Anda di halaman 1dari 14

Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016

Infeksi biofilm bakterial

Heriyannis Homenta

Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi


Manado Email: herihomenta@yahoo.co.id

Abstract: Biofilm is the unity of microbial cell surface surrounded by a matrix of extracellular
polymeric substances (EPS). Bacteria composing the biofilm are heterogeneous in space and
time. This biofilm continues to grow influenced by internal and external processes. Moreover,
biofilm can be found on the surface of medical devices, as well as in bacterial endocarditis and
cystic fibrosis. Biofilm that is already formed can lead to antibiotic resistance.
Keywords: infections, bacterial biofilm, antibiotic resistance

Abstrak: Biofilm merupakan kesatuan dari permukaan sel mikroba yang dilingkupi oleh
matriks substansi polimerik ekstraseluler. Bakteri yag menyusun biofilm bersifat heterogen
dalam ruang dan waktu. Biofilm terus berkembang yang dipengaruhi oleh proses internal dan
eksternal. Biofilm dapat ditemukan pada permukaan alat-alat medis, endokarditis bakterial,
dan kistik fibrosis. Biofilm yang telah terbentuk dapat menyebabkan resistensi antibiotik.
Kata kunci: infeksi, biofilm bakterial, resistensi antibiotik

Sejak adanya penemuan mikroskop, maka pada tahun 1978 mengajukan teori biofilm
untuk pertama kali Van Leeuwenhoek yang menjelaskan mekanisme mikro-
mengamati mikroorganisme menggunakan organisme melekat pada permukaan
mikroskop pada permukaan gigi dan material hidup dan tidak hidup serta
menemukan biofilm mikroba. Penelitian memanfaatkan nutrisi yang diperoleh dari
biofilm yang lebih rinci menggunakan ekologis tersebut.1
mikroskop elektron dilakukan oleh Jones et Pada dua dekade terakhir, penelitian
al. untuk menilai biofilm pada filter air telah mengandalkan alat-alat seperti
dalam pengolahan air limbah tanaman dan scanning electron microscopy (SEM) atau
menunjukkan biofilm terdiri dari berbagai teknik kultur standar mikrobiologis untuk
organisme berdasarkan morfologi sel. karakterisasi biofilm. Dua pernyataan
Dengan menggunakan polisakarida tertentu utama tentang biofilm, yaitu pemanfaatan
yang disebut Rutenium merah dan mikroskop pemindai laser konfokal untuk
dikopling dengan osmium tetroksida mengkarakterisasi ultrastruktur biofilm,
fiksatif, peneliti ini juga mampu dan penyelidikan gen yang terlibat dalam
menunjukkan bahwa bahan matriks adhesi sel dan pembentukan biofilm.1
sekitarnya dan yang menutupi sel pada
beberapa biofilm ialah polisakarida.1 Regulasi gen biofilm
Pada awal tahun 1973, Characklis Semakin terbukti bahwa regulasi dari
meneliti mikroba dalam sistem air industri sejumlah gen terjadi pada adhesi sel yang
dan menunjukkan bahwa mikroba tidak merupakan interaksi awal dengan substrat
hanya aktif, tetapi juga sangat tahan tersebut. Davies dan Geesey2 mendemon-
terhadap desinfektan seperti klorin. Melalui strasikan up-regulation gen algC pada sel
pengamatan pada plak gigi, Costerton et al. bakteri dalam beberapa menit perlekatan

1
Homenta: Infeksi biofilm

pada permukaan sel, di mana fenomena ini menemukan bahwa lendir bakteri
tidak hanya terbatas pada bakteri P. koagulase-negatif terdiri dari asam teikoik
aeruginosa.2 Penelitian yang dilakukan dicampur dengan jumlah kecil dari protein.
oleh Prigent-Combaret et al.3 menemukan EPS juga sangat terhidrasi karena dapat
gen mengalami up-regulation sebesar 22%, menggabungkan sejumlah besar air ke
dan yang mengalami down-regulation dalam struktur dengan ikatan hidrogen.8
sebesar 16% pada biofilm, sehingga EPS dapat bersifat hidrofobik,
Prigent-Combaret et al. berpendapat bahwa meskipun sebagian besar EPS bersifat
ekspresi gen biofilm yang terjadi karena hidrofilik dan hidrofobik, serta bervariasi
dimodulasi oleh faktor eksternal fisiko- dalam kelarutannya. Sutherland7 mencatat
kemikal dinamik pada sel dan merupakan dua sifat penting EPS yang mungkin
jalur regulator kompleks. berefek yang ditandai pada biofilm.
Becker et al.4 menunjukkan bahwa Pertama, komposisi dan struktur
biofilm Staphylococcus aureus mengalami polisakarida menentukan konfirmasi utama
up-regulation untuk gen yang mengkode EPS, yaitu banyak EPS bakteri memiliki
enzim yang berperan pada glikolisis atau struktur 1,3- atau 1,4-β-residu heksosa dan
fermentasi, yaitu phosphoglycerate mutase, cenderung lebih kaku, kurang dapat
triosephosphate isomerase, dan alcohol berubah bentuk, bahkan dalam kasus-kasus
dehydrogenase, serta diduga bahwa up- tertentu bersifat sukar larut atau tidak larut,
regulation dari beberapa gen dapat tetapi molekul EPS lainnya mungkin
disebabkan oleh pembatasan oksigen dalam mudah larut dalam air. Kedua, EPS dari
perkembangan biofilm. Penelitian yang biofilm umumnya tidak seragam tetapi
dilakukan oleh Pulcini5 juga menunjukkan dapat bervariasi secara spasial dan
bahwa gen algD, algU, rpoS, dan gen yang sementara. Leriche et al.9 menggunakan
mengontrol sintesis polyphosphokinase pengikatan khusus lektin pada gula
(PPK) mengalami up-regulation pada sederhana untuk mengevaluasi perkem-
formasi biofilm bakteri P. aeruginosa. bangan biofilm bakteri oleh organisme
yang berbeda, dengan hasil penelitian
Struktur biofilm menunjukkan bahwa organisme yang
Biofilm terdiri dari sel-sel mikroba dan berbeda menghasilkan jumlah EPS yang
extracellular polymeric substance (EPS). berbeda dan jumlah EPS meningkat sesuai
EPS dapat mencakup 50% sampai 90% dari usia biofilm.9 EPS berkaitan dengan ion
total karbon organik biofilm dan dapat logam, kation divalen, makromolekul
dianggap bahan matriks primer biofilm. lainnya, seperti protein, DNA, lipid, dan
EPS dapat berbeda sifat kimia dan fisik, bahkan zat humik. Produksi EPS
tetapi terutama terdiri dari polisakarida. dipengaruhi oleh nutrisi medium
Beberapa polisakarida bersifat netral atau pertumbuhan, kelebihan karbon dan
polianionik, seperti EPS bakteri Gram pembatasan nitrogen, kalium, atau fosfat
negatif. Adanya asam uronik, seperti D- mendukung sintesis EPS. Pertumbuhan
glucuronate, D-galacturonic, dan asam bakteri yang lambat akan meningkatkan
manuronat atau piruvat terkait kental produksi EPS, karena EPS sangat terhidrasi
menjadi bahan anionik yang menyebabkan untuk mencegah kekeringan di beberapa
asosiasi kation divalen seperti kalsium dan biofilm alami. EPS juga dapat
magnesium, yang telah terbukti bereaksi berkontribusi terhadap sifat resistensi
silang dengan benang polimer dan antimikroba dari biofilm dengan
memberikan kekuatan mengikat yang lebih menghambat transportasi massal antibiotik
besar dalam pembentukan biofilm. Pada melalui biofilm.10
beberapa bakteri Gram positif, seperti Tolker-Nielsen dan Molin11 menjelas-
Staphylococci, komposisi kimia dari EPS kan bahwa setiap komunitas biofilm
mungkin sangat berbeda dan terutama mikroba bersifat unik, meskipun beberapa
bersifat kation.6,7 Penelitian Hussain et al.8 struktur memiliki sifat umum. Istilah
Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni

biofilm dalam beberapa hal keliru, karena tunggal sel menjadi beberapa lapisan film
biofilm yang tidak mendeposit permukaan yang tebal yang mengandung saluran air.
monolayer secara kontinu. Sebaliknya, Penelitian James et al.14 menunjukkan
biofilm sangat heterogen, terdiri dari penebalan biofilm dapat disebabkan jumlah
mikrokoloni sel bakteri terbungkus dalam komponen bakteri. Kultur murni biofilm K.
matriks EPS dan dipisahkan dari pneumoniae atau P. aeruginosa di
mikrokoloni lainnya oleh rongga interstitial laboratorium reaktor menghasilkan
(saluran air).11,12 pembentukan biofilm lebih tipis dengan
ukuran masing-masing 15 µm dan 30 µm,
di mana biofilm yang mengandung kedua
spesies bakteri terbentuk lebih tebal dengan
ketebalan 40 µm.14 Hal ini disebabkan oleh
bakteri spesies yang satu meningkatkan
kestabilan spesies bakteri yang lain pada
pembentukan biofilm.1
Struktur biofilm bersifat heterogen
baik dalam ruang dan waktu, dan terus
berubah karena proses eksternal dan
internal. Tolker-Nielsen et al.15 meneliti
peran motilitas sel pada struktur biofilm
dalam aliran sel dengan memeriksa
interaksi P. aeruginosa dan P. putida
Gambar 1. Biofilm polimikrobial tumbuh pada
dengan mikroskop laser konfokal. Kedua
permukaan stainless steel di laboratorium
reaktor biofilm air minum selama 14 hari, bakteri ini ditambahkan dengan sistem
kemudian diwarnai dengan 4,6-diamidino-2- aliran sel, maka setiap bakteri akan
phenylindole (DAPI) dan diperiksa dengan membentuk mikrokoloni. Seiring dengan
mikroskop epifluoresens. Sumber: Donlan RM, waktu, koloni akan bercampur yang
2002. 1 menunjukkan migrasi sel dari satu
mikrokoloni ke yang lain. Perubahan
struktur mikrokoloni dari struktur yang
Gambar 1 menunjukkan biofilm P.
kompak menjadi struktur yang longgar, hal
aeruginosa, Klebsiella pneumoniae, dan
ini dapat terjadi karena sel-sel dalam
Flavobacterium spp. yang telah
mikrokoloni menjadi motil, di mana sel
dikembangkan pada permukaan baja di
yang menyebar berasal dari mikrokoloni
laboratorium sistem air minum yang
biofilm.
menjelaskan saluran air dengan karak-
Struktur biofilm juga dapat
teristik heterogenitas biofilm yang matang.
dipengaruhi oleh interaksi komponen
Aliran cairan terjadi pada saluran air ini,
partikel nonmikroba, yaitu hospes atau
memungkinkan difusi nutrisi, oksigen, dan
lingkungan, misalnya eritrosit dan fibrin
bahkan agen antimikroba. Konsep
yang terakumulasi pada biofilm. Biofilm
heterogenitas menjelaskan tidak hanya
pada katup jantung memberikan contoh
untuk campuran kultur biofilm (lingkungan
yang jelas dari jenis interaksi, di mana
biofilm) tetapi juga untuk kultur murni
bakteri mikrokoloni bakterial biofilm
biofilm umum pada peralatan medis dan
berkembang pada matriks trombosit, fibrin,
yang berhubungan dengan penyakit
dan EPS. Kapsul fibrin akan melindungi
menular.
bakteri dalam biofilm dari fagosit leukosit,
Stoodley et al.13 mendefinisikan
sehingga menyebabkan infeksi endo-
kriteria atau karakteristik tertentu yang bisa
karditis. Biofilm pada kateter urine
dipertimbangkan untuk menjelaskan
disebabkan oleh bakteri yang memiliki
biofilm umumnya, termasuk film dasar
kemampuan untuk menghidrolisis urea
yang tipis, mulai dari pelekatan lapisan
3
Homenta: Infeksi biofilm

dalam urin membentuk amonia bebas


Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni

melalui enzim urease. Amonia dapat perangkat medis, seperti kateter intravena
meningkatkan pH di permukaan cairan dan alat pacu jantung.16
biofilm, sehingga terjadi pengendapan Mikroorganisme yang paling sering
mineral seperti kalsium fosfat (hidroksi- dikaitkan dengan alat medis yaitu S.
apatit) dan magnesium amonium fosfat epidermidis dan S. aureus, diikuti oleh P.
(struvite). Mineral yang mengendap dalam aeruginosa serta sejumlah bakteri
biofilm akan menyebabkan kerak pada lingkungan yang menyebabkan infeksi
kateter, seperti kalsium karbonat, produk oportunis pada hospes yang menggunakan
korosi seperti besi oksida, dan partikel alat intervensi medis invasif, kemoterapi
tanah sering terdeposit dalam biofilm yang atau keadaan penyakit yang sudah ada.
berasal dari sistem air minum rumahan dan Pembentukan biofilm pada implan medis
industri, sebagai contoh lain interaksi telah menyebabkan karakterisasi baru
partikel dengan biofilm.1 penyakit infeksi yang disebut infeksi terkait
polimer kronis. Staphylococcus sp. merupa-
Infeksi biofilm kan flora normal kulit dan sering
Perbedaan fitur biofilm dengan koloni ditemukan di luka dan implan. Menariknya,
infeksi ialah adanya agregat mikrokoloni S. epidermidis tidak dianggap sebagai
sel yang melekat pada permukaan. patogen oportunistik sampai meluasnya
Pembentukan biofilm sebagai mekanisme penggunaan peralatan medis. Pembentukan
pertahanan memiliki implikasi besar pada biofilm dapat dianggap sebagai faktor
hospes karena mikroorganisme yang virulensi, dan merupakan strategi bakteri
tumbuh di agregat tertutup matriks ini lebih yang berkontribusi terhadap kemampuan-
resisten terhadap antibiotik dan pertahanan nya untuk menyebabkan infeksi.18,19
hospes.16 Karakteristik Staphylococcus sp.
Parsek dan Singh17 mengusulkan membentuk koloni pada implan medis ialah
empat kriteria untuk mendefinisikan jumlah berlebihan EPS (juga dikenal
etiologi infeksi biofilm, yaitu bakteri sebagai glycocalyx atau “lendir”) yang
patogen pada permukaan terkait atau membungkus dan melindungi sel-sel dari
melekat pada substrat; pemeriksaan sistem pertahanan tubuh dan pengobatan
langsung menunjukkan bakteri dalam antibiotik. Pembentukan biofilm ditandai
kluster, terbungkus dalam matriks bakteri dengan dua tahap utama pada
atau hospes; infeksi yang terlokalisasi; dan Staphylococcus sp., yaitu adhesi bakteri ke
infeksi yang resisten terhadap terapi permukaan padat, diikuti oleh pertumbuhan
antibiotik. tergantung akumulasi sel yang menghasil-
Infeksi terkait dengan alat medis kan beberapa lapisan sel kluster. Pada S.
merupakan infeksi klinis pertama yang epidermidis, pembentukan banyak lapisan
disebabkan oleh biofilm dan menunjukkan sel telah dihubungkan khusus pada
bahwa pembentukan biofilm dapat mekanisme adhesi sel ke sel yang terkait
difasilitasi oleh respon inflamasi hospes dengan β-1,6-polisakarida glikosamino-
melalui adhesi ke permukaan alat medis. glikan dan dikenal sebagai polysaccharide
Alat-alat medis, seperti kateter intravena, intercellular adhesin (PIA). Proteins yang
katup jantung prostetik, sendi prostetik, terlibat dalam sintesis matriks polisakarida
kateter dialisis peritoneal, alat pacu diatur oleh lokus gen ica pada S.
jantung, selang cairan serebrospinal dan epidermidis, yaitu lokus yang dikonservasi
endotracheal tubes telah menyelamatkan pada S. epidermidis, S. aureus dan
jutaan nyawa, tetapi semua memiliki risiko Staphylococcus sp. terkait filogenetik
infeksi intrinsik terkait permukaan. Biofilm lainnya. Mutasi di lokus ini akan
terkait dengan alat medis pertama kali mengganggu pembentukan biofilm
dicatat pada awal tahun 1980, melalui terutama mengganggu agregasi dan
mikroskop elektron menunjukkan bakteri akumulasi sel, dan strain bakteri dengan
yang mengendap pada permukaan PIA dan ica mungkin bisa gagal untuk
5
Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni

membentuk biofilm jika terjadi kerusakan (misalnya, protein atau glikoprotein dalam
pada awal adhesi. S. epidermidis dan S. plasma atau platelet atau komponen
aureus menunjukkan pengaruh multi- ekstraseluler hospes). Banyak protein ini
faktorial pada tahap adhesi dan tergantung merupakan famili microbial surface
pada kedua sifat fisikokimia dari bahan components that recognize adhesive matrix
polimer biomedis dan sifat permukaan sel molecules (MSCRAMMs), yang memedia-
bakteri. Secara khusus, hidrofobisitas dan si adhesi pada berbagai jenis sel hospes
muatan elektrostatik memengaruhi interaksi serta polimer permukaan dilapisi dengan
antara polimer dan permukaan sel protein plasma hospes. Beberapa bakteri
bakteri.20-22 memiliki adhesin pada fibronektin,
Protein permukaan bakteri berkontri- merupakan protein hospes yang sering
busi secara signifikan untuk adhesi, dan dikaitkan dengan pelekatan bakteri pada
beberapa protein utama telah diidentifikasi permukaan, diikuti oleh fibrinogen atau
sebagai protein penting dalam pembentuk- fibrin, kolagen, laminin dan vitronektin.
an biofilm Staphylococcus. Bakteri S. Fibronektin juga berpartisipasi pada adhesi
epidermidis melekat pada polistiren dengan menjembatani asosiasi dengan
dimediasi oleh AtlE, yaitu autolisin utama. fibrin, kolagen, heparin dan glikosamino-
Mutasi pada AtlE dapat mengganggu glikan permukaan sel hospes lainnya. Dua
proses pembentukan biofilm pada adhesins fibronektin telah diidentifikasi
polistiren, tetapi tidak pada permukaan pada bakteri S. aureus, yaitu FnBPA dan
kaca, juga kurang hidrofobik dan FnBPB.24-25
membentuk kluster sel besar dibandingkan Protein mengikat kolagen (Cna) dan
dengan tipe lain. Protein ini juga dua protein mengikat fibrinogen yang
memediasi pengikatan pada vitronektin, dikenal sebagai faktor penggumpal A dan
yaitu komponen matriks ekstraselular B (ClfA dan ClfB) juga termasuk famili
hospes. Pada bakteri S. aureus, terjadi MSCRAMMs. ClfA juga telah terbukti
mutan D-alanine in teichoic acid (dltA) penting dalam adhesi bakteri S. aureus
yang menyebabkan perubahan muatan baik pada permukaan polietilen dan
permukaan yang dikompromi dengan polivinil. Jadi, bakteri tertentu memiliki
kemampuan bakteri untuk melekat pada kemampuan untuk memanfaatkan protein
polistiren atau kaca, meskipun produksi hospes yang dihasilkan pada penyembuhan
PIA secara utuh. Defek tahap adhesi pada luka atau inflamasi, yang menunjukkan
pembentukan biofilm dibentuk kembali yang adhesin bakteri memiliki mekanisme
dengan penambahan Mg2+. Selain itu, yaitu kolonisasi pada hospes, tapi jaringan
pembentukan biofilm S. epidermidis rusak dan perangkat dalam kondisi di mana
dipengaruhi oleh Mg2+ dan dihambat oleh adanya molekul inflamasi ditandai sebagai
EDTA; hal ini menjelaskan peran faktor infeksi seperti biofilm.26
lingkungan pada pengembangan biofilm. Endokarditis bakterial menunjukkan
Protein permukaan lainnya, termasuk mekanisme mikroorganisme pada kulit atau
biofilm-associated protein (Bap) dan dalam rongga mulut yang masuk ke
accumulation-associated protein (AAP), pembuluh darah dan menyebabkan koloni
yang penting pada pembentukan biofilm. abnormal di katup atau endotelial jantung.
Mutasi pada Bap memengaruhi Terjadi pelekatan dalam vegetasi akibat
pembentukan biofilm dan patogenesis interaksi antara sel mikroba dan produk
modul infeksi benda asing pada tikus.16,23 hospes. Bakteri Streptococcus sp. Merupa-
Hospes juga dapat memberikan kan etiologi pada lebih dari setengah kasus
kontribusi yang signifikan untuk adhesi endokarditis, dan bersama dengan
pada infeksi terkait alat, terutama dengan Staphylococcus sp. pada seperempat kasus
Staphylococcus sp. Reseptor spesifik endokarditis. Banyak strain bersifat
multipel pada sel permukaan disebut komensal di kulit dan rongga mulut. Secara
adhesin, untuk mengikat molekul hospes
5
Homenta: Infeksi biofilm

klinis, lesi endokarditis bakterial disebut


Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni

vegetasi, terdiri dari agregat sel bakteri, perjalanan penyakit itu sangat berbeda, di
trombosit dan fibrin yang melekat pada mana pada kelinci yang diobati dengan
epitel rusak dari katup jantung. antikoagulan, penyakit ini lebih fulminan
Endokarditis dikaitkan dengan cacat dan hewan menunjukkan bakteremia lebih
jantung bawaan, katup jantung prostetik tinggi serta tingkat kelangsungan hidup
dan cangkokan pembuluh darah, dan lebih rendah. Berbeda dengan hewan tanpa
disebabkan oleh gumpalan dari platelet dan pengobatan antikoagulan yang menunjuk-
fibrin, di mana terjadi penimbunan aliran kan infeksi subakut, atau kronis yang lebih
turbulen yang diperburuk oleh jaringan resisten terhadap terapi antibiotik. Vegetasi
abnormal, penyakit jantung yang sudah ada terdiri dari koloni bakteri yang besar, padat
atau kateter vaskular. Kerusakan endo- dengan fibrin dan platelet serta dikelilingi
telium yang mendasari membran basal, oleh fibrin. Peneliti berpendapat bahwa
yang terdiri dari kolagen, laminin, bakteri dalam vegetasi dengan metabolik
vitronektin dan fibronektin, sehingga yang kurang aktif dan struktur vegetasi
memberikan substratum untuk adhesi serupa yang diamati pada manusia.
bakteri (tahap awal dalam patogenesis Ramirez-Rhonda meneliti Streptococcus
endokarditis). Selain itu, setelah kerusakan sp. karena kemampuan bakteri tersebut
endotel dan terjadi turbulensi aliran darah, untuk melekat pada katup jantung dan
proses inflamasi merangsang sistem menemukan bahwa strain yang menghasil-
pembekuan, yang menyebabkan pengen- kan EPS terdiri dari glukan dan dekstran
dapan fibrin dan bekuan tidak larut fibrin yang melekat baik untuk katup jantung
dan platelet.16,27 yang rusak.16
Penelitian yang dilakukan oleh Durack Penelitian terbaru yaitu Streptococcus
menunjukkan bahwa adhesi bakteri parasanguis membentuk koloni pada
Streptococcus sanguis ke permukaan permukaan gigi manusia dan oportunis
vegetasi steril dan mulai bereplikasi dalam yang ditemukan pada endokarditis katup
waktu 30 menit setelah injeksi ke dalam jantung asli dan palsu, gen pengkode
kateter kelinci. Mikrokoloni Streptococcus fimbriae peritrichous, yaitu fap1, terbukti
sp. berkembang di dalam trombus dan berhubungan dengan pembentukan biofilm
dikelilingi oleh fibrin yang menghambat pada plastik, dan fap1 mutan menunjukkan
interaksi leukosit. Setelah empat minggu adhesi yang terbatas, tetapi terutama gagal
pasca infeksi, vegetasi diperiksa maka pada agregat dan pembentukan mikro-
tampak bakteri Streptococcus sp. di dalam koloni. Penelitian Fey et al. menunjukkan
lesi kalsifikasi yang dikelilingi oleh korelasi antara hemaglutinasi dan pemben-
fibroblas. Aktivitas metabolik bakteri tukan biofilm pada S. epidermidis, di mana
dalam vegetasi tampak berkurang ada hubungan antara PIA, adhesi intersel
dibandingkan dengan bakteri di perifer, dan adhesi pada eritrosit. Defek strain PIA
tetapi konsisten dengan pembentukan yang ditemukan pada bakteri kurang
biofilm dalam vegetasi. Selanjutnya, virulen dari model endokarditis kelinci.
vegetasi tumbuh dengan penambahan Demikian pula, bakteri S. aureus mutan
lapisan fibrin dan trombosit, dengan koloni yang menyebabkan defek adhesi pada
bakteri berada di antara fibrin dan platelet, berkorelasi dengan penurunan
trombosit, yang mengindikasikan siklus virulensi pada model endokarditis kelinci,
trombosis dan kolonisasi bakteri lebih yang ditandai dengan lebih sedikit bakteri
lanjut.16 dalam vegetasi dan penurunan emboli-
Penelitian Höök dan Sand pada kelinci sasi.16,28
menunjukkan bahwa kolonisasi bakteri
Bakteri S. aureus mutan menyebabkan
terjadi meskipun vegetasi dicegah dengan
defek pada fibronektin mengikat dan
pengobatan antikoagulan, yang menunjuk-
penurunan mengikat katup jantung yang
kan bahwa adanya gumpalan, tetapi tidak
rusak. Faktor penggumpalan ClfA, protein
perlu untuk endokarditis. Menariknya,
mengikat fibrinogen pada S. aureus yang
7
Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni

memediasi adhesi S. aureus pada plastik, infeksi kronis dengan P. aeruginosa


tampaknya memiliki peran spesifik pada merupakan hasil lingkungan khas dari CF
model endokarditis tikus. Penelitian mutan pneumonia, yang meliputi reseptor pada
dan komplementasi menunjukkan bahwa epitel sel yang memfasilitasi adhesi
clfA penting pada adhesi pada permukaan Pseudomonas sp. yang memperberat
dan virulensi, walaupun endokarditis masih gangguan pembersihan mukosiliar.16,31
terjadi dengan inokulum besar dari dari Terdapat dua ciri utama tentang
clfA mutan. Namun, ClfA dan FnbA kolonisasi CF paru dengan P. aeruginosa.
(adhesin lain) yang ko-ekspresi pada Pertama, P. aeruginosa tumbuh dalam
bakteri non-virulen, yaitu Lactococcus biofilm berada dalam CF paru. Analisis
lactis menyebabkan endokarditis pada mikroskopis sputum pasien CF menunjuk-
model tikus sebanding dengan spesies kan bahwa P. aeruginosa membentuk
patogen. Adhesin ClfA untuk mengikat struktur seperti biofilm yang terdiri dari
bakteri S. aureus pada platelet manusia kelompok bakteri dikelilingi oleh matriks
secara langsung yang sebelumnya tidak padat. Morfologi struktur yang serupa telah
dikarakteristik reseptor membran diobservasi pada spesimen CF paru.
platelet.29,30 Selanjutnya, homoserine lactone (HSL),
Terapi antibiotik dalam pengobatan signal quorum sensing (QS) diukur pada
endokarditis juga konsisten dengan peran sputum CF yang konsisten dengan profil P.
biofilm. Penelitian secara in vivo pada aeruginosa yang tumbuh dalam biofilm.32
model kelinci dengan bakteri E. coli Ciri yang kedua kolonisasi P.
sebagai agen infeksi diperlukan konsentrasi aeruginosa pada CF paru merupakan
antibiotik berkelanjutan dengan 220 kali seleksi varian mukoid P. aeruginosa, di
konsentrasi bakterisida minimum serum. mana ditandai oleh produksi yang
Bahkan pada saat vegetasi diterapi secara berlebihan eksopolisakarida alginat, dan
ex vivo, efek antibakteri dalam vegetasi resistensi terhadap antibiotik. Awalnya, P.
diperlukan 150 kali konsentrasi bakterisida aeruginosa diisolasi dari paru pasien CF
minimal.16 yang non-mukoid. Namun, isolat berlendir
Cystic fibrosis (CF) adalah penyakit biasanya berkaitan dengan infeksi kronis
autosomal resesif yang disebabkan oleh persisten. Menariknya, tidak ada varian
mutasi pada gen cystic fibrosis conductance berlendir di antara isolat lingkungan P.
regulator (CFTR) yang menyebabkan aeruginosa, meskipun strain non-mukoid
disfungsional sekresi dan absorpsi tampaknya memiliki genotipe untuk
elektrolit. Adanya patofisiologi yang berlendir. Penelitian menunjukkan bahwa
kompleks dengan lokasi utama morbiditas respon inflamasi hospes berkontribusi pada
ialah sistem pernapasan. Penurunan hidrasi konversi berlendir. Mathee et al.33
pada cairan permukaan jalan nafas menumbuhkan P. aeruginosa dalam
menyebabkan lendir pernapasan lebih biofilm dan memaparkan biofilm ini
kental dan mengganggu pembersihan dengan hidrogen peroksida (H2O2)
mukosiliar, infeksi bakteri endobronkial eksogen atau polymorphoneutrophil (PMN)
kronis, dan inflamasi jalan napas, yang manusia yang diaktifkan secara in vitro.
mengarah ke obstruksi jalan napas, Penelitian menunjukkan bahwa konversi
dekstruksi progresif epitel saluran napas mukoid konsisten dengan delesi kerangka
dan pada akhirnya terjadi gagal napas. baca terbuka mucA, dan delesi yang sama
Kolonisasi bakteri di saluran pernapasan juga diamati pada 25% isolat mukoid dari
bagian bawah pada pasien CF dimulai sejak pasien CF. Oleh karena itu, P. aeruginosa
bayi atau anak usia dini, paling sering merespon lingkungan mikro CF paru
disebabkan bakteri S. aureus dan dengan memodifikasi fenotip.
Haemophilus influenzae namun, pada saat Mekanisme spesifik kolonisasi P.
remaja dan dewasa disebabkan oleh P. aeruginosa pada CF paru tidak diketahui.
aeruginosa. Pergeseran kolonisasi menjadi
7
Homenta: Infeksi biofilm

Suatu hipotesis menyatakan bahwa


Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni

inflamasi saluran napas menyebabkan kronis dengan menggunakan mikroskop


pelekatan P. aeruginosa pada epitel saluran elektron dan jaringan eksplan, dan
napas. Penelitian menemukan bahwa menemukan P. aeruginosa pada
sekresi bronkial CF memiliki aktivitas mukopurulen hipoksia “makrokoloni”
proteolitik melawan fibronektin yang dengan diameter 100 µm di saluran jalan
berhubungan dengan mukosa pernafasan, napas daripada melekat epitel. Penelitian in
yang mendukung kolonisasi P. aeruginosa vivo dan in vitro menggunakan mikro-
lebih dari kolonisasi S. aureus. Penelitian elektroda menunjukkan bahwa oksigen
yang lain menunjukkan bahwa P. berkurang di makrokoloni mukoid.
aeruginosa melekat pada polip hidung, Selanjutnya, bakteri P. aeruginosa
karena modifikasi sel epitel oleh menembus lapisan mukosa hipoksia dan
eksoproduk bakteri yang terkena tempat merespons kondisi anaerob dengan
mengikat asialoganglioside yang memfasi- memproduksi lebih banyak alginat. Hasil
litasi pelekatan Pseudomonas. Model ex ini menyatakan bahwa lingkungan lokal di
vivo yang sama, bakteri P. aeruginosa CF paru, yang ditandai dengan plak
ditemukan melekat pada sel epitel mukosa tebal dan penurunan O2 pada epitel
undiferensiasi yang mengalami perbaikan, pernapasan menyebabkan kolonisasi oleh
khususnya antara integrin αvβ1 dan P. aeruginosa yang memperburuk CF
reseptor fibronektin RGD (Arg-Gly-Asp) pneumonia.38
pada sel epitel dan protein membran luar Penelitian Yoon et al.39 juga
(OMP) P. aeruginosa. P. aeruginosa menunjukkan suasana anaerob menjadi ciri
memiliki beberapa adhesins dan mengikat penting dari pertumbuhan P. aeruginosa
berbagai reseptor dan jenis sel di saluran dalam biofilm pada pasien CF. bakteri P.
pernafasan.16,34,35 aeruginosa membentuk biofilm yang kuat
Molekul QS 3-oxo-C12-HSL yang dalam suasana anaerob yang menyebabkan
dihasilkan oleh P. aeruginosa juga penumpukan metabolit nitrogen toksik.
memiliki efek modulator pada sel epitel Analisis proteomik mengidentifikasi porin
pernapasan. Kultur bronkial sel epitel membran luar, OprF, konsentrasi yang
memproduksi interleukin (IL)-8 merupakan meningkat 40 kali lipat pada kultur
sitokin inflamasi yang merespon terhadap anaerob. OprF juga terdeteksi dalam
bakteri P. aeruginosa, dan kemudian sekresi dari CF paru dan antibodi melawan
menunjukkan efek yang disebabkan oleh 3- OprF ditemukan pada pasien CF kronis.
oxo-C12-HSL. Selain itu, 3-oxo-C12-HSL Penelitian ini menunjukkan mekanisme
menginduksi ekspresi sitokin inflamasi dan beberapa aspek klinis CF pneumonia yang
kemokin lainnya, seperti IL-1, IL-6 dan disebabkan bakteri P. aeruginosa,
interferon (INF)-γ, dan beberapa protein ketidakefektifan fagosit terhadap P.
inflamasi makrofag, serta menginduksi aeruginosa, fenotip mukoid P. aeruginosa
siklooksigenase 2 (COX-2) dan prosta- dan resistensi biofilm P. aeruginosa
glandin E2 (PGE2) di fibroblas paru terhadap tobramycin.39-40
manusia. Hasil ini menunjukkan bahwa Menariknya, resistensi antibiotik
bakteri P. aeruginosa menginduksi bakteri P. aeruginosa dan pembentukan
pelepasan mediator inflamasi dan infiltrasi biofilm tampaknya diinduksi pada waktu
leukosit ke jaringan paru.36,37 yang sama. Pada saat resistensi antibiotik
Hipotesis mekanisme lain dari diteliti dalam isolat klinis P. aeruginosa,
kolonisasi bakteri di CF berimplikasi pada perbedaan fenotipe yang berhubungan
lapisan mukosa. Pada model ini, dengan kedua kemampuan yang
peningkatan viskositas mukus saluran ditingkatkan untuk bentuk biofilm dan
napas CF bertindak sebagai perancah meningkatkan resistensi antibiotik, di mana
matriks dan penting dalam penurunan fenotip diamati baik in vitro dan pada
neutralisasi. Penelitian Worlitzsch et al.38 pasien CF dengan terapi antibiotik. Varian
pada pasien CF disertai penyakit paru yang resistensi juga muncul lebih sering
9
Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni

dalam menanggapi pengaruh lingkungan, Appl Environ Microbiol. 2001;67:


seperti perubahan dalam konsentrasi garam. 2958-65.
Spekulasi tentang varian fenotipik resisten 5. Pulcini E. The effects of initial adhesion
antibiotik dari P. aeruginosa pada infeksi events on the physiology of
CF yang dipilih dalam biofilm dengan Pseudomonas aeruginosa [Ph.D.
pengobatan antibiotik sub-letal, atau dissertation]. Bozeman (MT):
dengan lingkungan spesifik CF paru yang Montana State University; 2001.
ditandai dengan osmotik dan stres 6. Flemming H-C, Wingender JG, Mayer C.
Physico-chemical properties of
oksidatif. Penelitian ini menunjukkan
biofilms. In: Evans LV, editor.
bahwa keduanya bertanggung jawab untuk Biofilms: recent advances in their
fenotip yang resisten.41 study and control. Amsterdam:
Pada lingkungan kompleks CF paru, Harwood Academic Publishers, 2000;
tidak seperti mekanisme eksklusif patologi, p. 19-34.
dan karena itu respon inflamasi hospes 7. Sutherland IW. Biofilm exopoly-
menyebabkan perubahan dalam lingkungan saccharides: a strong and sticky
mikro lokal untuk merespon terhadap framework. Microbiology; 2001;147:
bakteri P. aeruginosa. CF pneumonia 3-9.
merupakan interaksi kompleks antara 8. Hussain M, Wilcox MH, White PJ. The
bakteri dan pengaruh lingkungan lokal slime of coagulase-negative
staphylococci: biochemistry and
hospes yang disebabkan oleh respon
relation to adherence. FEMS
inflamasi yang berkontribusi pada patologi Microbiol Rev. 1993;104:191-208.
kompleks penyakit ini.16 9. Leriche V, Sibille P, Carpentier B. Use of
an enzyme-linked lectinsorbent assay
SIMPULAN to monitor the shift in polysaccharide
Biofilm adalah suatu kesatuan dari sel- composition in bacterial biofilms.
sel mikroba dan extracellular polymeric Appl Environ Microbiol. 2000;66:
substance (EPS). Perkembangan biofilm 1851-6.
dipengaruhi oleh proses internal dan 10. Donlan RM. Role of biofilms in
eksternal, dan biofilm yang telah terbentuk antimicrobial resistance. ASAIO J.
dapat menyebabkan resistensi antibiotik. 2000;46;S47-S52.
11. Tolker-Nielsen T, Molin S. Spatial
organization of microbial biofilm
DAFTAR PUSTAKA communities. Microb Ecol. 2000;40:
1. Donlan RM. Biofilm: Microbial life on 75-84.
surfaces. Emerging Infectious 12. Lewandowski Z. Structure and function of
Diseases. 2002;8:881-90. biofilms. In: Evans LV, editor.
2. Davies DG, Geesey GG. Regulation of the Biofilms: Recent advances in their
alginate biosynthesis gene algC in study and control. Amsterdam:
Pseudomonas aeruginosa during Harwood Academic Publishers, 2000;
biofilm development in continuous p. 1-17.
culture. Appl Environ Microbiol. 13. Stoodley P, Boyle JD, Dodds I., Lappin-
1995;61:860-7. Scott HM. Consensus model of
3. Prigent-Combaret C, Vidal O, Dorel C, biofilm structure. In: Wimpenny
Lejeune P. Abiotic surface sensing JWT, Gilbert PS, Lappin-Scott HM,
and biofilm-dependent regulation of Jones M, editors. Biofilms:
gene expression in Escherichia coli. J community interactions and control.
Bacteriol. 1999; 181:5993-6002. Cardiff, UK: Bioline, 1997; p. 1-9.
4. Becker P, Hufnagle W, Peters G, 14. James GA, Beaudette L, Costerton JW.
Herrmann M. Detection of different Interspecies bacterial interactions in
gene expression in biofilm-forming biofilms. Journal of Industrial
versus planktonic populations of Microbiology. 1995;15:257-62.
Staphylococcus aureus using micro- 15. Tolker-Nielsen T, Brinch UC, Ragas PC,
representational-difference analysis. Andersen JB, Jacobsen CS, Molin

9
Homenta: Infeksi biofilm

S. Development and dynamics of 25. Foster TJ, Höök M. Surface protein


Pseudomonas sp. biofilms. J adhesins of Staphylococcus aureus.
Bacteriol. 2000;182:6482-9. Trends Microbiol. 1998;6:484-8.
16. Hall-Stoodley L, Costerton JW, Stoodley 26. Vaudaux PE, Francois P, Proctor RA,
P. Bacterial biofilms: from the natural McDevitt D, Foster TJ, Albrecht
environment to infectious diseases. RM. Use of adhesion defective
Nature review microbiology. 2004;2: mutants of Staphylococcus aureus to
95-108. define the role of specific plasma
17. Parsek MR, Singh PK. Bacterial biofilms: proteins in promoting adhesion to
an emerging link to disease arteriovenous shunts. Infect. Immun.
pathogenesis. Annu. Rev. Microbiol. 1995;63:585-90.
2003;57;677-701. 27. Donlan RM, Costerton JW. Biofilms:
18. von Eiff C, Heilmann C, Hermann M, survival mechanisms of clinically
Peters G. Basic aspects of the relevant microorganisms. Clin
pathogenesis of Staphylococcal Microbiol Rev. 2002;15:167-93.
polymerassociated infections. 28. Fey PD, Ulphani JS, Gotz F, Heilmann
Infection. 1999;27:S7-S10. C, Mack D, Rupp ME.
19. Akiyama H, Huh WK, Yamasaki O, Characterization of the relationship
Oono T, Iwatsuki K. Confocal laser between polysaccharide intercellular
scanning microscopic observation of adhesin and hema-gglutination in
glycocalyx production by Staphylococcus epidermidis. J Infect
Staphylococcus aureus in mouse skin: Dis. 1999;179: 1561-4.
does S. aureus generally produce a 29. Que YA, Francois P, Haefliger J-A,
biofilm on damaged skin? Br. J. Entenza J-M, Vaudaux P,
Dermatol. 2002;147:879-85. Moreillon P. Reassessing the role of
20. Heilmann C, Hussain M, Peters G, Gotz Staphylococcus aureus clumping
F. Evidence for autolysin-mediated factor and fibronectin-binding protein
primary attachment of by expression in Lactococcus lactis.
Staphylococcus epidermidis to a Infect. Immun. 2001;69:6296-302.
polystyrene surface. Mol. Microbiol. 30. Siboo IR, Cheung AL, Bayer AS, Sullam
1997;24: 1013-24. PM. Clumping factor A mediates
21. Heilmann C, Gerke C, Perdreau- binding of Staphylococcus aureus to
Remington F, Gotz F. human platelets. Infect Immun.
Characterization of Tn917 insertion 2001;69:3120-7.
mutants of Staphylococcus 31. Lyczak JB, Cannon CL, Pier GB. Lung
epidermidis affected in biofilm infections associated with cystic
formation. Infect. Immun. fibrosis. Clin Microbiol Rev. 2002;
1996;64:277-82. 15:194-222.
22. Heilmann C, Schweitzer O, Gerke C, 32. Singh PK, Schaefer AL, Parsek MR,
Vanittanakom N, Mack D, Gotz F. Moninger TO, Welsh MJ,
Molecular basis of intercellular Greenberg EP. Quorum-sensing
adhesion in the biofilm-forming signals indicate that cystic fibrosis
Staphylococcus epidermidis. Mol. lungs are infected with bacterial
Microbiol. 1996;20:1083-91. biofilms. Nature. 2000;407:762-4.
23. Gross M, Cramton SE, Gotz F, Peschel 33. Mathee K, Ciofu O, Sternberg C,
A. Key role of teichoic acid net Lindum PW, Campbell JI, Jensen
charge in Staphylococcus aureus P, et al. Mucoid conversion of
colonization of artificial surfaces. Pseudomonas aeruginosa by
Infect. Immun. 2001;69:3423-6. hydrogen peroxide: a mechanism for
24. Vaudaux PE, Lew DP, Waldvogel F. In: virulence activation in the cystic
Bisno AL, Waldvogel FA, editors. fibrosis lung. Microbiology. 1999;
Infections Associated with Indwelling 145:1349-57.
Medical Devices (2nd ed). 34. Roger P, Puchelle E, Bajolet-Laudinat O,
Washington DC: ASM Press, 1994. Tournier JM, Debordeaux C, et al.
Fibronectin and α5β1 integrin
Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni

mediate binding of Pseudomonas 38. Worlitzsch D, Tarran R, Ulrich M,


aeruginosa to repairing airway Schwab U, Cekici A, Meyer KC, et
epithelium. Eur Respir J. al. Effects of reduced mucus oxygen
1999;13:1301-9. concentration in airway Pseudomonas
35. Ofek I, Hasty DL, Doyle RJ (editors). infections of cystic fibrosis patients. J
Bacterial Adhesion to Animal Cells Clin Invest. 2002;109:317-25.
and Tissues. Washington DC: ASM 39. Yoon SS, Hennigan RF, Hilliard GM,
Press, 2003. Oschner UA, Parvatiyar K,
36. Smith RS, Harris SG, Phipps R, Iglewski Kamani MC, et al. Pseudomonas
B. The Pseudomonas aeruginosa aeruginosa anaerobic respiration in
quorum-sensing molecule N-(3- biofilms: relationships to cystic
oxododecanoyl) homoserine lactone fibrosis pathogenesis. Dev Cell.
contributes to virulence and induces 2002;3:593-603.
inflammation in vivo. J Bacteriol. 40. Xu KD, Stewart PS, Xia F, Huang CT,
2002;184:1132-9. McFeters GA. Spatial physiological
37. Smith RS, Kelly R, Iglewski BH, Phipps heterogeneity in Pseudomonas
RP. The Pseudomonas autoinducer aeruginosa biofilm is determined by
N-(3-oxododecanoyl) homoserine oxygen availability. Appl Environ
lactone induces cyclooxygenase-2 Microbiol. 1998;64:4035-9.
and prostaglandin E2 production in 41. Drenkard E, Ausubel FM. Pseudomonas
human lung fibroblasts: implications biofilm formation and antibiotic
for inflammation. J Immunol. resistance are linked to phenotypic
2002;169: 2636-42. variation. Nature. 2002;416:740-3.

Anda mungkin juga menyukai