DEFINISI
II. ETIOLOGI
Menurut Yusuf, 2009 etiologi GERD meliputi :
1. Menurunnya tonus LES (Lower Esophageal Sphincter)
2. Bersihan asam dari lumen esofagus menurun
3. Ketahanan epitel esofagus menurun
4. Bahan refluksat mengenai dinding esofagus yaitu Ph <2, adanya pepsin,
garam empedu, HCL.
5. Kelainan pada lambung
6. Infeksi H. Pylori dengan corpus predominan gastritis
7. Non acid refluks (refluks gas) menyebabkan hipersensitivitas
8. Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuat refluks
1
9. Mengkonsumsi makanan berasam, coklat, minuman berkafein dan
berkarbonat, alkohol, merokok, dan obat-obatan yang bertentangan
dengan fungsi esophageal sphincter bagian bawah termasuk yang
memiliki efek antikolinergik (seperti beberapa antihistamin), penghambat
saluran kalsium, progesteron, dan nitrat.
10. Kelaianan anatomi, seperti penyempitan kerongkongan
III. PATOFISIOLOGI
Kondisi peakit refluks gastroesofagus atau GERD (Gastroesofhageal
reflux disease) aliran balik (reflux) isi lambung ke dalam esophagus. GERD
sering kali disebut nyeri ulu hati (heartburn) karena nyeri yang terjadi ketika
cairan asam yang normalnya hanya ada dilambung, masuk dan mengiritasi
atau menimbulkan rasa seperti terbakar di esophagus.
Reflux esophagus biasanya terjadi setelah makan dan disebabkan
melemahnya tonus sfringter esphagus atau tekanan didalam lambung yang
lebih tinggi dari esphagus. Dengan kedua mekanisme ini, isis lambung yang
bersifat asam bergerak masuk kedalam esophagus.
Isi lambung dalam keadaan normal tidak dapat masuk ke esophagus karena
adanya kontraksi sfingter esofagus (sfingter bukanlah sfingter sejati, tetapi
suatu area yang tonus ototnya meningkat). Sfingter ini normalnya hanya
terbuka jika gelombang peristaltik menyalurkan bolus makanan ke bawah
esofags. Apabila hal ini terjadi, otot polos sfingter melemah dan makanan
masuk ke dalam lambung. Sfingter esofagus seharusnya tetap dalam keadaan
tertutup kecuali pada saat ini, karena banyak organ yang berada dalam rongga
abdomen menyebabkan tekanan abdomen lebih besar dari pada tekana
toraks. Dengan demikian, ada kecenderungan isi lambung terdorong ke dalam
esofagus. Akan tetapi, jika sfingter melemah atau inkompeten sfingter tidak
dapat menutup lambug. Refluks akan terjadi dari merah bertekanan tinggi
(lambung) ke daerah betekanan rendah (esofagus).episode refluks yang
berulang dapat memperburuk kondisi karena menyebabkan inflamasi dan
jaringan parut di area bawah esofagus.
2
Pada beberapa keadaan, meskipun tonus sfingter dalam keadaan normal,
refluks dapat terjadi jika terdapat gardien tekanan yang sangat tinggi di
sfingter. Sebagai contoh jika isi lambung berlebihan tekanan abdomen dapat
meningkat secara bermakna. Kondisi ini dapat disebabkan porsi makan yang
besar. Tekanan abdomen yang tinggi cederung mendorong sfingter esofagus
ke rongga toraks. Hal ini membersar gradien tekanan antara esofagus dan
rongga abdomen. Posisi bebaring terutama setelah makan juga dapat
mengakibatkan refluks. Refluks isi lambung mengiritasi esofagus karena
tingginya kandungan asam dalam isi lambung, walaupun esofagus meiliki sel
penghasil mukus, namun sel-sel tersebut tidak sebanyak atau seaktif sel yang
ada di lambung (Corwin, 2009).
Gejala lain :
a. Penurunan berat badan
b. Anemia
3
c. Hematemesis atau melena
d. Odinofagia (Bestari, 2011).
V. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama
Dikaji durasi, kualitas dan karakteristik, tingkat keperahan, lokasi, faktor
pencetus, manifestasi yang berhubungan :
a. Keluhan tipikal (esofagus) : heartburn, regurgitasi, dan disfagia.
b. Keluhan atipikal (eskstraesofagus) : batuk kronik, suara serak,
pneumonia, fibrosis paru, bronkiektasis, dan nyeri dada nonkardiak.
c. Keluhan lain : penurunan berat badan, anemia, hematemesis atau
melena, odinofagia.
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Riwayat kesehatan dahulu
a. Penyakit gastrointestinal lain
b. Obat-obatan yang mempengaruhi asam lambung
c. Alergi/reaksi respon imun
4. Riwayat penyakit keluarga
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Keadaan umum ini dapat meliputi kesan keadaan sakit
termasuk ekspresi wajah dan posisi pasien, kesadaran yang dapat
meliputi penilaian secara kualitatif seperti compos mentis, apathis,
somnolent, sopor, koma dan delirium.
b. Pemeriksaan tanda vital : Meliputi nadi (frekuensi, irama, kualitas),
tekanan darah, pernafasan (frekuensi, irama, kedalaman, pola
pernafasan) dan suhu tubuh.
c. Pemeriksaan kulit, rambut dan kelenjar getah bening. Kulit : Warna
(meliputi pigmentasi, sianosis, ikterus, pucat, eritema dan lain-lain),
turgor, kelembaban kulit dan ada/tidaknya edema. Rambut : Dapat dinilai
dari warna, kelebatan, distribusi dan karakteristik lain. Kelenjar getah
4
bening : Dapat dinilai dari bentuknya serta tanda-tanda radang yang
dapat dinilai di daerah servikal anterior, inguinal, oksipital dan
retroaurikuler.
d. Pemeriksaan kepala dan leher Kepala : Dapat dinilai dari bentuk dan
ukuran kepala, rambut dan kulit kepala, ubun-ubun (fontanel), wajahnya
asimetris atau ada/tidaknya pembengkakan, mata dilihat dari visus,
palpebrae, alis bulu mata, konjungtiva, sklera, pupil, lensa, pada bagian
telinga dapat dinilai pada daun telinga, liang telinga, membran timpani,
mastoid, ketajaman pendengaran, hidung dan mulut ada tidaknya
trismus (kesukaran membuka mulut), bibir, gusi, ada tidaknya tanda
radang, lidah, salivasi. Leher : Kaku kuduk, ada tidaknya massa di leher,
dengan ditentukan ukuran, bentuk, posisi, konsistensi dan ada tidaknya
nyeri telan
e. Pemeriksaan dada : Yang diperiksa pada pemeriksaan dada adalah
organ paru dan jantung. Secara umum ditanyakan bentuk dadanya,
keadaan paru yang meliputi simetris apa tidaknya, pergerakan nafas,
ada/tidaknya fremitus suara, krepitasi serta dapat dilihat batas pada saat
perkusi didapatkan bunyi perkusinya, bagaimana(hipersonor atau
timpani), apabila udara di paru atau pleura bertambah, redup atau pekak,
apabila terjadi konsolidasi jarngan paru, dan lain-lain serta pada saat
auskultasi paru dapat ditentukan suara nafas normal atau tambahan
seperti ronchi, basah dan kering, krepitasi, bunyi gesekan dan lain-lai
pada daerah lobus kanan atas, lobus kiri bawah, kemudian pada
pemeriksaan jantung dapat diperiksa tentang denyut apeks/iktus kordis
dan aktivitas ventrikel, getaran bising (thriil), bunyi jantung, atau bising
jantung dan lain-lain
f. Pemeriksaan abdomen : data yang dikumpulkan adalah data
pemeriksaan tentang ukuran atau bentuk perut, dinding perut, bising
usus, adanya ketegangan dinding perut atau adanya nyeri tekan serta
dilakukan palpasi pada organ hati, limpa, ginjal, kandung kencing yang
ditentukan ada tidaknya dan pembesaran pada organ tersebut,
kemudian pemeriksaan pada daerah anus, rektum serta genetalianya.
5
g. Pemeriksaan anggota gerak dan neurologis : diperiksa adanya rentang
gerak, keseimbangan dan gaya berjalan, genggaman tangan, otot kaki,
dan lain-lain.
6
Pengukuran pH pada esofagus bagian bawah dapat memastikan ada
tidaknya RGE, pH dibawah 4 pada jarak 5 cm diatas SEB dianggap
diagnostik untuk RGE. Cara lain untuk memastikan hubungan nyeri dada
dengan RGE adalah menggunakan alat yang mencatat secara terus
menerus selama 24 jam pH intra esofagus dan tekanan manometrik
esofagus. Selama rekaman pasien dapat memeberi tanda serangan dada
yang dialaminya, sehingga dapat dilihat hubungan antara serangan dan pH
esofagus/gangguan motorik esofagus. Dewasa ini tes tersebut dianggap
sebagai gold standar untuk memastikan adanya PRGE.
7
1 Kaji masalah yang Kelemahan otot Risiko aspirasi
berhubungan dengan esophagus, LES berhubungan dengan
diagnose (Lower esophageal hambatan menelan,
sphincter) penurunan refluks
laring dan glotis
Peningkatan intra terhadap cairan
abdomen refluks.
Muntah - muntah
2 Kaji masalah yang Kelemahan otot Defisit volume cairan
berhubungan dengan esophagus, LES berhubungan dengan
diagnosa (Lower esophageal pemasukan yang
sphincter) kurang, mual dan
muntah /
Peningkatan intra pengeluaran yang
abdomen berlebihan.
Muntah – muntah
Pengeluaran cairan
berlebih
8
3 Kaji masalah yang Kelemahan otot Ketidakseimbangan
berhubungan dengan esophagus, LES nutrisi kurang dari
diagnose (Lower esophageal kebutuhan tubuh
sphincter) berhubungan dengan
anoreksia, mual,
Peningkatan intra muntah.
abdomen
Mual muntah
Peningkatan intra
abdomen
Penumpukan asam
lambung di
esophagus
Terjadi infeksi di
esophagus
Merangsang nyeri
5 Kaji masalah yang Kelemahan otot Bersihan jalan
berhubungan dengan esophagus, LES nafas tidak efektif
9
diagnose (Lower esophageal berhubungan
sphincter) dengan refluks
cairan ke laring dan
Peningkatan intra tenggorokan.
abdomen
Jalan nafas
terhambat
10
hambatan selama ...x 24 kemampuan pembersihan jalan
menelan, jam masalah menelan. napas.
penurunan aspirasi pada 2. Naikkan kepala 2. Meningkatkan
refleks laring dan klien dapat diatasi 30-45 derajat pengisian udara
glotis terhadap dengan kriteria setelah makan. seluruh segmen
cairan refluks hasil: paru,
1. Klien dapat memobilisasi dan
bernafas mengeluarkan
dengan sekret.
mudah, tidak 3. Potong makanan 3. Menghindari
irama, kecil kecil. terjadinya risiko
frekuensi aspirasi yang
pernafasan terlalu tinggi.
normal skala 4 4. Hindari makan 4. Dapat membatasi
2. Pasien kalau residu ekspansi
mampu masih banyak gastroesofagus
menelan,
mengunyah
tanpa terjadi
aspirasi, dan
mampu
melakukan
oral hygiene
skala 4
3. Jalan nafas
paten, mudah
bernafas, tidak
merasa
tercekik dan
tidak ada
suara nafas
abnormal
11
skala 4
12
3 Ketidakseimbang Setelah dilakukan 1. Diskusikan pada 1. Dengan memilih
an nutrisi kurang tindakan pasien makanan makanan yang
dari kebutuhan keperawatan yang disukainya disukai pasien
tubuh selama .....x 24 dan makanan maka selera
berhubungan jam, nutrisi pada yang tidak makan si pasien
dengan intake klien dapat diatasi disukainya. akan bertambah
kurang akibat dengan kriteria dan dapat
mual dan muntah. hasil: mengurangi rasa
1. Nafsu makan mual dan muntah.
baik 2. Buat jadwal 2. Setelah tindakan
2. Peningkatan masukan tiap pembagian,
berat badan jam. Anjurkan kapasitas gaster
sesuai mengukur menurun kurang
dengan tujuan cairan/makanan dari 50 ml,
3. Tidak ada dan minum sehingga perlu
tanda-tanda sedikit demi makan
malnutrisi sedikit atau sedikit/sering.
4. Tidak mual makan secara
dan muntah perlahan.
3. Beritahu pasien 3. kemungkinan
untuk duduk saat aspirasi.
makan/minum.
4. Tekankan 4. Makan berlebihan
pentingnya dapat
menyadari mengakibatkan
kenyang dan mual dan muntah
menghentikan
masukan.
5. Timbang berat 5. Pengawasan
badan tiap hari. kehilangan dan
Buat jadwal alat pengkajian
13
teratur setelah kebutuhan nutrisi
pulang.
6. Kolaborasi 6. Perlu bantuan
dengan ahli gizi dalam
perencanaan diet
yang memenuhi
kebutuhan nutrisi
14
menggunakan relaksasi nafas dan meningkatkan
manajemen dalam, distraksi kemampuan
nyeri dan kompres koping.
3. Mampu hangat/dingin.
mengenali 5. Berikan analgesik 5. Perlu penanganan
nyeri (skala, untuk mengurangi obat untuk
intensitas, nyeri memudahkan
frekuensi dan istirahat adekuat
tanda dan penyembuhan
4. Tanda vital
dalam rentang
normal
15