Anda di halaman 1dari 5

Nama : Fredy Gabriel Purba Tugas 2

NIM : 200402052
Mata Kuliah : Energi Baru dan Terbarukan – TE B

1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

Dalam pembangkitan energi listrik menggunakan PLTA, untuk prinsip kerjanya


semuanya sama, hanya berbeda pada jenis reservoir (penampungan) dan jenis turbin yang
digunakan. Alur prinsip kerjanya adalahnya air ditampung di reservoir (penampungan), lalu
dialirkan ke turbin melalui penstock (pipa pesat) dari ketinggian tertentu sehingga energi
mekanik yang dihasilkan bisa cukup besar untuk memutar turbin yang terhubung dengan poros
generator, berjenis generator sinkron.
Pada bagian rotor generator, diberikan arus eksitasi berupa arus DC pada kumparannya
(kumparan medan), lalu diputar oleh turbin sehingga terjadinya perpotongan fluks magnetik
yang menghasilkan gaya gerak listrik (GGL) berupa tegangan yang diinduksikan pada bagian
kumparan stator (kumparan jangkar). Tegangan yang dihasilkan dari generator sinkron tersebut
disalurkan ke transformator step-up untuk dinaikkan tegangannya menjadi sangat tinggi
(rentang 70kV – 500kV), lalu melalui saluran transmisi bertegangan sangat tinggi juga, dan
berakhir pada beban dimana dilakukan step-down tegangan dengan menggunakan
transformator step-down sesuai dengan kebutuhan beban.

2. Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB)

Dalam pembangkitan energi listrik menggunakan PLTB, alur prinsip kerjanya adalah
adanya aliran/hembusan angin pada bilah kincir angin sehingga kincir dapat berputar, lalu
melewati gearbox (susunan gigi) yang mencegah perputaran kincir angin terlalu kencang,
dimana terhubung ke poros generator berjenis generator sinkron juga.
Pada bagian rotor generator, diberikan arus eksitasi berupa arus DC pada kumparannya
(kumparan medan), lalu diputar oleh turbin sehingga terjadinya perpotongan fluks magnetik
yang menghasilkan gaya gerak listrik (GGL) berupa tegangan yang diinduksikan pada bagian
kumparan stator (kumparan jangkar). Tegangan yang dihasilkan dari generator sinkron tersebut
lalu disearahkan terlebih dahulu menggunakan penyearah menjadi tegangan DC, lalu
dikembalikan menjadi tegangan bolak balik AC melalui inverter, baru disalurkan ke
transformator step-up untuk dinaikkan tegangannya menjadi sangat tinggi (rentang 70kV –
500kV), lalu melalui saluran transmisi bertegangan sangat tinggi juga, dan berakhir pada beban
dimana dilakukan step-down tegangan dengan menggunakan transformator step-down sesuai
dengan kebutuhan beban, dalam hal ini adalah beban AC.

3. PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya)

Dalam pembangkitan energi listrik menggunakan PLTS, alur prinsip kerjanya adalah
adanya sinar matahari yang menyinari daripada panel surya (solar panel) yang dipasang,
dimana foton, partikel terkecil dari sinar matahari menyinari sel surya. Lalu foton menghantam
atom-atom pada semikonduktor silikon sehingga menimbulkan energi yang cukup besar untuk
memisahkan elektron dari struktor atomnya (dikenal sebagai proses eksitasi). Elektron bebas
yang terpisah akan bergerak ke daerah depletion, dan atom yang kehilangan elektron akan
terjadi kekosongan pada strukturnya (hole) menjadi muatan positif. Pada daerah depletion tadi,
elektron dan hole bergerak ke arah berlawanan dari arus listrik bila diberikan beban.
Kemudian, tegangan yang dihasilkan dari panel surya disalurkan melalui SCC (Solar
Charge Controller, pengendali pengisian daya dari energi sinar matahari) berjenis MPPT
(Maximum Power Point Tracking) dimana sistem komponen elektroniknya dibuat untuk
melacak keberadaan titik daya maksimum yang diproduksi oleh panel surya sehingga selain
mengatur pengisian baterai, juga dapat mengoptimalkan kinerja antara panel surya dengan
bank baterai.
Untuk beban DC, maka dari baterai langsung diberikan ke bebannya. Untuk beban AC,
digunakanlah inverter yang mengubah tegangan DC menjadi AC dan disalurkan ke bebannya.
Untuk sistem PLTS, tidak terdapat jalur transmisi maupun distribusi yang panjang karena
biasanya pemasangan sistem PLTS dekat dengan beban.

4. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB)


Dalam pembangkitan energi listrik menggunakan PLTPB, alur prinsip kerjanya adalah
adanya uap panas dari bumi disalurkan melalui pipa yang kemudian masuk ke turbin dimana
terjadi konversi energi dari energi kalor (panas uap) menjadi energi kinetik yang menggerakkan
bilah-bilah turbin. Turbin terhubung ke poros generator berjenis generator sinkron. Pada bagian
rotor generator, diberikan arus eksitasi berupa arus DC pada kumparannya (kumparan medan),
lalu diputar oleh turbin sehingga terjadinya perpotongan fluks magnetik yang menghasilkan
gaya gerak listrik (GGL) berupa tegangan yang diinduksikan pada bagian kumparan stator
(kumparan jangkar). Tegangan yang dihasilkan dari generator sinkron tersebut disalurkan ke
transformator step-up untuk dinaikkan tegangannya menjadi sangat tinggi (rentang 70kV –
500kV), lalu melalui saluran transmisi bertegangan sangat tinggi juga, dan berakhir pada beban
dimana dilakukan step-down tegangan dengan menggunakan transformator step-down sesuai
dengan kebutuhan beban.
Uap bekas dari turbin tadi dikondensasikan (didinginkan) dari turbin ke kondensor,
setelah itu, uap hasil kondensasi disalurkan ke menara pendingin (cooling tower). Air hasil
pendinginan tadi disirkulasikan kembali ke dalam kondensor, sebagian digunakan sebagai
media pendingin (coolant) dan sebagian lagi dikembalikan ke dalam tanah.

5. Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm)


Dalam pembangkitan energi listrik menggunakan PLTBm, untuk prinsip kerjanya sama
dengan PLTPB, hanya saja bedanya terdapat pada bahan bakar yang digunakan untuk
menghasilkan uap untuk menggerakkan turbin. Pada PLTPB, uap dari panas bumi langsung
digunakan untuk menggerakkan turbin, sedangkan pada PLTBm, pengolahan sampah /
biomassa akan menghasilkan bahan bakar berupa gas yang nantinya digunakan untuk
menggerakkan turbin. Kemudian, dari ketiga diagram di atas, yang membedakan ketiganya
hanyalah pada pengelolaan limbah sampah menjadi biomassa, yaitu Gassification, Landfill,
dan Anaerobic Digestion (GALFAD).
Pada pengolahan sampah menggunakan gassification, sampah dipilah terlebih dahulu
untuk memisahkan sampah basah dan kering dengan menggunakan metode floating tank, lalu
dimasukkan ke shredder (mesin pencacah) sehingga ukuran sampah menjadi sama. Untuk
sampah basah akan dikeringkan terlebih dahulu, kemudian dimasukkan ke mesin pencacah
juga. Sampah yang sudah dicacah tadi akan dimasukkan ke tangki reaktor gasifier untuk
dibakar sehingga menghasilkan uap untuk menggerakkan turbin.
Pada pembakaran selanjutnya limbah dimasukkan ke dalam pirolisa bersuhu 200oC –
500oC. Limbah hasil pembakaran akan menghasilkan gas yang mengandung CO (karbon
monoksida), CO2 (karbon dioksida), CH4 (metana), dan H2 (hidrogen). Selanjutnya, dilakukan
oksidasi (pembakaran) yang menghasilkan gas CO dan energi panas/kalor dengan suhu pada
proses ini mencapai 1200-1400oC yang dimanfaatkan untuk memanaskan air dalam boiler
menjadi uap, lalu uap tersebut digunakan untuk memutar bilah turbin dengan konversi energi
kalor uap menjadi energi kinetik, seperti proses PLTPB. Uap bekas dari turbin didinginkan di
kondensor, lalu masuk ke cooling tower. Sebagian akan masuk ke dalam sistem pendingin,
sedangkan sisanya akan dipanaskan kembali sebagai uap.
Pada pengolahan sampah menggunakan Anaerobic Digestion, sampah juga dicacah
terlebih dahulu menjadi lebih kecil ukurannya menggunakan shredder, lalu dimasukkan ke
tangki anaerobic digestion yang dipenuhi dengan bakteri. Dari proses ini akan dihasilkan 50-
70% gas metana (CH4), 30-45% gas karbondioksida (CO2), dan gas lainnya dalam jumlah kecil
seperti hidrogen sulfida (H2S). Lalu, gas yang sudah dihasilkan dari proses ini akan digunakan
untuk memanaskan air dalam boiler menjadi uap, lalu uap tersebut digunakan untuk memutar
bilah turbin dengan konversi energi kalor uap menjadi energi kinetik, seperti proses PLTPB.
Uap bekas dari turbin didinginkan di kondensor, lalu masuk ke cooling tower. Sebagian akan
masuk ke dalam sistem pendingin, sedangkan sisanya akan dipanaskan kembali sebagai uap.
Pada pengolahan sampah menggunakan Landfill, sampah dimasukkan ke dalam tanah
ataupun tangki yang sudah digali pada kedalaman tertentu, lalu ditimbun lagi dengan tanah.
Pembusukan yang terjadi di dalam tanah tersebut akan menghasilkan gas metana yang nantinya
diambil dan disalurkan ke boiler untuk dapat digunakan untuk memanaskan air dalam boiler
menjadi uap, lalu uap tersebut digunakan untuk memutar bilah turbin dengan konversi energi
kalor uap menjadi energi kinetik, seperti proses PLTPB. Uap bekas dari turbin didinginkan di
kondensor, lalu masuk ke cooling tower. Sebagian akan masuk ke dalam sistem pendingin,
sedangkan sisanya akan dipanaskan kembali sebagai uap.
Turbin terhubung ke poros generator berjenis generator sinkron. Pada bagian rotor
generator, diberikan arus eksitasi berupa arus DC pada kumparannya (kumparan medan), lalu
diputar oleh turbin sehingga terjadinya perpotongan fluks magnetik yang menghasilkan gaya
gerak listrik (GGL) berupa tegangan yang diinduksikan pada bagian kumparan stator
(kumparan jangkar). Tegangan yang dihasilkan dari generator sinkron tersebut disalurkan ke
transformator step-up untuk dinaikkan tegangannya menjadi sangat tinggi (rentang 70kV –
500kV), lalu melalui saluran transmisi bertegangan sangat tinggi juga, dan berakhir pada beban
dimana dilakukan step-down tegangan dengan menggunakan transformator step-down sesuai
dengan kebutuhan beban.

6. Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL)

Dalam pembangkitan energi listrik menggunakan PLTGL, berdasarkan ketiga diagram


di atas, perbedaan terletak pada jenis mesin konversi energi gelombang lautnya. Untuk sistem
Oscillating Water Column (OWC), gelombang laut masuk ke dalam mesin konversi OWC,
masuk ke dalam air chamber ataupun lubang pintu dari sistem OWC, sehingga terjadi fluktuasi
atau osilasi gerakan naik-turunnya air dalam ruangan (chamber) tadi, dimana udara yang
terjebak di dalam chamber tadi, diberi tekanan oleh air laut yang mengarah ke bilah turbin yang
akan memutar poros generator berjenis generator sinkron.
Untuk sistem bandul, gelombang laut akan menggerakkan bandul yang sudah dipasang,
lalu dihubungkan ke susunan gigi (gearbox) sehingga gerakan bandul yang berosilasi akibat
pergerakan gelombang laut dapat diubah menjadi gerakan putar untuk memutar poros generator
berjenis generator sinkron.
Untuk sistem Archimedes Wave Swing (AWS), gelombang laut akan menggerakkan
tabung hidrolik berjenis PTO (Power Take-Off) secara berosilasi juga (naik-turun) sehingga
minyak hidrolik yang terdapat dalam tabung hidrolik akan ditekan ke turbin jenis hidrolik
dimana konversi energi dari energi kinetik naik-turun diubah menjadi energi kinetik rotasi
(berputar), dengan turbin yang terhubung ke poros generator berjenis generator sinkron.
Pada bagian rotor generator, diberikan arus eksitasi berupa arus DC pada kumparannya
(kumparan medan), lalu diputar oleh turbin sehingga terjadinya perpotongan fluks magnetik
yang menghasilkan gaya gerak listrik (GGL) berupa tegangan yang diinduksikan pada bagian
kumparan stator (kumparan jangkar). Tegangan yang dihasilkan dari generator sinkron tersebut
disalurkan ke transformator step-up untuk dinaikkan tegangannya menjadi sangat tinggi
(rentang 70kV – 500kV), lalu melalui saluran transmisi bertegangan sangat tinggi juga, dan
berakhir pada beban dimana dilakukan step-down tegangan dengan menggunakan
transformator step-down sesuai dengan kebutuhan beban.

Anda mungkin juga menyukai