Zaman Romawi
Para
ahli
seperti
Lecretius,
Martial,
dan
Vritivius
mulai
Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan sudah diberlakukan pembayaran terhadap
pekerja yang mengalami kecelakaan sehingga menyebabkan cacat atau
meninggal. Masyarakat pekerja sudah mengenal akan bahaya vapour di
lingkungan kerja sehingga disyaratkan bagi pekerja yang bekerja pada
lingkungan yang mengandung vapour harus menggunakan masker.
Abad Ke-16
Salah satu tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Phillipus Aureolus
Theophrastus Bombastus von Hoheinheim atau yang kemudian lebih dikenal
dengan sebutan Paracelsus mulai memperkenalkan penyakit-penyakit akibat
kerja terutama yang dialama oleh pekerja tambang. Pada era ini seorang ahli
5. Perkembangan teknologi ini menyebabkan mulai muncul penyakitpenyakit yang berhubungan dengan pemajanan karbon dari bahanbahan sisa pembakaran.
Sesudah
Revolusi Industri
Zaman Pra-Sejarah
Zaman Bangsa Babylonia
Zaman Mesir Kuno
Zaman Yunani Kuno
Zamana Romawi
Abad Pertengahan
Abad 16
Abad 18
Era Industrialisasi
Era Manajemen dan
Manajemen K3
Era Mendatang
Menggunakan pendekatan
statistik dalam menganalisis
sistem K3
KESELAMATAN
KERJA BIDANG KEBAKARAN
A. Definisi Kebakaran
Adalah suatu fenomena yang dapat diamati dengan adanya cahaya
dan panas serta adanya proses perubahan zat menjadi zat baru melalui reaksi
kimia oksidasi eksotermal. Api terbentuk karena adanya interaksi beberapa
unsur atau elemen yang pada kesetimbangan tertentu dapat menimbulkan
api. Sedangkan kebakaran yaitu peristiwa bencana yang ditimbulkan oleh
api, yang tidak dikehendaki oleh manusia dan bisa mengakibatkan kerugian
nyawa dan harta.
Ditinjau dari jenis, api dapat dikategorikan menjadi jenis api jinak
dan liar. Jenis api jinak artinya api yang masih dapat dikuasai/dikendalikan
oleh manusia, sedang jenis api liar tidak dapat dikuasai/dikendalikan oleh
manusia oleh karena itu sering dikenal dengan istilah kebakaran.
C. Klasifikasi Kebakaran
Merupakan penggolongan atau pembagian kebakaran berdasarkan jenis
bahayanya, dengan adanya klasifikasi tersebut akan lebih mudah, cepat dan
lebih tepat dalam pemilihan media pemadam yang digunakan untuk
memadamkan kebakaran. Dengan mengacu pada standar (Depnaker, Traning
Material K3 bidang penanggulangan kebakaran :1997:14).
Menurut Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (2004:24) terdapt
dua versi standar klasifikasi jenis kebakaran yang sedikit agak berbeda.
Klasifikasi jenis kebakaran menurut standar inggris yaitu LPC (Loss
Prevention Committee) menetapkan klasifikasi kebakaran dibagi dalam dua
klas A, B, C, D, E sedangkan Standar Amerika yaitu NFPA (National Fire
Prevention Assosiation), menetapkan klasifikasi kebakaran menjadi klas A,
B, C, D.
Kelas B : Seperti bahan cairan dan gas tak dapat terbakar dengan
sendirinya diatas cairan pada umunya terdapat gas, dan gas
ini yang dapat terbakar. Pada bahan bakar cair ini suatu
bunga api kecil sanggup mencetuskan api yang akan
menimbulkan kebakaran. Sifat cairan ini adalah mudah
mengalir dan menyalakan api ketempat lain.
Kelas C: Kebanyakkan pada peralatan listrik yang bertegangan, yang
mana sebenarnya kelas C ini tidak lain kebakaran kelas A
dan kelas B atau kombinasi dimana ada aliran listrik.
Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media
pemadam yaitu tidak menghantar listrik untuk melindungi
orang yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik.
Kelas D: Kebakaran logam seperti magnesium, titanium, uranium,
sodium. Lithium, dan potassium. Pada kebakaran jenis ini
perlu
dengan
alat
atau
media
khusus
untuk
memadamkannya.
D. Penyebab Kebakaran
Kebakaran merupakan penderitaan dan malapetaka khususnya mereka
yang menjadi korban kebakaran. Pada umumnya penyebab terjadinya
kebakaran bersumber pada 3 faktor yaitu:
a. Faktor Manusia
b. Faktor Alam
c. Faktor Teknis
barang-barang
yang
mudah
terbakar
tampa
ditempat
terlarang /
membuang
punting rokok
sembarangan.
b. Manajemen
- Tidak ada / kurang komitmennya terhadap K3
- Kurang pengawasan terhadap kegiatan
- Tidak ada standar kode yang dapat diandalkan atau penerapannya
tidak tegas.
- System penanggulangan kebakaran tidak memadai
- Tidak dilakukan pelatihan penanggulangan bahaya kebakaran bagi
tenaga kerja.
- Sarana proteksi kebakaran tidak ada atau kurang.
kebakaran
dapat
dilakukan
dengan
prinsip
menghilangkan salah satu atau beberapa unsur dalam proses nyala api.
Menurut panduan Departemen Tenaga Kerja, Training Material K3 Bidang
Penanggulangan Kebakaran : 1997 : 17 untuk memadamkan api dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
A. Pendinginan (cooling)
B. Penyalimutan (smothering)
5. Halon
Pada saat terjadi kebakaran apabila digunakan halon untuk memadamkan
api maka seluruh penghuni harus meninggalkan ruangan kecuali bagi
yang sudah mengetahui betul cara penggunaannya. Jika gas halon terkena
panas api kebakaran pada suhu sekitar 485C maka akan mengalami
penguraian, dan zat zat yang dihasilkan akan mengikat unsur hydrogen
dan oxygen. Jika penguraian tersebut terjadi dapat menghasilkan beberapa
unsur baru dan zat baru tersebut beracun dan cukup membahayakan
terhadap manusia.
untuk
mencegah
atau
memberantas
bila
terjadi
kebakaran.
Pemeriksaan
yang
disertai
dipersiapkan
untuk
mendeteksi,
mengendalikan
dan
detektor
yang
bekerjanya
berdasarkan
terjadinya
Ada dua tipe detektor asap yaitu Detektor Asap optik, digunakan
untuk mendeteksi pada kebakaran yang menghasilkan asap tebal
seperti pada kebakaran PVC. Detektor Asap ionisasi, digunakan
untuk mendeteksi asap kebakaran yang terdiri dari partikel kecil
yang biasa terjadi pada kebakaran yang sempurna.
- Detektor Panas (Heat Detector)
Adalah detektor yang bekerjanya berdasarkan pengaruh panas
(temperatur) tertentu. Ada tiga tipe detektor panas yaitu :
yang
bekerja
berdasarkan
kecepatan
naiknya
hal ini dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu pertama penguraian dengan
menyingkirkan bahan-bahan yang mudah terbakar, kedua pendinginan
dengan menurunkan panas sehingga suhu bahan yang terbakar berada pada
bawah titik nyala, dan ketiga cara isolasi dengan menurunkan kadar oksigen
dibawah 12% dari ketiga cara diatas dipilih cara mana yang bisa dilakukan
dengan efektif sehingga proses pembakaran terkendali, di ingatkan dalam
penanggulangan
kebakaran
berpacu
dengan
waktu,
keterlambatan
A. UNDANG-UNDANG
Dasar hukum
UUD 1945
Pasal 5, 7 dan 27 ayat 2
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja
(P2K3)
guna
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
o.
p.
q.
r.
2.
3.
dan
pekerjaannya.
sikap
yang
aman
dalam
melaksanakan
4.
5.
6.
7.
2.
3.
4.
5.
Payung Hukum K3
Sehat merupakan hak azazi manusia. United Nations Declaration on
Human Rights yang dirumuskan pada tahun 1948 di Helzinki menyebutkan
bahwa setiap orang mempunyai hak azasi untuk bekerja, bebas memilih jenis
pekerjaan dan mendapatkan kondisi pekerjaan yang adil dan membuatnya
sejahtera. Pada tahun 1976, dalam United Nations International Covenant on
Economic, Social and Cultural Rights kembali disebutkan tentang perlunya
kondisi kerja yang selamat dan sehat sebagai hak azasi setiap orang (diakui
oleh kelompok negara-negara dalam perjanjian ini). ILO sebagai organisasi
pekerja sedunia merumuskan pentingnya tempat kerja yang produktif dan
layak (productive and decent work place). Kesehatan dan keselamatan kerja
merupakan masalah dunia. Estimasi Global yang dilaporkan ILO pada tahun
2002 menyebutkan, dari 2,8 milyar tenaga kerja di dunia, dalam satu tahun
terjadi 2,2 juta kematian terkait pekerjaan, 270 juta kecelakan kerja, 160 juta
penyakit terkait kerja, dengan kerugian sekitar 4% dari GDP global (30
triliun US dolar). Pada awalnya pelaksanaan K3 mengacu kepada
Veiligheidsreglement tahun 1919 (Stbl.No.406), namun sejak dikeluarkannya
Undang-undang nomor 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
mengenai Pekerja, maka disusun undang-undang yang memuat ketentuanketentuan
umum
tentang
keselamatan
kerja
yang
sesuai
dengan
perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan teknologi. Undangundang tersebut adalah Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja, yang mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan
tempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja. Mengingat
faktor keselamatan sangat terkait dengan kesehatan maka pada tahap
selanjutnya kegiatan keselamatan kerja menjadi keselamatan dan kesehatan
kerja atau disingkat dengan K3. Sebagai penjabaran dan kelengkapan
Undang-undang, Pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP)
dan Keputusan Presiden terkait penyelenggaraan keselamatan dan kesehatan
kerja. Untuk memudahkan pelaksanaan K3 di tempat kerja, Departemen
Tenaga Kerja mengeluarkan berbagai peraturan yang berhubungan dengan
K3. Bahkan Departemen lain seperti Departemen Kesehatan dan Badan
Atom Nasional (BATAN), juga mengeluarkan peraturan yang menyangkut
aspek K3 berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi Departemen tersebut,
misalnya peraturan tentang ketentuan keselamatan kerja terhadap radiasi.
Secara umum, mulai dari Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan
Menteri hingga Keputusan setingkat eselon 1 atau Dirjen yang terkait K3
adalah mengatur kewajiban perusahaan melindungi tenaga kerjanya.
Misalnya Undang-undang RI No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
memuat tentang Kewajiban pimpinan tempat kerja, Kewajiban dan hak
pekerja, serta ancaman pidana atas pelanggaran peraturan ini dengan
hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-
B. ORGANISASI
Organisasi Pemerintah
Organisasi keselamatan kerja dalam administrasi pemerintah di tingkat
pusat terdapat dalam bentuk direktorat pembinaan norma keselamatan dan
2.
3.
4.
manajerial
Managerial
Competence)
adalah:
Daya
kesanggupan dalam menggerakkan orang-orang dan menggerakkan fasilitasfasilitas dalam suatu organisasi. Nilai dalam manajemen sangat menentukan
oleh karena nilai demikian berkenaan dengan aktivitas pokok yaitu
memimpin suatu organisasi yang bersangkutan. Nilai ini dikenakan terutama
kepada manajer organisasi itu. Kadangkala daya kemampuan ini disebut juga
atau dikatagorikan dalam kemahiran manajemen.
Peter F Drucker yang dikutip dalam jurnal Muhamad Nursadik (2004)
mengungkapkan bahwa tugas utama dari seorang manajer profesional
adalah bagaimana meningkatkan customer (meningkatkan pelanggan).
Dalam konsep ini dikatakan bahwa seorang manajer profesional yang
pertama-tama harus diketahuinya adalah tujuan perusahaannya. Berangkat
dari tujuan perusahaan tersebut semua stafnya harus mengetahui dengan jelas
dan memberikan kontribusinya sesuai dengan bidang kerjanya untuk
mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
Tanggung jawab dari seorang manajer yang profesional adalah
memberikan sugesti dan selalu mendengarkan dari staf kemungkinan
penyelesaian masalah dalam suatu persoalan yang spesifik. Dan yang tak
Manajer SDM
Bertanggung jawab atas seluruh aktivitas SDM di dalam perusahaan.
Mengelola, mengkoordinasi, dan menyelaraskan seluruh aktivitas yang
berhubungan
dengan
SDM
untuk
mendukung
kebutuhan
usaha.
Menetapkan
dan
menjaga
prosedur
dan
kebijakan
SDM,
perencanaan
penerusan
manajemen,
mengikuti
yang
berhubungan
dengan
sumber
daya
yang
d.
e.
f.
ketenaga-kerjaan,
kompensasi,
hubungan
dalam
Manajer Pemasaran
Tanggung Jawab Utama adalah sebagai berikut :
a. Merencanakan strategi pemasaran.
b. Mengadakan pembinaan dan pengembangan jalur pemasaran.
c. Menyelenggarakan riset pasar
d. Mengupayakan dan memenuhi undangan tender yang didapat.
penerapan
sistem
manajemen
mutu
yang
dikembangkan perusahaan.
h. Membina fungsi di lingkungannya dan SDM yang menjadi
tanggung jawabnya sesuai dengan arah perkembangan perusahaan.
i. Melaksanakan koordinasi dengan pihak eksternal yang terkait
dengan fungsi pemasaran dalam rangka upaya optimalisasi
perolehan pesanan, undangan tender.
j. Evaluasi tender yang kalah dan kondisi pasar
Supervisor
Posisi Supervisor (Penyelia atau Pengawas) menempati peran yang
sangat crucial di dalam suatu organisasi. Di satu sisi, sebagai wakil
Management yang terdekat dengan karyawan, ia memiliki fungsi yang vital
karena harus mampu menjadi jembatan untuk menerjemahkan Visi dan Misi
Perusahaan kemudian menderivasinya untuk diimplementasikan bersamasama dengan anak buahnya. Di sisi lain, Supervisor mengemban amanah
untuk mampu menyerap dan mengkomunikasikan aspirasi karyawan sebagai
masukan bagi Perusahaan untuk menjaga situasi dan kondisi yang kondusif
bagi terpeliharanya produktivitas yang maksimal dan kinerja yang optimal.
Secara umum tugas dan tanggung jawab penyelia dalam usaha
keselamatan dan kesehatan kerja hanyalah singkat yaitu : memimpin
pelaksanaan produksi secara aman. Tampak jelas bahwa penyelia merupakan
salah satu pejabat lini yang harus bertanggung jawab terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja yang dipimpinnya (termasuk keslamatan dan kesehatan
bawahannya selama bekerja ). Memang ia bukan satu satunya pejabat lini
yang peranannya sangat menentukan dalam usaha keselamatan dan
Karyawan
Pekerja dalam istilah K3 adalah orang yang melakukan pekerjaan atau
memberikan jasa yang mendapat upah atas kegiatannya dari perusahaan.
Dalam kaitannya terhadap Sistem Manajemen K3, pekerja memiliki
tanggung jawab, antara lain :
1. Bekerja sesuai dengan peraturan dan persyaratan.
2. Menggunakan
perusahaan.
peralatan,
alat
pelindung
yang
dipersyaratkan
A. Pengertian
Ketel Uap
Ketel uap adalah pesawat yang digunakan untuk memanaskan air
menjadi uap.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Sebagaimana yang
dari
Dirjen
Pembinaan
Pengawasan
Ketenagakerjaan
Akte Izinnya
Pesawat Uap. Untuk Ketel uap yang dipakai di kapal laut perusahaan
pelayaran pemeriksaan berkalanya minimal sekal tiap tahun, untuk
Ketel Uap yang dipakai di darat pemeriksaan berkalanya minimal
sekali tiap 2 tahun, untuk Ketel Lokomotif pemeriksaan berkalanya
minimal sekali tiap 3 tahun.
f. Untuk melakukan perbaikan, penggantian atau perobahan
kostruksi
Bejana Tekan
Bejana tekan adalah sesuatu utuk menabung fluida yang bertekanan.
Termasuk bejana tekan adalah bejana penampung, bejana pengangku, botol
baja, pesawat pendingin, reactor Alat perlengkapan dan alat pengaman dari
bejana tekan terdiri dari beberapa perlengkapan yaitu:
1. Alat perlengkapan
Adalah semua perlengkapan yang dipasang pada bejana tekan sesuai
maksud dan tujuan.
2. Alat pengaman
3. Plat nama
Adalah identitas lengkap yang berkaitan dengan bejana dan ditempel
pada dinding bejana.
Sumber Bahaya dan Akibat yang dapat Ditimbulkan oleh Bejana Tekan
1. Kebakaran. Gas yang mudah terbakar yang dikemas dalam bejana tekan,
bila tercampur dengan udara serta sumber panas dapat menimbulkan
kebakaran atau ledakan.
asam
dan
gas-gas
lain
yang
termasuk
kelompok
gas
B. Instalasi Pipa
Instalansi pipa diberi warna yang berbeda menurut jenis fluida/gas
yang mengalir di dalamnya. Instalansi pipa juga diberi identitas dengan
tanda-tanda sebagai berikut:
1. Nama fluida/gas yang mengalir di dalam pipa ditulis lengkap, bila
memungkinkan ditulis pada rumus kimianya
2. Besarnya tekanan pada fluida/gas yang mengalir di dalam pipa ditulis
dengan angka dan satuan tekanan
3. Arah aliran fluida/gas di dalam pipa ditulis dengan tanda panah dengan
warna yang menyolok
C. Dasar Hukum
1. UU Uap tahun 1930
2. Peraturan Uap tahun 1930
3. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
4. Permen No. 01/Men/1982 tentang Bejana Tekan
5. Permen No. 02/Men/1982 tentang Klasifikasi Juru Las
6. Permen No. 01/Men/1988 tentang Klasifikasi dan Syarat-syarat Operator
Pesawat Uap
D. Ruang Lingkup
1. Pertimbangan-pertimbangan Desain
a. Gambar konstruksi harus memenuhi syarat mempunyai skala yang
cukup dan dapat dibaca dengan jelas
b. Data ukuran-ukuran pesawat serta bagian-bagiannya harus dituliskan
secara jelas
c. Gambar bagian (detail) konstruksi penyambungan antara satu bagian
ke bagian lain harus dicantumkan, sehingga bentuk sambungan dapat
diketahui secara jelas
Pokok-pokok
kegiatan
dalam
pelaksanaan
pemeriksaan
dan
pengujian
2.
3.
4.
2.
Kelas 3ID04
Faisal Abdul Kahfi
Khoiriah Hadi N
Irfan Zidny
Muhamad Fajar
Linda Setianingsih
Hadi Dwi Cahyadi
Fadila Paramitha
Asep Solihin
Amrin Yahya
Fitria Rachmawati
Furkanny
Aris Prasetyo Wibowo
Siti Istiqomah
Dody Selistyo
Ferryanto
Sudrajat
Cahyo Purwanto
Eko Saptiyanto
Cindy Leoni
Dedy Kurniawan
Rieja Purnama
Galang Fernando
Cicilia Ratri Fabriyanto
Oktafiani
Ahmad Nasrullah
Octaviani Ayuningtyas
M. Wildan A
Theo P Putra
Emiliyawati Natalia T
Sumadi Firmansyah
Bagus Pribadi
Kelas 3ID05
Febika Wahyu Sa'ban
Muhammad Hari M
Ivan Varian P
Hardiono Panjaitan
Andika Febriyanto
Varina Larasati
Feri
Eep Supriyadi
Deden Hamdani
Hendra Wahyudi
Anggy Andryan
Heri Prasetyo
Desmon Aryanto M
Lukman Hakim N
Rahmat Riyanto
Dendi Prayoga
Heru Trijayanto
M. Faris R
Hendry Wijayono
Angga Saputra
Habiburrohman
Nugroho
Agustinus
Eki Almaidi
Oke Sofyan
Yusuf Iskandarsyah
Adam Badja Manggala
Yogi saputra akbar