Anda di halaman 1dari 16

TEKNOLOGI, BENTUK, FUNGSI, DAN MOTIF HIAS TEMBIKAR

DI ISTANA ALMUKARRAMMAH, SINTANG

TECHNOLOGY, FORM, FUNCTION, AND DECORATION OF POTTERY


IN ALMUKARRAMMAH PALACE,SINTANG

Ulce Oktrivia

Balai Arkeologi Kalimantan Selatan, Jl. Gotong Royong II,RT 03/06 Banjarbaru 70711, Kalimantan Selatan
email : ulce.oktrivia@kemdikbud.go.id

Diterima 15 September 2016 Direvisi 26 Oktober 2016 Disetujui 27 Oktober 2016

Abstrak. Tembikar dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kepandaian teknologis dan aktivitas masyarakat pada masa
lalu. Guna mengetahui hal tersebut, maka perlu diketahui tingkat teknologi tembikar, bentuk, dan motif hias, serta kaitan
antara fungsi tembikar dan fungsi situs pada masa lalu. Ragam tembikar ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui
aktifitas yang pernah terjadi di lokasi ini. Permasalahan tersebut dijawab dengan menggunakan teknik pengamatan
berdasarkan variabel jejak buat, warna bagian permukaan dan inti tembikar, motif hias dan teknik hias. Selain itu, juga
dilakukan penggambaran dengan teknik mirror untuk bagian tepian tembikar. Gambaran ini dapat dijadikan sebagai
tambahan informasi perkembangan sejarah kebudayaan di Sintang dan sekitarnya. Tembikar Istana Almukarramah yang
terdiri dari periuk, mangkuk, kendi, dan tembikar berbentuk persegi, dibentuk dengan tangan, alat, dan gabungan kedua
teknik tersebut. Tidak semua bahan tanah liat dipilih dengan baik. Rata-rata tembikar dibakar pada suhu yang rendah
sampai sedang, meskipun terdapat beberapa yang dibakar pada suhu tinggi. Motif hias dan teknik yang digunakan sangat
bervariasi. Pada umumnya motif hias yang ditemukan berupa garis horisontal dan vertikal, namun terdapat juga motif hias
berupa bulan sabit, duri ikan, dan bentuk persegi. Tembikar Istana Almukarramah digunakan sebagai peralatan sehari-hari
dan alat upacara. Asumsi ini didasarkan pada fungsi lokasi Istana Almukarrammah sebelum tahun 1932. Pada masa
tersebut lokasi ini dimanfaatkan sebagai pemukiman yang lingkungannya berupa semak belukar dan ditumbuhi pohon
sagu. Beliung persegi tampaknya digunakan sebagai alat untuk eksploitasi sagu, sedangkan tembikar digunakan sebagai
peralatan sehari-hari mereka. Fungsi tembikar sebagai alat upacara didasarkan pada banyaknya temuan tembikar di
sekitar Batu Kundur.

Kata Kunci: teknologi, bentuk, fungsi, motif hias, tembikar, Sintang

Abstract. Pottery can be used to determine the level of technological skill and community activities in the past. Therefore,
it is necessary to determine the level of technology of pottery, shapes and motifs, and the link between pottery function and
site functionality in the past. Variety of pottery is expected to be used to determine the activities that have occurred at the
site. This image can be used as additional information on the cultural history of Sintang and its surroundings. The potteries
are consisting of pots, bowls, jugs, and a square-shaped. It were molded by hand, tools, and combined of these two
techniques. The clay material is not all well chosen. Average pottery burned at low to moderate temperatures, although
some of them were burned at high temperatures. The pottery decorations and techniques are widely varied. In general,
motifs are found in the form of horizontal and vertical lines, but there is also a motif in the form of a crescent moon, fish
spines, and a square shape. Pottery was used as everyday equipment and tool ceremony. This assumption is based on
the function of palace location before 1932. At that time, the area was shrub land as habitat of sago palms. Hand axe
seems to be used as a tool for exploitation of sago, while pottery used as their everyday equipment. The pottery function
supposed to be a ceremonial tool is based on its location around Batu Kundur.

Keywords: Technology, form, function, decoration, pottery, Sintang

Teknologi, Bentuk, Fungsi, dan Motif Hias Tembikar di Istana Almukarramah, Sintang-Ulce Oktrivia (97-112) 97
PENDAHULUAN ditemukannya perlu dilakukan analisis carbon
dating.
Material Culture atau budaya materi Pada tahun 1996, Balai Arkeologi Jawa Barat
merupakan bagian terpenting dalam ilmu melakukan ekskavasi di sekitar Masjid Jami
arkeologi. Salah satu budaya materi yang paling Sultan Nata dan Museum Dara Juanti atau Istana
banyak ditemukan dalam setiap ekskavasi adalah Almukarrammah Sintang. Penggalian ini dilakukan
tembikar. Tembikar dapat merekonstruksi sejarah karena terdapat laporan penemuan beliung
kebudayaan masa lalu tata cara hidup manusia, persegi pada saat pemugaran Masjid Jami Sultan
dan pada tingkat yang lebih tinggi, dapat Nata (Yondri 2000:10-31). Hasil dari penelitian ini
digunakan untuk menyusun sejarah budaya masa berupa batu-batu dengan sisa pengasahan,
lalu (Wahyudi 2012: 2). Tembikar berkembang fragmen keramik, fragmen tembikar, manik-manik,
pada masa neolitik sekitar 2500 sampai 1500 dan gelang emas (Yondri 2000:10-31).
Sebelum Masehi (SM). Berdasarkan hasil analisis Berdasarkan hasil ekskavasi ini terdapat fakta
carbon dating, beberapa tembikar tertua di yang sangat unik. Beliung persegi dan batu yang
Indonesia antara lain ditemukan di Leang Tuwo diasah atau diupam adalah artefak yang sering
Mane’e, Leang Burung, Ulu Leang, dan Gua Galo ditemukan pada situs prasejarah. Namun di situs
(Noerwidi 2007: 199). Tembikar sering Istana Almukarramah, beliung persegi dan batu
diasosiasikan dengan paket budaya neolitik yang yang diasah ditemukan di situs Islam.
muncul bersamaan dengan proses migrasi Penelitian juga dilakukan oleh Balai Arkeologi
komunitas Austronesia awal dari Taiwan yang Kalimantan Selatan pada tahun 2012 dengan
menyebar ke wilayah Asia Tenggara, hingga melakukan survei dan ekskavasi di sekitar Istana
Madagaskar dan Polynesia. Pada masa neolitik Almukarrammah, Sintang. Survei permukaan
di Indonesia berkembang dua tradisi tembikar dilakukan untuk mengetahui kandungan data
yaitu, Sa Hyunh-Kalanay dan Bau Malayu. Tradisi arkeologi yang ada di sekitar Istana
Sa Hyunh-Kalanay adalah tradisi tembikar yang Almukarramah. Hasilnya ditemukan fragmen
berasal dari Vietnam dan Filipina, sedangkan Bau tembikar dan keramik di permukaan tanah Istana
Malayu berasal dari Cina bagian selatan. Selain Almukarramah, meskipun kuantitasnya tidak
itu, di Indonesia juga ditemukan tembikar lapita banyak. Ekskavasi dilakukan dengan membuka
yang berasal dari kepulauan pasifik dan empat kotak, dua di bagian depan istana dan dua
arikamedu yang berasal dari India. lainnya di bagian belakang istana. Data arkeologi
Penelitian terhadap aspek-aspek tembikar yang ditemukan dalam ekskavasi lebih beragam
yang ditemukan di Indonesia sudah sering kali dibandingkan hasil survei permukaan. Hasil dari
dilakukan. Hampir semua penelitian tembikar ekskavasi adalah fragmen tembikar, fragmen
dilakukan di situs prasejarah dan situs Hindu- stoneware, fragmen keramik, batu alam yang telah
Buddha. Penelitian terhadap tembikar yang diupam, paku, mata uang, dan manik-manik.
ditemukan di situs Islam dan kolonial masih sangat Dalam penggalian ini data yang paling banyak
jarang dilakukan. Di Kalimantan, selain ditemukan ditemukan adalah fragmen tembikar atau
di situs masa prasejarah, tembikar juga di earthenware.
temukan di situs Islam. Situs-situs tersebut antara Tembikar pada umumnya memiliki berbagai
lain Makam Sultan Suriansyah di Kuin, macam kualitas. Hal ini sangat tergantung pada
Banjarmasin dan Istana Almukarrammah di tingkat suhu pada proses pembakaran, temper,
Sintang. Meskipun banyak tembikar ditemukan dan jenis tanah liat (Orton dkk. 1993: 67). Tingkat
di situs Islam, tembikar yang ditemukan tidak serta suhu pembakaran pada dasarnya akan
merta berasal dari masa yang sama dengan usia menghasilkan warna yang berbeda. Perbedaan
situs tersebut, karena terdapat kemungkinan suhu pembakaran dan kondisi pembakaran tidak
adanya penghunian berlanjut pada lokasi hanya berpengaruh pada bagian permukaan saja,
tersebut. Oleh karena itu, untuk mengetahui namun juga berpengaruh pada bagian inti dan
keterkaitan antara tembikar dan lokasi margin. Suhu pembakaran juga sangat

98 Naditira Widya Vol. 10 No. 2 Oktober 2016-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan


berpengaruh pada tingkat kekuatan tembikar. tambahan informasi perkembangan sejarah
Temper adalah bahan lain yang dicampurkan ke kebudayaan di Sintang dan sekitarnya.
dalam tanah liat. Tujuan pencampuran tanah liat Teknologi pembuatan tembikar dititikberatkan
dengan temper adalah menjaga kelembaban tanah pada teknik pembentukan dan pembakaran.
liat pada saat dikeringkan sebelum proses Pembakaran terkait dengan kondisi dan suhu.
pembakaran. Terdapat berbagai macam temper Suhu akan dikategorikan ke dalam ukuran
yang telah digunakan dalam pembuatan tembikar. rendah, sedang, dan tinggi. Selain itu, juga akan
Di antara temper yang paling sering digunakan dikaitkan dengan waktu pembakaran tembikar
adalah sekam padi, pasir, fragmen tembikar, dan yang akan dikategorikan dalam sebentar dan
cangkang kerang. Terakhir adalah tanah liat yang lama.
merupakan bahan baku utama tembikar. Pemilihan Bentuk akan diperoleh dari bagian tepian
jenis tanah liat sangat berpengaruh terhadap hasil tembikar yang telah direkonstruksi dengan
akhir tembikar. bantuan vessel diameter. Selain dengan bantuan
Keseluruhan proses pemilihan tanah liat, vessel diameter beberapa tembikar tidak akan
pembentukan tanah liat, pengeringan, dan digambar karena sudah diketahui bentuknya.
pembakaran akan menghasilkan sebuah tembikar Motif hias akan dideskripsikan berdasarkan
yang pada akhirnya akan memiliki fungsi yang teknik pembuatan dan bentuk motif hias yang
berbeda-beda. Menurut Solheim, tembikar dapat ditemukan. Permasalahan fungsi tembikar akan
berfungsi sebagai peralatan sehari-hari misalnya diperoleh berdasarkan bentuk, jejak pakai, dan
untuk memasak, sebagai wadah air maupun lokasi temuan tembikar. Selanjutnya, fungsi
sebagai wadah makanan, dan sebagai peralatan tembikar akan dibandingkan dengan kesejarahan
untuk upacara (Solheim 1965: 254-273). Orton dkk lokasi situs.
mengkategorikan fungsi tembikar sebagai wadah, Tembikar merupakan benda-benda tanah liat
sarana memproses, dan sarana mentransfer (Orton yang dibentuk wadah dan dibakar dengan suhu
dkk. 1993: 217). Tembikar juga dapat digunakan sekitar 800-1200ºC (Wahyudi 2012: 1; Rice 1987:
untuk menggambarkan status sosial seseorang 5). Pengertian tembikar lebih mengacu pada
yang memiliki tembikar dengan kualitas dan motif bahan dan suhu pembakaran, sedangkan
hias tertentu (Orton dkk. 1993: 76). gerabah lebih mengacu pada jenis atau bentuk
Berdasarkan penjelasan singkat tersebut, benda pecah belah seperti mangkuk dan piring
dapat disimpulkan bahwa mempelajari tembikar tanpa melihat bahan pembuatnya (Wahyudi 2012:
dapat digunakan untuk mengetahui tingkat 2). Berdasarkan pendapat tersebut, pengertian
kepandaian teknologis dan aktivitas masyarakat tembikar terbatas pada tanah yang dibentuk
masa lalu. Berdasarkan hal ini, maka menjadi wadah kemudian dibakar. Tanah liat
permasalahan yang diajukan adalah. yang dibentuk menjadi benda bukan wadah
1. Bagaimanakah teknologi pembuatan seperti bata, patung terakota, dan genteng tidak
tembikar yang ditemukan di Istana dapat disebut sebagai tembikar.
Almukarrammah? Teknik pembentukan tembikar dapat dibagi
2. Bagaimanakah bentuk dan motif hias menjadi dua, yaitu pembentukan dengan tangan
tembikar? dan pembentukan dengan bantuan alat. Teknik
3. Bagaimanakah kaitan antara fungsi pembentukan tembikar dengan tangan antara lain
tembikar dan lingkungan situs pada masa adalah teknik pijat, teknik spiral, teknik cincin,
lalu? dan teknik lempeng (Simanjuntak dkk. 2008: 60).
Makalah ini bertujuan untuk memberikan Teknik pijat akan menghasilkan jejak jari tangan
gambaran mengenai ragam tembikar yang ada di pada permukaan bagian dalam. Teknik spiral dan
sekitar Istana Almukarrammah, Sintang. Ragam teknik cincin pada dasarnya hampir sama. Tanah
tembikar diharapkan dapat digunakan untuk liat yang akan digunakan dibentuk menyerupai
mengetahui aktivitas yang pernah terjadi di lokasi pipa. Pada teknik spiral tanah liat akan diputar
ini. Gambaran tersebut dapat dijadikan sebagai terus-menerus sehingga saling bertumpuk.

Teknologi, Bentuk, Fungsi, dan Motif Hias Tembikar di Istana Almukarramah, Sintang-Ulce Oktrivia (97-112) 99
Posisi tumpukan biasanya miring ke atas. Pada a. Bila tidak terdapat perbedaan antara
teknik cincin tanah liat yang telah dibentuk margin dan inti mengindikasikan
menyerupai pipa disusun melingkar satu persatu. pembakaran sempurna dalam durasi
Jejak buat yang tampak pada teknik spiral dan yang cukup lama.
cincin adalah cekungan cekungan memanjang dan b. Bila terdapat perbedaan warna
melingkar ke atas ataupun melingkar lurus. mengindikasikan pembakaran rendah
Cekungan ini adalah bagian sambungan dengan durasi yang tidak lama.
antartumpukan. Teknik lempeng juga akan 3. Margin luar dan margin dalam
menghasilkan jejak buat sama dengan teknik Margin luar dan margin dalam memiliki warna
cincin, namun bentuknya kurang membulat. yang berbeda disebabkan karena ketika
Pembentukan tembikar dengan bantuan alat pembakaran, bagian tepian tembikar dalam
terdiri dari tatap pelandas dan roda putar. Khusus kondisi tertutup oleh permukaan tanah atau
untuk roda putar biasanya dibagi menjadi dua, tembikar lainnya.
yaitu roda putar lambat dan roda putar cepat. 4. Permukaan luar
Teknik tatap landas akan menghasilkan Perbedaan warna yang mencolok antara
permukaan luar yang tidak rata. Pada bagian margin dan permukaan mengindikasikan
permukaan dalam akan terbentuk cekungan- pembakaran rendah atau juga disebabkan
cekungan dengan ukuran agak besar. Pada karena tungku pembakaran terbuka ketika
umumnya, alat yang digunakan sebagai tatap tembikar masih dalam kondisi panas. Hal ini
permukaan bagian luar memiliki motif pada bagian menyebabkan oksigen masuk ke dalam
permukaannya. Adanya motif pada permukaan alat tungku dan menyebabkan permukaan
tatap ini menyebabkan permukaan tembikar tembikar berwana coklat ataupun merah
langsung berhias ketika dibentuk. Biasanya motif (Orton dkk. 1993: 68-69).
hias yang ada saling bertumpuk. Teknik roda putar Berbeda dengan Orton, Rice (1987: 345)
lambat dan cepat akan menghasilkan striasi. Striasi membuat sebuah panduan hubungan warna
adalah jejak-jejak garis pada permukaan luar tembikar dan kondisi pembakaran seperti dalam
tembikar. Striasi yang dihasilkan oleh roda putar tabel 1.
cepat lebih lurus dan rapi jika dibandingkan
dengan striasi roda putar lambat. Terdapat juga Pendapat Orton dan Rice Akan Dijadikan
teknik pembentukan tembikar yang Variabel dalam Menjawab Permasalahan
menggabungkan antara tangan dan alat ataupun Pertama
alat dan alat.
Menurut Orton, berdasarkan proses Belum terdapat standar baku dalam
pembakaran, warna tembikar dapat menyebut bentuk motif hias. Masing-masing
dikelompokkan ke dalam lima bagian, yaitu: peneliti atau pemerhati tembikar akan menyebut
1. Inti atau core nama motif hias sesuai bentuknya. Namun
a. Inti berwarna hitam atau abu-abu gelap terdapat juga nama yang umum digunakan seperti
disebabkan oleh pembakaran yang geometris, garis, jaring atau jala, dan floral.
kurang sempurna. Warna hitam Pengamatan terhadap teknik hias dapat dilihat
disebabkan karena adanya karbon dalam dari jejak-jejak yang ditinggalkan. Teknik yang
material organik yang terbakar. digunakan dalam membuat motif hias adalah
b. Inti abu-abu disebabkan karena karbon penggarukan, penggaluran, mengiris,
dalam material organik. pengukiran, tera atau cap, pemangkasan, tera
c. Inti coklat dan merah disebabkan oksigen rol, dan rolet (Orton dkk. 1993: 86)
teroksidasi dengan baik dengan Dalam rangka analisis fungsi, Clive Orton,
pembakaran tinggi. dkk. mengatakan bahwa fungsi tembikar tidak
2. Margin atau area di antara permukaan dan inti bisa dilihat dari bentuknya saja, fungsi tembikar

100 Naditira Widya Vol. 10 No. 2 Oktober 2016-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan
Tabel 1. Hubungan antara warna dan kondisi pembakaran
Warna Kemungkinan Keterangan
Permukaan Inti/core Pembakaran
Warna bersih; warna sama Oksidasi Sempurna Tidak ada bukti kandungan karbon pada tanah
pada seluruh bagian liat, perkembangan warna tergantung pada
keberadaan besi
Coklat Coklat Oksidasi sedang Kemungkinan diasapi dengan suhu rendah;
menuju sempurna warna tergantung pada keberadaan besi
dalam bentuk feriic; pembakaran ulang dapat
mencerahkan warna
Abu bersih Abu terang Oksidasi sedang Kandungan karbon dalam tanah liat tidak
atau abu sampai abu cukup terbakar sehingga tidak dapat
muda tua menoksidasi organik dan memunculk an warna
Abu muda Abu muda Oksidasi sedang -
Abu tua atau Abu tua atau Oksidasi kurang atau Mengandung karbon yang sangat tinggi atau
hitam hitam terlalu berasap
Abu tua atau Abu muda Pembakaran terlalu Karbon terendapkan pada permukaan selama
hitam berasap dan sesudah pembakaran. Inti berwarna muda
menunjukan tanah liat bukan organik
Putih Putih Tidak menentu Kemungkinan tanah liat kurang besi dan
organik
Sumber: Rice 1987: 345

ditentukan oleh temuan lain yang menyertainya menggunakan sistem spit. Satu spit memiliki
(Orton dkk. 1993: 28-29). Oleh sebab itu, untuk kedalaman 20 cm.
melakukan analisis fungsi tembikar maka perlu Tahap selanjutnya adalah klasifikasi data
diperhatikan konteks lokasi temuan tembikar artefaktual. Klasifikasi dibagi menjadi dua, yaitu
dengan kondisi sekitarnya. klasifikasi umum dan klasifikasi khusus. Klasifikasi
umum adalah pembagian data artefaktual hasil test
METODE pit berdasarkan jenis bahannya. Klasifikasi khusus
hanya akan dilakukan pada fragmen tembikar.
Upaya menjawab permasalahan dalam tulisan Fragmen tembikar akan diklasifikasikan
ini, maka diperlukan langkah-langkah kerja yang berdasarkan posisi aslinya, yaitu, kaki, dasar,
dibagi menjadi dua tahapan. Tahap pertama badan, karinasi, cucuk, leher, tepian, tutup, dan
adalah pengumpulan data. Data yang pegangan. Dalam klasifikasi ini, fragmen tembikar
dikumpulkan terdiri dari data pustaka dan hasil tak berhias dan berhias akan langsung dipisahkan.
test pit. Pengumpulan data pustaka dilakukan Teknik sampling akan dilakukan untuk tahapan
pada saat prapenelitan lapangan dan paska analisis data. Dari hasil klasifikasi khusus, akan
penelitian lapangan. Data pustaka yang diambil sampel yang dianggap mewakili populasi
dikumpulkan pada saat prapenelitian adalah teknik pembuatan tembikar, warna permukaan, inti
informasi terkait kondisi lingkungan, dan margin tembikar, bagian tepian yang dapat
kepurbakalaan, sejarah, dan hubungan situs direkonstruksi bentuknya, motif hias, dan jejak
dengan situs yang lainnya. Data pustaka yang pakai. Keseluruhan tembikar yang dipilih sebagai
membahas tentang tembikar akan dikumpulkan sampel inilah yang akan dianalisis secara
setelah kegiatan penelitian lapangan. Kegiatan mendalam untuk menjawab permasalahan.
test pit akan diawali dengan survei permukaan. Analisis terhadap teknologi pembuatan
Survei permukaan dilakukan untuk mengetahui tembikar hanya akan dilakukan secara manual.
lokasi yang memiliki kandungan data arkeologi Adanya keterbatasan alat menyebabkan analisis
paling banyak. Dalam kegiatan survei permukaan ini hanya akan dilakukan dengan pengamatan
ini, data arkeologi tidak diambil. Temuan data mata terhadap jejak buat dan warna tembikar pada
permukaan hanya akan dijadikan pertimbangan bagian inti, margin, permukaan luar, dan
dalam pemilihan lokasi test pit. Test pit akan permukaan dalam tembikar. Analisis terhadap

Teknologi, Bentuk, Fungsi, dan Motif Hias Tembikar di Istana Almukarramah, Sintang-Ulce Oktrivia (97-112) 101
bentuk tembikar hanya akan dilakukan pada dalam penyusunan karya tulis ini dapat dilihat
bagian tepian. Rekonstruksi tembikar dilakukan pada gambar 1.
dengan cara mengukur bagian tepian dengan
bantuan alat yang dinamakan vessel diameter. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengukuran ini akan diketahui diameter
bagian tepian tembikar. Langkah selanjutnya Survei dan Ekskavasi
adalah membuat gambar bagian tepian tembikar.
Gambar tepian ini akan dibuat pada selembar Istana Almukarrammah terletak tepat di depan
kertas. Setelah gambar tepian selesai maka akan pertemuan Sungai Melawi dan Sungai Kapuas
dilakukan teknik mirror, sehingga akan tergambar (lihat gambar 2). Di sekitar Istana Almukarrammah
dua tepian tembikar yang saling berhadapan. terdapat parit yang mengelilingi. Istana
Jarak antara tepian tembikar pertama dan kedua Almukarrammah terletak pada permukaan tanah
diperoleh dari hasil pengukuran dengan vessel yang datar. Pada bagian barat istana terdapat
diameter. masjid istana yang bernama Masjid Jami Sultan
Dari hasil rekonstruksi ini akan diperoleh Nata. Pada bagian belakang atau timur istana
bentuk asli dari tembikar. Hasil rekonstruksi ini terdapat kompleks makam kerajaan.
akan digunakan untuk memperkirakan fungsi dari Tahap awal penelitian situs Istana
tembikar. Selain berdasarkan bentuk, fungsi Almukarrammah dilakukan dengan survei
tembikar juga akan diamati dari bagian permukaan permukaan. Permukaan tanah di sekitar Istana
luar dan bagian dalam tembikar. Pengamatan ini Almukarramah diamati dari jarak dekat dengan
akan dititkberatkan pada jejak pakai. Mengingat tujuan mencari data arkeologi yang ada di
bahwa penelitian ini tidak didukung oleh analisis permukaannya. Hasil survei permukaan adalah
laboratorium, maka jejak pakai yang diamati temuan berupa tonggak-tonggak dari kayu belian
adalah jejak pembakaran. Keseluruhan alur kerja yang berjumlah tujuh buah di halaman belakang

sumber: rangkuman metode penelitian

Gambar 1. Bagan alur kerja penelitian.

102 Naditira Widya Vol. 10 No. 2 Oktober 2016-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan
Istana Almukarramah. Satu tiang tonggak kayu Ekskavasi juga dilakukan di bagian belakang
belian telah diangkat ke permukaan tanah. Pada Istana Almukarrammah. Di lokasi ini dibuat dua
salah satu ujung kayu belian yang telah diangkat kotak ekskavasi yang bernama U7T4 dan U6T6.
terdapat lubang berbentuk persegi panjang yang Ukuran kedua kotak ekskavasi ini adalah 1 x 2
digunakan untuk memasukkan kayu sebagai meter. Hasil dari ekskavasi pada kedua kotak ini
kalang sunduk. Selain itu, di halaman depan istana adalah fragmen tembikar, fragmen stoneware,
terdapat sebuah batu yang oleh masyarakat fragmen keramik, fragmen kaca, dan paku.
Sintang dikenal dengan sebutan Batu Kundur atau Ekskavasi pada kotak U7T4 dihentikan pada spit
batu labu (lihat gambar 3).Terdapat juga temuan 4 atau kedalaman 110 cm. Dari kedalaman 110
fragmen tembikar, stoneware, dan keramik di cm ini, 30 cm terletak di permukaan tanah. Hal ini
seluruh halaman Istana Almukarrammah. disebabkan karena pengukuran kedalaman
Hasil survei permukaan ini dijadikan dilakukan dari datum point sekunder yang terletak
pertimbangan utama dalam rangka memilih lokasi 30 cm di atas permukaan tanah kotak ekskavasi.
kotak ekskavasi. Kotak ekskavasi pertama Penggalian kotak U6T6 dihentikan pada spit 2
dibuka di lokasi Batu Kundur. Kotak ini dinamakan atau kedalaman 70 cm dari datum point sekunder.
TP 1 atau test pit 1. Lebar kotak dan arah hadap Ekskavasi terakhir dilakukan di bagian depan
kotak menyesuaikan fondasi cungkup Batu istana yang berjarak 2 meter dari TP 1. Kotak ini
Kundur. Hasil dari test pit ini adalah fragmen diberi nama TP 2, yang berukuran 1 x 1 meter.
tembikar, fragmen stoneware, fragmen keramik Hasil dari ekskavasi TP 2 adalah fragmen
asing, fragmen kaca, batu yang diupam, mata tembikar, fragmen stoneware, fragmen keramik,
uang, paku, dan fragmen arang. Penggalian ini fragmen kaca, mata uang, manik-manik, batu-bata,
dilakukan hingga spit 4 atau 80 cm dari fondasi. dan paku. Penggalian di TP 2 dihentikan pada

sumber: hasil pengolahan pribadi


Gambar 2. Lokasi Istana Almukarramah.

Teknologi, Bentuk, Fungsi, dan Motif Hias Tembikar di Istana Almukarramah, Sintang-Ulce Oktrivia (97-112) 103
sumber: dok. Balai Arkeologi Kalimantan Selatan
Gambar 3.Istana Almukarrammah (kiri), Batu Kundur (tengah), Tonggak kayu belian (kanan)

spit 2 yang kedalamannya adalah 70 cm dari merupakan bagian dasar.Tembikar ini berbentuk
datum point sekunder. siku.Tembikar kedua adalah bagian tepian. Pada
Berdasarkan layer tanah, kepadatan tanah, umumnya tepian yang ditemukan berbentuk
dan konteks temuan pada keempat kotak melengkung, namun temuan tepian ini berbentuk
ekskavasi yang telah digali, menunjukkan bahwa lurus. Bagian yang tidak ditemukan adalah kaki,
tiga buah kotak ekskavasi yaitu, TP 1, kotak U7T4, kupingan, dan pegangan.
dan kotak U6T6 lapisan tanahnya telah teraduk. Dari jumlah 1347 diambil sampel sebanyak
Lapisan tanah pada TP 2, masih relatif asli atau 106 untuk dianalisis secara lebih mendalam.
belum teraduk. Hal ini dibuktikan dari keadaan Seratus enam tembikar yang dijadikan sampel
tanah yang sangat padat dan beberapa temuan terdiri dari bagian dasar, badan, cucuk, karinasi,
data arkeologi masih dalam keadaan in situ. Hasil dasar, tepian, tutup, dan pegangan tutup. Tutup
pengamatan ini juga didukung oleh informasi yang dan pegangan tutup dipisahkan karena temuan
menyatakan bahwa, tanah di halaman belakang bagian ini tidak menyatu. Sampel tembikar inilah
istana pada masa lalu sering digali untuk mencari yang dianggap mewakili keseluruhan populasi.
emas. Tanah pada TP 1 merupakan tanah Analisis teknologi pembentukan tembikar
timbunan ketika cungkup Batu Kundur selesai dilakukan dengan teknik pengamatan jejak pakai.
dibuat. Beberapa dari tembikar yang dijadikan sampel
tidak memperlihatkan jejak buat, karena
Analisis Tembikar bentuknya terlalu kecil. Teknik pembentukan
tembikar yang pertama adalah spiral. Teknik spiral
Tahap pertama dalam analisis tembikar adalah digunakan untuk membuat bagian tutup. Pada
mengetahui jumlah dan bagian-bagian dari permukaan bagian dalam tembikar yang dibuat
fragmen tembikar. Hal ini disebabkan karena dengan teknik spiral masih menunjukkan bagian
tembikar yang ditemukan hanya pecahan-pecahan berlubang memanjang dengan posisi miring ke
kecil saja. Dalam analisis, tembikar dibagi atas. Teknik yang kedua adalah teknik tekan atau
menjadi 12 bagian, yaitu pegangan tutup, tutup, pijit. Teknik pijit digunakan untuk membuat bagian
tepian, leher, cucuk, karinasi, badan, dasar, kaki, pegangan tutup dan bagian badan tembikar.
pegangan, dan kupingan. Jumlah masing-masing Pegangan tutup ini disambungkan ke bagian tutup,
bagian yang ditemukan dapat dilihat pada tabel sehingga untuk membuat bagian tutup dengan
2. pegangannya digunakan dua teknik, yaitu teknik
Dari jumlah tersebut, dapat diketahui bagian- spiral dan teknik tekan atau pijat. Bagian badan
bagian tembikar yang ditemukan adalah tembikar yang dibuat dengan menggunakan
pegangan tutup, tutup, tepian, leher, cucuk, teknik tekan atau pijat menunjukkan jejak jari
karinasi, badan, dan dasar. Selain temuan bagian tangan yang berbentuk cekung dengan interval
tembikar tersebut, juga terdapat dua tembikar rapat pada pemukaan bagian dalam tembikar.
yang memiliki bentuk persegi.Tembikar pertama

104 Naditira Widya Vol. 10 No. 2 Oktober 2016-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan
Teknik pembentukan selanjutnya adalah yang ditemukan di Istana Almukarrammah adalah
pembentukan tembikar dengan bantuan alat. Alat sebagai berikut.
yang digunakan dalam pembentukan tembikar 1. Merah/Merah/Merah (M/M/M): warna yang
adalah tatap landas dan roda putar. Khusus roda sama pada seluruh bagian tembikar
putar akan dibagi menjadi dua, yaitu roda putar menunjukkan bahwa oksidasi sempurna
lambat dan roda putar cepat. Penggunaan alat dengan suhu pembakaran yang tinggi.
tatap pelandas tampak pada beberapa tembikar 2. Merah/Abu tua/Abu muda (M/At/Am): warna
bagian badan. Jejak buat tampak pada merah pada permukaan dan warna abu tua
permukaan bagian dalam yang tidak rata dan pada bagian margin dan inti disebabkan
cenderung cekung dengan ukuran besar dengan karena suhu pembakaran rendah atau tungku
interval cekungan tidak teratur. Motif pada terbuka ketika tembikar masih dalam kondisi
permukaan alat tatap ini sekaligus akan panas. Terbukanya tungku menyebabkan
meninggalkan jejak hias pada permukaan oksigen masuk ke dalam tungku. Inti
tembikar. Tembikar dari situs Istana berwarna abu tua memiliki kandungan karbon
Almukarrammah tampaknya juga dibuat dengan yang tinggi yang disebabkan material
teknik roda putar lambat dan roda putar cepat. organik tidak terbakar sempurna.
Hal ini tampak pada bagian permukaan depan 3. Abu tua/Abu tua/Abu muda (At/At/Am): Inti
badan tembikar yang memiliki jejak striasi. Jejak
berwarna abu tua memiliki kandungan karbon
roda putar lambat tampak garis-garis yang tidak
yang tinggi yang disebabkan material
rapi dan terkadang terputus, sedangkan jejak roda
organik tidak terbakar sempurna. Warna abu
putar cepat adalah striasi yang lurus dan rapi.
tua pada permukaan kemungkinan
Tembikar yang ditemukan di situs Istana
disebabkan karena asap pembakaran yang
Almukarrammah juga dibentuk dengan teknik
gabungan antara tekan atau pijit dengan roda putar tebal.
cepat, tatap pelandas dengan roda putar lambat 4. Putih/Abu tua/Putih (P/Ab/P): warna putih pada
maupun roda putar cepat. Jejak buat pada permukaan tembikar mungkin disebabkan
tembikar yang dibentuk dengan teknik gabungan oleh tanah liat kurang mengandung besi dan
tampak pada permukaan bagian luar dan dalam organik. Inti berwarna abu tua memiliki
tembikar. Klasifikasi teknik pembentukan tembikar kandungan karbon yang tinggi yang
dapat dilihat pada tabel 3. disebabkan material organik tidak terbakar
Teknologi pembuatan tembikar selanjutnya sempurna. Tembikar dengan warna
terkait dengan suhu dan kondisi pembakaran. permukaan putih paling banyak ditemukan.
Suhu dan kondisi pembakaran ini tampak pada 5. Abu muda/Abu tua/Abu muda (Am/At/Am):
warna yang ada pada bagian inti, margin luar, oksidasi kurang sempurna, karbon dalam
margin dalam, permukaan luar, dan permukaan tanah liat tidak cukup terbakar.
dalam. Hasil pengamatan menunjukkan tidak 6. Abu tua/Abu tua/Abu tua (At/At/At): tanah liat
adanya perbedaan warna antara bagian inti dan mengandung karbon sangat tinggi,
margin tembikar sehingga, dalam analisis ini, pembakaran kurang atau asap pembakaran
margin tidak akan disebutkan warnanya. sangat tebal.
Berdasarkan variabel yang dibuat oleh Orton, 7. Abu kekuningan/Abu tua/Abu kekuningan
kesamaan warna antara inti dan margin (Ak/At/Ak)
menunjukkan bahwa pembakaran sempurna 8. Abu muda/Abu muda/Abu muda (Am/Am/
dalam waktu yang lama. Namun demikian, hal ini Am): warna yang sama pada seluruh bagian
masih harus dilihat warna bagian permukaan luar tembikar menujukkan oksidasi sempurna.
dan dalam tembikar. 9. Putih/Putih/Putih (P/P/P): tanah liat kurang
Berdasarkan pengamatan, warna bagian inti, mengandung besi dan organik.
permukaan luar, dan permukaan dalam tembikar

Teknologi, Bentuk, Fungsi, dan Motif Hias Tembikar di Istana Almukarramah, Sintang-Ulce Oktrivia (97-112) 105
10. Hitam/Merah/Abu kekuningan (H/Mt/Ak): tembikar adalah abu tua kemudian merah, putih,
Tanah liat memiliki kandungan karbon yang dan abu muda. Warna inti abu tua menunjukkan
tinggi atau asap pembakaran yang tebal. bahwa suhu pembakaran sangat kurang. Inti
Bagian inti berwarna merah merupakan berwarna merah menunjukkan bahwa suhu
hasil oksidasi sempurna. pembakaran tinggi dan teroksidasi sempurna. Inti
11. Abu Kekuningan/Abu tua/Hitam: oksidasi berwarna putih menunjukkan bahwa tanah liat kurang
kurang sempurna atau asap pembakaran mengandung besi dan bahan organik, sedangkan
terlalu tebal. inti berwarna abu muda oksidasi sedang.
Berdasarkan warna-warna yang dihasilkan,
Bagian tembikar Istana Almukarrammah
tampaknya tembikar yang ditemukan di Istana
apabila diukur dengan skala munsel terdiri dari
Almukarrammah dibakar di tungku dan ruang
pingkish white (5YR 8/2), light gray (5YR 6/1),
terbuka.
dark gray (5YR 4/1), white (10R 5/8), white
Hal yang sangat mengejutkan adalah hadirnya
(7,5YR 8/1), red (10R 5/8), black (7,5YR 2/1),
tembikar dengan warna permukaan putih dan ada
dark reddish gray (10R 3/1), light red (10R 7/8),
juga yang memiliki inti berwarna putih. Populasi
dusky red (10R 3/4), dan very pale brown (10YR
tembikar yang ditemukan dengan warna putih sangat
8/3).
banyak. Apakah hal ini menunjukkan bahwa
Berdasarkan deskripsi warna bagian inti,
kurangnya pengetahuan akan sumber tanah liat atau
permukaan luar, dan permukaan dalam tembikar
memang ketiadaan bahan baku yang lebih baik.
tampak bahwa sebagian besar warna inti
Hal ini tentu bertolak belakang dengan hadirnya

sumber: penggambaran pribadi

Gambar 4. Bentuk tembikar Istana Almukarrammah: a. periuk, b. periuk, c. mangkuk, d. periuk, e. mangkuk,
f. mangkuk, g. periuk, h. mangkuk, i. periuk

106 Naditira Widya Vol. 10 No. 2 Oktober 2016-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan
tembikar dengan warna-warna lain. Terdapat dengan vessel diameter dan penggambaran.
kemungkinan tembikar berwarna putih adalah Dalam makalah ini, selain menggunakan teknik
tembikar lokal, meskipun kurang sempurna tersebut, terdapat beberapa tembikar yang tidak
namun tetap digunakan, sedangkan tembikar perlu digambar namun sudah dapat diketahui
berwarna lain merupakan produk luar wilayah. bentuknya. Hasil penggambaran bagian tepian
Tentu saja untuk pembuktian asumsi ini diperlukan tembikar menunjukkan bahwa sebagian besar
analisis laboratorium dengan menguji kandungan tembikar berbentuk periuk. Periuk yang ditemukan
tanah liat dari sekitar situs. memiliki bentuk tepian terbuka keluar. Bentuk bibir
Merekonstruksi bentuk tembikar dapat datar, miring ke luar, dan cembung. Bentuk lain
dilakukan dengan melakukan pengukuran tepian yang diperoleh dari hasil penggambaran adalah

sumber: hasil klasifikasi dan penggambaran pribadi

Gambar 5. Motif hias tembikar berdasarkan posisinya

Teknologi, Bentuk, Fungsi, dan Motif Hias Tembikar di Istana Almukarramah, Sintang-Ulce Oktrivia (97-112) 107
mangkuk dengan tepian terbuka keluar. Bagian hitam pada permukaan luarnya. Warna hitam ini
bibir miring ke luar dan cembung. Bagian badan bukan merupakan bekas pembakaran ketika
miring ke dalam dan cembung mirip periuk. tembikar dibuat karena warna permukaan hasil
Bentuk tembikar lainnya yang tidak diperoleh pembakaran masih terlihat jelas. Dengan
dari hasil pengukuran dan penggambaran adalah demikian terdapat satu bukti bahwa tembikar
kendi. Bentuk kendi diperoleh dari temuan Istana Almukarrammah pernah digunakan sebagai
fragmen cerat. Terdapat juga tembikar berbentuk wadah untuk memasak.
piring. Terakhir adalah tembikar berbentuk Fungsi lain dari temuan tembikar di Istana
persegi. Tembikar ini kemungkinan berbentuk Almukarramah adalah sebagai alat upacara.
kubus dengan bagian atas terbuka atau bagian Pendapat ini memang masih perlu didukung oleh
tingginya lebih panjang dibandingkan bagian hasil wawancara atau studi pustaka. Adanya
dasarnya. Tembikar ini juga memiliki tepian. temuan tembikar di sekitar Batu Kundur adalah
Selain bentuk-bentuk tembikar tersebut, terdapat latar belakang munculnya asumsi ini. Selain itu,
tembikar berbentuk tutup dengan pegangan. banyaknya tembikar berhias yang ditemukan di
Tutup ini ukurannya cukup besar, sehingga tidak TP 1 dan TP 2 juga dapat memperkuat dugaan
mungkin digunakan sebagai tutup kendi. ini. TP1 terletak tepat di bawah Batu Kundur,
Kemungkinan terbesar bagian tutup yang sedangkan TP 2 terletak antara 1 sampai 2 meter
ditemukan digunakan menutup periuk atau dari Batu Kundur.
mangkuk. Batu Kundur merupakan tanda awal
Fragmen tembikar Istana Almukarrammah pembangunan pusat negeri yang dilakukan oleh
memiliki motif hias yang beragam. Masing-masing Demong Irawan (Tomi 2014: 158). Demong Irawan
bagian memiliki bentuk motif hias tersendiri, yaitu. adalah pemimpin yang memindahkan Negeri
1. Bagian atas pegangan tutup memiliki Sepauk menuju wilayah yang disebut Senetang
motif hias garis-garis yang mengarah ke atau Sintang saat ini. Perpindahan ini disebabkan
delapan penjuru mata angin.Terdapat karena Sepauk sudah terlalu padat (Tomi 2014:
juga motif cekungan yang menyerupai 153). Tidak diketahui kapan perpindahan pusat
bentuk huruf v. negeri dari Sepauk ke Sintang. Batu Kundur
2. Bagian tutup terdiri dari motif duri ikan dan sampai dengan saat ini masih dikeramatkan.
garis horisontal vertikal dikombinasi motif Terbukti dengan adanya mitos jika batu ini digosok
bulan sabit. maka tidak lama kemudian akan terjadi hujan.
3. Bagian bibir memiliki motif lingkaran dan Mitos inilah yang mungkin menyebabkan Batu
lengkungan ombak. Kundur digunakan sebagai lokasi upacara untuk
4. Bagian badan dan bahu memiliki jenis memohon hujan.
motif hias yang paling banyak di
antaranya adalah motif jaring, motif garis
horisontal dengan kombinasi lingkaran,
belah ketupat, dan segi empat. Terdapat
juga motif berbentuk huruf v.
Motif hias tembikar Istana Almukarrammah
dibuat dengan teknik gores atau incised, tekan
dengan menggunakan cangkang kerang, kayu
bulat, dan pukul dengan mengunakan alat tatap.
Tembikar Istana Almukarramah rata-rata
didominasi oleh bentuk periuk. Periuk pada
dasarnya adalah wadah. Terdapat beberapa sumber: Topographisch Bureau Batavia 1988
tembikar yang memiliki jejak pakai berupa warna Gambar 6.Lokasi Istana tahun 1888 dan Istana
Almukarrammah saat ini

108 Naditira Widya Vol. 10 No. 2 Oktober 2016-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan
Istana Almukarramah saat ini merupakan maupun roda putar cepat. Pada saat tembikar
bangunan tahun 1937 (Atmojo 2010: 47). Bangunan telah terbentuk, tembikar kemudian dibakar baik
istana yang berdiri tahun 1831 telah rusak (Atmojo menggunakan tungku maupun pembakaran di luar
2010: 47). Berdasarkan sebuah peta Sintang yang ruangan. Berdasarkan warna tembikar yang
dibuat oleh Belanda pada tahun 1888, lokasi istana ditemukan, sebagian besar tembikar belum
pada tahun tersebut terletak di Desa Sungai Durian mencapai oksidasi sempurna, warna tembikar
yang berdekatan dengan Kampung Cina yang didominasi abu tua menunjukkan bahwa
(Topographisch Bureau Batavia 1988: tanpa oksidasi kurang sempurna. Hadirnya tembikar
halaman). Berdasarkan sumber peta tersebut, berwarna putih menunjukkan bahwa bahan baku
lokasi Istana Almukarramah saat ini, pada tahun yang digunakan kurang kandungan besi.
1888 masih merupakan lokasi permukiman (lihat Tembikar Istana Almukarrammah sebagian
gambar 6). Dengan demikian bangunan istana besar berbentuk periuk dan mangkuk, namun
tahun 1937 bukan menggantikan bangunan istana terdapat juga tembikar yang berbentuk piring dan
lama yang terletak pada lokasi yang sama. Hal kendi. Terdapat juga tembikar yang berbentuk
ini disebabkan karena pada tahun 1888, istana tutup dengan pegangan dan tembikar berbentuk
masih terletak di Desa Sungai Durian. persegi. Beberapa tembikar yang ditemukan
Perpindahan dari istana lama ke istana baru tampaknya memiliki motif hias. Masing masing
tampaknya membawa serta Batu Kundur. motif hias ditempatkan dalam posisi tertentu.
Jika asumsi terkait fungsi tembikar Istana Bagian atas pegangan tutup memiliki motif hias
Almukarrammah sebagai media upacara, maka garis-garis yang mengarah ke delapan penjuru
umur dari tembikar Istana Almukarrammah masih mata angin. Terdapat juga motif cekungan yang
sangat muda, yaitu berkisar 1900-an. Sebaran menyerupai bentuk huruf v. Bagian tutup terdiri
fragmen tembikar di seluruh halaman depan dan dari motif duri ikan dan garis horizontal vertikal
belakang Istana Almukarrammah sangat mungkin dikombinasi motif bulan sabit. Bagian bibir
terkait dengan fungsi lokasi ini sebelum menjadi memiliki motif lingkaran dan lengkungan ombak.
istana. Berdasarkan peta keluaran Biro Topografi Bagian badan dan bahu memiliki jenis motif hias
Batavia di atas, wilayah di sekitar lokasi Istana yang paling banyak di antaranya adalah motif
Almukarramah saat ini pada tahun 1888 jaring, motif garis horizontal dengan kombinasi
didominasi oleh rawa semak belukar. Tepian lingkaran, belah ketupat, dan segi empat.
Sungai Kapuas dimanfaatkan sebagai pemukiman Terdapat juga motif berbentuk huruf v.
muslim yang sangat padat. Terdapat nama-nama Di Kalimantan, kawasan pertemuan sungai
lokasi seperti Pemboenoeh, Sagoe, Gelombang, merupakan tempat yang strategis sebagai lokasi
Perigi, Kerandji, dan Melengkah. Adanya pemukiman. Lokasi pertemuan sungai pada
pemukiman di lokasi ini menunjukkan bahwa umumnya dimanfaatkan sebagai pemukiman
tembikar di Istana Almukarrammah berfungsi berlanjut. Kebiasaan hidup berpindah
sebagai benda peralatan sehari-hari. menyebabkan lokasi-lokasi pertemuan sungai
dimanfaatkan oleh kelompok masyarakat yang
PENUTUP berbeda. Lokasi Istana Almukarramah saat ini,
pada tahun 1888 masih dimanfaatkan sebagai
Tembikar yang ditemukan di Istana pemukiman. Masyarakat yang tinggal di lokasi
Almukarramah dibuat dengan berbagai teknik. inilah yang diduga telah meninggalkan jejak-jejak
Teknik pembentukan tembikar yang digunakan tembikar dan artefak lainnya.
adalah spiral, tekan atau pijit, tatap pelandas, roda Kondisi lingkungan sekitar Istana
putar cepat dan lambat. Terdapat juga tembikar Almukarramah sebelum tahun 1888 adalah rawa
yang dibentuk dengan menggunakan teknik semak belukar. Rawa semak belukar ini
gabungan antara tekan atau pijit dengan roda putar kemungkinan besar juga ditumbuhi oleh pohon
cepat, tatap pelandas dengan roda putar lambat sagu. Asumsi ini diambil dari toponimi Sagoe

Teknologi, Bentuk, Fungsi, dan Motif Hias Tembikar di Istana Almukarramah, Sintang-Ulce Oktrivia (97-112) 109
yang merupakan nama lokasi Istana ditemukan dapat dikategorikan pada kualitas yang
Almukarammah pada tahun 1888. Masyarakat di rendah sampai sedang.
sekitar lokasi ini tampaknya telah memanfaatkan Perpindahan Istana Almukarramah dari Sungai
sagu sebagai sumber subsistensi. Artefak Durian ke lokasi saat ini disebabkan karena
beliung yang ditemukan pada tahun 1996 sangat sebagian besar komunitas muslim tinggal di
mungkin dimanfaatkan untuk memotong pohon sekitar wilayah yang disebut Sagoe, sedangkan
sagu. Masyarakat yang tinggal di lokasi ini bukan lokasi yang lama merupakan lokasi pemukiman
merupakan golongan bangsawan istana sehingga masyarakat Tionghoa. Perpindahan ini turut
tidak heran jika sebagian besar tembikar yang membawa Batu Kundur sebagai tanda batas
negeri.

DAFTAR PUSTAKA

Atmojo, Bambang Sakti. 2010. “Kepurbakalaan Ceramic and Man, editor Frederick Matson.
Islam di Sintang dan Ketapang, Kalimantan Chicago: Aldine.
Barat.” Berita Penelitian Balai Arkeologi Simanjuntak, Truman. Dwi Yani Yuniawati, Naniek
Banjarmasin 4(1): 44-68. Harkantiningsih, Endang Sri Hardianti,
Noerwidi, Sofwan. 2007. “Beberapa Seni Kriya Sonny Wibisono, dan Fadhila Arifin Aziz.
Elemen Penanda Kehadiran Austronesia di 2008. Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta:
Kepulauan Indonesia.” Hlm. 187-205 dalam Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Kriyamika: Melacak Akar dan Tomi. 2014. Pasak Negeri Kapuas 1616-1822.
Perkembangan Kriya. Yogyakarta: Jurusan Jakarta: Feliz Books.
Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Wahyudi, Wanny Raharjo. 2012. Tembikar Upacara
Gajah Mada. di Candi-Candi Jawa Tengah Abad ke-8-10.
Orton, Cilve, Paul Tyers, dan Alan Vice. 1993. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Poetry in Archaeology. New York: Yondri, Lutfi. 2000. “Penjajakan Hunian Belanjut
Cambridge University Press. di Tepian DAS Kapuas”. Kronik Arkeologi
Rice, Prudence M. 1987. Pottery Analysis A (2)1: 10-31.
Sourcebook. London: the University of Topographisch Bureau Batavia. 1988. “Kaart van
Chicago Press. den vierkanten paal (I en II) gouvernements
Solheim, Wilhelm G. 1965. “The Function of grondgebied te Sintang”. Diunduh 10
Ceramics in Southeast Asia: from the Agustus 2016 (http://www.media-kitlv.nl/all-
Present to the Past.” Hlm 254-273 dalam media/indeling/detail/form/advanced/start/
167?q_searchfield=sintang).

110 Naditira Widya Vol. 10 No. 2 Oktober 2016-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan
LAMPIRAN
Tabel 2. Klasifikasi fragmen tembikar berdasarkan posisinya

sumber: hasil klasifikasi pribadi

Tabel 3. Jumlah tembikar pada setiap teknik pembentukan

Teknologi, Bentuk, Fungsi, dan Motif Hias Tembikar di Istana Almukarramah, Sintang-Ulce Oktrivia (97-112)
sumber: hasil klasifikasi pribadi

111
Naditira Widya Vol. 10 No. 2 Oktober 2016-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan
Tabel 4. Jumlah tembikar dengan warna inti, permukaan luar, dan permukaan dalam
sumber: hasil klasifikasi pribadi

112

Anda mungkin juga menyukai