Menurut Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Budi Jaya Putra, hadis di
atas menjelaskan perihal niat. Apabila seseorang berniat melakukan kebaikan—
meskipun tidak jadi mengerjakan kebaikan itu—maka ia akan mendapatkan satu
kebaikan. Jika disempurnakan dengan mengerjakannya, maka ia akan mendapatkan
banyak sekali kebaikan. Misalnya, seseorang yang telah niat melakukan salat malam tapi
tidak sempat bangun, maka ia mendapatkan pahala kebaikan.
“Ini sungguh luar biasa, sebuah penghargaan bagi kita. Hanya dengan niat melakukan
kebaikan, kita akan mendapatkan satu kebaikan dari Allah walau pun pada akhirnya,
misalnya, kita tidak jadi melakukan kebaikan itu,” ucap Budi dalam kajian yang
diselenggarakan Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan pada Senin (13/02).
Sementara itu, apabila seseorang memiliki niat untuk melakukan kejahatan, tetapi tidak
jadi, menurut Budi berdasarkan hadis di atas, inilah orang yang mendapatkan ganjaran.
Ia dicatat mendapatkan kebaikan sempurna. Sebabnya, ia meninggalkan kejahatan
tersebut karena Allah dan tidak sempat melakukannya yang bisa membuatnya tercatat
melakukan kejahatan. Namun, apabila seseorang memiliki niat jahat kemudian
mengerjakannya, maka ia mendapatkan satu keburukan dari Allah.
“Kebaikan-kebaikan sekecil apapun dihargai oleh Allah Swt. Kebaikan apa yang besok
akan kita lakukan. Kita tingkatkan kualitas hidup kita dengan terus memelihara niat baik.
Karena dengan niat tersebut kita mendapatkan ganjaran, akan berlipat tatkala
mengerjakannya,” ucap Budi Jaya.