Makalah Kelompok Hipertensi
Makalah Kelompok Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik >140 mmHg dan/atau diastolik
>90 mmHg.
Klasifikasi Hipertensi
Pola hidup sehat dapat mencegah ataupun memperlambat awitan hipertensi dan dapat
mengurangi risiko kardiovaskular. Pola hidup sehat juga dapat memperlambat ataupun
mencegah kebutuhan terapi obat pada hipertensi derajat 1, namun sebaiknya tidak menunda
inisiasi terapi obat pada pasien dengan HMOD atau risiko tinggi kardiovaskular. Pola hidup
sehat telah terbukti menurunkan tekanan darah yaitu pembatasan konsumsi garam dan alkohol,
peningkatan konsumsi sayuran dan buah, penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal
(IMT 18,5 – 22,9 kg/m2), aktivitas fisik teratur ringan sampai sedang (minimal 30 menit
sehari, contohnya: mengepel lantai, menyapu lantai, dan mencuci mobil), serta menghindari
rokok.
Strategi pengobatan yang dianjurkan pada panduan tata laksana hipertensi saat ini adalah
dengan menggunakan terapi kombinasi pada sebagian besar pasien, untuk mencapai tekanan
darah sesuai target. Bila memungkinkan dalam bentuk single pill combination (SPC), untuk
meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan. Lima golongan obat antihipertensi utama yang
rutin direkomendasikan yaitu: ACEi, ARB, beta bloker, CCB dan diuretik.
Obat anti hipertensi oral Obat Dosis (mg/hari) Frekuensi Waktu Pemberian
Kelas Obat
Obat-obat Lini Utama
Tiazid atau diuretik tipe Hidroklorothiazid 25 - 50 1 Pagi hari
tiazid
Indapamide 1,25 – 2,5 1 Pagi hari
Penghambat ACE Captopril 1,25 - 150 2 atau 3 Malam hari
Terdapat berbagai macam strategi untuk memulai dan meningkatkan dosis obat penurun TD,
yaitu pemberian monoterapi pada tatalaksana awal, kemudian meningkatkan dosisnya bila
belum mencapai target, atau diganti dengan monoterapi lain. Namun, meningkatkan dosis
monoterapi menghasilkan sedikit penurunan TD dan memberikan efek yang merugikan.
Sementara beralih dari satu monoterapi ke yang lain, memakan waktu dan seringkali tidak
efektif. Untuk alasan-alasan ini, pedoman terbaru semakin berfokus pada pendekatan
bertingkat, memulai pengobatan dengan monoterapi yang berbeda dan kemudian secara
berurutan menambahkan obat lain
2) Hipertensi berat (derajat 3) yang di hubungkan dengan kondisi klinis lain, dan memerlukan
penurunan TD segera, seperti diseksi aorta akut, iskemi miokard akut atau gagal jantung akut.
3) Hipertensi berat mendadak akibat feokromositoma dan disertai dengan kerusakan organ.
c) Jenis tata laksana yang dibutuhkan untuk menurunkan TD. Obat intravena dengan waktu
paruh pendek merupakan pilihan ideal untuk titrasi tekanan darah secara hati-hati, dilakukan
di fasilitas kesehatan yang mampu melakukan pemantauan hemodinamik kontinyu.
Tata laksana hipertensi emergensi yang memerlukan penurunan TD segera dengan obat
intravena
Hipertensi arteri pulmonal adalah suatu keadaan patologis dimana didapatkan peningkatan
resistensi tekanan vaskular paru. Pemberian terapi vasodilator untuk hipertensi pulmonal
secara intravena dan oral pada perawatan perioperatif dan rawat intensif tidak bersifat secara
selektif pada arteri pulmonal karena rute pemberiannya yang dapat memengaruhi kondisi
sistemik. Pemberian obat vasodilator secara inhalasi dapat menjadi terapi yang lebih spesifik
terhadap arteri pulmonal paru dan mengurangi efek samping sistemik seperti kondisi
hipotensi yang tidak diharapkan.
Definisi Hipertensi Pulmonal
Hipertensi pulmonal didefinisikan sebagai peningkatan tekanan rerata arteri pulmonal diatas
25 mmHg pada saat kondisi istirahat yang dievaluasi melalui kateterisasi jantung kanan.
Hipertensi pulmonal juga didefinisikan sebagai peningkatan tekanan rerata arteri pulmonal
diatas 30 mmHg pada saat kondisi exercise, akan tetapi pada pertemuan berkelanjutan
simposium Dana Point, California di tahun 2008 telah merevisi hal tersebut dan
menggunakan angka tekanan rerata pulmonal >25 mmHg saat istirahat sebagai definisi
hipertensi pulmonal.
1. Diuretik
Diuretik bekerja meningkatkan eksresi natrium, air dan klorida sehingga menurunkan volume
darah dan cairan ekstraseluler. Akibatnya terjadi penurunan curah jantung dan tekanan darah.
Selain mekanisme tersebut, beberapa diuretic juga menurunkan resistensi perifer sehingga
menambah efek hipotensinya. Efek ini diduga akibat penurunan natrium di ruang interstisial
dan di dalam sel otot polos pembuluh darah yang selanjutnya menghambat influks kalsium.
Hal ini terlihat jelas pada diuretik tertentu seperti golongan tiazid yang mulai menunjukkan
efek hipotensif pada dosis kecil sebelum timbulnya diuresis yang nyata. Pada pemberian
kronik curah jantungakan Kembali normal, namun efek hipotensif masih ada. Efek ini diduda
akibat penurunan resistensi perifer.
Penelitian penelitian besar membuktikan bahwa efek proteksi kardiovaskular diuretic belum
terkalahkan oleh obat lain sehingga diuretic dianjurkan untuk sebagian besar kasus hipertensi
ringan dan sedang. Bahkan bila menggunakan kombinasi dua atau lebih antihipertensi, maka
salah satunya dianjurkan diuretic.
Golongsan tiazid
Obat golongan ini bekerja dengan menghambat transport bersama (symport) Na-Cl di
tubulus distal ginjal, sehingga eksresi Na +¿¿ dan Cl−¿¿ meningkat.
Pada pasien gagal ginjal, tiazid kehilangan efektifitas diuretic dan antihipertensinya.
Untuk pasien ini dianjurkan penggunaan diuretic kuat. Tiazid terutama efektif pada
pasien hipertrnsi dengan kadar renin yang rendah, misalnya pada orang tua. Pada
kebanyakan pasien, efek antihipertensi mulai terlihat dengan dosis HCT 12,5mg/hari.
Bila digunakan sebagai monoterapi, dosis maksimal sebaiknya tidak melebihi 25 HCT
atau klortalidon perhari, karena peningkatan dosis selanjutnya akan meningkatkan
efek samping hipokalemia dan efek samping lainnya tanpa meningkatkan efek
antihipertensi secara nyata.
Tiazid dapat digunakan sebagai obat tunggal pada hipertensi ringan sampai sedang,
atau dalam kombinasi dengan antihipertensi lain bila TD tidak berhasil diturunkan
dengan diuretic saja.
Tiazid jarang menyebabkan hipertensi ortostatik dan ditoleransi dengan baik,
harganya murah, dapat diberikan 1 kali sehari, dan efek antihipertensinya bertahan
pada pemakaian jangka panjang.
Tiazid sering kali dikombinasikan dengan obat antihipertensi lain karena:
a) dapat meningkatkan efektivitas antihipertensi lain dengan mekanisme kerja
yang berbeda sehingga dosis ya dapat dikurangi
b) tiazid dapat mencegah retensi cairan oleh antihipertensi lain sehingga efek
obat obatan tersebut dapat bertahan
Efek antihipertensi tiazid mengalami antagonisme oleh antiinflamasi non steroid
(AINS), terutama indometasin, karena AINS menghambat sintesis prostaglandin yang
berperan penting dalam pengaturan aliran darah ginjal dan transport air dan garam.
Akibatnya terjadi retensi natrium dan air yang akan mengurangi efek hampir semua
obat antihipertensi.
Efek samping:
Tiazid, terutama dalam dosis tinggi dapat menyebabkan hipokalemia yang dapat
berbahaya pada pasien yang mendapat digitalis. Efek samping ini dapat dihindari bila
tiazid diberikan dalam dosis rendah atau dikombinasikan dengan obat lain seperti
diuretic hemat kalium, atau penghambat enzim konversi angiotensin (ACE –
inhibitor). Sedangkan suplemen kalium tidak lebih efektif. Tiazid juga dapat
menyebabkan hiponatremia dan hypomagnesemia serta hiperkalsemia. Selain itu,
tiazid dapat menghambat eksresi asam urat dari ginjal, dan pada pasien hiperurisemia
dapat mencetuskan serangan gout akut. Untuk menghindari efek metabolic ini, tiazid
harus digunakan dalam dosis rendah dan dilakukan pengaturan diet.
Tiazid dapat meningkatkan kadar kolestrol LDL dan trigliserida, tetapi kemaknaannya
dalam penigkatan resiko penyakit jantung coroner belum jelas. Pada penderita DM,
tiazid dapat menyebabkan hiperglikemia karena mengurangi sekresi insulin. Pada
pasien pria, gangguan fungsi seksual merupakan efek samping tiazid yang kadang
kadang cukup mengganggu.
Terdapat beberapa obat termasuk golongan tiazid antara lain:
menghambat kotransport Na +¿ K ¿
dan menghambat resorpsi air dan elektrolit. Mula
kerjanya lebih cepat dan efek diuretiknya lebih kuat dari pada golongan tiazid, oleh
karena itu diuretic kuat jarang digunakan sebagai antihipertensi, kecuali pada pasien
dengan gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >2,5mg/dL) atau gagal jantung.
Efek Samping:
efek samping diuretic kuat hampir sama dengan tiazid, kecuali bahwa diuretic kuat
menimbulkan hiperkalsiuria dan menurunkan kalsium darah sedangkan tiazid
menimbulkan hipokalsiuria dan meningkatkan kalsium dalam darah
Obat Dosis (mg) Pemberian Sediaan
Diuretik kuat
Furosemid 20 -80 2 -3 x sehari Tab 40mg, amp
20mg
Torsemide 2,5 - 10 1 -2 x sehari Tab 5, 10, 20,
100mg
Ampul 10mg/dL
(2 dan 5ml)
Bumetanid 0,5 - 4 2 -3 x sehari Tab 0,5;1 dan
2mg
As. etakrinat 25 - 100 2 -3 x sehari Tab 25 dan 50mg
Efek Samping:
β−Bloker dapat menyebabkan bradikardia, blockade AV, hambatan nodus SA dan
menurunkan kekuatan kontraksi miokard. Pendapatan terbaru membuktikan bahwa
β−Bloker , terutama carvedilol dan juga bisoprolol terbukti bermanfaat dan telah
direkomendasikan dalam JNC VI dan VII untuk pengobatan gagal jantung dalam
kombinasi dengan ACE – Inhibitor. Penghentian β−Bloker pada pasien dengan
angina tidak boleh dilakukan secara mendadak karena dapat menimbulkan
kambuhnya serangan hipertensi ke tingkat yang lebih tinggi (rebound hypertension).
contoh obat:
Nama obat Dosis awal Dosis Frekuensi Sediaan
(mg/hari) maksimal pemberian
(mg/hari)
a. kardioselektif
Asebutolol 200 800 1 – 2 x sehari Caps 200mg,
tab 400mg
Atenolol 25 100 1 x sehari Tab 50mg,
100mg
Bisoprolol 2,5 10 1 x sehari Tab 5mg
Metoprolol
- biasa 50 200 1 – 2 x sehari Tab 50mg,
100mg
- lepas 100 200 1 x sehari Tab 100mg
lambat
b. nonselektif
Alprenolol 100 200 2 x sehari Tab 50mg
Karteolol 2,5 10 2 -3 x sehari Tab 5 mg
Nadolol 20 160 1 x sehari Tab 40mg,
80mg
Oksprenolol
- biasa 80 320 2 x sehari Tab 40mg,
80mg
- lepas 80 320 1 x sehari Tab 80mg,
lambat 160mg
Pindolol 5 40 2 x sehari Tab 5mg,
10mg
Propanolol 40 160 2 – 3 x sehari Tab 10mg,
20mg
Timolol 20 40 2 x sehari Tab 10mg,
20mg
Karvedilol 12,5 50 1 x sehari Tab 25mg
Labetalol 100 300 2 x sehari Tab 100mg
Efek Samping:
Hipotensi ortostatik sering terjadi pada pemberian dosis pertama ata pada peningkatan
dosis (fenomena dosis pertama), terutama dengan obat yang kerjanya singkat seperti
prazosin. Pasien dengan deplesi cairan (dehidrasi, puasa) dan lanjut usia lebih mudah
mengalami dosis pertama. Gejalanya berupa pusing sampai sinkop. Untuk
menghindari hal ini, sebaiknya pengobatan dengan dosis kecil dan diberikan sebelum
tidur.
C. Vasodilator
Hidralazin
Mekanisme kerja:
hidralazin bekerja langsung merelaksasikan otot polos arteriol dengan
mekanisme yang belum dapat dipastikan. Sedangkan otot polos vena hampir
tidak dipengaruhi. Vasodilatasi yang terjadi menimbulkan reflek kompensasi
yang kuat berupa peningkatan kekuatan dan frekuansi denyut jantung,
peningkatan renin dan norepinefrin plasma. Hidralazin menurunkan tekanan
darah berbaring dan berdiri. Karena lebih selektif bekerja pada arteriol, maka
hidralazin jarang menimbulkan hipotensi ortostatik.
Efek Samping:
Hidralazin dapat menimbulkan sakit kepala, mual, flushing, hipotensi,
takikardia, palpitasi, angina pektoris. Iskemik miokard dapat terjadi pada
pasien PJK, yang dapat dicegah dengan pemberian bersama β−Bloker . Retensi
air dan natrium disertai edema dapat dicegah dengan pemberian bersama
diuretic.
Minoksidil
Obat ini bekerja dengan membuka kanal kalium sensitive ATP (ATP -
dependent potassium channel) dengan akibat terjadinya efflux kalium dan
hiperpolarisasi membrane yang diikuti oleh relaksasi otot polos pembuluh
darah dan vasodilatasi. Efeknya lebih kuat pada arteriol dari pada vena. Obat
ini menurunkan tekanan sistol dan diastole yang sebanding dengan tekanan
teingginya tekana darah awal. Minoksidil lebih kuat dan kerja nya lebih lama
dibanding hidrazalin. Efek hipotensinya diikuti oleh refleks takikardia dan
peningkatan curah jantung. Cuarh jantung dapat meningkat 3 -4 kali lipat.
Efek Samping:
Tiga efek samping utama minoksidil yaitu retensi cairan dan garam, efek
samping kardiovaskular karena refleks simpatis dan hipertrikosis. Selain itu
dapat terjadi gangguan toleransi glukosa dengan tedensi hiperglikemia, sakit
kepala, mual, erupsi obat rasa lelah dan nyeri tekan didada.
Diazoksid
mekanisme kerja, efek samping mirip dengan minoksidil.
D. Penghambat Sistem Renin – Angiotensin
Sistem Renin Angiotensin – Aldosteron (SRAA)
SRAA berperan dalam pengaturan tekanan darah dan volume cairan tubuh. Sistem ini
tidak terlalu aktif pada individu dengan volume darah dan kadar natrium normal, tapi
sangat penting bila ada penurunan tekana darah atau deplesi cairan atau garam. Reaksi
pertama tubuh terhadap penurunan tekanan volume darah alah peningkatan sekresi
renin dari sel jukstaglomeruler diarteriol aferen ginjal.
Renin adalah enzim proteolitik yang disintesis oleh sel sel jukstaglomeruler di ginjal
dan merupakan penentu (Rate limiting step) aktivitas SRAA. Sekresisnya meningkat
bila terjadi penurunan TD, stenosis arteri renalis, gagal jantung, perdarahan dan
dehidrasi, hiponatermia (akibat diet rendah garam) dan rangsangan adrenergic melalui
reseptor β 1 .
Angiotensinogen adalah suatu α globulin yang disintesis dalam hati dan beredar
didalam darah. Renin berfungsi mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I
(Ang I). yang merupakan hormon yang belum aktif. Selanjutnya Ang I akan diubah
oleh angiotensin converting enzyme (ACE) menjadi angiotensin II (Ang II) yang
memiliki efek vasokonstriksi yang sangat kuat dan merangsang sekresi aldosterone
dari korteks adrenal.
Penghambat angiotensin Converting Enzyme (ACE Inhibitor) dan Antagonis
Reseptor Angiotensin II (Angiotensin receptor blocker, ARB)
Contoh obat:
Efek samping pada ARB, nilai serum kalium setelah beberapa hari menggunakan obat ARB.
Apirin atau asetosal dosis tinggi dikhawatirkan memiliki interaksi dengan ARB yang dapat
mengakibatkan ARB menjadi kurang efektif atau kontrol tekanan darah yang tidak stabil.
Selain itu, NSAID seperti ketorolac, asam mefenamat, dan natrium diklofenak dapat
mempengaruhi kontrol tekanan darah. Kombinasi ini juga dapat meningkatkan resiko
terjadinya gangguan ginjal dan hiperkalemia.
3. Antagonis Kalsium (Calsium Channel Bloker)
Golongan obat ini berkerja menurunkan menurunkan daya pompa jantung dengan
menghambat kontraksi otot jantung (kontraktilitas). Contoh obat yang tergolong jenis obat
ini adalah amlodipine, diltiazem dan nipedipine.
Hipertensi:
Tekanan darah (TD) ditentukan oleh dua faktor utama yaitu curah jantung (cardiac output)
dan resistensi vascular perifer (peripheral resistance).
BP = CO X PR
Cardiac ouput
curah jantung
Hipertensi Kehamilan
HT gestasional: HT pada kehamilan > 20 minggu dan bertahan < 6 minggu postpartum
1. Bila TD persisten > 140/90 mmHg
Pilihan terapi: metildopa, labetolol, nifedipine atau nikardipin
KI : Acei, ARB, DRI (aliskiren)
2. Bila TD>170/110mmHg segera ke RS:
Pilihan terapi: IV Labetolol (IV nikardipin, hidrazalin)
oral: metildopa, nifedipine atau nikardipin
tambahkan MgSO4 untuk cegah preeklampsia
KI: Natrium nitroprusia
3. pada postpartum: hindari metildopa (depresi postpartum)
4. Ibu menyusui: Amlodipin
Hindari atenolol, propranolol, nifedipin