Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENELITIAN

VISUM ET REPERTUM KINDERDOODSLAG PADA KASUS PEMBUNUHAN


BAYI YANG BARU LAHIR DALAM FORENSIK

Dosen Pengampu:

Synthiana Rachmie, S.H., M.H.

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

1. Eli Permana P (201000015)

2. Muhammad Ramadhan Suroto (201000176)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PASUNDAN
2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENELITIAN

‘’ VISUM ET REPERTUM KINDERDOODSLAG PADA KASUS PEMNUNUHAN


BAYI BARU LAHIR DALAM FORENSIK”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Forensik.

Dosen Pembimbing Ketua Kelompok

Synthiana Rachmie, S.H., M.H. Eli Permana P

Pengesahan
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kelompok kami sehingga dapat menyelesaikan Laporan
Penelitian ini ,yang mana Laporan Penelitian ini berjudul "VISUM ET REPERTUM
KINDERDOODSLAG PADA KASUS PEMBUNUHAN BAYI BARU LAHIR DALAM
FORENSIK”. Laporan Penelitian ini disusun untuk memenuhi penilaian tugas kelompok pada
mata kuliah Forensik

Di dalam Laporan Penelitian ini membahas mengenai Visum Et Repertum pada jenis
kematian kinderdoodslag pada kasus pembunuhan bayi yang baru lahir, walaupun Laporan
Penelitian ini tidak sempurna tetapi di dalamnya kami membuat dengan detail mencakup
tentang apa yangdiarahkan semestinya, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan
keterbatasan dalam penyajian Laporan Penelitian ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saranyang membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan juga saya dapat
memperbaiki Laporan Penelitian kami kedepannya. Semoga Laporan Penelitian ini berguna
dan dapat menambah pengetahuan pembaca.

Demikian Laporan Penelitian ini kami susun, apabila terdapat kata-kata yang kurang
berkenan dan banyak terdapat kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Bandung, 15 Juni 2023


Daftar Isi

LAPORAN PENELITIAN 1
KATA PENGANTAR 3
Daftar Isi 4
Isi Laporan 5
A. Pendahuluan 5
A. Latar Belakang 5
B. Tujuan kuliah lapangan. 5
b. Data lapangan + sumber data 6
A. Data Lapangan 6
B. Sumber Data 6
c. Teori hukum materil dan formil hukum pidana serta teori forensik (kedokteran kehakiman)
yang digunakan untuk membantu menganalisa 6
d. Analisa 10
e. Simpulan 12
Daftar Pustaka 14
Lampiran 15
A. Kronologi Kasus 15
Isi Laporan
A. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Perguruan tinggi sebagai institusi pendidikan diharapkan dapat mencetak


lulusan lulusan penerus generasi bangsa yang sanggup menguasai ilmu
pengetahuan secara teoritis, praktis, dan aplikatif. Untuk menciptakan tenaga
kerja yang unggul dan memiliki kemampuan serta keahlian yang mumpuni,
Fakultas Hukum Universitas Pasundan sebagai salah satu Perguruan Tinggi
Swasta yang ada di Bandung berusaha membentuk dan melatih lulusan-lulusan
yang ada untuk mampu terjun langsung melihat realitas di lapangan.

Kuliah Lapangan merupakan salah satu kegiatan akademik yang berfokus pada
kemampuan untuk mengembangkan dan menempa ilmu yang telah dipelajari
selama menjalani perkuliahan dalam praktiknya. Kegiatan ini dapat menambah
pengalaman mahasiswa khususnya di Prodi S1 Ilmu Hukum dan memberikan
wawasan mendalam terkait dunia kerja sebelum lulus dari bangku perkuliahan
kelak.

Kegiatan Kuliah Lapangan inilah mahasiswa Fakultas Hukum UniversitasPasundan


dapat belajar bagaimana mengatasi permasalahan yang berbeda di lapangan
sehingga membentuk mental yang kuat jika menemui masalah serupa karena sudah
pernah merasakan tekanannya. Dengan semua ilmu yang didapatkan selama Kuliah
Lapangan, akan membuat mahasiswa menjadi lebih baik karena pengalaman,dan
kepercayaan diri.

Pada Kegiatan Kuliah Lapangan ini, peneliti mendapat kesempatan untuk Kuliah
Lapangan di Polrestabes Kota Bandung yang beralamat diJl. Merdeka No.18-21,
Babakan Ciamis, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat 40117

B. Tujuan kuliah lapangan.

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Meningkatkan pengalaman,wawasan,ilmu dan keterampilan menganalisis kasus


Forensik
2. Mendapatkan pengalaman terkait bidang Forensik melalui kegiatan Kuliah
Lapangan.

3. Mengetahui gambaran tentang bidang Forensik di lapangan khususnya di rumah


sakit milik Polri.

4. Mengimplementasikan ilmu-ilmu yang telah didapatkan untuk kemudian


dipraktikan di Lapangan.

b. Data lapangan + sumber data

Penjelasan hasil data lapangan dan sumber data yang didapatkan dari kuliah
lapangan

A. Data Lapangan

Jenis penelitian ini berisi rancangan atau desain penelitian, sampel, uraian singkat
metode penelitian dan metode analisis data. Penelitian ini bersifat deskriptif
observasional. Sampel berupa data kasus kematian kinderdoodslag berdasarkan
Visum et Repertum. Sampel diambil menggunakan teknik purposive sampling.
Data yang diteliti meliputi : tahun, usia, jenis kelamin, lokasi pengirim, kategori,
dan gambaran yang ditemukan. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan
disajikan dalam bentuk laporan penelitian dan kemudian dijelaskan kembali
sehingga tersusun pemaparan mengenai Kinderdoodslag

B. Sumber Data

Dalam pengambilan data peneliti menggunakan wawancara dalam


pengumpulan data, maka sumber data disebut responden yaitu orang yang
merespon atau menjawab.

Kelompok 1 Kinderdoodslag mendapatkan data dari Polrestabes Kota


Bandung di Jl. Merdeka No.18-21, Babakan Ciamis, Kec. Sumur Bandung,
Kota Bandung, Jawa Barat 40117

c. Teori hukum materil dan formil hukum pidana serta teori forensik
(kedokteran kehakiman) yang digunakan untuk membantu menganalisa

Ilmu Kedokteran Kehakiman berperan dalam hal menentukan hubungan kausalitas


antara suatu perbuatan dengan akibat yang akan ditimbulkan dari suatu perbuatan,
baik yang menimbulkan akibat luka pada tubuh, atau yang menimbulkan gangguan
kesehatan, atau yang menimbulkan matinya seseorang, dimana terdapat akibat akibat
tersebut patut diduga telah terjadi tindak pidana.

Dalam Kedokteran forensik upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik
dalam menentukan identitas seseorang, baik dalam keadaan hidup maupun mati.
Ketepatan dalam melakukan identifikasi untuk penentuan identitas seseorang
memegang peranan penting yang dapat ditinjau dari beberapa aspek, diantaranya:

a. Aspek Hukum Pidana, identifikasi merupakan dasar bagi polisi untuk


mengarahkan penyelidikan guna menemukan pelaku ataupun korban padakasus
tindak pidana seperti: pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, penculikan
anak, dan kasus lainnya.
b. Aspek Hukum Perdata, identifikasi diperlukan untuk pembuatan surat kematian,
klaim asuransi, pembagian harta warisan, kasus bayi yang tertukar atau
diragukan orang tuanya, dan kasus perdata lainnya.
c. Aspek Hukum Administrasi, identifikasi forensik dapat dimanfaatkan sebagai
pencatatan data kependudukan sebagaimana yang telah ditentukan dalam Pasal
44 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan.
d. Aspek Sosial Kemasyarakatan, identifikasi forensik diperlukan sebagai
kebutuhan etis yang berhubungan dengan norma kesusilaan dan kemanusiaan,
khususnya dalam kasus kecelakaan atau bencana alam yang menelan banyak
korban, identifikasi bermanfaat dalam tata cara pemakaman menurut agama dan
kepercayaan korban.

Terdapat 2 objek identifikasi, yaitu:

Pertama, Identifikasi Orang Hidup; Identifikasi seorang inividu adalah pengenalan


individu berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat yang membedakannya dari yang lain, pada
dasarnya meliputi anatomi, odontologis dan golongan darah. Pada identifikasi ini
dilakukan pemeriksaan dan pengamatan menyeluruh yang terdiri antara lain:

1) Pemeriksaan fisik yang meliputi antara lain:


a) Umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan;
b) Deformitas;
c) Parut, tato;
d) Gigi, warna mata, kulit dan rambut;
e) Ukuran sepatu dan topi;
f) Disability (tuli atau buta).
2) Pemeriksaan sidik jari.
3) Penentuan golongan darah.
4) Ciri-ciri tubuh tertentu (perawakan, cara berjalan).
5) Fotografi.
6) Benda-benda milik pribadi (KTP, SIM, ijazah, cincin kawin, pakaian).
Kedua, Identifikasi Orang Mati; Identifikasi terhadap orang yang sudah meninggal
dunia dapat dilakukan terhadap:

1) Jenazah yang masih baru dan utuh.


2) Jenazah yang sudah membusuk dan utuh.
3) Bagian-bagian dari tubuh jenazah.

Identifikasi pada jenazah yang masih baru dan utuh oleh pihak kepolisian hampir sama
seperti yang dilakukan terhadap orang hidup. Adapun pemeriksaan pada identifikasi
jenazah meliputi

1) Umum. Pemeriksaan pada identifikasi jenazah secara umum ini meliputi:


a) Kerangka manusia atau bukan;
b) Penentuan jumlah korban;
c) Penentuan jenis kelamin;
d) Perkiraan tinggi badan;
e) Perkiraan umur;
f) Penentuan ras.
2) Khusus. Pemeriksaan pada identifikasi jenazah secara umum ini meliputi:
a) Pemeriksaan sidik jari;
b) Pemeriksaan golongan darah;
c) Tanda-tanda pekerjaan/kebiasaan;
d) Gigi-geligi;
e) Warna kulit, mata, rambut;
f) Cacat, kelainan bawaan;
g) Tato;
h) Kelainan patologis/parut.

Kinderdoodslag adalah kejahatan yang tidak dapat dilakukan oleh setiap orang.
Artinya,Kejahatan itu harus dilakukan oleh seorang ibu terhadap anaknya sendiri yang
sedang dilahirkannya atau tidak lama setelah dilahirkan.

Hal ini diatur dalam pasal 341 KUHP yang bunyinya sebagai berikut:

“Seorang ibu yang dengan sengaja menghilangkan jiwa anaknya pada


ketika dilahirkan atau tidak berapa lama sesudah dilahirkan karena takut ketahuan
bahwa ia sudah melahirkan anak dihukum karena pembunuhan anak dengan hukuman
penjara selama-lamanya tujuh tahun.
Unsur pokok dalam Pasal 341 tersebut adalah bahwa seorang ibu dengan sengaja
merampas nyawa anaknya sendiri pada saat ia melahirkan anaknya atau tidak berapa
lama setelah anak dilahirkan. Sedangkan unsur yang penting dalam rumusan Pasal
tersebut adalah bahwa perbuatannya si ibu harus didasarkan atas suatu alasan ( motief
, yaitu didorong oleh perasaan takut akan diketahui atas kelahiran anaknya.
Kindermoord adalah kejahatan dengan sengaja menghilangkan nyawa seorang anak yang baru
dilahirkan ibunya sendiri yang dilakukan dengan direncanakan terlebih dahulu.

Hal ini diatur dalam pasal 342 KUHP yang bunyinya sebagai berikut:
"Seorang ibu untuk melaksanakan niat yang sudah ditebtukan karena takut akan
melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa
anaknya, diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana,
dengan pidanapaling lama Sembilan tahun.”
Pembunuhan bayi bisa disimpulkan ada dua yakni apabila kehendak/kesengajaan dari
seorang ibu yang membunuh anaknya timbul sebelum anak dilahirkan maka dikenakan
pasal 342 sedangkan apabila kehendak/dengan sengaja membunuh bayi yang baru saja
dilahirkan karena terdorong oleh perasaan takut diketahui orang lain bahwa telah
melahirkan seorang anak maka dikenakan pasal 341 KUHP. Perbedaan pasal 341
KUHP dan pasal 342 KUHP ialah pasal 341 pembunuhan bayi biasa (tanpa rencana)
pasal 342 ialah pembunuhan bayi berencana. Pasal 341 KUHP dan pasal 342
KUHP merupakan suatu ketentuan khusus karena ketentuan-ketentuan pidana
tersebut mengatur lebih khusus tentang tindak pidana pembunuhan secara umum dalam
pasal 338 KUHP dan pasal 340 KUHP. Tindak pembunuhan bayi dianggap mempunyai
ciri khas dari tindak pidana pembunuhan biasa yakni adanya hubungan emosional
antara ibu sebagai pelaku dan bayi sebagai korban

Faktor-Faktor Pendorong Pembunuhan :

Manusia bisa mengendalikan setiap komponen jiwanya muncul dari golongan agresif.
Menurut psikolog mengatakan kasus-kasus kriminal yang sudah terjadi belakangan ini
membuat setiap manusia mempunyai ego dan super ego yang ada pada diri setiap
manusia. Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan pembunuhan .
“semua orang memiliki kondisi sikologis yang berbeda-beda dan memiliki motif
berbeda dalam membunuh. Faktor sosial juga ikut mempengaruhi seseorang , serta dari
kajian Antoropologi terlalu emosional adalah ciri masyarakat Indonesia adalah
Hipokrit.”

Ada beberapa faktor yang bisa membuat seseorang melakukan pembunuhan, yaitu :
1. Disorganisasi sosial atau kurangnya pengendalian diri dalam mengontrol reaksi
agresi
2. Budaya kekerasan yang biasanya seseorang terbentuk dalam lingkungan dengan
kekerasan tinggi atau mengalami kekacauan sosial serta kurang memiliki nilai
dan norma yang berlaku dalam keluarga
3. Tidak memiliki nilai spritual yang baik
Ada beberapa motif kejadian yang dapat memicu sebagai kinderdoodslag yaitu
sebagai berikut:

a. Hasil hubungan Terlarang dan takut diketahui banyak orang yang menganggap
anak hasil zina / sehingga menimbulkan rasa Malu dan mendapatkan hukum
sosial hal ini yang membuat si "Ibu" Dapat melakukan hal yang dapat
membunuh anaknya.
b. Faktor kejiwaan yang tidak dapat terkontrol sehingga membuat bayi tersebut
menjadi korban
c. Faktor Ritual

Kriteria yang digolongkan dalam kinderdoodslag yaitu sebagai berikut:

1. Pelaku harus ibu kandung


2. Korban harus bayi / anak kandung sendiri
3. Pembunuhan harus dilakukan pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian
setelah bayi lahir.
4. Maksimal waktu pembunuhan + 24 jam setelah dilahirkan.

d. Analisa

Dalam KUHP Indonesia kita dapati mengenai dua ketentuan pembunuhan bayi,
yakni pembunuhan bayi dengan sengaja (kinderdoodslag, pasal 341) dan
pembunuhan bayi dengan niat yang direncanakan terlebih dahulu (kindermoord,
Pasal 342 )
Kinderdoodslag dirumuskan sebagai berikut: "Seorang ibu yang karena takut akan
ketahuan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian,
dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak
sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun."
Sedangkan kindermoord dirumuskan sebagai berikut:

"Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditekan karena takut akan
ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama
kemudian, merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan
anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun."

Ketentuan mengenai pembunuhan bayi sebagaimana diatur dalam pasal 341 dan
pasal342 tersebut diatas, merupakan lex specialis dari ketentuan mengenai
pembunuhan biasa yang diatur dalam Pasal 338, yaitu: "Barangsiapa sengaja
merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan, dengan pidana penjara
paling lama lima belas tahun."
Pasal 340 KUHP yang berbunyi: "Barangsiapa sengaja dan dengan rencana lebih
dahulu merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan dengan
rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun. "Dimana kedua pasal ini
yang merupakan lex generalis dari pasal 341 dan 342.

Karena sesungguhnya pembunuhan bayi merupakan juga pembunuhan biasa.


Pada tindak pidana pembunuhan bayi dalam pasal 341 KUHP. Apabila pasal 341
dirumuskan secara terinci, maka akan terdiri dari unsur-unsur :

1. Unsur-unsur objektif terdiri dari:

a. Petindaknya : Seorang Ibu


b. Perbuatannya : Menghilangkan/Merampas nyawa;
c. Objeknya : Nyawa bayinya ;
d. Waktnya : Pada saat bayi dilahirkan/setelah dilahirkan
e. Motifnya : Karena takut diketahui melahirkan

2. Unsur subjektif : Dengan sengaja/berencana


Unsur-unsur tersebut dapat di uraikan sebagai berikut:

1) Unsur objektif
 Petindaknya: Seorang ibu, yang artinya ibu dari bayi (korban)
yang dilahirkan. Jadi dalam hal ini ada hubungan antara ibu dan
anak Adanya ibu merupakan syarat yang melekat pada subyek
hukumnya, menandakan bahwa kejahatan ini tidak dapat
dilakukan oleh semua orang. Hukum pidana Indonesia
merumuskan bahwa pembunuhan bayi itu adalah wanita atau
ibu yang melahirkan bayi tersebut. Konsekuensi dari rumusan
ini ialah bahwa secara medis haruslah dilakukan pemeriksaan
terhadap si ibu yang melakukan pembunuhan bayi, untuk
mengetahui benarkah wanita itu yang melahirkan bayi tersebut.
Hal ini mempunyai arti penting dalam bidang hukum pidana
oleh karena, sekali lagi hanya wanita yang melahirkan bayinya
yang dapat dituntut sebagai pelaku pembunuhan bayi, apabila ia
melakukan pembunuhan terhadap bayinya tersebut

 Perbuatannya: Menghilangkan nyawa/merampas nyawa. Unsur


dari perbuatan ini merupakan perbuatan yang sama dengan
perbuatan dalam Pasal 338 dan 340 KUHP, yang karena dengan
adanya perbuatan menghilangkan nyawa maka kejahatan itu
disebut dengan pembunuhan. 'Namun disini penulis perlu
mengingatkan kembali bahwa Pasal 340 adalah pembunuhan
dengan rencana terlebih dahulu yang relevan dengan pasal 342
(moord).
Dalam Pasal 338, pada dasarnya perbuatan menghilangkan nyawa ini
mengandung unsur:
a. Adanya wujud perbuatan (aktif positif tertentu);
b. Adanya kematian orang lain (dalam hal ini bayinya sendiri);
c. Adanya hubungan kausalitas antara wujud perbuatan dengan kematian bayi

2) Unsur Subjektif

Unsur kesengajaan dalam pembunuhan bayi harus ditujukan pada seluruh unsur
yang ada di belakangnya, Bahwa dengan demikian, maka kehendak dan apa
yang diketahui si ibu harus ditujukan, yakni:

a. Untuk mewujudkan perbuatan menghilangkan jiwa/nyawa;


b. Nyawa bayinya sendiri;
c. waktunya:Ketika bayi sedang dilahirkan Tidak lama setelah bayi dilahirkan.

Artinya kesengajaan yang demikian itu adalah, bahwa si ibu menghendaki


mewujudkan perbuatan menghilangkan nyawa dan mengetahui perbuatan itu
dapat menimbulkan akibat kematian, yang di ketahuinya bahwa perbuatan itu
dilakukan terhadap bayinya sendiri, yang diketahuinya perbuatan mana
dilakukan pada saat dilahirkan atau tidak lama setelah dilahirkan.

Seorang ibu yang dengan sengaja menghilangkan jiwa anaknya pada ketika
dilahirkan atau tidak berapa lama sesudah dilahirkan karena takut ketahuan
bahwa ia sudah melahirkan anak dihukum karena pembunuhan anak dengan
hukuman penjara selama- lamanya tujuh tahun. Unsur pokok dalam Pasal 341
tersebut adalah bahwa seorang ibu dengan sengaja merampas nyawa anaknya
sendiri pada saat ia melahirkan anaknya atau tidak berapa lama setelah anak
dilahirkan
a. Simpulan

Kinderdoodslag adalah jenis pembunuhan/kejahatan yang tidak dapat dilakukan


oleh setiap orang,yang mana artinya kejahatan itu harus dilakukan oleh seorang ibu
yang melakukan pembunuhan terhadap anak yang baru lahir,
Kinderdoodslag ( pembunuhan bayi baru lahir ) diakibatkan oleh adanya faktor
yang membuat seorang ibu melakukan hal tersebut, faktor tersebut bisa
dikarenakan adanya rasa malu karena hasil dari hubungan gelap,adanya tekenan
dan juga ada dorongan mental yang kurang baik sehingga hal itu bisa
terjadi.,Adapun motif pembunuhan yang dilakukan seperti:

● Menikan/Mencekik korban
● Membekam korban sehingga korban kesulitan untuk bernapas
● Membuang jenazah korban ketempat pembuangan sampah

Tindakan pembunuhan pada kasus yang terjadi dilakukan UP (18) dengan cara
memotong pusar bayi menggunakan gunting serta menceki dan membekam korban
sehingga korban kesulitan bernapas,pelaku,melakukan hal tersebut dikarenakan
pelaku merasa malu dan panik sehingga dengan sengaja membekam korban yang
sehingga korban meninggal dunia seketika,pelaku membuang mayat dengan
balutan kain sprei dan membuangnya ketempat pembuangan sampah,pelaku dijerat
dengan pasal 341 dengan pidana kurungan tujuh tahun penjara.
Lampiran
A. Kronologi Kasus

UP (18), nekat melakukan tindakan keji, membunuh dan membuangnya bayi yang baru
dilahirkan. Tindakan itu dilakukan mahasiswi sekolah tinggi ilmu kesehatan ini lantaran malu
melahirkan bayi hasil hubungan gelap. Peristiwa itu terjadi di Gang Siti Salamah, Kelurahan
Pasirkaliki, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung pada Jumat 12 Juni 2021 lalu. Saat itu, warga
melapor ke Polsek Cicendo menemukan bayi baru di lahir di tempat sampah, tak jauh dari kos-
kosan Gang Siti, Kecamatan Cicendo

Daftar Pustaka
https://www.tvonenews.com/amp/berita/129232-memilukan-bayi-baru-lahir-ditemukan-di-
pembuangan-sampah-warga-cicendo-bandung?page=2

Moeljatno, Kitab Undang-undang Hukum Pidana

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexprivatum/article/view/11355

BupriadiWiIla Chandrawila, Hukum Kedokteran,Mandar Maju, Bandung, 2012.

warmadewa.ac.id https://www.ejournal.warmadewa.ac.id

Wagiati Soetodjo, Hukum Pidana Anak,. Refika Aditama, Bandung, 2006

Sianturi, SR., Tindak Pidana di KUHAP BerikutUraiannya, Alumni AHM- PTHM,Jakarta,1983

Amir, A. 2008. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik (edisi ke-2). Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia. Hal. 120-133.

Apuranto, H. 2007. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia. Hal. 71- 99

Anda mungkin juga menyukai