Niat merupakan syarat sebuah amal membuahkan pahala. Amalan mubah seperti makan,
minum, dan sebagainya, jika diiringi dengan niat yang benar, semisal karena memenuhi
perintah Allah da RasulNya serta untuk membantu dalam melaksanakan ketaatan, maka bisa
menjadi amal shalih dan pelakunya diberi pahala. (Al Aqd Ats Tsamiin fi Syarhi Mandzumah
Asy Syaikh Ibnu Utsaimin fi Ushuulil Fiqhi wa Qawaaidihi hal.214-215) [Rizki Amipon
Dasa]
At Tauhid edisi VIII/11
Oleh: Rizki Amipon Dasa
Niat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Niat (Arab: Niyyat) adalah keinginan dalam hati untuk melakukan suatu tindakan yang
ditujukan hanya kepada Allah.[1]
Daftar isi
1 Etimologi
3 Referensi
4 Pranala luar
Etimologi
Secara bahasa, orang Arab menggunakan kata-kata niat dalam arti sengaja. Terkadang niat
juga digunakan dalam pengertian sesuatu yang dimaksudkan atau disengajakan. Sedangkan
secara istilah, tidak terdapat definisi khusus untuk niat. Maka dari itu, barangsiapa yang
menetapkan suatu definisi khusus yang berbeda dengan makna niat secara bahasa, maka
orang tersebut sebenarnya tidak memiliki alasan kuat yang bisa dipertanggungjawabkan.[2]
Karena itu banyak ulama yang memberikan makna niat secara bahasa, semisal Nawawi, ia
mengatakan niat adalah bermaksud untuk melakukan sesuatu dan bertekad bulat untuk
mengerjakannya.[3] Pendapat lain mengatakan Niat adalah maksud yang terdapat dalam hati
seseorang untuk melakukan sesuatu yang ingin dilakukan.[4]
al-Khathabi mengatakan, Niat adalah bermaksud untuk mengerjakan sesuatu dengan hati
dan menjatuhkan pilihan untuk melakukan hal tersebut. Namun ada juga yang berpendapat
bahwa niat adalah tekad bulat hati.[5] Dr. Umar al-Asyqar mengatakan, Mendefinisikan
dengan niat dan maksud yang tekad bulat adalah pendapat yang kuat. Definisi tersebut
mengacu kepada makna kata niat dalam bahasa Arab.
Ada juga ulama yang mendefinisikan niat dengan ikhlash. Hal ini bisa diterima karena
terkadang makna niat adalah bermaksud untuk melakukan suatu ibadah, dan terkadang pula
maknanya adalah ikhlash dalam menjalankan suatu ibadah.
Jadi niat akan lebih kuat bila ke tiga aspek diatas dilakukan semuanya, sebagai contoh saya
berniat untuk salat, hatinya berniat untuk salat, lisannya mengucapkan niat untuk salat dan
tubuhnya melakukan amal salat. Demiikian pula apabila kita mengimani segala sesuatu itu
haruslah dengan hati yang yakin, ucapan dan tindakan yang selaras.
Dengan definisi niat yang seperti ini diharapkan orang Islam atau Muslim itu tidak hanya
'semantik' saja karena dengan berniat berati bersatu padunya antara hati, ucapan dan
perbuatan. Niat baiknya seorang muslim itu tentu saja akan keluar dari hati yang khusyu dan
tawadhu, ucapan yang baik dan santun, serta tindakan yang dipikirkan masak-masak dan
tidak tergesa-gesa serta cerdas. Karena dikatakan dalam suatu hadits Muhammad apabila
yang diucapkan lain dengan yang diperbuat termasuk ciri-ciri orang yang munafik.
Referensi
1.
2.
^ Penjelasan oleh Dr. Umar al-Asyqar dalam buku Maqashidu alMukallifin, halaman 34.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
dalam hati, tidak disyaratkan untuk diucapkan. Masalah ini tidak terdapat
perselisihan di antara para ulama. Rowdhotuth Tholibin, 1/268.
10.
11.
a b
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
memulai