Anda di halaman 1dari 12

KERAMIK MASA SAMUDRA PASAI ABAD KE 13 HINGGA 16 M

Febriansyah¹ , Najiya Mujidda² , Nurul Miftahul Jannah Saragih³

Prodi Studi Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Malikussaleh

Abstrak :

Keramik dalam kajian arkeologi di Indonesia sebagai benda yang memberikan petunjuk adanya
kegiatan pelayaran dan perdagangan antar samudera, serta hubungan kebudayaan antara
masyarakat kepulauan nusantara dengan masyarakat di seluruh penjuru dunia di masa lampau.
Samudra Pasai nama kota sekaligus pelabuhan kuno di pantai utara Sumatera terhubung dalam
jaringan pelayaran dan perdagangan dunia tersebut. Hubungan pelayaran dan perdagangan
tersebut menjadikannya sebagai masyarakat yang berhubungan dengan masyarakat dunia lainnya
dari belahan dunia timur hingga ke barat. Keramik adalah salah satu benda budaya yang menjadi
peralatan rumah tangga yang sangat digemari masyarakat nusantara, khusunya Samudra Pasai
meninggalkan jejaknya di masa lampau yang sangat berarti. Keramik dari berbagai penjuru dunia
terhimpun di tempat ini, mulai dari Cina, Asia Tenggara, Asia Selatan hingga kawasan Timur
Tengah. Hubungan pelayaran dan perdagangan dunia ini kemudia menjadi dasar dari hubungan
jaringan dunia Islam di Samudra Pasai. Abad ke-13 M dan mencapai puncaknya pada abad ke-15
M

Kata Kunci : Keramik, Samudra Pasai, Pelayaran, Perdagangan, Kebudayaan


A.Pendahuluan

Sejak abad ke-16 Masehi, Aceh dikenal sebagai pusat perdagangan terbesar di kawasan
Nusantara (Ito, 2015, PeACoCk and Gallop, 2016). Banyak pedagang datang ke Aceh untuk
berdagang rempah-rempah sebagai salah satu komoditi yang bernilai tinggi di pasar-pasar Barat
atau Timur (Tracy, 1997). Sejumlah penjelajah asing pada abad ke-16 Masehi menyatakan
bahwa Aceh adalah pusat perdagangan terbesar di kawasan Asia Tenggara (Reid, 1995). Hal
yang sama juga dinyatakan dalam sumber catatan lokal seperti Hikayat Bustanus Salatin dan
Hikayat Aceh (Lombard, 2007).

Pada tahun 1998, McKinnon membuat penelitan arkeologi di kawasan Ujong Pancu, suatu
wilayah yang terletak di sebelah barat kota Banda Aceh Dia menemukan beberapa pecahan
keramik yang diproduksi sebelum abad ke-15 Masehi. Umumnya, keramik yang ditemukan
dieksport pada masa Dinasti Yuan (14 M) dan Dinasti Ming China (14-15 M). Ini menunjukkan
bahwa sebelum berdirinya kerajaan Aceh awal abad ke-16 Masehi, Aceh telah menjalin
hubungan dengan pedagang internasional. Oleh itu, McKinnon (1988) menyatakan bahwa Ujong
Pancu adalah pusat Kerajaan Lamuri sebagaimana disebutkan dalam catatan penjelajah kuno
yang mana Ujong Pancu sebagai pelabuhannya.

Keramik merupakan produk kerajinan tertua yang tercatat dalam peradaban dan kebudayaan
manusia. Menurut sejarah, keramik sudah dikenal oleh orang-orang Afrika Timur pada 2,6 juta
tahun yang lalu (Jaman Paleolitik). Tetapi perkembangan keramik yang menyebar di hampir
sebagian wilayah dunia baru terjadi pada jaman Neolitik atau kira-kira 15 ribu-10 ribu tahun
yang lalu. Bukti ini dapat kita saksikan pada penemuan-penemuan benda-benda purbakala yang
tertanam didalam tanah, dimana sesuai penandaaan arkeologis dilakukan memperkuat dugaan
itu. Istilah keramik berasal dari bahasa Yunani keramos yang berarti periuk atau belanga yang
dibuat dari tanah liat yang dibakar. Dari definisi tersebut keramik dibagai menjadi 2 golongan
utama :

a. Keramik Tradisional adalah produk keramik yang berbahan utama tanah liat, yang
merupakan salah satu mineral silikat. Contoh dari keramik tradisional yaitu tungku, gerabah,
tempayan, pottery, tableware, whiteware, barang-barang porseline, patung, benda saniter, semen,
ubin dan lain-lain.
b. Keramik Modern merupakan keramik yang tersebuat dari bahan tanah liat atau material
yang berbasis silikat , tetapi dibuat dari panduan senyawaan oksida tertentu dan biasanya
dihasilkan material sintesis yang tidak terdapat di alam. Contoh pengaplikasian keramik modern
misalkan biokeramik, superkonduktor, katalis, refraktor, optik, dan lainnya.

Selanjutnya ditegaskan lagi bahwa keramik merupakan barang yang dibuat dari tanah liat
dengan melalui proses pembakaran. Dalam kamus dan ensiklopedi keramik didefinisikan sebagai
suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar, seperti
gerabah, genteng, porselin, dan sebagainya. Tetapi saat ini tidak semua keramik berasal dari
tanah liat. Definisi pengertian keramik terbaru mencakup semua bahan bukan logam dan
anorganik yang berbentuk padat. Keramik adalah suatu bahan yang sangat berguna, karena sifat-
sifat khusus/uniknya yang sangat luas.

Keramik menjadi salah satu jenis temuan arkeologis yang paling bermakna untuk
membuktikan adanya kegiatan pelayaran dan perdagangan jarak jauh dunia melalui jalur laut. Ia
menjadi barang dagangan dan juga barang yang dibawa sebagai bentuk hubungan satu tempat
dengan tempat lainnya dalam kurun waktu tertentu. Kecamatan Samudra, Kabupaten Aceh Utara
merupakan salah satu lokasi yang pernah diamati sebagai satu tempat yang berperan penting dan
satu pelabuhan utama di kawasan selat Malaka sejak 700 tahun yang lalu. Termonologi keramik
bermakna seluruh jenis benda yang dibuat dari bahan baku dasar tanah yang dibakar dalam suhu
tertentu. Kajian keramologis membedakan jenis keramik dalam tiga katagori, yaitu :

1. Benda dari batuan atau stone ware biasanya dilapis dengan lapisan kaca atau glassir,

2. Porselin jenis keramik yang dibuat dari tanah putih atau kaolin lalu dilapis dengan lapisan
kaca,

3. Tembikar atau gerabah dibuat dari bahan baku tanah lempung mengandung pasir dengan
campuran banyak bahan (temper), kadang juga dilapis dengan glassir. Dua katagori
keramik di atas dibuat dalam tungku bersuhu tinggi maksimal 1300o C.

Benda yang dihasilkan itu memiliki mutu yang sangat baik, benda lebih keras dan tahan lama
(tidak mudah hancur). Jenis tembikar dibakar dalam tungku bersuhu kurang dari 900 o C,
sehingga hasilnya bermutu kurang baik sehingga mudah hancur. Dari hasil pengamatan diketahui
ada sangat banyak jenis keramik yang ditemukan dikawasan Aceh Utara, asal tungku
pembuatannya juga sangat beragam dari berbagai penjuru dunia. Jenis dan asal perdagangan
keramik yang diperdagangkan di masa Samudra Pasai tersebut yaitu keramik dari Cina, keramik
dari Asia Tenggara, meliputi daratan Vietnam, Siam-Thai, Kamboja, dan lainnya.

Keramik sebagai gambaran pelayaran dan perdagangan jarak jauh dunia dibangun di atas
perdagangan rempah-rempah dan hasil hutan berharga (kayu dan getah). Di bagian barat dan
utara nusantara. Keramik juga mencerminkan hubungan kebudayaan satu tempat dengan tempat
yang lain dalam kurun waktu tertentu dengan aspek yang luas, meliputi sosial, politik, ekonomi,
ilmu pengetahuan serta sistem kepercayaan atau tradisi tertentu. Samudra Pasai telah dipahami
menjadi salah satu kesultanan kerajaan Islam, kota dan sekaligus pelabuhan utama yang
menyediakan lada di kawasan selat Malaka sejak abad ke-14 hingga awal abad ke-16 M
(Lombard;1986).
B.Metode Kajian

Penelitian ini dilakukan di Museum Samudra Pasai yang berada di gampong Beuringin,
kecamatan Samudera Kabupaten Aceh Provinsi Aceh Utara, dan kami juga melakukan
penelitian ini pada kegiatan Seminar Hasil Kajian Koleksi KERAMOLOGIKA yang di jelaskan
langsung oleh narasumber Bapak DEDI SATRIA S.S. Penelitian ini merupakan penelitian sosial
yang menggunakan metode kualitatif dengan fokus kajian keramik benda sejarah Samudra Pasai
berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Aceh. Observasi Keramik akan diamati dengan cara
mengamati benda yang bersifat sebagai benda seni. Pengamatan dilakukan secara morpologis
meliputi bentuk, gaya, bahan, dan gaya bentuk motif hias dan pembuatan.

Dalam penelitian ini kami mengumpulkan 2 data antara lain; Data Primer, yaitu data yang
diperoleh dari hasil obsevasi (pengamatan) dan hasil wawancara (interview) dengan informan di
lapangan. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen sastra yang baik dari hasil
temuan primer. Adapun data sekundernya yaitu buku, jurnal, dan informasi online.
C.Pembahasan

Benda-benda keramik yang ditemukan di lokasi pengamatan utama Kecamatan Samudera


jauh lebih bervariasi bila dibandingkan dengan lokasi pengamatan lain di Aceh Utara,
khususnya di wilayah perdalaman. Asal usul tungku keramik berasal dari Cina, Asia Tenggara,
Asia Selatan, hingga kawasan Timur Tengah, khususnya dengan Mesir. Hasil perluasan
pengamatan hingga ke kawasan hulu sungai (krueng) Pasai dan Keureuto diketahui sebagai
pemahaman awal keramik-keramik asing tersebut menggambarkan keluasan perkampungan
(pemukiman) kuno yang ada sejak kesultanan Samudra Pasai. Itu menggambarkan hubungan
antara hilir (sebagai kota pelabuhan) dengan hulu di pedalaman-pedalaman lembah sungai Pasai
dan Keureuto yang luas sebagai perkebunan besar dan penyedia hasil hutan tropis yang
melimpah.

Keramik asing pada masa Samudra Pasai sebagai barang dagangan dibawa para pedagang
melalui jaringan pelayaran dunia. Samudra Pasai sebagai pusat perdagangan maritime, pelabuhan
penting tempat mengumpulkan barang dagangan. Hasil hutan tropis, kayu dan getah serta
tambang mineral emas dan rempah-rempah. Kajian keramik memiliki arti penting seebagai
persebaran keramik memberikan gambaran permukiman kuno dan keluasannya. Sebagai system
kronologis (pertanggalan bersifat relative) masa hunian permukiman kuno dan fase-fase
perkembangannya. Keberagaman jenis keramik petunjuk asal pembuatan yang berbeda, dengan
demikian diketahui masyarakat dari luar yang pernah mendiami permukiman kuno sebagai
jaringan pelayaran dan perdagangan dunia.

Terkait dengan Temuan permukaan berupa struktur batu bata yang ada di lingkungan bekas
Kerajaan Samudra Pasai bersama dengan gundukan tanah serta sebaran fragmen keramik,
stoneware (keramik batuan) dan tembikar (kereweng/tanah liat) merupakan bukti arkeologis
yang sangat penting bagi pengungkapan historiografi Kerajaan Samudera Pasai sebelum
penaklukan kolonial Portugis tahun 1513 Masehi. Salah satu nilai penting kesejarahan yang bisa
di peroleh dari temuan struktur batu bata ini adalah semakin kuatnya argumentasi bahwa
Kerajaan Samudera Pasai juga memiliki bangunan batu bata. Fakta ini melengkapi temuan
sebelumnya, berupa susunan binaan struktur batu bata di Situs Cot Sidi Abdullah, berjarak
sekitar 282 meter ke arah timur laut. Selain itu, di situs ini juga terdapat makam Sidi Abdullah
yang wafat pada tahun 1407 Masehi.
Temuan di atas semakin memberikan pemahaman bahwa pada masa Kerajaan Samuidera
Pasai, penggunaan batu bata sebagai bagian bahan bangunan telah diketahui dan diaplikasikan.
Meskipun citra yang digambarkan belum begitu lengkap akibat masih terbatasnya bukti-bukti
pendukung lainnya, namun jejak ini memberikan pemahaman luas bahwa Kerajaan Samudera
Pasai mengenai teknologi bangunan yang barangkali diperolehnya dari hubungan perdagangan
yang sangat ramai ketika itu. Temuan struktur batu bata ini juga akan sangat penting bagi upaya
merekonstruksi kehidupan masa lalu Kerajaan Samudera Pasai yang dikenal sebagai Kerajaan
Islama pertama di Asia Tenggara. Sehingga demikian, kita bisa memahami bagaimana
strategisnya kerajaan ini berhbungan dan terhubung dengan kekuatan ekonomi global antara
abad ke-13 sampai abad ke-16 M di dunia.

Keadaan ini lebih jauh sebagai hubungan yang menggambarkan luasnya hubungan pelayaran,
perdagangan, dan diplomasi polotik yang dilakukan para pemegang kekuasaan di kesultanan
Samudra Pasai. Hubungan dengan Cina pernah tercatat terjalin pada masa Yuan Agung Kublai
Khan pada akhir abad ke 13 M dan masa Ming Agung Yung Lo pada masa pelayaran armada
besar laksamana Cheng Ho pada awal abad ke 15 M (Hill, 1963). Sebagai satu catatan penting,
pada masa awal penguasa Song Selatan memerintah di Selatan Cina sejak tahun 1127 M dengan
menempatkan kota, Quanzhou, Fujian sebagai pelabuhan utama untuk jaringan pelayaran dunia
terjadi perubahan yang sangat penting. Orang Cina memulai satu babak pelayaran dunia yang
sangat menentukan, kapal-kapal besar yang dikenal sebagai Jung dibuat untuk tujuan pelayaran
dan perdangan serta membangun hubungan diplomatis hingga ke pantai Timur Afrika
(Zhao,2015). Para pelaut dan pedagang serta diplomat menaiki kapal-kapal besar tersebut
bersama kapal para pelaut dan pedagang dari negeri kepulauan atau Nusantara, dan juga pelaut
Arab menuju ke timur. Kisah pelayaran pelaut dan pedangang Cina ini banyak direkam dalam
catatan resmi kekaisaran Cina sejak masa Dinasti Tang dam khususnya pada masa Song Selatan,
Yuan, hingga masa Ming (Wolters,2011)

Hubungan ini bersifat temporer, bila di bandingkan hubungan dengan kawasan dunia islam di
Asia Selatan dengan kesultanan Mamluk Delhi serta kesultanan Gujarat, begitu pula Timur
tengah dengan kesultanan Mamluk Mesir yang bersifat lebih relatif permanen. Keadaan ini
mungkin secara tidak langsung dapat digambarkan dengan variasi jenis temuan keramik Cina
masa Yuan dan juga masa Ming yang sedikit relatif lebih banyak jumlahnya. Keadaan nya sangat
berbeda dengan wilayah terdekat, yaitu di kawasan Lamuri Kuno, Aceh Besar, yang variasi jenis
keramik Cina pada abad ke-13 hingga abad ke-16 M jauh lebih banyak dengan jumlah yang
sangat penting.

Jaringan pelayaran dan perdagangan ke kawasan barat jauh lebih sering dilakukan pelaut dan
pedagang Samudra Pasai. Hubungan dengan negeri-negeri Islam lebih dekat dengan perekat
jaringan golongan ulama (Azra, 1994). Keadaan ini secara tidak langsung tergambarkan dari
variasi keramik yang ditemukan berasal dari berbagai kawasan Asia Selatan dan Timur Tengah
pada abad ke-13 M hingga awal abad ke -16 M. Hal ini telah banyak dipahami peneliti Islam
hubungan jaringan ulama melalui jaringan pelayaran dan perdagangan dunia. Hubungan negeri-
negeri Islam dalam jaringan ini semakin lebih baik perkembangannya setelah keruntuhan
Khalifah Abbasiyah di Baghdad dalam serangan pasukan Mongol tahun 1268. Ibnu Bathuthah
pada tahun 1345/1346 menyaksikan dan mencatat dalam kisah perjalanannya ke Canton Cina,
Raihlah, melihat keadaan tersebut di Samudra Pasai. Di tempat yang dikenalnya sebagai Balad
Al Jawab atau "Negeri Jawa", sebagai tempat berkumpul ulama dari Isfahan, Iran dan Khorasani
(Ibnu Bathuthah, Rihlah)

Keadaan yang sama juga pernah disaksikan oleh utusan Cina masa Yuan di Srilanka pada
akhir aba ke-13 M. Saat itu, Kublai Khan mengutus utusan dan bertemu dengan dua orang
menteri dari Sumuntula, dalam dialeg Cina untuk Samudra Pasai yang diutus ke Srilanka. Kublai
Khan merasa penting untuk membuka hubungan diplomatik dengan kesultanan itu. Hal tersebut
untuk melanjutkan kebijakan pada masa Dinasti Song untuk membangun jaringan pelayaran
dunia yang kaya dan dikuasai oleh masyarakat muslim dunia setelah keruntuhan Khalifah
Abbasiyah Baghdad. Setelah itu utusan Sumuntala pun mengirim utusan ke Kota Kanton.

Hubungan tempat ini dengan Cina selanjutnya terjalin pada masa Dinasti Ming pada awal
abad ke-15 M, saat pelayaran armada kapal besar pimpinan Laksamana Cheng Ho. Hubungan ini
jauh lebih menarik karena Laksamana Cheng Ho sendiri seorang Muslim dan membawa banyak
Cina-Muslim dan utusan Muslim dalam pelayarannya. Walaupun jumlah variasi keramik Cina
Ming terbatas ditemukan, namun dalam jumlah yang berarti hubungan sesama Muslim dalam
jaringan dunia Islam sempat terjadi sangat baik pada awal abad ke-15 M.
Jenis keramik dunia Islam mungkin sangat sedikit jumlahnya dapat digunakan untuk
menggambarkan hubungan secara langsung. Tetapi hubungan langsung kesultanan Samudra
Pasai dengan kawasan Islam lain sebenarnya jelas terlihat dari peninggalan monumen makam
dengan batu nisan berukir sebagai penanda makam. Walaupun dari gaya bentuk dan gaya seni
pahat baru kawasan ajam, gaya timur campuran Persia dan India-Persia lebih dekat bila
dibandingkan dengan gaya Mamluk Mesir tang cenderung banyak dipengaruhi barat,
pencampuran gaya Bizantium dan khususnya Persia,

Sementara hubungan Kesultanan Samudra Pasai dengan kawasan regional Asia Tenggara
juga tergambarkan secara langsung dengan temuan keramik Thailand atau Ayuthaya, Vietnam
dan Pegu-Birma (Myanmar). Wilayah-wilayah ini muncul dan bangkit menjadi negeri merdeka
sebagai kekuatan politik dan pusat kebudayaan baru di Asia Tenggara setelah berakhirnya
kekuatan besar Mon-Kmer pada abad ke-13 M. Walau berperan sebagai pusat kebudayaan dan
pengembangan ajaran Buddhis yang sangat penting, seperti kita Ayuthaya sebagai kota seribu
kuil, tidak menghalangi perbedaan kebudayaan dan kepercayaan dalam melakukan hubungan
perdagangan dengan jaringan pelayaran dan perdagangan dunia Islam yang juga sedang
mencapai puncaknya pada abad ke-13 hingga awal abad ke-16 M.

Untuk menggali informasi yang lebih detail tentang koleksi benda tinggalan sejarah kerajaan
Islam Samudra Pasai. Gerabah atau keramik adalah bukti bahwa Samudra Pasai merupakan pusat
perdagangan, disini berbagai jenis gerabah yang berasal dari berbagai negara Keramologika
adalah benda koleksi yang dibuat dari bahan tanah liat yang dibakar berupa barang pecah.
Keramik menjadi salah satu jenis temuan arkeologis yang paling bermakna untuk membuktikan
adanya kegiatan pelayaran dan perdagangan jarak jauh dunia melalui jalur laut. Hal ini menjadi
bukti bahwa kerajaan Samudra Pasai merupakan pusat perdagangan dunia di nusantara. Keramik,
selama ribuan tahun terus berkembang menjadi material yang sangat penting hingga masa
sekarang ini. Apa yang kita saksikan saat ini sudah luar biasa perkembangannya. Hampir disetiap
bagian produk teknologi ditemukan material keramik. Bagian-bagian dari pesawat ruang angkasa
milik Amerika Serikat terbuat dari keramik, karena keramiklah bahan yang tahan panas ketika
pesawat keluar-masuk atmosfer bumi.
D.Kesimpulan

Dari kajian keramik tersebut dapat diketahui sebagai pemahaman awal, yaitu periode
muncul dan berkembangnya kesultanan samudra pasai yang relatif panjang, paling awal di
pertengahan akhir abad ke-13 hingga awal abad ke-16 M, setelah menjadi bagian dari kesultanan
Aceh tahun 1524. Kehidupan di tempat ini merupakan gambaran kehidupan masyarakat kota-
pelabuhan dalam jaringan dunia, yang umumnya berlaku di banyak tempat di dunia pada
masanya.karakter sebagai pelabuhan utama, dan juga terjadi untuk di pelabuhan kecil (pelabuhan
transit,persinggahan), serta kotanya sebagai pusat politik dan perdagangan tempat berkumpul
banyak bangsa di dalamnya. Dengan demikian masyarakat penghuninya sebagai masyarakat
campuran antara golongan penduduk asli yang membaur dengan para pendatang. Keadaan ini
yang menjadi dasar pengembangan kebudayaan, dan menghasilkan masyarakat kota
kosmopolitan (perret dan Surachman, 2015).

Sementara perkembangan Islam di Samudra Pasai sangat mendukung keadaan yang


beragam tersebut. Islam yang sejak awal perkembangannya di masa Khalifah Ar Rasyidin dalam
waktu relatif singkat, dalam bad ke-7 M, telah mentransformasikan pusat kebudayaan besar
dunia Romawi-Bizantium dan Persia ke dalam wilayah pengaruhnya. karakter inilah yang terjadi
dalam periode awal Islam di Nusantara, masyarakat muslim Nusantara juga menghimpun seluruh
tradisi dan kebudayaan yang ada di sekitarnya. Keramik yang ditemukan di Aceh Utara
menggambarkan keadaan tersebut, saat para penguasa Islam samudra pasai berupaya untuk
mentransformasikan negeri dan masyarakatnya sebagai bagian dari dunia dan khususnya dalam
jaringan dunia Islam.

Perkembangan Samudra Pasai dan hubungannya dengan jaringan pelayaran dan


perdagangan dunia tidak lepas dari semakin kuatnya hubungan jaringan masyarakat Islam dunia
kala itu. Khalifah Abbasiyah berakhir setelah dihancurkan oleh Mongol pada pertengahan abad
ke-13 M, mungkin salah satu penyebab percepatan muncul dan perkembangan Islam di wilayah
barat Nusantara. Selain itu, perkembangan penanaman rempah-rempah terutama lada di Samudra
Pasai menjadi dasar yang memperkuat hubungan itu dan menjadi tumpuan kekuatan ekonomi
dan perdagangannya. Pada waktu yang bersamaan, masyarakat Islam Timur Tengah, khususnya
Mesir di bawah pengaruh penguasa Mamluk Mesir berhasil mengawasi perdagangan rempah-
rempah yang diperdagangkan ke Eropa.
Sebagai catatan terakhir, perlu disampaikan di sini tentang peran Museum Islam
Samudra Pasai untuk menindak lanjuti temuan-temuan benda budaya oleh masyarakat.
Penemuan keramik, khususnya, bila dibandingkan dengan pekerjaan lapangan dan hasil
penelitian arkeologi yang pernah dilakukan, sering kali lebih banyak ditemukan masyarakat
secara tidak sengaja dalam keadaan utuh dan pecahan. Benda-benda yang utuh lalu menjadi
koleksi oleh para kolektor benda antik, lebih jauh lagi benda cagar budaya tersebut bahkan
diperjual belikan secara nasional dan internasional.

Peran Museum Islam Samudra Pasai yang di prakasai oleh Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Aceh Besar lalu didukung oleh kawan-kawan relawan pelestarian warisam cagar
budaya dari komunitas central of information for Samudra Pasai Heritage (CISAH) sangat
penting dan mendesak. Kehadirannya menjadi wadah informasi untuk melestarikan warisan
cagar budaya dari masa Samudra Pasai. Museum tidak hanya sebagai rumah menyimpan dan
pengawetan benda-benda acgar budaya yang berhasil di selamatkan dari tindakan yang tidak
bertanggung jawab. Tempat ini lebih jauh menjdi pusat informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan secara akademik terhadap sejarah perkembangan kebudayaan islam
masa kesultanan Samudra Pasai di Aceh Utara. Tempat yang menghasilkan pelaku yang
mewariskan warisan kebudayaan yang penting untuk dilestarikan.
Daftar Pustaka

Akbar, Ali. 1990. Peranan Kerajaan Islam Samudera-Pasai Sebagai Pusat Pengembangan
Islam Di Nusantara, Aceh Utara: Pemda Tk II.

https://infoacehutara.com/daerah/aceh-utara/museum-islam-samudra-pasai-gelar-seminar-
keramologika/

[CISAH]. Center for Informasi of Samudra Pasai Heritage. 2014. Tinggalan Sejarah Samudra
Pasai. Lhokseumawe

Ambary MH. 1993. “Tinggalan Arkeologi Samudra Pasai.” Dalam Susanto Zuhdi (Ed.). Pasai
Kota Pelabuhan Jalan sutra Kumpulan Makalah Diskusi. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan
Dokumentasi Sejarah Nasional, 65-95.

Tjandarasasmita U. 1992. Pasai Dalam Dunia Perdagangan. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan
Dokumentasi Sejarah Nasional.

Kitchener, Darrell J. dan Heny Kustiarsih, 2019, Ceramik From The Musi River, Palembang,
Indonesia: Based On A Private Colletion, Australian National of Excellence for Maritime
Archaeology Special Publication No. 22, National Library of Australia.

Anda mungkin juga menyukai