana proteksi kebakaran pasif yaitu berupa alat, sarana atau
metoda mengendalikan penyebaran asap panas dan gas berbahaya
bila terjadi kebakaran seperti sistem kompartementasi, treatment
atau
t clotting
l tti fi
fire retardant,
t d t sarana pengendalian
d li asap (smoke
( k
control system), sarana evakuasi, sistem pengendali asap dan api
(smoke damper, fire damper, fire stopping), alat bantu evakuasi dan
rescue dll
* Fire safety manajemen
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
2.Sistem deteksi dan alarm kebakaran
Strategi yang pertama dalam menghadapi bahaya kebakaran adalah
berpacu dengan waktu, - api yang masih awal lebih mudah
di d k dibandingkan
dipadamkan dib di k yang telah
t l h lama
l t b k karena
terbakar- k it perlu
itu l
adanya sistem pendeteksian dini dan sistem tanda bahaya serta
sistem komunikasi darurat
Ketentuan yang mewajibkan adanya sistem deteksi dan alarm
antara lain disebutkan dalam peraturan khusus EE, peraturan
kh
khusus K dan
d K
Kepmenaker
k N
No. 186/
186/men/199,
/199 secara umum
menyebutkan sbb.::
7
syahbardia file 15042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Dengan perkembangan teknologi, peran penjagaan tempat kerja
dapat digantikan dengan memasang sistem instalasi deteksi dan
alarm kebakaran otomatik. Apabila instaiasi alarm kebakaran.
otomatik
t tik mengambil
bil alih
lih peran tersebut,
t b t maka
k untuk
t k menjamin
j i
kehandalan sistem tersebut diharuskan mengikuti ketentuan yang
diatur dalan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 02/Men/1983.
Klasifikasi sistem alarm
■ Manual
■ Ot
Otomatik
tik (semi
( i addressable
dd bl atau
t fully
f ll addressable)
dd bl )
■ Otomatik integrated system, (deteksi, alarm dan pemadam)
Komponen sistem alarm kebakaran otomatik terdiri dari::
□ Detektor dan tombol manual (input signal)
□ Panel indikator kebakaran (Sistem control)
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
yang dapat dipilih tipe yang sesuai dengan karakteristik
ruangan, diharapkan dapat mendeteksi secara cepat akurat
dan tidak memberikan informasi palsu.
J i jenis
Jenis j i detektor
d t kt berdasarkan
b d k cara kerjanya
k j antara
t l i :
lain
• Detektor panas, (tipe suhu tetap dan tipe kenaikan
suhu)
• Detektor asap, (tipe foto elektrik dan ionisasi)
• Detektor nyala, (tipe ultra violet dan imfra merah)
D t kt dipasang
Detektor di dit
ditempat
t yang tepat
t t sehingga
hi memiliki
iliki
jarak jangkauan penginderaan yang efektif sesuai
spesifikasinya.
•Tombol manual, adalah alat yang dapat dioperasikan secara manual yang
dilindungi dengan kaca, yang dapat diaktifkan secara manual
8
syahbardia file 15042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
yang dilindungi dengan kaca, yang dapat diaktifkan secara manual
dengan memecahkan kaca terlebih dahulu, apabila ada yang
melihat kebakaran tetapi detektor otomatik belum bekerja.
• Panel
P k d li adalah
l kendali, d l h pusatt pengendali
d li sistem
i t d t k i dan
deteksi d alarm,
l yang
dapat mengindikasi status standby normal, mengindikasi signal input
dari detektor maupun tombol manual dan mengaktifkan alarm tanda
kebakaran. Pada panel kendali dapat diketahui aiamat atau lokasi
datangnya panggilan detektor yang aktif atau tombol manual yang
di ktifk
diaktifkan.
•Signal alarm, adalah indikasi adanya bahaya kebakaran yang dapat
didengar (audible alarm) berupa bell berdering, sirene, atau yang
dapat dilihat (visible alarm) berupa lampu.
• Sistem instalasi alarm kebakaran otomatik, dapat diintegrasikan dengan
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
peralatan yang ada di dalam bangunan yang bersangkutan antara
lain dengan Lift, AC, pressurized fan, indikator aliran sistem
springkler dll.
P
Persyaratan
t sesuaii Peraturan
P t M t i Tenaga
Menteri T K j No
Kerja N 02/Men/1983.
02/M /1983
• Sistem alarm kebakaran otomatik Pengendalian administratif
harus ada gambar yang disyahkan dan memiliki akte pengawasan
• Harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian secara teratur Setiap
kejadian harus dicatat dalam fog book;
• Si t
Sistem d t k i alarm
deteksi, l d pemadam
dan d i t
integrated,
t d harus
h memiliki
iliki ijin
iji
9
syahbardia file 15042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
3. Alat pemadam api ringan
Referensi Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
Per 04/Men/1980
Al t pemadam
Alat d apii ringan,
i di
direncanakan
k untuk
t k memadamkan
d k apii
pada awal kebakaran. Desain konstruksinya dapat dijinjing dan
mudah dioperasikan oleh satu orang.
Syarat pemasangan pemasangan alat pemadam api ringan
□ Ditempat yang mudah dilihat dan mudah dijangkau, mudah
di bii (tidak
diambii (tid k diikat
diik t matiti atau
t digembok).
di b k)
□ Jarak jangkauan maksimum 15 m
□ Tinggi pemasangan maksimum 125 cm
□ Jenis media dan ukurannya harus sesuai dengan klasifikasi
kebakaran dan beban api
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
□ Secara berkala harus diperiksa,
□ Media pemadam harus diisi ulang sesuai batas waktu yang
ditentukan
□ K k t
Kekuatan k
konstruksi
t k i tabung
t b h
harus di ji padat
diuji d t dengan
d air
i
sesuai ketentuan.
Jenis-jenis media pemadam telah dibahas pada bagian sebelumnya.
Setiap jenis alat pemadam api ringan memiliki daya kemampuan untuk
memadamkan api jenis dan ukuran tertentu. Untuk menilai kemampuan
pemadaman
d dil k k
dilakukan pengujian
ji secara laboralatoris
l b l t i dengan
d mengacu
Standar pengujian Klasifikasi dan rating.
Pengujian rating A, digunakan standar uji kayu dengan kubikasi
tertentu. Hasil pengujian klas A dinyatakan dengan notasi : 1A, 2A, 3A, 4A,
6A,10A, 20A dan 40 A. Nilai 1 A setara dengan 5 liter air, 2A setara dengan
10
syahbardia file 15042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Seterusnya. Pengujian rating B, digunakan standar uji cairan dengan
ukuran luasan tertentu. Hasil pengujian klas B dinyatakan dengan notasi :
1B, 2B, 3B, 4B, 6B, 10B, 20B dan 40B. Nilai 1 B dengan ukuran luas bujur
sangkar
k 475 mm x 475 mm. Nialai
Ni l i 2B,
2B 3B seterusnya
t adalah
d l h perkalian
k li dari
d i
luasan 1A.
Pengujian rating C, adalah pengujian konduktivitas listrik dengan
standar uji disemprotkan pada sasaran yang bertegangan 10.000 Volt
dengan jarak 10 mm tidak terindikasi adanya arus Iistrik. Pada pengujian
kl C tidak
klas tid k diberikan
dib ik angka
k rating.
ti
Tidak semua tabung Alat pemadam api ringan, dilengkapi dengan
label klasifikasi ratingnya. Karena itu dapat menggunakan petunjuk daftar
perkiraan kemampuannya seperti pada tabel..
Seorang pegawai pengawas dituntut memiliki kemampuan untuk
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
menentukan jenis dan ukuran APAR setelah mempertimbangkan keadaan
setempat.
C t t khusus.
Catatan kh
Hal yang harus anda perhatikan adalah jenis, dan tipe
konstruksinya, yaitu: tipe stored pressure atau tipe gas cartridge.
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No Per
04/Men/1980 terdapat petunjuk pemeriksaan dan pengujian yang
d
dapat
t menyesatkan,
tk yaitu
it tidak
tid k semua jenis
j i APAR dapat
d t diperiksa
di ik
dengan membuka tutup kepalanya. Yang dapat dilakukan dengan
cara ini adalah jenis tabung tipe gas cartridge.
11
syahbardia file 15042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
3) Hydrant
Hydrant adalah instalasi pemadam kebakaran yang dipasang
permanen berupa jaringan perpipaan berisi air bertekanan terus menerus
yang siap
i untuk
t k memadamkan
d k kebakaran.
k b k
Kornponen utama sistem hydrant terdiri dari:
□ Persediaan air yang cukup;
□ Sistem pompa yang handal, pada umumnya terdiri 3 macam pompa
yaitu : Pompa jockey, Pompa utama dan Pompa cadangan;
□ Si
Siamese connection
ti atau
t sambungan
b untuk
t k mensupiai
i i air
i dari
d i mobil
bil
kebakaran;
□ Jaringan pipa yang cukup
□ Slang dan nozle yang cukup melindungi seluruh bangunan
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Gambar 11
Skematik instalasi Hydran
12
syahbardia file 15042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Perencanaan instaiasi hydrant harus memenuhi ketentuan standar
yang berlaku dan perhitungsn hydroiik kebuiunan debit air dan tekanan ideal
sesuai klasifikasi bahaya pada bangunan atau obyek yang dilindungi.
B b
Beberapa k it i dasar
kriteria d untuk
t k perencanaan hydrant
h d t antara
t l i sbb.:
lain bb
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Standar persyaratan penempatan titik hydrant adalah didasarkan
klasifikasi resiko bahaya jenis hunian.
13
syahbardia file 15042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
4) Springkler
Pengertian Springkler - adalah instalasi pemadam kebakaran yang
dipasang secara permanen untuk melindungi bangunan dari bahaya
kebakaran yang akan bekerja secara otomatik memancarkan air,
air apabila
(nosel / pemancar/kepala springkler) terkena panas pada temperatur
tertentu. Dasar perencanaan sistem springkler berbasis pada jumlah air
yang dipancarkan oleh kepala springkler mampu menyerap kalor yang
dihasilkan dari bahan yang terbakar, dengan mengacu pada standar klasifik
asi hunian.
hunian
Klasifikasi hunian: -Ringan
-Sedang I, II, III,
-Berat
-Khusus
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Variabel : -Peruntukan bangunan
-Jumlah dan sifat penghuni
-Konstruksi bangunan
-Fiammability
Fi bilit dan
d Quantity
Q tit Material
M t i l (Fire
(Fi loads)
l d )
Standard desain : Ukuran kepala springkler dan Kepadatan pancaran
Komponen utama sistem springkler seperti pada gambar .. Terdiri dari::
□ Persediaan air
□ Pompa
□ Si
Siamese connection
ti
□ Jaringan pipa
□ Kepala springkler
14
syahbardia file 15042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
High zone
Medium Zone
Low zone
RESERVOAR
29
Gambar 12 :Diagram sistem springkler
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Klasifikasi kepala springkler
Standar ukuran kepala springkler sesuai klasifikasi hunian:
●Ringan : 10 mm-3/8 in
●Sedang:
S d 15 mm-1/2
1/2 in
i
●Ringan : 20 mm-132 in
15
syahbardia file 15042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
53o C 141o C
182o C
68o C
79o C 182o C
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Tekanan kerja maka pada kepala springkler 10 kg/cm2 dan minimal 0,9 -
2,2 kg/cm2
Gambar 13: Kepala springkler
16
syahbardia file 15042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Sarana evakuasi
Evakuasi - adatah usaha menyelamatkan diri sendiri dari tempat
berbahaya menuju ketempat yang aman.
S
Sarana evakuasi
k i - adalah
d l h sarana dalam
d l b t k konstruksi
bentuk k t k i dari
d i
bagian bangunan yang dirancang aman sementara ( minimal 1jam) untuk
jalan menyelamatkan diri bila terjadi kebakaran bagi seluruh penghuni
didalamnya tanpa dibantu orang lain
K t t
Ketentuan h k
hukum (P
(Peraturan
t kh
khusus EE)
Setiap tempat kerja harus tersedia jalan selain pintu keluar-masuk
utama untuk menyelamatkan diri bila terjadi kebakaran. Pintu tersebut harus
membuka keluar dan tidak boleh dikunci
Petunjuk arah evakuasi harus terlihat jelas pada waktu keadaan gelap.
17
syahbardia file 15042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
■ Perhitungan teknis
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
■Untuk menjamin keamanan minimal 1 jam maka konstruksinya harus
dirancang tahan api dan dilengkapi sarana pengendalian asap dengan
tekanan udara positif (pressurized fan)
6).Kompartementasi
■ Metoda pengaturan tata ruang untuk menghambat penjalaran kebakaran
ke bagian lain. Metoda dapat menerapkan jarak tertentu atau dengan
dinding pembatas dan mengatur posisi bukaan tidak saling berhadapan
Ref Peraturan khusus EE dan K
Ref.
Tempat kerja harus dibagi menurut jenis dan sifat pekerjaannya.
Daerah untuk menyimpan atau mengolah bahan yang dapat
meledak atau terbakar harus terpisah dengan ruangan yang
menggunakan alat yang dapat menirnbuikan sumber panas.
18
syahbardia file 15042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Jarak aman harus diperhitungkan agar apabila terjadi kebakaran
tidak mudah merambat ketempat lain.
Bukaan antara bangunan agar tidak saling berhadapan.
Sistem kompartemenisasi juga dapat dengan cara dibatasi dengan
tembok yang tahan api.
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Pada bangunan gedung dengan sistem AC sentral, apabila terjadi
kebakaran akan menyebarkan asap keseluruh ruangan. Karena itu harus
ada sistem deteksi asap yang dapat mengontrol mekanik penutup asap
(smoke damper) dan atau mematikan AC sentral
8).Pressurized fan
Pada ruangan atau pada bagian proses yang terdapat emisi gas
atau uap dapat terbakar, perlu adanya sistem mekanik pressurized fan
untuk memecah konsentrasi uap berada dibawah flammable range,
penyalaan.
19
syahbardia file 15042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
9).Tempat penimbunan Bahan cair atau gas mudah terbakar
Tempat (tanki) penimbunan bahan cair yang mudah terbakar harus
ditempatkan diluar bangunan dengan jarak tertentu dari bangunan di
sekitarnya. Tangki penimbunan di atas tanah harus dilindungi dengan
tanggul di sekelilingnya untuk membatasi meluasnya cairan bahan mudah
terbakar tersebut apabila terjadi kebocoran.
Persyaratan kapasitas pelindung untuk melindungi 1 tangki min.
mampu menampung 80% dari kapasitas tangki, apabila 2 tangki min. 60 %
dan bila lebih dari 3 tangki min. 40 %. (seperti gambar)
Persediaan bahan bakar cadangan didalam ruangan harus dibatasi
maksima! 20 liter dengan tempat yang tidak mudah terbakar dan ditutup.
Tempat (tanki) penimbunan bahan gas yang mudah menyala harus
ditempatkan diluar bangunan dengan jarak tertentu dari bangunan disekitar-
20
syahbardia file 15042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
nya. Tangki penimbunan di atas tanah harus dilindungi dengan water spray
sistem yang dapat bekerja otomatik untuk membatasi meningkatnya suhu
yang dapat menyebabkan tangki meledak.
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Water spray sistem bukan ditujukan untuk memadamkan api, tetapi
untuk mendinginkan tangki agar tidak meledak karena peningkatan tekanan
akibat paparan panas dari luar.
Kasus ledakan tangki gas cair yang mendidih mengalami dua
kejadian ledakan. Ledakan pertama adalah secara fisika karena dinding
tabung tidak mampu menahan tekanan. Ledakan yang kedua adalah secara
kimia oksidasi eksotermal. Kasus ini dikenal dengan istilah BLEVE yaitu
Boiling Liquid Expanding Vapor Explosion . seperti ilustrasi pada gambar
dibawah
21
syahbardia file 15042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
BLEVE
(Boiling Liquid Expanding
Vapor
p Explosion)
p )
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
WATER SPRAY SYSTEM
GAS
CONTROL DETEKTOR
PANEL
GAS CAIR
MUDAH TERBAKAR
ACTUATOR
22
syahbardia file 15042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
F. MANAGEMEN PENANGGULANGAN KEBAKARAN
1.Konsep Managemen Penanggulanagn Kebakaran
Konsep manajemen penangguiangan kebakaran berdasarkan
pendekatan
d k t t k ik dengan
teknik d mencermatiti fenomena
f k b k
kebakaran, adalah
d l h
mencakup semua aktifitas dari prakondisi sampai dengan pasca kejadian.
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
IN CASE FIRE CONTROL
-Deteksi
-Alarm
-Padamkan
P d k
-Lokalisir
-Evakuasi
-Rescue
-Amankan
23
syahbardia file 15042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
INVESTIGASI Æ ANALISIS Æ REKOMENDASI Æ
REHABILITASI
Penerapan mariajemen K3 Pendekatan
- Pendekatan Hukum : K3 merupakan ketentuan perundangan yang
bersifat wajib.
- Pendekatan Ekonomi: K3 mencegah kerugian dan meningkatkan
produktivitas
- Pendekatan Kemanusiaan :Kecelakaan menimbulkan penderitaan
bagi korban dan K3 melindungi pekerja dan masyarakat
2. Rujukan
- Undang-undang No 1 Th 1970 tentang Keselamatan Kerja
- Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per G4/Men/1987 Tentang
P2K3
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
- Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 05/Men/1996 Tentang
SMK3
- Keputusan Menteri Tenaga Kerja No Kep 186/Men/1999 Tentang
U it Penanggulangan
Unit P l K b k
Kebakaran dit
ditempat
t kerja
k j
24
syahbardia file 15042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
G. SISTEM TANGGAP DARURAT
Keadaan darurat adalah situasi/kondisi/kejadian yang tidak normal,
beberapa cirinya adalah :
-Terjadi
T j di tiba-tiba
tib tib
-Mengganggu kegiatan/organisasi/komunitas
-Perlu segera ditanggulangi karena keadaan darurat dapat berubah
menjadi bencana (disaster) yang mengakibatkan banyak korban
atau kerusakan
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
-Angin topan
-Gempa
-Petir
25
syahbardia file 15042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Keadaan Darurat kebakaran
Situasi dalam kejadian kebakaran pada suatu bangunan akan
melibatkan semua orang yang ada didalam bagunan yang terbakar, semua
orang merasa terancam
t d l
dalam b h
bahaya d
dan i i menyelamatkan
ingin l tk di i
diri
masing- masing. Ada kalanya yang sudah keluar ditempat yang aman
masih ada kemungkinan masuk kembali. Apabila ada orang asing (tamu/
pengunjung) mereka lebih tidak familier dengan lingkungan setempat.
Mengatasi situasi panik dapat difakukan dengan cara iatihan secara
t t
teratur. D l
Dalam pelaksanaan
l k I tih
Iatihan h
harus ada
d skenario
k i yang baku
b k dan
d
diulang ulang.
Sistem tanggap darurat penanggulangan kebakaran tertuang dalam
buku panduan yang berisikan siapa berbuat apa.
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Penyusunan FEP harus dikerjakan oleh tim yang melibatkan semua unsur
manajemen, tetapi tidak terlalu banyak orang dan muatan FEP harus
memuat uraian lengkap terintegrasi dalam manajemen secara menyeluruh
T h
Tahapan perencanaan keadaan
k d d
darurat,
t sbb.
bb :
1. Identifikasi bahaya dan Penaksiran resiko
2. Penakaran sumber daya yang dimiliki
3. Tinjau ulang rencana yang telah ada
4. Tentukan tujuan dan lingkup
5
5. Pilih tipe
ti perencanaan yang akan
k dibuat
dib t
6.. Tentukan tugas-tugas dan tanggung jawab
7. Tentukan konsep operasi
8. Tulis dan perbaiki
26
syahbardia file 15042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Kerangka FEP.
1.Rencana dasar
• Pendahuluan
• Tujuan kebijakan dan dasar hukum
Tujuan,
• Ruang lingkup
• Konsep operasi darurat
• Organisasi dan uraian tugas
• Distribusi
2.Pencegahan
• Kebijakan K3 umum
• Kebijakan pencegahan kebakaran
• Tinjauan K3 umum
• Inspeksi/kontrol
• P2K3
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
3.Persiapan darurat
• Program pelatihan
• Pelaksanaan pelatihan
• Fasiiitas Pasokan dan Peralatan
Fasiiitas,
• Kerja sama
• Sistem informasi
4.Tanggap darurat
• Komunikasi darurat untuk tim inti
• Komunikasi darurat untuk umum
• Evakuasi
• Koordinasi dengan instansi terkait
5.Pemulihan
• Penjelasan umum
• Tim pemulihan
27
syahbardia file 15042021
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
• Investigasi
• Analisis
• Perhitungan Kerugian
• Rehabilitasi
28
DASAR HUKUM PEMBINAAN KETENAGAKERJAAN
TERKAIT DGN Undang2 KESELAMATAN KERJA
SESUAI UU.13/2003 Psl 86 dan Psl 87
RL. K3 Mekanik
BAB II PASAL 2 huruf
h fa
Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas, peralatan atau
instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran, atau peledakan.
BAB III SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3
1.
1 UU No.
No 1 Tahun 1970
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja :
a). No. Per.04/Men/1985
b). No. Per.05/Men/1985
c). No. Per.09/Men/VII/2010
d). No. Per.08/Men/2010
e).
) No.
N Per.02/Men/1992
P 02/M /1992
f). No. Per.02/Men/1982
g). No. Per.04/Men/1995
Sistemttg
h). No. Per.03/Men/1988 (Wewenang Kanwil/Kandep ventilasi
perizinan pes. uap,BT, PA & A)
i) Keputusan Menteri No. Kep. 168/Men/2000 Mencabut Kep.1897/M/87
Pelimpahan wewenang penggunaan Pes uap,Lift dan ijin kerja
Tenaga asing di Tmpt Pariwisata. Menteri Pariwisata.
j. SKB Dirjen Hubla dan Binawas No. PP.72/3/1999-KEP.507/BW/1999
1
www.norma-k3.com
MEKANIK lancar
• Pesawat tenaga & Tujuan
produksi
dan pengaw
Obyek pemb
www.norma-k3.com
SUMBER BAHAYA
PEMBINAAN DAN
PENGAWASAN
2
Hazard Pada Pek.Mekanik
“HAZARD”
Adalah kondisi yang berpotensi dapat
menjadi sumber penyebab
cidera/luka/kematian, kerusakan,
gangguan , atau kerugian
H
Hazard
d dapat
d b
berupa :
bahan, bagian mesin, bentuk energi,
1
K3 MEKANIKAL &
ELEKTRIKAL
metode kerja atau situasi kerja.
5
3
Target yang mungkin terkena/
terkena/terpengaruh
sumber bahaya ;
• manusia
• produk
• peralatan
peralatan//fasilitas
• lingkungan
• proses
• reputasi
1. Sumber2 Bahaya
2 Syarat2 K3 Mekanik dan
2.
3. Teknik pemeriksaan pengujian
4
PENGERTIAN
PERLENGKAPAN TRANSMISI :
BAGIAN PERALATAN MESIN YANG
BERFUNGSI UNTUK MEMINDAHKAN
DAYA ATAU GERAKAN MEKANIK DARI
PENGGERAK MULA KE PS ATAU MESIN
LAINNYA
ANTARA LAIN :
PULI DENGAN BAN ATAU PITA, RODA GIGI
DENGAN RODA GIGI, BATANG BERULIR
DENGAN RODA GIGI, RANTAI DENGAN
RODA GIGI RODA-RODA GESEK,
RODA, GESEK POROS
TRANSMISI DAN BARANG SILINDER
HIDROLIS
DD PNK3
PENGERTIAN
• 3. Mesin Produksi ialah semua
mesin peralatan kerja yang digunakan
untukk menyiapkan,
i k membentuk
b k atau
membuat, merakit finishing, barang
atau produk teknis antara lain:
lain: mesin
pak dan bungkus, mesin jahit dan
rajut,
j mesin ppintal dan tenun.
tenun.
5
PENGERTIAN (lanjutan)
4.Mesin Perkakas Kerja suatu
pesawat atau alat untuk membentuk
suatu bahan, barang, produk teknis
dengan cara memotong, mengepres,
menarik atau menumbuk antara lain: lain:
mesin asah, poles dan pelicin, alat tuang
dan tempa, mesin pelubang, mesin pres,
pres,
mesin rol, mesin gergaji, mesin ayak
d
dan mesin
i pemisah,
i h mesin i gunting,
ti
mesin pengeping dan pembelah
pembelah..
PENGERTIAN (lanjutan)
5. Dapur ialah suatu pesawat yang
dengan cara pemanasan
digunakan untuk mengolah,
memperbaiki sifat, barang, atau
produk teknis, antara lain
lain:: dapur
tinggi, dapur
dapur--dapur baja,
convertor dan oven.
oven.
6
PENGERTIAN
Penggerak mula
Suatu pesawat yang mengubah suatu
energi menjadi tenaga kerja mekanik dan
di gunakan untuk menggerakan pesawat
atu mesin atara lain :
* Motor pembakaran luar
* Motor pembakaran dalam.
*T
Turbin
bi air
i
* Kincir angin
4/21/2021 14
7
PERMENAKER No. 5 /M/1985
tentang PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT
PENGERTIAN (ps.1)
1 Pesawat angkat angkut ialah suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk
memindahkan, mengangkat muatan baik bahan atau barang atau orang secara
vertikal dan atau horizontal dalam jarak yang ditentukan.
ditentukan
2. Pesawat angkutan diatas landasan dan diatas permukaan ialah pesawat atau
alat yang digunakan untuk memindahkan muatan atau orang dengan
menggunakan kemudi baik didalam atau diluar pesawat dan bergerak diatas
suatu landasan maupun permukaan.
3
3. Pita transport ialah suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk memindahkan
muatan secara continue dengan menggunakan bantuan pita;
4. Peralatan angkat ialah alat yang dikonstruksi aau dibuat khusus untuk
mengangkat naik dan menurunkan muatan;
5. Alat angkutan jalan ril ialah suatu alat angkutan yang bergerak diatas jalan ril;
Jalan ril ialah jaringan ril dan perlengkapannya yang dipasang secara permanen
yang digunakan untuk jalan lokomotif, gerbong dan peralatan lainnya guna
mengangkut muatan.
PERSYARATAN OPERATOR
Setiap pesawat angkat dan angkut
harus dilayani oleh operator yang
mempunyai kemampuan dan telah
memiliki ketrampilan khusus tentang
Pesawat Angkat dan Angkut (ps. 4)
8
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 5
a. peralatan angkat;
b. pita transport;
Permenaker 05-1985 17
BAB III
PERALATAN ANGKAT ialah alat yang dikonstruksi atau dibuat
khusus untuk mengangkat naik dan menurunkan muatan;
Pasal 6
RUANG LINGKUP
9
Contoh PERALATAN ANGKAT
K3 LIFT
SYSTEM PENGGERAK LIFT ;
1. LIFT HYDROLIK
2. LIFT TRACXY
1. PASSENGER LIFT
2. SERVICE LIFT
3. CARGO LIFT ( SNI 1718 )
10
Ruang
Mesin
Pintu
Luar
Buffe
4/21/2021 r created by PNK3 21
PERALATAN ANGKAT
11
STUDY KASUS Coba analisa
faktor penyebab kecelakaan
pada pes.angkat & angkut
12
PITA TRANSPORT
ESCALATOR
13
A. Penyebab Kecelakaan
Karena Kerusakkan Eskalator
1. Kerusakkan Eskalator bisa
menyebabkan
a. Terjepit diantara 2 anak tangga.
b. Terjepit antara anak tangga dan
skirt guard.
c Terjepit antara anak tangga dengan
c.
plat landas.
d. Terjepit Celah Inlet Hand Rail.
B. Pencegahan.
• Pengahan kecelakaan
Karena Kerusakkan :
- Lakukan Pemerik-
saan harian.
14
Pemeriksaan Peralatan Pengaman
Beban nominal eskalator pada kecepatan 0.5 m/s atau 180 m/jam
dan sudut kemiringan 30°
Escalator
lebar step
Kapasitas teoritis
Beban/kapasitas nominal
% kapasitas teoritis
600 mm
800 mm
1000 mm
5100 P/j
6800 P/j
8160 P/j
0 0o
2040 orang/jam
a g/ja
3060 orang/jam
4080 orang/jam
40%
45%
50%
15
BAB V
PESAWAT ANGKUT DIATAS LANDASAN DAN DIATAS PERMUKAAN ialah
pesawat atau alat yang digunakan untuk memindahkan muatan atau orang dengan
menggunakan kemudi baik didalam atau diluar pesawat dan bergerak diatas suatu
landasan maupun permukaan.
BAB V
Pasal 98
Permenaker 05-1985 32
16
BAB VI
ALAT ANGKUTAN JALAN RIL
ialah suatu alat angkutan yang bergerak diatas jalan ril;
Jalan ril ialah jaringan ril dan perlengkapannya yang
di
dipasang secara permanen yang digunakan
di k untukk jalan
j l
lokomotif, gerbong dan peralatan lainnya guna mengangkut
muatan.
Pasal 116
Alat angkutan jalan ril antara lain adalah : lokomotif, gerbong dan lori.
Pasal 117
Bahan, kontruksi dan perlengkapan jalan ril harus cukup kuat, tidak
cacat dan memenuhi syarat.
RUANG LINGKUP
D. Alat angkut jalan riil (ps. 116)
- Lokomotif
- Gerbongg
- Lori
DD PNK3 34
17
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
www.norma-k3.com
d. Pengujian
• Dinamis (Running Test)
• Statis
e. Pemeriksaan setelah pengujian
f. Laporan
a. Bentuk 51 (pesawat angkat dan angkut)
b. Bentuk 54B (penggerak mula)
c. Bentuk 55B (mesin berbahaya)
d Bentuk 56B (dapur/ Tanur)
d.
Formulir tersebut di lengkapi dengan formulir/ chesklist dari hasil
riksa uji /NDT/NDE
18
PROSEDUR PENGUJIAN
1. PENGUJIAN TANPA BEBAN
Contohnya : - Gerakan Boom Turun – Naik
g kanan – kiri
- Gerakan Swing
- Gerakan Hoist Utama naik – turun
- Gerakan Hoist Tambahan Naik – Turun
19
KASUS KECELAKAAN MOBILE CRANE
20
Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No. 09/Men/2010
Tentang
Kualifikasi dan Syarat
Syarat--syarat Operator dan Petugas Pesawat angkat
dan angkut
DASAR HUKUM
• UU No
No.. 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja
• Permen No.
No. 05
05/Men/
/Men/1985
1985
tentang Pesawat Angkat dan Angkut
21
RUANG LINGKUP BAB I Pasal 2
• Penggolongan Operator
• Syarat--syarat operator untuk masing
Syarat masing--
masing kelas
• Kewenangan operator dan Petugas
• Sertifikasi operator
• Kewajiban operator
• sanksi
BAB II
Pasal 5
• Kwalifikasi dan Syarat
Syarat--syarat operator //petugas
petugas
untuk masing
masing--masing kelas
• Operator PA&A
Pesawat angkat dan angkut harus dioperasikan
oleh operator pesawat angkat angkut yang
mempunyai lisensi K3 dan buku kerja sesuai
dengan jenis dan kualifikasinya
Pasal 6
Operator Peralatan angkat mempunyai
kualifikasi I , II dan III
P l9
Pasal
Operator Pesawat pita transport
22
BAB II
Pasal 12
Operator Pesawat angkutan diatas landasan dan
permukaan Operator Forklift /lift truk kualifikasi
I dan
d II
Pasal 16
Operator alat angkutan jalan rel Operator lokomotif dan
lori
Pasal 18
Petugas pesawat angkat dan angkut Riger dan teknisi
BAB III
Pasal 21
Tata cara memperoleh lisensi K3 dan buku kerja Operator atau petugas Pesawat angkat
dan angkut Pengusaha atau Pengurus mengajukan permohonan tertulis Ke Dirjen
Binwasnakertrans
BAB IV
Pasal 28
Operator Kls I Peralatan angkat mengoperasikan kap 100 T atau tinggi menara lebih
dari 60 meter dan tugas mengawasi,membimbing OPA Kls II dan III
Operator Kls III Peralatan angkat mengoperasikan kap < 25 T atau tinggi menara
kurang 40 meter
Pasal 30
Operator Kls I Pes.angkutan diatas landasan ( Forklift dan Lift Truk
Truk)) mengoperasikan
kap >15 dan tugas mengawasi membimbing OPA Kls II
23
BAB V
Pasal 34
KEWAJIBAN OPERATOR DAN PETUGAS
BAB VI
P l 35
Pasal
PELAKSANAAN PEMBINAAN K3 OPA DAN PETUGAS PA & A
(1) Oleh Instansi yang lingkup tugas dan tanggung jawab dibidang
ketenagakerjaan Pemerintah Propinsi/Kab dan kota
Ol h PJK3 P
Oleh Pembinaan
bi mempunyaii SKP bberkoordinasi
k di i dengan
d
Instansi yang lingkup tugas dan tanggung jawab dibidang
ketenagakerjaan Pemerintah Propinsi/Kab dan kota
BAB VII
Pasal 36
PENGAWASAN OLEH PENGAWAS
KETENAGAKERJAAN
BAB VIII
Pasal 37
SANKSI
PENGUSAHA ATAU PENGURUS YG MEMPERKERJAKAN OPA
ATAU PETUGAS sesuai UU 1 1970 Ps 3 dan Psl 4
BAB IX
Pasal 38
ATURAN PERALIHAN
BAGI OPA YG TELAH MEMILIKI SIO SEBELUM BERLAKUNYA
PERMENAKER INI TETP BERLAKU SAMPAI DENGAN
JANGKA WAKTU LISENSI K3 BERAKHIRBAB IX
BAB X
Pasal 39
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 40
Ditetapkan berlakunya permenaker ini
24
SYAHBAR file4/28/2021
Disampaikan pada :
I. DASAR HUKUM
1
SYAHBAR file4/28/2021
2
SYAHBAR file4/28/2021
PASAL 4
◙ KETEL UAP TETAP IALAH : SEMUA
PESAWAT YANG DITEMBOK ATAU
DALAM TEMBOKAN.
3
SYAHBAR file4/28/2021
FIRE TUBE
PACKAGE BOILER
Design,
Manufacture & Installation
by INDOMARINE
4
SYAHBAR file4/28/2021
5
SYAHBAR file4/28/2021
PASAL 2
PESAWAT-PESAWAT UAP YANG DIMAKSUD DALAM PASAL 1
DARI UNDANG-UNDANG UAP 1930 ADALAH :
a. PEMANAS-PEMANAS AIR (EKONOMISER).
b. PENGERING-PENGERING UAP (SUPER HEATER).
c. PENGUAP-PENGUAP (SULINGAN).
d. BEJANA-BEJANA UAP.
PASAL 3
1. PIPA UAP PENGHUBUNG TERMASUK BEJANA-BEJANA UAP
HANYA BILA GARIS TENGAH UKURAN DALAM MELEBIHI
450 m.m. (> 450 mm).
2. CILINDER-CILINDER DAN SALUT-SALUT UAP DARI MESIN-
MESIN UAP TIDAK TERMASUK BEJANA UAP DAN PIPA-PIPA
UAP DIPERUNTUKKAN GUNA MEMANASI BAHAN CAIR
PULA TIDAK TERMASUK BEJANA-BEJANA UAP.
6
SYAHBAR file4/28/2021
PASAL 7
TIDAK DIPERLUKAN AKTE IZIN UNTUK :
1. KETEL UAP LP (M2) x P (Kg/cm2) ≤ 0,2
7
SYAHBAR file4/28/2021
Gambar V – 13 Bagan ketel pipa api vertikal Gambar V – 14 Bagan ketel pipa silang
8
SYAHBAR file4/28/2021
9
SYAHBAR file4/28/2021
10
SYAHBAR file4/28/2021
11
SYAHBAR file4/28/2021
1. RANCANGAN PEMBUATAN
2. BAHAN BAKU
3. PROSES PEMBUATAN
4. PEMASANGAN
5. PEMAKAIAN :
• OPERATOR
• AIR PENGISI
• PEMBAKARAN
• APPENDAGES DAN ALAT KONTROL
6. KOROSI
7. PENGAWASAN :
• PERENCANAAN
• PEMBUATAN
• PENGUJIAN
• PERBAIKAN
12
SYAHBAR file4/28/2021
13
SYAHBAR file4/28/2021
14
SYAHBAR file4/28/2021
a. PENGECEKAN DOKUMEN
b. PENGECEKAN PERHITUNGAN KONSTRUKSI
c. PEMERIKSAAN VISUAL DISESUAIKAN DENGAN GAMBAR.
d. PENGUJIAN PEMADATAN DENGAN AIR
e. PENGUJIAN DENGAN UAP
f. MENGECEK/MENGUJI ALAT PENGAMAN/
PERLENGKAPANNYA
g. PENYETELAN/PENYEGELAN ALAT PENGAMAN.
15
SYAHBAR file4/28/2021
16
SYAHBAR file4/28/2021
17
SYAHBAR file4/28/2021
18
SYAHBAR file4/28/2021
RH & @zm 38
19
SYAHBAR file4/28/2021
RH & @zm 39
PERALATAN / PERLENGKAPAN
PESAWAT UAP
1. KETEL UAP
Sekurang-kurangnya dua tingkap pengaman /pressure safety valve
Sekurang-kurangnya satu pedoman tekanan / pressure gauge
Sekurang-kurangnya dua gelas pedoman air
Sekurang-kurangnya dua pompa pengisi
Alat memberitahukan kekurangan air / pluit bahaya / alarm
Tanda batas air terendah
Kerangan / katup untuk dipasangkan pedoman tekanan coba
Kerangan/katup pembuang
Pelat nama / name plate
Lubang lalu orang / manRHhole
& @zm 40
20
SYAHBAR file4/28/2021
RH & @zm 41
● Pemanas Air
Satu tingkap pengaman / pressure safety value
Satu kerangan / katup pembuang
Satu katup yang menutup sendiri pada lubang pengisi
Lubang lalu orang
Lubang pemeriksaan
● Pengering Uap
21
SYAHBAR file4/28/2021
● Penguap
Satu tingkap pengaman
Satu pedoman tekanan
Satu gelas pedoman air
Satu kerangan pembuang
● Bejana Uap
Satu tingkap pengaman
Bila : Tekanan kerja maksimal yang diijinkan untuknya <
tekanan tertinggi dari pesawat uap pemberi uap.
Dua tingkap pengaman
Bila : Tekanan maksimal yang diijinkan untuknya < ½
tekanan tertinggi dari pesawat uap pemberi uap.
Satu pedoman tekanan
Lubang lalu orang
RH & @zm
Lubang pemeriksaan 43
5. BEJANA TEKAN
RH & @zm 44
22
SYAHBAR file4/28/2021
1. Ketel Uap
2. Pemanas Air
Diameter dalam ≤ 50 mm
Diameter dalam ≤ 25 mm
RH & @zm 45
RH & @zm 46
23
SYAHBAR file4/28/2021
PROSEDUR PENERBITAN
AKTE IJIN / PENGESAHAN PEMAKAIAN
Pemeriksaan ketidakbulatan
Pemeriksaan tidak merusak (NDT)
Pengujian hydrotest / padat dengan air
Pemeriksaan pengembangan menetap (botol baja)
Pemeriksaan berat (botol baja)
RH & @zm 48
24
SYAHBAR file4/28/2021
2. PEMERIKSAAN PERTAMA
Pemeriksaan dokumen teknis A, B, C di atas
Pemeriksaan visual
Pengujian hydrotest
Pengujian dengan uap (Steam Test)
RH & @zm 49
2. Prosedur Pemeriksaan
RH & @zm 50
25
SYAHBAR file4/28/2021
PEMERIKSAAN KHUSUS
Terjadi peledakan
Permintaan si pemakai
RH & @zm
Ketel berusia 35 tahun (Ketel Pelat Tua) 51
1. Operator Kelas I
Wewenang :
2. Operator Kelas II
Wewenang :
Melayani Ketel Uap Kapasitas ≤ 10 Ton/jam
Pesawat uap selain ketel uap untuk semua ukuran
Mengawasi kegiatan operator kelas II
RH & @zm 52
26
SYAHBAR file4/28/2021
RH & @zm 53
Lanjutan
JUMLAH OPERATOR UNTUK SETIAP
SHIFT
2. Satu ruangan beberapa Ketel Uap
27
SYAHBAR file4/28/2021
RH & @zm 55
PENERAPAN HUKUM
1. Pemakai pesawat uap di hukum kurungan 3 (tiga) bulan dan
denda paling tinggi Rp. 500,- bila :
• Mengoperasikan tidak mempunyai A.I/A.I telah dicabut
• Tidak menjaga alat pengaman
• Tidak mengindahkan syarat istimewa dari pegawai pengawas
bidang pesawat uap dan bejana tekan
• Terjadi peledakan tapi tidak memberitahukan
2. Operator menginggalkan pesawat uap yang sedang bekerja di
hukum penjara paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling
banyak Rp. 300,-
3. Pengurus/pengusaha yang menggunakan bejana tekan tidak
mentaati Permenaker No. Per.01/Men/1982 hukuman kurungan 3
(tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,-
RH & @zm 56
28
SYAHBAR file4/28/2021
RH & @zm 57
Lanjutan
RH & @zm 58
29
SYAHBAR file4/28/2021
Lanjutan
Pelat :
Kedudukan pelat
Vertikal 3G vertikal dengan
sumbu las vertikal.
Pelat :
Kedudukan pelat
Diatas kepala 4G horizontal
pengelasan dari
bawah.
Pipa :
Kedudukan sumbu
pipa horizontal,
dengan
Horizontal 5G sambungan las
vertikal, pada
waktu pengelasan
pipa tidak boleh
diputar-putar
RH & @zm 59
Lanjutan
Pipa :
Kedudukan Pipa
miring 45 dari
horizontal, pada
Miring 45° 6G waktu pengelasan
pipa tidak boleh di
putar-putar
- Untuk 1G, 2G, 3G, 4G, dan 5G : 150 terhadap bidang – bidang
horizontal dan Vertikal.
30
SYAHBAR file4/28/2021
Catatan :
RH & @zm 61
62 @ZM
31
5/5/2021
Pasal 3
Tujuan K3 Listrik
1. Melindungi Keselamatan Kesehatan Kerja TK
dan orang lain (lingker, potensi bahaya listrik)
2. Menjamin kehandalan dan akurasi serta aman
instalasi listrik ,penyalur petir dan
pesawat lift sesuai tujuan penggunaannya.
2. Mencegah timbulnya bahaya akibat listrik
N bahaya sentuhan langsung
N bahaya sentuhan tidak langsung
N bahaya kebakaran
History K3 Listrik
1. Zaman Sebelum Merdeka
- VR 1910 STBL No. 406
2. Zaman Merdeka
- UU No. 14 Th 1969 digantikan dgn UU No. 13 Th 2003
tentang Ke-TK-an)
- UU No. 1 Th 1970 (UU KK)
1
5/5/2021
History K3
Proteksi Petir
SKB Depnaker & BATAN Kep 08/M/79 dan No. 24/DJ/20/11/79
Pemakaian Penangkal petir radioaktif
5/5/2021 5
2
5/5/2021
UU.K3 LISTRIK
TT/
UU.KETENAGALISTRIKAN
Kebijakan nasional Kebijakan nasional
TET
dalam hal upaya dalam hal penyediaan
menjamin tenaga listrik
tempat kerja (pengusahaan)
TM/
yang Aman dan yang Andal, Aman dan
lingkungan yang Sehat Akrap lingkungan
TR
M
Ketenagalistrikan
3
5/5/2021
5/5/2021 8
Perlengkapan listrik
a) meliputi bahan, fiting, gawai, peranti, luminair,
aparat, mesin, dan lainlain yang digunakan
sebagai bagian dari, atau dalam kaitan dengan,
instalasi listrik.
b) barang yang digunakan untuk maksud-maksud
seperti pembangkitan, pengubahan, transimisi
distribusi atau pemanfaatan energi listrik,
seperti, mesin, transformator, radas,
instrumen, gawai proteksi, perlengkapan untuk
pengawatan, peranti.
5/5/2021 9
4
5/5/2021
LANJUTAN
5/5/2021 10
Dasar hukum :
Undang undang No 1 tahun 1970
Keselamatan Kerja
5
5/5/2021
Dasar hukum :
(Objective)
Keselamatan Kerja
6
5/5/2021
Dasar ukum :
STANDAR K3 LISTRIK
DI INDONESIA
Peraturan
KHUSUS B Peraturan
Khusus B
Peraturan
04/78
Peraturan
04/88
7
5/5/2021
Ditetapkan
Sebagai Standar Wajib
Kep Menteri Energi & Sumber Daya Mineral
No. : KBSN 32/KEP/BSN/2006
Dirjen listrik 01/PJK/DITTEK /II/2009
Batas waktu penyesuaian 3 tahun
RUANG LINGKUP
PERMENAKER 12/M/2015
Psl 4
8
5/5/2021
Pasal 6
- TEKNISI K3 LISTRIK.
- AHLI K3 LISTRIK
- PENGAWAS KETENAGAKERJAAN Spesialis
- Psl 7
- (PUIL 2011 Pengusahaan listrik)
- PJK 3
9
5/5/2021
Inventarisasi
Jenis jabatan fungsional berbasis kompetensi K3 Listrik
1. Klas I. Teknisi ( pemasangan, pemeliharaan)
2. Klas II. Penyelia (pemasangan, pengoperasian, pemeliharaan)
3. Klas III. Ahli K3 Listrik
10
5/5/2021
Pasal 9
22
KEMAMPUAN
HANTAR ARUS
SYARAT K3
KHA : MIN 1,25 X I
nominal
11
5/5/2021
12
5/5/2021
PANEL R-S R-T T-S R-N R-G S-N S-G T-N T-G N-G
P1- P1.1
p1-P1.2
P1.P1.5
P1-P1.6
13
5/5/2021
dede.s 28
dede.s 29
14
5/5/2021
Proteksi bahaya
N Sentuhan tidak langsung
1. Sistem TT atau
Pembumian Pengaman (PP)
2. Sistem IT atau
Hantaran pengaman (HP)
3. Sistem TN atau
Pembumian Netral Pengaman (PNP)
dede.s 30
dede.s 31
15
5/5/2021
dede.s 32
dede.s 33
16
5/5/2021
dede.s 34
WAKTU PEMUTUSAN
SISTEM IT
WAKTU PEMUTUSAN
TEGANGAN (detik)
(volt) N tdk N terdistribusi
terdistribusi
120-240 0,8 5
230/400 0,4 0,8
400/690 0,2 0,4
580’1000 0,1 0,2
dede.s 35
17
5/5/2021
3. Sistem TN atau
Pembumian Netral Pengaman (PNP)
Fasa tunggal 3 kawat
Nol &
Ground
dihubungkan
dede.s 36
dede.s 37
18
5/5/2021
WAKTU PEMUTUSAN
SISTEM TN
TEGANGAN WAKTU PEMUTUSAN
(volt) (detik)
120 0,8
230 0,4
277 0,4
400 0,2
> 400 0,1
dede.s 38
Sentuhan langsung
adalah bahaya sentuhan pada bagian
konduktif yang secara normal
bertegangan
dede.s 39
19
5/5/2021
PROTEKSI BAHAYA
SENTUH LANGSUNG
METODA :
1
Isolasi bagian aktif
2
Penghalang atau Selungkup
3
Rintangan
4
Jarak aman atau diluar jangkauan
5
Gawai proteksi arus sisa
6
3
Isolasi lantai kerja.
dede.s 40
dede.s 41
20
5/5/2021
dede.s 42
< 50 ~
50 5
75 1
90 0.5
110 0.2
150 0.1
220 0.05
280 0.03
dede.s 43
21
5/5/2021
dede.s 44
dede.s 45
22
5/5/2021
dede.s 46
dede.s 47
23
5/5/2021
Memasang Rintangan
dede.s 48
dede.s 49
24
5/5/2021
PROTEKSI BAHAYA
“JARAK AMAN”
Jarak aman atau diluar jangkauan :
TEGANGAN
JARAK (cm)
(KV)
1 50
12 60
20 75
70 100
150 125
220 160
500 300
dede.s 50
SISTEM PENGAMANAN
“ISOLASI LANTAI KERJA”
Rd 3000 V
V2
75 kg V1
25
5/5/2021
Bagian 3 Bagian 3
Proteksi untuk keselamatan Asesment karakteristik umum
Bagian 4 Bagian 4
Perancangan instalasi listrik Proteksi untuk keselamatan
Bagian 7 Bagian 7
Penghantar dan pemasangannya Pemilihan dan pemasangan
perlengkapan listrik-Konduktor dan
pemasangannya
Bagian 8 Bagian 8
Ketentuan untuk berbagai ruang dan etentuan untuk berbagai ruang dan
instalasi khusus
5/5/2021 instalasi
Kajian PUIL 2011 khusus 53
26
5/5/2021
27
5/5/2021
Bagian-bagian jaringan
Trafo Distribusi
Alat Pengukur dan Pembatas (APP)
Generator Set
Main Distribution Panel
Subdistribution Panel
28
5/30/2022
Sasaran
KERUSAKAN
• THERMIS, OBYEK YANG TERTINGGI
• ELEKTRIS
,
5/30/2022 • MEKANIS,created by PNK3 2
SAMBARAN
LANGSUNG
. SAMBARAN
TIDAK LANGSUNG
1
5/30/2022
Lightning also strikes people, causing serious injury and burns and
sometimes even death :
On June 14, 1991, during one of the world’s most prestigious golf
competitions, the US Open, a spectator was killed by a lightning bolt !
More recently in October 2002, the footballer, Herman Gavaria died after
being struck while taking part in a training session with fellow players from
the Cali club in Colombia.
2
5/30/2022
3
5/30/2022
Squatting position when lightning threatens : If caught out in the open during a lightning storm with no shelter, squat lo to
the ground as quickly as possible. Do not lie flat on the ground. The aim is to get as low as possible while minimizing the area
of exposed body surface. Lying flat makes you larger target. Posisi jongkok saat petir mengancam: Jika tertangkap di tempat
terbuka saat terjadi badai petir tanpa perlindungan, jongkok lo ke tanah secepat mungkin. Jangan berbaring telentang.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan serendah mungkin sambil meminimalkan area permukaan tubuh yang terbuka. Berbaring
datar membuat target Anda lebih besar.
4
5/30/2022
Safe refuges from lightning : During a thunderstorm the safest place to be is in low-rise building. Keep the windows closed
and unplug any electrical equipment (if unprotected). If you can’t take refuge in a building, a car is a safe alternative. If a car
(or airplane for that matter) is hit by lightning you will not be harmed. However, avoid touching any metal parts of the
interior, such as the radio. Tempat perlindungan yang aman dari petir: Selama badai petir, tempat teraman adalah di gedung
bertingkat rendah. Jaga agar jendela tetap tertutup dan cabut semua peralatan listrik (jika tidak terlindungi). Jika Anda
tidak bisa berlindung di sebuah gedung, mobil adalah alternatif yang aman. Jika sebuah mobil (atau pesawat terbang dalam hal
ini) disambar petir, Anda tidak akan dirugikan. Namun, hindari menyentuh bagian logam apa pun pada interior, seperti radio
10
Unsafe refuges from lightning : Standing in open filed, on a golf course or beach, or under a tree are all wrong places to be
when lighting strikes. Lightning is attached to tall targets. If you feel your hair standing on end, lightning is about to strike
near you. Tempat perlindungan yang tidak aman dari petir: Berdiri di lapangan terbuka, di lapangan golf atau pantai, atau di
bawah pohon adalah tempat yang salah saat penerangan menyambar. Petir melekat pada target tinggi. Jika Anda merasa
rambut Anda berdiri tegak, petir akan menyambar di dekat Anda.
11
5
5/30/2022
12
6
5/30/2022
Menurut
,
Tinggi 14 km
Awan Petir Diameter 3 km
(Cumulonimbus)
Nilai arus petir, berkisar
3 kA sampai 40 kA.
Tegangan petir bisa 100 MV,
Gamb di bawah ini adalah peristiwa petir yang dipotret oleh photographer dari
California, Don Naumann pada Maret 26 2007, yang diberi judul
“Mostly Scattered Showers”,
dapat dipakai sebagai contoh untuk membayangkan dahsyatnya peristiwa petir itu.
7
5/30/2022
8
5/30/2022
PENERIMA
Sudut perlindungan (AIR TERMINAL)
112 o
HANTARAN PENURUNAN
(DOWN CONDUCTOR)min
BC 50mm2
HANTARAN PEMBUMIAN
(GROUNDING)
Resistan pembumian
mak 5 ohm
9
5/30/2022
10
5/30/2022
11
5/30/2022
12
5/30/2022
RSTN RSTN
ARRESTER
GROUNDING
13
5/30/2022
LIGHTNING ARRESTER
(L.A)
14
5/30/2022
LIGHTNING ARRESTER
15
5/30/2022
CARA PEMASANGAN
LIGHTNING ARRESTER
Lightning arrester dipasang di jala2
masuk (sisi incoming ) di dekat
perlengkapan/alat yang dilindungi
Break Down voltage LA harus
lebihtinggi dari pada nominal voltage
alat yang dilindungi.
Bisa dipasang pada single phase
ataupun three phase jala2
16
5/30/2022
++++++++
++++++++
++++++++
------------
-------------
------------
MENYAMBAR
JARINGAN LISTRIK
TYPE ARRESTER
17
5/30/2022
PERTIMBANGAN PEMASANGAN
INSTALASI PENYALUR PETIR
R =A+B+C+D+E
< 11 ABAIKAN
= 11 KECIL
= 12 SEDANG
= 13 AGAK BESAR
= 14 BESAR
> 14 SANGAT BESAR
created by PNK3 37 5/30/2022
18
5/30/2022
B: Struktur konstruksi
Steel structure : 0
Beton bertulang, kerangka baja atap logam: 1
Beton bertulang, atap bukan logam : 2
Kerangka kayu atap bukan logam : 3
C: Tinggi bangunan
C: Tinggi bangunan
s/d 6m : 0
12 m : 2
17 m : 3
25 m : 4
35 m : 5
50 m : 6
70 m : 7
100 m : 8
140 m : 9
200 m : 10
19
5/30/2022
Ruangan berpotensi
bahaya ledakan
gas/uap/debu/serat
20
5/30/2022
21
5/30/2022
arus listrik (I) adalah banyaknya aliran electron pada suatu rangkaian dan
diukur dalam ampere (A). Banyaknya arus yang mengalir melalui tubuh
seseorang tergantung pada tegangan dan tahanan. Arus tubuh dapat dihitung
dengan menggunakan rumus berikut:
Tegangan yang dikenakan pada tubuh = Arus melalui tubuh
Tahanan tubuh
I(Ampere) = V(Volts)
R(Ohm)
5/30/2022 45
22
5/30/2022
5/30/2022 46
Lintasan arus melewati tubuh adalah factor lain yang mempengaruhi efek dari
sengatan listrik. Misalnya, arus dari tangan ke kaki, lewat jantung dan bagian
pusat system saraf, adalah jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan
sengatan listrik antara dua titik pada lengan yang sama (gambar 1-2).
5/30/2022 47
23
5/30/2022
24