Anda di halaman 1dari 20

SEJARAH KERAMIK DI INDONESIA

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
PENGANTAR DESAIN KRIYA

Yang dibimbing oleh bapak Teddy M Drajat

Di susun oleh:
Asnawati (2013-24-009)

UNIVERSITAS INDONESIA ESA UNGGUL


FAKULTAS DESAIN DAN INDUSTRI KREATIF
JURUSAN DESAIN PRODUK
JAKARTA 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 1
1.3 Tujuan....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 3
2.1 Sejarah kebudayaan keramik................................................................. 3
2.2 Perkembangan cara pembuatan Keramik.................................................... 4
2.3 perkembangan bentuk-bentuk keramik....................................................... 5
2.4 perkembanan fungsi keramik...................................................................... 5
2.5 perkembangan ragam hias keramik............................................................. 5
2.6 perkembangan bahan keramik.................................................................... 5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Keramikadalah suatu nama yang sekarang mulai popular di Indonesia. Apabila kita
bilang keramik, maka orang-orang sudah dapat mengetahui apa yang dimaksud, meskipun nama
keramik itu berasal dari Eropa, yaitu dari seorang Yunani yang bernama Keramos, seorang
pembuat barang-barang gerabah pada abad XVII. Meskipun demikian Eropa bukan asal muasal
munculnya keramik.Jauh sebelum Nabi Isa lahir, yaitu kira-kira 206 tahun sebelum tahun
Masehi, Tiongkok sudah mulai membuat barang-barang keramik seperti guci untuk menyimpan
air. Dan mulai berkembang pada zaman dinasti Han abad X.
Sama halnya di Asia Tenggara khususnya Indonesia, kebudayaan keramik sudah muncul
sejak zaman prasejarah yaitu pada zaman neolithikum. Bukti telah terjadi kebudayaan keramik
pada zaman ini ialah dengan ditemukannya pecahan-pecahan periuk belangga di bukit-bukit
kerang. Bentuknya masih sangat sederhana dan kurang menarik. Namun demekian kebudayaan
kerami kini tidak hilang begitu saja, tetapi terus berkembang hingga zaman sejarah (kerajaan)
dan sampai sekarang.
Keramik dapat menunjukan kebudayaan tiap-tiap daerah, dengan keunikan
dekorasi maupun seni yang ada di dalamnya. Bentuk dan cara pembuatan juga dapat
menyimpulkan perkembangan kebudayaan suatu masyarakat. Keramik selalu mengalami
perkembangan dari yang sangat sederhana ke yang lebih sempurna. Untuk itu saya ingin
mengidentifikasi sejarah dan perkembangan dari keramik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah munculnya kebudayaan keramik di Indonesia?
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan keramik di Indonesia?
3. Bagaimana perkembangan keramik pada zaman sejarah?
1.3 Tujuan
Ditulisnya makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tahapan munculnya
kebudayaan keramik serta perkembangannya di zaman sejarah dan proses pembuatannya serta
kemanfaatanya pada zaman itu. Selain itu untuk Mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya perkembangan bentuk, fungsi, dan ragam hias pada keramik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Kebudayaan Keramik


Keramik menurut yumarta, Ruslani, Muslihat, Suhadi (1986: 10) menyatakan keramik
adalah segala macam bentuk yang dibuat dari tanah liat, setelah kering kemudian dibakar
didinginkan sehingga menjadi keras. Sejarah keramik cukup panjang di Indonesia seperti sejarah
keramik dinegara lain seperti, Cina, India, Jepang, Mesir, Meksico, dan di negara-negara lainnya.
(Suwardono 2002:9), jadi Indonesia sudah tidak asing dengan kerajinan keramik karena keramik
di Indonesia mulai dikenal sejak zaman neolitikum atau disebut juga zaman batu muda, yaitu
ketika manusia-manusia purba sudah mulai menetap dan bercocok tanam, dan mengenal api
beserta penggunaan api secara teratuur. diperkirakan rentang waktunya mulai dari 2500 SM
1000 SM.
Bukti sudah adanya adanya kebudayaan keramik di Indonesia adalah dengan
ditemukannya pecahan-pecahan periuk belanga di bukit kulit kerang (kjokkenmonddinger).
Meskipun hanya pecahan-pecahan kecil dan berkeping-keping namun dengan benda peninggalan
tersebut sudah ada bukti bahwa ada usaha untuk membuat suatu wadah dengan cara menekan
benda keras pada saat tembikar atau keramik itu masih basah atau mentah. Di Indonesia sejak
sebelum abad 1 masehi sudah ada keramik. Seperti gerabah, tembikar atau periuk belanga. Sejak
sebelum zaman hindu sudah ada peninggalan tembikar, fungsi utama benda tersebut adalah
dipergunakan untuk menyimpan mayat seperti di Irian, di pulau-pulau nusa tenggara dan
Maluku. Menurut suwardono (2002: 10) menyatakan dibukit-bukit pasir dan pesisir pantai
selatan pulau jawa tepatnya antara Yogyakarta dan pacitan ditemukan pecahan-pecahan tembikar
yang berhiaskan teraan anyaman atau tenunan seperti yang sekarang dihasilkan di (Sumba). Di
daerah Melolo (Sumba) ditemukan periuk belanga yang berisikan tulang-tulang manusia. Contoh
lainnya yaitu peninggalan zaman Kerajaan Majapahit (abad 16 M) banyak di temukan bata-bata
dan genteng dari tanah liat yang dibakar sebagai bahan bangunan, serta benda-benda seperti
celengan. Pecahan-pecahan tembikar juga ditemukan di situs Batujaya, di Karawang Jawa
Barat. Perubahan dalam teknologi keramik terjadi ketika pemerintahan Belanda memanfaatkan
kaolin dari pulau Bangka dan adanya penelitian keramik di bandung
Keramik pada awalnya ditujukan pada pembuatan wadah-wadah yang digunakan untuk
menyimpan biji-biji bahan makanan dan semacam dari itu. Pembentukannya masih sangat
sederhana dengan dilakukan sepenuhnya dengan tangan. Mungkin dapat disamakan dengan
pengrajin keramik daerah-daerah di Indonesia seperti: di Pulutan, kecamatan Remboken,
Minahasa. Benda-benda tersebut masih kasar dan untuk memadatkan dan menghaluskan
digunakan benda keras seperti papan. Diberi dekorasi yang sederhana dengan menekankan
sebuah kayu berukir, menekankan tali, anyaman bambu, dari ikan lokan dan sebagainya pada
bahan bakal keramik (keramik mentah) dan macam-macam dekorasi tersebut menunjukan sifat-
siat zaman tertentu.
Di daerah lain sekitar Indonesia juga banyak ditemukan peninggalan-peninggalan
prasejarah seperti di daerah Banyuwangi, kalapadua-Bogong, Serpong di Tanggerang
Kelumpang Minanga di Sulawesi, Glimanuk Bali dan temuan pada waktu penggalian arkeologis
di sekitar candi Borobudur, Triwulan Mojokerto dan di pasar ikan Jakarta. Di sekitar candi
borobudur ditemukan peninggalan berupa jenis yang berbentuk mangkuk, pasu, kendi piring dan
lampu. Relief candi borobudur banyak menunjuk pada motif wanita yang sedang mengambil air
dari kolam dengan periuk bulat dan kendi.

2.2 Perkembangan cara pembuatan Keramik


Sesuai dengan kebutuhan manusia, keramik mengalami perkembangan dari abad ke abad
secara evolusioner. Mulai dari bentuk,teknik pengolahan maupun teknik pembakaran. Dahulu
pembuatan keramik masih menggunakan tangan manusia dan pembakaran di lakukan hanya
dengan menggunakan daun-daun atau ranting-ranting tanpa diberi glasir dan hanya cukup
dengan pembakaran rendah dan bentuknya masih sangat sederhana. Pada perkembangan
selanjutnya berbagai faktor turut menentukan kemajuan keramik diberbagai daerah. Faktor-
faktor tersebut antara lain, mulai dari faktor keperluan hidup, persedian bahan baku sampai
kemajuan teknik pembakaran. Dari faktor-faktor tersebut, faktor kebutuhan atau keperluan hidup
merupakan pengaruh yang sangat dominan. Pada abad ke 3 atau 4 masehi keramik telah
menunjukan perubahan yaitu telah menggunakan unsur estetika dalam
pembuatannya. Contohnya Gambar tembikar terdapat relief hiasan bangunan, dan patung-
patung. Ini memberikan indikasi bahwa tradisi pembuatan benda keramik dengan teknologi
sederhana telah lama berlangsung. Keramik terus mengalami perkembangan kedepannya,
namun teknik pembuatan benda-benda keramik di Indonesia oleh para ahli sejarah disebut
paddle and anvil technique atau teknik tatap batu, suatu teknik pembuatan keramik tradisional
yang saat ini masih dipergunakan di daerah-dareah di Indonesia. Seperti daerah
Kalimantan. Daerah ini baru menghasilkan benda keramik dengan teknologi pembakaran tinggi
mulai abad XIX.

2.3 perkembangan bentuk-bentuk keramik


Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa Awal dari bentuk-bentuk keramik di Indonesia
adalah seperti periuk belanga. Buktinya dengan ditemukan serpihan-serpihan kecil dari keramik
tersebut. Periuk belanga ini berupa kuali besar yang terbuat dari tanah yang digunakan untuk
memasak. Selanjutnya ditemukan sebuah Campuran abu tulang dan lempung yang dibentuk
menjadi figurin perempuan atau binatang kemudian dibakar dalam sesuatu tempat yang bisa
dikatakan sebagai tungku sederhana di sebuah dusun pada jaman batu. Perkembangan bentuk
keramik lebih banyak berdasarkan fungsinya. Kemudian bentuk-bentuk keramik berkembang
secara evolusioner dari abad ke abad.

2.4 perkembangan fungsi keramik


Fungsi keramik dahulu adalah sebagai wadah-wadah biji-bijian atau bahan
makanan, kebanyakan untuk keperluan dapur dan rumah tangga seperti tungkumasak, wajang,
periuk, celengan,bunting-bunting dan dupa. Namun dahulu yang masyarakatnya memiliki aliran
dinamisme yang mempercayai bahwa benda mati itu memiliki kekuatan magis tak terkecuali
keramik, mereka mempercayai bahwa di dalam keramik terdapat roh hidup, jadi pada zaman
dahulu keramik juga digunakan dalam unsur keagamaan, namun sesuai dengan perkembangan
teknologi dan kebutuhan manusia, fungsi keramik tidak hanya sebagai wadah namun
berkembang menjadi benda hias yang bernilai seni dan ekspresi.

2.5 perkembangan ragam hias keramik


Ragam hias tradisional itu terbatas, awalnya untuk menghias keramik adalah dengan
menekankan sebuah kayu berukir, atau menekan tali, anyaman bambu, duri ikan, dan
sebagainya, pada permukaan keramik (mentah) setelah selesai
pembentukan. PenerapanKecenderungan estetika lebih dominan dibanding aspek
fungsi beragam motif localseperti contohnya pada gerabah sangat kuat, seperti motiftoraja
Perpaduan antara motif lokal,anyaman serat lontar, serta bahanlainnya, dengan berbagai motif.

2.6 perkembangan bahan keramik


Pada masa awal di temukannya keramik, bahan pembuatan keramik adalah menggunakan
bahan baku dari lingkungan sekitarnya. maka pada masa kini perajin / seniman / kriyawan /
pengusaha telah mendatangkan tanah hat dari daerah lain yang sesuai. Di samping itu, ada Unit-
unit Pelayanan Teknis dari instansi pemerintah dan swasta yang melayani bahan baku keramik.

BAB III
CONTOH PRODUK KERAMIK YANG MEMILIKI NILAI FUNGSI
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa dalam perjalanannya yang panjang produk
keramik, tidak hanya bersifat statis, melainkan mengalami berbagai perubahan baik dalam
bentuk, teknologi bahan, garapan atau produksi, unsur estetika atau motif hias hinggadistribusi
maupun konsumsi. Sejarah keramik memberikan gambaran sederhana tentang keramik awal
yang di temukan oleh manusia. Masih sederhana dalam konsep penggarapan, bahan yang
digunakan, hiasan awal yang ditemukan dan teknologi pembakarannya. Perubahan-perubahan
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitumulai dari faktor keperluan hidup, persedian
bahan baku sampai kemajuan teknik pembakaran. Dari faktor-faktor tersebut, faktor kebutuhan
atau keperluan hidup merupakan pengaruh yang sangat dominan.

4.2 Saran
DAFTAR RUJUKAN
Widodo, Rita, Suemitro, Pratopo. 1990. Kesinambungan Relief keramik. Jakarta: Depdikbud
Yumarta, Ruslani, Muslihat, Suhadi.1986. Keramik. Bandung: Angkasa
Suwardono, 2002. Mengenal keramik hias. Bandung: Margahayu Permai
Anton. 2012. Sekilas sejarah keramik Indonesia
(online)keramikdalammuseum.blogspot.com/.../sekilas-sejarah... di akses tanggal 19 oktober
2013
Sejarah perkembangan keramik di Indonesia. 2010.(online)
http://www.studiokeramik.org/2010/01/sejarah-keramik-di-indonesia.html diakses 18 oktober
2013
Razak. R.A. 1981. Industri keramik. Jakarta:Balai Pustaka
Sitorus. V, 2011. Sejarah Perkembangan
Keramik(online)http://violinasitorus1991.blogspot.com/2011/10/sejarah-perkembangan-
keramik.html diakses 18 oktober 2013

Anda mungkin juga menyukai