Anda di halaman 1dari 6

Proses Pembuatan Gerabah yang merupakan keramik dibuat oleh para perajin tradisional.

Gerabah dibuat dengan membentuk tanah liat menjadi suatu objek, yang umumnya
menggunakan tangan.  Secara umum, pengertian gerabah adalah salah satu jenis barang
yang dibuat dari bahan khusus dan juga keahlian khusus. Gerabah juga dapat kita temukan
dalam keseharian kita. Beberapa macam gerabah meliputi piring, kendi, guci, tempayan,
anglo, kuali, celengan, dan pot.

Untuk mengetahui pengertian, contoh pemanfaatan dalam kehidupan sehari-hari, dan


proses pembuatan gerabah, mari simak penjelasan yang disajikan secara ringkas dalam
artikel berikut.

Daftar Isi

 Asal-Usul Gerabah
 Fungsi Gerabah
o 1. Fungsi Gerabah Sebagai Alat untuk Upacara Keagamaan
o 2. Fungsi Gerabah Sebagai Alat Rumah Tangga
o 3. Fungsi Gerabah Sebagai Perhiasan dan Penanda Status
 Contoh Penggunaan Gerabah
 Proses Pembuatan Gerabah
 Teknik dalam Proses Pembuatan Gerabah
o 1. Teknik Lempeng (Slabing)
o 2. Teknik Plat (Pinching)
o 3. Teknik Pilin (Coiling)
o 4. Teknik Putar (Throwing)
o 5. Teknik Cetak Tekan (Press)
o 6. Teknik Cor atau Tuang

Asal-Usul Gerabah

Tajine (gerabah Maroko).

Gerabah diperkirakan telah ada sejak masa prasejarah, tepatnya setelah manusia hidup
menetap dan mulai bercocok tanam. Situs-situs arkeologi di Indonesia, telah ditemukan
banyak gerabah yang berfungsi sebagai perkakas rumah tangga atau keperluan religius
seperti upacara dan penguburan.

Gerabah yang paling sederhana dibentuk dengan hanya menggunakan tangan, yang berciri
adonan kasar dan bagian pecahannya dipenuhi oleh jejak-jejak tangan (sidik jari), bentuknya
pun kadang tidak simetris. Selain dibuat dengan teknik tangan, gerabah yang lebih modern
dibuat dengan menggunakan tatap batu dan roda putar.

Pada awalnya, gerabah dibuat dengan bentuk polos dan mudah rapuh, tetapi saat ini
tembikar tersedia dalam berbagai macam bentuk, motif, gambar, atau lukisan khas dan daya
tahan lebih lama. Gerabah di Indonesia dibawa melalui kebudayaan Sa Huynh, suatu
kebudayaan kuno di daerah Vietnam selatan (Champa) yang terkenal akan seni gerabah
dan tembikar kunonya.

Gerabah merupakan suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah
liat yang dibakar, seperti, genteng, porselin, dan sebagainya. Gerabah telah dikenal sejak
zaman prasejarah, dan biasanya digunakan sebagai alat rumah tangga.

Dalam ilmu purbakala (arkeologi), istilah lain gerabah atau keramik tradisional ini adalah
kereweng, pottry, terracotta dan tembikar. Istilah tersebut dipergunakan untuk menyebut
pecahan-pecahan periuk dan alat lainnya yang dibuat dari tanah liat dan ditemukan di
tempat-tempat pemakaman zaman prasejarah. Barang-barang tanah bakar yang ditemukan
di luar sarkofagus (peti mati dari batu) berupa jembung, piring-piring kecil, periuk-periuk
kecil, stupa-stupa kecil dan sebaginya.

Mengutip buku Sejarah Nasional Indonesia II Zaman Kuno oleh Tim Nasional Penulisan


Sejarah Indonesia, gerabah atau tembikar di Indonesia sudah ada sejak zaman Neolitikum
yang ditemukan di beberapa tempat di Indonesia. Sisa-sisa gerabah dari sejak bercocok
tanam telah ditemukan di Banyuwangi (Jawa Timur), Kelapa Dua Bogor (Jawa Barat),
Kalumpang dan Minanga Sipakka (Sulawesi), dan disekitar danau Bandung (Jawa Barat).
Teknik proses pembuatan gerabah dari masa tersebut masih sangat sederhana, yaitu
dengan teknik tangan dan pembakaran tradisional. Pembakaran tradisional adalah
pembakaran secara terbuka, dalam lubang dangkal beralas tanah liat dengan api
rerumputan menyala. Teknik proses pembuatan gerabah seperti itu masih digunakan
sampai sekarang oleh sebagian perajin keramik di Indonesia.

Untuk mendapatkan gerabah yang menarik, salah satu yang dilakukan oleh pembuat
gerabah adalah dengan memberikan motif hias pada gerabah. Pada gerabah yang
digunakan untuk rumah tangga biasanya bermorif sederhana atau polos, sedangkan
gerabah-gerabah untuk kepentingan lain tentunya memerlukan motif yang lebih baik.

Fungsi Gerabah
Gerabah adalah kerajinan yang telah diproduksi secara turun temurun selama beberapa
periode. Jika ditelaah, fungsi gerabah yang paling penting, baik di masa sekarang maupun
di masa lalu, adalah penggunaannya sebagai wadah, terutama untuk penyimpanan,
persiapan, pergerakan dan penyajian makanan.
Berikut ini adalah beberapa fungsi gerabah dalam kehidupan sehari-hari, terutama fungsi
gerabah dalam kebudayaan Indonesia, yang perlu kalian ketahui:

1. Fungsi Gerabah Sebagai Alat untuk Upacara Keagamaan


Gerabah, biasanya yang berbentuk cawan atau kendi, digunakan sebagai sarana-sarana
upacara seperti misalnya sebagai sarana meletakan air suci, dan lain sebagainya.

2. Fungsi Gerabah Sebagai Alat Rumah Tangga


Dalam fungsinya sebagai alat-alat rumah tangga, gerabah antara lain digunakan sebagai
alat memasak ataupun wadah-wadah seperti kendi untuk menampung air, mangkuk untuk
wadah makanan, gelas untuk wadah minuman, tungku untuk memasak, dan sebagainya.

3. Fungsi Gerabah Sebagai Perhiasan dan Penanda Status


Pada masa Jawa Kuno, gerabah keramik digunakan sebagai penanda status. Pada masa
itu, keramik-keramik asing adalah barang mewah yang hanya bisa dimiliki kaum-kaum
bangsawan tertentu seperti raja. Indikasi dari hal ini antara lain terlihat dari penggambaran
guci Tiongkok pada arca-arca dari masa Singhasari dan Majapahit. Beberapa artefak lain
yang juga menunjukan status ekonomi adalah celengan pada masa Majapahit yang
menunjukan kemapanan ekonomi.

Contoh Penggunaan Gerabah


Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, manusia pasti membutuhkan berbagai
macam peralatan. Misalnya dalam kegiatan memasak, mandi, dan lain sebagainya. Salah
satu jenis alat yang banyak digunakan sejak zaman dulu adalah gerabah atau tembikar.
Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat yang dibentuk dan diolah, sehingga
menjadi barang layak pakai.

Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat yang dibentuk kemudian dibakar
kemudian dijadikan alat-alat yang berguna membantu kehidupan manusia. Penjelasan
mengenai pengertian gerabah juga disebutkan secara rinci oleh Insih Wilujeng (2020:192)
yang menjelaskan bahwa gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat atau tanah
lempung. Dia juga memaparkan bahwa dahulu proses pembuatan gerabah terbatas untuk
keperluan rumah tangga saja seperti kendi atau wadah air minum, peralatan masak,
gentong dan masih banyak lagi.

Namun, karena perubahan zaman yang semakin maju, proses pembuatan gerabah
mengalami pengembangan fungsi dan pemanfaatan, sehingga tidak terbatas pada
perabotan rumah tangga saja, namun juga barang lain yang memiliki nilai jual tinggi di
pasaran, misalnya saja vas bunga, guci, dan benda lainnya yang memiliki nilai estetika.

Dikarenakan gerabah hanya dapat dibuat dengan bahan khusus yaitu tanah liat atau tanah
lempung, kerajinan gerabah ini hanya dapat ditemukan di daerah khusus di Indonesia.
Seperti yang dijelaskan oleh Dwi Iriyanto (2015:528), yang memaparkan bahwa bahan baku
gerabah adalah hasil pertambangan kaolin dan tanah liat, sehingga akan lebih efisien
apabila mendirikan industri gerabah di lokasi tersebut.

Contoh daerah yang banyak menghasilkan gerabah dengan kualitas baik antara lain:
 Kasongan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
 Pundong, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
 Banyumulek, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.
 Pagerjurang, Klaten, Jawa Tengah.

Gerabah merupakan hasil kerajinan dengan prospek cukup baik untuk dikembangkan mengi
ngat potensi pasar yang semakin luas pengunaannya seperti souvenir, patung guci, hiasan 
dinding, vas bunga, pot bunga, peralatan dapur dan lain sebagainya. Pemesan sebagian be
sar menginginkan gerabah yang masih polos. Pemesan yang akan melukis dan mengecat g
erabahnya dan kemudian menjual langsung ke konsumen. Dengan cara ini pemesan akan 
mendapat keuntungan lebih besar. Pemasaran gerabah terbesar di
Indonesia meliputi Jember, Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi, Surabaya dan Bali. Permin
taan terbesar berasal dari pengusaha di Bali dalam bentuk suvenir.

Proses Pembuatan Gerabah


1. Pengambilan tanah liat. Tanah liat diambil dengan cara menggali secara
langsung ke dalam tanah yang mengandung banyak tanah liat yang baik. Tanah
liat yang baik berwarna merah coklat atau putih kecoklatan. Tanah liat yang
telah digali kemudian dikumpulkan pada suatu tempat untuk proses selanjutnya.
2. Persiapan tanah liat. Tanah liat yang telah terkumpul disiram air hingga basah
merata kemudian didiamkan selama satu hingga dua hari. Setelah itu, kemudian
tanah liat digiling agar lebih rekat dan liat. Ada dua cara penggilingan yaitu
secara manual dan mekanis. Penggilingan manual dilakukan dnegan cara
menginjak-injak tanah liat hingga menjadi ulet dan halus. Sedangkan secar
mekanis dengan menggunakan mesin giling. Hasil terbaik akan dihasilkan
dengan menggunakan proses giling manual.
3. Proses pembentukan. Setelah melewati proses penggilingan, maka tanah liat
siap dibentuk sesuai dengan keinginan. Aneka bentuk dan disain depat
dihasilkan dari tanah liat. Seberapa banyak tanah liat dan berapa lama waktu
yang diperlukan tergantung pada seberapa besar gerabah yang akan dihasilkan,
bentuk dan disainnya. Perajin gerabah akan menggunakan kedua tangan untuk
membentuk tanah liat dan kedua kaki untuk memutar alat pemutar (perbot).
Kesamaan gerak dan konsentrasi sangat diperlukan untuk dapat melakukannya.
Alat-alat yang digunakan yaitu alat pemutar (perbot), alat pemukul, batu bulat,
kain kecil. Air juga sangat diperlukan untuk membentuk gerabah dengan baik.
4. Penjemuran. Setelah bentuk akhir telah terbentuk, maka diteruskan dengan
penjemuran. Sebelum dijemur di bawah terik matahari, gerabah yang sudah
agak mengeras dihaluskan dengan air dan kain kecil lalu dibatik dengan batu
api. Setelah itu baru dijemur hingga benar-benar kering. Lamanya waktu
penjemuran disesuaikan dengan cuaca dan panas matahari.
5. Pembakaran. Setelah gerabah menjadi keras dan benar-benar kering, kemudian
banyak gerabah dikumpulkan dalam suatu tempat atau tungku pembakaran.
Gerabah-gerabah tersebut kemudian dibakar selama beberapa jam hingga
benar-benar keras. Proses ini dilakukan agar gerabah benar-benar keras dan
tidak mudah pecah. Bahan bakar yang digunakan untuk proses pembakaran
adalah jerami kering, daun kelapa kering ataupun kayu bakar.
6. Penyempurnaan. Dalam proses penyempurnaan, gerabah jadi dapat dicat
dengan cat khusus atau diglasir, sehingga terlihat indah dan menarik sehingga
bernilai jual tinggi.
Proses pembuatan gerabah yang cukup berat dirasakan oleh pengrajin adalah pelumatan
bahan baku gerabah. Namun, proses pelumatan bahan yang sebelumnya dilakukan secara
manual tersebut telah diselesaikan dengan mesin pelumat.
Sementara itu, proses pembuatan gerabah yang selanjutnya yang membutuhkan perhatian
adalah proses pembakaran. Proses ini cukup memb utuhkan waktu yang lama sekitar 1 hari
(12 jam) pembakaran terus-menerus. Pada proses pembakaran ini para pengrajin biasanya
menggunakan kayu bakar atau jerami. Bila dikonversi, dengan menggunakan bahan bakar
tersebut, membutuhkan jumlah kayu bakar dan biaya yang cukup besar.

Teknik dalam Proses Pembuatan Gerabah


Bahan dasar yang digunakan untuk membuat gerabah adalah tanah liat. Sebelum dibuat
gerabah, tanah liat tersebut diproses terlebih dahulu dalam beberapa tahapan. Selain itu,
ada juga bahan tambahan lain, yaitu kaolin. Tanah liat yang sudah siap kemudian dibentuk
dengan tangan langsung atau menggunakan alat putar.

Bentuk gerabah yang akan dibuat disesuaikan dengan fungsi benda tersebut saat
digunakan. Ada gerabah yang digunakan untuk alat memasak seperti periuk dan belanga,
ada yang digunakan untuk menyimpan air atau beras seperti tempayan, ada yang
digunakan untuk menyimpan air minum seperti kendi, dan ada yang digunakan untuk hiasan
seperti guci dan vas bunga.

Dalam membuat benda yang terbuat dari bahan tanah liat diperlukan teknik-teknik tertentu
agar dalam prosesnya mudah dan efektif. Adapun teknik-teknik yang biasanya digunakan
oleh pembuat gerabah atau keramik antara lain teknik lempeng, teknik plat, teknik pilin,
teknik putar, teknik cetak tekan, dan teknik tuang.

1. Teknik Lempeng (Slabing)


Teknik lempeng (slabing) merupakan teknik yang digunakan untuk membuat benda gerabah
berbentuk kubistis dengan permukaan rata. Teknik ini diawali dengan pembuatan
lempengan tanah liat dengan menggunakan rol kayu penggilas.
Setelah menjadi lempengan dengan ketebalan yang sama, kalian dapat memotong dengan
pisau atau kawat sesuai dengan ukuran yang kalian inginkan. Selanjutnya, kalian dapat
membuat menjadi bentuk kubus atau persegi. Kemudian, tahap akhir diberi hiasan dengan
cara ditoreh pada saat tanah setengah kering.

2. Teknik Plat (Pinching)


Teknik plat (pinching) merupakan teknik membuat keramik dengan cara memplat tanah liat
langsung menggunakan tangan. Tujuan dari penggunaan teknik ini adalah agar tanah liat
lebih padat dan tidak mudah mengelupas sehingga hasilnya akan tahan lama. Proses plat
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
 Ambil segumpal tanah liat plastis.
 Tanah liat tersebut diulet-ulet dan diplintir-plintir dengan ibu jari sambil dibentuk
sesuai dengan bentuk benda yang kamu inginkan.
 Haluskan menggunakan kuas atau kain halus.
3. Teknik Pilin (Coiling)
Teknik pilin (coiling) adalah cara membentuk tanah liat dengan bentuk dasar tanah liat yang
dipilin atau dibentuk seperti tali. Cara melakukan teknik ini adalah segumpal tanah liat
dibentuk pilinan dengan kedua telapak tangan. Ukuran tiap pilinan disesuaikan dengan
ukuran yang kalian inginkan. Panjangnya pilinan juga disesuaikan dengan kebutuhan.
Kemudian, pilinan tanah liat tersebut kalian susun secara melingkar, sehingga menjadi
bentuk yang kalian inginkan. Jangan lupa tiap susunan ditekan dan tambahkan air agar
menempel.
4. Teknik Putar (Throwing)
Untuk membuat gerabah dengan teknik putar (throwing), Anda memerlukan alat bantu
berupa subang pelarik atau alat putar elektrik. Cara melakukan teknik ini adalah dengan
mengambil segumpal tanah liat yang plastis dan lumat. Setelah itu, taruhlah tanah liat di
atas meja putar tepat di tengah- tengahnya. Lalu, tekan tanah liat dengan kedua tangan
sambil diputar. Bentuk tanah liat sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Teknik putar
umumnya menghasilkan benda berbentuk bulat atau silindris.
5. Teknik Cetak Tekan (Press)
Teknik cetak tekan dilakukan dengan menekan tanah liat yang bentuknya disesuaikan
dengan cetakan. Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan hasil dengan waktu yang cepat.

6. Teknik Cor atau Tuang


Teknik cor atau tuang digunakan untuk membuat gerabah dengan menggunakan acuan alat
cetak. Tanah liat yang digunakan untuk teknik ini adalah tanah liat cair. Cetakan ini biasanya
terbuat dari gips. Bahan gips digunakan karena gips dapat menyerap air lebih cepat
sehingga tanah liat menjadi cepat kering.

Anda mungkin juga menyukai