Anda di halaman 1dari 83

RANCANGAN AKTUALISASI DAN HABITUASI

NILAI-NILAI DASAR DAN PERAN KEDUDUKAN


APARATUR SIPIL NEGARA

UPAYA OPTIMALISASI PERBAIKAN MUTU PELAYANAN


KEFARMASIAN
DI UPT PUSKESMAS REJOSARI KECAMATAN DAWE
KABUPATEN KUDUS

OLEH :

NAMA PESERTA : YENI ADIYASTUTIK, A.Md


NIP : 19960104 201903 2 010
ANGKATAN/NIS : 118/36
JABATAN : ASISTEN APOTEKER
SKPD/INSTANSI : UPT PUSKESMAS REJOSARI
KECAMATAN DAWE KABUPATEN
KUDUS

PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL


GOLONGAN II DAN III ANGKATAN CXVIII
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS
BEKERJA SAMA DENGAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER
DAYA MANUSIA DAERAH KABUPATEN KUDUS
2019

i
HALAMAN PERSETUJUAN

RANCANGAN AKTUALISASI
NILAI-NILAI DASAR DAN PERAN KEDUDUKAN
APARATUR SIPIL NEGARA

Judul Penerapan : Upaya Optimalisasi Perbaikan Mutu Pelayanan


Kefarmasian di UPT Puskesmas Rejosari Kecamatan
Dawe Kabupaten Kudus
Nama Peserta : Yeni Adiyastutik, A.Md.
NIP : 19960104 201903 2 010
No. Urut : 36

Kudus, 14 Juli 2019


Peserta Pelatihan Dasar CPNS

Yeni Adiyastutik, A.Md.


NIP 19960104 201903 2 010

Menyetujui

COACH MENTOR

Drs. Sumarno, M.Si dr. Andini Aridewi, M.Kes


Widya Iswara Ahli Madya Kepala UPT Puskesmas Rejosari
NIP. 19680704 198803 1 003 NIP. 19731008 200501 2 009

ii
HALAMAN PENGESAHAN

RANCANGAN AKTUALISASI
NILAI-NILAI DASAR DAN PERAN KEDUDUKAN
APARATUR SIPIL NEGARA

Judul Penerapan : Upaya Optimalisasi Perbaikan Mutu Pelayanan


Kefarmasian di UPT Puskesmas Rejosari
Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus
Nama Peserta : Yeni Adiyastutik, A.Md
NIP : 19960104201903 2 010
No. Urut : 36
TELAH DISEMINARKAN
Hari : Senin
Tanggal : 15 Juli 2019
Tempat : Balai Diklat “SONYAWARIH” Kabupaten Kudus

Peserta Pelatihan Dasar CPNS

Yeni Adiyastutik, A.Md


NIP 19960104 201903 2 010
COACH MENTOR

Drs. Sumarno, M.Si Dr. Andini Aridewi, M.Kes


Widya Iswara Ahli Madya Kepala UPT Puskesmas Kuwukan
NIP. 19680704 198803 1 003 NIP. 19731008 200501 2 009

NARASUMBER

Dr. Dra. Martuti, MM


Widya Iswara Ahli Utama
NIP. 19590319 198603 2 005

i
PRAKATA

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat


dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas rancangan
aktualisasi nilai-nilai dasar dan peran kedudukan Aparatur Sipil Negara
dengan judul “Upaya Optimalisasi Perbaikan Mutu Pelayanan
Kefarmasian di UPT Puskesmas Rejosari Kecamatan Dawe Kabupaten
Kudus”.
Penulisan rancangan aktualisasi nilai-nilai dasar dan peran
kedudukan Aparatur Sipil Negara ini disusun sebagai salah satu
persyaratan kelulusan Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil
Golongan II dan III Angkatan CXVIII Tahun 2019 yang diselenggarakan di
Gedung Diklat “SONYAWARIH” Kabupaten Kudus sebagai bentuk
pemahaman konseptual dan internalisasi nilai-nilai dasar PNS yang
diterapkan di UPT Puskesmas Rejosari Kecamatan Dawe Kabupaten
Kudus.
Dalam menyelesaikan rancangan aktualisasi nilai-nilai PNS ini,
penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu dr. Andini Aridewi, M.Kes selaku mentor selaku Kepala UPT
Pukesmas Rejosari Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus yang telah
memberikan masukan, inspirasi dan arahan sehingga rancangan
aktualisasi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Ibu Dr. Dra. Martuti, MM selaku narasumber/ penguji yang memberikan


saran, masukan perbaikan untuk penyempurnaan rancangan
aktualisasi ini sehingga dapat diterapkan dengan lebih baik.

3. Bapak Drs. Sumarno, M.Si selaku pembimbing yang telah memberikan


bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga rancangan aktualisasi
ini dapat selesai dengan baik.

i
4. Orang tua dan keluarga yang telah mendukung, mendoakan serta
memberi bantuan sehingga semua kegiatan Pelatihan Dasar CPNS
dapat terselesaikan dengan baik.

5. Seluruh Widyaiswara serta Panitia Pelaksana Pelatihan Dasar CPNS


Golongan II dan III Angkatan CXVIII Tahun 2019 yang telah
memberikan ilmu, bimbingannya, dukungan dan fasilitasnya.

6. Pengurus Balai Diklat “SONYAWARIH” Kabupaten Kudus yang telah


memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

7. Seluruh peserta Pelatihan Dasar CPNS Golongan II dan III Angkatan


CXVIII atas inspirasi, kekompakan, bantuan, dan dukungannya..

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas amal baik semua pihak
yang telah membantu dalam menulis rancangan aktualisasi ini.

Kudus, 15 Juli 2019


Penulis

Yeni Adiyastutik, A.Md.

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………...................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................iii
PRAKATA..........................................................................iv
DAFTAR ISI........................................................................vi
DAFTAR TABEL................................................................viii
DAFTAR GAMBAR............................................................ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................1
B. Identifikasi Isu dan Rumusan Masalah.........................3
C. Tujuan............................................................................8
D. Manfaat..........................................................................9

BAB II LANDASAN TEORI


A. Sikap Perilaku Bela Negara..........................................10
B. Nilai-nilai Dasar Pegawai Negeri Sipil...........................18
C. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI.....................30
D. Pelayanan kefarmasian Puskesmas.............................35

BAB III TUGAS UNIT KERJA DAN TUGAS PESERTA


A. Profil Organisasi Puskesmas Rejosari Kudus...............50
1. Dasar Hukum Pembentukan Organisasi..................50
2. Visi, Misi, Nilai dan Tujuan Organisasi....................51
3. Struktur Organisasi dan Job Deskripsinya..............52
4. Deskripsi SDM dan Sarana Prasarana....................53
B. Tugas dan Jabatan Peserta Diklat................................56
C. Role Model Sebagai Inspirator......................................56

i
BAB IV RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI
A. Daftar Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan Keterkaitan
dengan Nilai ANEKA......................................................58
B. Jadwal Rancangan Kegiatan Aktualisasi......................66
C. Antisipasi Menghadapi Kendala Aktualisasi.................68

BAB V PENUTUP
A. Simpulan........................................................................69
B. Dampak..........................................................................70
DAFTAR PUSTAKA...........................................................71
RIWAYAT HIDUP...............................................................73

i
DAFTAR TABEL

Tabel1.1 Tabel Identifikasi Isu dengan APKL ....................................5


Tabel 1.2 Tabel Indikator USG...........................................................6
Tabel 1.3 Parameter Analisis USG.....................................................6
Tabel 1.4 Tabel Identifikasi Isu dengan USG.....................................7
Tabel 4.1 Nama Kegiatan dan Sumber Kegiatan Akutalisasi.............58
Tabel 4.2 Rancangan Kegiatan Aktualisasi........................................59
Tabel 4.3.Tabel Jadwal Rencana Pelasanaan Kegiatan Aktualisasi. 66
Tabel 4.4 Tabel Potensi Kendala dan Antisipasi................................49

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Faktor Perubahan yang mempengaruhi


Kinerja PNS.......................................................................14
Gambar 3.1 Gambar Struktur Orgnisasi.............................52
Gambar 3.2 Gambar Data Pegawai...................................55

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat menjadi ASN


menurut Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 adalah profesi bagi
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian
Kerja (PPPK) yang bekerja pada instansi pemerintahan. Pegawai ASN
diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam
suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pegawai ASN berfungsi
sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik serta perekat dan
pemersatu bangsa.
Dalam Undang-Undang No.5 Tahun 2014 Pasal 63 ayat (3) dan ayat
(4) tentang Aparatur Sipil Negara mengamanatkan Instansi Pemerintah
untuk wajib memberikan Pendidikan dan Pelatihan terintegrasi bagi Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS) selama satu tahun masa percobaan.
Merujuk Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen
PNS, PNS wajib menjalani masa percobaan yang dilaksanakan melalui
proses Diklat yang terintegrasi untuk membangun moral, kejujuran,
semangat nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang
unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat profesionalisme serta
kompetensi bidang. Diklat tersebut bertujuan untuk mewujudkan PNS
sebagai bagian dari ASN yang perofesional dalam rangka membentuk
nilai-nilai dasar profesi PNS. Nilai-nilai dasar tersebut adalah
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti
Korupsi yang diakronimkan menjadi ANEKA. Kompetensi inilah yang
kemudian berperan dalam membentuk karakter PNS yang kuat, yaitu PNS
yang mampu bersikap dan bertindak profesional dalam masyarakat serta
memiliki daya saing.

i
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 mengatur urusan bersama
(concurrent) yang bersifat wajib dan terkait dengan pelayanan dasar
adalah urusan kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan
diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan
bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk Puskesmas.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 Tahun 2014 Pusat Kesehatan Masyarakat atau yang disebut
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Standar pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung
dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan
mutu kehidupan manusia. Standar pelayanan kefarmasian sebagai tolak
ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian
dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang meliputi
pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai dan pelayanan
farmasi klinik.
Peningkatan kinerja pelayanan kesehatan dilakukan sejalan dengan
perkembangan kebijakan pada berbagai sektor. Pelayanan kefarmasian
berperan penting dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi
masyarakat. Peningkatan mutu pelayanan kefarmasian mengharuskan
adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi pada produk

i
(drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien
(patient safety).
Dalam pelayanan kefarmasian perlu adanya peningkatan mutu, jika
capaian sudah memuaskan maka kualitas pelayanan perlu ditingkatkan.
Pelayanan kefarmasian di puskesmas harus sesuai dengan standar
pelayanan kefarmasian di puskesmas menurut Permenkes No. 74 tahun
2016. Diharapakan dengan adanya peningkatan mutu pelayanan dapat
meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan resiko terjadinya efek
samping karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety)
sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin. Pelayanan
kefarmasian perlu proses perbaikan terus menerus untuk mencapai
tujuan terapi yang optimal bagi pasien untuk menghindarkan masalah
terkait obat, penyalahgunaan obat, kesalahan penggunaan obat,
kesalahan dalam pengobatan maupun swamedikasi.
Kegiatan penyerahan dan pemberian informasi obat bertujuan agar
pasien memperoleh obat sesuai dengan kebutuhan klinis/ pengobatan
dan memahami tujuan pengobatan dan mematuhi instruksi pengobatan.
Dalam memberikan pelayanan informasi obat harus dilakukan secara
akurat, jelas dan terkini.

B. Identifikasi Isu dan Rumusan Masalah


Dalam proses meningkatkan Mutu Pelayanan Kefarmasian di UPT
Puskesmas Rejosari Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus ditemukan
beberapa isu yang berkaitan dengan nilai-nilai Pelayanan Publik,
Manajemen ASN dan Whole of Government. Sebagai pelayan publik isu-
isu tersebut sangat mempengaruhi sehingga menjadi perlu untuk
dianalisis penyebabnya dan ditemukan solusi untuk menanganinya.
Analisis APKL ( Aktual, Problematika, Kekhalayakan, Kelayakan) dan
USG (Urgency, Seriousnes, Growth) digunakan untuk mengidentifikasi isu
yang akan diprioritaskan untuk ditangani.

i
Ada beberapa isu yang menjadi persoalan di Poli Obat UPT
Puskesmas Rejosari Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, antara lain
sebagai berikut:
1. Kurang tertibnya pencatatan monitoring suhu ruangan dan suhu
lemari pendingin di gudang obat, poli obat dan depo farmasi rawat
inap di UPT Puskesmas Rejosari Kecamatan Dawe Kabupaten
Kudus
2. Kurang tertibnya penyusunan obat di depo farmasi rawat inap di UPT
Puskesmas Rejosari Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus
3. Masih kurang lengkapnya penulisan resep baik di depo farmasi rawat
jalan maupun di depo farmasi rawat inap UPT Puskesmas Rejosari
Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus
4. Sering terjadinya kekosongan ketersediaan perbekalan farmasi di
IFK
5. Kurang optimalnya perbaikan mutu pelayanan kefarmasian di UPT
Puskesmas Rejosari Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus

Analisis isu dilakukan dengan pendekatan APKL yaitu Aktual,


Problematik, Kekhalayakan dan Layak. Aktual artinya benar-benar terjadi
dan sedang hangat dibicarakan masyarakat. Problematik artinya isu yang
memiliki masalah yang kompleks sehingga perlu segera dicarikan
solusinya. Kekhalayakan artinya menyangkut hajat hidup orang banyak.
Kelayakan artinya isu yang masuk akal dan realtistis serta relevan untuk
dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
Analisis APKL dilakukan dengan memberikan nilai positif atau negatif
pada masing-masing kriteria aktual, problematik, kekhalayakan dan
kelayakan. Jika isu yang ditemukan memenuhi kriteria maka diberi nilai
positif, sebaliknya jika tidak memenuhi kriteria diberi nilai negatif. Jika
semua kriteria memiliki nilai positif, maka isu dinyatakan memenuhi
persyaratan dan berkualitas. Jika tidak, maka isu dinyatakan tidak
memenuhi persyaratan dan kurang berkualitas.

i
Tabel 1.1 Tabel Identifikasi Isu dengan APKL

Kriteria
No. Identifikasi Isu Keterangan
A P K L
Kurang Tertibnya Pencatatan Monitoring Suhu Ruangan dan Suhu Lemari Pendingin di Gudang Obat, Tidak
1. Poli Obat dan Depo Farmasi Rawat Inap di UPT Puskesmas Rejosari Kecamatan Dawe Kabupaten + + - + Memenuhi
Kudus Syarat
Kurang Optimalnya Penyusunan Obat di Depo Farmasi Rawat Inap di UPT Puskesmas Rejosari
Memenuhi
2. Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus + + + +
Syarat

Masih Kurang Lengkapnya Penulisan Resep Baik di Depo Farmasi Rawat Jalan Maupun di Depo Memenuhi
3. - + + +
Farmasi Rawat Inap UPT Puskesmas Rejosari Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Syarat

Tidak
Sering terjadinya kekosongan ketersediaan perbekalan farmasi di IFK
4. - + + + Memenuhi
Syarat
Kurang Optimalnya Perbaikan mutu pelayanan kefarmasian di UPT Puskesmas Rejosari Kecamatan Tidak
5. Dawe Kabupaten Kudus + + + + Memenuhi
Syarat

i
Berdasarkan metode APKL dari tabel di atas diperoleh 2 (dua) isu
utama yang terpilih. Kemudian isu tersebut dianalisis lagi dengan
menggunakan metode USG dengan rentang penilaian 1- 5 dari mulai
sangat USG atau tidak sangat USG. Urgency yaitu seberapa mendesak
suatu isu harus dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti. Seriousness yaitu
seberapa serius suatu isu harus segera dibahas yang dikaitkan dengan
akibat yang ditimbulkan. Growth didefinisikan sebagai seberapa besar
memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani dengan segera.

Tabel 1.2. Indikator USG


No Komponen Keterangan
1 2 3
1 Urgency Seberapa mendesak isu tersebut dibahas
dikaitkan dengan waktu yang tersedia serta
seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk
memecahkan masalah yang menyebabkan isu

2 Seriousness Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas


dikaitkan dengan akibat yang timbul dengan
penundaan pemecahan masalah yang
menimbulkan isu tersebut atau akibat yang
ditimbulkan masalah-masalah lain kalu masalah
penyebab isu tidak dipecahkan (bisa
mengakibatkan masalah lain)

3 Growth Seberapa kemungkinan isu tersebut menjadi


berkembang dikaitkan kemungkinan masalah
penyebab isu akan semakin memburuk jika
dibiarkan.

Tabel 1.3. Parameter Analisis USG


PARAMETER
Skor
Urgency Seriousness Growth
1 Isu tidak mendesak Isu tidak begitu serius Isu lamban
untuk segera untuk di bahas berkemba
diselesaikan karena tidak ng
berdampak ke hal
yang lain

i
PARAMETER
Skor
Urgency Seriousness Growth
2 Isu kurang mendesak Isu kurang serius Isu kurang
untuk segera untuk segera cepat
diselesaikan dibahas karena berkemba
tidak kurang ng
berdampak ke hal
yang lain
3 Isu cukup mendesak Isu cukup serius untuk Isu cukup
untuk segera segera dibahas cepat
diselesaikan karena akan berkemba
berdampak ke hal ng,
yang lain segera
dicegah
4 Isu mendesak untuk Isu serius untuk Isu cepat
segera segera dibahas berkemba
diselesaikan karena akan ng untuk
berdampak ke hal segera
yang lain dicegah
5 Isu sangat mendesak Isu sangat serius Isu sangat
untuk segera untuk segera cepat
diselesaikan dibahas karena berkemba
akan berdampak ng untuk
ke hal yang lain segera
dicegah

Tabel 1.4 Tabel Identifikasi Isu dengan USG

Kriteria
No Isu Ket. Peringkat
U S G
Kurang tertibnya penyusunan obat
di Depo Farmasi Rawat Inap di UPT
1. 3 4 4 11 2
Puskesmas Rejosari.

Kurang optimalnya mutu pelayanan


2. kefarmasian di UPT Puskesmas 4 4 5 13 1
Rejosari.

i
Dari range penilaian yang ada dalam metode USG, maka diperoleh
satu isu yang selanjutnya akan dibuatkan rencana kegiatannya. Dalam
pembahasan selanjutnya akan dijabarkan secara lebih rinci identifikasi isu
yang terpilih untuk dibuatkan rangkaian kegiatan dan tahapan-tahapan
yang dihubungkan dengan nilai-nilai Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika
publik, Komitmen mutu, dan Anti korupsi.
Berdasarkan identifikasi isu dengan metode USG, sehingga dalam
rancangan aktualisai ini, penulis mengambil judul aktualisasi “Upaya
Optimalisasi Perbaikan Mutu Pelayanan Kefarmasian di UPT
Puskesmas Rejosari Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. ” Dari judul
yang penulis ungkapkan, maka dapat diambil permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimana Upaya perbaikan mutu Pelayanan Kefarmasian di UPT
Puskesmas Rejosari Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus?
2. Bagaimana keterkaitan antara kegiatan yang akan diaktualisasikan
dengan nilai-nilai dasar ASN (ANEKA) ?
3. Bagaimana kontribusi kegiatan yang akan diaktualisasikan terhadap
visi, misi, dan nilai organisasi ?

C. Tujuan
1. Penulis dapat memahami nilai-nilai dasar Aparatur Sipil Negara yang
disebut sebagai ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
dan Anti Korupsi).
2. Penulis dapat menerapkan nilai-nilai ANEKA dalam kegiatan
aktualisasi di UPT Puskesmas Rejosari Kecamatan Dawe Kabupaten
Kudus.
3. Dapat memberikan kontribusi positif dalam rangka mendukung
perubahan ke arah yang lebih baik sehingga dapat mewujudkan visi
dan misi UPT Puskesmas Rejosari Kecamatan Dawe Kabupaten
Kudus.

i
D. Manfaat
Manfaat dari kegiatan aktualisasi yang dilaksanakan antara lain :
1. Bagi diri sendiri
Mampu memahami dan mengaplikasikan nilai-nilai dasar ANEKA
dalam pekerjaannya sebagai asisten apoteker sehingga kualitas
pelayanan menjadi lebih baik.
2. Bagi organisasi / instansi
Mewujudkan visi dan misi UPT Puskesmas Rejosari Kecamatan
Dawe Kabupaten Kudus dengan menerapkan nilai-nilai ANEKA pada
setiap kegiatan khususnya di Poli Obat.
3. Bagi masyarakat
Menciptakan pelayanan yang prima dan profesional bagi masyarakat
sebagai hasil dari penerapan nilai-nilai dasar ANEKA.

i
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Sikap Perilaku Bela Negara


Sikap perilaku dan kedisiplinan yang harus dilimiliki oleh PNS untuk
menunjang fungsinya adalah nilai-nilai sikap perilaku, kesehatan jasmani
dan kesehatan mental, kesamaptaan jasmani dan kesamaptaan mental,
dan tata upacara sipil dan keprotokolan.

1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-nilai Bela Negara

Pemahaman dan pemaknaan wawasan kebangsaan dalam


penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan bagi aparatur,
pada hakikatnya terkait dengan pembangunan kesadaran
berbangsa dan bernegara yang berarti sikap dan tingkah laku PNS
harus sesuai dengan kepribadian bangsa dan selalu mengkaitkan
dirinya dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsa Indonesia (sesuai
amanah yang ada dalam Pembukaan UUD 1945) melalui:
a. Menumbuhkan rasa kesatuan dan persatuan bangsa dan
negara Indonesia yang terdiri dari beberapa suku bangsa
yang mendiami banyak pulau yang membentang dari Sabang
sampai Merauke, dengan beragam bahasa dan adat istiadat
kebudayaan yang berbeda-beda. Kemajemukan itu diikat
dalam konsep wawasan nusantara yang merupakan cara
pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

b. Menumbuhkan rasa memiliki jiwa besar dan patriotisme untuk


menjaga kelangsungan hidup bangsa dan negara. Sikap dan
perilaku yang patriotik dimulai dari hal-hal yang sederhana
yaitu dengan saling tolong menolong, menciptakan kerukunan
beragama dan toleransi dalam menjalankan ibadah sesuai

i
agama masing-masing, saling menghormati dengan sesama
dan menjaga keamanan lingkungan.

c. Memiliki kesadaran atas tanggungjawab sebagai warga negara


Indonesia yang menghormati lambang-lambang negara dan
mentaati peraturan perundang-undangan.

Berbagai masalah yang berkaitan dengan kesadaran


berbangsa dan bernegara perlu mendapat perhatian dan tanggung
jawab bersama. Sehingga amanat pada UUD 1945 untuk menjaga
dan memelihara Negara Kesatuan wilayah Republik Indonesia serta
kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan. Hal yang dapat
mengganggu kesadaran berbangsa dan bernegara bagi PNS yang
perlu di cermati secara seksama adalah semakin tipisnya kesadaran
dan kepekaan sosial, padahal banyak persoalan-persoalan
masyarakat yang membutuhkan peranan PNS dalam setiap
pelaksanaan tugas jabatannya untuk membantu memediasi
masyarakat agar keluar dari himpitan masalah, baik itu masalah
sosial, ekonomi dan politik, karena dengan terbantunya masyarakat
dari semua lapisan keluar dari himpitan persoalan, maka bangsa ini
tentunya menjadi bangsa yang kuat dan tidak dapat di intervensi oleh
negara apapun, karena masyarakat itu sendiri yang harus
disejahterakan dan jangan sampai mengalami penderitaan. Di situ
PNS telah melakukan langkah konkrit dalam melakukan bela negara.
Kesadaran bela negara adalah dimana kita berupaya untuk
mempertahankan negara kita dari ancaman yang dapat mengganggu
kelangsungan hidup bermasyarakat yang berdasarkan atas cinta
tanah air. Kesadaran bela negara juga dapat menumbuhkan rasa
patriotisme dan nasionalisme di dalam diri masyarakat. Upaya bela
negara selain sebagai kewajiban dasar juga merupakan kehormatan
bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh
kesadaran, penuh tanggung jawab dan rela berkorban dalam

i
pengabdian kepada negara dan bangsa. Keikutsertaan kita dalam
bela negara merupakan bentuk cinta terhadap tanah air kita.
Nilai-nilai bela negara yang harus lebih dipahami penerapannya
dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara antara lain:
1) Cinta Tanah Air.
Negeri yang luas dan kaya akan sumber daya ini perlu kita cintai.
Kesadaran bela negara yang ada pada setiap masyarakat
didasarkan pada kecintaan kita kepada tanah air kita. Kita dapat
mewujudkan itu semua dengan cara kita mengetahui sejarah
negara kita sendiri, melestarikan budaya-budaya yang ada,
menjaga lingkungan kita dan pastinya menjaga nama baik
negara kita.

2) Kesadaran Berbangsa dan Bernegara.


Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap kita yang
harus sesuai dengan kepribadian bangsa yang selalu dikaitkan
dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsanya. Kita dapat
mewujudkannya dengan cara mencegah perkelahian antar
perorangan atau antar kelompok dan menjadi anak bangsa yang
berprestasi baik di tingkat nasional maupun internasional.

3) Pancasila.
Ideologi kita warisan dan hasil perjuangan para pahlawan
sungguh luar biasa, pancasila bukan hanya sekedar teoritis dan
normatif saja tapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kita tahu bahwa Pancasila adalah alat pemersatu keberagaman
yang ada di Indonesia yang memiliki beragam budaya, agama,
etnis, dan lain-lain. Nilai-nilai pancasila inilah yang dapat
mematahkan setiap ancaman, tantangan, dan hambatan.

i
4) Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara.
Dalam wujud bela negara tentu saja kita harus rela berkorban
untuk bangsa dan negara. Contoh seperti sekarang ini yaitu
perhelatan seagames. Para atlet bekerja keras untuk bisa
mengharumkan nama negaranya walaupun mereka harus
merelakan untuk mengorbankan waktunya untuk bekerja
sebagaimana kita ketahui bahwa para atlet bukan hanya menjadi
seorang atlet saja, mereka juga memiliki pekerjaan lain.
Begitupun supporter yang rela menghabiskan waktunya antri
hanya untuk mendapatkan tiket demi mendukung langsung para
atlet yang berlaga demi mengharumkan nama bangsa.

5) Memiliki Kemampuan Bela Negara.


Kemampuan bela negara itu sendiri dapat diwujudkan dengan
tetap menjaga kedisiplinan, ulet, bekerja keras dalam menjalani
profesi masing-masing.

2. Analisis Isu Kontemporer

Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C.,


2017) ada empat level lingkungan strategis yang dapat
mempengaruhi kesiapan PNS dalam melakukan pekerjaannya
sesuai bidang tugas masing-masing, yakni: individu, keluarga
(family), Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/
Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global). Ke empat level
lingkungan stratejik tersebut disajikan dalam gambar berikut ini:

i
Gambar 2.1 Model Faktor Perubahan yang Mempengaruhi Kinerja PNS
Berdasarkan tersebut dapat dikatakan bahwa perubahan
global (globalisasi) yang terjadi dewasa ini, memaksa semua
bangsa (Negara) untuk berperan serta, jika tidak maka arus
perubahan tersebut akan menghilang dan akan meninggalkan
semua yang tidak mau berubah. Perubahan global ditandai
dengan hancurnya batas (border) suatu bangsa, dengan
membangun pemahaman dunia ini satu tidak dipisahkan oleh
batas Negara. Hal yang menjadi pemicunya adalah berkembang
pesatnya teknologi informasi global, dimana setiap informasi dari
satu penjuru dunia dapat diketahui dalam waktu yang tidak lama
berselang oleh orang di penjuru dunia lainnya.
Perubahan cara pandang tersebut, telah mengubah tatanan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini ditandai dengan
masuknya kepentingan global (Negara-negara lain) ke dalam
negeri dalam aspek hukum, politik, ekonomi, pembangunan, dan
lain sebagainya. Perubahan cara pandang individu tentang tatanan
berbangsa dan bernegara (wawasan kebangsaan), telah
mempengaruhi cara pandang masyarakat dalam memahami pola
kehidupan dan budaya yang selama ini dipertahankan/diwariskan

i
secara turun temurun. Perubahan lingkungan masyarakat juga
mempengaruhi cara pandang keluarga sebagai miniature dari
kehidupan sosial (masyarakat). Tingkat persaingan yang
keblabasan akan menghilangkan keharmonisan hidup di dalam
anggota keluarga, sebaga akibat dari ketidakharmonisan hidup di
lingkungan keluarga maka secara tidak langsung membentuk
sikap ego dan apatis terhadap tuntutan lingkungan sekitar.
Oleh karena itu, pemahaman perubahan dan perkembangan
lingkungan stratejik pada tataran makro merupakan factor utama
yang akan menambah wawasan PNS. Wawasan tersebut
melingkupi pemahaman terhadap Globalisasi, Demokrasi,
Desentralisasi, dan Daya Saing Nasional, Dalam konteks
globalisasi PNS perlu memahami berbagai dampak positif maupun
negatifnya; perkembangan demokrasi yang akan memberikan
pengaruh dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik Bangsa
Indonesia; desentralisasi dan otonomi daerah perlu dipahami
sebagai upaya memperkokoh kesatuan nasional, kedaulatan
negara, keadilan dan kemakmuran yang lebih merata di seluruh
pelosok Tanah Air, sehingga pada akhirnya akan membentuk
wawasan strategis bagaimana semua hal tersebut bermuara pada
tantangan penciptaan dan pembangunan daya saing nasional
demi kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara dalam lingkungan pergaulan dunia yang semakin
terbuka, terhubung, serta tak berbatas.
PNS dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal
juga internal yang kian lama kian menggerus kehidupan
berbangsa dan bernegara (pancasila, UUD 1945, NKRI dan
Bhinneka Tunggal Ika) sebagai konsensus dasar berbangsa dan
bernegara. Fenomena-fenomena tersebut menjadikan pentingnya
setiap PNS mengenal dan memahami secara kritis terkait dengan
isu-isu kritikal yang terjadi saat ini atau bahkan berpotensi terjadi,

i
isu-isu tersebut diantaranya; bahaya paham radikalisme/
terorisme, bahaya narkoba, cyber crime, money laundry, korupsi,
proxy war. Isu-isu di atas, selanjutnya disebut sebagai isu-isu
strategis kontemporer.

3. Kesiapsiagaan Bela Negara

Untuk melatihan kesiapasiagaan bela negara bagi CPNS ada


beberapa hal yang dapat dilakukan, salah satunya adalah tanggap
dan mau tahu terkait dengan kejadian-kejadian permasalahan yang
dihadapi bangsa negara Indonesia, tidak mudah terprovokasi, tidak
mudah percaya dengan barita gossip yang belum jelas asal usulnya,
tidak terpengaruh dengan penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan
permasalahan bangsa lainnya, dan yang lebih penting lagi ada
mempersiapkan jasmani dan mental untuk turut bela negara.
Pasal 27 dan Pasal 30 UUD Negara RI 1945
mengamanatkan kepada semua komponen bangsa berhak dan wajib
ikut serta dalam upaya pembelaan negara dan syarat-syarat tentang
pembelaan negara. Dalam hal ini setiap CPNS sebagai bagian dari
warga masyarakat tentu memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk
melakukan bela Negara sebagaimana diamanatkan dalam UUD
Negara RI 1945 tersebut.
Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada
negara dan kesediaan berkorban membela negara. Cakupan bela
negara itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga yang paling
keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai
bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata.
Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat yang terbaik bagi
bangsa dan negara.

i
Setidaknya unsur Bela Negara antara lain :
a. Cinta Tanah Air.
b. Kesadaran Berbangsa dan bernegara.
c. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara.
d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara.
e. Memiliki kemampuan awal bela negara.
Beberapa contoh bela negara dalam kehidupan sehari-hari di
zaman sekarang di berbagai lingkungan:
a. Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga.
(lingkungan keluarga).
b. Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga).
c. Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan pelatihan)
Kesadaran untuk menaati tata tertib pelatihan (lingkungan
kampus/lembaga pelatihan).
d. Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat
(lingkungan masyarakat).
e. Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan
masyarakat).
f. Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara).
g. Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara).
Terkait dengan Pelatihan Dasar bagi CPNS, sudah barang tentu
kegiatan bela negara bukan memanggul senjata sebagai wajib militer
atau kegiatan semacam militerisasi, namun lebih bagaimana
menanamkan jiwa kedisiplinan, mencintai tanah air (dengan menjaga
kelestarian hayati), menjaga aset bangsa, menggunakan produksi
dalam negeri, dan tentu ada beberapa kegiatan yang bersifat fisik
dalam rangka menunjang kesiapsiagaan dan meningkatkan
kebugaran fisik saja.
Oleh sebab itu maka dalam pelaksanaan latihan dasar bagi
CPNS akan dibekali dengan latihan-latihan seperti :

i
a. Kegiatan Olah Raga dan Kesehatan Fisik;
b. Kesiapsiagaan dan kecerdasan Mental;
c. Kegiatan Baris-berbaris, Apel, dan Tata Upacara;
d. Keprotokolan;
e. Fungsi-fungsi Intelijen dan Badan Pengumpul Keterangan;
f. Kegiatan Ketangkasan dan Permainan.

B. Nilai-nilai Dasar Pegawai Negeri Sipil


1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah suatu kewajiban pertanggungjawaban
yang harus dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap
individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab
yang menjadi amanahnya. Dengan demikian kepercayaan
masyarakat (public trust) kepada birokrasi akan semakin menguat
karena aparaturnya mampu berperan sebagai kontrol demokrasi,
mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas.

a Kepemimpinan : Lingkungan yang akuntabel tercipta dari


atas ke bawah dimana pimpinan
memainkan peranan yang penting dalam
menciptakan lingkungannya.

b Transparansi : Keterbukaan atas semua tindakan dan


kebijakan yang dilakukan oleh individu
maupun kelompok/instansi.

c Integritas : Konsistensi dan keteguhan yang tak


tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-
nilai luhur dan keyakinan.

i
d Tanggung : Kesadaran manusia akan tingkah laku atau
Jawab perbuatannya yang di sengaja maupun
yang tidak di sengaja.tanggung jawab juga
berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajiban.
e Keadilan : Kondisi kebenaran ideal secara moral
mengenai sesuatu hal, baik menyangkut
benda atau orang.

f Kepercayaan : Rasa keadilan akan membawa pada


sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini
yang akan melahirkan akuntabilitas.

g Keseimbangan : Untuk mencapai akuntabilitas dalam


lingkungan kerja, maka diperlukan
keseimbangan antara akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas.

h Kejelasan : Pelaksanaan wewenang dan


tanggungjawab harus memiliki gambaran
yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan
dan hasil yang diharapkan.

i Konsistensi : Sebuah usaha untuk terus dan terus


melakukan sesuatu sampai pada tercapai
tujuan akhir.

Jenis-jenis Akuntabilitas
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:
a. Akuntabilitas vertikal (vertical accountability), akuntabilitas
yang pertanggungjawaban atas pengelolaan dananya kepada
otoritas yang lebih tinggi.

i
b. Akuntabilitas horizontal (horizontal accountability),
akuntabilitas yang pertanggungjawabannya kepada masyarakat
luas.
Tingkatan Akuntabilitas
Tingkatan akuntabilitas terdiri dari lima (5) tingkatan yaitu :
a. Akuntabilitas Personal
b. Akuntabilitas Individu
c. Akuntabilitas Kelompok
d. Akuntabilitas Organisasi
e. Akuntabilitas Stakeholder

2. Nasionalisme

Nasionalisme merupakan sikap yang meninggikan bangsanya


sendiri dan pandangan tentang rasa cinta terhadap bangsa dan
negara. Dengan nasionalisme yang kuat, maka setiap PNS
memiliki orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik,
bangsa, dan negara. Nasionalisme merupakan pandangan atau
paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah
airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. PNS dapat
mempelajari bagaimana aktualisasi sila demi sila dalam Pancasila
agar memiliki karakter yang kuat dengan nasionalisme dan
wawasan kebangsaannya.
Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang
harusdiperhatikan, yaitu :
a. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa
1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan
ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.

i
3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut
kepercayaan yang berbedabeda terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat
beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing.
7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain
b. Sila Kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradap
1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa.
2) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan
kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan
suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa
selira.
5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap
orang lain.
6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8) Berani membela kebenaran dan keadilan.

i
9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari
seluruh umat manusia.
10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.
c. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia
1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara
dan bangsa apabila diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia.
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar
Bhinneka Tunggal Ika.
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan
bangsa.

d. Sila Keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat


kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap
manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan
kewajiban yang sama.
2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan
untuk kepentingan bersama.
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh
semangat kekeluargaan.

i
5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang
dicapai sebagai hasil musyawarah.
6) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima
dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama
di atas kepentingan pribadi dan golongan.
8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai
dengan hati nurani yang luhur.
9) Keputusan yang diambil harus dapat
dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,
nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan
persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang
dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.
e. Sila Kelima : Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia
1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
2) Sikap adil terhadap sesama.
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat
berdiri sendiri.
6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang
bersifat pemerasan terhadap orang lain.
7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan
atau merugikan kepentingan umum.
9) Suka bekerja keras.

i
10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat
bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan
kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

3. Etika Publik
A. Etika ASN
Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku
serta keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas,
guna menjamin adanya perlindungan hak-hak individu,
mencakup cara-cara pengambilan keputusan untuk membantu
membedakan hal yang baik dan buruk serta mengarahkan apa
yang seharusnya dilakukan sesuai nila-nilai yang dianut.
Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik yakni:
a. Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
b. Sisi dimensi reflektif, etika publik berfungsi sebagai bantuan
dalam menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat
evaluasi.
c. Modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan
tindakan faktual.

Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik yaitu :


a. Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
b. Dimensi Modalitas
c. Dimensi Tindakan Integritas Publik

Indikator nilai-nilai dasar etika publik, yaitu :


a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara
Pancasila.
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945.
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.

i
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada
publik.
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah.
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap,
cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai.
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang
demokratis sebagai perangkat sistem karir.
B. Kode Etik Profesi Asisten Apoteker
Asisiten Apoteker yang melaksanakan profesi kefarmasian
mengabdikan diri dalam upaya memelihara dan memperbaiki
kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat melalui upaya
perbaikan pelayanan farmasi, serta ilmu-ilmu terkait. Asisten
Apoteker dalam menjalankan profesinya harus senantiasa
bertaqwa kepada Tuhan YME, menunjukan sikap dan
perbuatan yang dilandasi oleh falsafah-falsafah dan nilai-nilai
pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga Persatuan Ahli Farmasi
Indonesia (PAFI) serta etika profesinya. Kode etik PAFI ini
sebagai landasan moral profesi yang harus diamalkan dan
dilaksanakan oleh seluruh Asisiten Apoteker.
1. Kode Etik Terhadap Profesi

i
- Seorang asisten apoteker harus menjunjung tinggi serta
memelihara martabat, kehormatan profesi, menjaga
integritas dan kejujuran serta dapat dipercaya.
- Seorang asisten apoteker berkewajiban untuk
meningkatkan keahlian dan pengetahuannya sesuai
dengan perkembangan teknologi
- Seorang asisten apoteker senantiasa harus melakukan
pekerjaan profesinya sesuai dengan standar operasional
prosedur, standar profesi yang berlaku dan kode etik
profesi
- Seorang asisten apoteker harus menjaga
profesionalisme dalam memenuhi panggilan tugas dan
kewajiban profesi
2. Kode Etik Terhadap Teman Sejawat
- Seorang Asisten Apoteker memandang teman sejawat
sebagaimana dirinya dalam memberikan penghargaan
- Seorang asisten apoteker senantiasa menghindari
perbuatan yang merugikan teman sejawat secara
material maupun moril
- Seorang asisten apoteker senantiasa meningkatkan
kerjasama dan memupuk kebutuhan martabat jabatan
kefarmasian, mempertebal rasa saling percaya dalam
menunaikan tugas
3. Kode Etik Terhadap Pasien
- Seorang Asisten Apoteker harus bertanggung jawab dan
menjaga kemampuannya dalam memberikan pelayanan
kepada pasien secara professional
- Seorang asisten apoteker harus menjaga rahasia
kedokteran dan rahasia kefarmasian, sera hanya
memberikan kepada pihak yang berhak

i
- Seorang asisten apoteker dapat berkonsultasi/ merujuk
kepada teman sejawat atau teman sejawat profesi lain
untuk mendapatkan hasil yang akurat atau baik

4. Kode Etik Terhadap Masyarakat


- Seorang asiten apoteker harus mampu sebagai suri
tauladan ditengah-tengah masyraakat
- Seorang asisten apoteker dalam pengabdian profesinya
memberikan semaksimal mungkin pengetahuan
darimketerampilan yang dimiliki
- Seorang asisten apoteker harus selalu aktif mengikuti
perekembangaan peraturan perundang-undangan
dibifang kesehatan khusunya dibidang farmasi
- Seorang asisten apoteker harus selalu melibatkan diri
dalam usaha-usaha pembangunan nasional khususnya
bidang kesehatan
- Seorang asisten apoteker harus menghindarkan diri dari
usaha-usaha yang mementingkan diri sendiri serta
bertentangan dengan jabatan kefarmasian.
5. Kode Etik Terhadap Profesi Kesehatan Lainnya
- Sweorang asisten apoteker senantiasa harus menjalin
kerjasama yang baik, saling percaya, menghargai dan
menghormati terhadap profesi kesehatan lainnya
- Seorang asisten apoteker harus mampu menghindarkan
diri terhadap perbuatan-perbuatan yang dapat
merugikan, menghilangkan kepercayaan, penghargaan
masyarakat terhadap profesi kesehatan lainnya

i
4. Komitmen mutu
Komitmen mutu menurut Edward Deming, mutu adalah
apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen. Dalam
komitmen mutu terkandung nilai-nilai sebagai berikut :
1. Efektivitas organisasi adalah sejauh mana organisasi dapat
mencapai tujuan yang ditetapakan.
2. Efisiensi organisasi adalah jumlah sumber daya yang
digunakan untuk mencapai tujuan.
3. Inovasi adalah kegiatan yang meliputi seluruh proses
menciptakan dan menawarkan barang dan jasa baik yang
sifatnya baru, lebih baik atau lebih murah dibandingkan
sebelumnya.
4. Manajemen mutu adalah manajemen yang mengangkat
kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada
kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota
organisasi.

5. Anti Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa latin “corruption” (Fockema
Andrea: 1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary: 1960).
Selanjutnya dikatakan bahwa “corruption” berasal dari kata
“corrumpere”, suatu bahasa latin yang lebih tua. Dari bahasa latin
tersebut kemudian dikenal istilah “coruption, corrupt” (Inggris),
“corruption” (Perancis) dan “corruptive/korruptie” (Belanda). Korupsi
secara harafiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari
kesucian.
Korupsi sering disebut dengan kejahatan luar biasa karena
dampaknya dapat menyebabkan kerusakan yang luar biasa baik
dalam ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan
yang lebih luas. Kerusakan tersebut tidak hanya terjadi dalam

i
kurun waktu yang pendek, namun dapat berdampak secara jangka
panjang. Korupsi menurut UU No. 20 Tahun 2001 didefinisikan
sebagai tindakan melawan hukum dengan maksud memperkaya
diri sendiri, orang lain, atau korporasi yang berakibat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara. menurut UU No.
31/1999 jo No. UU 20/2001, terdapat 7 kelompok tindak pidana
korupsi yang terdiri dari:
a. Kerugian keuangan negara,
b. Suap-menyuap,
c. Pemerasan,
d. Perbuatan curang,
e. Penggelapan dalam jabatan,
f. Benturan kepentingan dalam pengadaan, dan
g. Gratifikasi.
Adapun Nilai-nilai dasar anti korupsi adalah meliputi:
a. Kejujuran
Jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong,
dan tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat
penting dalam kehidupan pegawai, tanpa sifat jujur pegawai
tidak akan dipercaya dalam kehidupan sosialnya.
b. Kepedulian
Peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan
menghiraukan. Nilai kepedulian sangat penting bagi seorang
pegawai dalam kehidupan di tempat kerja dan di masyarakat.
c. Kemandirian
Kondisi mandiri dapat diartikan sebagai proses mendewasakan
diri yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain untuk
mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya
d. Kedisiplinan
Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan
e. Tanggung Jawab

i
f. Tanggung jawab adalah menerima segala sesuatu perbuatan
yang salah baik itu disengaja maupun tidak disengaja.
Tanggung jawab tersebut berupa perwujudan dan kesadaran
akan kewajiban menerima dan menyelesaikan semua masalah
yang telah dilakukan.
g. Kerja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan, dimana
kemauan menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan,
daya tahan, tujuan jelas, daya kerja, pendirian, pengendalian
diri, keberanian, ketabahan, keteguhan, tenaga, kekuatan dan
pantang mundur.
h. Sederhana
Gaya hidup sederhana dibiasakan untuk tidak hidup boros,
hidup sesuai dengan kemampuannya dan dapat memenuhi
semua kebutuhannya. Prinsip hidup sederhara merupakan
parameter penting dalam menjalin hubungan antara sesama
karena prinsip ini akan mengatasi permasalahan kesenjangan
sosial, iri, dengki, tamak, egosi dan juga menghindari dari
keinginan yang berlebihan.
i. Keberanian
Nilai keberanian dapat dikembangkan dan diwujudkan dalam
bentuk berani mengatakan dan membela kebenaran, berani
mengakui kesalahan, berani bertanggungjawab dan lain
sebagainya.
j. Keadilan
Adil berarti adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak
memihak.

i
C. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI

Kedudukan ASN dalam NKRI yaitu :


1.Pegawai ASN berkedudukan sebagai Aparatur Negara.

2.Pegawai ASN melaksanakan Kebijakan yang ditetapkan oleh


Pimpinan Instansi Pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan
Intervensi semua Golongan serta Parpol.

3.Pegawai ASN dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai


politik.

4.Kedudukan ASN berada di Pusat, Daerah dan Luar Negeri, namun


demikian Pegawai ASN merupakan satu kesatuan.

ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan


kebijakan yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk itu ASN
harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas
dalam menjalankan fungsi dan tugasnya tersebut. Harus
mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada kepentingan
publik.
Bagian Ketiga Peran Pasal 12 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara,
pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan
pengawas pemerintahan dan penyelenggaraan pembangunan tugas
umum nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik
yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Setiap kegiatan yang
dilakukan PNS pasti terdapat konsekuensi baik berupa penghargaan
maupun sanksi,semestinya sebagai PNS kita tidak boleh melalaikan
kewajiban kita di kantor. Dengan adanya Peraturan Pemerintah
nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin PNS dalam pasal 3 dijelaskan
tentang kewajiban selaku PNS sebagai berikut:

i
1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Pemerintah;
2. Menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. Melaksanakantugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS
dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;
4. Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat
PNS;
5. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,
seseorang, dan/atau golongan;
6. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut
perintah harus dirahasiakan;
7. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk
kepentingan negara;
8. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui
ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau
Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil;
9. Masuk kerja dan mentaati jam kerja;
10. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
11. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan
sebaik-baiknya;
12. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;
13. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;
14. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
karier; dan
15. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang.

i
1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi,
bebas dari intervensi politik, bersih dari praktek korupsi, kolusi dan
nepotisme. Manajemen ASN meliputi Manajemen PNS dan
Manajemen PPPK. PNS diangkat oleh pejabat pembina
kepegawaian untuk menduduki suatu jabatan pemerintahan dan
memilili nomor induk pegawai nasional. Sementara itu, PPPK
diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian berdasarkan perjanjian
kerja sesuai dengan kebutuhan instansi pemerintah untuk jangka
waktu tertentu.
Manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit.
Manajemen ASN meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan;
pengadaan; pangkat dan jabatan; pengembangan karier; pola karier;
promosi; mutasi; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan;
penghargaan; disiplin; pemberhentian; jaminan pensiun dan jaminan
hari tua; dan perlindungan (LAN, Manajemen Aparatur Sipil Negara,
2014).
2. Pelayanan Publik
LAN (1998), mengartikan pelayanan publik sebagai segala
bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi
Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan BUMN/BUMD
dalam bentuk barang dan /atau jasa, baik dalam pemenuhan
kebutuhan masyarakat. Dalam UU No. 25 tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik, Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan Peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif
yang disediakan oleh penyelenggara Pelayanan Publik.
Barang/jasa publik adalah barang/jasa yang memiliki rivalry
(rivalitas) dan excludability (ekskludabilitas) yang rendah.

i
Barang/jasa publik yang murni yang memiliki ciri-ciri: tidak dapat
diproduksi oleh sektor swasta karena adanya free rider problem,
non-rivalry, dan non-excludable, serta cara mengkonsumsinya dapat
dilakukan secara kolektif. Perkembangan paradigma pelayanan: Old
Public Administration (OPA), New Public Management (NPM) dan
seterusnya menjadi New Public Service (NPS).
Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk
mewujudkan pelayanan prima adalah: partisipatif, transparan,
responsif, non diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan efisien,
aksesibel, akuntabel, dan berkeadilan.
Fundamen Pelayanan Publik:
a. Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai amanat
konstitusi

b. Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak warga negara

c. Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai


hal-hal strategis untuk memajukan bangsa di masa yang akan
datang

d. Pelayanan publik tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan-


kebutuhan warga negara tetapi juga untuk proteksi

3. Whole of Goverment
Whole of Goverment (WoG) merupakan suatu pendekatan
penyelenggaraan pemerintah yang menyatukan upaya-upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang
lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program, dan pelayanan
publik. Oleh karena itu WoG dikenal sebagai pendekatan
interagency, yaitu pendekatan dengan melibatkan sejumlah

i
kelembagaan yang terkait urusan-urusan yang relevan (Suwarno &
Sejati, 2016).
WoG dipandang sebagai metode suatu instansi pelayanan
publik bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan
bersama dan sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu
tertentu (Shergold & lain-lain, 2004).
Alasan penerapan WoG dalam sistem aparatur sipil Indonesia
adalah:
a. Adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan publik dalam
mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan dan
pelayanan agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan lebih
baik, selain itu perkembangan teknologi informasi, situasi dan
dinamika kebijakan yang lebih kompleks juga mendorong
pentingnya WoG.

b. Faktor-faktor internal dengan adanya fenomena ketimpangan


kapasitas sektoral sebagai akibat dari adanya nuansa kompetisi
antar sektor dalam pembangunan.

Keberagaman latar belakang nilai, budaya, adat istiadat, serta


bentuk latar belakang lainnya mendorong adanya potensi
disintegrtasi bangsa.
D. Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
1. Pengertian Pelayanan Kefarmasian

Berdasarkan Permenkes No. 74 Tahun 2014 tentang


Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan
Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan,
yang berperan penting dalam meningkatkan mutu pelayanan

i
kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu sebagai pusat
penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata
pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan
pelayanan kesehatan masyarakat.
Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu
dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan
menyelesaikan masalah Obat dan masalah yang berhubungan
dengan kesehatan.
Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
bertujuan untuk:
a. meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian;
b. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan
c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang
tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas meliputi standar:
a. pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
b. pelayanan farmasi klinik.

2. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang
dimulai dari perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta
pemantauan dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk menjamin
kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan Sediaan Farmasi
dan Bahan Medis Habis Pakai yang efisien, efektif dan rasional,
meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian,

i
mewujudkan sistem informasi manajemen, dan melaksanakan
pengendalian mutu pelayanan.
Kepala Ruang Farmasi di Puskesmas mempunyai tugas dan
tanggung jawab untuk menjamin terlaksananya pengelolaan
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang baik.
Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai meliputi:
A. Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis
dan jumlah Sediaan Farmasi dalam rangka pemenuhan
kebutuhan Puskesmas.
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:
1. Perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai yang mendekati kebutuhan;
2. Meningkatkan penggunaan Obat secara rasional; dan
3. Meningkatkan efisiensi penggunaan Obat.
Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai di Puskesmas setiap periode dilaksanakan
oleh Ruang Farmasi di Puskesmas.
Proses seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai dilakukan dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola
konsumsi Sediaan Farmasi periode sebelumnya, data mutasi
Sediaan Farmasi, dan rencana pengembangan. Proses seleksi
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai juga harus
mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan
Formularium Nasional. Proses seleksi ini harus melibatkan
tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter, dokter
gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program yang berkaitan
dengan pengobatan.

i
Proses perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi per
tahun dilakukan secara berjenjang (bottom-up). Puskesmas
diminta menyediakan data pemakaian Obat dengan
menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan
Obat (LPLPO).
Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota akan
melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan Sediaan
Farmasi Puskesmas di wilayah kerjanya, menyesuaikan pada
anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu
kekosongan Obat, buffer stock, serta menghindari stok berlebih.

B. Permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


Tujuan permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai adalah memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas, sesuai dengan
perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan diajukan
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan
pemerintah daerah setempat.

C. Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai adalah suatu kegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi
dan Bahan Medis Habis Pakai dari Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan Puskesmas secara
mandiri sesuai dengan permintaan yang telah diajukan.
Tujuannya adalah agar Sediaan Farmasi yang diterima sesuai
dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh
Puskesmas, dan memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan
mutu.

i
Tenaga Kefarmasian dalam kegiatan pengelolaan
bertanggung jawab atas ketertiban penyimpanan, pemindahan,
pemeliharaan dan penggunaan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai berikut kelengkapan catatan yang menyertainya.
Tenaga Kefarmasian wajib melakukan pengecekan
terhadap Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah
Sediaan Farmasi, bentuk Sediaan Farmasi sesuai dengan isi
dokumen LPLPO, ditandatangani oleh Tenaga Kefarmasian, dan
diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat,
maka Tenaga Kefarmasian dapat mengajukan keberatan.
Masa kedaluwarsa minimal dari Sediaan Farmasi yang
diterima disesuaikan dengan periode pengelolaan di Puskesmas
ditambah satu bulan.

D. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap Sediaan
Farmasi yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin,
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Tujuannya adalah agar mutu Sediaan Farmasi yang
tersedia di puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan.
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. bentuk dan jenis sediaan;
2. kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan
Sediaan Farmasi, seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan
kelembaban;
3. mudah atau tidaknya meledak/terbakar;

i
4. narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
5. tempat penyimpanan Sediaan Farmasi tidak dipergunakan
untuk penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan
kontaminasi.
E. Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai secara merata
dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi
Puskesmas dan jaringannya.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan Sediaan
Farmasi sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja
Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat.
Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain:
1. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan
Puskesmas;
2. Puskesmas Pembantu;
3. Puskesmas Keliling;
4. Posyandu; dan
5. Polindes.
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan
lain-lain) dilakukan dengan cara pemberian Obat sesuai resep
yang diterima (floor stock), pemberian Obat per sekali minum
(dispensing dosis unit) atau kombinasi, sedangkan
pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan dengan cara
penyerahan Obat sesuai dengan kebutuhan (floor stock).

F. Pemusnahan dan penarikan


Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus

i
dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi
standar/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan
oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh
BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh
pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan
laporan kepada Kepala BPOM.
Penarikan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap
produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai bila:
1. produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
2. telah kadaluwarsa;
3. tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan; dan/atau
4. dicabut izin edarnya.
Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai terdiri dari:
1. membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang akan dimusnahkan
2. menyiapkan Berita Acara Pemusnahan
3. mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan
kepada pihak terkait;
4. menyiapkan tempat pemusnahan; dan
5. melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan
bentuk sediaan serta peraturan yang berlaku.

G. Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya

i
sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program
yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan Obat di unit pelayanan kesehatan
dasar.
Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan
kekosongan Obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
Pengendalian Sediaan Farmasi terdiri dari:
1. Pengendalian persediaan;
2. Pengendalian penggunaan; dan
3. Penanganan Sediaan Farmasi hilang, rusak, dan
kadaluwarsa

H. Administrasi
Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap
seluruh rangkaian kegiatan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi
dan Bahan Medis Habis Pakai, baik Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai yang diterima, disimpan, didistribusikan dan
digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan lainnya.
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah:
1. Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai telah dilakukan;
2. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian;
dan
3. Sumber data untuk pembuatan laporan.

I. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan


Bahan Medis Habis Pakai
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi
dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan secara periodik dengan
tujuan untuk:

i
1. mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam
pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan
pelayanan;
2. memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai; dan
3. memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.
Setiap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai, harus dilaksanakan sesuai standar prosedur
operasional. Standar Prosedur Operasional (SPO) ditetapkan
oleh Kepala Puskesmas. SPO tersebut diletakkan di tempat yang
mudah dilihat.

3. Pelayanan Farmasi Klinik

Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan


Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien
berkaitan dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien.
Pelayanan farmasi klinik bertujuan untuk:
a. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas.
b. Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin
efektivitas, keamanan dan efisiensi Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai.
c. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan
kepatuhan pasien yang terkait dalam Pelayanan Kefarmasian.
d. Melaksanakan kebijakan Obat di Puskesmas dalam rangka
meningkatkan penggunaan Obat secara rasional.

i
A. Pengkajian dan pelayanan Resep
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan
administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik
untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Persyaratan
administrasi meliputi:
1. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
2. Nama, dan paraf dokter.
3. Tanggal resep.
4. Ruangan/unit asal resep.
Persyaratan farmasetik meliputi:
1. Bentuk dan kekuatan sediaan.
2. Dosis dan jumlah Obat.
3. Stabilitas dan ketersediaan.
4. Aturan dan cara penggunaan.
5. Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat).
Persyaratan klinis meliputi:
1. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat.
2. Duplikasi pengobatan.
3. Alergi, interaksi dan efek samping Obat.
4. Kontra indikasi.
5. Efek adiktif.
Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi
Obat merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap
menyiapkan/meracik Obat, memberikan label/etiket, menyerahan
sediaan farmasi dengan informasi yang memadai disertai
pendokumentasian.
Tujuan:
1. Pasien memperoleh Obat sesuai dengan kebutuhan
klinis/pengobatan.
2. Pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi intruksi
pengobatan.

i
B. Pelayanan Informasi Obat

Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker


untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada
dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Tujuan:
1. Menyediakan informasi mengenai Obat kepada tenaga
kesehatan lain di lingkungan Puskesmas, pasien dan
masyarakat.
2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang
berhubungan dengan Obat (contoh: kebijakan permintaan Obat
oleh jaringan dengan mempertimbangkan stabilitas, harus
memiliki alat penyimpanan yang memadai).
3. Menunjang penggunaan Obat yang rasional.
Kegiatan:
1. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen
secara pro aktif dan pasif.
2. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan
melalui telepon, surat atau tatap muka.
3. Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding
dan lain-lain.
4. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan
rawat inap, serta masyarakat.
5. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga
kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya terkait dengan Obat
dan Bahan Medis Habis Pakai.
6. Mengoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan
Pelayanan Kefarmasian.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:
1. Sumber informasi Obat.
2. Tempat.
3. Tenaga.

i
4. Perlengkapan.

C. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan
penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan
Obat pasien rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien.
Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan
pemahaman yang benar mengenai Obat kepada pasien/keluarga
pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan
lama penggunaan Obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara
penyimpanan dan penggunaan Obat.
Kegiatan:
1. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
2. Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan
oleh dokter kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka
(open-ended question), misalnya apa yang dikatakan dokter
mengenai Obat, bagaimana cara pemakaian, apa efek yang
diharapkan dari Obat tersebut, dan lain-lain.
3. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan
Obat
4. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien,
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang
berhubungan dengan cara penggunaan Obat untuk
mengoptimalkan tujuan terapi.

D. Ronde Visite
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang
dilakukan secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan
lainnya terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, dan lain-lain.
Tujuan:
1. Memeriksa Obat pasien.

i
2. Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan Obat
dengan mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien.
3. Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan
penggunaan Obat.
4. Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi
kesehatan dalam terapi pasien.
Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan, pelaksanaan,
pembuatan dokumentasi dan rekomendasi. Kegiatan visite mandiri:
1. Untuk Pasien Baru
a. Apoteker memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari
kunjungan.
b. Memberikan informasi mengenai sistem pelayanan farmasi
dan jadwal pemberian Obat.
c. Menanyakan Obat yang sedang digunakan atau dibawa dari
rumah, mencatat jenisnya dan melihat instruksi dokter pada
catatan pengobatan pasien.
d. Mengkaji terapi Obat lama dan baru untuk memperkirakan
masalah terkait Obat yang mungkin terjadi.
e. Untuk pasien lama dengan instruksi baru 1) Menjelaskan
indikasi dan cara penggunaan Obat baru.
f. Mengajukan pertanyaan apakah ada keluhan setelah
pemberian Obat.
g. Untuk semua pasien 1) Memberikan keterangan pada
catatan pengobatan pasien.
h. Membuat catatan mengenai permasalahan dan
penyelesaian masalah dalam satu buku yang akan
digunakan dalam setiap kunjungan.
Kegiatan visite bersama tim:
a. Melakukan persiapan yang dibutuhkan seperti memeriksa
catatan pegobatan pasien dan menyiapkan pustaka
penunjang.

i
b. Mengamati dan mencatat komunikasi dokter dengan pasien
dan/atau keluarga pasien terutama tentang Obat.
c. Menjawab pertanyaan dokter tentang Obat.
d. Mencatat semua instruksi atau perubahan instruksi
pengobatan, seperti Obat yang dihentikan, Obat baru,
perubahan dosis dan lain- lain.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:


1. Memahami cara berkomunikasi yang efektif.
2. Memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan pasien dan
tim.
3. Memahami teknik edukasi.
4. Mencatat perkembangan pasien.

Pasien rawat inap yang telah pulang ke rumah ada


kemungkinan terputusnya kelanjutan terapi dan kurangnya
kepatuhan penggunaan Obat. Untuk itu, perlu juga dilakukan
pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) agar
terwujud komitmen, keterlibatan, dan kemandirian pasien dalam
penggunaan Obat sehingga tercapai keberhasilan terapi Obat
E. Pemantauan Terapi Obat
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien
mendapatkan terapi Obat yang efektif, terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.
Tujuan:
a. Mendeteksi masalah yang terkait dengan Obat.
b. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang
terkait dengan Obat.
Kriteria pasien:
a. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
b. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.
c. Adanya multidiagnosis.

i
d. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
e. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
f. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi
Obat yang merugikan.
Kegiatan:
1. Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
2. Membuat catatan awal.
3. Memperkenalkan diri pada pasien.
4. Memberikan penjelasan pada pasien.
5. Mengambil data yang dibutuhkan.
6. Melakukan evaluasi.
7. Memberikan rekomendasi

F. Evaluasi Penggunaan Obat


Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan Obat
secara terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin Obat
yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau
(rasional).
Tujuan:
1. Mendapatkan gambaran pola penggunaan Obat pada kasus
tertentu.
2. Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan Obat
tertentu.
Setiap kegiatan pelayanan farmasi klinik, harus dilaksanakan
sesuai standar prosedur operasional. Standar Prosedur
Operasional (SPO) ditetapkan oleh Kepala Puskesmas. SPO
tersebut diletakkan di tempat yang mudah dilihat.

i
BAB III
TUGAS UNIT KERJA DAN TUGAS PESERTA

A. Profil Organisasi UPT Puskesmas Rejosari


1. Dasar Hukum Pembentukan Organisasi
Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun
2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa pemerintah
bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan,
membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan
yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Pemerintah juga
bertanggung jawab memberdayakan dan mendorong peran aktif
masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan.
Menurut Permenkes No. 75 tahun 2014 Pusat Kesehatan
Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya.
Kegiatan yang dilaksanakan di UPT Puskesmas Rejosari
adalah Upaya Kesehatan Perseorangan, Upaya Kesehatan
Masyarakat ( UKM Essensial dan UKM Pengembangan ) dan
Jaringan Pelayanan Puskesmas dan Jejaring Fasilitas Pelayanan
Kesehatan sesuai dengan Permenkes no 75 tahun 2014.
Dalam pelaksanaan UKM dan UKP UPT Puskesmas
Rejosari juga menyelenggarakan
1. Manajemen Puskesmas
2. Pelayanan Kefarmasian
3. Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat
4. Pelayanan penunjang ( Laboratorium, Radiologi dan EKG).

i
2. Visi, Misi, Tujuan dan Tata Nilai
b. Visi
“ Menjadikan Puskesmas Rejosari sebagai pusat Pelayanan
Kesehatan yang berkualitas prima yang terakreditasi paripurna
menuju Kecamatan Dawe semakin sehat “.
b. Misi
- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu,
proaktif, merata, terjangkau dan paripurna.
- Meningkatkan kualitas manajemen dan sumber daya UPT
Puskesmas Rejosari.
- Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dala upaya
kesehatan.
c. Tujuan
- Meningkatkan pelayanan kesehatan yang menjamin
kemanfaatan dan mutu
- Meningkatkan tata kelola organisasi Puskesmas
- Meningkatkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh
dengan melibatkan peran serta masyarakat
d. Tata Nilai (TOP)
- Tertib
Semua petugas mentaati semua aturan yang sudah
ditetapkan
- Optimal
Semua petugas dapat mencapai target kinerja yang
ditetapkan
- Profesional
Semua petugas dalam melaksanakan tugas fungsinya
didasari kompetensi, keterampilan, dan tata nilai moral yang
berlaku.

i
3. Struktur Organisasi
a. Struktur Organisasi
KEPALA UPT PUSKESMAS REJOSARI

dr. ANDINI ARIDEWI, M.Kes

Kasubbag Tata Usaha

HERU BUDIONO, SKM

Penanggungjawab Upaya Kesehatan Penanggungjawab Upaya Kesehatan Penanggungjawab Jaringan Pelayanan


Masyarakat (UKM) dan Keperawatan Perseorangan (UKP), Kefarmasian dan Puskesmas dan Jejaring Fasilitas
Kesehatan Laboratorium Pelayanan Kesehatan

SUSY KUSUMAWARDANI, S.S.T.Keb dr. KRISTIANA PRASETIYOWATI dr. BAMBANG SUDIRMANTO

Gambar 3.1 Gambar Struktur Organisasi

i
b. Job Deskripsi
Kegiatan yang dilaksanakan dilaksanakan di UPT
Puskesmas Rejosari adalah Upaya Kesehatan Perseorangan,
Upaya Kesehatan Masyarakat ( UKM Essensial dan UKM
Pengembangan ) dan Jaringan Pelayanan Puskesmas dan
Jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan sesuai dengan
Permenkes no 75 tahun 2014.
1. Upaya Kesehatan Perseorangan meliputi :
a. Pelayanan Rawat Jalan
b. Pelayanan Gawat Darurat
c. Pelayanan satu hari (one day care)
d. Pelayanan Rawat Inap dan PONED
2. Upaya Kesehatan Masyarakat Essensial meliputi :
a. Pelayanan Promosi Kesehatan
b. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
c. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak,dan Keluarga
Berencana
d. Pelayanan Gizi
e. Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
3. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan yaitu
Kesehatan Lansia
Dalam pelaksanaan UKM dan UKP UPT Puskesmas
Rejosari juga menyelenggarakan :
a. Manajemen Puskesmas
b. Pelayanan Kefarmasian
c. Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat
d. Pelayanan penunjang ( Laboratorium, USG, dan EKG).
Kegiatan tersebut dilaksanakan di dalam maupun di luar
gedung Puskesmas.

i
UPT Puskesmas Rejosari terdiri dari pelayanan rawat
jalan dan rawat inap.
1. Pelayanan rawat jalan terdiri dari :
a. Pelayanan pemeriksaan umum
b. Pelayanan pemeriksaan gigi
c. Pelayanan kesehatan ibu dan anak
d. Pelayanan KB
e. Pelayanan konseling sanitasi
f. Pelayanan konseling TB Paru
g. Pelayanan konseling gizi
h. Pelayanan konseling kesehatan reproduksi remaja
i. Promosi kesehatan
j. Pelayanan laboratorium
k. Pelayanan radiologi ( Rontgen, USG )
l. Puskesmas keliling
2. Pelayanan rawat inap
a. Pelayanan rawat inap
b. Pelayanan persalinan

1. Deskripsi SDM dan Sarpras

a. Sarpras
UPT Puskesmas Rejosari memiliki fasilitas-fasilitas yang
mendukung pelayanan antara lain : pelayanan rawat jalan,
pelayanan rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan
penunjang, pelayanan farmasi, pelayanan gizi dan pelayanan
ambulan.
Sebagai penunjang medik, di dalam UPT Puskesmas
Rejosari, juga terdapat laboratorium. Untuk pelayanan penunjang
non medik, terdapat instalasi farmasi dan instalasi gawat darurat.

i
b. Deskripsi SDM
Pegawai yang ada di UPT Puskesmas Rejosari sejumlah 82
orang terdiri dari :
a. PNS : 50 orang
b. Pegawai Non PNS : 28 orang
c. Pegawai Kontrak Kerja : 4 orang
No. Jenis PNS Pegawai Pegawai Jumlah
keterangan BLUD Non Kontrak Kerja
PNS Waktu Tertentu
1. Dokter Umum 5 5
2. Dokter Gigi 1 1
3. Perawat 9 12 21
4. Perawat Gigi 1 1
5. Bidan 19 7 26
6. Apoteker 1 1
7. Asisten 2 2
Apoteker
8. Pranata 1 1
Laboratorium
Kesehatan
9. Radiologi 1 1
10. Rekam Medis 1 1
11 Nutrisionis 1 1
(Gizi)
12. Sanitarian 1 1
13. Epidemiologi 1 1
Kesehatan
14. PKM 1 1
15. Entomologi 1 1
Kesehatan
16. Penjaga 1 1 2
17. Sopir 1 1 2
18. Tenaga 5 1 6
Admistrasi
19. Cleaning 2 2 4
Service
20. Juru Masak 2 2
21. Loundry 1 1
Jumlah 50 28 4 82
Gambar 3.2 Gambar Data Pegawai

i
B. Tugas Jabatan Peserta Diklat
1. Tugas Pokok Aparatur Sipil Negara
Undang Undang Aparatur Sipil Negara No. 5 tahun 2014 Pasal 11
menjelaskan bahwa tugas ASN adalah :
a. Melaksanakan Kebijakan Publik yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan
b. Memberikan Pelayanan publik yang profesional dan
berkualitas
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia
2. Sasaran Kerja Pegawai
Sasaran Kerja Pegawai (SKP) Asisten Apoteker Pelaksana
a. Merekapitulasi data-data kebutuhan farmasi
b. Menerima dan memeriksa perbekalan farmasi
c. Menyimpan perbekalan farmasi
d. Mendistribusikan perbekalan farmasi
e. Menyusun laporan perbekalan farmasi
f. Menyiapkan obat dan etiket
g. Menerima dan menyeleksi persyaratan administrasi
h. Menyiapkan obat dan membuat etiket.
i. Berperan serta dalam seminar/lokakarya di bidang farmasi/
kesehatan sebagai peserta.
j. Menjadi anggota organisasi profesi di bidang farmasi/
kesehatan sebagai anggota aktif.

C. Role Model
Role model adalah panutan, yang dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia sama artinya dengan teladan yaitu suatu yang

i
patut ditiru atau baik untuk di contoh seperti teladan, kelakuan,
perbuatan, sifat dan sebagainya.
Dalam hal ini role model bagi penulis adalah Apoteker
Penanggungjawab UPT Puskesmas Rejosari yaitu ibu Indriati
Hapsari, S.Farm.,Apt. Beliau adalah seorang ASN yang dapat
menjadi panutan, inspirasi,
contoh, dan teladan bagi
penulis. Beliau juga
merupakan seorang NAKES
teladan.

Selama penulis bekerja di instansi, beliau sosok yang bisa


menempatkan diri dimana, kapan, dan bagaimana situasi yang
ada. Beliau bisa membaur tanpa membuat batas antara rekan kerja
yang satu dengan yang lain. Ibu Indriati Hapsari,S.Farm.,Apt bisa
memberikan solusi yang objektif terhadap masalah untuk
kepentingan pelayanan baik di rawat jalan maupun rawat inap.
Beliau juga memiliki semangat kerja dan loyalitas yang tinggi
terhadap institusinya.
Terutama pada rancangan aktualisasi kali ini, beliau sangat
berperan andil dalam rancangan dan kegiatan yang akan kami
lakukan yang berprinsip bukan hanya formalitas menyelesaikan
tugas melainkan sebagaimana mungkin apa yang kami kerjakan

i
bisa bermanfaat untuk masyarakat dan dapat meningktakan mutu
pelayanan kefarmasian di UPT Puskesmas Rejosari Kudus.

i
BAB IV
RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI

A. Daftar Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan Keterkaitan


dengan Nilai ANEKA
Rencana kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar profesi ASN
(Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti
Korupsi) diambil berdasarkan SKP (Sasaran Kinerja Pegawai)/
penugasan atasan / ide inovatif yang disetujui atasan. Rancangan
kegiatan dan sumber kegiatan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1.
Nama Kegiatan dan Sumber Kegiatan Aktualisasi. Uraian
rancangan kegiatan aktualisasi dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Rancangan Kegiatan aktualisasi.

Tabel 4.1. Nama Kegiatan dan Sumber Kegiatan Akutalisasi


No. Nama Kegiatan Sumber Kegiatan
1. Membuat label tambahan obat Inovasi
Membuat leaflet Penyimpanan Obat dirumah
2. Inovasi
Memberikan Pelabelan obat yang termasuk LASA
3. Inovasi
dan Hight Alert
SMS Reminder Pengingat Waktu Minum Obat bagi
4. Inovasi
Pasien TB
Melaksanakan prosedur penyerahan obat unit Penugasan
5.
dose/ resep individu kepada pasien rawat inap Atasan

i
4.2 Tabel Rancangan Kegiatan Aktualisasi
Output/ Keterkaitan Substansi Mata Kontribusi Terhadap
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Penguatan Nilai Organisasi
Hasil Pelatihan (ANEKA) Visi – Misi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
1 Membuat label 1. Koordinasi dengan 1. Diberikan - Etika Publik :dalam - Kontribusi Misi: Penguatan nilai :
tambahan obat mentor persetujuan dan melakukan koordinasi kita Menyelenggarakan 1. Optimal
saran harus berbahasa yang pelayanan 2. Profesional
sopan dan santun. kesehatan yang
bermutu, proaktif,
merata, terjangkau
dan paripurna.

2. Mendesign label 2. Tersedianya - Etika Publik: dalam


tambahan obat design label mendesign label perlu
tambahan obat Kecermatan dan ketelitian
- Komitmen Mutu:
diwujudkan dengan adanya
kreatifitas yang Inovatif
dalam mebuat design

- Nasionalisme : dalam
3. Meminta 3. Persetujuan
meminta persetujuan/
persetujuan mentor mentor
berdiskusi adalah bagian
dari musyawarah.
Musyawarah untuk
mufakat yang ada di
Pancasila sila IV

i
- Akuntabilitas : dalam
4. Label tambahan mencetak label tambahan
4. Mencetak label obat obat merupakan bentuk
tambahan obat pertanmempggungjawaba
n,

5. Tersampaikanny - Etika publik : dalam


a label mendistribusikan label
5. Mendistribusikan
tambahan obat tambahan obat merupakan
label tambahan
pada pasien bentuk penyampaian
obat
informasi secara benar

2 Membuat leaflet 1. Koordinasi dengan 1. Diberikan - Etika Publik :dalam Kontribusi Misi: Penguatan nilai :
mengenai mentor persetujuan melakukan koordinasi kita Menyelenggarakan 1. Optimal
Penyimpanan Obat harus berbahasa yang pelayanan 2. Profesionalisme
kesehatan yang
Dirumah sopan dan santun.
bermutu, proaktif,
merata, terjangkau
2. Mendesign leaflet 2. Tersedianya - Etika Publik: Kecermatan dan paripurna.
tentang bahan label dan ketelitian dalam
Penyimpanan Obat tambahan obat mendesign leaflet , dalam
Dirumah membuat materi leaflet
harus menggunakan bahasa
yang sopan dan santun.
- Komitmen Mutu:

i
diwujudkan dengan adanya
kreatifitas yang Inovatif
dalam mebuat design
3. Meminta 3. Persetujuan - Nasionalisme : dalam
persetujuan mentor mentor meminta persetujuan/
berdiskusi adalah bagian
dari musyawarah.
Musyawarah untuk
mufakat yang ada di
Pancasila sila IV

- Akuntabilitas : dalam
4. Mencetak leaflet 4. Tersedianya mencetak label tambahan
tentang leaflet tentang obat merupakan bentuk
Penyimpanan Obat Penyimpanan pertanggungjawaban
Dirumah Obat Dirumah

- Etika publik : dalam


5. Mendistribusikan 5. Tersampaikanny mendistribusikan label
leaflet a informasi tambahan obat merupakan
penyimpanan obat penyimpanan bentuk penyampaian
pada pasien obat pada informasi secara benar
pasien

3 Memberikan 1. Koordinasi dengan 1. Persetujuan dan - Etika Publik :dalam - Kontribusi Penguatan nilai :
pelabelan obat mentor saran dari melakukan koordinasi kita Tujuan: 1. Optimal

i
yang termasuk mentor harus berbahasa yang Meningkatkan 2. Profesionalisme
LASA dan Hight sopan dan santun. pelayanan
Alert kesehatan yang
menjamin
kemanfaatan dan
2. Membuat daftar 2. Dokumen daftar - Anti Korupsi : mutu
obat yang termasuk obat LASA dan Jujur dan bertanggung
LASA dan Hight Hight Alert jawab dalam membuat
Alert daftar obat

3. Mendesign label 3. Tersedianya Etika Publik: Kecermatan


nama obat yang bahan label obat dan ketelitian dalam
termasuk LASA LASA dan Hight mendesign leaflet
dan Hight Alert Alert

4. Mencetak label 4. Tersedianya Akuntabilitas : dalam


nama obat LASA label nama obat mencetak label nama obat
dan Hight Alert LASA dan Hight merupakan bentuk
Alert pertanggungjawaban

5. Menempel stiker 5. Terpasang- - Anti Korupsi :


label nama obat nya stiker/label Jujur dan bertanggung
dan stiker LASA pada rak obat jawab dalam penempelan
Hight Alert pada stiker/label
obat dan rak obat - Komitmen Mutu :
Efektivitas, Efisiensi dan
Inovasi dalam penempelan

i
stiker agar mutu tetap
terjamin, menghindari
kesalahan pengambilan obat
4 SMS reminder 1. Koordinasi dengan 1. Persetujuan dan - Etika Publik :dalam - Kontribusi Misi: Penguatan nilai :
pengingat waktu mentor saran dari melakukan koordinasi kita Menyelenggarakan 1. Optimal
minum obat bagi mentor harus berbahasa yang pelayanan 2. Profesionalisme
pasien TB sopan dan santun. kesehatan yang
bermutu, proaktif,
merata, terjangkau
dan paripurna
2. Bersinergi dengan - Nasionalisme :
2. Terjalinnya Bersinergi dengan Tenaga
pemegang program
kerjasama antar Kesehatan lainnya
TB
tenaga merupakan bentuk
kesehatan pengamalan nilai keadilan
lainnya

3. Dokumen daftar - Akuntabilitas : membuat


3. Membuat daftar
identitas pasien daftar obat merupakan salah
identitas pasien
pasien TB TB satu bentuk pertanggung
jawaban

4. Aplikasi sms - Komitmen Mutu :


4. Mengunduh aplikasi reminder mengunduh aplikasi sms
sms reminder reminder adalah langkah
yang Efektif Efisien

- Etika Publik :dalam


5. Terlaksananya mengirim sms pada pasien
5. Mengirim sms pada

i
pasien TB di waktu program sms kita harus berbahasa yang
jam minum obat reminder sopan, santun dan
memberi informasi secara
benar dalam penyampaian
pesan
5 Melaksanakan 1. koordinasi dengan 1. Persetujuan dan - Etika Publik :dalam - Kontribusi Misi: Penguatan nilai :
prosedur mentor saran melakukan koordinasi kita Menyelenggaraka 1. Optimal
penyerahan obat harus berbahasa yang n pelayanan 2. Profesionalisme
unit dose/ resep sopan dan santun. kesehatan yang
individu kepada bermutu, proaktif,
pasien rawat inap merata, terjangkau
2. bersinergi dengan 2. Terjalinnya - Nasionalisme : dan paripurna
perawat jaga kerjasama antar Bersinergi dengan Tenaga
tenaga Kesehatan lainnya
kesehatan
merupakan bentuk
lainnya
pengamalan nilai keadilan

- Anti Korupsi :
3. Dokumen daftar
3. Membuat daftar Jujur dan bertanggung
pasien rawat
pasien rawat inap jawab dalam membuat
inap
daftar obat

-Etika Publik: Kecermatan dan


4. Tersedianya
4. Menyiapkan resep obat bagi pasien ketelitian dalam menyiapkan
obat
-Komitmen Mutu : dalam
menyiapkan resep kita harus

i
berorientasi pada mutu
-Akuntabilitas : pekerjaan
penyiapan resep harus
dilakukan secara
professional

- Etika Publik :dalam


5. Terwujudnya
memberikan obat pada
5. Memberikan obat program
optimalisasi pasien kita harus berbahasa
kepada pasien
pendistribusian yang sopan dan santun.
rawat inap oleh
obat secara
pharmacist UDD
langsung

- Etika Publik: Kecermatan


6. Tidak
tertumpuknya dan ketelitian dalam
6. Melakukan
obat-obat tak melakukan pereturan obat
pereturan obat
terpakai di
yang tidak terpakai
ruang
pada pasien rawat perawatan
inap

i
B. Jadwal Rencana Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi
Kegiatan aktualisasi akan dilaksanakan di UPT Puskesmas Rejosari Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus
tanggal 16 Juli 2019 sampai dengan 19 Agustus 2019. Kegiatan-kegiatan aktualisasi akan di jabarkan dalam
timeline kegiatan pada tabel berikut.
Tabel 4.2 Jadwal Rencana Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi

JULI AGUSTUS
PORTOFOLIO/BUKTI
NO KEGIATAN
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
17

KEGIATAN
16

1 Membuat Label                                                                       Label Tambahan Obat,


Tambahan Obat Foto Kegiatan

2 Membuat Leaflet                                                                     Leaflet Penyimpanan


Tentang Obat Dirumah, Foto
Kegiatan
Penyimpanan
Obat Dirumah
3 Memberikan                                                                       Daftar Obat LASA dan
pelabelan pada Hight Alert, Label LASA
dan Hight Alert, Label
obat yang Nama Obat yang
termasuk LASA Termasuk LASA dan
Hight Alert
dan Hight Alert
JULI AGUSTUS
PORTOFOLIO/BUKTI
NO KEGIATAN

18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
17
KEGIATAN

16
4 SMS reminder                                                                       Daftar Pasien TB, Foto
pengingat waktu Kegiatan

minum obat bagi


pasien TB
5 Melaksanakan                                                                       Daftar Paien Rawat
prosedur Inap, Daftar Kegiatan,,
Daftar Obat yang
penyerahan obat Diretur
unit dose/ resep
individu kepada
pasien rawat inap

Keterangan
= Libur Hari Minggu = Hari Besar Keagamaan =HUT RI

(Sumber: data dielaborasi penulis, 2019)

i
C. Antisipasi Menghadapi Kendala Aktualisasi

Tabel 4.4 Tabel Potensi Kendala dan Antisipasi


No Kegiatan Potensi Kendala Cara Antisipasi
1 Membuat label tambahan  Tampilan label  Memperhitungkan
terlalu kecil ukuran label tambahan
obat
obat dengan plastic
pembungkus

 Menggunakan kertas
 Membutuhkan bekas tak terpakai
banyak kertas

2 Membuat leaflet tentang  Membutuhkan  Membuat leaflet


Penyimpanan obat banyak kertas dengan ukuran yang
efektif dan seefisien
dirumah
mungkin
 Leaflet kurang  Memperhitungkan
bisa dibaca ukuran kertas dan
huruf
3 Melakukan pelabelan pada  Stiker LASA dan  Membuat stiker LASA
obat yang termasuk LASA Hight Alert dan Hight Alert dengan
mudah luntur kualitas terbaik dengan
dan Hight Alert
harga yang terjangkau
 Saat ditempelkan
dilapisi dengan isolasi
4 SMS reminder pengingat  Pasien tidak  Meminta kontak
waktu minum obat bagi memliki alat keluarga serumah
komunikasi
pasien TB
handphone

5 Melaksanakan prosedur  Infomasi yang  Menggunakan bahasa


penyerahan obat unit disampaikan yang sopan dan santun
dose/ resep individu kurang jelas serta menggunakan
kepada pasien rawat inap bahasa yang mudah
dimengerti
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Penyusunan rancangan aktualisasi didahului dengan identifikasi
isu. Isu-isu yang ditemukan kemudian dianalisis dan dicari solusi
penyelesaiannya. Isu yang ditemukan di UPT Puskesmas Rejosari
Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus adalah kurangnya mutu
pelayanan kefarmasian di UPT Puskemas Rejosari Kecamatan Dawe
Kudus. Penyelesaian atas isu tersebut adalah sebagai ASN dalam
melaksanakan tugas harus menerapkan: akuntabilitas, nasionalisme,
etika publik, komitmen mutu dan anti korupsi setra kedudukan ASN di
didalam NKRI seperti Whole of Government, pelayan publik, dan
manajemen ASN.
Dari isu tersebut muncul gagasan pemecahan isu yang
tertuang dalam 6 kegiatan. Adapun kegiatan tersebut adalah:
1. Membuat label tambahan obat
2. Membuat leaflet mengenai penyimpanan obat dirumah
3. Memberikan pelabelan pada obat yang termasuk LASA dan Hight
Alert
4. SMS reminder pengingat waktu minum obat bagi pasien TB
5. Melaksanakan prosedur penyerahan obat unit dose/ resep individu
kepada pasien rawat inap
Pentingnya rancangan aktualisasi ini diharapakan dapat
menjadi pedoman dalam pelaksanaan kegiatan aktualisasi nilai-nilai
dasar akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu dan
anti korupsi. Rancangan aktualisasi ini juga diharapkan mampu
meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian di UPT Puskesmas
Rejosari Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Dengan menerapkan
aktualisasi ini meningkatkan pelayanan kefarmasian serta menambah

i
pengetahuan pasien tentang penggunaan obat dan meminimalisir
resiko terjadinya efek samping karna obat untuk tujuan keselamatan
pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien terjamin.

B. Dampak
Dampak jika isu tidak dipecahkan di UPT Puskesmas Rejosari,
dalam hal ini adalah masih kurangnya mutu pelayanan kefarmasian di
UPT Puskemas Rejosari. Hal ini bisa mengakibatkan kurang
optimalnya terapi obat bagi pasien, penyalahgunaan obat, kesalahan
penggunaan obat, kesalahan dalam pengobatan maupun swamedikasi
karena kurangnya mutu pelayanan kefarmasian. Jika mutu pelayanan
kefarmasian rendah maka kepuasan pelanggan/ pasien akan
menurun.

i
DAFTAR PUSTAKA

Lembaga Administrasi Negara. 2016. Akuntabilitas (Modul


Penyelenggaraan Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon
Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan III). Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara

Lembaga Administrasi Negara. 2016. Anti Korupsi (Modul


Penyelenggaraan Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon
Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan III). Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2016. Etika Publik (Modul


Penyelenggaraan Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon
Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan III). Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2016. Komitmen Mutu (Modul


Penyelenggaraan Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon
Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan III). Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2016. Nasionalisme (Modul


Penyelenggaraan Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon
Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan III). Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara.

Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 25 Tahun 2017


tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
Prajabatan Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III.

i
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016


tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.

Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Undang – Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.

i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yeni Adiyastutik, A.Md


NIP : 199601042019032010
Jabatan : Asisten Apoteker
Instansi : UPT Puskesmas Rejosari
Alamat Instansi : Jl. Bareng-Colo Km. 13
Dawe Kudus
Tempat Tanggal Lahir : Kudus, 04 Januari 1996
Agama : Islam
Alamat Rumah : Ds. Kedung dowo RT 02/
RW 02 Kec. Kaliwungu
Kudus
Nomor Hp. : 0898-5360-493
Alamat e-mail : dyazyenia64@gmail.com
Riwayat Pendidikan : 1. MI NU Ittihadul Falah
Kedungdowo lulus
Tahun 2007
2. MTs NU Banat Kudus
lulus Tahun 2010
3. SMK Duta Karya Kudus
lulus Tahun 2013
4. D-III Farmasi “STIKES
Cendekia Utama”
Kudus lulus Tahun
2016

Anda mungkin juga menyukai